• Tidak ada hasil yang ditemukan

MERANCANG SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MEMBERIKAN STATUS DESA WISATA DENGAN METODE AHP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MERANCANG SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MEMBERIKAN STATUS DESA WISATA DENGAN METODE AHP"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

347

MERANCANG SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

UNTUK MEMBERIKAN STATUS DESA WISATA

DENGAN METODE AHP

Candra Agustina AMIK BSI Bekasi e-mail: Candra.caa@bsi.ac.id

Abstract

World tourism development takes place rapidly. At the time of this tourist destination not only fixed on an already well known tourist attraction, but also the villages surrounding attractions. The villages are recommended to become a tourist destination is commonly referred to with the tourist village. To get the status of a tourist village, a village must meet the requirements of which there are tourist attractions, mileage, or equivalently village, human resources and infrastructure. A growing number of villages which apply to the status of a tourist village, making tourism should be increasingly selective in order to make the tourism village is not only a mere status. With the method of Analitycal Hierarchy Process is expected to help to determine who is entitled to bear the status of a tourist village on the basis of the existing criteria.

Keywords: Tourist village, Analitycal Hierarchy Process Abstrak

Perkembangan dunia pariwisata berlangsung dengan cepat. Pada saat ini tujuan wisata tidak hanya tertuju pada objek wisata yang sudah terkenal, akan tetapi juga desa-desa disekitar objek wisata tersebut. Desa-desa yang direkomendasikan untuk menjadi tujuan wisata ini biasa disebut dengan Desa Wisata. Untuk mendapatkan status sebagai desa wisata, sebuah desa harus memenuhi persyaratan diantaranya ada atraksi wisata, jarak tempuh, besaran desa, SDM dan infrastruktur. Semakin banyak desa-desa yang mengajukan permohonan untuk menyandang status sebagai desa wisata, membuat dinas pariwisata harus semakin selektif agar desa wisata tersebut tidak hanya status belaka. Dengan metode Analitycal Hierarchy Process diharapkan dapat membantu untuk menentukan desa yang berhak untuk menyandang status sebagai desa wisata berdasarkan kriteria-kriteria yang ada.

Kata kunci: desa wisata, Analitycal Hierarchy Process 1. Pendahuluan

Dunia pariwisata di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat. Jumlah wisatawan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah pwngunjung ini harus diimbangi dengan peningkatan pengembangan objek wisata yang sudah ada. Di dalam dunia kepariwisataan sekarang terdapat kecenderungan untuk mengolah potensi daerah, terutama desa beserta strategi pemberdayaan masyarakatnya. Seperti dinyatakan Fandeli, bahwa kebijakan pengembangan pariwisata daerah harus didasarkan pada paradigma yang berkembang di daerah (Fandeli, 2002: 45). Maka logis jika ada semacam kehendak untuk menempatkan desa yang berpotensi dan memiliki sumbersumber produksi sebagai landasan strategisnya, sekaligus memberdayakan masyarakatnya.

Untuk mendapatkan status desa wisata, pihak desa harus menyiapkan diri untuk menjadi desa wisata. Setelah itu perangkat desa harus mengajukan permohonan untuk status desa wisata ke Dinas Pariwisata setempat.

Dalam memutuskan mengabulkan atau menolak permohonan tersebut Dinas Pariwisata akan menerapkan kriteria-kriteriasebagai berikut: 1. Besaran desa 2. SDM 3. Infrastruktur 4. Keunikan 2. Metode Penelitian

Penelitian ini ini termasuk jenis Penelitian Deskriptif dimana penelitian ini ditujukan untuk memberikan gambaran atau uraian atas suatu keadaan sejelas mungkin tanpa

(2)

KNiST, 30 Maret 2014

348 ada perlakuan terhadap obyek yang akan

diteliti.

3. Kajian Literatur A. Desa Wisata

Prinsip dasar dari pengembangan desa wisata

1. Pengembangan fasilitas-fasilitas wisata dalam skala kecil beserta pelayanan di dalam atau dekat dengan desa

2. Fasilitas-fasilitas dan pelayanan tersebut dimiliki dan dikerjakan oleh penduduk desa, salah satu bisa bekerja sama atau individu yang memiliki.

3. Pengembangan desa wisata didasarkan pada salah satu “sifat” budaya tradisional yang lekat pada suatu desa atau “sifat” atraksi yang dekat dengan alam dengan pengembangan desa sebagai pusat pelayanan bagi wisatawan yang mengunjungi kedua atraksi tersebut. Jenis Wisatawan Pengunjung Desa Wisata Karena bentuk wisata pedesaan yang khas maka diperlukan suatu segmen pasar tersendiri. Terdapat beberapa tipe wisatawan yang akan mengunjungi desa wisata ini yaitu :

Wisatawan Domestik

Terdapat tiga jenis pengunjung domestik, yaitu:

1. Wisatawan atau pengunjung rutin yang tinggal di daerah dekat desa tersebut. Motivasi kunjungan : mengunjungi kerabat, membeli hasil bumi atau barang-barang kerajinan.

