• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERSEPSI PENGELOMPOKAN PESERTA DIDIK DAN MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PERSEPSI PENGELOMPOKAN PESERTA DIDIK DAN MOTIVASI BELAJAR PAI SISWA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

26

A. Persepsi

1. Definisi Persepsi

Manusia terus menerus mengadakan perubahan hubungan dengan lingkungan melalui persepsi, menggunakan indera penglihatan, pendengaran, peraba, perasa dan pencium. Konsep persepsi banyak didefinisikan oleh para ahli psikologi. Prawiladilaga mengartikan persepsi sebagai suatu proses dimana seorang menyadari keberadaan lingkungannya serta dunia yang mengelilinginya. Persepsi terjadi karena setiap manusia memiliki indera untuk menyerap objek-objek serta kejadian disekitarnya. Pada akhirnya persepsi dapat mempengaruhi cara berfikir, bekerja, serta sikap pada diri seseorang. Hal ini terjadi karena orang tersebut dalam mencerna informasi darri lingkungan berhasil melakukan adaptasi sikap, pemikiran, atau perilaku terhadap informasi

tersebut.1

Persepsi berasal dari kata percept, hasil proses penghayatan atau

apa yang dihayati seseorang menjadi sadar adanya benda, sifat atau hubungan melalui alat indera. Walaupun isi sensorik selalu ada dalam persepsi, apa yang dihayati akan terpengaruh oleh pengalaman yang telah

1 Dewi Salma Prawiladilaga, Mozaik Teknologi Pendidikan(Jakarta : Jakarta Kencana,

(2)

terbentuk dan pengetahun masa lalu, sehingga persepsi tidak hanya

sekedar penekanan pasif dan stimulus yang mengenai alat indra.2

Menurut jalaluddin, persepsi adalah “pengalaman tentang objek, peristiwa, pengalaman atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.”3

Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu objek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini persepsi melibatkan proses interprestasi berdasarkan penglaman

terhadap satu peristiwa atau objek.4

2. Proses Persepsi,

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan, yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera, atau juga disebut proses sensoris. Stimulus yang diindera itu kemudian diteruskan oleh syaraf sensoris ke otak, kemudian terjadilah proses di otak, sebagai pusat kesadaran, sehingga individu menyadari apa yang dilihat, didengar, atau diraba, yaitu stimulus

yang diterima melalui alat indera.5

2Rita L Atkinson, Richard Atkinson dan Ernest R. Hilgard, Pengantar Psikologi(Jakarta:

Erlangga, -), hlm. 452

3 Jalaluddin Rahmat, Psikologi Komunikasi(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000),

hlm. 51

4 Abdul Rahman Saleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam

Perspektif Islam (Jakarta: Kencana, 2004), hlm. 88-89

5

(3)

Stimulus dapat datang dari luar, tetapi juga dapat datang dari dalam individu itu sendiri. Tetapi tidak semua stimulus akan diperhatikan atau akan diberikan respon.

Proses persepsi secara skematis dapat dikemukakan sebagai berikut:

L-S-O-R L=Lingkungan S=Stimulus

O=Organisme atau Individu

R= Respon atau reaksi.6

Dalam mempersepsi sesuatu stimulus, hasil persepsi antara individu satu dengan yang lainnya akan berbeda apabila perasaan, kemampuan berpikir, pengalaman-pengalaman individu tersebut tidak

sama.7

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi.

Untuk mengadakan persepsi terdapat beberapa faktor yang berperan, yang merupakan syarat agar terjadi persepsi, yaitu:

a. Objek atau stimulus yang dipersepsi

b. Alat indera, syaraf, dan pusat susnan syaraf, sebagai syarat fisiologis.

