• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinamika penerimaan diri pada perempuan dewasa awal Fatherless yang ditinggalkan ayah sejak usia dini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Dinamika penerimaan diri pada perempuan dewasa awal Fatherless yang ditinggalkan ayah sejak usia dini"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI i. DINAMIKA PENERIMAAN DIRI PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL FATHERLESS YANG DITINGGALKAN AYAH SEJAK USIA DINI HALAMAN JUDUL Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun Oleh: Capriano David Liat Tewar 129114163. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING DINAMIKA PENERIMAAN DIRI PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL FATHERLESS YANG DITINGGALKAN AYAH SEJAK USIA DINI. Disusun Oleh: Capriano David Liat Tewar 129114163. Telah disetujui oleh:. Dosen Pembimbing. Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi.. Tanggal,. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI INAMIKA PENERIMAAN DIRI PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL FATHERLESS YANG DITINGGALKAN AYAH SEJAK USIA DINI. Dipersiapkan dan ditulis oleh : Capriano David Liat Tewar 129114163. Telah dipertanggungjawabkan di depan panitia penguji pada tanggal 7 Oktober 2019 dan dinyatakan telah memenuhi syarat. Susunan Panitia Penguji: Nama Penguji. Tanda Tangan. 1.. Penguji 1. Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi.. 2.. Penguji 2. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si.. 3.. Penguji 3. Monica E. Madyaningrum, Ph. D Yogyakarta, Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Dekan,. (Dr. Titik Kristiyani, M.Psi). iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. “What do we say to the God of Death?. Not today...”. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Skripsi ini kupersembahkan untukmu yang sedang merasa dunia akan runtuh dan tak ada jalan keluar Percayalah bahwa dunia mungkin saja benar-benar berakhir Akan tetapi………... YAAAA YAUDAHLAH AU AH GELAP. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan dan daftar acuan, sebagaimana layaknya karya ilmiah.. Yogyakarta, 3 Juli 2019 Peneliti,. Capriano David Liat Tewar. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DINAMIKA PENERIMAAN DIRI PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL FATHERLESS YANG DITINGGALKAN OLEH AYAH SEJAK USIA DINI Capriano David Liat Tewar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi perimaan diri pada perempuan dewasa awal yang mengalami fatherless sejak usia dini. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode IPA (Interpretative Phenomenology Analysis). Informan penelitiannya adalah dua orang perempuan dewasa awal dengan rentang usia 20-24 tahun. Informan penelitiannya didapatkan dengan memilih orang-orang tertentu yang sesuai dengan kriteria penelitian (purposeful). Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara semi terstruktur perorangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kedua informan penelitian telah melakukan penerimaan diri terkait situasi ketiadaan ayah mereka. Fokus penelitian ini pada bagaimana mereka dapat menerima diri terkait situasi yang dialami serta bagaimana faktor-faktor menjadi pendukung maupun penghambat proses penerimaan diri mereka. Adapun kedua informan sama-sama mengalami kesulitan-kesulitan dalam hidup mereka setelah kepergian ayah, namun mereka dapat menyikapi situasi tersebut dengan positif karena mereka berhasil mendapatkan pengalaman dan situasi-situasi yang mendukung proses penerimaan diri mereka. Kesimpulan yang dapat ditarik dari kedua informan penelitian ini adalah situasi yang mendukung penerimaan diri tersebut kurang lebih bersumber dari faktor internal dari masing-masing individu dan faktor eksternal dari dukungan sosial. Dinamika penerimaan diri dari kedua informan pun mengalami alur yang maju-mundur tergantung pada tekanan dan dukungan yang didapatkan setiap tahap perkembangan mereka. Kata kunci: penerimaan diri, keterlibatan ayah, fatherless, perempuan dewasa awal. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. THE DYNAMICS OF SELF ACCEPTANCE FOUND IN YOUNG ADULT WOMEN FATHERLESS LEFT SINCE EARLY AGE Capriano David Liat Tewar ABSTRACT This research aims to explore the dynamics of self acceptance on fatherless daughter who left by their fathers since in their early age.This is a qualitative research and used IPA (Onterpretative Phenomenology Analysis) as its method to process the data. This research has two informants in the 20 to 24 years of old as the range of age. The informants chosen by choosing from certain people who corresponding to the criteria of this research (purposeful). The data taking was using semi-structured interview. The result showed that the two informants have done the self acceptance towards their situation. The focus of this study on how they can accept related to their situation and how factors being stalwart and that the process of admission to themselves. Both informants had the same hardships in their life after the father absence but they could act in a positive way because the experienced things that could support them in their dynamics of self acceptance. In conclusion, this research is a situation in which the support of self acceptance came from themselves and social support. The dynamics of selfacceptance from the two informants also experienced a back and forth flow depending on the pressure and support obtained at each stage of their development. Keywords: self acceptance, father involvement, fatherless, young adult women. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS. Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma Nama. : Capriano David Liat Tewar. Nomor Mahasiswa. : 129114163. demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul: “Dinamika Penerimaan Diri Perempuan Dewasa Awal Fatherless yang Ditinggalkan oleh Ayah Sejak Usia Dini” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan, dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari saya maupnn memberikan royalti kepada saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 20 Juni 2019 Yang menyatakan. (Capriano David Liat Tewar). ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkat, rahmat dan penyertaan-Nya yang sungguh berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Skripsi yang berjudul "Dinamika Penerimaan Diri Perempuan Dewasa Awal Fatherless yang Ditinggalkan oleh Ayah Sejak Usia Dini" ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa selama pembuatan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dalam berbagai macam hal dan juga dukungan kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada : 1. Tuhan yang Maha Esa karena selalu memberi keajaiban dalam setiap pengalaman hidupku. 2. Kedua orang tuaku yang telah menjadi contoh bagaimana menjadi manusia yang baik. Kedua adikku yang telah tumbuh dengan membanggakan dan menjadi alasanku untuk terus berjuang. 3. Kepada Gabby yang telah menarikku dari keterpurukan. Tanpamu aku sudah lama menyerah. Aku sampai pada titik ini karena kamu. Terima kasih yaa.. 4. Kepada Monik yang telah membantuku di saat-saat akhir menyelesaikan skripsi. Ketidakmungkinan terpatahkan karena bantuanmu beb.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. Kepada Rikjan, A P , Lenny, terima kasih sudah menjadi teman diskusi terbaik. Maaf kalo aku agak lemot dalam menangkap maksud kalian. Hehehe… 6. Kepada Cuki, Eddi, Shela, Radit, Niko, Wulan… Terima kasih sudah berada di sisi dari awal dan tidak pernah pergi. Kalian adalah pemenang dalam kehidupan kalian masing-masing. 7. Kepada kedua sukarelawan yang mau menjadi informan penelitianku ini. Senang rasanya mendapat saudara baru seperti kalian. Kalian adalah inspirasi hidup tentang bagaimana seorang manusia tidak boleh menyerah. Terima kasih sudah bertahan hidup. Kalian sungguh membanggakan. 8. Kepada Pak Yapi Taum dan Pak Wijoyo Adinugroho M.Psi. yang telah dengan rendah hati mau membantu saya dalam menyelesaikan tugas akhir saya. 9. Kepada Dwek dan Mike yang sering cerewet agar aku mulai mengerjakan skripsi. 10. Kepada Teater Seriboe Djendela dan semua orang yang ada di dalamnya. Terima kasih sudah menjadi rumah kedua. 11. Kepada teman-teman kost pelangi yang telah membuatku nyaman berada di kost. Baru beberapa bulan bersama tapi rasanya seperti tinggal dengan saudara kandung. Thank you guys. 12. Kepada Pak Cornelius Siswa Widyatmoko, M.Psi. yang sudah menjadi Dosen Pembimbing sekaligus teman berbagi cerita. Terima kasih sudah. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. mau mendengarkan keluh kesah masalah pribadi saya saat bimbingan. Semoga selalu berjiwa muda Pak. 13. Terima kasih untuk Game of Thrones. Menyaksikanmu membangkitkan jiwa pejuang dalam diri. 14. Kepada. semua. gadis. cantik. dan. manis.. Terima. kasih. sudah. menyadarkanku bahwa hidup itu indah. 