• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TENTANG DESAIN RUANG BELAJAR PADA SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNANETRA SLB A BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KAJIAN TENTANG DESAIN RUANG BELAJAR PADA SEKOLAH DASAR LUAR BIASA TUNANETRA SLB A BANDUNG."

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

UCAPAN TERIMA KASIH ...iv

DAFTAR ISI ...vi

1.2 Identifikasi masalah ...4

1.3 Pembatasan Masalah ...4

1.4 Perumusan Masalah ...5

1.5 Tujuan Penelitian ...6

1.6 Manfaat Penelitian ...6

1.7 Definisi Operasional ...7

1.7. Sistematika penelitian ...7

23. Aplikasi desain Berdasarkan Karakteristik tunanetra ...16

(2)

2.3.1 Sekolah Luar Biasa Tunanetra (SLB A Bandung) ...23

2.3.2 Sistem pembelajaran anak Tunanetra ...24

2.4. Standar Desain Ruang Belajar Tunanetra ...25

2.4.1. Standar Ruang Kelas...25

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ...43

3.2 Variabel dan Paradigma Penelitian ...45

3.3 Data dan Sumber Data ...46

3.4 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ...47

3.4.1 Teknik Pengumpulan data ...47

3.4.2 Kisi-Kisi dan Instrumen Penelitian ...49

3.5 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ...51

3.6 Teknis Analisis Data ...52

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi data...53

4.2 Data dan Analisis Ruang Belajar SDLB ...56

(3)

4.2.12 Sirkulasi Ruang ...71 4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ...73

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ...74 5.2 Saran ...76

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata sebagai indera penglihatan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi dan berinteraksi dengan hal yang dilihatnya. Namun tidak semua orang dapat menikmati hal tersebut, karena ada yang lahir dengan keadaan berbeda. Hal inilah yang dialami oleh penyandang cacat tunanetra. Tunanetra adalah individu yang memiliki hambatan dalam penglihatan atau tidak berfungsinya indera penglihatan. Akibat hilang/berkurangnya fungsi indera penglihatannya maka tunanetra berusaha memaksimalkan fungsi indera-indera yang lainnya seperti, perabaan, penciuman, pendengaran, dan lain sebagainya.

(5)

Keterbatasan ini merupakan masalah utama yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan orang tunanetra yang diperoleh sejak lahir karena pengembangan konsep merupakan dasar dari belajar akademik, sosial, dan psikomotor. Adanya keterbatasan pengelihatan yang dialami individu tunanetra menyebabkan individu tunanetra membutuhkan fasilitas-fasilitas yang dapat membantunya untuk mengembangkan sikab, pengetahuan, dan keterampilan.

Berdasarkan hal tersebut pemerintah di Indonesia menyediakan fasilitas pendidikan khusus untuk individu yang mempunyai kelainan dan berkebutuhan khusus, yakni melalui Pendidikan Luar Biasa (PLB). Salah satu lembaga pendidikan yang melaksanakan pendidikan khusus untuk tunanetra adalah Sekolah Luar Biasa tunanetra (SLB-A) Bandung. Sekolah ini berada di jl pajajaran nomor 50, dan merupakan bagian dari kompleks Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wiyata Guna.

(6)

Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut diperlukan sarana-prasarana yang mendukung. Salah satunya adalah ruang kelas, tempat kegiatan belajar mengajar yang merupakan aktivitas inti dari sebuah sekolah. Ruang kelas memegang peranan yang penting dalam mendukung fungsi pendidikan. Oleh karna itu perwujudan fasilitas yang ada di ruang kelas harus dapat mewadahi semua aktivitas dan memenuhi kebutuhan pengguna, yakni anak tunanetra. Individu tunanetra membutuhkan desain yang sesuai dengan keadaannya, yakni desain yang dapat memberi kemudahan, keamanan, kemandirian serta kenyamanan pengguna untuk melakukan aktivitasnya.

