LAPORAN
PRAKTIKUM FISIKA DASAR PESAWAT ATWOOD
DI SUSUN OLEH
1. NIKEN ANDRIASANI S. (066113004)
2. KOMALA SARI (066113006)
3. MIA AMALIA (066113033)
KELAS A (SEMESTER GANJIL) JUM’AT 1 NOVEMBER 2013 ASISTEN PRAKTIKUM : 1. ANGELA MARYAM B.,S.Si 2. MENTARI
3. RUNI
LABORATORIUM FISIKA FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS PAKUAN
BAB I PENDAHULUAN
Pada laporan percobaan ini, kita akan mencoba menjawab pertanyaan “Apa yang menyebabkan benda bergerak?”. Bangsa Yunani, sejak zaman dahulu telah yakin bahwa tarikan atau dorongan, yang disebut gaya, adalah yang menyebabkan sebuah benda bergerak dan tanpa adanya gaya, sebuah benda yang sedang bergerak akan segera berhenti. Sebuah benda yang sedang diam, yang berarti bahwa bila tidak ada gaya yang bekerja, sebuah benda akan terus diam. Tampaknya, pandangan bangsa Yunani ini beralasan, tetapi akan kita ketahui nanti bahwa ternyata pandangan tersebut tidak tepat.
Orang yang pertama menyangkal pandangan kuno bangsa Yunani tersebut adalah Galileo. Menurut “prinsip inersia” yang diusulkan Galileo, sebuah benda yang sedang bergerak pada permukaan horizontal yang licin sempurna (tanpa gesekan) akan tetap terus bergerak dengan kelajuan sempurna.
1.1 TUJUAN PERCOBAAN
1. Mempelajari penggunaan Hukum-hukum Newton 2. Mempelajari gerak beraturan dan berubah beraturan 3. Menentukan momen inersia roda/katrol
1.2 DASAR TEORI
Berdasarkan pada pendapat Galileo tersebut, pada tahun 1678 Isaac Newton menyatakan hukum pertamanya tentang gerak, yang sekarang kita kenal sebagai Hukum I Newton, kemudian ia pun mengemukakan Hukum II dan Hukum III Newton. Sebuah benda yang mula-mula diam, akan dapat bergerak jika mendapat pengaruh atau penyebab yang bekerja pada benda tersebut. Penyebabnya dapat berupa pukulan, tendangan, sundulan, atau lemparan. Dalam Fisika, penyebab gerak tersebut dinamakan gaya. Ilmu yang mempelajari tentang gerak dengan memperhitungkan gaya penyebab dari gerak tersebut dinamakan dinamika gerak. Seperti yang telah disebutkan tadi bahwa orang yang sangat berjasa dalam kajian Fisika tentang dinamika adalah Sir Isaac Newton. Newton menyadari bahwa pengalaman sehari-hari membuat kita sukar
memahami hubungan antara gaya dan gerak. Kita terbiasa melihat benda yang bergerak menjadi lambat dan kemudian berhenti tanpa terlihat adanya gaya yang bekerja pada benda tersebut. Oleh karena itu kita perlu mengetahui bagaimana gaya dapat menghasilkan gerak. Dalam percobaan kali ini pun kita akan menyelidiki apakah hokum Newton tersebut dapat diaplikasikan terhadap alat peraga berupa pesawat atwood dengan menghubungkan gejala-gejala yang terjadi dengan hukumhukum Newton.
1. Hukum I Newton
Galileo melakukan pengamatan mengenai benda-benda jatuh bebas. Ia menyimpulkan dari pengamatan-pengamatan yang dia lakukan bahwa benda-benda berat jatuh dengan cara yang sama dengan benda-benda ringan. Tiga puluh tahun kemudian, Robert Boyle, dalam sederetan eksperimen yang dimungkinkan oleh pompa vakum barunya, menunjukan bahwa pengamatan ini tepat benar untuk benda-benda jatuh tanpa adanya hambatan dari gesekan udara. Galileo mengetahui bahwa ada pengaruh hambatan udara pada gerak jatuh. Tetapi pernyataannya walaupun mengabaikan hambatan udara, masih cukup sesuai dengan hasil pengukuran dan pengamatannya dibandingkan dengan yang dipercayai orang pada saat itu (tetapi tidak diuji dengan eksperimen) yaitu kesimpulan Aristoteles yang menyatakan bahwa,” Benda yang beratnya sepuluh kali benda lain akan sampai ke tanah sepersepuluh waktu dari waktu benda yang lebih ringan”. Pada tahun 1678 Sir Isaac Newton menyatakan hukum pertamanya tentang gerak, yang sekarang kita kenal sebagai Hukum I Newton.
