• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS BEBAN KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X TAHUN 2019 SKRIPSI TIKA AN NISAA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS BEBAN KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT X TAHUN 2019 SKRIPSI TIKA AN NISAA"

Copied!
105
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BEBAN KERJA TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN

DI INSTALASI FARMASI

RUMAH SAKIT X TAHUN 2019

SKRIPSI

TIKA AN NISAA

031511070

PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS BINAWAN

JAKARTA

(2)

ANALISIS BEBAN KERJA TENAGA TEKNIS

KEFARMASIAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH

SAKIT X TAHUN 2019

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Oleh : TIKA AN NISAA

NIM. 031511070

PRODI D.IV KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS BINAWAN

JAKARTA

(3)
(4)
(5)
(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tika An Nisaa

Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta / 10 Oktober 1996

Agama : Islam

Anak Ke : 2 dari 3 bersaudara

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat : PUP Sektor V Blok R 4 No. 8

RT. 005/ RW.029

Bahagia, Kecamatan Babelan, Bekasi Telepon : 085710078635

Email : tikanisa62@gamail.com Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 2001 – 2008 : SDN Babelan Kota 07 2. Tahun 2008 – 2011 : SMPN I Babelan

3. Tahun 2011 – 2014 : SMK Kesehatan Fahd Islamic School 4. Tahun 2015 – 2019 : Universitas Binawan

(7)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji serta syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul Analisis Beban Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Tahun 2019“. Shalawat dan salam tak lupa penulis panjatkan kepada junjungan kita Baginda Rasulullah Muhammad SAW.

Penulisan Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan Program Diploma IV Universitas Binawan Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbgai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara moril dan materil selama penulisan proposal ini berlangsung, khususnya kepada :

1. Bapak, Ibu, kakak, adik dan semua anggota keluargaku terima kasih atas doa dan dukungan moril dan materil yang kalian berikan,

2. Bapak Husen, SST.K3, M.Si selaku Ketua dan Penguji I Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja

3. Ibu Putri Winda Lestari, SKM, M. Kes (Epid) selaku Dosen Pembimbing Skripsi

4. Ibu Sari Sekar Ningrum,ST,M.Eng selaku Dosen Penguji II

5. KaBag SDM di RS X yang telah memberikan izin untuk melakukan kegiatan penelitian

6. Teman – teman Instalasi Farmasi Rumah Sakit Juwita serta teman sejawat farmasi yang telah memberikan dukungan dan semangat, serta memberikan bantuan, bimbingan dalam penelitian untuk Skripsi saya

(8)

7. Seluruh teman – teman dari kelas regular & kelas karyawan yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi selama kuliah di Universitas Binawan

8. Teman – teman Klinik Wamia Husada yang telah memberikan motivasi dukungan dan semangat

9. Bu Rita yang telah banyak memberikan masukan serta nasehat – nasehat dan semangat.

10. Kakak tingkat senior mba Erika, mas banjar, mas tombo yang telah memberikan masukan dan motivasi dukungan

11. Seluruh dosen staf pengajar Universitas Binawan Prodi Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca maupun bagi penulis sendiri.

Jakarta 16 Juli 2019 Penulis

(9)

ABSTRAK

Nama : Tika An Nisaa

Prodi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Judul : Analisis Beban Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Tahun 2019

Latar Belakang :

Data pelayanan resep Rumah Sakit X mencapai 2000 sampai 4000 Per bulan. Berdasarkan Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014, jumlah sumber daya tenaga kefarmasian di Rumah Sakit tipe C adalah dua apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit delapan tenaga teknis kefarmasian, dan satu apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi yang merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan beban kerja Rumah Sakit. Sedangkan jumlah SDM di Rumah Sakit X yaitu, dua apoteker yang bertugas di pelayana farmasi klinik rawat inap dan satu apoteker yang bertugas di pelayanan farmasi klinik rawat jalan yang dibantu oleh enam tenaga teknis kefarmasian yang merangkap semua pelayanan farmasi klinik baik rawat jalan maupun rawat inap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis beban kerja tenaga teknis kefarmasian dengan metode work sampling, serta untuk mengetahui activity and

delay sampling, performance sampling pada tenaga teknis kefarmasian di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit X.

Metode :

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional. Peneliti melakukan observasi work sampling pada 6 tenaga teknis kefarmasian dan telaah dokumen serta melakukan wawancara mendalam dengan 3 informan kunci yaitu Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit X, senior tenaga teknis kefarmasian, Kepala HRD

(human resource dapartement). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi formulir work sampling, jam digital untuk perhitungan waktu dalam menit. Analisis data dilakukan dengan cara melakukan analisis besar beban kerja tenaga teknis kefarmasian yang kemudian akan digolongkan menjadi 3 kategori yaitu golongan beban kerja rendah, beban kerja sedang, dan beban kerja tinggi.

Hasil :

Penelitian ini menunjukan bahwa beban kerja tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X dalam kategori beban kerja sedang (71,54 %) dengan nilai rasio dari activity and delaysampling yaitu 0,27 dan nilai performance

sampling yaitu 78,67%.

Simpulan :

Hasil perhitungan rasio activity and delay sampling sebesar 0,27. Performance sampling pada tenaga teknis kefarmasian sebesar 78,67%. Berdasarkan aktivitas kegiatan produktif tenaga teknis kefarmasian menghabiskan waktu sebesar 71,54%. Beban kerja termasuk dalam kategori beban kerja sedang, jika ditinjau dari kegiatan non produktif beban kerja tenaga kefarmasian tergolong fluktuatif, dikategorikan cukup tinggi pada saat jam dan hari tertentu.

(10)

ABSTRACT

Name : Tika An Nisaa

Study Program : Safety and Health Occupational

Title : Analysis of Pharmaceutical Workforce Workload

At X Hospital Pharmacy Installation in 2019 Background :

Hospital X prescription service data reaches 2000 to 4000 per month. Based on the Republic of Indonesia Minister of Health Regulation No. 56 of 2014, the number of pharmacy personnel in type C hospitals are two pharmacists on duty in the hospital assisted by at least eight pharmacy technical personnel, and one pharmacist as the reception, distribution coordinator who concurrently performs clinical pharmacy services inpatient or outpatient care and assisted by pharmaceutical technical personnel whose numbers are adjusted to the hospital workload. While the number of HR in Hospital X, namely, two pharmacists who served in inpatient clinical pharmacy services and one pharmacist who served in outpatient clinical pharmacy services were assisted by six pharmaceutical technical personnel who concurrently all clinical pharmacy services both outpatient and inpatient. This study aims to determine the workload analysis of pharmaceutical technical personnel with work sampling methods, as well as to determine the activity and delay sampling, performance sampling of pharmaceutical technical personnel in the Pharmacy Installation of Hospital X.

Methods :

This research is an observational descriptive study. Researchers conducted observations on work sampling on 6 pharmaceutical technical personnel and document review and conducted in-depth interviews with 3 key informants namely the Head of Pharmacy Installation X Hospital, senior pharmaceutical technical personnel, Head of HRD (human resource department). The instruments used in this study include a work sampling form, digital clock for time calculation in minutes. Data analysis was carried out by analyzing the workload of pharmaceutical technical workforce which would then be classified into 3 categories: low workload,

medium workload and high workload.

Results :

This study shows that the workload of pharmaceutical technical personnel at Pharmacy Hospital Installation X is in the moderate workload category (71.54%) with a ratio value of activity and delay sampling of 0.27 and a performance sampling value of 78.67%.

Conclusion :

The results of the calculation of the ratio of activity and delay sampling of 0.27. Performance sampling in pharmaceutical technical personnel was 78.67%. Based on productive activities, pharmaceutical technical workers spend 71.54%. Workload is included in the category of moderate workload, when viewed from non-productive activities the workload of pharmaceutical personnel is classified as fluctuating, categorized quite high at certain hours and days.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS ... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .... Error! Bookmark not defined.

