• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Taman kota sebagai Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) untuk bermain dan berekreasi menjadi salah satu kualifikasi untuk menerapkan konsep Kota Layak Anak (Subiyakto, 2012). Kota Layak Anak atau KLA yang dalam bahasa inggris diistilahkan dengan child-friendly city atau CFC adalah sistem pembangunan di kabupaten/kota yang berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha dan masyarakat yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam kebijakan, program dan kegiatan untuk menjamin terpenuhinya hak anak (Riggio 2002; Gleson, 2005 dalam Wilks 2010:28; dan Valentine, 1996 dalam Woolcock dan Steele, 2008). Salah satu kualifikasi yang harus dipenuhi oleh suatu kota dalam mewujudkan kota layak anak menurut Subiyakto (2012) adalah keberadaan ruang terbuka hijau seperti taman kota untuk tempat bermain dan berkreasi anak yang aman dan nyaman.

Dalam Peraturan Menteri Perlindungan Perempuan dan Perlindungan Anak Nomer 12 tahun 2011 tentang Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak di sebutkan beberapa indikator untuk mengembangkan kota layak anak, salah satunya adalah indikator terkait hak pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan kegiatan budaya yaitu adanya fasilitas kreatif dan rekreatif ramah anak diluar sekolah dan dapat diakses semua anak, yang mana taman kota adalah salah satunya.

Masa anak anak adalah masa dimana masa untuk belajar dari lingkungan lingkungan sekitarnya, mulai dari lingkup keluarga hingga lingkup kota tempat tinggalnya, sehingga kondisi lingkungan yang baik sangat penting untuk mendukung pertumbuhan anak secara optimal (P.Mahditia, 2006). Pada lingkup yang lebih luas, kota sebagai lingkungan tempat anak-anak hidup dan berkembang, turut membentuk kepribadian, karakter dan pola pikir anak. Interaksi anak dengan kota berkaitan erat dengan proses belajar, bermain, tumbuh dan berkembang. Oleh

(2)

2

karena itu, kota dengan kualitas hidup yang baik memiliki peran penting dalam tumbuh kembang anak.

Kota yang berkonsepkan Kota Layak Anak bukan lagi sekedar tren, melainkan sudah menjadi kebutuhan dari kota mengingat 30,5 persen atau 79,6 juta jiwa penduduk Indonesia menurut data statistik bps 2019 adalah anak-anak berusia 0 – 17 tahun. Artinya, kurang lebih satu di antara tiga penduduk Indonesia adalah anak-anak.

Pemerintah Provinsi Lampung termasuk salah satu provinsi yang sudah mulai menerapkan konsep Kota Layak Anak. Aturan ini tertuang dalam Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 4 tahun 2008 tentang Pelayanan Terhadap Hak Hak Anak. Salah satu Kapubaten/Kota di Provinsi Lampung yang mulai menerapkan Konsep Kota Layak Anak ini adalah Kota Bandar Lampung.

Kota Bandar Lampung pada tahun 2018 menegaskan untuk segera mesahkan Raperda tentang Perlindungan Anak yang diajukan dalam rangka untuk menjamin terpenuhinya hak hak atas anak serta agar mendapatkan perlindungan dari kekerasan, kejahatan, deskriminasi dan ketelantaran serta terpenuhinya fasilitas bagi anak.

Pemenuhan kebutuhan dan hak hak anak, berkaitan juga dengan program Kota Layak Anak dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, yang merupakan kesepakatan Konvensi Hak Anak Dunia yang mana setiap kota dan kabupaten di Indonesia memiliki arahan untuk mewujudkan lingkungan yang ramah bagi anak, salah satunya dengan pembentukan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak.

