• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA MISKIN DI KELURAHAN BINUANG KAMPUNG DALAM KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA MISKIN DI KELURAHAN BINUANG KAMPUNG DALAM KECAMATAN PAUH KOTA PADANG"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA MISKIN

DI KELURAHAN BINUANG KAMPUNG DALAM

KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S1 (Strata I)

DESI MULYATI 08030077

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Edi Suarto, M.Pd Leni Zahara, S.Pd, M.P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2013

(2)

KONDISI SOSIAL EKONOMI RUMAH TANGGA MISKIN

DI KELURAHAN BINUANG KAMPUNG DALAM

KECAMATAN PAUH KOTA PADANG

Oleh :

Desi Mulyati *Edi Suarto**Leni Zahara** *Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat ** Staf pengajar Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRACT

This study aims to determine the socio-economic conditions of poor households in the Village Binuang In Kampung Padang Pauh subdistrict. This research is descriptive. The population in this study were all poor households in the village Binuang Kampung Padang Pauh In District totaling 44 households. Samples were taken in two ways, the sample area is taken by using purposive sampling to appoint RW1 as sample areas on the grounds of poor households more than other areas of the 20 families, while the respondent sample was taken with a total sampling technique, so the total sample of 20 families home poor. The research found that: 1) The level of education is generally poor household that completed secondary school (30.0%) and his wife graduated from junior high school level (40.0%), primary school children are studying at 35.0%, the child is taking amounted to 25.0% of secondary school education, children are studying SMA of 25.0% and was educated at the college level is 15.0%. Poor households have children who drop by 35.0% with the number of children 1-3 people. Educational facilities that can be provided by the poor households are desks, books and clothing (45.0%), (2) Work of poor households in the Village of Kampung Binuang In general, the services sector (60.0%) with an employee (60, 0). The average poor households do not have a second job (80.0%) and (3) family income of poor households are generally low at> Rp 1,000,000 - Rp 1.999.000 (100.0%), spending an average < Rp 1.500.000 - Rp 1.999.000 (85.0%). Of such income, poor households are able to meet the needs of food and clothing (65.0%). Number of dependents an average of 4 people (40.0%) and the dependents other than children and wife by 2 people (55.0%).

Key Words: Socio-economic conditions, poor households

PENDAHULUAN

Kemiskinan di Indonesia

merupakan masalah nyata dan ada di

berbagai tempat. Kemiskinan ini

tercermin dari kemampuan

(3)

kebutuhan, terutama kebutuhan

pokok, kemampuan masyarakat

untuk mengakses pendidikan dan lain sebagainya. Kemiskinan yang terjadi bukan hanya karena faktor alam, tetapi juga karena terjadi proses kemiskinan yang sistematis. Proses kemiskinan yang sistematis ini berawal dari tingkat pendidikan masyarakat, dimana masyarakat yang memiliki pendidikan yang rendah sulit untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.

Kemiskinan merupakan

masalah kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling

berkaitan, antara lain: tingkat

pendapatan, pendidikan, akses

tehadap barang dan jasa, lokasi

geografis, gender dan kondisi

lingkungan. Kemiskinan seperti yang

tertuang dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah

Nasional (RPJMN) 2004-2009 tidak hanya dipahami sebagai ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga kegagalan memenuhi hak-hak dasar

dan perbedaan perlakuan bagi

seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani hidupnya secara bermartabat. Hak-hak dasar yang

diakui secara umum meliputi

terpenuhinya kebutuhan pangan,

kesehatan, pekerjaan, perumahan, air

bersih, pertanahan, sumberdaya

alam, dan lingkungan hidup, dan rasa aman dari perlakuan atau ancaman kekerasan (Afandi, 2011).

Kemiskinan seringkali

dihubungkan dengan kebutuhan,

kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang

memahami istilah ini secara

subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.

Istilah "negara berkembang"

biasanya digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin."

Karakteristik kemiskinan

membutuhkan jawaban dari

pertanyaan seperti: siapakah orang miskin itu; dimana mereka tinggal; di sektor apa mereka bekerja; apa tingkat pendidikan yang mereka selesaikan dan karakteristik apa yang membedakan orang miskin dengan orang tidak miskin. Untuk menjawab pertanyaan ini diperlukan identifikasi kemiskinan dalam hal variabel sosial ekonomi seperti lokasi rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga,

(4)

ukuran keluarga, jender kepala rumah tangga, status pekerjaan,

sektor pekerjaan, dan kondisi

lingkungan perumahan rumah

tangga.