LEMBAR PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1 1.1.Latar Belakang ... 1 1.2.Rumusan Masalah ... 4 1.3.Tujuan Penelitian ... 5 1.3.1 Tujuan Umum ... 5 1.3.2. Tujuan Khusus ... 5 1.4. Manfaat Penelitian ... 5 1.4.1. Bagi Penulis ... 5

1.4.2. Bagi Universitas Binawan ... 5

1.4.3. Bagi Rumah Sakit ... 6

1.5.Ruang Lingkup Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Beban Kerja ... 7

2.1.1. Definisi Beban Kerja ... 7

2.1.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja ... 7

2.1.3.Dampak Beban Kerja. ... 8

2.2.Analisis Beban Kerja ... 8

(12)

2.2.2.Time and Motion Study ... 13

2.2.3.Daily Log ... 13

2.3.Penggolongan Beban Kerja ... 14

2.3.1.Pembagaian Kerja ... 14

2.4.Jenis Beban Kerja ... 16

2.4.1.Beban Berlebih Kuantitatif ... 16

2.4.2.Beban Berlebih Kualitatif ... 17

2.5.Beban Kerja ... 17

2.5.1.Beban Kerja Subjektif ... 17

2.5.2.Beban Kerja Objektif ... 17

2.6.Tenaga Teknis Kefarmasian ... 18

2.7.Job Description Tenaga Teknis Kefarmasian ... 19

2.7.1.Job description ... 19

2.7.2.Job Description Tenaga Teknis Kefarmasian ... 20

2.8.Kerangka Teori ... 22

BAB III METODE PENELITAN ... 23

3.1. Kerangka Konsep ... 23

3.2.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 24

3.3.Objek Penelitian ... 24

3.4.Definisi Operasional ... 25

3.5.Sumber Data Penelitian... 26

3.5.1.Data Primer ... 26

3.5.2.Data Sekunder ... 26

3.6.Alat Penelitian / Instrumen Penelitian ... 26

3.7.Pengumpulan Data ... 27

3.8.Pengelolahan Data dan Analisis Data ... 27

3.8.1. Pengelolahan Data ... 27

3.8.2. Analisis Data ... 28

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1.Hasil Penelitian ... 29

4.1.1.Gambaran Lokasi Penelitian ... 29

4.1.2.Hasil Pengamatan ... 29

4.1.2.1. Pengamatan ... 29

(13)

4.1.3.1.Activity and delay sampling ... 43

4.1.3.2.Performance Sampling ... 44

4.1.4. Analisis Beban Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian ... 45

4.1.5.Hasil Wawancara ... 46

4.2.Pembahasan ... 47

4.2.1.Analisis beban kerja tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Tahun 2019. ... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

5.1.Kesimpulan ... 49

5.2.Saran ... 49

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.4. Definisi Operasional . ... 25

Tabel 4.1. Gambaran dari jenis kegiatan produktif langsung

Kegiatan produktif Tidak langsung ,

kegiatan non produktif, kegiatan pribadi ……… 31 Tabel 4.2. Hasil pengamatan total waktu dari jenis Kegiatan

Tenaga Teknis Kefarmasian Di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit X Selama

Empat belas hari……… 33 Tabel 4.3. Total waktu kegiatan produktif langsung tenaga

teknis kefarmasianberdasarkan jenis

kegiatan ………. 37 Tabel 4.4. Total waktu kegiatan produktif tidak langsung tenaga teknis

Kefarmasian berdasarkan jenis kegiatan ... 39

Tabel 4.5. Total waktu kegiatan non produktif tenaga teknis kefarmasian

Berdasarkan jenis kegiatan ... 40

Tabel 4.6. Total waktu kegiatan pribadi tenaga teknis kefarmasian

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Rekapan Data Jumlah Resep Di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit X Periode 06-19 Mei 2019……… 29 Gambar 4.2. Total Waktu Kegiatan Tenaga Teknis Kefarmasian

Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Berdasarkan

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uraian Kerja……… 55

Lampiran 2. Petunjuk Pengamatan Aktivitas………..……… 57

Lampiran 3. Formulir Work Sampling……….. 58

Lampiran 4. Jumlah Pengamatan Waktu ……… 60

Lampiran 5. Rekapan Data Jumlah Pelayanan Resep Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Periode 06 – 19 Mei 2019………. 79

Lempiran 6. Pedoman Wawancara……….. 82

Lampiran 7. Matriks Ringkasan Wawancara Mendalam……….. 83

(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009, Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang memiliki fungsi penyelengaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit, serta pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan secara paripurna. (1)

Berdasarkan surat keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang standar pelayanan farmasi Rumah Sakit menyebutkan bahwa bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat sehingga berdampak pada kepuasan pasien itu sendiri. (2)

Pelayanan kefarmasian akan berjalan dengan baik bila didukung dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan berpotensial. Ketersediaan sumber daya manusia Rumah Sakit disesuaikan dengan kebutuhan Rumah sakit berdasarkan tipe Rumah Sakit dan pelayanan yang di berikan kepada masyarakat. Instalasi Farmasi merupakan bagian dari pelayanan penunjang medis yang mendukung kelancaran pelayanan pada pasien. Pelayanan Farmasi mempunyai standar minimal pelayanan resep berupa waktu tunggu pelayanan resep obat jadi dan obat racikan. Standar tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit. Standar dalam pelayanan resep obat jadi yaitu ≤ 30 menit dan pelayanan resep obat racikan ≤ 60 menit. (3) Sedangkan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X berdasarkan resep – resep yang sudah ditelaah oleh peneliti, rata – rata waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan resep obat racikan adalah ≤ 32 menit, sedangkan waktu yang dibutuhkan dalam

(18)

menyelesaikan resep obat jadi adalah ≤ 15 menit untuk pelayanan pasien umum atau asuransi. Untuk pasien BPJS rata- rata yang dibutuhkan dalam menyelesaikan resep obat jadi dan racikan itu mirip dengan pasien umum dan asuransi dalam pengerjaan resepnya. Terkecuali untuk pasien BPJS seperti resep pasien Proanis (Progam Pengelolahan Penyakit Kronis) dan resep pasien PRB (Pasien Rujuk Balik), dan resep pasein poli dokter syaraf rata-rata untuk menyelesaikan resep obat jadi yaitu ≤ 35 menit. Ada beberapa faktor yang berpengaruh dalam pengerjaan resep. Diantaranya yaitu baik dari segi prosedur sistem BPJS, verifikasi resep kedalam sistem BPJS maupun dokter, dan belum lagi beberapa kejadian yang tidak diinginkan seperti sistem BPJS yang offline. Sistem BPJS dan sistem penginputan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X sering mengalami error dan offline sehingga mengakibatkan penumpukan resep dan mengakibatkan waktu tunggu terhadap pasien.

Berdasarkan Permenkes RI Nomor 56 Tahun 2014, jumlah sumber daya tenaga kefarmasian di Rumah Sakit tipe C adalah satu apoteker sebagai Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit, dua apoteker yang bertugas di rawat inap yang dibantu oleh paling sedikit delapan tenaga teknis kefarmasian, dan satu apoteker sebagai koordinator penerimaan, distribusi yang merangkap melakukan pelayanan farmasi klinik di rawat inap atau rawat jalan dan dibantu oleh tenaga teknis kefarmasian yang jumlahnya disesuaikan beban kerja Rumah Sakit.(4) Sedangkan jumlah sumber daya tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X yaitu satu apoteker sebagai Kepala Instalasi Farmasi, satu apoteker pendamping sebagai koordinator bagian pembelian dan persedian stok kebutuhan obat – obatan dan alat kesehatan yang dibantu oleh satu tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker), tiga apoteker pendamping yang bertugas dipelayanan farmasi klinik di rawat inap, dan tujuh orang tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) dan

(19)

pertanggal 15 April 2019 satu orang tenaga teknis kefarmasian belum lama ini mengundurkan diri, jadi total tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X adalah 6 orang yang merangkap semua pelayanan baik pelayanan resep rawat jalan maupun rawat inap.

Salah satu faktor yang mempengaruhi lamanya waktu tunggu pelayanan resep adalah sumber daya manusia, beban kerja yang tinggi dan kurangnya tenaga juga dapat mengakibatkan proses pelayanan kepada pasien tidak optimal karena banyaknya resep yang menumpuk sehingga pegawai cenderung terburu-buru dalam melayani pasien, hal ini menyebabkan keterlambatan terutama pada tahap verifikasi resep.