15. Kepada Capriano David Liat Tewar. Terima kasih karena sudah mau bangkit dari keterpurukan. Terima kasih karena telah tampan dan humoris. Terima kasih karena sudah mau menerima diri seutuhnya. Terima kasih karena punya mental nekat. Terima kasih sudah mau berjuang sampai akhir.. Yogyakarta, 20 Juni 2019 Penulis. (Capriano David Liat Tewar). xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ....................................... ii HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ iii HALAMAN MOTTO ............................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi ABSTRAK ............................................................................................................ vii ABSTRACT ........................................................................................................... viii LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN ......................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................ x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 12 C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 12 D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 13 1.. Manfaat Teoritis ..................................................................................... 13. 2.. Manfaat Praktis ....................................................................................... 13. BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 14 A. Keterlibatan Ayah pada Perkembangan Anak ............................................. 14 a.. Peran Ayah bagi Perkembangan Anak ................................................... 14. b.. Situasi Ketiadaan Ayah (Fatherless) pada anak perempuan .................. 20. B. Penerimaan Diri ........................................................................................... 22 C. Kerangka Konseptual................................................................................... 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 29 A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian ........................................................ 29. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Refleksivitas Peneliti ................................................................................... 31 C. Fokus Penelitian........................................................................................... 33 D. Informan Penelitian ..................................................................................... 33 E. Prosedur Penelitian ...................................................................................... 34 F. Metode Pengumpulan Data.......................................................................... 35 G. Analisis Data ................................................................................................ 37 H. Kredibilitas Penelitian ................................................................................. 39 BAB IV ................................................................................................................. 41 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN .................................................... 41 A. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian ........................................................ 41 1.. Persiapan dan perizinan .......................................................................... 41. 2.. Pelaksanaan penelitian ........................................................................... 42. B. Informan Penelitian ..................................................................................... 43 1.. Tabel 2. Demografi Informan Penelitian :.............................................. 43. 2.. Latar Belakang Informan ........................................................................ 44. C. Hasil dan Pembahasan Penelitian ............................................................... 47 BAB V................................................................................................................... 95 A. Kesimpulan .................................................................................................. 95 B. Saran ............................................................................................................ 96 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 98. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konseptual…………………………………………………27. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Wawancara……………………...41 Tabel 2. Demografi Informan Penelitian ………………………………….42 Tabel 3. Perbandingan Informan 1 dan 2…………………………………..82. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Lembar Persetujuan Informed Concent…………………101. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Dewasa ini, banyak ditemukan anak yang tumbuh tanpa ayah. Kasus perceraian, meninggalnya sang ayah, kasus kriminal yang membuat ayah masuk penjara, sampai ibu yang hamil di luar nikah kemudian menjadi beberapa penyebab dari sang anak bisa kehilangan sosok ayahnya (Usman, Cangara & Muhammad, 2011; Glaze & Maruschak, 2008). Pada tahun 2013 tercatat sekitar 1 juta anak-anak di Inggris tumbuh tanpa kontak dengan ayah mereka (The Center for Social Justice dalam Ryntová, 2016). Lembaga NFI (National Fatherhood Iniative) juga mencatat bahwa di Amerika Serikat sampai tahun 2017 ada sekitar 19,7 juta anak yang tidak tinggal bersama ayahnya, yang artinya ada 1 dari setiap 4 anak kehilangan sosok ayah di rumahnya. Tak terkecuali di Indonesia, jumlah anak yang mengalami situasi ini mencapai 3,2 juta jiwa tercatat sampai tahun 2012 (Republica.co.id, 2013). Bahkan jumlah anak Indonesia yang kehilangan ayahnya ini ternyata lebih banyak jika dibandingkan dengan anak yang kehilangan ibunya. Hal ini diketahui dari data yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (2018) bahwa pada tahun 2017 persentase perempuan yang menjadi kepala keluarga karena perceraian baik cerai hidup maupun cerai mati telah mencapai 13,35%. Sedangkan untuk laki-laki yang menjadi kepala keluarga karena perceraian.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. baik cerai hidup maupun cerai mati hanyalah sebesar 3,94 %. Data-data ini menunjukkan bahwa anak-anak yang mengalami situasi tanpa ayah (fatherless) cenderung lebih banyak dibandingkan anak yang mengalami kondisi tanpa ibu (motherless) betapa tingginya persentase jumlah anak-anak yang kehilangan sosok ayahnya. Osmond (2010) mendefinisikan fatherless sebagai situasi dimana individu tidak bersama dengan ayahnya baik secara fisik maupun emosional. Banyak penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa anak yang tumbuh dengan hanya diasuh oleh ibu cenderung memiliki masalah emosional, akademik, keuangan, serta cenderung ikut serta dalam perilaku yang tidak dapat diterima oleh sosial seperti tindakan ilegal, kehamilan remaja, konsumsi alkohol, penyalahgunaan obat, serta menjadi pengangguran (O’Neill, 2002). Selain itu fatherless pada anak akan berdampak pada rendahnya harga diri ketika ia dewasa, adanya perasaan marah, rasa malu, rasa kesepian, rasa cemburu, kedukaan, dan kehilangan yang amat sangat, yang disertai pula oleh rendahnya kontrol diri (Lenner, 2011; Kruk, 2012 dalam Sundari & Hendarjani, pg. 261, 2013). Anak yang mengalami fatherless juga akan lebih merasakan stress pengasuhan dikarenakan perubahan struktur keluarga dan kesulitan keuangan (Lestari, 2012) dibandingkan anak dalam situasi motherless, dimana dalam konteks ini terjadi pada sang ibu pasca kepergian sang ayah. Beberapa kondisi yang membuat keluarga tanpa ayah menjadi lebih menantang di antaranya kesulitan ekonomi, bersosial, dan kesulitan memenuhi.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. kebutuhan anak. Richards dan Schmiege (1993) menemukan bahwa ibu yang menjadi orang tua tunggal cenderung mengalami kesulitan keuangan dibandingkan ayah yang menjadi orang tua tunggal karena seringnya ibu tidak memiliki pekerjaan dan karier yang tetap. Di Indonesia juga masih sering ditemui ibu yang hanya menjadi ibu rumah tangga sedangkan ayah bertugas mencari nafkah (Wiratri, 2018). Ibu yang tidak memiliki pekerjaan tetap kemudian jadi kesulitan untuk mendapatkan pemasukan dan berdampak pada pemenuhan kebutuhan untuk anak-anak yang tidak maksimal (Richards & Schmiege,1993). Selain itu, keluarga tanpa ayah juga membuat ibu tunggal sulit untuk bergabung dalam komunitas sosial sehingga kurang mendapatkan dukungan sosial. Hal ini disebabkan karena kondisi mereka yang harus memenuhi kebutuhan keuangan keluarganya (Kotwal & Prabakar, 2009). Berbeda dengan ayah yang memiliki kecenderungan untuk mencari bantuan dari luar baik itu dukungan keuangan maupun sosial ketika menjadi orang tua tunggal (Dagun, 1990), sehingga ayah yang menjadi orang tua tunggal cenderung lebih baik dalam pengasuhan. Berdasarkan uraian di atas, anak yang berada pada situasi keluarga fatherless (tanpa ayah) tentu akan menghadapi situasi keluarga yang lebih kompleks dibandingkan anak dengan kondisi motherless, sehingga peneliti menjadi tertarik untuk meneliti tentang anak yang berada dalam situasi fatherless. Fenomena fatherless ini juga cukup mengkhawatirkan mengingat pentingnya sosok ayah bagi anak. Secara umum peran ayah menurut Halle.