• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAS KESEHATAN KOTA CILEGON 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DINAS KESEHATAN KOTA CILEGON 2018"

Copied!
195
0
0

Teks penuh

(1)

Kota Cilegon

Kota Cilegon

DINAS KESEHATAN

DINAS KESEHATAN

PROGRAM INFORMASI DAN HUMAS TAHUN ANGGARAN 2018

1. 102. 1. 10. 20. 01. 48. 5. 2

DINAS KESEHATAN KOTA CILEGON 2018

P

CAPA

IA

N

P

R

O

G

R

A

M

2

0

1

(2)

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya penyusunan Pro il Kesehatan Kota Cilegon Tahun 2018. Pro il Kesehatan ini merupakan sarana penyaji data dan informasi kesehatan yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar pelayanan minimal di bidang kesehatan, dengan tersedianya data kesehatan diharapkan dapat mengidenti ikasi ada dan tidaknya serta besaran kesenjangan mengenai kondisi , kebutuhan,dan persoalan yang dihadapi terkait dengan akses, partisipasi, kontrol, dan manfaat dalam pembangunan bidang kesehatan.

Dalam Pro il Kesehatan Kota Cilegon Tahun 2018 ini, pembaca dapat memperoleh data dan informasi mengenai Demogra i, Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan, Kesehatan Ibu dan Kesehatan Anak, serta Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan. Data dan informasi yang ditampilkan pada Pro il Kesehatan ini dapat membantu dalam membandingkan capaian pembangunan kesehatan antara satu provinsi dengan provinsi lainnya, mengukur capaian pembangunan kesehatan di Kota Cilegon Tahun 2017, serta sebagai dasar untuk perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya Selain itu Pro il Kesehatan Kota Cilegon tahun 2018 merupakan lanjutan dari Pro il-pro il-pro il sebelumnya yang merupakan penyajian yang relative komprehensif terdiri dari data derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data umum serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan.

Pro il kesehatan ini juga menyajikan data dan informasi kesehatan yang relative lengkap, meliputi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan dan data umum serta lingkungan yang terkait dengan kesehatan yang menggambarkan “potret” status kesehatan masyarakat dan faktor -faktor yang mempengaruhi, dari suatu wilayah, dalam satu kurun waktu tertentu. Data pro il kesehatan dibuat dengan berbagai bentuk: tercetak dan digital.

Penyusunan Data Pro il Kesehatan Kota Cilegon Tahun 2018 ini, berasal dari Pro il Puskesmas di Kota Cilegon, dan pemegang program di Dinas kesehatan Kota Cilegon, Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Cilegon, Rumah Sakit yang ada di Kota Cilegon, dan instansi terkait lainnya, juga data yang berasal dari program evaluasi dan perencanaan program sebagai koordinator penyusunan Pro il Kesehatan Kota Cilegon bersama-sama dengan seluruh program terkait di Dinas Kesehatan berupaya menyusun bersama-sama, baik narasi maupun lampiran.

Pro il kesehatan Tahun 2018 ini diupayakan disusun dengan tampilan yang lebih menarik, dan “

eye-catching” yang bertujuan memudahkan para pembaca dalam menggunakannya. Dalam Pro il Kesehatan

Kota Cilegon ini diupayakan diselesaikan dalam waktu yang relative cepat dan data sudah tersaji dengan responsive gender yang sudah diedarkan pada akhir 2010, namun mengingat ketersediaan data belum terkompilasi dengan baik, maka belum seluruh data yang tersaji berupa lampiran data berbasis gender, dengan tersedianya data yang responsive gender, diharapkan dapat mengidenti ikasi ada tidaknya,serta besaran kesenjangan mengenai kondisi, kebutuhan, dan persoalan yang dihadapi laki – lakidanperempuanterkaitdengan akses, partisipasi,controldanmanfaatdalampembangunan

(3)

piediagram, scaterdiagram,pictogram, dan peta.

Buku Pro il Kesehatan Kota Cilegon Tahun 2018 ini disajikan dalam bentuk cetakan dan soft copy yang dapat diunduh melalui website Semoga publikasi ini dapat berguna bagisemua pihak, baik

pemerintah, organisasi profesi, akademisi, sektor swasta, dan masyarakat serta berkontribusi secara positif bagi pembangunan kesehatan di Kota Cilegon Kritik dan saran kami harapkan sebagai penyempurnaan pro il yang akan datang.

Ketua Team Penyusun

dr. H. Hana Johan, S. MARS

(4)

yang setinggi-tingginya. Tingginya disparitas dan perlunya percepatan peningkatan aksesibilitas pelayanan kesehatan menuntut adanya dukungan sumber daya yang cukup serta arah kebijakan dan strategi pembangunan kesehatan yang tepat. Dukungan data dan informasi kesehatan yang akurat, tepat, dan cepat dalam pengelolaan pembangunan kesehatan menjadi penting.

Terbitnya Pro il Kesehatan Kota Cilegon 2018, diharapkan dapat memenuhi kebutuhan terhadap data dan informasi kesehatan di semua lini, baik instansi pemerintah/ swasta, organisasi profesi, mahasiswa, dan kelompok masyarakat lainnya. Pro il Kesehatan ini juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan dalam mengukur kinerja program pembangunan kesehatan baik di Tingkat Kota maupun Kecamatan yang berguna bagi perencanaan program pembangunan kesehatan berikutnya.

Ada beberapa program yang sudah mencapai target, adapula yang belum tercapai, dimana tahun anggaran berikutnya akan menjadi target prioritas agar tujuan pembangunan kesehatan yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi – tingginya dapat terwujud.

Tidak lupa saya mengucapkan terima kasih dan apresiasi kepada semua pihak yang berkontribusi, khususnya pengelola data di pusat, daerah, dan lintas sektor dalam penyusunan Pro il Kesehatan 2016. Pada kesempatan ini pula saya mengajak kepada semua pihak untuk saling bersinergi dalam menyelenggarakan pembangunan kesehatan guna tercapainya sasaran pembangunan kesehatan yang berbasis data.

Salah satu tujuan nasional adalah memajukan kesejahteraan bangssa, yang berarti memenuhi kebutuhan dasar manusia, yaitu pangan, sandang, pangan, pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan ketenteraman hidup. Tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk, jadi tanggung jawab untuk terwujudnya derajat kesehatan yang optimal berada di tangan seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah dan swasta bersama-sama. Pembangunan kesehatan itu sendiri diselenggarakan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat

Kepala Dinas Kesehatan Kota Cilegon

dr. Arriadna

(5)

Profil Kesehatan merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup komprehensif. Profil Kesehatan Kota Cilegon disusun sebagai potret kondisi kesehatan masyarakat Kota Cilegon, berdasarkan ketersediaan data, informasi, dan indikator kesehatan yang bersumber dari unit teknis di lingkungan Dinas KesehatanKota Cilegon serta institusi lain terkait seperti Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, Rumah Sakit dan Badan Pusat Statistik (BPS).

Visi Dinas Kesehatan Kota Cilegon sebagai leading sektor dalam Pembangunan Kesehatan di Kota Cilegon yaitu Masyarakat Cilegon Sehat, Peduli, Mandiri dan Berkeadilan. Dalam mencapai misi tersebut Dinas Kesehatan Kota Cilegon mempunyai Misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan peran serta keluarga dan masyarakat.