Beban kerja dapat dilihat dari aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh staff pada waktu kerja baik kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan tidak produktif. (5)

Menurut Ilyas (2011) pada kenyataan tidak mungkin bagi kita untuk mengharapkan personel bekerja secara maksimum (100%), oleh karena itu dibutuhkan standar optimum nasional yang dapat digunakan sebagai parameter dalam menentukan tingkat beban kerja personel. Standar titik optimum yang digunakan untuk mengharapkan setiap personel dapat bekerja secara optimal adalah dengan waktu kegiatan pada proporsi 80%. (6)

Rumah Sakit X melayani dua jenis kunjungan pelayanan yaitu pelayanan pasien umum dan pasien JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Setiap tahunnya jumlah kunjungan pasien mengalami sedikit peningkatan seiring berjalannya pasien JKN. Berdasarkan data yang ada, jumlah kunjungan pada pasien rawat jalan tahun 2017 sebesar 23.335 pasien, pada tahun 2018 sebesar 35.538 pasien, dan pada bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2019 yaitu 4.386. Jumlah kunjungan pasien pada rawat inap di tahun 2017 yaitu sebesar 2443 (dengan total tempat tidur 60), di tahun 2018 yaitu

(20)

2471 (dengan total tempat tidur 60), dan data terakhir pada bulan Januari – Febuari 2019 yaitu 292 (dengan total tempat tidur 60).

Peningkatan jumlah kunjungan pasien akan berpengaruh terhadap jumlah pelayanan resep. Peningkatan terhadap pelayanan resep dapat dilihat pada rekap data jumlah pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X. Pada periode tahun 2017 resep yang ditanggani tercatat sebesar 28.160 resep, 2018 sebesar 34.850 resep, dan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2019 resep yang ditanggani tercatat sebesar 6.368. Tidak menutup kemungkinan pada bulan selanjutnya akan mengalami terus peningkatan pada resep yang ditanggani oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit X.

Peningkatan jumlah pelayanan resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X mempunyai dampak terhadap beban kerja bagi tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker). Berdasarkan uraian yang dijelaskan sebelumnya maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis beban kerja tenaga teknis kefarmasaian dengan metode work sampling di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Tahun 2019.

1.2. Rumusan Masalah

Peningkatan jumlah kunjungan pasien akan berpengaruh terhadap jumlah pelayanan resep. Peningkatan jumlah resep yang terjadi di setiap Tahunya tidak sebanding dengan jumlah tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X. Karena jumlah tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X terdapat 6 orang. Sedangkan berdasarkan Permenkes RI No. 56 Tahun 2014 jumlah tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit tipe C yaitu 8 tenaga teknis kefarmasian. Oleh karena itu maka dapat diuraikan menjadi sebuah rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

(21)

1. Bagaimana analisis beban kerja tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X ditinjau dari segi activity and delay sampling?

2. Bagaimana analisis beban kerja pada tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X ditinjau dari segi performance sampling?

3. Bagaimana analisis beban kerja tenaga teknis kefarmasian dengan metode work sampling di Instalasi Farmasi Rumah Sakit x Tahun 2019?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui analisis beban kerja tenaga teknis kefarmasian dengan metode Work Samping di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Tahun 2019.

1.3.2. Tujuan Khusus

1.3.2.1. Untuk mengetahui activity and delay sampling pada tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X.

1.3.2.2. Untuk mengetahui performance sampling pada tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan memperdalam wawasan dan ilmu pengetahuan, serta dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama kuliah.

1.4.2. Bagi Universitas Binawan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana informasi dan referensi untuk mahasiswa Universitas Binawan

(22)

di bidang Keselamatan Kesehatan Kerja dalam hal beban kerja tenaga teknis kefarmasian.

1.4.3. Bagi Rumah Sakit

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit X dalam mengetahui beban kerja pada tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian kali ini peneliti akan melakukan analisis kepada tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) mengenai pengukuran beban kerja dengan mengunakan metode Work Sampling. Dalam teknik Work Sampling peneliti akan mengukur dari activity and delay sampling yaitu mengukur proposi kegiatan aktivitas dan tidak melakukan aktivitas seorang pegawai, kemudian peneliti juga akan mengukur dari segi performance sampling yaitu mengukur waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu yang tidak digunakan untuk bekerja seseorang pegawai berdasarkan uraian tugasnya dan dapat sekaligus untuk mengukur produktivitasnya. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X. Penelitian diselengarakan pada bulan April – Mei 2019.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Beban Kerja

2.1.1. Definisi Beban Kerja

Beban kerja adalah sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan secara sistematis dengan menggunakan teknik analisis jabatan, teknik analisa beban kerja, atau teknik manajemen lainya dalam jangka waktu tertentu untuk mendapatkan efisiensi dan efektifitas kerja suatu unit organisasi. (7)

Beban kerja adalah keadaan dimana karyawan dihadapkan pada tugas pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu.(8) Sedangkan menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan atau unit organisasi dan merupkan hasil kali antara volume kerja dan normal waktu. (9)

Sedangkan menurut Undang – Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/ unit organisasi dan merupakan hasil antara jumlah pekerjaan dengan waktu. Setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, untuk itu perlu dilakukan upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar, sehingga diperoleh produktivitas kerja yang optimal. (10)

2.1.2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Faktor – faktor yang mempengaruhi beban kerja adalah sebagai berikut : (11)

1. Faktor Ekternal : beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerjaan, seperti: tugas (task), meliputi tugas bersifat fisik seperti, stasiun kerja, tata ruang kerja tempat kerja, kondisi ruang kerja, kondisi lingkungan kerja, kondisi ruang kerja,

(24)

kondisi lingkungan kerja, sikap kerja, cara angkut, beban yang diangkat, sedangkan tugas yang bersifat mental meliputi, tanggung jawab, kompleksitas pekerjaan, emosi pekerjaan dan sebagainya.

2. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari reaksi beban kerja eksternal yang berpotensi sebagai stressor, meliputi faktor somatic antara lain jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status gizi, kondisi kesehatan, dan sebagainya, dan faktor psikis meliputi motivasi, presepsi, keinginan, kepuasan, dan sebagainya. 2.1.3. Dampak Beban Kerja.

Beban kerja yang terlalu berlebihan akan menimbulkan kelelahan baik fisik atau psikis sedangkan pada beban kerja yang terlalu sedikit di mana pekerjaan yang terjadi karena pengulangan gerak akan menimbulkan kebosanan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja.

Beban kerja meningkat akan berpengaruh pada penurunan kemampuan kerja karyawan akibatnya kualitas kerja karyawan sangat rendah dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Hal ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang dilakukan Nasution menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala – gejala kecurangan dikarenakan beban kerja yang berlebih (12).

2.2. Analisis Beban Kerja

Beban kerja adalah jumlah unit kerja yang ditugaskan pada suatu sumber daya dalam periode waktu tertentu. Menurut Kepmenkes Nomor 81/MENKES/I/2004, beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan oleh tenaga kesehatan

(25)

profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan kesehatan. (5)

Analisis beban kerja adalah upaya menghitung beban kerja pada satuan kerja dengan cara menjumlah semua beban kerja dan selanjutnya membagi dengan kapasitas kerja perorangan persatuan waktu. Beban kerja dapat dilihat dari kegiatan langsung, kegiatan tidak langsung, dan kegiatan lain seperti kegiatan pribadi dan kegiatan yang tidak produktif. (6)

Dalam perhitungan beban kerja ada tiga cara yang dapat digunakan, diantaranya adalah : (6)

1. Work sampling

2. Time and Motion Study 3. Daily Log

2.2.1. Work Sampling

Work Sampling adalah teknik pembuatan serangkaian pengamatan pada interval acak, berdasarkan prinsip statistika bahwa informasi yang dilakukan secara acak sama lengkap dengan informasi yang diberikan dengan pengamatan secara kontiyu. (13)

Pada Work Sampling, yang diamati adalah apa yang dilakukan oleh responden dimana informasi yang dibutuhkan peneliti disini adalah jumlah tenaga yang ada serta waktu dengan kesan yang dilakukan oleh personel pada kegiatanya, bukan siapanya. Hal yang penting adalah apa yang dikerjakan oleh personel, dimana setiap kegiatan yang dilakukan oleh personel akan dilakukan pengamatan dari kejauhan. Pada teknik Work Sampling kita dapat mengamati hal – hal yang spesifikasi tentang pekerjaan seperti aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja, apakah aktivitas personel berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja, proposi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif serta

(26)

pola beban kerja personel dikaitkan dengan waktu dan jadwal jam kerja. (6)

Work Sampling adalah pengukuran kegiatan kerja dari karyawan dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan dimana jumlah sampel pengamatan kegiatan dilakukan secara acak. Pada metode ini yang menjadi fokus pengamatan adalah apa yang dilakukan responden pada waktu tertentu dan apa kegiatannya.tiga kegunaan utama dari work sampling :

1. Activity and Delay Sampling

Mengukur proporsi kegiatan aktifitas dan tidak melakukan aktifitas seorang pegawai.