Untuk mendapatkan desain yang sesuai dengan. kebutuhan tunanetra tersebut perlu dilakukan pengkajian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial, setetika, budaya, serta elemen-elemen arsitektur. Hal ini telah menjadi pertimbangan berbagai lembaga penelitian. Demikian juga pemerintah di Indonesia melalui Dinas Pendidikan Luar Biasa (DIKPLB) telah menetapkan suatu pedoman teknis bangunan, yang mencakup standar bangunan Sekolah Luar Biasa. Namun permasalahan yang sering terjadi adalah kenyataan dilapangan belum sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga pengguna fasilitas pendidikan tidak mendapat fasilitas yang sesuai dengan kebutuhannya.

(7)

1.2 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah ditetapkan terlebih dahulu untuk memperjelas kemungkinan permasalahan yang muncul dalam penelitian ini. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka untuk memperjelas masalah yang akan diteliti, penulis mengidentifikasi masalahnya sebagai berikut:

1. Anak tunanetra total (blind total) dan anak awas (low vision) menggunakan ruang belajar yang sama, padahal anak tunanetra total mempunyai karakteristik dan perilaku berbeda. dengan anak awas.

2. Standar bangunan pendidikan luar biasa yang ditetapkan oleh pemerintah kurang detail dan jelas maksud dan tujuannya, sehingga banyak aspek-aspek yang sulit diterapkan oleh sekolah.

1.3 Pembatasan Masalah

Setiap permasalahan dalam penelitian diperlukan keteraturan permasalahan yang dibahas, sehingga akan lebih jelas mengenai objek penelitian yang diambil.

Pembatasan masalah yang dilakukan pada penelitian ini difokuskan pada ruang belajar. Ruang belajar yang dimaksud adalah :

a. Ruang belajar dalam kelas sebagai wadah terjadinya proses belajar, ruang olah raga dan tempat bermain di Sekolah Dasar Luar Biasa tunanetra Bandung.

(8)

1.4 Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah. Berdasarkan kajian latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas, maka peneliti merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi desain ruang belajar Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Bandung

2. Apakah ruang belajar di SDLB A Bandung sudah memenuhi kebutuhan anak tunanetra dan sesuai dengan standar desain arsitektur dan standar yang ditetapkan oleh pemerintah?

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan adalah hal yang ingin dicapai setelah penelitian ini. Tujuan penelitian ini secara umum adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana kondisi ruang belajar di SDLB A Bandung 2. Untuk mengetahui apakah ruang belajar SDLB A Bandung sudah sesuai

dengan standar yang telah ditetapkan

1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut

(9)

Dapat mengetahui gambaran desain ruang belajar SDLB A Bandung 2. Manfaat Praktis

Bagi desainer dan arsitek, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam perancangan ruang kelas bagi anak tunanetra. Bagi pengelola sekolah, memberikan informasi serta penambahan wawasan mengenai keadaan sebenarnya di SLB A Bandung terkait dengan desain ruang belajar yang ada disekolah tersebut

1.7 Definisi Operasional

Agar tidak terjadi salah pengertian, judul perlu dijelaskan istilah-istilahnya untuk menyamakan persepsi mengenai arah penulisan: “Kajian Tentang Desain Ruang Belajar Pada Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A) Bandung ”

a. Kajian menurut Poerwadarminta (1976:433), adalah mempelajari, menyelidiki, memeriksa, mempertimbangkan atau menguji sesuatu. Sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia (1980:123), kajian adalah pembahasan tentang sesuatu. Jadi, kajian adalah proses kaji atau proses penyelidikan tentang sesuatu.

b. Desain merupakan pemecahan masalah dengan satu target yang jelas (Archer,1965). Dari aspek keilmuan, desain berarti mengkaji hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial manusia dalam ruang, pencahayaan, elemen-elemen arsitektur, dan budaya pada umumnya (Sachari, 2003: 10). a. Ruang, adalah suatu kondisi yang dibatasi oleh lembar dinding, yang bisa

(10)

adalah ruang terbuka atau tertutup untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran teori dan praktik ( Depdiknas , 2008)

b. Sekolah Dasar Tunanetra adalah pendidikan formal untuk jenjang tingkat dasar untuk seseorang yang memiliki hambatan dalam penglihatan/tidak berfungsinya indera penglihatan (Direktorat Pendidikan Luar Biasa 2004:5) c. SLB A Bandung adalah sekolah terpadu /integrasi khusus untuk tunanetra di

Bandung (Dinas Pendidikan Luar Biasa Provinsi Jawa Barat: 2007 )

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa judul tersebut berarti sebuah proses pengkajian atau proses penyelidikan mengenai wujud fisik ruang belajar anak yang mempunyai hambatan dalam penglihatan.