2. Wisatawan dari luar daerah (luar propinsi atau luar kota), yang transit atau lewat dengan motivasi, membeli hasil kerajinan setempat.

3. Wisatawan domestik yang secara khusus mengadakan perjalanan wisata ke daerah tertentu, dengan motivasi mengunjungi daerah pedesaaan penghasil kerajinan secara pribadi. Wisatawan Manca Negara

1. Wisatawan yang suka berpetualang dan berminat khusus pada kehidupan dan kebudayaan di pedesaan.

2. Wisatawan yang pergi dalam grup (di dalam suatu biro perjalanan wisata). Wisatawan yang tertarik untuk mengunjungi dan hidup di dalam kampung dengan motivasi merasakan kehidupan di luar komunitas yang biasa dihadapinya.

B. Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan suatu system yang mendukung manager dalam mengambil keputusan untuk suatu masalah semi terstruktur. Tujuan SPK dalam pengambilan keputusan bukan sebagai pengganti manager, melainkan alat yang mendukung manager dalam mengambil keputusan.

Komponen database berfungsi utnuk menyimpan data-data yang dihasilkan oleh internal dan eksternal organisasi dan privat data yang diberikan oleh manager. Dalam suatu Decission Support System terdapat beberapa komponen yang salah satunya adalah model. Model ini berfungsi untuk berfungsi untuk menyederhanakan permasalahan, sehingga lebih mudah dipahami.Knowledge Manager bersifat optional artinya boleh digunakan boleh tidak digunakan. Biasa digunakan untuk kasus yang modelnya berbasis kecerdasan buatan. Dialog manajemen merupakan komponen yang menjembatani komunikasi antar user dan user interface (program). Pengguna merupakan manajer yang menggunakan sistem ini.

C. Analityc Hierachy Process

AHP (Analytic Heirarchy Prosess) dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Whaston School of Business pada tahun 1970-an untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih alternatif yang paling disukasi. (Marimin, 2004). Dengan menggunakan AHP suatu persoalan akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisir, sehingga dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas persoalan tersebut.

Prinsip kerja dari AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, stratejik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya serta menata dalam suatu hierarki kemudian tingkat kepentingan setiap variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain.

Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan mempunyai peran untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut. AHP memungkinkan untuk memberikan nilai bobot relatif dan suatu kriteria majemuk secara intuitif yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons).

(3)

Keunggulan AHP

Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah:

1. Kesatuan

AHP merupakan model tunggal yang mudah dimengerti dan luwes dalam memecahkan aneka ragam persoalan tak terstruktur.

2. Saling ketergantungan

AHP dapat menangani saling

ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tak memaksakan pemikiran linier.

3. Penyusunan hierarki

AHP mencerminkan kecenderungan pemikiran alami untuk memilah-milah elemen-elemen suatu sistem pada berbagai tingkat yang berlainan serta mengelompokkan unsur- unsur sejenis dalam setiap tingkat.

4 Pengukuran

AHP memberi suatu skala untuk mengukur hal-hal tanwujud dari suatu metode dalam rangka untuk menetapkan prioritas

5 Konsistensi

AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas

intesis

AHP menuntun untuk memperoleh suatu taksiran menyeluruh tentang setiap alternatif keputusan yang terbaik. 6. Tawar menawar

AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka

7. Penilaian dan konsensus

AHP tak memaksakan konsensus tetapi mensintesakan suatu hasil yang

merupakan representasi dari berbagai penilaian yang berbeda-beda

8. Pengulangan proses

AHP memungkinkan penggunanya dalam mempertajam definisi tentang suatu persoalan serta memperbaiki pengertian dan pertimbangan melalui pengulangan proses

4. Pembahasan

Untuk mendapatkan status sebagai desa wisata, sebuah desa harus memenuhi criteria sebagai berikut:

1. Keunikan yaitu keunikan yang dimiliki desa tersebut dan tidak dimiliki oleh desa-desa yang lain.

Sub kriteria : Kerajinan, Kesenian, Wisata Alam, kuliner

2. Infrastuktur yaitu fasilitas-fasilitas yang ada didesa tersebut.

Sub criteria : kondisi jalan, komunikasi

3. SDM

Kesiapan masyarakat untuk menjadi desa wisata

Sub criteria : guide, kondisi penduduk

4. Besaran Wilayah

Sub kriteria : Jumlah Penduduk, Luas Wilayah

Kriteria-kriteria tersebut digambarkan dalam hierarki sebagai berikut :

(4)

KNiST, 30 Maret 2014

350 Gambar 3 Hierarki Kriteria Menentukan Status Desa Wisata

Setelah dimasukkan kedalam software Super Decision 1.6.0 akan menghasilkan tampilan sebagai berikut:

Gambar 4. Rancangan pada Super Decission Langkah pertama: kuesioner untuk

membandingkan antar Goal dengan kriteria. 1. Besar Wiayah dengan Infrastuktur 2. Besar Wilayah dengan Keunikan 3. Besar Wilayah dengan SDM 4. Infrastuktur dengan Keunikan

5. Infrastukrut dengan SDM 6. Keunikan dengan SDM

Dari kuesioner yg telah diisi tinggal diinputkan pada table komparasi seperti berikut:

Dari hasil input akan didapatkan matrik

(5)

Langkah Kedua: Membandingkan Keunikan dengan SubKeunikan

1. Kerajinan dengan Kesenian 2. Kerajinan dengan Wisata Alam 3. Kesenian denganWisata Alam

Langkah Ketiga : Mengisi mengisi kuesioner untuk membandingkan infrastruktur dan sub infrastruktur.

