• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEDOMAN kesehatan tradisiomnal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEDOMAN kesehatan tradisiomnal"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KOTA KOTAMOBAGU

DINAS KESEHATAN

UPTD PUSKESMAS GOGAGOMAN

Jl. Inpres, Kelurahan Gogagoman, Kecamatan Kotamobagu Barat 95716

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu kesehatan masyarakat telah mengantar kita pada paradigma baru, sehingga kini paradigma sehat menjadi orientasi baru pembangunan kesehatan didunia, termasuk di Indonesia. Hal mendasar dari paradigma sehat antara lain terjadinya: pergeseran dari pelayanan medis (medical care) kepemeliharaan kesehatan (health care) sehingga setiap penanggulangan kesehatanlebih menonjolkan aspek peningkatan (promotive) dan pencegahan (preventive) dibanding pengobatan (curative), pergeseran dari program terpilah-pilah (fragmented program) ke program terpadu (integrated program) yaitu lebih pada berpijak pada menyehatkan keluarga dan masyarakat, pergeseran dari “keinginan (need)” ke “kebutuhan(demand)” sehingga pelayanan kesehatan disuatu daerah akan berbeda dari daerah lainnya.

Pendekatan yang harus dilakukan dalam melaksanakan program kesehatan adalah pendekatan keluarga dan masyarakat serta lebih memprioritaskan upaya pemeliharaan dan menjaga sehat semakin sehat serta merawat yang sakit agar sehat dengan obat-obat tradisonal.

Oleh karena itu berbagai upaya harus dilaksanakan untuk mengatasi masalah ini dengan baik, diantaranya dengan meningkatkan cakupan, keterjangkauan dan mutu pelayanan kesehatan, khususnya untuk pengobatan trdisonal.

Keberadaan tempat pengobatan tradisonal yang telah mulai berkembang diseluruh provinsi akhir-akhir ini merupakan wujud nyata dan cerminan kebutuhan masyarakat khususnya pengobatan tradisonal yang terjangkau.

Sehubungan dengan hal tersebut, adalah sangat beralasan bilamana harus tersusun Pedoman Pelayanan Kesehatan Tradisional. Pedoman ini digunakan digunakan sebagai acuan bagi peutgas kesehatan dalam melaksanakan kegiatan puskesmas Gogagoman

B. Tujuan

(2)

Meningkatkan derajat kesehatan pengobatan tradisional dan derajat kesehatan masyarakat dengan penggunaan obat-obat tradisional.

2. Tujuan Khusus

a. Membangun sistem pelayanan kesehatan tradisional yang bersinergi dengan pelayanan kesehatan konvensional;

b. Membangun sistem Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer yang bersinergi dan dapat berintegrasi dengan pelayanan kesehatan konvensional di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;

c. Memberikan pelindungan kepada masyarakat;

d. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan tradisional; dan

e. memberikan kepastian hukum bagi pengguna dan pemberi pelayanan kesehatan tradisional.

C .Sasaran Pedoman

Sasaran Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer adalah tempat-tempat pengobatan tradisional dan masyarakat.

Jumlah tempat : 6 lokasi di 6 Kelurahan

D. Ruang Lingkup Pelayanan kesehatan tradisional komplementer

Pelayanan Kesehatan Usila meliputi :

1. Kegiatan Pelayanan Usila di dalam gedung Puskesmas

Adalah pelayanan kesehatan yang dilaksanakan pada pasien didalam gedung puskesmas yang meliputi penyuluhan.

2. Kegiatan Pelayanan Usila di luar gedung Puskesmas

Adalah Pelayanan kesehatan yang dilakukan di luar gedung puskesmas yang meliputi penyuluhan ,dan pendataan.

E .Batas Operasional

1. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyakarat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

2. Pelayanan Usila adalah pelayanan kesehatan terhadap pengobatan tradisonal yang dilakukan di luar puskesmas.

(3)

BAB II

STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia

Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi tenaga upaya kesehatan yang ada di Puskesmas Gogagoman:

Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi

Kesehatan Tradisional Komplementer

Pendidikan minimal D I Diampu oleh 1 orang dengan latar belakang pendidikan

D I Kebidanan

B. Disitribusi Ketenagaan

Penanggung jawab program Upaya Kesehatan Tradisonal Komplementer dan latar belakang profesinya adalah sebagai berikut:

(4)

Upaya Kesehatan Tradisional Komplementer di Puskesmas Verra Dilapanga, SKM Bidan C. Jadwal Kegiatan

1. Pengaturan kegiatan upaya kesehatan dilakukan bersama oleh para pemegang program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tri bulanan/ lintas sektor dengan persetujuan kepala puskesmas.

2. Jadwal kegiatan upaya kesehatan dibuat untuk kangka waktu satu tahun, dan di break

down dalam jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal bulan sebelum

pelaksanaan jadwal.