2. Meningkatkan Upaya Pencegahan Dan Pengendalian PenyakitMelalui Peran Serta Keluarga Dan Masyarakat.

3. Menjamin Ketersediaan Dan Pemerataan Pelayanan DanSumber Daya Kesehatan Serta Pembiayaan Kesehatan.

4. Menciptakan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik

Dalam rangka mewujudkan visi tersebut, seluruh upaya kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan, sektor kesehatan swasta, maupun non kesehatan dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

B

B

B

a

a

a

b

b

b

I

I

I

P

(6)

kesehatan dan upayamengatasi masalah kesehatan perlu pencatatan dan pengelolaan data dengan baik dalam suatu Sistem Informasi Kesehatan (SIK).

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence base diarahkan untuk penyediaan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu guna pengambilan keputusan disemua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan (SIK) adalah dokumen Profil Kesehatan Kota Cilegon yang merupakan gambaran situasi kesehatan di wilayah Kota Cilegon yang diterbitkan setiap tahun.Profil Kesehatan ini antara lain memuatdata dan informasi tentang kesehatan dan data pendukung lain yang berhubungan dengan kesehatan seperti data kependudukan, pendidikan, fasilitas kesehatan, pencapaian program-program kesehatan dan keluarga berencana.

Profil Kesehatan Kota Cilegon Tahun 2018 ini menggambarkan situasi Derajat Kesehatan Masyarakat meliputi angka kematian, angka kesakitan dan status gizi. Upaya Kesehatan meliputi pelayanan kesehatan, akses dan mutu pelayanan kesehatan, perilaku hidup masyarakat, keadaan lingkungan. Sumber Daya Kesehatan meliputi sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan di Kota Cilegon 2017.

Semua informasi yang terangkum dalam dokumen Profil Kesehatan dipergunakan dalam rangka proses perencanaan, pemantauan dan evaluasi pencapaian pembangunan kesehatan di Kota Cilegon termasuk kinerja pada penyelenggaraan Standar Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan, dan pencapaian target indikator Sustainable Development Goals (SDGs) bidang kesehatan, serta berbagai upaya pengolahan data terkait dengan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan lintas sektor seperti Badan Pusat Statistik (BPS).

Sistematika Profil Kesehatan Kota Cilegon Tahun 2018 adalah sebagai berikut :

1. Bab I Pendahuluan

(7)

2. Bab II Gambaran Umum

Bab ini menyajikantentang gambaran umum, yang meliputi: kondisi geografis, kependudukan,keadaan sosial ekonomi,, pendidikan dan agama, serta Indeks Pembangunan manusia serta Angka Harapan Hidup.

3. Bab III Kesehatan Keluarga

Bab ini berisi uraian tentang Kesehatan Keluarga yang mencakup tentang Kesehatan Ibu, Kesehatan anak, Kesehatan pada lanjut usia, status gizi masyarakat dan perilaku hidup bersih dan sehat.

4. Bab IVPengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan

Bab ini menguraikan tentang Pengendalian Penyakitmenular dan penyakit tidak menular,Penyakit Tular Vektor Dan Zoonosis, Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I), pencapaian upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit, serta kesehatan lingkungan.

5. Bab VSituasi Sumber Daya Kesehatan

Bab ini menguraikan tentang sarana kesehatan, tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan dan sumber daya kesehatan lainnya.

6. BAB VIPenutup : Kesimpulan dan Saran

Bab ini berisi tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah lebih lanjut dari Profil Kesehatan Kota Cilegon di tahun 2016. Selain keberhasilan-keberhasilan yang perlu dicatat, bab ini juga mengemukakan hal-hal yang dianggap masih kurang dalam rangka penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Kota Cilegon.

7. Lampiran - lampiran

(8)

A. KONDISI GEOGRAFIS

Kota Cilegon merupakan salah satu kota di wilayah Provinsi Banten dengan luas wilayah administrasi 175,51 Km2. Kota Cilegon terbentuk pada

tanggal 27 April 1999 berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Depok dan Kotamadya Daerah Tingkat II Cilegon. Sebagai kota yang secara geografis berada pada ujung barat Pulau Jawa serta merupakan pintu gerbang utama yang menghubungkan sistem pulau jawa dan pulau sumatera, kedudukan kota cilegon memiliki nilai geostrategis yang sangat penting baik dalam konstelasi lokal, regional maupun nasional.

Secara administratif, Kota Cilegon berada pada koordinat 5052’24” – 6004’07” Lintang Selatan dan 105054’05” – 106005’11” Lintang Utara, yang batas-batasnya sebagai berikut:

(1) Sebelah barat : Selat Sunda (Provinsi Lampung); (2) Sebelah utara : Kabupaten Serang;

(3) Sebelah timur : Kabupaten Serang; (4) Sebelah selatan : Kabupaten Serang.

Dengan luas 175,5 km2, Kota Cilegon dibagi ke dalam 8 (delapan)

kecamatan dan 43 kelurahan. Kota Cilegon memiliki iklim tropis dengan

B

B

B

a

a

a

b

b

b

I

I

I

I

I

I

G

(9)

temperatur berkisar antara 21,1oC 33,1 oC, dan curah hujan rata-rata 95

mm per bulan.

Jarak Kota Cilegon terhadap Ibu Kota Provinsi Banten (Kota Serang) sekitar 15 km dan jarak ke Ibu Kota Negara Republik Indonesia sekitar 105 km. Kota Cilegon dilalui oleh beberapa sungai, yaitu Kali Kahal, Tompos, Sehang, Gayam, Medek, Sangkanila, Cikuasa, Sumur Wuluh, Grogol, Cipangurungan, dan Cijalumpang. Di antara sebelas sungai tersebut Kali Grogol merupakan yang terbesar dan hampir semua sungai bermuara di Selat Sunda. Selain sungai, di Kota Cilegon juga terdapat sebuah waduk yang cukup luas, yakni Waduk Krenceng yang membelah Desa Kebonsari, Lebakdenok, dan Tamansari di Kecamatan Ciwandan. Waduk ini merupakan sumber air PDAM yang dialirkan ke industri dan rumah tangga di sebagian wilayah Kota Cilegon.

Tabel 2.1

Luas Daerah dan Pembagian Wilayah Administrasi di Kota Cilegon

Kecamatan Luas JUMLAH

km² % Kelurahan RT RW

Ciwandan 51.81 29.52 6 119 28

Citangkil 22.98 13.09 7 192 51

Pulomerak 19.86 11.32 4 132 27

Purwakarta 15.29 8.71 6 128 39

Grogol 23.38 13.32 4 102 27

Cilegon 9.15 5.21 5 107 31

Jombang 11.55 6.58 5 172 43

Cibeber 21.49 12.24 6 159 37

Kota Cilegon 175.51 100 43 1111 283

(10)

Gambar 2.1

Peta Wilayah Adminstratif Kota Cilegon

(Sumber : Bappeda Kota Cilegon, 2016)

(11)

kemiringan yang cukup besar (curam) karena merupakan wilayah pegunungan, tetapi terdapat beberapa bagian wilayah yang mempunyai tingkat kemiringan yang kecil. Wilayah bagian selatan merupakan wilayah dengan tingkat kemiringan rendah yangberkisar 2-7%.

B. KEPENDUDUKAN

Penduduk Kota Cilegon berdasarkan proyeksi BPS penduduk tahun 2015 sebanyak 412.106yang terdiri atas 210.505 jiwa penduduk laki-laki dan 201.601 jiwa penduduk perempuan.Proyeksi BPS tahun 2015 dijadikan akan dijadikan acuan capaian evaluasi bidang kesehatan dari tahun 2017 hingga tahun 2021. Sedangkan berdasarkan surat edaran Walikota Cilegon tentang data penduduk Kota Cilegon Nomor 470/516/Disdukcapil Tanggal 14 Maret 2018 adalah sebanyak 406.974 Jiwa yang terdiri atas207.333 Jiwa penduduk Laki-laki dan 199.641 Jiwa Penduduk Perempuan.