Hukum I Newton menyatakan “Sebuah benda akan berada dalam keadaan diam atau bergerak lurus beraturan apabila resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol”.
Secara matematis, Hukum I Newton dinyatakan dengan persamaan:
Hukum di atas menyatakan bahwa jika suatu benda mula-mula diam maka benda selamanya akan diam. Benda hanya akan bergerak jika pada suatu benda itu diberi gaya luar. Sebaliknya, jika benda sedang bergerak maka benda selamanya akan bergerak, kecuali bila ada gaya yang menghentikannya. Konsep Gaya dan Massa yang dijelaskan oleh Hukum Newton yaitu Hukum I Newton mengungkap tentang sifat benda yang cenderung mempertahankan
keadaannya atau dengan kata lain sifat kemalasan benda untuk mengubah keadaannya. Sifat ini kita ini kita sebut kelembaman atau inersia. Oleh karena itu, Hukum I Newton disebut juga Hukum Kelembaman.
2. Hukum II Newton
“Setiap benda yang dikenai gaya maka akan mengalami percepatanyang besarnya berbanding lurus dengan besarnya gaya dan berbanding tebalik dengan besarnya massa benda.”
Keterangan :
a = percepatan benda (ms-2)  m = massa benda (kg)
F = Gaya (N)
Kesimpulan dari persamaan diatas yaitu arah percepatan benda sama dengan arah gaya yang bekerja pada benda tersebut. Besarnya percepatan sebanding dengan gayanya. Jadi bila gayanya konstan, maka percepatan yang timbul juga akan konstan Bila pada benda bekerja gaya, maka benda akan mengalami percepatan, sebaliknya bila kenyataan dari pengamatan benda mengalami percepatan maka tentu akan ada gaya yang menyebabkannya. Persamaan gerak untuk percepatan yang tetap.
Keterangan : Vt = kecepatan akhir (m/s) V0 = kecepatan awal (m/s) V = kecepatan (m/s) Xt = jarak akhir (m) X0 = jarak awal (m) a = percepatan (m/s2) t = waktu (s)
Jika sebuah benda dapat bergerak melingkar melalui porosnya, maka pada gerak melingkar ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linear. Dalam hal ini ada besaran fisis momen inersia (momen kelembaman) I yang ekivalen dengan
∑F = ma
m
F
besaran fisis massa (m) pada gerak linear. Momen inersia (I) suatu benda pada poros tertentu harganya sebanding dengan massa benda terhadap porosnya.
Dimana harga tersebut adalah harga yang tetap
3. Hukum III Newton
Hukum III Newton menyatakan bahwa “Apabila benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua (disebut aksi) maka benda kedua akan mengerjakan gaya pada benda pertama sama besar dan berlawanan arah dengan gaya pada benda pertama (reaksi).” Secara matematis dinyatakan dengan persamaan :
Suatu pasangan gaya disebut aksi-reaksi apabila memenuhi syarat sebagai berikut : 1. Sama besar
2. Berlawanan arah
3. Bekerja pada satu garis kerja gaya yang sama 4. Tidak saling meniadakan
5. Bekerja pada benda yang berbeda
4. Gerak Translasi
Gerak lurus adalah gerak suatu obyek yang lintasannya berupa garis lurus. Dapat pula jenis gerak ini disebut sebagai suatu translasi beraturan. Pada rentang waktu yang sama terjadi perpindahan yang besarnya sama. Gerak lurus dapat dikelompokkan menjadi gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan yang dibedakan dengan ada dan tidaknya percepatan.
