• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Statistik Temporal Erupsi Gunung Kelud, Semeru dan Merapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Statistik Temporal Erupsi Gunung Kelud, Semeru dan Merapi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Statistik Temporal Erupsi Gunung Kelud, Semeru

dan Merapi

Desi Kiswiranti

1

1Jurusan Teknik Geologi, IST AKPRIND Yogyakarta * Email: [email protected]

ABSTRAK

Pulau Jawa terbentuk akibat tumbukan antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng

Eurasia. Tumbukan antara kedua lempeng tersebut mengakibatkan terjadinya

trench

(palung

laut) yang tegak lurus di bawah Pulau Jawa serta menyebabkan terjadinya aktivitas vulkanik di

sepanjang Pulau Jawa. Gunungapi tersebut berpotensi menimbulkan bencana alam dengan

intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda termasuk diantaranya gunung Kelud, gunung Merapi

dan gunung Semeru. Runtun waktu istirahat erupsi gunung Kelud secara statistik mempunyai

distribusi eksponensial Poissonian dengan koefisien atenuasi eksponensial

λ =

0,0367/tahun atau

waktu istirahat erupsi rerata

τ =

27,22 tahun, yang tidak dapat dimaknai bahwa setiap 27,22

tahun selalu terjadi erupsi. Berdasarkan distribusi Weibull dan distribusi Log-Logistik, pada

tahun 2013 gunung Kelud mempunyai probabilitas erupsi sebesar 72,93 % dan 68,44 %.

Besarnya energi erupsi selama periode 1800-2012 sebesar 7,25 x 10

22

erg. Runtun waktu

istirahat erupsi gunung Semeru secara statistik mempunyai distribusi eksponensial Poissonian

dengan koefisien atenuasi eksponensial

λ =

0,395/tahun atau waktu istirahat erupsi rerata

τ =

2,53 tahun, yang tidak dapat dimaknai bahwa setiap 2,53 tahun selalu terjadi erupsi.

Berdasarkan distribusi Weibull dan distribusi Log-Logistik, pada tahun 2013 gunung Semeru

mempunyai probabilitas erupsi sebesar 0 % dan 0 %. Besarnya energi erupsi selama periode

1800-2012 sebesar 1,08 x 10

22

erg. Runtun waktu istirahat erupsi gunung Merapi secara statistik

mempunyai distribusi eksponensial Poissonian dengan koefisien atenuasi eksponensial

λ =

0,16/tahun atau waktu istirahat erupsi rerata

τ =

6,24 tahun, yang tidak dapat dimaknai bahwa

setiap 6,24 tahun selalu terjadi erupsi. Berdasarkan distribusi Weibull dan distribusi

Log-Logistik, pada tahun 2013 gunung Merapi mempunyai probabilitas erupsi sebesar 63,5 % dan

64,04 %. Besarnya energi erupsi selama periode 1800-2012 sebesar 4,413 x 10

22

erg.

Kata kunci: erupsi, gunung Kelud, gunung Merapi, gunung Semeru, statistik, distribusi eksponensial, distibusi Weibull, distribusi Log-Logistik, energi, probabilitas, repose time.

ABSTRACT

Java island formed by the collision between Indo-Australian plate and Eurasian plate. The collision between the two plates resulted trench were perpendicular under Java and caused the volcanic activity along of the Java island. The volcano has the potential to cause natural disasters with the intensity and power of diverse including Mount Kelud, Merapi and Semeru. Repose time series eruption of Kelud has Poissonian exponential distribution with exponential attenuation coefficient λ = 0.0367 / year or an average repose time eruption τ = 27.22 years, which can not be interpreted that always occurs every

(2)