Namun saat ini, terdapat beberapa indikator yang menyebabkan hak-hak anak sebagai warga kota belum terpenuhi, seperti semakin sedikitnya jumlah ruang terbuka sehingga anak kekurangan tempat untuk bermain dan mengeksplorasi lingkungannya secara aman dan nyaman. Hal ini didasari data dari Bappeda kota Bandar Lampung, yang mana saat ini Bandar Lampung hanya memiliki 11,09% RTH publik dari keseluruhan wilayah, dan dari jumlah tersebut taman kota hanya 0,10%. Hal ini tentu bertentangan dengan amanat dari Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dengan tegas mensyaratkan penyediaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kawasan perkotaan sebesar minimal 30% dari luas

(3)

3

wilayah, yang terdiri dari 20% RTH publik dan 10% RTH privat, agar tercapai ruang yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan.

Menurut F.Yanti (2016) RTH publik dan taman kota di Bandar Lampung yang ada inipun masih belum bisa dikatakan berkualitas karena selain keterbatasan sarana dan prasarana yang ada di RTH publik tersebut, tidak adanya pemeliharaan juga menjadi kendala untuk kota Bandar Lampung serta komitmen dari pemerintah daerah dalam menyediakan RTH publik yang berkualitas untuk masyarakatnya. Padahal taman kota sebagai ruang rekreatif dan rekreasi harus dapat memenuhi kebutuhan akan fasilitas bermain untuk segala usia anak.

Dalam hal ini Kota Bandar Lampung perlu melakukan kesesuaian RPTRA pada ruang terbuka hijau publik dan taman kota di kota Bandar Lampung serta perlu adanya komitmen dari pemerintah untuk dapat mengarahkan perencanaan ataupun penerapan taman kota yang sesuai RPTRA agar dapat mendukung terwujudnya Kota Layak Anak di Bandar Lampung.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, taman kota adalah salah satu unsur penting dalam terwujudnya kota yang layak anak. Bandar Lampung mempunyai beberapa taman kota namun fungsi dan kegunaannya belum dapat dikatakan sebagai taman kota. Bahkan terdapat beberapa taman yang kondisinya masih terbengkalai, tidak terawat, disalahgunakan dan rusak. Sehingga hak hak anak dan masyarakat untuk memperoleh dan menikmati pertambahan nilai ruang masih belum terpenuhi.

Sehingga, dari taman taman tersebut perlu dilakukan kajian terkait kesesuaian taman kota di Bandar Lampung sebagai Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) untuk melihat sejauh mana tingkat kesesuaian taman kota di Bandar Lampung untuk mendukung terwujudnya Kota Layak Anak di Bandar Lampung sehingga dapat menjadi ruang terbuka publik yang dapat digunakan untuk rekreasi, rekreatif dan edukasi anak agar dapat memenuhi hak akan ruang untuk anak..

Maka, untuk mengetahui tingkat kesesuaian dan keberadaan taman yang sesuai dengan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) untuk mendukung

(4)

4

terwujudnya Kota Layak Anak di Bandar Lampung, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Kesesuaian Taman Kota sebagai Publik Terpadu Ramah Anak untuk mendukung konsep Kota Layak Anak”. Hal ini menjadi landasan peneliti merumuskan pertanyaan penelitian Apakah taman kota di kota Bandar Lampung sudah sesuai sebagai Ruang Publik Terpadu Ramah Anak untuk mendukung konsep Kota Layak Anak?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kesesuaian taman kota di kota Bandar Lampung sebagai Ruang Terbuka Publik Ramah Anak (RPTRA) untuk konsep Kota Layak Anak. Untuk mencapai tujuan penelitian yang di inginkan maka ada beberapa sasaran yang dapat di lakukan. Adapun sasaran dari penelitian ini adalah

• Mengidentifikasi karakteristik dan fungsi Taman Kota di Bandar Lampung sebagai taman kota untuk disesuaikan dengan RPTRA dalam mendukung konsep Kota Layak Anak.

• Menganalisis kesesuaian dari Taman Kota di Bandar Lampung sebagai RPTRA dalam mendukung konsep Kota Layak Anak.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat secara akademis, praktis dan teoritis.