2. Performance sampling

Mengukur waktu yang digunakan untuk beban kerja dan waktu yang tidak digunakan untuk bekerja seseorang pegawai berdasarkan uraian tugasnya dan dapat sekaligus untuk mengukur produktivitasnya.

3. Work Measurement

Menetapkan standar waktu dari suatu kegiatan.

Hal – hal yang dapat diamati dengan work sampling adalah: a. Aktivitas apa yang sedang dilakukan pegawai pada

waktu jam kerja

b. Apakah aktivitas pegawai berkaitan dengan fungsi dan tugasnya pada waktu jam kerja

c. Proporsi waktu kerja yang digunakan untuk kegiatan produktif atau tidak produktif.

d. Pola beban kerja pegawai dikaitkan dengan waktu, jadwal jam kerja.

Menurut Ilyas terdapat beberapa tahapan dalam melakukan teknik work sampling, pertama, kita harus menentukan jenis personel yang inggin kita teliti, kedua bila personel berjumlah banyak maka harus dilakukan pemilihan sampel (6). Pada tahap

(27)

ini dapat digunakan metode simple random sampling untuk mendapatkan populasi sampel. Ketiga, membuat formulir daftar kegiatan personel yang dapat diklasifikasikan sebagai kegiatan produktif dan kegiatan non produktif atau dapat pula dikelompokan menjadi kegiatan langsung maupun kegiatan tidak langsung. Keempat, melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan teknik Work Sampling. Kelima, dilakukan pengamatan kegiatan dengan interval 2 – 15 menit tergantung karakteristik pekerjaan. Pengamatan dilakukan selama jam kerja, jika unit kerja berfungsi selama 24 jam maka penelitian juga dilakukan selama 24 jam dan pengamatan dapat dilakukan selama seminggu (7 hari).

Dalam teknik Work Sampling kelompok pekerja di observasi di waktu tertentu dan kegiatan per-individu dicatat. Setelah satu atau dua minggu, rata-rata waktu untuk setiap aktivitas dihitung sehingga rata – rata watu tiap kegiatan dapat ditentukan. Melalui pengamatan ini kita mengetahui waktu kerja sebenarnya yang digunakan untuk kelompok kegiatan selama beberapa hari. (6)

Metode Ilyas menggunakan pendekatan demend, artinya metode ini menghitung beban kerja yang harus dikerjakan atas dasar permintaan untuk menghasilkan unit produk atau jasa per waktu yang dibutuhkan. Dengan demikian, beban kerja tergantung juga volume transaksi bisnis yang harus dilakukan oleh setiap tenaga kerja atau unit organisasi. Untuk menghitung beban kerja personel organisasi dibutuhkan informasi yang akurat. Hal- hal yang harus di perhatikan antara lain : (6)

1. Kejelasan transaksi bisnis utama atau penunjang setiap personel dan unit organisasi

2. Kejelasan waktu yang dibutuhkan untuk setiap transaksi bisnis utama atau penunjang

(28)

3. Jenis dan jumlah transaksi bisnis per hari, per minggu, per bulan atau per tahun

4. Jumlah jam kerja efektif (produktif) perhari pada organisasi

5. Jumlah hari kerja efektif dalam setahun organisasi.

Formula perhitungan beban kerja unit atau personel per hari menurut Ilyas, (2011) sebagai berikut :

Keterangan :

B.K i-j : Jenis Beban Kerja

J.T : Jumlah Transaksi Per hari

W.T : Waktu (menit atau jam) untuk setiap jenis transaksi. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode Work Sampling adalah sebagai berikut :

1. Kelebihan dari metode Work Sampling :

a. Pengamatan tidak perlu mengamati pekerjaan terus – menerus, sehingga secara teknis mudah dikerjakan dan bagi pegawai yang menjadi objek merasa tidak diamati. b. Pengamatan dapat mengamati beberapa orang

pegawai sekaligus.

c. Tidak diperlukan pengamatan professional yang terlatih karena yang diamati hanya jenis kegiatanya.

d. Pengamatan dapat dihentikan kapan saja tanpa berdampak buruk terhadap hasil penelitian.

e. Lebih menyenangkan bagi pengamatan dibandingkan dengan metode Time Motion Study

f. Pengamat jarang merasa bosan dan kelelahan 2. Kekurangan dari metode Work Sampling :

a. Tidak memberikan informasi yang lengkap dan terperinci detail kegiatan tenaga yang diamati

(29)

b. Data yang didapat bisa terjadi bias karena pegawai tahu akan diamati.

2.2.2. Time and Motion Study

Metode Time and Motion Study, pengamat melakukan pengamatan dan mengikuti dengan cermat tentang kegiatan yang dilakukan oleh pegawai yang sedang diamati. Tenik ini tidak hanya menghasilkan berupa beban kerja tapi juga kualitas kerja pegawai. Pada metode ini dilakukan pengamatan secara terus - menerus sampai pekerjaan selesai dan sampai selesainya jam kerja pada hari itu. Pengamatan dilakukan terhadap setiap jenis tugas yang dilakukan dan lamanya waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya. Kegiatan ini dilakukan pengulangan pada keesokan harinya. Time and motion study dilakukan, berat dan mahal sehingga jarang dilakukan. (6)

2.2.3. Daily Log

Daily log merupakan bentuk sederhana dari Work Sampling, dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatan dan waktu yang digunakan untuk penelitian tersebut. Penggunaan teknik ini sangat bergantung terhadap kerja sama dan kejujuran dari pegawai yang sedang diteliti.

Pelaksanaan teknik ini menggunakan formulir isian sederhana mengenai kegiatan, waktu dan lamanya kegiatan. Sebelum dilakukan penelitian, peneliti harus memberikan penjelasan dan penekanan bahwa informasi mengenai pegawai tidak akan tercantum pada laporan penelitian. (6) Menurut Internasional Labour Organization (ILO) hasil presentase (%) diperoleh dari pembagian antara total waktu kegiatan waktu kegiatan produktif dengan 480 menit kemudian dikalikan 100 %, sehingga didapatkan kriteria : bila kerja produktif > 85 % = beban kerja berat, bila waktu kerja produktif 75 % sampai dengan 85 % = beban kerja sedang, bila waktu kerja produktif < 75 % = beban kerja rendah.

(30)

Standar asumsi yang digunakan adalah 0 – 35 % diasumsikan beban kerja rendah, 35 – 75 % diasumsikan beban kerja sedang, sementara 80 – 100 % diasumsikan beban kerja tinggi. Diatas 100% diasumsikan beban kerja sanggat tinggi sehingga dibutuhkan adanya suatu usaha seperti penambahan waktu kerja (lembur) atau penambahan jumlah karyawan. (14)

2.3. Penggolongan Beban Kerja 2.3.1. Pembagaian Kerja

2.3.1.1. Definisi Pembagian Kerja

Untuk mengetahui pentingnya pembagian kerja dalam suatu organisasi, maka ada baiknya ditinjau lebih dahulu pengertian pembagian kerja yang dikemukakan oleh para sarjana, antara lain : Menurut James A.F Stoner dan Charles Wankel pembagian kerja adalah: Tugas yang sejenis atau erat hubungannya satu sama lain diperinci dan dikelompokan untuk dilakukan oleh seorang pejabat atau satuan organisasi tertentu. (15) Sedangkan menurut Sutarto:

1. Pembagian kerja adalah perincian dan aktivitas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh satuan organisasi.

2. Pembagian kerja adalah perincian serta pengelompokan tugas-tugas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh seorang pejabat tertentu. (16)

Dari kedua pendapat tersebut diatas dikatakan bahwa dalam suatu organisasi, pekerjaan-pekerjaan yang semacam dan sejenis dikelompokkan dan diberikan kepada satuan-satuan organisasi atau kepada pejabat tertentu.

