• Tidak ada hasil yang ditemukan

HIV/AIDS

Dalam dokumen DINAS KESEHATAN KOTA CILEGON 2018 (Halaman 64-70)

Angka Kematian Bay

A. PENYAKIT MENULAR LANGSUNG 1 Tuberkulosis

3. HIV/AIDS

HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi tersebut menyebabkan penderita mengalami penurunan ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam penyakit lain.

Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dulu dinyatakan sebagai HIV positif. Jumlah HIV positif yang ada di masyarakat dapat diketahui melalui 3 metode, yaitu pada layanan Voluntary, Counseling, and Testing (VCT), sero survey, dan Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP).

Jumlah kasus HIV positif yang dilaporkan di Kota Cilegon pada tahun 2017 sebanyak 41 kasus, menurun dibandingkan tahun 2016 yaitu sebesar 50 kasus. Perkembangan jumlah kasus baru HIV positif per tahun sampai tahun 2017 disajikan pada Gambar 4.2.

Gambar 4.2

Perkembangan Kasus HIV Positif di Kota Cilegon Tahun 2014-2017

Sumber Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017

Sedangkan Perkembangan jumlah kasus baru AIDS per tahun sampai tahun 2017 disajikan pada Gambar 4.3.

60 36 50 43 0 20 40 60 80 100 2014 2015 2016 2017 Jumlah Kasus

Gambar 4.3

Perkembangan Kasus AIDS di Kota Cilegon Tahun 2014-2017

Sumber Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017

Pada gambar di atas terlihat adanya kecenderungan peningkatan penemuan kasus ditahun 2015 dan pada tahun 2016 terjadi penurunan kasus AIDS menjadi sebesar 29 kasus. Namun pada tahun 2017 terjadi peningkatan kembali kasus AIDS menjadi sebesar 35 kasusJumlah kasus kematian akibat AIDS sepanjang tahun 2017 terjadi peningkatan di banding tahun sebelumnya menjadi 11 kasus sedangkan ditahun sebelumnya 9 kasus, untuk lebih jelas dapat di lihat pada Tabel 11.

Sebagian besar penderita telah mendapatkan pengobatan di Rumah Sakit sedangkan pemantauan tetap dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan beserta petugas Puskesmas di lokasi penderita.

Dari analisa data kelompok resiko tinggi penularan HIV-AIDS diketahui bahwa, penyebaran HIV-AIDS banyak diakibatkan oleh perilaku yang tidak sehat yang cenderung dilakukan oleh : PSK, homosek, pencandu narkoba. Pada perkembangannya, saat ini penyakit HIV-AIDS ternyata juga banyak ditemukan pada ibu rumah tangga. Hal ini juga dimungkinkan akibat tertular dari suami pengidap HIV-AIDS.

Dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyebaran penyakit HIV-AIDS ini, Dinas Kesehatan Kota Cilegon beserta masyarakat dan swasta melakukan beberapa langkah, antara lain:

20 36 29 35 0 20 40 60 80 100 2014 2015 2016 2017 Jumlah Kasus

(1) Melakukan KIE kepada masyarakat terutama kepada kelompok RISTI. (2) Penyululan melalui kegiatan ABAT (Aku Bangga Aku tahu)

(3) Survielans HIV dengan kegiatan serro survey, untuk memantau perkembangan kasus termasuk penyebarannya.

(4) VCT

(5) Pendampingan bagi pengidap HIV atau ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), termasuk rujukan.

(6) Menjaga kerahasiaanpenderita dari kemungkinan penolakan masyarakat dan pelanggaran HAM.

(7) Membentuk Komisi Penanggulangan HIV-AIDS Daerah (KPAD).

Salah satu upaya pelacakan kasus HIV positif Dinas Kesehatan Kota Cilegon bekerjasama dengan Unit Transfusi Darah PMI Kota Cilegon, dengan hasil sebagai berikut :

Gambar 4.4

Jumlah Donor Darah Diskrining Terhadap HIV Tahun 2017

Sumber UTD PMI Kota Cilegon 2017

Dari data didata di atas dapat dilihat bawah terdapat 92 kasus HIV Positif dari 10.180 pendonor darah yang diskrining terhadap HIV.

Data lebih lengkap dapat dilihat pada lampiran Tabel 12. 4. KUSTA

Penyakit kusta disebut juga sebagai penyakit Lepra atau penyakit Hansen disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini

10180

72 10180

mengalami proses pembelahan cukup lama antara 2–3 minggu. Daya tahan hidup kuman kusta mencapai 9 hari di luar tubuh manusia. Kuman kusta memiliki masa inkubasi 2–5 tahun bahkan juga dapat memakan waktu lebih dari 5 tahun.