1.4.1. Manfaat Akademis

Manfaat akademis dari yang diharapkan dari penelitian ini adalah penelitian ini dapat bermanfaat bagi bidang pendidikan sebagai salah satu penelitian baru serta dapat menjadi salah satu referensi baru untuk penelitian serupa atau lainnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang diharapkan dari penelitian ini adalah supaya masyarakat tahu mengenai fungsi dari taman di kota Bandar Lampung untuk mencapai kota yang layak anak dan di harapkan masyarakat mampu meningkatkan taman yang belum sesuai serta menjaga dan merawat taman yang ada tersebut.

(5)

5

1.4.3. Manfaat Teoriritis

Sedangkan, manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah penelitian ini dapat berkontribusi dalam pengembangan ilmu di bidang perencanaan kota khususnya dalam pengembangan ruang publik yang ramah anak, serta menambah referensi masyarakat dalam memahami ruang publik yang baik untuk anak.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki 2 (dua) ruang lingkup yaitu Ruang Lingkup Wilayah dan Ruang lingkup Materi :

1.5.1. Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini yaitu seluruh taman kota yang terdapat dan tersebar di kota Bandar Lampung serta memiliki kriteria RTH publik yang minimal memuat seperti:

a. Lokasi taman di Bandar Lampung

b. Kepimilikan, pengelolaan serta legalitas taman milik Pemerintah Daerah.

c. Ruang publik d. Taman kota e. Taman aktif

(6)

6

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Sumber : Analisis peneliti 2020

(7)

7

1.5.2. Ruang Lingkup Materi

Materi yang akan di bahas pada penelitian ini adalah melihat kesesuaian dari taman kota di Bandar Lampung untuk di sesuaikan dengan RPTRA sehingga peneliti dapat menetukan taman kota di Bandar Lampung yang sesuai dengan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) untuk mendukung konsep Kota Layak Anak.

Penelitian ini akan menggunakan teori mengenai ruang publik, karakteristik taman kota, dan faktor serta indikator ruang publik ramah anak terhadap taman kota. Konsep child friendly space dari Unicef juga digunakan dalam penelitian ini.

Pada penelitian ini, akan membahas faktor dan indikator dalam kesesuaian ruang publik terpadu ramah anak. Adapun ruang publik yang dimaksud yaitu ruang publik terpadu ramah anak (RPTRA) berupa taman kota di wilayah studi Bandar Lampung. Kriteria yang dihasilkan pada penelitian ini hanya dibatasi untuk RPTRA di wilayah Bandar Lampung. Untuk melihat kesesuaian dari taman kota sebagai RPTRA maka digunakan standar penentuannya berupa faktor dan indikator dari RPTRA. Faktor dan indikator ini didapat dari hasil sintesa terhadap pendapat para ahli dan atau penelitian terdahulu. Sedangkan yang dimaksud anak dalam penelitian ini dibatasi dari usia 8-12 tahun, dikarenakan pada masa ini, anak sudah memiliki kematangan berpikir dan kemampuan mengekspresikan pendapatnya.

1.6. Metodologi Penelitian

1.6.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pada penelititian ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian deduktif. Penelitian deduktif menurut Babie (1998) adalah penelitian yang dimulai dengan teori teori umum, lalu berlanjut dengan observasi untuk menguji validitas keberlakuan teori tersebut. Sedangkan untuk metode penelitian yang digunakan terbagi menjadi 2 yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk

(8)

8

menjawab sasaran pertama dan metode kuantitatif digunakan untuk menjawab saran kedua. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah dengan maksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh), dengan mendeskripsikan data dalam bentuk kata-kata dan bahasa, dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Lexy J Moleong). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu metode penelitian yang berupa gambaran mengenai situasi atau kejadian, kata-kata tertulis atau lisan, kalimat, gambar dan perilaku yang dapat diamati serta di arahkan pada latar alamiah individu tersebut secara menyeluruh (Moh. Nazir, 2005). Metode kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dari taman kota yang ada di kota Bandar Lampung.