(31)

Dengan demikian pembagian kerja merupakan keharusan mutlak dalam suatu organisasi agar tidak dapat tumpang asuh, penyimpangan-penyimpangan serta kekembaran dalam pelaksanaan pekerjaan. Disamping itu dalam melaksanakan pembagian kerja juga dituntut adanya penempatan pegawai yang betul-betul sesuai keahlian atau spesialisasi yang dimiliki dengan pekerjaan yang akan diserahkan kepadanya. 2.3.1.2. Dasar – Dasar Pembagian Kerja

Dalam melakukan pembagian kerja harus diperhatikan tentang beberapa macam dasar pembagian kerja sebagai berikut:

1. Pembagian kerja berdasarkan fungsi, yaitu perincian serta pengelompokan tugas yang sejenis atau erat hubunganya satu sama lain untuk dilakukan oleh seorang pejabat tertentu, yang masing-masing berdasarkan sekelompok aktivitas sejenis menurut sifatnya atau pelaksanaannya atau perincian serta aktivitas yang semacam atau erat hubunganya satu sama lain untuk dilakukan oleh satuan organisasi tertentu, yang masing-masing berdasarkan sekelompok aktivitas sejenis menurut sifatnya atau pelaksanaannya.

2. Pembagian kerja berdasarkan waktu yaitu perincian serta pengelompokan tugas yang semacam atau erat hubungannya satu sama lain untuk dilakukan oleh pejabat tertentu yang masing-masing dilakukan sesuai dengan waktu yang ditentukan.

3. Pembagian kerja berdasarkan rangkaian kerja berupa gabungan seri dan paralel adalah aktivitas dalam organisasi diperinci menjadi urutan tugas

(32)

yang penyelesaiannya dilakukan secara serentak, tugas yang satu tidak perlu menunggu selesainya tugas yang lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pembagian kerja itu merupakan perincian serta pengelompokan tugas yang sejenis atau erat hubunganya satu sama lain untuk dilakukan oleh seorang pejabat tertentu. (17)

2.3.1.3. Pentingnya Pembagian kerja

Tentang pentingnya pembagian kerja menurut Luther Gulick, menyatakan alasan – alasan sebagai berikut : 1. Karena orang berbeda dalam pembawaaan,

kecakapan serta kemampuan dan mencapai ketanggasan yang besar dengan spesialisis

2. Karena orang yang sama tidak dapat berada di dua tempat pada saat yang sama

3. Karena orang tidak dapat mengerjakan hal pada saat yang sama

4. Karena bidang pengetahuan dan keahlian begitu luas sehingga seorang dalam rentangan hidup tidak mungkin dapat mengetahui lebih banyak dari pada sebagian kecil dari padanya. (17)

2.4. Jenis Beban Kerja

2.4.1. Beban Berlebih Kuantitatif

Beban berlebih secara fisik ataupun mental, yaitu individu harus melakukan terlalu banyak hal dalam pekerjaanya dan dapat memungkinkan menjadi sumber stres pekerjaan. Unsur lain yang menimbulkan beban berlebih kuantitatif ini adalah desakan waktu. Pada saat atau kondisi tertentu waktu akhir (dead line) dapat menjadi stimulus untuk menghasilkan prestasi kerja yang baik, namun bila tekanan waktu tersebut menimbulkan banyak kesalahan dalam pekerjaan atau

(33)

menyebabkan gangguan kesehatan pada individu maka ini mencerminkan adanya beban kerja berlebih kuantitatif.

2.4.2. Beban Berlebih Kualitatif

Beban kerja kualitatif adalah pada individu akibat tuntutan pekerjaan yang lebih tinggi dari batas kemampuan kognitif dan teknis individu. Pada batasan tertentu, beban kerja tersebut menyebabkan pekerjaan menjadi tidak produktif dan menjadi destruktif bagi individu pekerja. Bila berkelanjutan akan timbul kelelahan mental dan dapat tampil dalam bentuk reaksi emosional dan psikomotor secara patologis (8).

2.5. Beban Kerja

2.5.1. Beban Kerja Subjektif

Beban kerja subjektif adalah ukuran yang dipakai dalam menjawab tentang beban kerja yang dilakukan, perasaan kelebihan beban kerja, dan ukuran dari tekanan serta kepuasan kerja.(18) Beban kerja subjektif meliputi presepsi terhadap beban fisik, mental, dan sosial.(18) Beban kerja fisik merupakan pekerjaan yang dilakukan dengan mengandalkan kegiatan fisik semata akan mengakibatkan perubahan pada fungsi alat – alat tubuh. Beban kerja mental merupakan penilaian beban kerja yang berhubungan dengan dengan tekanan dan perasaan atau mental selama bekerja.(20) Beban kerja sosial adalah penilaian terhadap beban yang berkaitan dengan individu lain yang dirasakan selama waktu kerja meliputi subjek yang terlibat dalam pekerjaan. (20)

2.5.2. Beban Kerja Objektif

Beban kerja objektif adalah keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan.(18) Beban kerja objektif adalah pengukuran terhadap beban kerja yang dinyatakan dalam bentuk proposi penggunaan waktu kerja yang dibedakan atas beban kerja langsung, beban kerja tidak langsung, dan bekerja kerja lain – lain. (20) Beban kerja secara obyektif

(34)

merupakan keadaan nyata yang ada di lapangan. Secara obyektif, beben kerja dilihat dari keseluruhan waktu yang dipakai atau jumlah aktivitas yang dilakukan beban kerja obyektif adalah pengukuran terhadap beban kerja yang ada dilapangan yang dinyatakan dalam bentuk proposi penggunaan waktu kerja dibedakan atas beban kerja beban langsung. Beban kerja tidak langsung, beban kerja lain- lain.

2.6. Tenaga Teknis Kefarmasian

Tenaga teknis kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam menjalani pekerjaan kefarmasian, yang terdiri dari atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya Farmasi, dan Analis Farmasi. (4)

Tenaga teknis kefarmasian memiliki dua fungsi tugas fungsional dan tugas administrasi yang dikerjakan di bawah pengawasan apoteker (5). Berikut adalah penjabarannya :

1. Tugas Fungsional

a. Memberikan pelayanan resep baik rawat jalan dan rawat inap meliputi penerimaan resep, penghargaan, pelabelan, peracikan obat, penyerahan sampai pengemasan, dan memberikan edukasi kepad pasien tentang cara pemakaian obat.

b. Menjaga komunikasi dengan perawat dan dokter c. Mengatur perbekalan farmasi

d. Melayani return obat dari ruangan perawatan e. Menginformasikan stok obat harian

2. Tugas Administrasi

a. Mencatat segala sesuatu di dalam buku operan jika melakukan perpindahan kerja

b. Pencatatan stok obat dan bahan habis pakai di dalam buku permintaan barang gudang

c. Mencatat pengeluaran obat dan BHP (bahan habis pakai) d. Mencatat pengembalian dan pembelian obat / BHP (bahan

(35)

2.7. Job Description Tenaga Teknis Kefarmasian 2.7.1. Job description

Sering diberikan terjemahan dengan uraian pekerjaan tapi sering pula dengan uraian jabatan. Job description adalah sebagai uraian tugas saja (task description), atau uraian tentang apa yang dikerjakan oleh seseorang pekerja atau pemegang jabatan, tanpa disertai informasi lain, seperti hubungan jabatan dan syarat jabatan. (21)

Sedangkan pendapat yang dikemukakan oleh F.X. Soedjadi, Staf balai pembinaan administrasi UGM, Komaruddin, dan F.A. Rompas job description adalah baik uraian tugas maupun informasi lain seperti hubungan jabatan, syarat jabatan, standar pekerjaan dan latihan yang diperlukan.(21)

Uraian pekerjaan adalah suatu uraian atau deskripsi tertulis dari seluruh operasional yang harus dikerjakan dan tanggung jawab seseorang karyawan dalam suatu pekerjaan tertentu. Dari analisis jabatan kemudian dijabarkan dalam uraian pekerjaan. Jadi, tulisan tersebut bersifat deskriptif dan terdiri dari catatan fakta – fakta pekerjaan yang ada dan berkaitan. Jadi, deskripsi pekerjaan merupakan dokumen yang menyediakan informasi mengenai kewajiban, tugas, dan tanggung jawab terhadap suatu pekerjaan. Manfaat dari adanya deskripsi pekerjaan adalah sebagai berikut.

