21
JOURNAL OF ARCHITECUTRE AND URBANISM RESEARCH
Available online http://ojs.uma.ac.id/index.php/jaur
PENERAPAN FOLDING ARCHITECTURE PADA PERANCANGAN
MONUMEN PDRI DI KOTO TINGGI
APPLICATION OF FOLDING ARCHITECTURE IN DESIGN
MONUMENT OF PDRI IN KOTO TINGGI
Uci Yusri Novita
1), Yohannes Firzal,
2), Wahyu Hidayat
3)
1)Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau 2) 3) Dosen Program Studi Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Jl. HR. Soebrantas KM 12.5 Pekanbaru Kode Pos, 28293
Diterima: Maret 2020; Disetujui: Oktober 2020; Dipublikasi: 31 Oktober 2020
*Corresponding author: [email protected]
Abstrak
Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) adalah salah satu peristiwa sejarah yang terjadi pada saat perang kemerdekaan. PDRI menjadi tonggak sejarah perjuangan rakyat Indonesia. Keberadaan PDRI sebagai pemerintahan darurat di Sumatera Barat di bawah pimpinan Sjafruddin Prawiranegara menjadi lambang persatuan dan efektif dalam meningkatkan perlawanan Indonesia untuk merebut kembali kekuasaan dan kemerdekaan Untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut, pemerintah membangun tugu peringatan Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Koto tinggi Sumatera Barat, namun saat ini kondisi monumen tersebut tidak terawat dan fasilitas yang tidak lengkap juga dicampur dengan kegiatan sosial. Solusi dari masalah ini adalah desain dari monumen PDRI di tempat baru dengan berbagai fasilitas dan menerapkan folding architecture dalam metode pencarian bentuk dengan penerapan konsep intertwinning. Folding architecture adalah salah satu metode untuk menemukan bentuk yang berfokus pada proses menemukan bentuk sebelum proses desain lainnya yang memfokuskan pada bentuk eksplorasi komunikatif yang dapat mengkomunikasikan fungsi dari objek PDRI Monument dan dapat dipahami secara visual dan intuitif
Kata Kunci: Folding Architecture, Monumen, PDRI Abstract
Emergency Government of Republic Indonesia (PDRI) is one of the events history that occurred at the time of the war of independence. PDRI became a milestone in the struggle of Indonesian people. The existence of PDRI as an emergency government in West Sumatera under the leadership of Sjafruddin Prawiranegara became a symbol of unity and effective in raising the resistance of Indonesia to reclaim the power and independence’s back. To commemorate the historical event, the government was build a monument of the emergency Government of the Republic of Indonesia (PDRI) in Koto tinggi West Sumatera but nowadays the condition of monument is not maintained and the facilities its not complete also mixed with social activities. The solution of the problem is the design of the PDRI Monument in the new place with various facilities by implementing folding architecture in the form search method with the application of intertwinning concept. Folding architecture is one of the methods of finding shapes that focuses on the process
Mahya F.K, Yohannes F, MMira D.S Penerapan Prinsip Biophilic Design pada Perancangan Apartemen
22
of finding the shape before the other design processes that is focusing on the form of communicative exploration that can communicating the function of the PDRI Monument object and can be understood by visually and intuitively.
Keywords: Folding Architecture, Monument, PDRI
How to Cite : Novita U.Y, Yohannes F, Wahyu H (2020). Penerapan Folding Architecture pada Perancangan Monumen PDRI di Kota Tinggi. JAUR (Journal of Architecture and Urbanism Research). 4 (1): 21-29
23
Indonesia tidak bisa dipisahkan dari salah satu peristiwa sejarah yaitu terbentuknya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia
(PDRI) pada tahun 1948 – 1949. PDRI
hanya berusia 7 bulan, tapi hal ini menentukan masa depan Indonesia yang
baru diproklamasikan. Peristiwa
penangkapan beberapa pemimpin
Pemerintahan Republik Indonesia oleh
Belanda mendorong untuk segera
membentuk Pemerintahan Darurat
Republik Indonesia (PDRI) di Sumatera Barat (Ahmad, 2016). Untuk mengenang peristiwa tersebut dibuatlah tugu perjuangan (PDRI) yang ada di Koto Tinggi.