27.22 years eruption. Based on the Weibull distribution and Log-Logistic distribution, in 2013 Kelud had erupted probability of 72.93% and 68.44%. The amount of energy eruptions during the period 1800-2012 amounted to 7.25 x 1022 erg. Repose time series eruption of Semeru has Poissonian exponential distribution with exponential attenuation coefficient λ = 0,395 / year or average repose time eruption τ = 2.53 years, which can not be interpreted that always occurs every 2.53 years eruption. Based on the Weibull distribution and Log-Logistic distribution, in 2013 the eruption of Mount Semeru has a probability of 0% and 0%. The amount of energy eruptions during the period 1800-2012 amounted to 1.08 x 1022 erg. Repose time series eruption of Mount Merapi has Poissonian exponential distribution with exponential attenuation coefficient λ = 0.16 / year or average repose time eruption τ = 6.24 years, which can not be interpreted that always occurs every 6.24 years eruption. Based on the Weibull distribution and Log-Logistic distribution, in 2013 the eruption of Mount Merapi has a probability of 63.5% and 64.04%. The amount of energy during the period 1800-2012 eruption of 4.413 x 1022 erg.

Keywords: eruption, Mount Kelud, Mount Semeru, Mount Merapi, statistic, exponential distribution, Weibull distribution, Log-Logistic distribution, energy, probability, repose time.

PENDAHULUAN

Pulau Jawa terbentuk akibat tumbukan antara lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Tumbukan antara kedua lempeng tersebut mengakibatkan terjadinya trench

(palung laut) yang tegak lurus di bawah Pulau Jawa serta menyebabkan terjadinya aktivitas vulkanik di sepanjang Pulau Jawa. Gunungapi tersebut berpotensi menimbulkan bencana alam dengan intensitas dan kekuatan yang berbeda-beda termasuk diantaranya gunung Kelud, gunung Merapi dan gunung Semeru. Gunung Merapi (Gambar 1) memiliki ketinggian 2986 m di atas permukaan laut. Gunung ini terletak di perbatasan empat kabupaten yaitu Kabupaten Sleman, Provinsi DI Yogyakarta dan Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten serta Provinsi Jawa Tengah. Posisi geografisnya terletak pada 7o32'30"LS dan 110o26'30" BT.

GAMBAR 1. Morfologi gunung Merapi (sumber :

http://id-wal.com/gunung-merapi-erupsi.html )

Berdasarkan tatanan tektoniknya, gunung ini terletak pada zona subduksi, dimana lempeng Indo-Australia menunjam di bawah lempeng Eurasia yang mengontrol vulkanisme di Sumatra, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Gunung Merapi muncul di bagian Selatan dari jajaran gunungapi di Jawa Tengah mulai dari utara ke selatan yaitu Ungaran-Telomoyo-Merbabu-Merapi dengan arah N165oE.

Kelurusan ini merupakan sebuah patahan yang berhubungan dengan retakan akibat tektonik yang mendahului vulkanisme di Jawa Tengah. Aktivitas vulkanisme ini bergeser dari arah utara ke selatan, dimana gunung Merapi merupakan gunungapi yang paling muda.

GAMBAR 2. Erupsi gunung Kelud (sumber :

http://3.bp.blogspot.com/gunung-kelud-jatim-indonesia-borneo.jpg )

.Gunung Kelud merupakan produk dari proses tumbukan antara lempeng Indo-Australia yang menunjam ke bawah lempeng Asia tepatnya di sebelah selatan Jawa. Gunung Kelud

(3)

(Gambar 2) memiliki ketinggian puncak 1731 m di atas permukaan laut dan danau kawah 1113,9 m. Gunung ini terletak di Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang. Posisi geografisnya 7o56’00” LS dan 112o18’30” BT.

Gunung Semeru (Gambar 3) berada dalam satu kelurusan yang berarah selatan-utara dengan kompleks Gunung Jambangan dan Pegunungan Tengger. Gunung Semeru memiliki ketinggian 3676 m di atas permukaan laut. Gunung ini terletak di Kabupaten Lumajang dan Malang. Posisi geografisnya 08o06’5” LS dan 112o55’ BT.