1.8. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan disusun untuk memudahkan pembaca memahami

keseluruhan isi penelitian secara konseptual. Laporan penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan,

(11)

Mencakup teori-teori ilmiah yang berhubungan dengan aspek-aspek elemen fungsional, anggapan dasar untuk memperkuat teori tentang permasalahan penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini akan dibahas metode penelitian yang digunakan serta langkah-langkah dalam penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Mencakup deskripsi data, analisis data. dan pembahasan hasil penelitian BAB V Kesimpulan Dan Saran

Pada bab terakhir ini berisi tentang kesimpulan yang dapat diambil dari

(12)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi Penelitian

Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang telah ditentukan (Poerwadarminta, 1991: 652 & 1028). Arti kata penelitian ialah kegiatan pengumpulan, pengolahan,analisis dan penyajian data yang dilakukan secara otomatis dengan hal yang sistematis dan obyektif untuk memecahkan suatu persoalan atau pengujian terhadap suatu hipotesis untuk mengembangkan prinsp-prinsip umum.

Dari pendapat di atas disimpulkan bahwa metode penelitian adalah suatu cara kerja yang bersistem / teratur dan bersifat objektif untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan pengumpulan, pengolahan, analisa hingga penyajian data guna membuktikan suatu hipotesa dan memecahkan suatu permasalahan yang muncul dengan jalan melakukan penelitian serta penyelidikkan.

(13)

sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Metode ini diambil karena sesuai dengan tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk memperoleh gambaran mengenai keadaan yang sedang berlangsung pada saat penelitian ini dilaksanakan.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengkajii elemen arsitektur yang terdapat pada ruang belajar SDLB Bandung, serta difokuskan pada aspek desain. Elemen arsitektur yang dikaji yaitu bentuk ruang, besaran ruang , warna, pencahayaan, sistem akustik dan sirkulasi dalam ruang. Sedangkan elemen yang berhubungan dengan pembentuk ruang terdiri dari lantai, dinding, pintu, jendela, plafond dan perabot. Elemen ini kemudian diteliti kesesuaiannya dengan standar desain secara fungsi, konstruksi dan estetika.

Pendekatan yang dilakukan adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu metode pembahasan dengan pemaparan, penguraian penggambaran data-data dan teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan kemudian dianalisis dengan diambil suatu kesimpulan, sehingga nantinya dapat dibuat suatu masukan-masukan dalam hal ini pengoptimalan penggunaan ruang belajar yang sesuai untuk anak tunanetra.

(14)

3. 2. Variabel dan Paradigma Penelitian

(15)

3.3. Data dan Sumber Data

Keberadaan data merupakan hal terpenting dalam sebuah penelitian, sebab segala informasi guna menunjang penelitian diperoleh dari data. Objek dari penelitian ini adalah SDLB A Bandung. Adapun data yang diperlukan untuk penelitian ini adalah :

1. Data dari bahan pustaka yang relevan dengan permasalahan penelitian, yakni tentang karakteristik tunanetra, standar arsitektur, peraturan pemerintah Dinas Pendidikan Luar Biasa

2. Data mengenai aspek-aspek desain, yakni aspek fungsi, aspek konstruksi, dan aspek estetika.

3. Data mengenai elemen ruang yang dikaji: bentuk ruang, besaran ruang, warna, pencahayaan, sistem akustik, lantai, dinding, pintu, jendela, plafond dan perabot, ruang sirkulasi dan ruang olahraga.