Jika di kaitkan dengan Jumlah penduduk (sesuai surat edaran tersebut diatas) dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan di dalam satu wilayah, maka rasio kepadatan penduduk (density ratio) Kota Cilegon pada tahun 2017 mencapai 2.386 jiwa/km2 yang artinya tiap kilometer persegi

wilayah kota cilegon di huni oleh 2.386jiwa. Kepadatan penduduk di 8 kecamatan cukup beragam dengan kepadatan penduduk tertinggi di Kecamatan Jombangdengan kepadatan sebesar 5.786 jiwa/km2, dan

terendah di Kecamatan Ciwandan sebesar 909 jiwa/Km2.. Hal ini disebabkan

(12)

Tabel 2.2

Kota Cilegon 175,51 100% 412.106 100% 23.809 406.974 100% 23.491

(13)

Dari Gambar 2.2Piramida Pemduduk diatas terlihat bahwa penduduk kota Cilegon sebagianbesar merupakan penduduk pada kelompok umur antara 0- 4 tahun dan antara 5 - 9 Tahun.

Apabila dicermati lebih lanjut, 82.387 jiwa merupakan penduduk usia dibawah 9 tahun, yang menuntut pemerintah memberi perhatian khusus terkait penanganan penduduk balita terutama segi kesehatan dan investasi bidang pendidikan karena kelompok umr ini ditahun mendatang akan menjadi tenaga kerja baru yang memerlukan skill dan kualitas SDM yang memadai, baik keterampilan maupun etos kerja dan kepribadian. Bila dikaitkan dengan umur median penduduk, maka penduduk Kota Cilegon dikategorikan sebagai penduduk intermediate yaitu transisi dari muda (Young Population) ke penduduk tua (Old Population).

Karakteristik piramida penduduk di Kota Cilegon pada dasarnya mirip dengan karakteristik demografi di Indonesia yang memiliki bentuk piramida dengan sifat ekspansif, yaitu jumlah usia produktif yang cukup besar, dan juga tingkat fertilitas (kelahiran) yang juga cukup besar. Kondisi demografi ini dapat berpotensi menjadi keuntungan sekaligus kerugian bagi pertumbuhan

ekonomi. Jumlah usia produktif yang berlimpah dapat menjadi ‘bonus demografi’ yaitu melimpahnya potensi jumlah tenaga kerja produktif sebagai

penggerak pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, melimpahnya penduduk usia produktif dapat menyebabkan tingginya tingkat pengangguran jika tidak diantisipasi dengan baik melalui perluasan lapangan kerja dan peluang usaha.

(14)

Pemerintah Kota Cilegon untuk terus berusaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang ada agar menjadi lebih produktif.

Penduduk berusia kurang dari 15 tahun cukup besar pula yaitu hampir seperempat penduduk Kota Cilegon (28.8 persen). Hal ini harus menjadi perhatian pemerintah karena 5 tahun mendatang kelompok ini akan menjadi tenaga kerja baru yang memerlukan skill dan kualitas SDM yang memadai baik keterampilan maupun etos kerja dan kepribadian.

C. KEADAANSOSIAL EKONOMI

Kondisi sosial dan perekonomian merupakan salah satu aspek yang diukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan. Berdasarkan data BPS (KCDA, 2017, Hal. 48), pekerjaan utama masyarakat Kota Cilegon sebagian besar jenis lapangan usahanya adalah Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel (27,97 %). Selanjutnya sektor industri pengolahan (22,82 %), jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan (17,32 %), sektor bangunan (12,04 %), Angkutan, pergudangan dan komunikasi (9,55 %), Keuangan, Asuransi, Usaha persewaan Bangunan,Tanah dan Jasa perusahan (7,21%), Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan (1,65%), Listrik, Gas dan Air (1,24 %) serta Pertambangan dan Penggalian (0,20 %).

Dari data BPS Kota Cilegon (KCDA, 2017, Hal. 51), juga menyebutkan status pekerjaan utama penduduk Kota Cilegon sebagaian besar adalah Buruh/Karyawan/Pegawai sebesar 67,51%. Kemudian Bekerja Sendiri 15,15 %, Pekerja Bebas 5,91 %, Berusaha dibantu buruh tidak tetap 5,08 %, Pekerja Keluarga sebesar 4,65% dan Berusaha dibantu buruh tetap sebesar 1,71 %.

(15)

pengeluaran untuk konsumsi makanan sebesar 555.491,31 rupiah perkapita sebulan (46,45%) dan konsumsi non makanan sebesar 640.365,69 rupiah perkapita sebulan (53,55%). Untuk kelompok makanan, besar pengeluaran rata-rata perkapita sebulan paling tinggi adalah kelompok makanan dan minuman jadi yaitu sebesar 206.172,75 rupiah perkapita sebulan. Sedangkan untuk kelompok non makanan besar pengeluaran rata-rata perkapita sebulan paling tinggi adalah kelompok perumahan, bahan bakar, penerangan, air sebesar 298.281,68 rupiah perkapita sebulan.

Hukum Engel menyatakan bahwa dengan meningkatnya tingkat pendapatan penduduk, maka porsi makanan akan semakin berkurang. Hasil tersebut menunjukkan masyarakat Kota Cilegon sudah cukup sejahtera, karena makin sejahtera masyarakat, konsumsi non pangan akan lebih tinggi dari konsumsi pangan. Pola pembelanjaan yang lebih cenderung untuk keperluan non pangan mengindikasikan status ekonomi yang sudah baik.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kemajuan perekonomian suatu daerah, tinggi rendahnya nilai PDRB yang dihasilkan suatu daerah menggambarkan tinggi rendahnya tingkat perekonomian daerah

Pada tahun 2016 PDRB Kota Cilegon sebesar Rp. 82,42 triliun, merupakan ketiga terbesar dalam perekonomian provinsi Banten dengan sumbangan sebesar 15,9 persen. Angka pertumbuhan ekonomi Kota Cilegon pada tahun 2016 sebesar 5,05 persen, merupakan angka pertumbuhan terendah di Banten.

Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita Kota Cilegon pada tahun 2016 sebesar Rp 196,84 juta perkapita/tahun, merupakan PDB terbesar di Banten bila dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain. Hal ini disebabkan karena nilai PDB Kota Cilegon yang tinggi dan penduduknya relatif sedikit dibandingkan Kabupaten/Kota lain di provinsi Banten (KCDA, 2017).

(16)

data BPS (KCDA, 2017), kelompok lapangan usaha sekunder memberikan sumbangan PDRB sebesar 70,04 %, kelompok usaha primer dan tersier memberikan sumbangan masing-masing sebesar 0,36 % dan 29,60 %. Menurut lapangan usahanya lapangan usaha Industri Pengolahan memberikan sumbangan PDRB tertinggi sebesar 55,04 %, kemudian disusul Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi Mobil dan Motor sebesar 11,28 %,kontruksi sebesar 7,39 %, Pengadaan Listrik dan gas 7,38 % dan lapangan usaha Real Estate memberikan sumbangan PDRB sebesar 5,85 %. Peranan lapangan usaha lainnya secara keseluruhan menyumbang sebesar 13,06 %.

Salah satu kondisi sosial yang menjadi isu yang cukup menyita berbagai kalangan termasuk kesehatan adalah kemiskinan.Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Kemiskinan juga menjadi hambatan besar dalam pemenuhan kebutuhan terhadap makanan yang sehat sehingga dapat melemahkan daya tahantubuh yang dapat berdampak pada kerentanan untuk terserang penyakit tertentu. Demikian juga pemenuhan dalam masalah pembiayaan kesehatan dalam Jaminan Kesehatan Nasional.