GAMBAR 3. Morfologi gunung Semeru (sumber :

http://en.wikipedia.org/wiki/File:Semeru.jpg )

ANALISIS RUNTUN WAKTU ERUPSI GUNUNGAPI

Berdasarkan data yang tercatat sejak tahun 1600-an, gunung Merapi meletus lebih dari 80 kali atau rata-rata sekali meletus dalam 4 tahun (Badan Geologi, 1979). Waktu istirahat (repose time) berkisar antara 1-71 tahun. Variasi waktu istirahat erupsi ini pada umumnya proporsional dengan tingkat energi pada erupsi yang mengikutinya. Jika waktu istirahat antar erupsi pendek, maka biasanya energi pada erupsi yang mengikutinya juga kecil, sebaliknya apabila waktu istirahatnya panjang, maka energi dari erupsi yang mengikutinya juga besar (Kirbani dan Wahyudi, 2007). Gambar 4 adalah histogram yang menunjuk-kan runtun waktu dari waktu istirahat (repose time) gunung Merapi mulai tahun 1548 hingga 2010.

GAMBAR 4. Histogram repose time erupsi gunung Merapi.

Dari histogram diatas, rata-rata repose time

erupsi gunung Merapi sebesar 6,24 tahun. Hal ini bukan berarti bahwa setiap 6 tahun dapat terjadi erupsi.

TABEL 1. Statistik repose time erupsi gunung Merapi. Statistics Repose N Valid 74 Missing 0 Mean 6.24 Std. Deviation 11.350 Variance 128.817 Skewness 4.817 Std. Error of Skewness .279 Kurtosis 24.980 Std. Error of Kurtosis .552

Berdasarkan tabel 1, ukuran skewness

(kemencengan) adalah 4,817, maka rasio

skewness adalah 17,26 sedangkan ukuran

kurtosis adalah 24,98, maka rasio kurtosis

adalah 45,254.

Sejarah mencatat kejadian erupsi gunung Kelud mulai tahun 1000 hingga 1990 Masehi terdapat 31 kejadian erupsi, dengan waktu istirahat antar erupsi (repose time) yang bervariasi mulai dari 1 hingga 311 tahun. Variasi waktu istirahat erupsi ini pada umumnya proporsional dengan tingkat energi pada erupsi yang mengikutinya. Jika waktu istirahat antar erupsi pendek, maka biasanya energi pada erupsi

(4)

yang mengikutinya juga kecil, sebaliknya apabila waktu istirahatnya panjang, maka energi dari erupsi yang mengikutinya juga besar. Gambar 5 adalah histogram yang menunjukkan runtun waktu dari waktu istirahat (repose time)

gunung Kelud mulai tahun 1000 hingga 1990.

GAMBAR 5. Histogram repose time erupsi gunung Kelud.

Dari histogram diatas, rata-rata repose time

erupsi gunung Kelud sebesar 27,22 tahun. Hal ini bukan berarti bahwa setiap 27 tahun dapat terjadi erupsi.

TABEL 2. Statistik repose time erupsi gunung Kelud. Statistics Repose N Valid 37 Missing 0 Mean 27.22 Median 15.00 Std. Deviation 50.948 Variance 2.596E3 Skewness 5.064 Std. Error of Skewness .388 Kurtosis 28.376 Std. Error of Kurtosis .759

Berdasarkan tabel 2, ukuran skewness

(kemencengan) adalah 5,064, maka rasio

skewness adalah 13,05 sedangkan ukuran

kurtosis adalah 28,376, maka rasio kurtosis

adalah 37,39.

Sejarah letusan gunung Semeru tercatat mulai tahun 1818 terdapat 60 kejadian erupsi, dengan waktu istirahat antar erupsi (repose time)

yang bervariasi mulai dari 1 hingga 26 tahun. Gambar 6 adalah histogram yang menunjukkan runtun waktu dari waktu istirahat (repose time)

gunung Semeru mulai tahun 1818.

GAMBAR 6. Histogram repose time erupsi gunung Semeru.

Dari histogram diatas, rata-rata repose time

erupsi gunung Semeru sebesar 2,53 tahun. Hal ini bukan berarti bahwa setiap 3 tahun dapat terjadi erupsi.