A. Gerak Lurus Beraturan (GLB)
Gerak lurus beraturan (GLB) adalah gerak lurus suatu obyek, dimana dalam gerak ini kecepatannya tetap atau tanpa percepatan, sehingga jarak yang ditempuh dalam gerak lurus beraturan adalah kelajuan kali waktu. Merupakan gerak lurus yang kelajuannya konstan, artinya
I ~ m
I ~ r2
Faksi = -Freaksi
benda bergerak lurus tanpa ada percepatan atau a = 0 m/s2. Secara matematis gerak lurus beraturan dapat dirumuskan sebagai berikut:
keterangan : S = jarak tempuh benda v = kelajuan
t = waktu tempuh
B. Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB)
Gerak lurus berubah beraturan (GLBB) adalah gerak lurus suatu obyek, di mana kecepatannya berubah terhadap waktu akibat adanya percepatan yang tetap. Akibat adanya percepatan rumus jarak yang ditempuh tidak lagi linier melainkan kuadratik. Dengan kata lain benda yang melakukan gerak dari keadaan diam atau mulai dengan kecepatan awal akan berubah kecepatannya karena ada percepatan (a = +) atau perlambatan (a = −). Pada umumnya GLBB didasari oleh Hukum Newton II (∑ F = m.a).
Merupakan gerak lurus dengan kelajuan berubah beraturan, dengan percepatan a adalah konstan. S= S0+v0t +1/2 at2 keterangan S = jarak yang ditempuh
S0= jarak awal v0= kecepatan awal
t = waktu GLBB dibagi menjadi 2 macam :
a. GLBB dipercepat
GLBB dipercepat adalah GLBB
yang kecepatannya makin lama makin
cepat, contoh GLBB dipercepat adalah
Dengan ketentuan:
= Kecepatan awal (m/s) = Kecepatan akhir (m/s) = Percepatan (m/s2)
t = waktu (s)
gerak buah dari pohonnya.Grafik hubungan antara v terhadap t pada GLBB dipercepat adalah:
Sedangkan Grafik hubungan antara s terhadap t pada GLBB. dipercepat adalah:
b. GLBB diperlambat
GLBB diperlambat adalah GLBB yang kecepatannya makin lama makin kecil (lambat). Contoh GLBB diperlambat adalah gerak benda dilempar keatas.
Grafik hubungan antara s terhadap t pada GLBB diperlambat
 Persamaan yang digunakan dalam GLBB sebagai berikut :
 Untuk menentukan kecepatan akhir Untuk menentukan jarak yang ditempuh setelah t detik adalah sebagai berikut :
Yang perlu diperhatikan dalam menggunakan persamaan diatas adalah saat GLBB dipercepat tanda yang digunakan adalah (+). Untuk GLBB diperlambat tanda yang digunakan adalah (-) , catatan penting disini adalah nilai percepatan (a) yang dimasukkan pada GLBB diperlambat bernilai positif karena dirumusnya sudah menggunakan tanda negatif.
Jika kita tinjau dari gaya-gaya yang bekerja dan gerak yang terjadi pada pesawa atwood, maka kita akan membaginya menjadi beberapa gerak, yaitu:
Gerakan dari C ke A
Benda m1 bergerak dipercepat beraturan ke atas, dan benda m2 bergerak dipercepat ke bawah. Jika gesekan katrol FK diperhitungkan, maka akan diperoleh gaya-gaya sebagai berikut: ∑F = ma
W2 - W1 – Fk = m tota
(m2-m1)g – Fk = (m1 + m2 + mk) a (m2-m1)g – Fk = (m1 + m2 + I/R2) a
a= (m2 -m1)g-Fk / (m1 + m2 + I/R2)
Jika m2 = m1 + m, maka akan dipeoleh nilai a a = mg – Fk
(m1 + m2 + I/R2) Gerakan dari A ke B
Jika waktu dari A ke B adalah tAB dan jarak tempuhnya adalah SAB, maka akan diperoleh hubungan : SAB = vtAB
Gerakan dari A ke B merupakan gerak beraturan, jadi benda tidak mengalami penambahan kelajuan, sehingga percepatannya sama dengan nol (a=0).
5. Gerak Rotasi
Gerak dengan lintasan berupa lingkaran.
Dari diagram di atas, diketahui benda bergerak sejauh ω° selama sekon, maka benda dikatakan melakukan perpindahan sudut.