Alat indera atau reseptor merupakan alat untuk menerima stimulus, syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang

6

Ibid., hlm. 91

(4)

diterima reseptor ke pusat syaraf, yaitu otak, serta syaraf motoris sebagai alat untuk mengadakan respon.

c. Perhatian, sebagai syarat psikologis ialah pemusatan atau konsentrasi

dari sleuruh aktivitas individu yang ditujukan keoada sesuatu atau

sekumpulan objek.8

Carole wade dan carol tavris menambahkan kebutuhan, kepercayaan, emosi dan ekspektasi sebagai factor psikologis yang berpengaruh pada persepsi.

a. Kebutuhan, ketika individu membutuhkan sesuatu atau memiliki

ketertarikan akan suatu hal, maka ia akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan ini.

b. Kepercayaan, apa yang dianggap oleh individu sebagai kebenaran

dapat mempengaruhi interpretasinya terhadap sinyal sensorik yang ambigu.

c. Emosi, dapat mempengaruhi interpretasi individu mengenai

informasi sensorik.

d. Ekspektasi , pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara

individu mempersepsikan dunia. Kecenderungan untuk

mempersepsikan sesuatu sesuai dengan harapan disebut sebagai set

persepsi.9

8Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta : Andi Offset, 2003), hlm.

89-90

9

(5)

B. Pengelompokan Peserta Didik

1. Pengertian Pengelompokan Peserta Didik

Pengelompokan atau grouping adalah pengelompokan peserta

didik berdasarkan karakteristik-karakteristiknya. Karakteristik demikian perlu digolongkan agar, agar mereka berada dalam kondisi yang sama. Adanya kondisi yang sama ini bisa memudahkan pemberian layanan yang sama.

Pengelompokan bukan dimaksud untuk mengkotak-kotakan peserta didik, melainkan bemaksud untuk membantu mereka agar dapat berkembang seoptimal mungkin. Dengan adanya pengelompokan peserta didik, akan mempermudah guru dalam mengetahui kemampuan peserta didik. Sebab , tidak jarang peserta didik dalam kelas berada dalam keadaan heterogen.

Adapun alat ukur yang lazim dipergunakan untuk membedakan peserta didik adalah tes. Dalam hal ini banyak tes yang digunakan untuk membedakan peserta didik. Salah satunya tes kemampuan umum seperti tes kemampuan umum verbal dan numerical, yang dapat digunakan

untuk membedakan kemampuan umum peserta didik.10

2. Urgensi Pengelompokan

Pengelompokan atau lazim dikenal dengan grouping didasarkan

atas pandangan bahwa disamping peserta didik tersebut mempunyai persamaan juga mempunyai perbedaan. Jika perbedaaan antara peserta

10

Ali Imron, Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hlm. 97

(6)

didik satu dengan yang lain dicermati lebih mendalam, maka akan didapati perbedaan antara individu dan intraindividu. Perbedaan yang pertama berkenaan dengan berbedanya peserta didik satu dengan yang lain dalam kelas, dan yang kedua berkenaan dengan berbedanya kemampuan masing-masing peserta didik dalam berbagai mata pelajaran atau bidang study.

Alasan pengelompokan peserta didik juga didasarkan atas realitas, bahwa peserta didik secara terus menerus tumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan peserta didik satu dengan yang lain berbeda. Agar perkembangan peserta didik yang cepat tidak menggangu peserta didik yang lambat dan sebaliknya maka dilakukanlah

pengelompokan tersebut. 11

Sisi lain yang perlu diperhatikan oleh guru dalam pengelompokan anak didik adalah jenis kelamin. Anak didik yang cerdas sebaiknya digabung dengan anak didik yang kurang cerdas. Anak didik yang pandai bicara sebaiknya dikelompokan dengan anak didik yang pendiam. Sekelompok anak didik yang gemar membuat keributan dan suka mengganggu temannya akan lebih baik bila penempatan mereka dipisah- pisah dan tidak terlepas dari pengawasan guru. Pola pengelompokan anak didik seperti itu bermaksud agar kelas tidak