TABEL 3. Statistik repose time erupsi gunung Semeru. Statistics Repose N Valid 59 Missing 0 Mean 2.53 Median 1.00 Std. Deviation 4.129 Variance 17.047 Skewness 4.169 Std. Error of Skewness .311 Kurtosis 20.092 Std. Error of Kurtosis .613

Berdasarkan tabel 3, ukuran skewness

(kemencengan) adalah 4,169, maka rasio

skewness adalah 13,41 sedangkan ukuran

kurtosis adalah 20,092, maka rasio kurtosis

(5)

Secara statistik, distribusi runtun waktu erupsi gunungapi dapat dinyatakan sebagai mempunyai distribusi eksponensial (Wickmann, 1965),

(1)

dengan,

N

= Cacah erupsi yang mempunyai waktu

istirahat lebih lama dari pada

t

.

No

= Cacah erupsi yang mempunyai waktu

istirahat lebih lama dari pada 0 tahun.

= Waktu istirahat.

λ = Koefisien atenuasi eksponensial.

Nilai λ untuk erupsi gunung Merapi sebesar 0,1603/tahun. Distribusi statistik eksponensial (1) mempunyai nilai menengah (T, mean value)

1/λ, dalam hal runtun waktu erupsi gunungapi dapat disebut juga sebagai waktu istirahat erupsi rerata. T untuk gunung Merapi dengan λ = 0,1603/tahun menjadi sebesar 6,24 tahun. Ini tidak berarti bahwa setiap 6,24 tahun selalu terjadi erupsi, jadi salah apabila T ini dikatakan sebagai periode ulang. Nilai λ untuk erupsi gunung Kelud sebesar 0,037/tahun. Distribusi statistik eksponensial (1) mempunyai nilai menengah (T, mean value) 1/λ, dalam hal runtun waktu erupsi gunungapi dapat disebut juga sebagai waktu istirahat erupsi rerata. T untuk gunung Merapi dengan λ = 0,037/tahun menjadi sebesar 27,22 tahun. Ini tidak berarti bahwa setiap 27,22 tahun selalu terjadi erupsi, jadi salah apabila T ini dikatakan sebagai periode ulang. Nilai λ untuk erupsi gunung Semeru sebesar 0,395/tahun. Distribusi statistik eksponensial (1) mempunyai nilai menengah (T,

mean value) 1/λ, dalam hal runtun waktu erupsi gunungapi dapat disebut juga sebagai waktu istirahat erupsi rerata. T untuk gunung Merapi dengan λ = 0,395/tahun menjadi sebesar 2,53 tahun. Ini tidak berarti bahwa setiap 2,53 tahun selalu terjadi erupsi, jadi salah apabila T ini dikatakan sebagai periode ulang.

Gejala kejadian yang mempunyai distribusi statistik eksponensial Poissonian pada dasarnya adalah gejala yang bersifat acak (random). Runtun waktu erupsi gunungapi mempunyai

Fungsi Densitas Kebolehjadian (PDF,

Probability Density Function, Wickmann, 1966) tidak terjadinya erupsi,

PDF Tidak Erupsi (λ, ) = (2) (3.7)

Fungsi PDF Tidak Erupsi (λ,t) ini dapat dikategorikan sebagai fungsi distribusi statistik Poissonian. Fungsi PDF terjadinya erupsi dapat dirumuskan sebagai berikut :

PDF Erupsi (λ, ) =1- (3)

(3.8)

Berdasarkan tabel 4, gunung Merapi mempunyai

τ = 2 tahun sehingga mempunyai kebolehjadian erupsi sebesar 76,74 %. Gunung Kelud mempunyai τ = 17 tahun sehingga mempunyai kebolehjadian erupsi sebesar 66,55 %, sedangkan gunung Semeru mempunyai τ = 17 tahun sehingga mempunyai kebolehjadian erupsi sebesar 99,19 %.

Berdasarkan angka kebolehjadian terjadinya erupsi gunung Merapi, gunung Kelud dan gunung Semeru saat ini, maka ada nilai resiko yang harus ditanggung (value at risk) yang tidak dapat diabaikan kemungkinan terjadinya, sehingga tidak ada jalan lain kecuali harus ada tindakan mitigasi yang meminimumkan dampak negatif akibat erupsi gunungapi tersebut.

TABEL 4. Probabilitas erupsi gunung Kelud, Semeru dan Merapi tahun 2013.