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. (1999) adalah sebagai pendukung finansial/ekonomi (economic provider), rekan dan teman bermain (friend & playmate), pengasuh (caregiver), guru dan panutan (teacher and role model), pengawas dan pemberi disiplin (monitor &disciplinary), pelindung (protector), pemberi kesejahteraan dalam berbagai bentuk (advocate), serta pemberi dukungan (resource) bagi sang anak. Allen dan Daly (2007) merangkum dari banyak literatur yang berkembang saat ini bahwa keterlibatan ayah berpengaruh secara signifikan dalam perkembangan kognitif, emosi dan kesejahteraan (well-being), kemampuan bersosial, kesehatan fisik, serta berkurangnya resiko munculnya hasil yang negatif dalam perkembangan anak. Selain itu, keterlibatan ayah yang tinggi dalam perkembangan anak juga membuat anak cenderung memiliki pencapaian nilai akademik yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan anak yang tidak tumbuh dengan ayahnya (Blanchard & Biller, 1971). Holmes dan Rahe (dalam Weiten, 1997) menyatakan bahwa anak-anak yang kehilangan salah satu orang tua seperti ayah oleh karena perceraian maupun kematian mengalami perubahan hidup yang cukup menekan bagi mereka. Hal ini membuat peneliti berasumsi bahwa kehilangan salah satu orang tua cenderung membuat anak merasa ada yang kurang dan mungkin juga menempatkan ia pada situasi yang sulit. Bagi anak, dunia mungkin juga akan terasa membingungkan dan penuh dengan ancaman karena tidak ada yang membimbing. Anak yang penuh dengan kebingungan ini kemudian bisa saja merasa tidak aman dalam sepanjang hidupnya. Sedangkan Maslow (Feist & Feist, 2006) mengungkapkan bahwa rasa aman.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. menjadi. salah satu kebutuhan penting dalam hidup manusia yang harus. terpenuhi sehingga jika itu tidak terpenuhi maka seseorang akan tumbuh dengan kecemasan dasar. Anak yang tumbuh menjadi dewasa mungkin akan sering merasa tidak aman pada situasi yang sebenarnya tidak benar-benar berbahaya baginya. Selain rasa aman, ada kebutuhan-kebutuhan lain yang perlu terpenuhi bagi seorang anak. Maslow (dalam Feist & Feist, 2006) sendiri membuat teori mengenai hirarki kebutuhannya dimana urutannya adalah yang pertama kebutuhan fisiologis, lalu berikutnya kebutuhan untuk rasa aman, selanjutnya kebutuhan akan kepemilikan dan kebutuhan untuk dicintai, serta yang terakhir kebutuhan akan aktualisasi diri. Kebutuhan-kebutuhan itu berurutan dan harus terpenuhi dulu kebutuhan dasarnya atau kebutuhan dengan urutan awal sebelum bisa melanjutkan pada pemenuhan kebutuhan yang berikutnya. Jika anak tidak terpenuhi kebutuhan-kebutuhan fisiologis, maka dia tidak akan mampu melanjutkan untuk sampai pada kebutuhan berikutnya sehingga jika anak nanti terus bertumbuh dengan kebutuhan yang hanya sampai pada kebutuhan dasar, anak akan membentuk psikopatologi kepribadian atau pertumbuhan psikologi yang tidak dewasa. Pada perempuan dewasa awal khususnya, keterlibatan ayah menjadi menarik untuk dilihat lebih lanjut karena rasa aman pada anak perempuan juga menjadi hal yang vital dalam proses perkembangannya (Griffin, 1998, dalam Zia, Malik & Ali, 2015), dan apabila rasa aman dan perlindungan ini diperoleh dari sosok ayah, hal ini dapat mendorong anak perempuan berkembang.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. dengan relatif aman di kemudian hari dan cenderung lebih dapat berkembang menjadi orang dewasa yang sehat (Ellium & Ellium, 1994, dalam Zia, Malik & Ali, 2015). Selain itu, anak perempuan juga belajar bagaimana cara berelasi dengan lawan jenisnya melalui relasinya dengan sosok ayah (Flouri & Buchanan, 2004, dalam Zia, Malik & Ali, 2015). Menurut Erikson (1968, dalam Feist & Feist, 2006), pada tahap perkembangan dewasa awal, krisis yang dihadapi adalah keintiman versus isolasi. Keintiman merupakan kemampuan dan kesediaan untuk meleburkan identitas dirinya dengan orang lain tanpa rasa takut kehilangan. Dalam proses ini dibutuhkan pengorbanan, kompromi dan komitmen antara dua individu, yang hanya dapat dicapai apabila seseorang sudah melewati. tahap. pembentukan identitas pada masa remaja. Apabila seseorang gagal mengembangkan relasi