(17)

D. PENDIDIKAN DAN AGAMA

Komponen pengukuran tingkat pembangunan manusia yang cukup berpengaruh yaitu komponen pendidikan. Perubahan yang terjadi secara terus menerus pada perilaku masyarakat disebabkan oleh semakin meningkatnya tingkat pendidikan. Pengetahuan yang dipengaruhi oleh tingkat Pendidikan merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan dalam mempengaruhi keputusan seseorang untuk berperilaku sehat.Pendidikan juga merupakan salah satu syarat mutlak pencapaian tujuan pembangunanmanusia, dan merupakan target pembangunan sekaligus sarana pembangunan nasional. Pendidikan masyarakat dapat diukur dengan berbagai indikator, salah satu indikator yang secara sensitif dapat mengukur tingkat pendidikan masyarakat yaitu rata-rata lama sekolah.

Berdasarkan data BPS (KCDA, 2017) rata-rata lama sekolah penduduk Kota Cilegon selama 9,68 tahun. Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan, Kota Cilegon memiliki Sekolah Dasar sejumlah 178, Sekolah Menengah Tingkat Pertama sebanyak 42 dan Sekolah Menegah Atas sebanyak 43. Sementara data dari Kantor Kementrian Agama Kota Cilegon mencatat sebanyak 14 Madrasah Ibtidaiyah, 41 Madrasah Tsanawiyah dan 23 Madrasah Aliyah.

Tabel 2.4

Jumlah Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama, Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas, Madrasah Aliyah, Menurut Kecamatan di Kota Cilegon Tahun 2017

(18)

Berdasarkan Agama yang dianut, berdasarkan data BPS (KCDA, 2017)penduduk Kota Cilegon mayoritas beragama islam (97,37%), Kristen (1,73%), Katolik (0,44%), Hindu (0,06%), dan Budha (0,41%). Terdapat pula fasilitas peribadatan berupa masjid sebanyak 378 dan Mushola 373 buah.

E. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA

Menurut United Nations Development Programme (UNDP), Indeks PembangunanManusia (IPM) mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar, sebagai ukuran kualitas hidup, yaitu umur panjang dan sehat (Angka Harapan Hidup), pengetahuan dan standar hidup layak.

Indeks Indeks PembangunanManusia (IPM) menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.

Untuk melihat capaian IPM dapat dilihat melalui pengelompokan IPM ke dalam beberapa kategori, yaitu:

• IPM < 60 : IPM rendah

• 60 ≤ IPM < 70 : IPM sedang

• 70 ≤ IPM <80 : IPM tinggi

• ≥ 80 : IPM sangat tinggi

IPM Kota Cilegonberdasarkan data BPS (KCDA, 2017) sebesar 72,04 (IPM Tinggi)

Tabel 2.5

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dan Angka Harapan Hidup Kota Cilegon

IPM/AHH 2012 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

IPM Cilegon 70,07 70,99 71,57 71,81 72,04

AHH Cilegon 65,84 65,84 65,85 66,15 66,24

(19)

Undang-Undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga mendefinisikankeluarga sebagai unit terkecil dalammasyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri, dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Menurut Salvicion dan Cells (1998), di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dihidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalamperannya masing-masingdanmenciptakanserta

mempertahankan suatu kebudayaan.

Lebih jauh lagi, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga, menyebutkan bahwa pembangunan keluarga dilakukan dalam upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat. Selain lingkungan yang sehat, masih menurut peraturan pemerintah tersebut, kondisi kesehatan dari tiap anggota keluarga sendiri juga merupakan salah satu syarat dari keluarga yang berkualitas.

Sebagai komponen yang tidak terpisahkan dari masyarakat, keluarga memiliki peran signifikan dalam status kesehatan. Keluarga berperan terhadap optimalisasi pertumbuhan, perkembangan, dan produktivitas seluruh anggotanya melalui pemenuhan kebutuhan gizi dan menjamin kesehatan anggota keluarga. Di dalam komponen keluarga, ibu dan anak merupakan kelompok rentan. Hal ini terkait dengan fase kehamilan, persalinan dan nifas pada ibu dan fase tumbuh kembang pada anak. Hal ini yang menjadi alasan

B

B

a

a

b

b

I

I

I

I

I

I

K

K

E

E

S

S

E

E

H

H

A

A

T

T

A

A

N

N

K

(20)

pentingnya upaya kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia.

Ibu dan anak merupakan anggota keluarga yang perlu mendapatkan prioritas dalam penyelenggaraan upaya kesehatan, karena ibu dan anak merupakan kelompok rentan terhadap keadaan keluarga dan sekitarnya secara umum. Sehingga penilaian terhadap status kesehatan dan kinerja upaya kesehatan ibu dan anak penting untuk dilakukan.

A. KESEHATAN IBU

Keberhasilan upaya kesehatan ibu, di antaranya dapat dilihat dari indikator Angka Kematian Ibu (AKI). AKI adalah jumlah kematian ibu selama masa kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan, terjatuh, dan lain-lain di setiap 100.000 kelahiran hidup.

Indikator ini tidak hanya mampu menilai program kesehatan ibu, tapi mampu menilai derajat kesehatan masyarakat, karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi aksesibilitas maupun kualitas.

Angka kelahiran di Kota Cilegon tidak mencapai atau kurang dari 100.000 kelahiran hidup, angka kematian ibudi Kota Cilegon yang dilaporkan merupakan hasil konversi perhitunganrumus yang telah ditetapkan sehingga belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di Populasi Penduduk Kota Cilegon.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Jumlah kematian ibu dihitung dari kejadian kematian ibu pada masa kehamilan (Bumil), persalinan (Bulin), dan nifas (Bufas). Angka Kematian Ibu (AKI) di Kota Cilegon berfluktuasi dalam kurun 2012-2017 tergambar data historisnya pada Gambar 3.1. Angka kematian ibu cenderung menurun, di tahun 2012 sebesar 271, menjadi 139 di tahun 2017.

(21)

apabila di konversikan menjadi 139/100.000 KH. Dengan target transisi tahun 2017 sebesar 306/100.000 KH, capaiannya sebesar 1,54 %. Target nasional (Renstra Kemenkes 2015-2019) yaitu 306/100.000 KH, jadi bila dibandingkan dengan target nasional, maka AKI di Kota Cilegon masih

Sebagai upaya penurunan AKI,Pemerintah Kota Cilegon mengadopsi program dari Kementerian Kesehatan melalui program Expanding Maternal and Neonatal Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal sebesar 25%.

Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian neonatal dengan cara :

1) Meningkatkan kualitas pelayanan emergensi obstetri dan bayi baru lahir minimal di Rumah Sakit PONEK dan Puskesmas PONED); dan

2) Memperkuat sistem rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit.

(22)

berkualitas, seperti pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana. Pada bagian berikut, gambaran upaya kesehatan ibu yang disajikan terdiri dari :

1) Pelayanan kesehatan ibu hamil,

2) Pelayanan imunisasi Tetanus Toksoid wanita usia subur dan ibu hamil, 3) pelayanan kesehatan ibu bersalin,

4) pelayanan kesehatan ibu nifas,

5) pelayanan/penanganan komplikasi kebidanan, dan 6) pelayanan kontrasepsi.

1. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil

Pelayanan kesehatan ibu hamil diberikan kepada ibu hamil yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Proses ini dilakukan selama rentang usia kehamilan ibu yang dikelompokkan sesuai usia kehamilan menjadi trimester pertama, trimester kedua, dan trimester ketiga. Pelayanan kesehatan ibu hamil yang diberikan harus memenuhi elemen pelayanan sebagai berikut : (1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan;

(2) Pengukuran tekanan darah;

(3) Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA);

(4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri);

(5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi;

(6) Pemberian Tabelt tambah darah minimal 90 Tabelt selama kehamilan;

(7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ);

(23)

(9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin darah (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya); dan;

(10) Tatalaksana kasus.