(16)

3.4. Teknik Pengumpulan Data Instrumen Penelitian 3.4.1 Teknik Pengumpulan Data

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi ini adalah suatu penghimpunan, penyusunan dan pemberian keterangan tentang suatu perihal yang terkandung dalam rekaman-rekaman yang diperoleh, dikutip dan disaring baik di lapangan, perpustakaan, arsip-arsip maupun tempat lain sebagai alat untuk menemukan keterangan-keterangan yang dilakukan setelah observasi (Suharmi Arikunto, 2002: 135). Metode dokumentasi dipakai untuk pengambilan foto-foto, rekaman video, brosur-brosur dan dokumen lainnya ini dilakukan untuk memperjelas penelitian secara deskriptif terhadap obyek ruang kelas SDLB Bandung yang dapat digunakan sebagai kelengkapan penelitian.

2. Observasi

(17)

Observasi merupakan salah satu cara pengumpulan data dalam penelitian ini. Observasi dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung pada obyek yang diteliti dan pengamatan tak langsung dengan simulasi grafis objek penelitian. Dalam hal ini data yang dikumpulkan bertujuan untuk mengetahui situasi dan kondisi dari sekolah SDLB A Bandung. Selama pengamatan berlangsung observer membuat daftar isian atau pedoman observasi yang kemudian hasilnya diolah secara kualitatif.

3. Studi Pustaka (Literatur)

Studi Pustaka (literatur) merupakan data sekunder (menggunakan media pengantara) yang umumnya tidak dirancang secara spesifik untuk memenuhi kebutuhan penelitian tertentu Metode kepustakaan berfungsi untuk mencari data sekunder yang akan mendukung penelitian dan diperlukan untuk mengetahui sejauh mana ilmu yang berhubungan langsung dengan penelitian telah berkembang atau sampai kemana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat. (Suharmi Arikunto, 2002: 134).

(18)

3.4.2. Kisi-kisi dan Instrumen Penelitian 1. Kisi -Kisi Penelitian

Agar diperoleh data yang lengkap peneliti harus mengumpulkan data dari beberapa sumber data. Langkah awal yang digunakan sebelum pencarian data adalah membuat kisi-kisi yakni rancangan penyusunan instrumen. Menurut pengertiannya kisi-kisi adalah sebuah tabel menunjukkan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam kolom (Suharmi Arikunto, 2002: 138).

Kisi-kisi penyusunan instrumen menunjukkan kaitan antara variabel yang diteliti dengan sumber data dari mana data akan diambil, metode yang digunakan dan instrument yang disusun. Dengan adanya kisi-kisi peneliti dapat memiliki gambaran yang jelas dan lengkap tentang jenis instrumen dan isi dari butir yang akan disusun.

Tabel 3.1 : Kisi-kisi instrumen penelitian

Variabel penelitian Sumber data Metode Instrumen 1.Kondisi ruang

belajar

- Ruang belajar Observasi/pengamatan Pedoman observasi.Ceklis

(19)

Metode pengambilan data dalam penelitian ini adalah observasi, dokumentasi dan study literatur. Prosedur pengadaan instrumen adalah :

1. Perencanaan, meliputi penentuan variabel dan indikator 2. Penelitian, pengkajian

3. Penganalisaan hasil, analisis item 4. Temuan dan kesimpulan

Tabel 3.2 : Pedoman Observasi

# Ketrerangan Frekuensi :

o Variabel penelitian Indikator

(20)

3.5. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data merupakan proses penelitian yang penting, guna mengukuhkan derajat kepercayaan data, keshahihan (validitas), dan meyakinkan bahwa penelitian ini benar-benar dapat dipertanggung jawabkan. Teknik pemeriksaan keabsahan data dapat dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut:

a. Perpanjangan keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan yaitu peneliti memperpanjang waktu untuk terjun langsung ke lapangan/lokasi secara intensif melakukan pengamatan dan pendeteksian objek penelitian..

b. Ketekunan pengamatan

Ketekunan pengamatan bertujuan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan permasalahan.

c. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam penelitian ini, jenis pemeriksaan triangulasi digunakan dengan cara:

1. Memanfaatkan pengamatan lainnya,

(21)

3.6. Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif. Metode kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Data yang dikumpulkan disini berupa informasi dan gambaran fakta-fakta saat ini tentang keadaan ruang belajar di SDLB Bandung. Hasil analisa deskriptif tersebut akan digunakan sebagai dasar pengambilan kesimpulan mengenai hasil kajian desain ruang belajar SDLB Bandung.