Sedangkan penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang menggunakan proses data-data yang berupa angka sebagai alat menganalisis dan melakukan kajian penelitian, terutama mengenai apa yang sudah di teliti ( Kasiram,2008). Dengan kata lain, penelitian kuantitatif ini menggunakan angka, dimulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta hasil yang diperoleh (Tanzeh, 2009:12). Metode kuantitatif ini bertujuan untuk mencari kesesuaian taman kota di Bandar Lampung sebagai Ruang Publik Terpadu Layak Anak untuk mendukung konsep Kota Layak Anak.

1.6.2. Lokasi Penelitian

Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penulisan ini, penulis melakukan penelitian pada taman kota di Bandar Lampung. Pemilihan lokasi ini sebagai lokasi dalam penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan RTH publik yang berupa taman kota yang dimiliki pemerintah kota Bandar Lampung yang diarahkan untuk pengembangan ruang publik terpadu ramah, sehingga perlu adanya kajian dalam kesesuaian taman sebagai RTPRA untuk mendukung konsep kota layak anak di Bandar Lampung. Ruang Terbuka Hijau Publik ini nantinya akan di identifikasi menggunakan

(9)

9

beberapa kriteria sehingga di dapat taman kota mana saja yang dapat disesuai sebagai RPTRA sekaligus menjawab dari sasaran pertama.

1.6.3. Tahapan Persiapan

Dalam tahap persiapan penelitian yang dilakukan, dibagi menjadi tiga yaitu tahap pra survey, survey, dan pasca survey.

Prasurvey

Pada tahap pra survey dalam penelitian, hal yang perlu dilakukan yaitu menyiapkan data-data baik literatur maupun jurnal yang dibutuhkan dan sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan secara sekunder.

Survey

Pada tahap survey dalam penelitian yang dilakukan yaitu langsung survey kelapangan atau lokasi penelitian, hal ini bertujuan untuk mengambil data maupun penelitian secara primer.

Pascasurvey

Pada pasca survey dalam penelitian yang dilakukan yaitu mengolah data atau menganalisis data dari data yang diperoloeh saat pra survey dan survey yang bersifat sekunder maupun primer, sehingga menjadi data yang siap untuk dikaji menjadi sebuah penelitian yang dapat dipublikasikan.

1.6.4. Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan faktor penting untuk memperoleh data terkait dengan tujuan penelitian. Tujuan penggunaan teknik penelitian adalah untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian dan dalam berbagai sumber data. Teknik pengumpulan data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder yang dijabarkan sebagai berikut :

1.Jenis Pengumpulan Data A. Pengumpulan data primer

(10)

10

Pengumpulan data primer dilakukan untuk membantu menjawab pertanyaan penelitian dan mencapai apa yang menjadi tujuan penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan cara observasi lapangan.

• Observasi Lapangan

Observasi lapangan adalah cara pengumpulan data dengan cara mengamati atau meneliti kejadian yang terjadi dilapangan. Dengan teknik ini data yang diperoleh adalah data yang faktual dan aktual. Teknik ini dilakukan dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disediakan dan disesuai dengan melihat kondisi lapangan. Teknik ini dipilih guna untuk mendapatkan gambaran secara langsung mengenai faktor, indikator serta kondisi yang terdapat di seluruh taman kota yang diteliti. Perlengkapan yang dibawa dalam kegiatan observasi lapangan yaitu kamera dan form observasi yang berisikan daftar keterangan gambar kemudian catatan pemikiran peneliti, dan persepsi terhadap obyek pengamatan.

B. Pengumpulan data sekunder

Pengumpulan data sekunder merupakan kegiatan pencarian data maupun informasi secara tidak langsung melalui kajian literatur, jurnal, artikel serta data tertulis lainnya yang diperoleh dari sumber-sumber data seperti situs internet atau website serta instansi terkait kebutuhan data. Pada penelitian ini pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara seperti survey ke instansi-instansi yang terkait guna mendapatkan data dari instansi tersebut atau kajian dokumen.