1. Membantu memberi gambaran yang jelas tentang tugas dan tanggung jawab pekerjaan.

2. Memudahkan prosedur penarikan dan pelatihan tenaga kerja.

3. Membantu tenaga kerja dalam merencanakan karir mereka.

(36)

Umumnya suatu uraian pekerjaan dapat memuat : 1. Nama pekerjaan

2. Ringkasan pekerjaan

3. Tugas khusus yang harus dilaksanakan 4. Hubungan antara pekerjaan

5. Kecakapan karyawan dan alat kerja serta bahan yang akan digunakan

6. Kondisi kerja , dan

7. Tanggung jawab yang harus dilaksanakan karyawan.(22)

2.7.2. Job Description Tenaga Teknis Kefarmasian

Lambang RS X

ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN

NO. DOKUMEN NO.

REVISI 0 HALAMAN URAIAN TUGAS TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN (Asisten Apoteker) Tanggal Terbit 06 Mei 2017 Ditetapkan Direktur Operasional RS X ( ) Nama Jabatan Tenaga Teknis Kefarmasian

(Asisten Apoteker) Unit Organisasi Instalasi Farmasi

Tugas Pokok 1. Melayani resep rawat jalan dan rawat inap

2. Berkomunikasi dengan pihak internal (dokter, perawat, dan tenaga medis lain)

3. Melaporkan hasil kegiatan baik lisan maupun tertulis kepada Ka. Instalasi Farmasi

4. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan

(37)

Uraian Tugas 1. Menyiapkan obat sesuai dengan resep 2. Melakukan peracikan obat

3. Memberikan etiket

4. Mencatat obat yang kosong di buku defekta 5. Mencatat keluar masuk obat dalam kartu stok 6. Memberikan pelayanan informasi obat kepada

pasien

7. Melakukan HTKP resep

8. Menerima dan melaksanakan tugas dari Ka Instalasi farmasi

9. Memberikan laporan kepada Ka Instalasi farmasi

Tanggung Jawab

1. Ikut serta dalam pelaksanaan stok opname

2. Memastikan proses peracikan obat dengan benar 3. Memastikan tersosialisasinya visi dan misi rumah

sakit

4. Memastikan adanya monitoring terhadap stok obat yang ada di instalasi farmasi

5. Memberikan pelayanan obat yang baik pada pasien

6. Bertanggung jawab kepada kepala instalasi farmasi

Wewenang 1. Melakukan dispensing obat baik rawat jalan maupun rawat inap

2. Melakukan koordinasi dengan unit terkait, sebagai bagian dari upaya peningkatan mutu pelayanan

(38)

2.8. Kerangka Teori Bagan 2.1. Kerangka Teori

(Ilyas 2011, Karina 2012)

Tenaga Teknis Kefarmasian 1. Tugas Fungsional :

a. Memberikan pelayanan resep baik resep rawat jalan dan rawat inap.

b. Menjaga komunikasi dengan perwat atau dokter

c. Mengatur perbekalan farmasi d. Melayani return obat dari ruang

perawatan

e. Menginformasikan stok obat harian

2. Tugas administrasi :

a. Mencatat segala sesuatu didalam buku operan jika melakukan perpindahan kerja

b. Pencatatan stok obat dan bahan habis pakai di dalam

buku permintaan barang

gudang c. Mencatat pengembalian dan

pembelian obat atau barang habis pakai. (5)

Analisis Beban Kerja

1. Activity and delay sampling 2. Performsnce sampling Bentuk sederhana dari work sampling, dimana orang yang diteliti menuliskan sendiri kegiatannya Dilakukan pengamatan secara terus – menerus sampai pekerjaan selesai sampai jam kerja pada hari itu dan dilakukan penggulangan pada keesokan harinya.

Work sampling Time and motion

study

(39)

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep

Bagan 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis beban kerja tenaga teknis kefarmasian dengan mengunakan metode Work Sampling.

Dalam teknik Work Sampling peneliti akan mengukur dari activity and delay sampling yaitu mengukur proposi kegiatan aktivitas dan tidak melakukan aktivitas seorang pegawai, kemudian peneliti juga akan mengukur dari segi performance sampling yaitu menggukur waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu yang tidak digunakan untuk bekerja seseorang pegawai berdasarkan uraian tugasnya dan dapat sekaligus utuk mengukur produktivitasnya. Penelitian ini menggunakan metode

Work Sampling karena metode ini tidak sulit untuk diterapkan dalam pengamatan terhadap objek dan cocok untuk kegiatan yang sifatnya

INPUT OUTPUT Analisis Beban Kerja Tenaga Teknis Kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Tahun 2019 Waktu Kerja

Activity and Delay Sampling Performance Sampling Wawancara Mendalam PROSES

(40)

berulang. Metode ini lebih mudah dari pada metode lainnya dengan kualitas hasil yang dapat dipercaya.

Peneliti juga melakukan kegiatan wawancara mendalam dengan 3 orang informan, yaitu Kepala Instalasi Farmasi, Tenaga Teknis Kefarmasian, dan HRD (Human Resource Dapartemen).

3.2. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskritif observasional. Deskritif observasional yaitu sebuah desain penelitian yang mengambarkan besarnya masalah yang diteliti beradasarkan pengamatan. Bertujuan untuk mendapatkan data tentang analisisi beban kerja tenaga teknik kefarmasian (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X, dengan menggunakan metode work sampling.

3.3. Objek Penelitian

Untuk pengukuran beban kerja objek penelitian adalah seluruh tenaga teknis kefarmasian yang berjumlah 6 orang, serta 3 orang informan diantaranya yaitu Kepala Instalasi Farmasi Rumah Sakit X, Senior Tenaga Teknis Kefarmasian, Kepala HRD (Human Resource Dapartemen) yang akan diwawancara mendalam untuk mengetahui informasi lebih lanjut tentang beban kerja di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X.

(41)

3.4. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Cara Ukur Hasil Ukur 1. Beban kerja Volume atau jumlah

pekerjaan yang harus dikerjakan oleh setiap

tenaga teknis

kefarmasian

dibandingkan dengan banyaknya waktu yang tersedia yang ditetapkan di Rumah Sakit X untuk bekerja. Rumus : Presentase Kegiatan Produktif Langsung + Presentase Kegiatan Produktif Tidak Langsung, digolongkan dalam kategori :

1. Beban kerja rendah (0-35%)

2. Beban kerja sedang (37-75%)

3. Beban kerja tinggi (80-100%) Work Sampling Observasi 1. Beban kerja rendah (0-35%) 2. Beban kerja sedang (37-75%) 3. Beban kerja tinggi (80-100%) 2. Activitiy and delay sampling Mengukur proposi kegiatan aktifitas dan

tidak melakukan aktivitas seseorang pegawai. Jam digital Menggunakan perhitungan waktu dalam menit …….. menit 3. Performance Sampling dibagi menjadi 3 kegiatan : 1. Kegiatan produktif di bagi menjadi 2 yaitu: a. Kegiat an produk tif Performance sampling

yaitu mengukur waktu yang digunakan untuk bekerja dan waktu yang tidak digunakan untuk

bekerja seorang

pegawai berdasarkan uraian tugasnya dan dapat sekaligus untuk mengukur produktivitasnya. 1. Kegiatan produktif langsung adalah kegiatan yang Fomulir Work sampling Observasi …….. menit

(42)

langsu ng b. Kegiat an produkt if tidak langsu ng 2. Kegiatan non produktif 3. Kegiatan lain/ pribadi berhubungan secara langsung dengan pasien. 2. Kegiatan produktif tidak langsung adalah kegiatan yang tidak berhubungan secara langsung dengan pasien.

3. Kegiatan non produktif

adalah seluruh

kegiatan yang

dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian diluar uaraian kerja, tidak bermanfaat terhadap pasien atau konsumen kepada unit satuan kerjanya.

4. Kegiatan lain/ pribadi adalah kegiatan untuk kepentingan pribad informan seperti solat, makan, ke toilet dan lain-lain.

3.5. Sumber Data Penelitian 3.5.1. Data Primer

Data primer diperoleh dari observasi. Data yang dicari yaitu data tentang waktu kerja : kegiatan produktif, kegiatan non produktif, kegiatan lain/ pribadi, activity and delay sampling, performance sampling, beban kerja.

3.5.2. Data Sekunder

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari dokumen – dokumen yang di dapatkan dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit X seperti : uraian tugas (job description), rekapan data jumlah penanganan resep, data jumlah kunjungan rawat jalan, dan rawat inap.