Dari data-data yang dikumpulkan kemudian dilanjutkan dengan teknik pengolahan/analisis data. Analisis data dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

1. Membuat klasifikasi data berdasarkan skema dasar dan berdasar teori-teori. 2. Reduksi data secara teliti yang berhubungan dengan parameter analisis sesuai

dengan data di lokasi penelitian.

3. Melakukan analisis berdasarkan data dan berbagai pertimbangan.

(22)

74

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Individu tunanetra mengalami keterbatasan dalam pengelihatan. Agar dapat berinteraksi dengan lingkungan, tunanetra membutuhkan pelatihan orientasi dan mobilitas. Individu tunanetra membutuhkan fasilitas-fasilitas yang dapat membantunya untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Salah satunya adalah melalui pendidikan Sekolah Luar Biasa.

Setelah melakukan penelitian dan analisis, diketahui bahwa sekolah SDLB Bandung sebagian besar telah menerapkan standar yang ditetapkan oleh pemerintah Direktorat Pendidikan Luar Biasa dan memenuhi kriteria ruang untuk anak tunanetra. Kajian ruang belajar SDLB disimpulkan sebagai berikut :

(23)

75

3. Penggunaan warna pada ruang kelas SDLB Bandung didominasi oleh warna putih dan abu, sedangkan untuk elemen perabot digunakan warna kontras cokelat.

4. Pencahayaan dalam ruang tidak merata, cahaya datang dari sisi dinding yang berbatasan langsung dengan ruang luar, tidak fungsional untuk anak low vision dan orang normal.

5. Sistem akustik dalam ruang kelas SDLB tidak terdapat, namun di luar ruang terdapat dinding pemantul sebagai penanda suara.

6. Pemilihan bahan lantai pada ruang kelas SDLB Bandung sesuai dengan standar, yakni material keramik yang perawatannya mudah, tidak licin dan terdapat tekstur dari material ataupun warna sebagai penanda arah dan membantu aksesibilitas tunanetra.

7. Pemilihan material dinding menggunakan keramik yang tidak mudah kotor dan pemeliharaannya mudah, namun kondisi beberapa bagian dinding masih kurang terawat.

8. Jenis pintu ruang kelas berdaun dua, ukuran, bentuk dan warna kontras sangat sesuai dengan standar dan aksesibel.

(24)

76

10.Warna yang digunakan pada plafond adalah putih, untuk tunanetra warna putih kurang sesuai karna pantulan cahaya dari halaman dapat membuat ruang menjadi terlalu terang.

11.Kondisi perabot pada ruang kelas sudah sesuai dengan standar, pola bentukan yang tidak membahayakan tunanetra. Dimensi yang sesuai dengan besaran ruang.

5.2Saran

Setelah melakukan penelitian ini, ada beberapa saran perlu sampaikan berkaitan dengan desain ruang belajar pada SDLB Tunanetra Bandung:

1. Ruang kelas sebaiknya berdiri sendiri, sehingga jendela pada kedua sisi dinding dapat berfungsi dengan baik.

2. Pertimbangan terhadap keindahan seperti perawatan dinding, halaman tetap harus diperhatikan, karena tidak semua pengguna adalah tunanetra total.

3. Mengatasi masalah pencahayaan dalam ruang kelas yang terdiri dari anak tunanetra yang peka cahaya dan low vision, respon secara arsitekturnya adalah pengaturan layout ruang yang disesuaikan dengan kondisi anak serta kontrol cahaya dapat dilakukan melalui bukaan.