3. Secara keseluruhan jadwal dan rencana kegiatan upaya kesehatan dikoordinasikan oleh Kepala Puskesmas Gogagoman.

BAB III

STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan

Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer dilakukan di semua kelurahan di wilayah puskesmas Gogagoman. Bahkan ada yang lebih dari satu tempat di sebuah kelurahan.

B. Standar Fasilitas

Untuk mendukung tercapainya tujuan kegiatan upaya kesehatan usia lanjut Puskesmas ABC I memiliki fasilitas penunjang sebagai berikut:

Kegiatan Pelayanan Kesehatan Tradisional

Sarana- prasarana

Penyuluhan / Pendataan

- Leaflet - Poster

- Alat peraga penyuluhan - SPT dan Blangko

(5)

BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN UPAYA KESEHATAN TRADISIONAL

KOMPLEMENTER

A. Lingkup Kegiatan

1. Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan tradisional komplementer.

2 Menyelenggarakan pembinaan melalui upaya penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan ,kemampuan, dan ketrampilan pada keluarga,masyarakat, termasuk organisasi masyarakat dalam menangani masalah kesehatan tradisional.

3. Pembinaan ketenagaan ,berupa peningkatan kemampuan teknis dan managemen bagi pengelola dan pelaksana dengan pemenuhan standart pelayanan , menerapkan kendali mutu,serta prosedur tetap pelayanan,pembinaan dukungan pendanaan program ,pembinaan terhadap penyelenggaraan pelayanan untuk meningkatkan kualitas pelayanan melalui pengembangan ilmu,teknologi tepat guna dan penelitian.

4. Peningkatan dukungan politis bagi upaya pembinaan kesehatan tradisional dengan mendayakan peraturan perundang undangan yang mendukung dan menyebarluaskan informasi ,arahan, dan kerjasama lintas program , lintas sektor,dalam upaya pembinaan kesehatan usia lanjut.

(6)

Pembinaan kesehatan tradisional dilaksanakan sebagai berikut dengan :

1. Menyesuaikan perencanaan pembinaan kesehatan traadisional dalam perencanaan puskesmas.

2. Menyesuaikan dengan kegiatan pokok lainnya dalam lokakarya mini puskesmas.

3. Menyesuaikan kondisi dan kebutuhan setempat.

C. Langkah Kegiatan 1. Perencanaan ( P1 )

a. Diseminasi informasi pembinaan kesehatan tradisional kepada staf puskesmas. b. Membuat kesepakatan diantara staf puskesmas tentang penatalaksanaan. c. Melakukan bimbingan dan pelatihan kepada staf puskesmas.

d. Membuat rencana kegiatan yang diintegrasikan dalam rencana tahunan puskesmas ( pengumpulan data dasar, membuat peta lokasi dan masalahnya, membuat rencana kegiatan sesuai masalah ).

e. Kerja sama dengan lintas sektor untuk member informasi dan menjelaskan perannya.

f. Melakukan Survey Mawas Diri bekerja sama dengan sektor terkait.

g. Melakukan musyawarah dengan masyarakat tentang upaya yang akan dilakukan. h. Membentuk kelompok kerja.

i. Melakukan pembinaan teknis bersama sektor terkait.

j. Mendorong pembentukan dan pembinaan kesehatan tradisional di masyarakat secara mandiri.

2. Pelaksanaan ( P2)

a. Kegiatan Promotif.

Bertujuan meningkatkan gairah hidup masyarakat.misal penyuluhan kesehatan tradisional.

b. Kegiatan Preventif.

Bertujuan Meningkatkan derajat kesehatan pengobatan tradisional dan derajat kesehatan masyarakat dengan penggunaan obat-obat tradisional.

c. Kegiatan kuratif.

Upaya yang dilakukan adalah pengobatan dan perawatan . d. Kegiatan Rehabilitatif.

Upaya yang dilakukan bersifat medic,psikososial,edukatif, dan pengembangan ketrampilan .

e. Kegiatan Rujukan.

Upaya yang dilakukan untuk mendapat pelayanan kuratif dan rehabilitative yang memadai dan tepat waktu sesuai kebutuhan ke fasilitas yang lebih lengkap.

(7)

3. Pemantauan dan Pembinaan ( P3)

Pemantauan dan pembinaan kesehatan tradisional dilakukan melalui pencatatan dan pelaporan yang sesuai dengan pengamatan langsung.Pencatatan juga dialaksanakan untuk melihat keberhasilan kegiatan ,dengan menggunakan format pencatatan kegiatan pelayanan untuk memantau kemajuan kegiatan.

Pemantauan dapat digunakan untuk mengendalikan proses pelaksanaan agar sesuai rencana, mengendalikan hubungan antar petugas lintas program dan lintas sektor agar saling mendukung dan tidak tumpang tindih.