Keberadaan tugu sebagai lambing
perjuangan para pahlawan untuk
mempertahankan keutuhan NKRI dari agresi militer Belanda ke-2. Tugu ber- makna simbolis diabadikan dalam bentuk figur pejuang dengan berbagai cerita sejarah. (Mulyaber,2016)
Gambar 1. Kondisi Tugu PDRI Koto Tinggi (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Seiring berjalannya waktu, kondisi tugu kurang terawat dan fasilitas pendukung tidak memadai. Tugu peringatan yang seharusnya menjadi objek utama terhalangi keberadaan pasar. Inilah yang menjadi permasalahan utama.
Salah satu solusi nyata masalah melalui perencanaan monumen Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) dengan
diharapkan mampu membangkitkan
kembali semangat patriotisme masyarakat. Selain itu menjadi sarana yang memadai untuk berbagai kegiatan edukasi, konservasi maupun rekreasi di daerah tersebut dengan pendekatan folding architecture.
Folding architecture merupakan metode pencarian bentuk yang menitik beratkan pada proses eksplorasi bentuk terlebih. Hal tersebut mengakibatkan tidak adanya batasan eksplorasi dalam proses pencarian bentuk. Menurut Tom Health (1984), tidak ada yang absolut dalam arsitektur. Setiap individu mempunyai caranya sendiri dalam melakukan pencarian bentuk melalui metode folding ini.
Tema perancangan yang diusung pada perancangan Monumen (PDRI) ini adalah
folding architecture dengan menggunakan lipatan kertas. Pemilihan tema ini dilandasi
oleh bentuk exploratif dengan
menitikberatkan pada eksplorasi bentuk komunikatif objek Monumen PDRI agar dapat dimengerti baik secara visual maupun
intuitif. Hal ini menciptakan penonjolan
bentuk modern yang dapat menjadi landmark daerah Koto Tinggi dan sebagai penanda untuk mengenang peristiwa sejarah yang terjadi.
Adapun permasalahan yang akan dikaji adalah sebagai berikut: Bagaimana
menerapkan tema folding architecture pada
perancangan Monumen PDRI?, Bagaimana merumuskan penataan ruang dan fasilitas
pada Monumen PDRI?, Bagaimana
merumuskan konsep perancangan pada Monumen PDRI di Koto Tinggi?
Monumen adalah bangunan atau tempat yang mempunyai nilai sejarah penting karena itu dipelihara serta dilindungi negara. Sedangkan monumental
Mahya F.K, Yohannes F, MMira D.S Penerapan Prinsip Biophilic Design pada Perancangan Apartemen
24
peringatan pada suatu peristiwa yang agung ( KBBI, 2019).
Monumen juga diartikan segala sesuatu yang telah melewati ketahanan yang
lama digunakan untuk mengenang
seseorang, kegiatan atau kejadian. Dalam pengertian lain pekerjaan atau hasil karya yang sifatnya kekal.
Bangunan Monumental Tunggal ,
Unsur – unsur Bangunan Monumental
(Supriyadi, 2004). Fisik bangunan, Bentuk bangunan relatif meninggi dan dominasi unsur-unsur vertikal dan skala monumental. Perancangan Tapak, Pola sirkulasi utama cenderung monoton dan statis sehingga menguatkan nilai bangunan utama dan melemahkan bangunan penunjang.
Pengelompokan ruang dan fungsi
berdasarkan hirarki, ditampilkan dengan tegas. Tapak cenderung relatif luas.
Skala, menurut (Martem, 1953) bila orang melihat lurus ke depan, maka bidang
pandangan vertikal diatas bidang
pandangan horizontal mempunyai sudut 40º atau 2/3 seluruh pandangan mata. Dan orang dapat melihat keseluruhan bangunan bila sudut pandangannya 27º atau D/H = 2 (D : distance,H : high; jarak dibagi tinggi sama dengan 2) , b. Sedangkan mengenai skala square atau plaza, bahwa besarnya
square atau plaza adalah 1≤ D/H≤ 2, D/H
terletak dimana saja diantara 1 dan 2, maka ruang luar yang terjadi akan memiliki proporsi yang seimbang.
Pengertian Folding architecture, merupakan
serangkaian manipulasi pada kertas untuk mengaplikasikan perubahan baik bentuk,
permukaan, maupun arti padabenda
tersebut (Sihanani, 2008). Bentuk yang dihasilkan kemudian mengharuskan fungsi
dari bangunan harus menyesuaikan.
Sehingga dikatakan bahwa folding
merupakan salah satu metode yang
mengusung function follows form atau fungsi mengikuti bentuk (Torondek, 2008).
Prinsip Dasar Folding architecture(
Vyzoviti, 2004), Matter and Function (Materi
dan Fungsi), Kertas dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk sebagai material yang mudah dilipat sehingga material tersebuat menjadi lebih bermassa dan dapat berdiri dengan strukturnya sendiri.