(25)

77

5. Lantai yang kondisinya tidak baik harus diperbaiki karena berbahaya terhadap kenyamanan pengguna, dan Perlu di adakan tactile paving untuk penanda bahaya pada lantai yang mempunyai ketinggian berbeda. 6. Simbol penanda arah dan sistem akustik perlu dipertimbangkan, agar

anak tunanetra dapat berlatih untuk lebih mandiri dalam berorientasi. 7. Peraturan teknis bangunan sekolah luar biasa yang ditetapkan pemerintah

kurang jelas dan mendetail. Untuk mendapatkan standar yang benar-benar sesuai dengan tuntutan pengguna, perlu diadakan kajian lebih lanjut terhadap karakteristik tunanetra dan kebutuhan ruangnya.

8. Bentuk, besaran ruang, warna, pencahayaan dan sistem akustik harus mengikuti standar atau persyaratan arsitektural agar ruang yang tercipta dapat efektif dan efisien untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

(26)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta : Rieneka Cipta.

Direktorat PLB (2005) Pedoman Teknis Bangunan Sekolah Luar Biasa. Tersedia http:// www.dikplb.go.id. [April 2009]

Didi Tarsidi, DR (2006) Counseling and Blindness: Pendidikan-bagi-tunanetra. Handojo, Stefanny T. 2006. Desain Partisipasi padaUnsur-Unsur Fisik Ruang Kelas

Anak Berkebutuhan Khusus: Tugas Akhir Sarjana Fakultas Seni dan Desain, Universitas Kristen Petra UK Petra. Surabaya

Hill, E., and Ponder, P. (1976): Orientation and Mobility Techniques, A Guide for the Practitioner. New York: American Foundation for the Blind

Joyce Marcella Laurens. (2004). Arsitektur dan Perilaku Manusia. PT. Grasindo. Jakarta

Keputusan Menteri Pekerjaan Umum, (1998) Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan , Departemen Pekerjaan Umum.

Nasution, M.A.1996. Metode Research penelitian ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara Papanek, Victor. 1983. Design for Human Space. New Jork: Van Nostrad Reinhold

(27)

Purwanto, Ngalim.(1984). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Permendiknas (2008) Salinan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2008 Tentang Standar Sarana Dan Prasarana Untuk Sekolah Dasar Luar Biasa. Tersedia : http://www.diknas.go.id [April 2009]

Robet. J. Sorensen, desain for accsesibility. New york Mc Graw Hill, 1979 Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Suptandar, J.Pamudji , 1999. Desain Interior .Jakarta ; Djambatan

Tika, N.P. (2007) Sekolah Luar Biasa A dan SMA inklusi di Bandung. Tugas Akhir Sarjana Arsitektur ITB Bandung: tidak diterbitkan

Univesitas Pendidikan Indonesia. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung : UPI.

Gambar

Tabel 3.1 : Kisi-kisi instrumen penelitian
Tabel 3.2 : Pedoman Observasi

Referensi

Dokumen terkait

Misi dibentuknya J-FLAG yaitu menciptakan masyarakat Jamaika yang menghormati dan melindungi hak asasi manusia dan mertabat semua individu terlepas dari orientasi

"Jika Liverpool menga- lami hari yang baik, mereka masih menjadi favorit, tetapi kami telah menunjukkan bahwa kami dapat bersaing dengan tim-tim top di Er- opa,"

Danar juga menegaskan bahwa dari belasan ribu pulau yang ada di Indonesia, ada 67 pulau yang berbatasan langsung dengan negara lain, dan 10 di antaranya perlu lebih

Pada umumnya data sangat memegang peranan penting dalam mendukung dan menunjang pola kebijaksanaan Pemerintah dalam perencanaan dan pengambilan keputusan dalam Pembangunan

Kesimpulan: Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian dan hasil analisis data yang telah diuraikan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1) Kepemimpinan

Suprihadi, A., 2013, Akses Humanis Layanan Perpustakaan: Sebagai Upaya Peningkatan Pemaanfaatan Perpustakaan dan Peningkatan Kualitas Masyarakat, dalam Layanan Berbasis Humanis:

Tekolabbua dukungan tokoh masyarakat dalam kategori sedang dengan rataan skor 61,0 sedangkan di Kelurahan Pundata Baji dalam kategori rendah dengan rataan skor 31,8.