Distribusi Merapi Kelud Semeru

Eksponensial 76,74 % 66,55 % 99,19 %

Weibull 63,5 % 72,93 % 0 %

Log-Logistik 64,04 % 68,45 % 0 %

Distribusi Weibull

Analisis Weibull dari waktu istirahat (repose time) yang memungkinkan deskripsi kuantitatif, stasioner dan non-stasioner deret waktu melalui bentuk distribusi parameter. Uji kebebasan waktu diterapkan pada bagian-bagian dari deret yang diasumsikan, tidak menjamin bahwa seluruh deret telah stasioner. Distribusi Weibull biasa digunakan dalam analisis kegagalan dan

(6)

keberhasilan diterapkan pada berbagai gunungapi (Ho, 1991; Bebbington dan Lai, 1996a, b; Watt et al, 2007.)

(4)

di mana α adalah parameter daya, biasanya disebut sebagai "parameter bentuk". Untuk α = 1, distribusi Weibull meliputi distribusi eksponensial sebagai kasus khusus, tetapi juga mengakomodasi kemungkinan meningkatkan atau menurunkan tingkat bahaya jika α>1 atau

α<1. Pada tahun 2013, gunung Merapi mempunyai probabilitas erupsi sebesar 63,5 % (Tabel 4). Probabilitas erupsi gunung Kelud pada tahun 2013 sebesar 72,93 % sedangkan gunung Semeru sebesar 0 %.

Distribusi Log-Logistik

Suatu parameter tertentu dapat meningkatkan kemungkinan letusan, sementara parameter yang lainnya akan menyebabkan penurunan probabilitas letusan. Faktor yang mempengaruhi tersebut dapat dirumuskan dengan distribusi log-logistik (Dzierma dan Wehrmann, 2010) :

(5)

yang mencakup parameter skala b serta parameter bentuk α. Pada tahun 2013, gunung Merapi mempunyai probabilitas erupsi sebesar 64,04 % (Tabel 4). Probabilitas erupsi gunung Kelud pada tahun 2013 sebesar 68,45 % sedangkan gunung Semeru sebesar 0 %.

Uji Korelasi Repose Time dengan VEI Secara kualitatif, letusan terbesar akan mengikuti interval waktu istirahat terpanjang yaitu lebih besar dari 100 tahun (Simkin dan Siebert 1984, 1994). Variasi waktu istirahat pada umumnya sebanding dengan tingkat energi letusan yang mengikutinya. Apabila waktu istirahat antar erupsi pendek, biasanya energi pada erupsi yang mengikutinya juga kecil, sebaliknya apabila waktu istirahatnya panjang maka energi dari erupsi yang mengikutinya juga besar. Hal ini diakibatkan oleh adanya penimbunan energi dalam waktu yang relatif

lama. Waktu istirahat dan besarnya letusan selama proses erupsi secara mendasar berbeda karena perilaku pengendali selama tahap pertumbuhan aktif suatu gunungapi cenderung mempunyai waktu istirahat yang lama. Korelasi

repose time dan VEI gunung Merapi ditunjukkan pada gambar 7.

GAMBAR 7. Korelasi repose time dan VEI gunung Merapi.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang korelasi antara repose time dengan VEI gunung Merapi dilakukan uji korelasi dengan menggunakan software SPSS.

TABEL 5. Hasil uji korelasi repose time dan VEI gunung Merapi

R Sig. (2-tailed)

VEI 0,21 0,072

Repose Time 0,21 0,072

Menurut tabel 5, signifikansi hasil korelasi antara repose time dengan VEI besarnya 0,072

(> 0,05) maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata pada gunung Merapi besarnya

repose time tidak berpengaruh terhadap VEI. Koefisien korelasi antara repose time dan VEI adalah positif, yang berarti bahwa semakin besar

repose time maka indeks VEI semakin besar. Koefisien korelasi besarnya adalah 0,21 yang nilainya jauh lebih kecil dari 1 (koefisien korelasi sempurna). Hal ini menunujukkan lemahnya hubungan kedua variabel tersebut. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pada gunung Merapi repose time tidak berpengaruh terhadap VEI. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti perbedaan

(7)

komposisi kimia baik sebelum dan setelah letusan, topografi, morfologi, karakteristik gunungapi dsb.