• Survey Instansi

Survei instansi merupakan suatu proses pencariaan data maupun informasi terkait dengan kebutuhan data yang diperlukan pada saat penelitian. Pada penelitian karena membahas bagaimana kesesuaina taman kota sebagai ruang publik terpadu ramah anak untuk mendukung konsep kota layak anak di Bandar Lampung, instansi terkaitnya antara lain Dinas Kebersihan dan Pertamanan kota Bandar Lampung, BPS kota Bandar Lampung, Bappeda kota Bandar Lampung, LSM atau komunitas terkait kegiatan taman dan anak, pengelola taman.

• Kajian Dokumen

(11)

11

diperoleh dari berbagai sumber untuk mendukung kebutuhan data penelitian. Dokumen tersebut dapat berupa jurnal atau artikel berkaitan dengan kesesuaian taman kota sebagai ruang publik terpadu ramah anak untuk mendukung konsep kota layak anak. Teknik ini memungkinkan peneliti untuk memperoleh bahasa yang lebih luas, selain itu dokumen dapat diakses dengan lebih mudah sehingga menghemat waktu. Dokumen dapat diperoleh dari internet buku, jurnal maupun media lainnya.

1. Kebutuhan Data

Kebutuhan data merupakan sebuah data yang diperlukan untuk penelitian. Kebutuhan data penelitian adalah sejumlah data yang dibutuhkan untuk melakukan analisis, kebutuhan data terdapat proses check list data pada penelitian. Dan kebutuhan data dalam penelitian yang dilakukan, yaitu :

Tabel 1. 1 Kebutuhan Data

No Sasaran Kebutuhan

Data Jenis Data

Teknik Penggum pulan

Data

Sumber Data Hasil

1 Mengindentifikas i Taman Kota di Bandar Lampung sebagai RPTRA untuk mendukung kosep Kota Layak Anak Daftar Taman Kota dan Ruang Publik di kota Bandar Lampung DataPrimer dan Sekunder Kajian literatur dan observasi Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Bappeda , dan Dinas PU Kota Bandar Lampung , serta dinas dinas terkait Teridenfikasinya taman kota di Bandar Lampung sebagai taman kota yang sesuai

untuk di sesuaikan sebagi RPTRA 2 Kota Bandar Lampung Dalam Angka Terbaru 3 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung Terbaru 4 Masterplan RTH Kota Bandar Lampung Terbaru

(12)

12

No Sasaran Kebutuhan

Data Jenis Data

Teknik Penggum pulan

Data

Sumber Data Hasil

5 Menganalisis kesesuaian Taman Kota di Bandar Lampung sebagai RPTRA untuk mendukung konsep Kota Layak Anak Karakterist ik Taman Kota di Bandar Lampung berdasarka n faktor dan indikator yang ada

Data Primer Observas i Taman Kota yang sudah di Indentifikasi dan Masuk dalam ruang lingkup penelitian. Jumlah dan tingkat persentase kesesuaianTaman Kota di Bandar Lampung sebagai RPTRA.

Sumber : Analisis Peneliti 2020

1.6.5. Metode Analisis

Analisis yang dilakukan adalah dengan mengidentifikasi RTH publik agar di dapat taman kota yang sesuai RPTRA. Setelah terpilih taman kota yang akan di teliti berdasarkan RPTRA, peneliti akan menilai variabel Ruang Publik terpadu ramah anak di taman kota terhadap parameter/tolok ukur yang sudah ditetapkan. Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian dengan metoda rasionalistik, dimana data yang bersifat kuantitatif kemudian dianalisis secara kualitatif sesuai range tolok ukur yang telah ditetapkan untuk mengetahui tingkat kesesuaian taman kota sebagai pada masing-masing faktor dan indikator pada setiap aspek. Rasionalisasi data kualitatif ini dipergunakan untuk menentukan tingkatan pada faktor atau variable yang telah di tentukan dari taman kota melalui variabel dan indikator yang diukur.