Keluarga miskin adalah

orang-orang yang terhubung melalui darah, pernikahan atau adopsi dan

tinggal bersama. Rata-rata

pengeluaran perkapita

masing-masing orang berada di bawah garis kemiskinan yang membuat mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan minimum untuk keperluan fisik dan kebutuhan dasar lainnya (Silalahi, 2010).

Data BPS Kota Padang tahun 2012, jumlah Rumah Tangga Miskin (RTM) di Kota Padang berjumlah 38.120 RTM (22,19%) dari jumlah rumah tangga yang ada di Kota Padang. Konsentrasi rumah tangga

miskin terbesar terdapat di

Kecamatan Koto Tangah, diikuti oleh Lubuk Begalung dan Kuranji. Jumlah rumah tangga miskin di tiga kecamatan tersebut hampir separuh atau mencapai 49% dari jumlah rumah tangga miskin di Kota Padang

(BPS Kota Padang, 2012).

Sementara di Kecamatan Pauh,

terdapat 10% rumah tangga miskin (1.144 rumah tangga).

Kecamatan Pauh merupakan salah satu kecamatan di Kota Padang, terdiri dari 9 Kelurahan. Salah satu kelurahan yang memiliki

rumah tangga miskin adalah

Kelurahan Binuang Kampung

Dalam. Rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam terlihat dari tingkat pendidikan, jenis

pekerjaan yang dimiliki serta

pendapatan. Penghasilan yang

rendah membuat keluarga miskin

mengalami berbagai macam

hambatan untuk memenuhi

kebutuhan fisik, seperti makanan,

pakaian dan tempat tinggal.

Disamping itu, akses mereka untuk memenuhi kebutuhan psikologis,

seperti memuaskan minat dan

mengembangkan potensi juga

terhambat.

Penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan: 1) Tingkat

pendidikan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang, 2) Pekerjaan rumah tangga miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang dan 3) Kondisi pendapatan rumah tangga

(5)

miskin di Kelurahan Binuang Kampung Dalam Kecamatan Pauh Kota Padang

METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini

merupakan salah satu bentuk

penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan variabel-variabel penelitian.

Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh rumah tangga miskin yang ada di Kelurahan

Binuang Kampung Dalam

Kecamatan Pauh Kota Padang yang berjumlah 44 KK

Sampel wilayah diambil

dengan teknik purposive sampling (penunjukan) dengan mengambil 1

RW di Kelurahan Binuang

Kampuang Dalam yaitu RW 1 Adapun alasan penetapan sampel wilayah ini adalah karena di RW tersebut jumlah KK Miskin lebih banyak dibandingkan daerah lain

Sampel penelitian diambil

dengan teknik total sampling,

sehingga sampel berjumlah 20 KK rumah tangga miskin

Alat uang digunakan untuk mengumpulkan data primer adalah dengan kuisioner.

Teknik analisa data pada

penelitian ini menggunakan analisis

persentase yang dikemukakan

Sudjana dan Ibrahim, 2007 yaitu % 100   n f P

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pertama; Tingkat

pendidikan keluarga rumah

tangga miskin umumnya yaitu tamat SMP (30,0%) dan tingkat pendidikan istri umumnya tamat SMP (40,0%), anak sedang

menempuh pendidikan SD

sebesar 35,0%, anak sedang

menempuh pendidikan SMP

sebesar 25,0%, anak sedang menempuh pendidikan SMA sebesar 25,0% dan anak yang sedang menempuh pendidikan pada tingkat perguruan tinggi jumlahnya kecil yaitu 15,0%. Rumah tangga miskin memiliki anak yang putus sekolah sebesar 35,0% dengan jumlah anak 1 – 3 orang. Fasilitas pendidikan yang mampu disediakan adalah meja

belajar, buku dan pakaian

(6)

rumah tangga miskin umumnya

membiayai pendidikan anak

dengan uang sendiri

(100,0).sehingga pemenuhan

kebutuhan yang dapat dipenuhi hanya kebutuhan dasar.

Hal ini sesuai dengan

pendapat Prayitno (2008:58)

bahwa pendidikan akan

membentuk pola pikir dan

meningkatkan sumber daya

manusia. Tentu akan

berpengaruh terhadap penilaian

manusia tentang fonomena.