(7)

didominasi oleh satu kelompok, tetapi yang terjadi dalam belajar ialah

persaingan yang positif.12

3. Jenis-Jenis Pengelompokan.

Ada banyak jenis pengelompokan peserta didik yang

dikemukakan oleh para ahli. Mitchun mengemukakan dua jenis

pengelompokan peserta didik. Yang pertama ability grouping yaitu

pengelompokan berdasarkan kemampuan didalam setting sekolah. Yang

kedua sub grouping with in the class yaitu pengelompokan dalam setting

kelas. Pengelompokan dalam setting sekolah yaitu pengelompokan yang didasarkan atas kemampuan peserta didik . sedangkan pengelompokan dalam setting kelas yaitu pengelompokan dimana peserta didik dalam

kelas dibagi lagi dalam kelompok kecil.13

Pengelompokan yang didasarkan atas kemampuan adalah suatu pengelompokan dimana peserta didik yang pandai dikumpulkan dengan yang pandai, yang kurang pandai dikumpulkan dengan yang kurang pandai. Sementara pengelompokan dalam setting kelas adalah suatu pengelompokan dimanan peserta didik pada masing-masing kelas, dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil. Pengelompokan ini juga member kesempatan pada masing-masing individu untuk masuk ke dalam lebih dari satu kelompok.

Adapun kelompok-kelompok kecil pada masing-masing kelas demikian dapat dibentuk berdasarkan karakteristik individu. Ada beberapa

12 Saiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif ( Jakarta : PT

Rineka Cipta, 2000), hlm. 178-179

13

(8)

macam kelompok kecil di dalam kelas ini, yaitu : Interest grouping, special need grouping, team grouping, tutorial grouping, research grouping, full class grouping, combined-class grouping.14

Conny Semiawan mengemukakan konsep pengelompokan sebagai berikut:

a. Pengelompokan menurut kesenangan berkawan

Pada pengelompokan ini anak didik dibagi dalam beberapa kelompok ( jumlah kelompok bergantung pada besarnya kelas) atas dasar perkawanan/ kesenangan bergaul diantara mereka. Kelompok terdiri dari 4-6 orang atau lebih yang menurut mereka merupakan kawan-kawan dekat. Mereka duduk mengelilingi meja yang telah disusun dalam keadaan berhadapan. Dalam pengelompokan seperti ini, setiap anak didik mempelajari atau berbuat hal yang sama dengan sumber yang sama.

b. Pengelompokan menurut kemampuan

Kenyataan menunjukan dalam mempelajarai sesuatu, ada anak didik yang pandai, sedang, dan lambat. Untuk memudahkan pelayanan guru, anak didik dikelompokan ke dalam kelompok cerdas, sedang/menengah, dan lambat. Pengelompokan seperti ini diubah sesuai dengan kesanggupan individual dalam mempelajari mata pelajaran. Seorang anak didik mungkin cerdass dalam matematika, tetapi lambat dalam ilmu-ilmu social, sedangkan anak didik lain

(9)

keadaannya tidak demikian. Pengelompokan demikian akan menuntut program-program khusus ( bantuan remedial) untuk membantu para anak didik tertentu yang mengalami kesulitan khusus dalam mata pelajaran tertentu.

C. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat. Motif tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterprestasikan dalam tingkah lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit

tenaga munculnya suatu tingkah laku tertentu.15

Sumadi Suryabrata dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”, mendefinisikan motivasi sebagai kecintaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan.16

Sedangkan itu, menurut Mc. Donald, motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “Feeling” dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dari pengertian pengertian ini terdapat tiga unsur yang saling terkait, yaitu:

15

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi & Pengkurannya(Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008)hlm. 3

16 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995)

(10)

a. Motivasi dimulai dari adanya dari adanya perubahan energi dalam pribadi

b. Motivasi ditandai dengan timbulnya rasa atau “Feeling”

c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan.17

Berbeda lagi menurut Vroom, motivasi mengacu pada suatu proses yang mempengaruhi pilihan-pilihan individu terhadap bermacam-macam bentuk kegiatan yang dikehendaki. Kemudian John P. Cambell dan kawan-kawan menambahkan rincian dalam definisi tersebut dengan mengemukakan bahwa motivasi mencakup di dalamnya arah dan tujuan tingkah laku, kekuatan respons, dan kegigihan tingkah laku.