yang intim pada masa dewasa awal, maka ia akan mengalami isolasi. Ketidakmampuan mengembangkan relasi yang bermakna dengan orang lain juga dapat melukai kepribadian individu tersebut yang kemudian berujung pada individu cenderung tidak mau mengakui, mengabaikan, atau menyerang orang-orang yang dianggap menimbulkan frutasi (Erikson 1968, dalam Santrock, 2012). Apabila sosok ayah tidak ada dalam proses ini, anak perempuan khususnya pada tahap perkembangan dewasa awal akan lebih beresiko mengalami relasi yang bermasalah dengan lawan jenis di kemudian hari, munculnya gejala-gejala depresif, serta tingkat kepercayaan diri (self-esteem) yang rendah (Flouri & Buchanan, 2002)..

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. Kebutuhan-kebutuhan anak yang tidak terpenuhi pada anak fatherless ini mungkin jadi penyebab dari kecenderungan respon yang muncul dari sang anak pada mayoritas penelitian anak-anak fatherless dimana mereka cenderung mengalami masalah dalam perilaku, emosi, sosial, dan akademik. Namun pada faktanya ada penelitian-penelitian yang menemukan hal sebaliknya dimana anak-anak fatherless mampu tumbuh menjadi anak yang adaptif. Penelitian yang dilakukan oleh Yuliawati, Setiawan, dan Mulya (2007) misalnya menemukan bahwa sebagian besar remaja yang kehilangan ayah saat usianya masih 5-10 tahun tidak terkena dampak negatif dan justru malah mengalami perubahan positif seperti menjadi lebih tegar, mandiri, dekat pada Tuhan, dan lebih patuh pada ibu. Penelitian lain menunjukkan bahwa ketiadaan ayah tidak berpengaruh secara signifikan pada perkembangan sosial dan emosi anak (MacCallum & Golombok, 2004). Langa (2014) menyimpulkan bahwa dengan adanya beberapa penelitian yang menunjukkan respon berbeda yang tidak destruktif maka anak tanpa ayah belum tentu akan tidak adaptif dan berperilaku nakal dalam hidupnya. Lamb dan Lemonda (2004) juga mengingatkan bahwa tidak semua anak yang kehilangan ayahnya kemudian akan bermasalah dalam tahap perkembangan hidupnya, sama halnya seperti anak yang tumbuh bersama ayahnya di rumah yang belum tentu tumbuh lebih baik. Peneliti menyimpulkan bahwa Situasi fatherless memang situasi yang sulit dan cenderung membuat anak mengalami banyak gangguan dalam beberapa aspek di kehidupannya, namun tak menutup.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. kemungkinan bahwa mereka pun juga tetap mungkin untuk adaptif dan berhasil melewati situasi sulit dalam hidupnya. Peneliti tertarik dengan fenomena individu yang mampu beradaptasi dengan situasi fatherless. Peneliti kemudian mencari penelitian-penelitian terkait mengenai anak-anak yang mampu adaptif dengan situasi ini. Santrock (1996/2003) menyebutkan bahwa bahwa anak-anak fartherless yang ditinggalkan ayahnya karena meninggal cenderung lebih mampu untuk adaptif daripada anak-anak yang kehilangan ayahnya karena kasus perceraian. Penyebabnya adalah karena jika pada anak yang kehilangan ayah karena kasus perceraiaan, mereka sempat berada dalam situasi konflik sebelum terjadi perceraian (Santrock, 1996/2003, dalam Yuliawati et al, 2007). Penelitian Santrock masih menyisahkan celah karena belum tentu anak yang kehilangan ayah karena meninggal tidak akan mengalami masalah. Ada kemungkinan ibu yang kehilangan pasangannya karena meninggal tidak mampu menerima situasi kehilangan tersebut. Penting untuk diketahui bahwa cara ibu merespon kepergian suaminya tersebut bisa sangat mempengaruhi sang anak (Hetherington & Deur, 1971), yang tak jarang hal itu berhubungan dengan kondisi ekonomi keluarga yang menurun (O’Neill, 2002). Peneliti disini menafsirkan bahwa baik itu anak yang ditinggalkan karena perceraian maupun karena ayahnya meninggal sama-sama punya peluang untuk mengalami banyak tekanan dalam hidupnya. Selanjutnya adalah terkait gender yang peneliti rasa belum cukup banyak penelitian yang mengeksplorasi anak perempuan yang mengalami.