Sebab itu seperti pendapat

pudisklat BKKBN, fungsi

peranan pendidikan adalah

sebagai kunci kemajuan bangsa.

Karena melalui pendidikan

kwalitas manusia dapat

ditingkatkan, yang dapat dilihat pada aspek: 1) Manusia yang terdidik kelihatan lebih kreatif dan lebih terbuka terhadap usaha

pembaharuan bahkan dapat

menjadi pelapor pembangunan. 2) Manusia terdidik akan lebih dinamis baik dalam cara berfikir maupun tingkat lakunya, ia akan berfikir masa depan secara optimal, berani berdiri sendiri,

karena tumbuh pada

kepercayaan sendiri. 3) Manusia terdidik akan menyesuaikan diri terhadap perobahan sosial.).

Kedua; pekerjaan rumah tangga miskin di Kelurahan

Binuang Kampung Dalam

umumnya bidang jasa (60,0%)

dengan menjadi karyawan

(60,0). Rata-rata rumah tangga miskin tidak memiliki pekerjaan sampingan (80,0%).

Hal ini sesuai dengan

Erdayanti (2007:15) bahwa

pekerjaan atau mata pencaharian adalah suatu kelompok jabatan

yang menerangkan tentang

tugas-tugas utama mata

pencaharian pokok yang

dilakukan secara kontiniu dan

rutin karena keahliannya

berfungsi sebagai pendapatan

pokok. Mata pencaharian

sampingan yakni jenis usaha yang dilakukan tidak tetap dan bisa berubah yang berfungsi

sebagai usaha menambah

penghasilan pokok

Ketiga; pendapatan

keluarga rumah tangga miskin umumnya rendah yaitu > Rp

1.000.000 – Rp 1.999.000

(7)

< Rp 1.500.000 – Rp 1.999.000

(85,0%). Dari pendapatan

tersebut, rumah tangga miskin mampu memenuhi kebutuhan pangan dan sandang (65,0%). Jumlah tanggungan rata-rata 4 orang (40,0%) dan tanggungan selain anak dan istri sebanyak 2 orang (55,0%).

BPS (2006) pendapatan adalah merupakan balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi dalam jangka waktu tertentu . Balas jasa tersebut dapat berupa sewa, upah atau gaji, bunga uang ataupun laba. Dilihat dari pemanfaatan tenaga kerja pendapatan yang berasal dari balas jasa berupa upah atau gaji di sebut dengan pendapatan tenaga kerja (labor income).

Sedangkan pendapatan dari

balas jasa selain tenaga kerja

disebut dengan pendapatan

bukan tenaga kerja (non labor-

income) . Disamping itu ada

pula pendapatan yang bukan berasal dari balas jasa atas pemanfaatan faktor produksi dan

tidak bersifat mengikat.

Pendapatan ini disebut

pendapatan transfer. Pendapatan

transfer ini (transfer income) dapat berasal dari pemberian

perseorangan atau institusi

(misalnya pemerintah).

Pendapatan transfer ini dapat

positif maupun negative

tergantung pada besarnya

pembayaran atau penerimaan transfer dalam jangka waktu tertentu

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Tingkat pendidikan keluarga

rumah tangga miskin umumnya yaitu tamat SMP (30,0%) dan tingkat pendidikan istri tamat

SMP (40,0%), anak sedang

menempuh pendidikan SD

sebesar 35,0%, anak sedang

menempuh pendidikan SMP

sebesar 25,0%, anak sedang

menempuh pendidikan SMA

sebesar 25,0% dan sedang

menempuh pendidikan pada

tingkat perguruan yaitu 15,0%. Rumah tangga miskin memiliki anak yang putus sekolah sebesar 35,0% dengan jumlah anak 1 – 3 orang. Fasilitas pendidikan yang mampu disediakan oleh rumah

(8)

belajar, buku dan pakaian (45,0%).

2. Pekerjaan rumah tangga miskin di

Kelurahan Binuang Kampung

Dalam umumnya bidang jasa

(60,0%) dengan menjadi

karyawan (60,0). Rata-rata rumah tangga miskin tidak memiliki pekerjaan sampingan (80,0%).