Benda melalukan 1 putaran penuh. Besar perpindahan linear adalah atau keliling lingkaran. Besar perpindahan sudut dalam 1 putaran penuh adalah radian atau 360°.
Gerak melingkar atau gerak rotasi merupakan gerak melingkar suatu benda pada porosnya pada suatu lintasan melingkar. Bila sebuah benda mengalami gerak rotasi melalui porosnya, ternyata pada gerak ini akan berlaku persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan gerak linier.
Gerak melingkar ini ada yang disebut gerak melingkar beraturan dengan pengertian gerak suatu benda yang menempuh lintasan berbentuk lingkaran dengan laju liner (besaran kecepatan linier) tetap. Sebagai contoh, bila roda sepeda diangkat sehingga rodanya tidak bersentuhan dengan bidang datar (tanah atau lantai), kemudian pedalnya dikayuh, maka roda akan tetap berputar. Bila pedal dikayuh dengan kelajuan tetap maka laju putaran roda juga tetap.
Momen inersia merupakan representasi dari tingkat kelembaman benda yang bergerak rotasi. Semakin besar momen inersia suatu benda, semakin malas dia berputar dari keadaan diam, dan semakin malas pula ia untuk mengubah kecepatan sudutnya ketika sedang berputar. Sebagai contoh, dalam ukuran yang sama sebuah silinder yang terbuat dari sebuah besi memiliki momen inersia yang lebih besar daripada silinder kayu. Hal ini bisa diperkirakan karena terasa lebih berat lagi bagi kita untuk memutar silinder besi dibandingkan dengan memutar silinder kayu. Momen inersia pada gerak rotasi bisa dianalogikan dengan massa pada gerak translasi. Sedangkan gaya pada gerak translasi dapat dianalogikan dengan momen gaya pada gerak translasi. Jika gaya menyebabkan timbulnya percepatan pada gerak translasi maka momen gaya itulah yang menyebabkan timbulnya percepatan sudut pada gerak rotasi. Saat kita memutar sebuah roda atau membuka daun pintu, saat itu kita sedang memberikan momen gaya pada benda-benda tersebut.
Dengan memanfaatkan pengertian momen gaya, kita dapat mengadaptasi Hukum II Newton untuk diterapkan pada gerak rotasi. Bentuk persamaan Hukum II Newton adalah:
∑F = ma
Dengan menganalogikan gaya dengan momen gaya, massa dengan momen inersia, dan percepatan dengan percepatan sudut, akan kita temukan hasil adaptasi dari Hukum II Newton dalam gerak rotasi sebagai berikut:
� = ��
Keterangan: � = momen gaya (Nm) � = momen inersia (����)
Untuk memudahkan pemahaman mengenai besaran-besaran pada gerak rotasi, kita bisa menganalogikannya dengan besaran-besaran pada gerak lurus. Berikut merupakan analogi antara besaran-besaran pada gerak translasi dan besaran-besaran pada gerak rotasi.
A. Gerak Melingkar Beraturan
Gerak Melingkar Beraturan (GMB) adalah gerak melingkar dengan besar kecepatan sudut tetap. Besar Kecepatan sudut diperolah dengan membagi kecepatan tangensial dengan jari-jari lintasan .
Arah kecepatan linier dalam GMB selalu menyinggung lintasan, yang berarti arahnya sama dengan arah kecepatan tangensial . Tetapnya nilai kecepatan akibat konsekuensi dar tetapnya nilai . Selain itu terdapat pula percepatan radial yang besarnya tetap dengan arah yang berubah. Percepatan ini disebut sebagai percepatan sentripetal, di mana arahnya selalu menunjuk ke pusat lingkaran.
Bila adalah waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan satu putaran penuh dalam
lintasan lingkaran , maka dapat pula dituliskan
Kinematika gerak melingkar beraturan adalah
dengan adalah sudut yang dilalui pada suatu saat , adalah sudut mula-mula dan adalah kecepatan sudut (yang tetap nilainya).
B. Gerak Melingkar Berubah Beraturan
Analogi dari GLBB adalah gerak melingkar berubah beraturan (GMBB). Pada GMBB, percepatan yang tetap adalah percepatan sudut (α). Walaupun tetap tetapi nilainya tidak sama dengan nol. Setiap saat partikel mengalami dua macam percepatan, yaitu percepatan sentripetal (as) dan percepatan tangensial (at). Besar maupun arah kecepatan linear v setiap saat berubah.