1 . Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis ini digunakan untuk menjawab dari sasaran pertama yaitu mengidentifikasi karakteristik taman kota di Bandar Lampung yang sesuai dengan RPTRA agar di dapat taman kota yang sesuai dengan RPTRA yang nantinya akan digunakan untuk menjawab sasaran kedua. Analisis deskriptif adalah analisis yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul di wilayah penelitian (Sugiono, 2011). Dalam analisis deskriptif peneliti dapat membandingkan fenomena fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif.

(13)

13

satu variable atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda atau pada waktu yang berbeda (Sugiono,2011).

Analisis deskriptif komparatif yang dilakukan di sini adalah analisis deskriptif komparatif dengan menggunakan dokumen dokumen untuk mengidentifikasi taman kota di Bandar Lampung sebagai taman kota yang sesuai untuk di sesuaikan dengan RPTRA dengan melihat kriteria dan standar yaitu berupa indikator dan faktor yang di sintesa bedasarkan penelitian terdahulu dan pendapat para ahli dari variable yang akan di identifikasi sehingga terpilih lah variable yang sesuai dengan kriteria dan standar bedasarkan indikator dan faktor yang ada, yang dalam hal ini adalah taman kota berdasarkan RPTRA. Lalu dari kriteria dan standar ini akan di komparasikan dengan taman kota yang ada agar dapat didapat taman kota yang sesuai dengan kriteria dan standar RPTRA yang ada.

2. Analisis Deskriptif Kuantitatif

Untuk mengolah data observasi, teknik analisis yang akan digunakan adalah teknik analisis kuantitatif dengan metode skoring. Teknik skoring dilakukan dengan cara memberikan nilai pada kondisi yang ada dilapangan berdasarkan penilaian yang telah ditentukan (Mulyana, 2005). Setelah dilakukan teknik skoring maka hasil skoring akan dianalisis secara deskriptif..

Penilaian yang akan dilakukan adalah pemberian angka kepada setiap indikator yang besarannya menunjukkan tingkat terpenuhinya kriteria yang telah ditetapkan. Variabel penelitian tersebut telah dijabarkan melalui beberapa indikator dan masing masing indikator tersebut dinilai berdasarkan kondisi dilapangan, dimana

• bernilai 1 untuk komponen yang sesuaidan • bernilai 0 untuk komponen yang tidak sesuai.

Penilaian tersebut digunakan untuk mengetahui kesesuaian komponen taman kota sebagai maka dilakukan penilaian pada setiap indikator. Nilai dari

(14)

14

Persentase Kesesuaian = Nilai Kesesuaian X 100% Nilai Maksimal

Nilai kesesuaian faktor = Jumlah nilai indikator Jumlah Indikator

tiap indikator ini nantinya akan digunakan untuk menilai pada tiap faktor dari masing – masing taman, sebagai berikut (S.Widyastuti, 2017) :

Setelah dilakukan penilaian pada tiap indikator maka dilakukan penilaian untuk kesesuaian pada tiap taman kota. Klasifikasi dilakukan dengan mengkonversikan nilai kesesuaian kedalam bentuk persentase (Sugiono,1999).

Untuk menganalisisi secara dekriptif maka terdapat klasifikasi kesesuaiannya sebagai berikut:

• Persentase kesesuaian termasuk dalam rentang 0-49% dinyatakan “mendekati tidak sesuai” sebagai taman kota yang memenuhi RPTRA.

• Persentase kesesuaian adalah 50% maka kesesuai taman kota terhadap RPTRA dinyatakan “antara sesuai dan tidak sesuai” sebagai RPTRA.