3.6. Alat Penelitian / Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini diantaranya :

(43)

1. Formulir Work Sampling

Fomulir work sampling digunakan untuk melakukan pencatatan ketika observasi berlangsung guna untuk mengetahui waktu kerja dari kegiatan produktif, kegiatan non produktif, dan kegiatan lain atau pribadi.

Langkah – langkah melakukan work sampling yaitu : a. Menentukan jenis personil yang akan diteliti

b. Apabila jumlah personel banyak, maka perlu dilakukan pemilihan sampel sebagai subjek personal yang akan diamati

c. Membuat formulir daftar kegiatan

d. Melatih pelaksana peneliti tentang cara pengamatan kerja dengan teknik work sampling

e. Pengamatan dilakukan dengan interval 2-15 menit tergantung karakteristik pekerjaan. Pengamatan dilakukan selama jam kerja, jika unit kerja berfungsi selama 24 jam maka penilaian juga dilakukan selama 24 jam dan pengamatan dilakukan selama empat belas hari.

2. Jam digital untuk perhitungan waktu dalam menit. 3.7. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi terhadap 6 tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X, serta wawancara mendalam dengan 3 informan yaitu Kepala Instalasi Farmasi, Satu senior tenaga teknis kefarmasian, Kepala HRD (human resource dapartement).

3.8. Pengelolahan Data dan Analisis Data 3.8.1. Pengelolahan Data

1. Penyutingan Data

Penyutingan data dilakukan setiap selesai pengamatan untuk memeriksa jika terjadi kesalahan dan ketidak lengkapan data yaitu dengan cara memeriksa formulir work sampling untuk melihat apakah pengamat menuliskan kegiatan farmasi sesuai dengan kelompok kegiatan yang seharusnya.

(44)

2. Penjumlahan Lamanya Kegiatan

Setelah dilakukan penyutingan data, untuk mendapatkan waktu dari kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian, selanjutnya peneliti menjumlahkan waktu dari setiap kegiatan tenaga teknis kefarmasian baik kegiatan produktif, non produktif, maupun kegiatan lain atau pribadi kedalam satuan menit. Data tersebut di ambil dari hasil observasi yang dilakukan selama dua minggu untuk mengambil hasil rata- rata waktu dari kegiatan tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X.

3. Pemasukan Data

Penjumlahan lamanya kegiatan yang sudah dilakukan peneliti dimasukan kedalam komputer untuk dilakukan proses pengelolahan data selanjutnya seperti perhitungan presentase pada proposi kegiatan produktif, kegiatan non produktif, dan kegiatan pribadi/ lainnya. Dengan data tersebut dapat diketahui apakah beban kerja tenaga teknis kefarmasian tinggi, sedang, ataupun rendah.

4. Pembersihan Data

Pembersihan data pengamatan dilakukan apabila terjadi kesalahan dalam menginput data.

3.8.2. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan melakukan gambaran besar beban kerja tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X. Data yang diambil dilihat dari data activity and delay sampling, performance sampling.Kemudian dihitung beban kerjanya kemudian beban kerja akan di golongkan dan akan dinalisis menjadi 3 golongan yaitu: (14)

1. 0 – 35 % Beban kerja rendah 2. 35 - 75 % Beban kerja sedang 3. 80 – 100% Beban kerja tinggi

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah Sakit X adalah Rumah Sakit swasta sebagai Rumah Sakit Bersalin kemudian Rumah Sakit X berubah status menjadi Rumah Sakit Umum. Di sana terdapat Instalasi Farmasi dimana terdiri dari seorang Kepala Instalasi Farmasi dan di bantu oleh tenaga apoteker, tenaga teknis kefarmasian, dan administrasi. Kepala Instalsi Farmasi memiliki satu Koordinator Farmasi yang di damping oleh satu penganggung jawab bagian pembelian dan persediaan stok kebutuhan obat – obatan dan alat kesehatan. Penanggung jawab di bagian pelayanan farmasi klinik rawat inap yang di bantu oleh tiga orang apoteker pendamping dan enam tenaga teknis kefarmasian untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

4.1.2. Hasil Pengamatan 4.1.2.1. Pengamatan

1. Hasil Pengamatan Resep di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X periode 06 – 19 Mei 2019.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X selama empat belas hari pengamatan yang dilakukan pada tanggal 06 Mei – 19 Mei 2019 diperoleh data pelayanan

resep sebagai berikut :

0 50 100 150 200 250 300 Ju m lah Rese p Tanggal Pengamatan

(46)

Gambar 4.1. Rekapan Data Jumlah Pelayanan Resep Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Periode 06 -19 Mei 2019.

Dari grafik di atas terlihat bahwa pelayanan resep yang paling tinggi terjadi pada tanggal 07 Mei 2019 dikarenakan pada tanggal 07 Mei 2019 jumlah penggunjung poli spesialis dokter syaraf dan dokter spesialis penyakit dalam memiliki jumlah kunjungan relatif lebih banyak dari pada poli dokter lainnya. Pelayanan resep yang paling sedikit terjadi pada tanggal 19 Mei 2019 karena pada tanggal 19 Mei 2019 poli spesialis yang praktek hanya terdapat satu dokter spesialis saja yaitu dokter spesialis kandungan (obgyn) dan poli UGD saja yang peraktek.

2. Total Waktu Kegiatan Tenaga Teknis Kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Selama Empat Belas Hari.

Aktifitas yang dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X terbagi dalam empat kategori kegiatan, yaitu diantaranya kegiatan produktif langsung, kegiatan produktif tidak langsung, kegiatan non produktif, dan kegiatan pribadi. Kegiatan produktif langsung adalah kegiatan yang dilakukan yang berkaitan langsung dengan pasien. Sedangkan kegiatan produktif tidak langsung adalah kegaitan yang dilakukan tidak langsung berhadapan dengan pasien, kegiatan non produktif adalah setiap aktifvitas yang dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) yang bukan menjadi tugas, dan tanggung jawabnya, serta tidak terdapat

(47)

dalam dokumen uraian tugas tenaga teknis kefarmasian.

Berikut di bawah ini adalah contoh gambaran dari jenis kegiatan produktif langsung, kegiatan produktif tidak langsung, kegiatan non produktif, kegiatan pribadi.

Tabel 4.1. Gambaran dari jenis kegiatan produktif

langsung, kegiatan produktif tidak

langsung, kegiatan non produktif, kegiatan

pribadi. Kegiatan Produktif Langsung Kegiatan Produktif Tidak Langsung Kegiatan Non Produktif Kegiatan Pribadi Administrasi Pasien Rawat Inap Pemberian Label Lasa dan HIGHT ALERT Mengobrol Makan Entry Pengeluaran Barang Pembersihan Ruang Kerja Tidur Persiapan Diri Penyediaan Paket Operasi Pemeriksaan Stok dan Kartu Sok barang Kegiatan Non Produktif lainnya Sholat Penyediaan Resep Rawat Inap Penerimaan Barang Ke Toilet Penyediaan Resep Rawat Jalan Penyediaan Permintaan Depo Penyediaan Resep UGD Penyiapan Paket Operasi Penyediaan Kotak Vaksin Rawat Jalan Penyimpanan Obat dan Alkes

Penyerahan Obat Kepada Pasien

(48)

Dalam hal ini dilakukan kegiatan pengamatan waktu kerja (observasi) terhadap tenaga teknis kefarmasian untuk mengetahui aktivitas – aktivitas apa saja yang dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) sepanjang hari selama waktu kerja, serta waktu yang dibutuhkan untuk masing – masing kegiatan tersebut. Proses pengamatan ini berlangsung selama empat belas hari mulai dari tanggal 06 -19 Mei 2019 dan setiap aktivitas yang dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi akan dicatat berdasarkan jenis kegiatannya. Diantaranya yaitu berupa kegiatan produktif langsung, kegiatan produktif tidak langsung, kegiatan non produktif, serta kegiatan pribadi. Pencatatan dilakukan setiap tenaga teknis kefarmasian mulai melakukan pekerjaan atau aktivitas hingga selesai melakukan kegiatan tersebut dan dilakukan secara bergantian terhadap seluruh informan yang berjumlah sebanyak enam orang tenaga teknis kefarmasian. Selama empat belas hari pengamatan, jumlah waktu dari masing – masing jenis kegiatan dari tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) tidaklah sama setiap harinya. Jumlah penggunaan waktu kerja selama empat belas hari pengamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

(49)

Tabel 4.2. Hasil pengamatan total waktu dari jenis

Kegiatan tenaga teknis kefarmasian di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit X selama

Empat belas hari.