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. fatherlesss. Fokus kebanyakan diarahkan pada anak laki-laki. Mungkin hal ini karena anak laki-laki yang dianggap paling terdampak situasi ketiadaan ayah (Lamb & Lemonda, 2004) padahal anak perempuan pada dasarnya juga mengalami kesulitan dengan kepergian ayahnya. Penelitian menemukan bahwa anak perempuan yang sejak kecil ditinggalkan oleh ayahnya cenderung memiliki persentase paling tinggi untuk masalah kehamilan di luar nikah dan seks bebas, yang kemudian diikuti oleh anak yang ditinggalkan oleh ayahnya saat sudah lebih besar, dan berikutnya diikuti oleh anak-anak dengan keluarga utuh yang memiliki ayah dan ibu secara lengkap (Ellis et al, 2003). Mancini (2010) menambahkan bahwa anak perempuan yang kehilangan ayahnya juga mengalami gangguan dalam pendidikannya, serta cenderung mengalami kemiskinan. Mengingat bahwa anak perempuan juga cukup kesulitan mengalami situasi ketiadaan ayah, menjadi menarik bagi peneliti untuk melihat dinamika ketiadaaan ayah yang dialami anak perempuan. Selanjutnya adalah adanya penelitian yang beranggapan bahwa anak yang ditinggalkan sejak masih kecil oleh ayahnya tidak akan terlalu terdampak negatif dalam kehidupannya (Yuliawati, Setiawati, Mulya, 2007). Padahal sesungguhnya anak yang yang ditinggalkan sejak kecil juga mengalami kesulitan karena kebutuhan yang seharusnya didapat dari kecil tidak bisa diperolehnya (Maslow, 1970 ; dalam feist dan feist , 2008). Menjadi menarik bagi peneliti untuk melihat dinamika yang dialami sejak kecil dan penyesuaian yang harus dilakukan oleh anak tersebut..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. Selain itu ada aspek ekonomi yang menganggap bahwa ketika aspek ekonomi dapat dikontrol maka anak cenderung tidak akan mengalami masalah sebagai dampak dari ketiadaan ayah dalam hidupnya (Svanum, Bringle, McLaughlin, 1982). Namun terkadang walau ekonomi keluarga bisa stabil, belum tentu bisa memunculkan anak yang adaptif karena ternyata orang tuanya tidak mampu memberikan afeksi, perlindungan, serta tidak maksimal dalam memenuhi kebutuhan psikologis anaknya. Tak jarang justru salah satu orang tua menjadi penyebab dari berbagai permasalahan yang ada di rumah tangga dan menjadi tekanan tersendiri bagi anak. Beberapa penelitian di atas berfokus pada faktor eksternal yang mempengaruhi respon anak fatherless yang adaptif maupun yang tidak. Terkadang anak benar-benar bisa ditempatkan pada situasi yang sangat sulit dimana ketika ayahnya pergi, ia bisa saja berada dalam keluarga yang status ekonominya cukup rendah, ditambah lagi dengan keadaan ibu yang mungkin saja merespon kehilangan suaminya dengan tidak adaptif. Hal ini membuat ia tidak bisa mengandalkan situasi diluar dirinya untuk bisa tetap bertahan menghadapi tekanan hidup seperti itu. Menjadi penting untuk kemudian mencari tahu faktor internal apa saja yang bisa dipakai dalam menghadapi situasi menekan seperti ini. Hal ini membuat peneliti tertarik untuk mengeksplorasi faktor internal dari anak yang mampu adaptif melewati situasi sulit tanpa ayah mereka. Salah satu faktor internal yang belum banyak diesksplorasi oleh peneliti lain untuk topik fatherless adalah penerimaan diri pada anak-anak yang.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. mengalami fenomena tersebut. Penerimaan diri padahal sangat penting untuk dilakukan mengingat bahwa banyak sekali realita dalam kehidupan yang tidak sesuai dengan ekspektasi individu. Hurlock (1974) menyebutkan bahwa penerimaan diri menjadi salah satu kriteria agar seseorang bisa memiliki kepribadian yang sehat. Pribadi yang sehat akan mampu untuk melakukan penyesuaian diri terhadap situasi apapun. Situasi ketiadaan ayah merupakan situasi yang penuh tekanan dan penerimaan diri menjadi salah satu aspek yang dibutuhkan agar seseorang menyesuaikan diri dengan ketiadaan ayah yang dialami. Hal inilah yang membuat peneliti mengeskplorasi penerimaan diri pada anak fatherless. Melihat dinamika penerimaan diri yang utuh, akan lebih tepat jika peneliti memilih informan yang sudah memasuki tahap dewasa awal. Hal ini karena masa remaja menurut Erikson (1950,1968, dalam Berk, 2012) merupakan masa dimana seorang individu memiliki tugas utama untuk membentuk identitas dari pencarian-pencarian yang dilakukan. Jika mereka gagal dalam pencarian identitas, mereka akan berada dalam suatu kegamangan peran dan pada akhirnya membuat mereka seperti hilang arah. Dalam hal ini peneliti melihat bahwa seorang remaja yang belum benar-benar menemukan identitas diri (siapa dirinya, bagaimana lingkungannya) tentunya belum mampu melakukan penerimaan diri. Karena penerimaan diri salah satu aspek penting adalah pemahaman diri (Hurlock, 1974). Pemahaman diri akan mampu tercapai jika seseorang sudah mencapai identitasnya saat remaja. Oleh sebab itu, peneliti memilih informan yang sudah memasuki usia dewasa..