Peran percepatan sentripetal (as) adalah merubah arah gerak partikel (arah kecepatan linear v) sehingga partikel dapat menempuh gerak melingkar. Percepatan tangensial (at) berpaeran merubah besar kecepatan linear (kelajuan linear) partikel. Hubungan antara percepatan sudut (α) dengan percepatan tangensial (at) dinyatakan dengan persamaan berikut:
Besar dan arah percepatan total berturut-turut dinyatakan oleh persamaan:
Keterangan:
a= percepatan total (m/s2)
as= percepatan sentripetal (m/s2)
at= percepatan tangensial (m/s2)
Berikut persamaan-persamaan gerak pada gerak melingkar berubah beraturan.
Keterangan:
∆θ= θ-θ0=perpindahan sudut (rad)
ω = kecepatan sudut setelah t sekon (rad/s)
ω2
= kecepatan sudut awal (rad/s)
α= percepatan sudut (rad/s2)
t= waktu (s)
Untuk sebuah katrol dengan beban-beban seperti pada gambar dibawah, maka berlaku persamaan seperti berikut,
Bila dianggap M1 = M2 = M
Pada saat M1 berada diklem S maka gerak dipercepat dengan persamaan (5). Pada saat melalui lubang A, benda m akan tertinggal dan M2 lolos melalui lubang A dan menuju titik B dengan kecepatan konstan. Karena M1 = M2, maka M2 + m berada dititik C, jika M1 dilepas dari klem maka M2+ m akan turun dari titik C ke B melewati titik A dengan gerak dipercepat.
7. Pesawat Atwood
Pesawat atwood adalah alat yang digunakan untuk yang menjelaskan hubungan antara tegangan, energi pontensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat (massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Benda yang yang lebih berat diletakan lebih tinggi posisinya dibanding yang lebih ringan. Jadi benda yang berat akan turun karena gravitasi dan menarik benda yang lebih ringan karena ada tali dan katrol.
Gambar 1. Pesawat Atwood
Pesawat Atwood merupakan alat eksperimen yang digunakan untuk mengamati hukum mekanika gerak yang berubah beraturan. Alat ini mulai dikembangkan sekitar abad ke delapan belas untuk mengukur percepatan gravitasi g. Dalam kehiduapan sehari-hari kita bias menemui penerapan pesawat Atwood pada cara kerja lift. Sederhananya alat ini tersusun atas seutas tali yang dihubungkan dengan sebuah katrol, dimana pada ujung tali dikaitkan massa beban m1 dan m2. Jika massa benda m1 dan m2 sama (m1 = m2), maka keduanya akan diam. Akan tetapi jika massa benda m2 lebih besar dari pada massa bendam1 (m2 > m1), maka massa m1 akan tertarik oleh massa benda m2.
Sederhananya pesawat atwood tersusun atas 2 benda yang terhubung dengan seutas kawat/tali. Bila kedua benda massanya sama, keduanya akan diam. Tapi bila salah satu lebih besar (misal m1>m2). Maka kedua benda akan bergerak ke arah m1 dengan dipercepat. Gaya penariknya sesungguhnya adalah berat benda 1. Namun karena banda 2 juga ditarik ke bawah (oleh gravitasi), maka gaya penarik resultannya adalah berat benda 1 dikurangi berat benda 2.
BAB II
ALAT DAN BAHAN
1. Pesawat Atwood Lengkap
 Tiang berskala
 Dua beban dengan tali
 Beban tambahan (dua buah)
 Katrol
 Penjepit beban
 Penyangkut beban (lempeng) 2. Jangka sorong
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Gerak Lurus Beraturan
1. Beban m1, m2, dan m3 di timbang. (usahakan m1 = m2).
2. Beban m1 di letakan pada penjepit P.
3. Beban m2 dan m3 terletak pada kedudukan A.
4. Kedudukan penyangkut beban B dan meja C di catat (secara tabel).
5. Bila penjepit P dilepas m2 dan m3 akan dipercepat antara AB dan selanjutnya bergerak
beraturan antara BC setelah tambahan beban tersangkut di B. Waktu yang di perlukan untuk gerak anatar BC dicatat.