(24)

Gambar di atas menunjukkan bahwa secara umum terjadi peningkatan untuk kedua indikator, baik cakupan K1 maupun K4. Peningkatan kecenderungan tersebut mengindikasikan perbaikan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan ibu hamil belum maksimal. Secara Keseluruhan Cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil K4 pada tahun 2017 telah memenuhi target Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kesehatan sebesar 72%. Namun demikian, terdapat 2 Kecamatan yang belum mencapai target tersebut yaitu Jombang, dan Ciwandan. Gambaran capaian kunjunganibu hamil K4 pada tahun 2017 di 8 Kecamatan disajikan pada gambar berikut ini.

Gambar 3.3

Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K4 Menurut Kecamatan Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

(25)

Zat besi memiliki peran vital terhadap pertumbuhan janin. Selama hamil, asupan zat besi harus ditambah mengingat selama kehamilan, volume darah pada tubuh ibu meningkat. Sehingga, untuk dapat tetap memenuhi kebutuhan ibu dan menyuplai makanan serta oksigen pada janin melalui plasenta, dibutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Asupan zat besi yang diberikan oleh ibu hamil kepada janinnya melalui plasenta akan digunakan janin untuk kebutuhan tumbuh kembangnya, termasuk untuk perkembangan otaknya, sekaligus menyimpannya dalam hati sebagai cadangan hingga bayi berusia 6 bulan.

Selain itu, zat besi juga membantu dalam mempercepat proses penyembuhan luka khususnya luka yang timbul dalam proses persalinan. Kekurangan zat besi sejak sebelum kehamilan bila tidak

diatasi dapat mengakibatkan ibu hamil menderita anemia. Anemia merupakan salah satu risiko kematian ibu, kejadian bayi

dengan berat badan lahir rendah (BBLR), infeksi terhadap janin dan ibu, keguguran, dan kelahiran prematur.

Gambar 3.4

Cakupan Pemberian 90 Tablet Tambah Darah (Zat Besi) Pada Ibu Hamil Menurut Kecamatan Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

(26)

tertinggi yaitu Pulomerak (124.49%) dan yang terendah Kecamatan Citangkil (61.37%).

2. Pelayanan Imunisasi Tetanus Toksoid Bagi Wanita Usia Subur Dan Ibu Hamil

Salah satu penyebab kematian ibu dan kematian bayi yaitu infeksi tetanus yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani sebagai akibat dari proses persalinan yang tidak aman/steril atau berasal dari luka yang diperoleh ibu hamil sebelum melahirkan. Clostridium Tetani masuk melalui luka terbuka dan menghasilkan racun yang menyerang sistem syaraf pusat.

Sebagai upaya mengendalikan infeksi tetanus yang merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu dan kematian bayi, maka dilaksanakan program imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bagi Wanita Usia Subur (WUS) dan ibu hamil. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 42 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Imunisasi mengamanatkan bahwa wanita usia subur dan ibu hamil merupakan salah satu kelompok populasi yang menjadi sasaran imunisasi lanjutan. Imunisasi lanjutan adalah kegiatan yang bertujuan untuk melengkapiimunisasi dasar pada bayi yang diberikan kepada anak Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur termasuk ibu hamil.

Wanita usia subur yang menjadi sasaran imunisasi TT adalah wanita berusia antara 15-49 tahun yang terdiri dari WUS hamil (ibu hamil) dan tidak hamil. Imunisasi lanjutan pada WUS salah satunya dilaksanakan pada waktu melakukan pelayanan antenatal. Imunisasi TT pada WUS diberikan sebanyak 5 dosis dengan interval tertentu, dimulai sebelum dan atau saat hamil yang berguna bagi kekebalan seumur hidup. Interval pemberian imunisasi TT dan lama masa perlindungan yang diberikan sebagai berikut:

(27)

(2) TT3 memiliki interval minimal 6 bulan setelah TT2 dengan masa

Screening status imunisasi TT harus dilakukan sebelum pemberian vaksin. Pemberian imunisasi TT tidak perlu dilakukan bila hasil screening menunjukkan wanita usia subur telah mendapatkan

imunisasi TT5 yang harus dibuktikan dengan buku KIA, rekam medis, dan atau kohort. Kelompok ibu hamil yang sudah

mendapatkan TT2 sampai dengan TT5 dikatakan mendapatkan imunisasi TT2+. Gambar berikut menampilkan cakupan imunisasi TT5 pada wanita usia subur dan cakupan imunisasi TT2+ pada ibu hamil.

(28)
(29)

Gambar 3.7

Cakupan Pertolongan Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan Di Kota Cilegon Tahun 2012-2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Persentase pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kota Cilegon menunjukkan kecenderungan menurun dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2013, Namun demikian, terdapat peningkatan dari 90,2% pada tahun 2013 menjadi 95,8% pada tahun 2014 dan terjadi penurunan kembali di tahun 2015 sampai dengan tahun 2016 menjadi 90.2% dan mengalami peningkatan ditahun 2017 menjadi 95,7%. Kebijakan Kementerian Kesehatan dalam dekade terakhir menekankan agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan dalam rangka menurunkan kematian ibu dan kematian bayi. Namun demikian, meskipun persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan tetapi tidak dilaksanakan di fasilitas pelayanan kesehatan, dianggap menjadi salah satu penyebab masih tingginya Angka Kematian Ibu. Oleh karena itu mulai tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah persalinan ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019menetapkan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator upaya kesehatan ibu, menggantikan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.

Berikut ini disajikan gambaran cakupan persalinan di fasilitas kesehatan di Kota Cilegon tahun 2017.

97,5% 90,2%

95,8% 94,6%

90,2%

95,7%

70,0% 80,0% 90,0% 100,0%

(30)

Gambar 3.8

Cakupan Persalinan Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di Kota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Gambar di atas menunjukkan bahwa terdapat 95.7% ibu hamil yang menjalani persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Secara nasional, indikator tersebut telah memenuhi target Renstra sebesar 75%. Namun demikian masih terdapat 1 Kecamatan yang belum memenuhi target tersebut yaitru Ciwandan. Kecamatan Grogol memiliki capaian tertinggi sebesar 105.6% dan Kecamatan Ciwandan memiliki capaian terendah sebesar 69.6%. Informasi lebih rinci mengenai persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dapat dilihat pada Gambar 3.8.

Analisis kematian ibu membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan penolong persalinan dan tempat/ fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu. Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan risiko kematian ibu.

Oleh karena itu, Dinas Kesehatan Kota Cilegon tetap konsisten dalam menerapkan kebijakan bahwa seluruh persalinan harus ditolong

(31)

oleh tenaga kesehatan dan didorong untuk dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan. Pemerintah Kota Cilegon terus berupaya menurunan AKI dan AKB yang mengacu pada kebijakan Kementerian Republik Indonesia yaitu mengembangkan program Kemitraan Bidan dan Dukun serta Rumah Tunggu Kelahiran. Para dukun diupayakan bermitra dengan bidan dengan hak dan kewajiban yang jelas. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan tidak lagi dikerjakan oleh dukun, namun dirujuk ke bidan.

Bagi ibu hamil yang di daerah tempat tinggalnya tidak ada bidan atau jauhdari fasilitas pelayanan kesehatan, maka menjelang hari taksiran persalinan diupayakan sudah berada di dekat fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu di Rumah Tunggu Kelahiran. Rumah Tunggu Kelahiran tersebut dapat berupa rumah tunggu khusus yang dikembangkan melalui pemberdayaan masyarakat maupun di rumah sanak saudara yang letak rumahnya berdekatan dengan fasilitas pelayanan kesehatan.

4. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada enam jam sampai dengan tiga hari pasca persalinan, pada hari ke empat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Masa nifas dimulai dari enam jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan.

Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan terdiri dari : (1) Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu); (2) Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri);

(3) Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain;

(32)

(5) Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana;

(6) Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan

Gambar berikut menyajikan cakupan kunjungan nifas di Kota Cilegon sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2017.

Gambar 3.9

Cakupan Kunjungan NifasDi Kota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Cakupan kunjungan nifas (KF3) di Kota Cilegondi tahun 2013 mengalami penurunan 20.2% dibanding tahun 2012 dan mengalami peningkatan hingga ditahun 2015 namun kembali mengalami penurunan di tahun 2016 sedangkan di tahun 2017 mengalami peningkatan menjadi 89.2%. Berbagai upaya telah kami lakukan untuk meningkatkan cakupan kunjungan nifasbaik dari Pemerintah dan masyarakat termasuk sektor swasta. Program penempatan Pegawai Tidak Tetap (PTT) untuk dokter dan bidan terus dilaksanakan. Selain itu, dengan diluncurkannya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) sejak tahun 2010, puskesmas, poskesdes, dan posyandu lebih terbantu dalam mengintensifkan implementasi upaya kesehatan termasuk di dalamnya pelayanan kesehatan ibu nifas. Pelayanan kesehatan ibu nifas termasuk di antaranya kegiatan sweeping atau kunjungan rumah bagi

96,4%

76,2% 77,9%

92,4%

78,2%

89,2%

70,0% 80,0% 90,0% 100,0%

(33)

yang tidak datang ke fasilitas pelayanan kesehatan. Capaian kunjungan

Berdasarkan gambar di atas dapat diketahui bahwa Kecamatan Pulomerak (119.4%) memiliki capaian tertinggi diikuti oleh Kecamatan Cilegon(103.0%). Sedangkan Kecamatan dengan cakupan kunjungan nifas terendah yaitu Kecamatan Jombangsebesar 71.4%. Data dan informasi lebih rinci mengenai pelayanan ibu nifas tahun 2017 dapat dilihat pada Lampiran 22.

5. Pelayanan/Penanganan Komplikasi Kebidanan

(34)

komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu hamil, bersalin, atau nifas untukmemberikan perlindungan dan penanganan definitif sesuai standar oleh tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan. Keberhasilan program ini dapat diukur melalui indikator cakupan penanganan komplikasi kebidanan (Cakupan PK). Indikator ini mengukur kemampuan negara dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara profesional kepada ibu (hamil, bersalin, nifas) dengan komplikasi. Capaian indikator penanganan komplikasi kebidanan di Indonesia dari tahun 2012 hingga tahun 2017 disajikan pada gambar berikut.

Gambar 3.11

Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Di Kota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Gambar di atas memperlihatkan bahwa secara umum, cakupan penanganan komplikasi kebidanan di Kota Cilegon dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2017 cenderung meningkat. Capaian pada tahun 2013 sebesar 60.1% meningkat menjadi 91.7 % pada tahun 2017

60,1%

60,1%

77,2%

80,0%

91,7%

50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0%

(35)

Gambar 3.12

Cakupan Penanganan Komplikasi Kebidanan Menurut Kecamatan DiKota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Pada tingkat Kota Cilegon, capaian indikator penanganan komplikasi kebidanan sebesar 91.70%. Gambaran capaian antar Kecamatan menunjukkan Kecamatan Cilegon memiliki persentase tertinggi, diikuti oleh Kecamatan Purwakarta. Sedangkan cakupan terendah terdapat di Kecamatan Ciwandan sebesar 23.7%, diikuti oleh Cibeber sebesar 44.8%.

6. Pelayanan Kontrasepsi

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program keluarga berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas.

(36)

melahirkan, dan terlalu tua melahirkan (di atas usia 35 tahun). Selain itu, program KB juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas keluarga agar dapat timbul rasa aman, tentram, dan harapan masa depan yang lebih baik dalam mewujudkan kesejahteraan lahir dan kebahagiaan batin.

KB juga merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan ketahanan keluarga, kesehatan, dan keselamatan ibu, anak, serta perempuan. Pelayanan KB menyediakan informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi laki-laki dan perempuan untuk dapat merencanakan kapan akan mempunyai anak, berapa jumlah anak, berapa tahun jarak usia antara anak, serta kapan akan berhenti mempunyai anak.

Melalui tahapan konseling pelayanan KB, Pasangan Usia Subur (PUS) dapat menentukan pilihan kontrasepsi sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya berdasarkan informasi yang telah mereka pahami, termasuk keuntungan dan kerugian, risiko metode kontrasepsi dari petugas kesehatan. Program Keluarga Berencana (KB) dilakukan diantaranya dalam rangka mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran. Sasaran program KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang lebih dititikberatkan pada kelompok Wanita Usia Subur (WUS) yang berada pada kisaran usia 15-49 tahun.

(37)

Gambar 3.13

Cakupan Peserta KB Baru Dan KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Persentase peserta KB baru terhadap pasangan usia subur di Kota Cilegon pada tahun 2017 sebesar 11.5% dan Persentase Peserta KB Aktif di Kota Cilegon pada tahun 2017 sebesar 67.1%.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau masyarakat, termasuk keluarga berencana. Pelayanan kesehatan dalam keluarga berencana dimaksudkan untuk pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus yang sehat dan cerdas. Pasangan Usia Subur bisa mendapatkan pelayanan kontrasepsi di tempat-tempat yang melayani program KB, seperti Puskesmas, Posyandu, Poskesdes, Klinik Swasta dan Rumah Sakit Baik Pemerintah maupun swasta.

B. KESEHATAN ANAK

Upaya pemeliharaan kesehatan anak ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian anak. Upaya pemeliharaan kesehatan anak

(38)

dilakukan sejak janin masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia delapan belas tahun.

Upaya kesehatan anak antara lain diharapkan mampu menurunkan angka kematian anak. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan anak yakni Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).

Gambar 3.14 Angka Kematian Bayi Kota Cilegon Tahun 2011-2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2016

Infant Mortality Rate atau Angka Kematian Bayi ( AKB ) Adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun yang dinyatakan dalam 1000 Kelahiran hidup pada tahun yang sama. Angka Kematian Bayi merupakan salah satu indikator yang paling sensitif untuk menentukan derajat kesehatan suatu daerah.

Angka Kematian Bayi (AKB) di Kota Cilegon berfluktuasi dalam kurun 2011-2017 seperti tergambar pada Gambar 3.14 diatas. Jumlah kasus kematian bayi kecenderungannya menurun, sejumlah 99 bayi di tahun 2015 turun menjadi 54 bayi di tahun 2017.

Pada tahun 2017 jumlah kematian bayi yang berumur kurang dari 1 tahun sebanyak 54 bayi dari 8.652 jumlah kelahiran hidup yang berarti angka kematian bayi adalah sebesar 7/1000 KH. Dibandingkan AKB Target Nasional sebesar 24/1.000 KH (Renstra Kemenkes 2015-2019), AKB Kota

7

13

19

10

13

9

7

2011 2012 2013 2014 2015 2016 2016

(39)

Cilegon sebesar 7/1.000 KH menunjukkan keberhasilan capaian program kesehatan dalam upaya menurunkan AKB di Kota Cilegon.