Menurut kebanyakan definisi, motivasi mengandung tiga komponen pokok, yaitu:

a. Menggerakkan

Menggerakan berarti menimbulkan kekuatan pada individu; memimpin seorang untuk bertidak dengan cara tertentu. Misalnya kekuatan dalam hal ingatan, respons-respons efektif, dan kecenderungan mendapatkan kesenangan.

b. Mengarahkan atau menyalurkan tingkah laku

Dengan demikian ia menyiapkan orientasi tujuan. Tingkah laku individu diarahkan terhadap sesuatu.

17 Martinis Yamin, Kiat Membelajarkan Siswa (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007) hlm.

(11)

c. Untuk menjaga dan menopang tingkah laku

Lingkungan sekitar harus menguatkan (reinforce)

intensitas dan arah dorongan-dorongan dan kekuatan-kekuatan

individu.18

Dengan demikian, motivasi itu sendiri adalah suatu usaha yang disadari untuk menggerakkan, mengarahkan, menjaga tingkah laku seseorang agar ia mendorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu.

Sedangkan dalam memberikan pengertian belajar, para ahli bebrbeda pendapat, namun pada hakekatnya memiliki tujuan yang sama. Menurut Witherington, belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru, yang berbentu ketrampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Sedangkan menurut Di Vesta and Thompson, belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman. Pengertian perubahan dalam hal tersebut dapat menyangkut hal yang sangat luas. Perubahan tersebut dapat berkenaan dengan penguasaan pengetahuan dan pengalaman, kecakapan, kebiasaan, motivasi dan lain sebagainya. Begitu juga dengan pengalaman, berkenaan dengan segala bentuk pengalaman atau

18

(12)

halyang pernah dialami. Pengalaman karena membaca, melihat,

mendengar, melakukan dan lain sebagainya.19

Selain itu menurut Winkel, belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman,

ketrampilan dan nilai-sikap.20

2. Macam-macam Motivasi Belajar

Pendapat mengenai klasifikasi motivasi ada bermacam-macam di antaranya adalah :

a. Menurut W.I. Thomas menggolongkan motivasi menjadi empat,

yaitu:

1) Motif rasa aman, meliputi kebutuhan rasa aman dan terhindar

dari bahaya

2) Motif respons, merupakan keinginan manusia untuk

berhubungan dengan manusia lain secara intim dan bersahabat

3) Motif pengalaman baru, dorongan seseorang mencari

pengalaman-pengalaman baru

4) Motif pengenalan diri, didasarkan oleh kebutuhan untuk

dipandang oleh masyarakat sebagai seseorang yang memiliki

19 Nana syaodih sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung : Remaja

Rosdakarya, 2003), hlm. 155-156

20

(13)

kepribadian sendiri, pandangan sendiri dan nilai-nilai tersendiri.21

b. Menurut Wood Worth dan Marquis menggolongkan motivasi

menjadi tiga macam, yaitu :

1) Kebutuhan-kebutuhan organis yaitu motivasi yang berkaitan

dengan kebutuhan dengan dalam diri manusia

2) Motivasi darurat yang mencakup dorongan untuk

menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha, dorongan untuk mengejar

3) Motivasi objektif, yaitu motivasi yang diarahkan kepada

objek atau tujuan tertentu disekitar kita. Motivasi ini timbul

karena dorongan untuk menghadapi dunia secara efektif.22

c. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik

1. Motivasi Intrinsik

Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang timbul tidak memerlukan rangsangan dari luar karena sudah ada dalam diri individu sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya.

2. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi Ekstrinsik adalah motif-motif yang timbul karena adanya rangsangan dari luar individu, misalnya dalam bidang

21 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum (Bandung : Pustaka Setia, 2008), hlm. 68-70 22 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : Rajawali Pers, 2009),

(14)

pendidikan terdapat minat yang positif terhadap kegiatan

pendidikan timbul karena melihat manfaatnya23

3. Tujuan Motivasi Belajar

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi belajar adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk belajar memahami sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau tujuan tertentu. Bagi seorang guru, tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau memacu anak didiknya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah.

Berdasarkan pengertian dan contoh motivasi belajar maka jelas bahwa setiap tindakan motivasi mempunyai tujuan. Makin jelas tujuan yang diharapkan atau yang akan dicapai, makin jelas pula bagaimana tindakan memotivasi itu dilakukana. Tindakan memotivasi akan lebih berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh orang yang dimotivasi serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan

kepribadian orang yang akan dimotivasi.24

23 Hamzah B. Uno, Op. cit., hlm. 21

24 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidika,Cet ke 15 (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,

(15)

4. Fungsi Motivasi Belajar

Untuk belajar sangat diperlukan adanya motivasi. Hasil belajar akan menjadi optimal, kalau ada motivasi. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intensitas usaha belajar bagi para siswa.

Sehubungan dengan hal tersebut, ada tiga fungsi motivasi, yaitu:25

a. Mendorong timbulnya tingkah laku atau suatu perbuatan. Tanpa

motivasi tidak akan timbul akan timbul suatu perbuatan misalnya belajar.

b. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan

perbuatan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya menggerakkan

tingkah laku seseorang. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Selain itu, menurut Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul

Wahab, ada tiga fungsi motivasi, yaitu: 26

a. Pendorong untuk berbuat dalam mencapai tujuan

b. Penentu arah perbuatan yakni kearah yang ingin dicapai

c. Penyeleksi perbuatan sehingga perbuatan manusia senantiasa

selektif dan tetap terarah kepada tujuan yang ingin dicapai.

Kemudian, menurut Cecco ada empat fungsi motivasi dalam proses mengajar, yaitu:

25 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran(Jakarta: Bumi Aksara, 2005) hlm. 108 26

(16)

a. Fungsi Pembangkit (Aurosal)

Dalam pendidikan Aurosal diartikan sebagai kesiapan atau

perhatian umum peserta didik yang diusahakan oleh guru untuk mengikutsertakan peserta didik belajar.

b. Fungsi Harapan

Fungsi ini menghendaki agar guru memelihara harapan keberhasilan atau kegagalan peserta didik dalam mencapai tujuan instruksional.

c. Fungsi Intensif

Fungsi yang menghendaki agar guru memberikan hadiah kepada peserta didik yang berprestasi dengan cara seperti mendorong usaha lebih lanjut dalam mengajar tujuan instruksional.

d. Fungsi Disiplin

Fungsi ini mengehndaki agar guru mengontrol tingkah laku yang menyimpang dengan menggunakan hukuman dan

hadiah.27

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono dalam bukunya yang berjudul “Belajar dan Pembelajaran”, ada beberapa faktor yang mempengaruhi

motivasi belajar, yaitu : 28

27

Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan(Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1993) hlm. 115-116

28 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1999),

(17)

a. Cita-cita atau aspirasi siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil seperti keinginan belajar berjalan, dapat membaca, dapat menyanyi dan sebagainya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan kemauan bergiat bahkan dikemudian hari menimbulkan cita-cita dalam kehidupan

b. Kemampuan Siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan

kemampuan atau kecakapan mencapainya. Kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk melakukan tugas-tugas perkembangan.

c. Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang sakit, lapar, atau dalam hal ini, marah-marah akan mengganggu perhatian belajar. Sebaliknya, seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan mudah memusatkan perhatian.

d. Kondidsi lingkungan siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan masyarakat. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar.