• Persentase kesesuaian termasuk dalam rentang 51%-100% maka kesesuaian taman kota dinyatakan “mendekati sesuai” sebagai RPTRA.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini di bagi dalam 5 bab. Pembagian tersebut adalah sebagai berikut :

Bab 1 Pendahuluan

Pada bab ini di jelaskan kerangka awal dari penelitian yang akan dilakukan serta menjadi yang mendasari penelitian yang akan dilakukan yang berisi latar

(15)

15

belakang, tujuan dan sasaran, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, keaslian penelitian dan sistematika penelitian.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Pada bab ini berisi tinjauan dan pembahasan teori teori yang menjadi dasar penelitian terkait Kesesuaian taman kota di kota Bandar Lampung dalam mendukung konsep Kota Layak Anak. Dalam bab ini akan dibahas dan akan menjelaskan teori teori yang digunakan sehingga memunculkan kerangka pikir prnrlitian yang menjadi dasar dalam menentukan variable, indikator dan tolak ukur.

Bab 3 Gambaran Umum Wilayah

Bab ini berisi penjelasan tentang gambaran umum wilayah penelitian secara makro dan mikro yaitu Kota Bandar Lampung serta Taman Kota yang akan di teliti. Gambaran wilayah umum studi ini didasari pada wilayah studi yang telah di tetapkan pada ruang lingkup penelitian dalam BAB 1.

Bab 4 Hasil dan Pembahasan

Bab ini berisi penjelasan tentang hasil penelitian yang didapat dari pengembilan data dan hasil dari analisis yang dilakukan yaitu analisis kualitatif deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif.

Bab 5 Kesimpulan

Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan, rekomendasi, kesulitan peneliti dalam menyusun penelitian ini serta saran untuk penelitian selanjutnya.

1.8. Keaslian Penelitian

Telah banyak penelitian terkait Ruang Publik Terpadu Ramah Anak namun pada penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya,

(16)

16

baik dalam lokasi penelitian, metode penelitian ataupun subtansi penelitian. Berikut table dari beberapa penelitian sebelumnya.

Tabel 1. 2 Keaslian Penelitian

No. Peneliti Judul Penelitian Lokasi Penelitian Tahun Penelitian Metode Penelitian Jenis Penelitian 1 Septyani Widyastuti Kesesuaian Taman Kota di Surakarta Berdasarkan Konsep

Kota Layak Anak

4 Taman Kota di Surakarta 2017 Analisis Deskriptif Kuantitatif Jurnal 2 Medha Baskara Prinsip Pengendalian Perancangan Taman Bermain Anak di Ruang Pulik Taman Bermain Anak di Indonesia 2011 Analisis Deskriptif Kuantitatif Jurnal 3 Karya Widyawati Penilaian Ruang Bermain Anak di Kota

Depok Sebagai Salah Satu Indikator Tercapainya Kota Layak Anak Kecamatan Tapos, Depok 2015 Analisis Deskriptif Kuantitatif Jurnal 4 Rahma Puspita Sari Kesesuaian Taman Cerdas Sebagai Ruang

Publik Skala Pelayanan Kelurahan Terhadap Konsep Kota

Layak Anak 8 Taman Cerdas di Kota Surakarta 2017 Analisis Deskriptif Kuantitatif Jurnal 5 Endy Hernowo Karakteristik Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) Bahari

di Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan Taman Bahari di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan 2017 Analisis Deskriptif Kualitatif Jurnal 6 Andhika Gayo Penilaian Kualitas Lingkungan Perumahan Ditinjau Dari Ketersediaan Ruang Bermain Anak di Kelurahan Tlogosari Kulon Kelurahan Tlogosari Kulon, Semarang 2011 Analisis Deskriptif Kuantitatif Jurnal 7 Ade Sekarini Persepsi Pengunjung Terhadap Taman Kalpataru Bandar Lampung Sebagai Taman Layak Anak