Hal tersebut menunjukan bahwa Dinas Kesehatan telah berupaya dalam menurunkan AKB dengan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan pada Tahun 2016 diantaranya adalah peningkatan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi di tingkat layanan dasar termasuk disediakannya Rumah Tunggu Kelahiran (RTK), peningkatan kompetensi tenaga kebidanan, peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan, dan meningkatkan sistem jejaring rujukan dan pengembangan pelaporan yang terintegrasi melalui Sistem Informasi dan Komunikasi Jejaring Rujukan Maternal dan Neonatal (Si Jari Emas) serta mengoptimalkan Puskesmas Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) dan RS Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).

Data dan informasi yang akan disajikan berikut ini menerangkan berbagai indikator kesehatan anak yang meliputi, pelayanan kesehatan neontal, dan penanganan komplikasi neonatal.

1. Pelayanan Kesehatan Neonatal

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berusia sampai dengan 28 hari. Pada masa tersebut terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan di dalam rahim dan terjadi pematangan organ hampir pada semua sistem. Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan umur yang memiliki risiko gangguan kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan bisa muncul. Sehingga tanpa penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal. Beberapa upaya kesehatan dilakukan untuk mengendalikan risiko pada kelompok ini di antaranya dengan mengupayakan agar persalinan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan serta menjamin tersedianya pelayanan kesehatan sesuai standar pada kunjungan bayi baru lahir.

(40)

mengurangi risiko kematian pada periode neonatal yaitu 6-48 jam setelah lahir yang meliputi, antara lain kunjungan menggunakan pendekatan Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM) termasuk konseling perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif, pemberian vitamin K1 injeksi, dan Hepatitis B0 injeksi bila belum diberikan.

Target KN1 pada tahun 2017 sebesar 75%, lebih rendah dari tahun 2014, karena perubahan definisi operasional indikator KN1. Sebelumnya cakupan KN1 merupakan indikator KN1 akses kemudian pada Renstra 2015 berubah definisi dengan peningkatan kualitas kunjungan neonatal.

Gambar 3.15

Cakupan Kunjungan Neonatal Pertama (KN1) Kota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2016

Kunjungan neonatal pertama (KN1) adalah cakupan pelayanan kesehatan bayi baru lahir (umur 6 jam-48 jam) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu yang ditangani sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih di seluruh sarana pelayanan kesehatan. Pelayanan yang diberikan saat kunjungan neonatal yaitu pemeriksaan sesuai standar Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) dan konseling perawatan bayi baru lahir termasuk ASI eksklusif dan perawatan tali pusat. Pada kunjungan neonatal pertama (KN1), bayi baru lahir mendapatkan vitamin K1 injeksi dan imunisasi hepatitis B0 (bila belum

(41)

diberikan pada saat lahir). Cakupan indikator kunjungan neonatal pertama menurut Kecamatan digambarkan pada Gambar 3.15.

Capaian KN1 Indonesia pada tahun 2017 sebesar 99.0%. Capaian ini sudah memenuhi target Renstra tahun 2015 yang sebesar 75%.

Selain KN1, indikator yang menggambarkan pelayanan kesehatan bagi neonatal adalah Kunjungan Neonatal Lengkap (KN lengkap) yang mengharuskan agar setiap bayi baru lahir memperoleh pelayanan Kunjungan Neonatal minimal tiga kali sesuai standar di satu wilayah kerja pada kurun waktu satu tahun. Gambaran cakupan kunjungan KN lengkap menurut kecamatan di Kota Cilegon terdapat pada gambar berikut ini. lengkap di Kota Cilegon cukup baik yang dapat dilihat dari capaian yang cukup tinggi di sebagian besar. Capaian tertinggi terdapat di Kecamatan Purwakarta, diikuti oleh Pulomerak, dan Cilegon. Sedangkan dua Kecamatan dengan capaian terendah yaitu Grogol dan Ciwandan.

(42)

Gambar berikut ini menampilkan cakupan KN 1 dan KN lengkap dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2017.

Gambar 3.17

Cakupan KN1 dan KN Lengkap Di Kota Cilegon Tahun 2013-2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Selama periode empat tahun terakhir cakupan KN lengkap menunjukkan kecenderungan Penurunan dari 97.5% pada tahun 2013 menjadi 81.7% pada tahun 2016. Berbeda dengan cakupan KN1, penurunan cakupan KN lengkap disebabkan oleh perubahan definisi operasional KN1 yang dulunya lebih ke arah akses kemudian berubah menjadi ke arah peningkatan kualitas pada Renstra 2015.

2. Penanganan Komplikasi Neonatal

Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Riskesdas, 2007). Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan

(43)

tenagakesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.

Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.

Pada gambar berikut disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal dengan komplikasi di Kota Cilegon tahun 2017.

Gambar 3.18

Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kecamatan DiKota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi mengalami penurunan dari tahun 2016 yang sebesar 61.6% menjadi 60.7% pada tahun 2017. Selain meningkatnya capaian, masih terdapat disparitas

47,6

(44)

yang cukup besar antar kecamatan. Pada tahun 2017 capaian tertinggi diperoleh kecamatan Purwakarta dengan angka sebesar 159.0% diikuti Pulomerak sebesar 93.9%. Dua kecamatan dengan capaian terendah ialah Citangkil (30.1%), dan Grogol (30.7%).

3. Imunisasi

Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakityang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.

Proses perjalananpenyakit diawali ketika

virus/bakteri/protozoa/jamur, masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi-antigen yang kedua dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat.

(45)

penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin.

Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil.

a) Imunisasi Dasar pada Bayi

Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut.

(46)

Gambar3.19

Persentase Cakupan Imunisasi Campak Pada Bayi di Kota CilegonTahun 2017

Sumber Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017

Cakupan Imunisasi Campak Pada Bayi di Kota CilegonTahun 2017 secara keseluruhan adalah 95.72%. cakupan tertinggi yaitu Kecamatan Pulomerak sebesar 122.81% dan terendah di Kecamatan Grogol yaitu 78.98%.

b) Imunisasi Lengkap pada Bayi

(47)

Gambar3.20

Persentase Cakupan Dasar Lengkap Pada Bayi di Kota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017

Tiga Kecamatan dengan capaian imunisasi dasar lengkap pada bayi yang tertinggi pada tahun 2017 yaitu Pulomerak (122.81%), Purwakarta (103.61 %), dan Cilegon (99.56%). Sedangkan tiga Kecamatan dengan capaian terendah yaitu Cibeber (86.7%), diikuti oleh Citangkil (87.88%), dan Grogol (88.02%).

c) Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Immunization)

Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi yaitu Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Desa/kelurahan UCI adalah gambaran suatu

(48)

4. Pelayanan Kesehatan Anak Usia Sekolah

Mulai masuk sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, misalnya pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi, kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatandan masalah gizi. Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia sekolah.

Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka juga merupakan sasaranyang mudah dijangkau karena terorganisir dengan baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa SD/sederajat kelas satu. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter kecil). Tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu tenaga medis, tenaga keperawatan atau petugas puskesmas lainnya yang telah dilatih sebagai tenaga pelaksana UKS/UKGS. Guru UKS/UKGS adalah guru kelas atau guru yang ditunjuk sebagai pembina UKS/UKGS di sekolah dan telah dilatih tentang UKS/UKGS. Dokter kecil adalah kader kesehatan sekolah yang biasanya berasal dari murid kelas 4 dan 5 SD dan setingkat yang telah mendapatkan pelatihan dokter kecil.

Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tentang kebersihan dan kesehatan gigi bisa dilaksanakan sedini mungkin. Kegiatan ini dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan siswa tentang pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada khususnya dan kesehatan tubuh serta lingkungan pada umumnya.