(18)

e. Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup. Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, radio, telebvisi, dan lain sebagainya semakin menjangkau siswa. Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.

f. Upaya guru dalam membelajarkan siswa

Guru adalah pendidik profesional. Ia bergaul setiap hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Intensitas pergaulan tersebut mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa. Sebagai pendidik, guru dapat memilah dan memilih yang baik. Partisipasi dan teladan memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya membelajarkan siswa.

6. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa.

Menurut De Decce dan Grawford ada empat fungsi guru sebagai pengajar yang berhubungan dengan cara pemeliharaan dan peningkatan motivasi belajar anak didik, yaitu:

(19)

a. Menggairahkan anak didik

Sebagai seorang guru, harus memelihara minat anak didik dalam belajar, yaitu dengan memberikan kebebasan tertentu untuk berpindah dari satu aspek ke aspek lain pelajaran dalam situasi belajar. Discovery learning dan brain storming merupakan metode untuk memberikan kebebasan terhadap anak didik, dan untuk dapat meningkatkan kegairahan anak didik, maka guru harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai disposisi awal setiap anak didiknya.

b. Memberikan harapan realistis

Guru harus memelihara harapan-harapan anak didik yang realistis dan memodifikasi harapan-harapan yang tidak realistis. Untuk itu, guru perlu memiliki pengetahuan yang cukup mengenai keberhasilan atau kegagalan akademis setiap anak didik di masa lalu. Dengan demikian, guru dapat membedakan harapan-harapan yang realistis, pesimistis atau terlalu optimis. Bila anak didik telah banyak mengalami kegagalan, maka guru harus memberikan sebanyak mungkin keberhasilan kepada anak didik.

c. Memberikan insentif

Bila anak didik mengalami keberhasilan, guru diharapkan memberikan hadiah kepada anak didik (dapat berupa pujian atau angka yang baik), atas keberhasilannya, sehingga anak didik

(20)

terdorong untuk melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.

d. Mengarahkan perilaku anak didik

Mengarahkan perilaku anak didik adalah tugas guru. Disini kepada guru dituntut untuk memberikan respons terhadap anak didik yang tak terlibat langsung dalam kegiatan belajar di kelas. Cara mengarahkan perilaku anak didik adalah dengan memberikan penugasan, bergerak mendekati, memberikan hukuman yang mendidik, menegur dengan sikap lemah lembut

dan dengan perkataan yang ramah dan baik.29

29 Haryu Islamuddin, Psikologi Pendidikan(Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2012), hlm.

Referensi

Dokumen terkait

Kami akan terus menerima saran dan kritik yang membangun dari pelanggan kami. Kami akan

Catatan: PCN yang dilaporkan akan mengindikasikan bahwa suatu pesawat udara dengan nomor klasifikasi pesawat udara [aircraft classification number (ACN)] sama dengan atau

Penelitian dilakukan dengan menentukan parameter infrastruktur jalan di sekitar sekolah melalui studi literatur, menganalisis tingkat keselamatan berdasarkan analisis

Penelitian dalam level teks diakukan dengan metode observasi pada teks media. Data yang diperoleh adalah data primer, yaitu berita-berita yang terbit di MBM Tempo seputar

mungkin benar karena struktur luar kerucut gunungapi muda merupakan sebuah struktur kaldera namun bukan merupakan kaldera yang terbentuk akibat pengaruh longsornya

Petani Desa Buahan, Kabupaten Gianyar menghadapi permasalahan adanya serangan hama dan penyakit terhadap tanaman jeruk yang menyebabkan produktivitasnya sangat

Event adalah peristiwa atau kejadian yang diterima oleh suatu objek, misalnya klik, seret dan lain-lain yang akan memicu program Visual Basic menjalankan kode program seperti

banyak dipengaruhi oleh pengalaman panjang yang telah dilaluinya.. 9 Disamping itu, kemampuan sosial guru, khususnya dalam berinteraksi dengan peserta didik merupakan suatu hal