Korelasi repose time dan VEI gunung Kelud ditunjukkan pada gambar 8.

GAMBAR 8. Korelasi repose time dan VEI gunung Kelud.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang korelasi antara repose time dengan VEI gunung Merapi dilakukan uji korelasi dengan menggunakan software SPSS.

TABEL 6. Hasil uji korelasi repose time dan VEI gunung Kelud

R Sig. (2-tailed)

VEI 0,428 0,008

Repose Time 0,428 0,008

Menurut tabel 6, signifikansi hasil korelasi antara repose time dengan VEI besarnya 0,008

(< 0,05) maka Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata pada gunung Kelud besarnya

repose time berpengaruh terhadap VEI. Koefisien korelasi antara repose time dan VEI adalah positif, yang berarti bahwa semakin besar

repose time maka indeks VEI semakin besar. Koefisien korelasi besarnya adalah 0,428 yang nilainya jauh lebih kecil dari 1 (koefisien korelasi sempurna). Hal ini menunujukkan lemahnya hubungan kedua variabel tersebut. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pada gunung Kelud repose time tidak berpengaruh terhadap VEI. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti perbedaan komposisi kimia baik sebelum dan setelah

letusan, topografi, morfologi, karakteristik gunungapi dsb.

Korelasi repose time dan VEI gunung Kelud ditunjukkan pada gambar 9.

GAMBAR 9. Korelasi repose time dan VEI gunung Semeru.

Untuk mengetahui lebih lanjut tentang korelasi antara repose time dengan VEI gunung Merapi dilakukan uji korelasi dengan menggunakan software SPSS.

TABEL 7. Hasil uji korelasi repose time dan VEI gunung Semeru

R Sig. (2-tailed)

VEI 0,131 0,323

Repose Time 0,131 0,323

Menurut tabel 7, signifikansi hasil korelasi antara repose time dengan VEI besarnya 0,323

(> 0,05) maka Ho diterima. Hal ini menunjukkan bahwa ternyata pada gunung Semeru besarnya

repose time tidak berpengaruh terhadap VEI. Koefisien korelasi antara repose time dan VEI adalah positif, yang berarti bahwa semakin besar

repose time maka indeks VEI semakin besar. Koefisien korelasi besarnya adalah 0,131 yang nilainya jauh lebih kecil dari 1 (koefisien korelasi sempurna). Hal ini menunujukkan lemahnya hubungan kedua variabel tersebut. Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pada gunung Semeru repose time tidak berpengaruh terhadap VEI. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya seperti perbedaan komposisi kimia baik sebelum dan setelah letusan, topografi, morfologi, karakteristik gunungapi dsb.

(8)

Energi Potensial dan Energi Thermal Erupsi Gunung Merapi Periode 1800-2012 Yokoyama (1956) memperkirakan energi pada saat letusan gunungapi terbagi dalam berbagai bentuk seperti energi potensial dan energi thermal. Energi potensial diwakili oleh perubahan tingkat lava pada lubang/vent

gunungapi selama terjadi letusan. Energi letusan dapat dirumuskan sebagai berikut :

(6)

dimana :

Ep = energi potensial (Joule)

m = total massa material hasil erupsi (kg)

g = percepatan gravitasi bumi (m/s2) h = tinggi kolom asap saat letusan (m)

Selama periode erupsi tahun 1800-2012, gunung Merapi, gunung Kelud dan gunung Semeru berturut-turut mengeluarkan energi potensial sebesar 9,99039 x 1020 ergs, 9,6571 x 1020 ergs dan 3,39 x 1020 ergs.

