• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penanganan Komplikasi Neonatal

Dalam dokumen DINAS KESEHATAN KOTA CILEGON 2018 (Halaman 42-48)

Angka Kematian Bay

2. Penanganan Komplikasi Neonatal

Neonatal dengan komplikasi adalah neonatal dengan penyakit dan atau kelainan yang dapat menyebabkan kecacatan dan atau kematian, seperti asfiksia, ikterus, hipotermia, tetanus neonatorum, infeksi/sepsis, trauma lahir, BBLR, sindroma gangguan pernafasan, dan kelainan kongenital maupun yang termasuk klasifikasi kuning dan merah pada pemeriksaan dengan Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM).

Komplikasi yang menjadi penyebab kematian terbanyak yaitu asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi (Riskesdas, 2007). Komplikasi ini sebetulnya dapat dicegah dan ditangani, namun terkendala oleh akses ke pelayanan kesehatan, kemampuan

95,8% 101,0% 88,6% 94,1% 99,0% 97,5% 92,0% 85,6% 81,7% 96,8% 50,0% 60,0% 70,0% 80,0% 90,0% 100,0% 110,0% 2013 2014 2015 2016 2017 KN 1 KF3

tenagakesehatan, keadaan sosial ekonomi, sistem rujukan yang belum berjalan dengan baik, terlambatnya deteksi dini, dan kesadaran orang tua untuk mencari pertolongan kesehatan.

Penanganan neonatal dengan komplikasi adalah penanganan terhadap neonatal sakit dan atau neonatal dengan kelainan atau komplikasi/kegawatdaruratan yang mendapat pelayanan sesuai standar oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan atau perawat) terlatih baik di rumah, sarana pelayanan kesehatan dasar maupun sarana pelayanan kesehatan rujukan. Pelayanan sesuai standar antara lain sesuai dengan standar MTBM, Manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir, Manajemen Bayi Berat Lahir Rendah, pedoman pelayanan neonatal essensial di tingkat pelayanan kesehatan dasar, PONED, PONEK atau standar operasional pelayanan lainnya.

Pada gambar berikut disajikan gambaran cakupan penanganan neonatal dengan komplikasi di Kota Cilegon tahun 2017.

Gambar 3.18

Cakupan Penanganan Komplikasi Neonatal Menurut Kecamatan DiKota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Kesehatan Masyarakat Tahun 2017

Capaian penanganan neonatal dengan komplikasi mengalami penurunan dari tahun 2016 yang sebesar 61.6% menjadi 60.7% pada tahun 2017. Selain meningkatnya capaian, masih terdapat disparitas

47,6 30,1 93,9 159,0 30,7 34,4 43,2 80,3 60,7 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0 140,0 160,0 180,0 CIWANDAN CITANGKIL PULOMERAK PURWAKARTA GROGOL CILEGON JOMBANG CIBEBER KOTA CILEGON

yang cukup besar antar kecamatan. Pada tahun 2017 capaian tertinggi diperoleh kecamatan Purwakarta dengan angka sebesar 159.0% diikuti Pulomerak sebesar 93.9%. Dua kecamatan dengan capaian terendah ialah Citangkil (30.1%), dan Grogol (30.7%).

3. Imunisasi

Setiap tahun lebih dari 1,4 juta anak di dunia meninggal karena berbagai penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakityang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis, Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit berbahaya tersebut, yang dapat menimbulkan kecacatan atau kematian.

Proses perjalananpenyakit diawali ketika

virus/bakteri/protozoa/jamur, masuk ke dalam tubuh. Setiap makhluk hidup yang masuk ke dalam tubuh manusia akan dianggap benda asing oleh tubuh atau yang disebut dengan antigen. Secara alamiah sistem kekebalan tubuh akan membentuk zat anti yang disebut antibodi untuk melumpuhkan antigen. Pada saat pertama kali antibodi berinteraksi dengan antigen, respon yang diberikan tidak terlalu kuat. Hal ini disebabkan antibodi belum mengenali antigen. Pada interaksi antibodi- antigen yang kedua dan seterusnya, sistem kekebalan tubuh sudah mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh, sehingga antibodi yang terbentuk lebih banyak dan dalam waktu yang lebih cepat.