1. Air dengan Akses Jalan 2. Air dengan Listrik

3. Air dengan Sarana Komunikasi 4. Akses Jalan dengan Listrik

5. Akses Jalan dengan Sarana Komunikasi 6. Listrik dengan Sarana Komunikasi Langka Keempat; Mengisi kuesioner untuk membandingkan Besar Wilayah dengan SubBesarWilayah.

1. Jml Penduduk dengan Luas Desa

Langkah Kelima : Mengisi kuesioner untuk membandingkan SDM dengan SubSDM. 1. Guide dengan KesPend

Langkah Keenam : Mengisi kuesioner untuk membandingkan alternatives berdasarkan SubKriteria yang telah ditentukan.. Alternatives pada penerapannya nanti akan

diisi sesuai dengan desa yang mengajukan status sebagai desa wisata.

1. Membandingkan Kesenian yang ada pada alternatives

2. Membandingkan Kerajinan yang ada pada alternatives

3. Membandingkan Wisata Alam yang ada pada alternatives

4. Membandingkan Akses Jalan yang ada pada alternatives

5. Membandingkan Sarana Komunikasi yang ada pada alternatives

6. Membandingkan Listrik yang ada pada alternatives

7. Membandingkan ketersediaan Air yg ada pada alternatives

8. Membandingkan Luas Desa yang ada pada alternatives

9. Membandingkan JmlPenduduk yang ada pada alternatives

10. Membandingkan Guide yang ada pada alternatives

11. Membandingkan KesPend (Kesiapan Penduduk) yang ada pasa alternatives Setelah langkah pertama sampai langkah keenam dilakukan, kesimpulan sudah dapat diambil dengan cara klik syn.

Hasil bisa diketahui dengan melihat nilai terbesar dari Ideals, Normal dan Raw.

(6)

KNiST, 30 Maret 2014

352 5. Simpulan

Beberapa kesimpulan yang dapat diambil adalah:

1. Metode AHP (Analytic Heirarchy Prosess) bisa diaplikasikan untuk system pendukun keputusan dalam menentukan status desa wisata.

2. Desa yang mengajukan diri sebagai desa wisata akan menjadi alternatives dalam system ini.

REFERENSI

Saaty, T.L. (1991). Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Jakarta: Pustaka Binaman Pressindo.

Marimin,(2004). Teknik dan palikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Penerbit PT Grasindo, Jakarta.

Saaty, T.L. (2001). Decission Making For Leader. Forth edition. Univercity of Pittsburgh,RWS Publication.

Saaty, Rozzan W. (2003). Decision Making In Complex Environments. Univercity of Pittsburgh,RWS Publication.

Tracey, M and Tan, C.L (2001). Empirical Analysis of Supplier Selection and Involment, Customer Satisfaction, and Firm Performance. An International Journal of Supply Chain Management.

Gambar

Gambar 4. Rancangan pada Super Decission  Langkah pertama: kuesioner untuk

Referensi

Dokumen terkait

Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya item-item soal.. Soal yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan. Item soal yang valid berarti item

Berdasarkan kerangka pikir dan hipotesis dari penelitian ini, maka dapat diidentifikasi variabel-variabel yang digunakan yaitu CEO Duality dan interlocking

Penelitian yang dilakukan di dalam negeri diantaranya, Yusfaningrum (2005) hasil penelitiannya menunjukkan hubungan positif antara partisipasi anggaran dan kinerja,

Bagian lain dari usus halus juga merupakan tempat terjadinya pelintasan membran dengan intensitas yang besar, dan disini lebih banyak terjadi difusi pasif.. Difusi pasif

Kabupaten Empat Lawang tidak memiliki areal padi ladang, Karena mayoritas petani melakukan usaha tani padi sawah (BPS, 2015). Kabupaten Empat Lawang memiliki 10 kecamatan

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : HK.03.05/I/823/11 tanggal 22 Maret 2011 Tentang Penetapan Laboratorium Klinik An Nur Cilacap Sebagai Sarana Kesehatan Untuk

CATATAN: Jika partisi telah tersedia dengan ukuran yang sesuai pada perangkat penyimpanan USB yang dipilih (misalnya, partisi yang telah digunakan sebagai partisi pencadangan),

, Peluang pembentukan awan yang berpotensi hujan sangat Signifikan disebabkan terdapatnya wilayah konvektif di sekitar Kalimantan bagian Timur, Sulawesi, Maluku dan