Penatalaksanaan kasus kusta yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif, menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata.

Jika ditinjau dari situasi global, Indonesia merupakan negara penyumbang jumlah penderita kusta ketiga terbanyak setelah India dan Brazil. Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di kalangan masyarakat dan sebagian petugas. Akibat dari kondisi ini, sebagian besar penderita dan mantan penderita kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat pada meningkatnya angka kemiskinan.

Pada Tahun 2017 Kasus kusta tercatat mengalami penurunan di banding tahun-tahun sebelumnya yaitu sebesar 39 penderita kusta yang terdiri dari Kusta PB 1 Kasus dan 38 Kasus MB. Sedangkan 2016 adalah sebanyak 44 kasus yang terdiri dari Kusta PB 2 Kasus dan 42 Kasus MB,dan ditahun 2015 kasus kusta sebanyak 56 Kasus yang terdiri dari Kusta PB sebanyak 12 kasus dan kasus MB 44 Kasus. Penderita Kusta terbanyak tahun 2016 berada di kecamatan Pulomerak sebanyak 11 kasus.

Target prevalensi kusta sebesar <1 per 10.000 penduduk (<10 per 100.000 penduduk). Situasi tersebut dapat dilihat pada Gambar 4.5. Dengan demikian prevalensi kusta di Kota Cilegon pada tahun 2017 yang sebesar 9 per 100.000 penduduk telah mencapai target program.

Gambar 4.5

Perkembangan Kasus Kusta di Kota Cilegon Tahun 2014-2017

Sumber Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017

Pengendalian kasus kusta antara lain dengan meningkatkan deteksi kasus sejak dini. Indikator yangdigunakan untuk menunjukkan keberhasilan dalam mendeteksi kasus baru kusta yaitu angka cacat tingkat 2.

Angka cacat tingkat 2 pada tahun 2017sebesar 2 per 1 juta penduduk atau 0.2 per 100.000 Penduduk, menurun dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 16 per 1 juta penduduk atau 1.6 per 100.000 Penduduk.

Berikut ini grafik angka cacat tingkat IItahun 2014-2017 Gambar 4.6

Perkembangan Angka Cacat Tingkat II Per 1 Juta Penduduk Di Kota Cilegon Tahun 2014-2016

Sumber Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017 3 12 2 1 40 44 42 38 0 10 20 30 40 50 60 2014 2015 2016 2017 PB MB 13 11 16 2 0 20 40 60 80 100 2014 2015 2016 2017

Indikator lain yang digunakan pada penyakit kusta yaitu proporsi kusta MBdan proporsi penderita kusta pada anak (0-14 tahun) di antara penderita baru yang memperlihatkan sumber utama dan tingkat penularan di masyarakat.

Proporsi kusta MB dan proporsi pada anak periode 2014-2017 ditunjukkan pada grafik berikut ini.

Gambar 4.7

Proporsi Kusta MB Dan Proporsi Kusta Pada Anak Di Kota Cilegon Tahun 2014-2017

Sumber Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017

Proporsi kusta MB periode 2014-2017 relatif menunjukkan peningkatan yaitu dari 76.7% meningkat hingga 97.44%. Sedangkan proporsi kusta anak pada periode yang sama terjadi peningkatan pada tahun 2015 yaitu 14.30% dari 11.60% (2014) namun terjadi penurunan menjadi 6.52% ditahun 2016 dan 5.71 ditahun 2017. Data/informasi terkait penyakit kusta menurut kecamatan terdapat pada Lampiran Tabel 14 sampai 17.

5. Diare

Diare dapat didefinisikan sebagai perubahan konsistensi faeces selain dari frekuensi buang air besar. Dikatakan diare apabila faeces lebih berair dari biasanya. Diare dapat juga didefinisikan sebagai bila buang air besar

76,70% 78,60% 87,00%

97,44%

11,60% 14,30% 6,52%

5,71%

2014 2015 2016 2017

tiga kali atau lebih, atau buang air besar yang berair tapi tidak berdarah dalam waktu 24 jam.Sementaradiare yang berdarah dinamakan disentri

Gambar 4.8

Jumlah Kasus Diare Kota Cilegon 2013 - 2017

Sumber Bidang Pencegahan dan PengendalianPenyakitTahun 2017

Berdasarkan gambar 4.8 di atas terlihat bahwa perkembangan penderita penyakit Diare di Kota Cilegon mengalami siklus turun naik periode tahun 2013 - 2016. Pada tahun 2017 Jumlah kasus diare sebanyak 11.365 kasusyang ditangani. Rincian menurut kecamatan dapat dilihat pada lampiran Tabel 13.

Dalam dokumen DINAS KESEHATAN KOTA CILEGON 2018 (Halaman 64-70)

Dokumen terkait