4. Penilaian dan Pengembangan

Penilaian kegiatan dilakukan dengan :

a. Memanfaatkan data hasil pencatatan dan pelaporan rutin atau berkala, yang meliputi aspek masukan, proses, dan luaran.

b. Pengamatan langsung terhadap pelaksanaan kegiatan pelayanan untuk mengetahui kemajuan dan hambatan yang ada.

c. Study atau penelitian kusus untuk mengetahui kegiatan yang sudah dilakukan. Pengembangan kegiatan yang dilakukan :

a. Peningkatan mutu pelayanan meliputi fasilitas, teknologi, tenaga, peningkatan suvervisi, pelatihan dan penggalangan peran serta masyarakat serta pemanfaatan sumberdaya.

b. Memperluas jangkauan pelayanan, menambah jenis pelayanan ,dan jumlah tenaga pelaksana.

BAB V

LOGISTIK

(8)

Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggungjawab program kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing organisasi.

Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan kesehatan tradsional direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program dan lintas sektor sesuai dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan dilaksanakan.

Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan prasarana yang meliputi : - Tensimeter

- Timbangan Berat Badan - Mikrotois

- Stetoskop - Leaflet

- Buku catatan kegiatan

Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator Upaya kesehatan Lanjut Usia berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan kegiatan direncanakan oleh koordinator kesehatan usi lanjut berkoordinasi dengan bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of Action).

BAB VI

KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau dampak, baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan maupun resiko yang terjadi pada

(9)

petugas sebagai pelaksana kegiatan. Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan sasaran antara lain :

1. Identifikasi Resiko.

Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi pada saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

Analisis Resiko.

Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko atau dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menangani resiko yang terjadi. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.

Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya adalah menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah terjadinya resiko atau dampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang mungkin terjadi.

Rencana Upaya Pencegahan.

Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang terjadi.

5. Monitoring dan Evaluasi.

Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan sedang berjalan.

BAB VII

KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari sering disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah petugas dan hasil

(10)

kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan.

Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan suasana kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas terkait. Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas terhadap resiko pekerjaan.

Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.

Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan terhadap masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh yang sehat. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang benar, mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat pelindung diri yang benar.

BAB VIII

PENGENDALIAN MUTU

Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang untuk mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat berhubungan dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan mutu merupakan upaya untuk menjaga

(11)

agar kegiatan yang dilakukan dapat berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi dengan menggunakan indikator sebagai berikut:

1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual 2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan 3. Ketepatan metoda yang digunakan

4. Tercapainya indikator

Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan yang ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.

BAB IX

PENUTUP

Pedomanpelaksanaan upaya kesehatan tradisional ini dibuat untuk memberikan petunjuk dalam pelaksanaan kegiatanupaya kesehatan tradisional di Puskesmas Gogagoman, penyusunan pedoman disesuaikan dengan kondisi riil yang ada di puskesmas, tentu saja masih

(12)

memerlukan inovasi-inovasi yang sesuai dengan pedoman yang berlaku secara nasional. Perubahan perbaikan, kesempurnaan masih diperlukan sesuai dengan kebijakan, kesepakatan yang menuju pada hasil yang optimal.

Pedoman ini digunakan sebagai acuan bagi petugas dalam melaksanakan pelayanan upaya kesehatan tradisional di puskesmas agar tidak terjadi penyimpangan atau pengurangan dari kebijakan yang telah ditentukan.

Petugas Usila

Referensi

Dokumen terkait

[r]

- Guru dan siswa berdiskusi di sertai dengan tanya jawab tentang penyimpangan sosial yang terjadi dalam keluarga dan masyarakat. - Guru dan siswa membuat kesimpulan

dakwah dalam masyarakat maka dakwah sebagai pembentuk manusia perlu mawas diri kedalam dengan memperkuat diri melalui penelitian terus menerus akan kekurangan dirinya

Berdasarkan uraian landasan teori dan penjelasan penelitian terdahulu, diperlukan kerangka pemikiran yang jelas agar alur pada penelitian ini dapat dipahami secara

 Analisis Penentuan Kawasan Hutan Berdasarkan seluruh rangkaian analisis penentuan kawasan hutan yang dilakukan, maka didapatkan kawasan hutan secara keseluruhan

Adalah suatu metoda yang digunakan untuk pengguna agar dapat memanggil suatu fungsi yang ada pada suatu aplikasi biasanya secara visual. Melalui menu biasanya pengguna dapat

Perbedaannya adalah dari hasil penelitian diperoleh bahwa faktor 1 yaitu assuranse yang meliputi variabel kemampuan karyawan berkomunikasi, kemampuan karyawan dalam

Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini. 1) Memilih kartun-kartun yang akan digunakan sebagai data penelitian, yaitu kartun yang memiliki unsur verbal. 2)