Proses pembentukan antibodi untuk melawan antigen secara alamiah disebut imunisasi alamiah. Sedangkan program imunisasi melalui pemberian vaksin adalah upaya stimulasi terhadap sistem kekebalan tubuh untuk menghasilkan antibodi dalam upaya melawan

penyakit dengan melumpuhkan antigen yang telah dilemahkan yang berasal dari vaksin.

Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk melindungi penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular, yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil.

a) Imunisasi Dasar pada Bayi

Imunisasi melindungi anak terhadap beberapa Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Seorang anak diimunisasi dengan vaksin yang disuntikkan pada lokasi tertentu atau diteteskan melalui mulut.

Sebagai salah satu kelompok yang menjadi sasaran program imunisasi, setiap bayi wajib mendapatkan imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis BCG, 3 dosis DPT-HBdan atau DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak. Dari imunisasi dasar lengkap yang diwajibkan tersebut, campak merupakan imunisasi yang mendapat perhatian lebih,hal ini sesuai komitmen Indonesia pada global untuk mempertahankan cakupan imunisasi campak sebesar 90% secara tinggi dan merata. Hal ini terkait dengan realita bahwa campak adalah salah satu penyebab utama kematian pada balita. Dengan demikian pencegahan campak memiliki peran signifikan dalam penurunan angka kematian balita.

Gambar3.19

Persentase Cakupan Imunisasi Campak Pada Bayi di Kota CilegonTahun 2017

Sumber Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017

Cakupan Imunisasi Campak Pada Bayi di Kota CilegonTahun 2017 secara keseluruhan adalah 95.72%. cakupan tertinggi yaitu Kecamatan Pulomerak sebesar 122.81% dan terendah di Kecamatan Grogol yaitu 78.98%.

b) Imunisasi Lengkap pada Bayi

Program imunisasi pada bayi bertujuan agar setiap bayi mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap. Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar tersebut diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap. Capaian indikator ini di Kota Cilegon padatahun 2017 sebesar 95.6%. Angka ini telah mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan pada tahun 2017 yang sebesar 91%. Sedangkan menurut kecamatan, terdapat 5 kecamatan yang mencapai target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2017.

91,91 88,53 122,81 104,58 78,98 108,07 93,51 86,47 95,72 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 CIWANDAN CITANGKIL PULOMERAK PURWAKARTA GROGOL CILEGON JOMBANG CIBEBER KOTA CILEGON

Gambar3.20

Persentase Cakupan Dasar Lengkap Pada Bayi di Kota Cilegon Tahun 2017

Sumber Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tahun 2017

Tiga Kecamatan dengan capaian imunisasi dasar lengkap pada bayi yang tertinggi pada tahun 2017 yaitu Pulomerak (122.81%), Purwakarta (103.61 %), dan Cilegon (99.56%). Sedangkan tiga Kecamatan dengan capaian terendah yaitu Cibeber (86.7%), diikuti oleh Citangkil (87.88%), dan Grogol (88.02%).

c) Desa/Kelurahan UCI (Universal Child Immunization)

Indikator lain yang diukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan imunisasi yaitu Universal Child Immunization (UCI) desa/kelurahan. Desa/kelurahan UCI adalah gambaran suatu

desa/kelurahan dimana ≥ 80% dari jumlah bayi (0-11 bulan) yang ada di desa/kelurahan tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap.

Pada tahun 2012-2017 seluruh kelurahan di Kota Cilegon sebesar 100%. 91,91 87,88 122,81 103,61 88,02 99,56 93,51 86,72 95,6 0,00 20,00 40,00 60,00 80,00 100,00 120,00 140,00 CIWANDAN CITANGKIL PULOMERAK PURWAKARTA GROGOL CILEGON JOMBANG CIBEBER KOTA CILEGON

Dalam dokumen DINAS KESEHATAN KOTA CILEGON 2018 (Halaman 42-48)

Dokumen terkait