Taman Kalpataru, Kemiling, Bandar Lampung, Lampung 2017 Analisis Deskriptif Kuantitatif Tugas Akhir 8 Fitri Yanti Kualitas RTH Publik di Kota Bandar Lampung Langan merah dan pasar seni, lapangan kalpataru dan embung korpri 2016 Analisis Deskriptif Kuantitatif Tesis

Sumber: Hasil Sintesa Peneliti 2020

Penelitian ini membahasa tentang kesesuaian taman kota sebagai RPTRA di kota Bandar Lampung yang menggunakan analisis kualitataif deskriptif

(17)

17

komparatif dan analisis kuantitatif deskriptif dengan metode skoring.Maka dapat dikatan bahwa penelitian ini bersifat baru dan bukan hasil dari plagiat penelitian yang telah ada.

(18)

18

1.9. Kerangka Berpikir

Sumber : Analisis Peneliti 2020

• Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Nomor 2 Tahun 2009 tentang Keijakan Kota/Kabupaten Layak Anak

• Perda Provinsi Lampung No.4 Tahun 2008 Pelayanan Terhadap Hak anak • Komitmen Kota Bandar Lampung menjadi Kota Layak Anak

• Sepertiga penduduk Indonesia merupakan anak anak

Terdapat kebutuhan anak-anak terhadap ruang yang

Ramah Anak

Kurangnya jumlah ruang publik RTH taman kota sebagai tempat bermain

dan belajar anak

Pengeloalaan taman kota yang masih buruk

Apakah taman kota di kota Bandar Lampung sudah sesuai sebagai Ruang Publik Terpadu Ramah Anak untuk mendukung konsep

Kota Layak Anak?

Mengetahui kesesuaian taman kota di kota Bandar Lampung sebagai Ruang Publik Terpadu Ramah Anak untuk konsep Kota Layak Anak

Identifikasi terhadap kesesuain Taman Kota di Bandar Lampung

sebagai lokasi studi

Menganalisis Kesesuaian Taman Kota sebagai RTPRA

Menganalisis Dokumen, Jurnal dan Peraturan Terkait

Taman Kota di Bandar Lampung yang sesuai dengan RPTRA untuk mendukung terwujudnya Kota Layak Anak

Suvey Lapangan (Observasi)

Analisis Deskriptif Kualitatif Latar Belakang Rumusan Masalah Pertanyaan Penelitian Tujuan Penelitian Sasaran Penelitian Analisis Hasil Analisis Deskriptif Kuantitatif Suvey Lapangan (Observasi)

Gambar

Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian  Sumber : Analisis peneliti 2020
Tabel 1. 1 Kebutuhan Data
Tabel 1. 2 Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi speaker ini adalah mengubah gelombang listrik menjadi getaran suara.proses pengubahan gelombag listrik/electromagnet menjadi gelombang suara terjadi karna

Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (selanjutnya disingkat UU SPPA) yang merupakan pergantian terhadap Undang- undang Nomor

Berangkat dari masalah yang ditemukan, penulis mengadakan penelitian dengan metode studi pustaka, observasi, perancangan, instalasi, uji coba serta implementasi untuk menemukan

Pendekatan analisis yang digunakan dalam pene- litian ini antara lain analisis bioekonomi dan data envelopment analysis (DEA). Hasil penelitian menunjuk- kan bahwa 1)

Mayoritas warga kampung nelayan pesisir Muara Angke memiliki keberanian menjadi wirausahawan karena tekanan ekonomi yang mendesak. Selain itu, mereka memiliki minat

pendidikan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang, 2) Pekerjaan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam

Kita dapat melihat bahwa ada suatu instruksi lainnya setelah instruksi RET, Ini terjadi karena disassembler tidak tahu dimana data dimulai , dia hanya memproses nilai

Adapun data kosa kata dialek-dialek tersebut diambil dari peneliti-peneliti lain yang sebelumnya telah meneliti bahasa tersebut, diantaranya dialek Luwu dari Wahyu (2014),