3. Pendapatan keluarga rumah

tangga miskin umumnya rendah yaitu > Rp 1.000.000 – Rp 1.999.000 (100,0%), pengeluaran rata-rata < Rp 1.500.000 – Rp

1.999.000 (85,0%). Dari

pendapatan tersebut, rumah

tangga miskin mampu memenuhi kebutuhan pangan dan sandang

(65,0%). Jumlah tanggungan

rata-rata 4 orang (40,0%) dan

tanggungan selain anak dan istri sebanyak 2 orang (55,0%).

Sedangkan saran yang dapat penulis kemukakan:

1. Diharapkan kepada rumah

tangga miskin untuk

meningkatkan pendidikan

keluarga sehingga dapat

keluar dari kemiskinan pada masa yang akan datang. 2. Diharapkan kepada keluarga

rumah tangga miskin untuk

mencari peluang untuk

pekerjaan sampingan

3. Diharapkan kepada keluarga

miskin untuk mencari

pekerjaan yang dapat

meningkatkan taraf hidup

keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Afandi, Weri Nova. 2011.

Identifikasi Karakteristik

Rumah Tangga Miskin Di Kabupaten Padang Pariaman (Studi Kasus Nagari Malai V

Suku). Jurnal, Universitas

Andalas Padang

Anggraeni, Ayu Dian., 2009, Profil

Rumah Tangga Miskin dan

Faktor Determinan

Kemiskinan Di Kabupaten

Bogor (Studi Kasus Desa

Jogjoga, Cisarua, Bogor),

Thesis Magister Ekonomi,

Depok: FE Universitas

Indonesia.

http://eprints.ui.ac.id

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur

Penelittian. Edisi Revisi.

Jakarta. Rineka Cipta.

Badan Pusat Statistik, 2008, Analisis

dan Penghitungan Tingkat

Kemiskinan Tahun 2008,

Jakarta: BPS. www.bps.go.id Bappenas, 2009, Data Kemiskinan

(9)

Kementerian Perencanaan

Pembangunan Nasional.

www.bappenas.go.id.

Depdikbud. 2003. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

Semarang: Aneka Ilmu.

Erdayanti. 2007. “Studi Komparasi Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Sebelum dan Sesudah Konversi Lahan di Kecamatan Kuranji Kotamadya Padang”.

Skripsi. FIS UNP.

Hasbullah. 2009. Dasar-Dasar Ilmu

Pendidikan. Edisi Revisi.

Jakarta: Rajawali Press.

Mangunwijaya, Forum. 2008.

Kurikulum yang

Mencerdaskan. Jakarta:

Penerbit Buku Kompas

Mulyadi. S. 2008. Ekonomi Sumber

Daya Manusia dalam

Perspektif Pembangunan.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Prayitno. 2008. Pendidikan Dasar

Teori dan Praksis. Padang:

UNP Press

Sherraden, Michael. 2006. Aset

Untuk Orang Miskin. Jakarta:

Raja Grafindo.

Silalahi, Karlinawati. 2010.

Keluarga Indonesia, Aspek dan Dinamika Zaman. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada

Sudjana, Nana dan Ibrahim. 2007.

Penelitian dan Penilaian

Pendidikan. Bandung: PT.

Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono, 2010. Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Referensi

Dokumen terkait

Label B3 berbentuk persegi panjang dengan ukuran disesuaikan dengan kemasan yang digunakan, ukuran perbandingannya adalah panjang : lebar = 3:1, dengan warna dasar putih

ketentuan–ketentuan yang berlaku tentang Pengadaan Langsung dengan Prakualifikasi yang dilaksanakan oleh Pejabat Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah pada Dinas Pertanian Peternakan

atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen; Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang

menunjukkan belum optimal dalam memahami kesadaran mengenai hidup dalam keragaman budaya yang bersifat dwi-budaya ( bicultural ), seringkali juga membedakan antara

4.2 Menyusun teks cerita oral/fabel, ulasan, diskusi, cerita prosedur, dan cerita biografi sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan

Jateng Sejahtera untuk mengadakan pelatihan peningkatan penggunaan sistem informasi manajemen pengajuan kredit pinjaman anggota, maka tim Pengabdian kepada Masyarakat

Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Pemberian Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) terhadap Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet Klon

Tenaga Kependidikan Bidang Akademik Kepala Bagian Pengelola Program Studi Sekretaris Bidang Akademik dan Pengembangan Kepala Departemen Menyiapkan daftar kuliah semester