Algorithms (Algoritme), Sebagai materi yang dinamis, kertas memiliki potensi untuk dieksplorasi. Sehabis diberikan perlakuan, materi ini juga memperlihatkan suatu bekas dan itu merupakan sebuah hasil pemetaan dari proses yang telah dilakukan. Spatial, Structural, and Organizational Diagrams
(Diagram Spasial Struktural dan
Organisasional). Selama proses transformasi terdapat ruang-ruang yang kemudian muncul akibat penambahan volume pada kertas.
Architectural Prototypes (Prototipe
Arsitektur), Prototype arsitektur merupakan
proses yang menggabungkan semua proses sebelumnya dalam pencarian bentuknya
menggunakan media-media tambahan
(selain kertas).
METODE PENELITIAN
Perancangan Monumen PDRI ini
menggunakan pendekatan tema folding
architecture dimana pencarian bentuk dengan metode lipatan kertas yang menekankan
bentuk eksploratif pada fasad, ruang , dan
landscape sebagai estetika bangunan agar
pengunjung dapat menikmati visual.
Menggunakan metode prototipe arsitektur
diaplikasikan ketika proses pencarian bentuk dasar dilakukan maupun pengolahan bentuk pada tahap pengembangan bentuk.
Strategi perancangan dalam tahapan dimulai dengan survey, analisa fungsi,
25
analisa site, membuat program ruang, penzoningan, konsep, bentuk massa, tatanan ruang luar, sistem struktur, tatanan ruang dalam, fasad, sitem utilitas hingga mendapatkan hasil desain.
Metode Pengumpulan Data
Gambar 2. Bagan Alur Perancangan (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Metode pengumpulan data primer melalui pengamatan langsung terhadap obyek, survey lapangan dan dokumentasi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber-sumber ilmiah berupa studi pustaka dan studi banding.
PEMBAHASAN
Lokasi berada di Koto Tinggi, Kecamatan Gunuang Omeh, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat yang termasuk dalam kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan dengan luas lahan ±
10.457 m2 (1 Ha). Koefisien Dasar
Bangunan 40% dengan kondisi kontur relatif datar.
Gambar 3. Lokasi Perancangan (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Kebutuhan Ruang
Besaran kebutuhan terbagi atas program ruang indoor dan program ruang ouotdoor dengan fasilitas primer, fasilitas sekunder, fasilitas penunjang , dan
perhitungan kebutuhan parkir yang
kemudian direkapitulasi dalam tabel di bawah ini.
Tabel 1. Kebutuhan Ruang
Fasilitas Jumlah
Program ruang indoor 6.230 m2 Program ruang outdoor 4.230 m2
Total keseluruhan 10.457 m2
Sumber: Analisa Penulis, 2019
Penzoningan
Penzoningan tapak terbagi menjadi beberapa zona, yaitu zona public, semi publik, dan privat.
Gambar 4. Penzoningan (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Konsep
Konsep dasar yang digunakan yaitu
Mahya F.K, Yohannes F, MMira D.S Penerapan Prinsip Biophilic Design pada Perancangan Apartemen
26
metode pencarian bentuk dan objek perancangan monument PDRI, Ide konsep dasar perancangan dimaksudkan untuk mempermudah proses perancangan dan pemberian karakter pada bangunan. Lebih lanjut konsep dasar ini dijebarkan dalam skema dibawah ini :
Gambar 5. Konsep Dasar
(Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Folding memiliki kemampuan untuk menciptakan hubungan antara semua
bagian ,mengingat bahwa proses
pembentukan pada folding merupakan
serangkaian proses panjang memiliki hubungan dan saling mempengaruhi.
Konsep Bentuk dan Gubahan Massa
Konsep Intertwinning (jalinan) dalam
proses pencarian bentuk diterapkan pada pemetaan kertas, pembentukan pola / garis dengan menghubungkan pola lipatan dengan
Gambar 6. Konsep Bentuk (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
27
Gambar 7. Form Finding Process (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Gambar 8. Final Form (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Konsep Rencana Tapak,
Intertwinnnig diterapkan pada perletakan bangunan sebagai simbol peristiwa. Letak monumen utama di jauhkan dari jalan guna menimbulkan kesan monumental. Area luar dan dalam bangunan dihubungkan plaza. Zoning langsung mengarah ke monumen mengingat fungsinya sebagai objek utama. Fasilitas pendukung lain tersebar di sekitar monumen.