6. Percobaan diatas diulangi dengan mengubah kedudukan meja C (ingat tinggi beban m2) 7. Percobaan diatas diulangi dengan menggunakan beban m3 yang lain.
Catatan :
3.2 Gerak Lurus Berubah Beraturan
1. Rangkaian Pesawat Atwood diatur kembali seperti percobaan gerak lurus baraturan. 2. Kedudukan A dan B di catat (secara tabel)
3. Bila beban m1 di lepas, maka m2 dan m3 akan melakukan gerak lurus berubah
beraturan antara A dan B, catatlah waktu yang diperlukan untuk gerak ini.
4. Percobaan diatas diulangi dengan mengubah ubah kedudukan B. Jarak AB dan waktu yang diperlukan selalu dicatat.
5. Percobaan diatas diulangi dengan mengubah beban m3.
BAB IV
DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN 4.1 DATA PENGAMATAN
Keadaan Ruangan P (cm) Hg T (oC) C (%)
Sebelum Percobaan 75,6 cm Hg 25 oC 71 %
Sesudah Percobaan 75,6 cm Hg 25 oC 70 %
Tabel 1 (Gerak Lurus Beraturan) 2M = 206,5 gr d = 12,96 cm R = 6,48 cm
No Massa (gram) s (cm) t (s) v (cm/s) 1 2 20 0,67 29,850 25 1,10 22,727 2 4 20 0,86 23,255 25 0,97 25,773 3 6 20 0,67 29,850 25 0,83 30,120
Tabel 2 (Gerak Lurus Berubah Beraturan) 2M = 206,5 gr d = 12,96 R = 6,48 cm No Massa (gr) s (cm) t (s) a (cm/s2) I (gr.cm2) v (cm/s) 1 2 20 1,87 11,46 -1573 10,695 25 2,52 7,87 1702,2 9,920 2 4 20 1,40 20,40 -77026 14,285 25 1,72 16,95 871,71 14,534 3 6 20 1,16 29,85 -855792 17,241 25 1,32 28,73 -3292 18,939 4.2 PERHITUNGAN 2M = 206,5 gr d = 12,96 cm R = 6,48 cm
1. Gerak Lurus Beraturan Kecepatan
BAB V PEMBAHASAN
Pada percobaan praktikum kali ini mengenai Pesawat Atwood yang merupakan alat eksperimen, yang digunakan untuk mengamati hukum mekanika gerak yang berubah beraturan dan digunakan untuk menjelaskan hubungan antara tegangan, energi pontensial dan energi kinetik dengan menggunakan 2 pemberat (massa berbeda) dihubungkan dengan tali pada sebuah katrol. Pada percobaan ini, dari 2 kali percobaan, yang pertama dengan jarak 20 cm dan 25 cm dalam satu kali percobaan. Praktikan harus mengamati gerak apa yang terjadi pada bandul tersebut serta hitung waktu yang di butuhkan bandul tersebut dalam satu kali percobaan pada sebuah katrol sederhana. Percobaan dilihat dari Gerak Lurus Beraturan (GLB), perbedaan hanya pada kecepatan dari 2 jarak yang berbeda. Percepatan pada GLB = 0 , yang telah di bahas pada bab dasar teori sebelumnya.
Percepatan yang di alami oleh bandul hanya terdapat pada Gerak Lurus Berubah Beraturan (GLBB) didapatkan hasil yang berbeda-beda dari hasil kecepatan dan percepatan yang terjadi pada bandul di setiap lempeng yang berbeda massa nya. Sehingga di dapatkan lah
hasil akhir yaitu momen inersia dari gerak lurus berubah beraturan ini, yaitu sebesar . yang dapat jika gerak bandul di beri beban atau lempeng dan hasil apa yang didapat jika beban atau lempeng pada bandul di hilangkan. sehingga percepatan atau perlambatan kah yang
BAB VI SIMPULAN
BAB VII DAFTAR PUSTAKA
Buku Penuntun Praktikum Fisika Dasar, 2013. Universitas Pakuan. Bogor.
Nurfauziawati, Nova. Fisika Dasar Modul 2-Pesawat Atwood. 2010. Universitas Padjajaran. Bandung.