(49)

sehingga dapat dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah keadaan yang lebih buruk, juga untuk memperoleh data atau informasi dalam menilai perkembangan kesehatan anak sekolah, maupununtuk dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan, pemantauan dan evaluasi kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Capaian pada tahun 2017 sebesar 100% yang berarti sebanyak 8 puskesmas sudah melaksanakan penjaringan peserta didik kelas I dengan hasil sebagai berikut:

Gambar 3.21

Persentase Cakupan Murid Kelas I Mendapat Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) di Kota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

TigaKecamatan dengan capaian Cakupan Murid Kelas I Mendapat Pelayanan Kesehatan (Penjaringan) yang tertinggi pada tahun 2017 yaitu Grogol (99.0%), Pulomerak (98.0%), dan Purwakarta (96.8%). Sedangkan tiga Kecamatan dengan capaian terendah yaitu Cibeber (86.1%), diikuti olehJombang (89.7%), dan Cilegon (91.5%).

(50)

C. KESEHATAN PADA LANJUT USIA

Setiap warga negara Indonesia usia 60 tahun ke atas mendapatkan skrining kesehatan sesuai standar. Pemerintah Kota Cilegon memberikan skrining kesehatan sesuai standar pada warga negara usia 60 tahun ke atas di wilayah kerjanya minimal 1 kali dalam kurun waktu satu tahun.

Pelayanan skrining kesehatan diberikan di Puskesmas dan jaringannya, fasilitas pelayanan kesehatan lainnya, maupun pada kelompok lansia, bekerja sama dengan pemerintah daerah. Lingkup skrining adalah sebagai berikut :

1) Deteksi hipertensi dengan mengukur tekanan darah.

2) Deteksi diabetes melitus dengan pemeriksaan kadar gula darah. 3) Deteksi kadar kolesterol dalam darah

4) Deteksi gangguan mental emosional dan perilaku, termasuk kepikunan menggunakanMini Cog atau Mini Mental Status Examination (MMSE)/Test Mental Mini atau Abreviated Mental Test (AMT) dan Geriatric Depression Scale (GDS).

Capaian pelayananan pada lanjut usia pada tahun 2017 dilihat dalam gambar 3.22.

Gambar 3.22

(51)

Capaian Pelayanan Kesehatan Pada Lanjut Usia di Kota Cilegon pada tahun 2017 sebesar 57.32%. Pada gambar di atas terlihat bahwa pencapaian Pelayanan Kesehatan Pada Lanjut Usia di Kota Cilegonbelum maksimal. Capaian tertinggi terdapat di Kecamatan Cilegon (72.24%) diikuti oleh Ciwandan (62.47%), dan Grogol (60.89%). Sedangkan TigaKecamatan dengan capaian terendah yaitu Cibeber (47.72%) dan Jombang (48.14%) serta Pulomerak (49.91%).

D. GIZI

Pada subbab gizi ini akan dibahas upaya peningkatan gizi balita yaitu pemberian ASI eksklusif, cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita 6-59 bulan, cakupan penimbangan balita di posyandu serta penemuan dan penanganan gizi buruk.

1. Pemberian ASI Ekslusif

ASI mengandung kolostrum yang kaya akan antibodi karena mengandung protein untuk daya tahan tubuh dan pembunuh kuman dalam jumlah tinggi sehingga pemberian ASI eksklusif dapat mengurangi risiko kematian pada bayi. Kolostrum berwarna kekuningan dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga. Hari keempat sampai hari kesepuluh ASI mengandung immunoglobulin, protein, dan laktosa lebih sedikit dibandingkan kolostrum tetapi lemak dan kalori lebih tinggi dengan warna susu lebih putih. Selain mengandung zat-zat makanan, ASI juga mengandung zat penyerap berupa enzim tersendiri yang tidak akan menganggu enzim di usus. Susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapan makanan tergantung pada enzim yang terdapat di usus bayi.

(52)

Bulan Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Tingkat Kota Cilegon Tahun 2016 dapat dilihat pada grafik berikut ini :

Gambar 3.24

Cakupan Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Tingkat Kota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Pada Grafik diatas, dapat dilihat cakupan Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Tingkat Kota Cilegon Tahun 2017 sebesar 34.0%. Capaian tertinggi menurut kecamatan se Kota Cilegon sebesar 52.1% (Kecamatan Cibeber) dan terendah sebesar 15.1% (Kecamatan Purwakarta).

Secara khusus pada indikator pembinaan gizi target Cakupan Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Tingkat Kota Cilegon Tahun 2017 adalah 80%, dan diindikasikan trennya diharuskan meningkat dari tahun ke tahun.

Untuk lebih jelas dapat dilihat perbandingan cakupan Cakupan Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Tingkat Kota 4 Empat tahun terakhir sebagai berikut:

CIWANDAN CITANGKIL PULOMERA K

PURWAKAR

TA GROGOL CILEGON JOMBANG CIBEBER

KOTA CILEGON

% 30,0 16,1 45,4 15,1 33,2 33,7 46,0 52,1 34,0

(53)

Gambar 3.25

Perbandingan Cakupan Bayi Usia 0-6 Bulan Mendapat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Tingkat Kota Cilegon Tahun 2013-2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Berdasarkan data diatas cakupan mengalami penurunan. Penurunan cakupan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Ekslusif pada bayi 0-6 bulan dipengaruhi oleh :

(1) Kurangnya pengetahuan si Ibu bayi tentang manfaat ASI bagi Bayi. (2) Gencarnya Promosi Susu formula sehingga Ibu bayi lebih tertarik

untuk memberi susu formula pada Bayi-nya.

2. Pemberian Kapsul Vitamin A

Vitamin A adalah salah satu zat gizi penting yang larut dalam lemak, disimpan dalam hati, dan tidak dapat diproduksi oleh tubuh sehingga harus dipenuhi dari luar tubuh. Kekurangan Vitamin A (KVA) dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh balita serta meningkatkan risiko kesakitan dan kematian. Kekurangan Vitamin A juga merupakan penyebab utama kebutaan pada anak yang dapat dicegah

Dalam lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2015 dinyatakan bahwa untuk mengurangi risiko kesakitan dan kematian pada balita dengan kekurangan Vitamin A, pemerintah menyelenggarakan kegiatan pemberian Vitamin A dalam bentuk kapsul

48,55 47,95 48,2

46,1

34,0

20 40 60 80

2013 2014 2015 2016 2017

Gambar

Tabel 2.1 Luas Daerah dan Pembagian Wilayah Administrasi di Kota Cilegon
Gambar 2.1 Peta Wilayah Adminstratif Kota Cilegon
Gambar 3.3 Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil K4
Gambar 3.6 Cakupan Imunisasi TT2+ Pada Ibu Hamil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Profil Kesehatan Provinsi Bali merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan hasil pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan

LAKIP Dinas Kesehatan Kota Pasuruan Tahun 2015| iii dan/atau mempertahankan capaian kinerja indikator sasaran yang sudah memenuhi target serta meningkatkan capaian

Pembangunan Kesehatan sebagai bagian integral dari pembangunan nasional telah ditetapkan dalam Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan (RPJPK ) Tahun

Profil Kesehatan Kota Surabaya merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan Kota Surabaya yang dapat dipergunakan untuk memantau dan

Salah satu bentuk pengembangan sistem informasi dibidang kesehatan adalah menampilkan hasil pembangunan dibidang kesehatan, yang diwujudkan dalam

Arah kebijakan pembangunan di Kota Palembang bidang kesehatan yang merupakan bagian dari Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2008 – 2013 pada Sasaran 1.2.1.1

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kewenangan antar Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan dengan Dinas Kesehatan Kota Makassar tersebut apakah sudah

Profil Kesehatan Tahun 2016 ini merupakan salah satu wujud akuntabilitas dari Dinas Kesehatan Kota Depok yaitu sebagai salah satu keluaran dari upaya peningkatan sistem