Energi thermal diwakili oleh kuantitas panas lava dan gas dari fragmen masing-masing gunungapi. Persamaan yang digunakan oleh Yokoyama untuk suhu tinggi > 1000 oC sebagai berikut :

(7)

dimana :

Eth = energi termal

V = volume ejecta

σ = densitas rata-rata

T = temperature lava

α = specific heat lava, 0,25 cal/gr Co β = panas laten lava, 50 cal/gr

J = kerja yang setara dengan panas, 4,1855.107 ergs

Untuk suhu rendah (<1000 oC) persamaannya menjadi :

(8)

dimana :

Eth = energi termal

V = volume ejecta

σ = densitas rata-rata

T = temperature lava

α = specific heat lava (ketika T=800 oC, α=0,25 cal/gr Co dan saat T=300 oC, α=0,20 cal/gr Co) J = kerja yang setara dengan panas, 4,1855.107 ergs

Selama periode erupsi tahun 1800-2012, gunung Merapi, gunung Kelud dan gunung Semeru mengeluarkan energi thermal sebesar 4,31282 x 1022 ergs, 7,1481 x 1022 ergs dan 1,044 x 1022 ergs.

KESIMPULAN

1.

Runtun waktu erupsi gunung Merapi, gunung Kelud dan gunung Semeru mempunyai karakteristik stokastik acak, dengan cacah erupsi sebagai fungsi waktu istirahat mempunyai distribusi statistik eksponensial dan fungsi PDF Poissonian.

2.

Koefisien atenuasi cacah erupsi fungsi waktu istirahat gunung Merapi sama dengan 0,1603 per tahun atau nilai menengah waktu istirahat 6,24 tahun.

3.

Koefisien atenuasi cacah erupsi fungsi waktu istirahat gunung Kelud sama dengan 0,037 per tahun atau nilai menengah waktu istirahat 27,22 tahun.

4.

Koefisien atenuasi cacah erupsi fungsi waktu istirahat gunung Semeru sama dengan 0,395 per tahun atau nilai menengah waktu istirahat 2,53 tahun.

5. Indeks letusan VEI tidak berkorelasi dengan

repose time atau dengan kata lain VEI dan

repose time saling independen. Hal ini disebabkan karena masing-masing gunungapi mempunyai karakteristik dan komposisi kandungan magma yang berbeda-beda. Selain itu, ada faktor lain yang dapat mempengaruhi besarnya letusan seperti adanya pengaruh tekanan gas dari dalam, adanya gempa tektonik, topografi, dsb. 6. Probabilitas erupsi gunung Merapi pada

tahun 2013 berdasarkan distribusi eksponensial sebesar 76,74 %. Distribusi Weibull memberikan probabilitas erupsi sebesar 63,5 % sedangkan distribusi Log-Logistik memberikan probabilitas erupsi sebesar 64,04 %. Probabilitas erupsi

(9)

gunungapi > 50 %, sehingga perlu diwaspadai resiko yang harus ditanggung (value at risk).

7. Probabilitas erupsi gunung Kelud pada tahun 2013 berdasarkan distribusi eksponensial sebesar 66,55 %. Distribusi Weibull memberikan probabilitas erupsi sebesar 72,93 % sedangkan distribusi Log-Logistik memberikan probabilitas erupsi sebesar 68,45 %. Probabilitas erupsi gunungapi > 50 %, sehingga perlu diwaspadai resiko yang harus ditanggung (value at risk).

8. Probabilitas erupsi gunung Semeru pada tahun 2013 berdasarkan distribusi eksponensial sebesar 99,19 %. Distribusi Weibull memberikan probabilitas erupsi sebesar 0 % sedangkan distribusi Log-Logistik memberikan probabilitas erupsi sebesar 0 %. Probabilitas erupsi gunungapi > 50 %, sehingga perlu diwaspadai resiko yang harus ditanggung (value at risk).

9. Erupsi gunung Merapi selama periode 1800-2012 mengeluarkan energi sebesar

4,413 x

10

22

erg, gunung Kelud mengeluarkan

energi sebesar 7,25 x 10

22

erg sedangkan

gunung Semeru mengeluarkan energi

sebesar 1,08 x 10

22

erg

REFERENSI

1.

Admin. 2013. Gunung Merapi Erupsi. Tersedia pada : http://id-wal.com/gunung-merapi-erupsi.html. Diakses pada tanggal 21 September 2013.

2.

Badan Geologi, 1979, Data Dasar

Gunungapi

Indonesia.

Kementrian

ESDM hal. 342-346.

3.