No Tanggal Jumlah Waktu Setiap Jenis Kegiatan (Menit) Total

Produktif Langsung Produktif Tidak langsung Non Produktif Pribadi 1. Senin, 06 Mei 2019 918 404 373 165 1860 2. Selasa, 07 Mei 2019 1087 292 286 195 1860 3. Rabu, 08 Mei 2019 980 325 373 155 1860 4. Kamis, 09 Mei 2019 1075 295 258 232 1860 5. Jumat, 10 Mei 2019 1060 435 185 180 1860 6. Sabtu, 11 Mei 2019 860 513 330 157 1860 7. Minggu, 12 Mei 2019 540 315 460 125 1440 8. Senin, 13 Mei 2019 1363 455 283 179 2280 9. Selasa, 14 Mei 2019 1165 225 280 190 1860 10. Rabu, 15 Mei 2019 1066 195 365 234 1860 11. Kamis, 16 Mei 2019 1182 240 280 158 1860

(50)

12. Jumat, 17 Mei 2019 1011 275 410 164 1860

13. Sabtu, 18 Mei 2019 1101 165 447 147 1860

14. Minggu 19 Mei 2019 524 235 639 42 1440

Total Waktu 13932 4396 4969 2323 25620

Persentase Total 54.38% 17.16% 19.40% 9.07% 100%

Pada tabel 4.2. diatas, diketahui bahwa rata-rata jumlah waktu terbanyak yang digunakan oleh tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X dalam melakukan kegiatan produktif, yang diantaranya yaitu kegiatan produktif langsung 54,38% maupun kegiatan produktif tidak langsung 17,16%, maka dari itu presentase yang digunakan dalam kegiatan produktif sebesar 71,54%. Sedangkan persentase yang sedikit digunakan pada tenaga teknis kefarmasian adalah kegiatan pribadi yaitu dengan presentase sebesar 9,07%.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X selama empat belas hari berturut – turut dapat di lihat dari grafik total waktu kegiatan tenaga teknis (asisten apoteker) di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X berdasarkan hari pengamatan:

(51)

Gambar 4.2. Total Waktu Kegiatan Tenaga Teknis Kefarmasian (Asisten Apoteker) Di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Berdasarkan Hari Pengamatan.

Pada Grafik 4.2. diatas diketahui Kegiatan non produktif yang paling banyak digunakan selama empat belas hari pengamatan pada tenaga teknis kefarmasian terdapat pada hari minggu. Hal tersebut terjadi karena pelayanan resep yang di lakukan pada hari minggu tidak sebanyak pada hari lainnya. Pada hari minggu di Rumah Sakit X jadwal spesialis dokter yang peraktek hanya satu dokter saja dan satu dokter jaga di poli UGD. Sehingga banyak waktu senggang yang dapat mendorong tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) untuk melakukan kegiatan non produktif di Instalasi Farmasi. Sedangkan waktu kegiatan non produktif yang paling sedikit digunakan oleh tenaga teknis kefarmasian terjadi pada hari Selasa dan Kamis dikarenakan pada kedua hari tersebut jumlah pengunjung poli spesialis dokter syaraf dan dokter spesialis penyakit dalam yang jumlah pengunjungnya relatif lebih banyak dari pada poli dokter lainnya.

5,75% 5,19% 9,25% 5,63% 12,85% 0 1000 2000 3000 4000 5000 T ota l W ak tu K eg iata n Hari Pengamatan TOTAL WAKTU KEGIATAN PRIBADI KEGIATAN NON PRODUKTIF

(52)

3. Total Waktu Per Jenis Kegiatan dari Tenaga Teknis Kefarmasian Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X Selama Empat Belas Hari.

a. Kegiatan Produktif

Ruang lingkup waktu kerja produktif terbagi menjadi dua yaitu waktu kerja dasar dan waktu kerja tambahan. Waktu kerja dasar adalah waktu kerja minimal yang tidak dapat ditawar – tawar lagi yang secara teori diperlukan untuk menghasilkan suatu kegiatan (6). Waktu kerja tambahan adalah waktu kerja yang bertambah melebihi waktu kerja dasar. Waktu kerja dapat bertambah karena cara kerja yang tidak efisien, kelemahan metode, tidak adanya prosebur, dan lain – lain. Kegiatan produktif adalah setiap aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan tenaga teknis kefarmasian (asisten apoteker) yang merupakan tugas dan tanggung jawabnya. Dan terdapat di dalam dokumen uraian tugas pegawai.

1. Kegiatan Produktif Langsung

Kegiatan langsung adalah kegiatan yang dilakukan berkaitan langsung dengan pasien / konsumen, disini dicantumkan semua kegiatan yang biasanya dilakukan oleh tenaga teknis kefarmasian (6)

(53)

Tabel 4.3. Total waktu kegiatan produktif langsung Tenaga teknis kefarmasian berdasarkan Jenis kegiatan. Kegiatan Produktif Langsung Jumlah Waktu (menit) Jumlah Persentase (%) Per Kegiatan Administrasi Pasien Rawat Inap 1160 8,33% Administrasi Pasien PRB 80 0,57% Administrasi Pasien Prolanis 163 1,17% Entry Pengeluaran Barang 2450 17,59% Penyediaan Resep Rawat Jalan 4134 29,67% Penyediaan Resep Rawat Inap 1407 10,10% Penyediaan Paket Operasi 719 5,16% Penyediaan Resep UGD 1053 7,56% Penyediaan Kotak

Vaksin Rawat Jalan 179 1,28%

Penyerahan Obat Ke Pasien 1276 9,16% Penyediaan Obat Hemodialisa 302 2,17% Peracikan Obat 809 5,81% Penyediaan Obat –

Obatan Dokter Khusus 200 1,44%

Total waktu kegiatan

produktif langsung 13932 100%

Pada tabel 4.3. diatas menggambarkan tentang total waktu yang digunakan oleh teknis kefarmasian di Instalasi Farmasi Rumah Sakit X dalam melakukan kegiatan produktif langsung selama empat belas hari pengamatan yang dilakukan mulai tanggal 06 Mei 2019 – 19 Mei

Gambar

Gambar 4.1. Rekapan Data Jumlah Resep Di Instalasi Farmasi
Tabel 4.2. Hasil pengamatan total waktu dari jenis                    Kegiatan tenaga teknis kefarmasian di                    Instalasi Farmasi Rumah Sakit X selama                    Empat belas hari
Gambar 4.2. Total Waktu Kegiatan Tenaga Teknis  Kefarmasian (Asisten Apoteker) Di Instalasi Farmasi
Tabel 4.3. Total waktu kegiatan produktif langsung      Tenaga teknis kefarmasian berdasarkan      Jenis kegiatan
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Untuk mengetahui hubungan mutu pelayanan instalasi farmasi dengan pengambilan obat pasien rawat jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Surakarta Tahun 2013... Untuk mengetahui

obat jadi dan obat racikan pasien Askes rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah. Sakit Umum Daerah Sukoharjo Periode Maret-Mei 2011 yang

Hal ini menyebabkan timbulnya masalah yaitu pihak rumah sakit kesulitan mengatur proses pembelian obat untuk pasien rawat inap BPJS di instalasi farmasi

Segenap Apoteker Instalasi Farmasi baik di Rawat Jalan, Rawat Inap maupun Farmasi Klinis di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta atas bantuan dan kerjasamanya

Ketepatan Dosis, Frekuensi, dan Lama Pemberian Antibiotik Kombinasi Pada Pasien Jamkesmas di Instalasi Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit X Periode Bulan Januari – Maret 2011.

Hasil penelitian resep rawat jalan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tebet pada periode Januari- Maret 2019 didapatkan hasil resep yang lengkap sebanyak 147 lembar resep

adalah memeriksa kelayakan order obat yang berupa resep di rawat jalan, Medication Chart atau daftar obat (DO) dan resep pulang untuk di rawat inap. Untuk menjamin

Pendistribusian obat di gudang instalasi Farmasi Rumah Sakit Advent Manado sebagian besar juga sudah sesuai dengan standar pelayanan farmasi Rumah Sakit