Gambar 9. Konsep Rencana Tapak (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Sirkulasi dan parkir, Sirkulasi pada
tapak dibedakan menjadi 2 yaitu
pengunjung dan pengelola, agar pengunjung dapat dengan nyaman melakukan kegiatan tanpa terganggu oleh aktivitas servis.
Intertwinnning diterapkan pada pola sirkulasi antara ruang luar dan ruang dalam terhubung melalui plaza . lalu ke bangunan atau dari plaza ke bangunan lalu ke taman.
Mahya F.K, Yohannes F, MMira D.S Penerapan Prinsip Biophilic Design pada Perancangan Apartemen
28 Gambar 10. Sirkulasi ke bangunan
(Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Gambar 11. Sirkulasi dalam tapak (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Akses untuk pejalan kaki Akses keluar masuk untuk pengunjung
Vegetasi, yang digunakan antara lain,
pohon ketapang sebagai peneduh , pohon cemara dan pohon palem sebagai pengarah dan pembatas jalan, dan rumput gajah mini di area plaza .
Ga
Gambar 12. Sirkulasi Ke Bangunan (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
Konsep Interior, Intertwinning dalam
interior diwujudkan dengan menciptakan
jalinan antara pengguna dan fungsi bangunan sebagai monumen, hal ini untuk
menumbuhkan semangat nasionalisme
dalam diri pengunjung. Ritme dalam interior dihadirkan dengan pola berulang pada dinding , jalur pejalan kaki untukmembantu pengunjung bernavigasi. Cerita dalam ruang ditampilkan lewat visualisasi dalam bentuk diorama
Gambar 13. Konsep Interior (Sumber: Analisa Penulis, 2019)
KonsepMassa Bangunan dihasilkan
dari proses folding, disesuaikan dengan fungsi bangunan yaitu sebagai monumen. Bangunan terdiri dari satu massa lantai dan sebuah menara pandang. Meninggikan massa bangunan dari tapak agar menjadi view of interest. Massa bangunan semakin ke atas semakin kecil, halini diperoleh dari proses folding pada saat pencarian bentuk.
Gambar 14. Konsep Massa Bangunan(Sumber: Analisa Penulis, 2019) SIMPULAN
Penerapan folding architecture pada
perancangan Monumen Pdri di koto tinggi
memperoleh simpulan, diantaranya
29
berbagai fungsi antara lain konservasi, edukasi , dan rekreasi sebagai pertanda peristiwa penting yang terjadi di daerah
Koto Tinggi, prinsip folding architecture
mempertimbangkan kesesuaian antara tema dan objek, prinsip tersebut digunakan sebagai landasan ide dasar dan penerapan konsep intertwining, yaitu jalinan antara pola lipatan dengan peristiwa PDRI, konsep
Intertwinning adalah jalinan antara folding
sebagai metode pencarian bentuk dan Rerum
Gestarum (peristiwa penting) dalam PDRI mengingat fungsi objek sebagai pertanda dari suatu peristiwa sejarah.
DAFTAR PUSTAKA
Asnan, Gusti. 2016. PDRI Dalam
Sejarah Dan Penulisan Sejarah Indonesia. Makalah disajikan pada Seminar Nasional Meninjau Ulang PDRI dalam Sejarah dan Penulisan Sejarah Bangsa, Juli 26, Padang.
Mulyaber, Wimas. 2016. Studi Tentang
Monumen Pemerintahan Darurat RepublikIndonesia Di Koto Tinggi Kabupaten Lima Puluh Kota. Universitas Negeri Padang Vol 5, No 1, Padang.
Sihanani, Dyah Esti. 2008. Origami,
Folding, Tipologi. Jurnal Arsitektur Vol 2, No2. Universitas Indonesia. Jakarta .
Supriyadi, Bambang . 2004. Tugu Monumen Nasional Sebagai Landmark Kawasan Silang Monas. Jurnal Vol 1. Univeristas Diponegoro, Semarang.
Vyzoviti, Sophia. 2004. Folding
Architecture Spatial, Structural, and Organizational Diagrams. Jurnal Netherland:Herengracht,Amsterdam.
Vicky Torondek, Deddy Erdiono.
2017. FOLDING ARSITEKTUR. Jurnal Vol
14,No.3. Universitas Sam Ratulangi, Manado.
Wikipedia Free
Encyclopedy.Monumen
dalamhttp://id.wikipedia.org/wiki/Monu men (diakses tanggal 18 September 2019).