Bebbington,M. S and Lai, C. D, 1996a,

Statistical Analysis of New Zealand

Volcanic Occurrence Data

, Journal of

Volcanology and Geothermal Research

Vol. 74, p. 101-110.

4.

Bebbington,M. S and Lai, C. D, 1996b,

On

Nonhomogenous

Models

for

Volcanic Eruptions

, Math. Geol. 28/5,

p.585-600 .

5.

Dzierma, Yvonne and

Wehrmann,

Heidi,

2010,

Eruption

Time

Series

Statistically Examined : Probabilities of

Future Eruptions at Villarica and

Llaima Volcanoes, Southern Volcanic

Zone, Chile

, Journal of Volcanology

and Geothermal Research 193, 82-92.

6.

Ho, C. H, 1991,

Time Trend Analysis of

Basaltic Volcanism for The Yukka

Mountain Site

, Journal of Volcanology

and Geothermal Research Vol. 46, p.

61-72.

7.

Kirbani, S.B and Wahyudi, 2007,

Erupsi

Gunungapi Kelud dan Nilai-b Gempa

Bumi

di

Sekitarnya

,

Laboratorium

Geofisika UGM, Yogyakarta.

8.

Simkin, T. and Siebert, L., 1984,

Explosive Eruptions in Space and Time:

Durations, Intervals, and a Comparison

of the Worlds Active Volcanic Belts. In

Boyd, R. F. (ed) Explosive Volcanism:

Inception, Evolution, and Hazards

,

National Academy Press, Washington,

D. C., 110-121.

9.

Simkin, T. and Siebert, L., 1994,

Volcanoes of the World, 2nd Edition

,

Geoscience Press, Tucson.

10.

Watt, S. F. L, Mather, T. A., Pyle, D. M,

2007,

Vulcanian Explosion Cycles :

Patterns and Predictability

, Geology

35/9,

p.

839-842,

doi

:

10.1130/G23562A.1.

11.

Wickmann, F.E., 1965,

Repose Period

Pattern of Volcanoes II.

Eruption

Histories of spme Indian Volcanoes,

Arkiv Foer Mineralogi Och Geologi,

Band 4 Nr 6, Uppsala.

12.

Yokoyama, Izumi, 1956,

Energetics in

Active Volcanoes

, Earthquake Research

Institute.

Gambar

GAMBAR  1.    Morfologi  gunung  Merapi  (sumber  :  http://id-wal.com/gunung-merapi-erupsi.html  )
GAMBAR  3.    Morfologi  gunung  Semeru  (sumber  :  http://en.wikipedia.org/wiki/File:Semeru.jpg )
Gambar  5  adalah  histogram  yang  menunjukkan  runtun  waktu  dari  waktu  istirahat  (repose  time)  gunung Kelud mulai tahun 1000 hingga 1990
TABEL  4.  Probabilitas  erupsi  gunung  Kelud,  Semeru dan Merapi tahun 2013.
+3

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam tindakan keperawatan terutama pengaruh latihan Range Of Motion terhadap kekuatan otot pada pasien stroke

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : aktivitas siswa selama penerapan pembelajaran matematika berbasis masalah, aktivitas guru dalam mengelola

Pengembangan silabus dalam pembelajaran tematik merupakan salah satu tahapan dalam pengembangan kurikulum yang bermanfaat sebagai pengembangan dalam penyusunan satuan

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Strategi

• Silinder yang digunakan adalah silinder vertikal kaku yang pada ujung bagian atas diberikan tumpuan pegas dengan arah transversal (tegak bagian atas diberikan tumpuan pegas

Palmitic acid is a saturated fatty acid that serves as energy storage used for SAFA or fatty acid biosynthesis. Meyer (2004), Benjamin and Olivia (2007) mentioned in their

Dari hasil rapat tersebut mereka bersepakat untuk mendirikan organisasi MUNA (Majelis Ulama Nanggroe Aceh) sebagai organisasi yang siap mendukung dan mengawal jalannya

Beberapa indikator yang menandainya antara lain adalah interaksi para seniman dan pengajar seni dengan dunia internasional (melanjutkan studi atau melalui