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. Berdasarkan defisiensi-defisiensi di atas, peneliti disini akan fokus meneliti pengalaman hidup perempuan dewasa awal dengan rentang usia 1930 tahun yang mengalami ketiadaan ayah sejak usia 0-5 tahun, serta dinamika penerimaan diri mereka. Kriteria ini dipilih untuk mengetahui situasi dimana anak benar-benar tidak sempat merasakan atau setidaknya hanya sempat merasakan sedikit sekali interaksi dengan ayah mereka. Hal ini penting agar bisa mengetahui bagaimana situasi anak perempuan tersebut tanpa keberadaan sosok ayah biologisnya dalam perkembangan hidupnya. Peneliti menggunakan Interpretative Phenomenological Analysis (IPA). IPA digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana partisipan memaknai pengalaman pribadi dan dunia sosial mereka, dan fokus utama dari IPA adalah makna pengalaman, kejadian, dan pernyataan yang disampaikan informan. Peneliti mengumpulkan data menggunakan wawancara semi terstruktur.. B. Rumusan Masalah Bagaimana dinamika penerimaan diri anak perempuan fatherless yang ditinggalkan sejak usia dini?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi dinamika penerimaan diri pada anak perempuan fatherless..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Melalui penelitian ini, diharapkan mampu memperkaya ilmu pengetahuan psikologi terutama psikologi positif dan pengaplikasiannya dalam psikologi perkembangan.. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi anak yang mengalami fatherless untuk bisa menerima situasi yang dialaminya. Selain itu, menjadi sumber informasi tentang bagaimana memahami situasi psikologis anak tanpa ayah bagi keluarga yang ayahnya sudah tidak ada di dalam keluarga. Penelitian ini juga diharapkan mampu menjadi informasi tentang dinamika anak tanpa ayah bagi keluarga, guru di sekolah, maupun masyarakat untuk menjadi paham tentang situasi ketiadaan ayah dan tahu bagaimana memposisikan diri saat berhadapan dengan situasi tsb.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peneliti akan menjelaskan gambaran umum mengenai peran ayah dan keterlibatannya, situasi anak-anak yang mengalami ketiadaan ayah, serta penerimaan diri pada anak perempuan. Setelah itu, peneliti akan menjelaskan kerangka konseptual yang telah peneliti rancang dalam penelitian ini. A. Keterlibatan Ayah pada Perkembangan Anak “Perkembangan atas ikatan hubungan antara anak dan orang tuanya membentuk salah satu aspek penting dalam sosial manusia dan perkembangan emosi” (Lamb dan Lewis, 2004).. a.. Peran Ayah bagi Perkembangan Anak Pada umumnya, ayah diketahui memiliki peran sebagai pencari nafkah atau disebut juga “unidimensional conceptualization” (Lamb dan LeMonda, 2004). Namun pada perkembangannya, banyak penemuan-penemuan tentang peranan ayah yang tidak hanya sebagai pencari nafkah melainkan juga sebagai pendamping, perawat, pasangan hidup, pelindung, panutan, moral guides, guru, pencari nafkah (Lamb. 2004). Halle (pg 3,4, 1999) menjabarkan secara mendetail terkait peran utama ayah yang juga mempengaruhi anak. 1. Sebagai pendukung finansial/ekonomi (economic provider) Seorang ayah diharapkan mampu memenuhi kebutuhan anak dan keluarganya. (pg. 3).

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. 2. Rekan dan teman bermain (friend & playmate), Peran ayah dikaterogikan lebih ke arah teman yang menyenangkan terutama di dalam kegiatan fisik dibanding ibu. 3. Pengasuh (caregiver), Serupa seperti ibu, ayah juga perlu berperan sebagai sosok yang memberikan kenyamanan dan afeksi bagi anaknya. 4. Guru dan panutan (teacher and role model), Ayah juga memiliki tanggung jawab dalam menjadi pengajar bagi anak agar anak mampu bertahan hidup dalam kehidupannya. Secara tidak langsung pelajaran hidup dari ayah bisa didapat melalui interaksi saat mendampingi anak dalam tahap perkembangannya seperti mengajarkan bagaimana untuk bergaul dengan teman sebaya. (pg. 4) 5. Pengawas dan pemberi disiplin (monitor &disciplinary), Ayah memiliki peran dalam pengasuhan dan pendampingan anak dalam pendisplinan dalam bersikap. Ayah juga dapat mengajarkan disiplin melalui cara bersikap terhadap ibu atau orang lain dan darisitu anak belajar. 6. Pelindung (protector), Seorang ayah juga berperan sebagai pelindung bagi anak dengan menyiapkan lingkungan yang aman dan jauh dari bahaya saat berjaan atau bermain di area tempat tinggal. Selain itu, juga dalam.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. perkembangannya ayah bisa mengajarkan tentang bagaimana merawat diri dan menghindari penyakit tertentu. 7. Pemberi kesejahteraan dalam berbagai bentuk (advocate), Ayah punya peranan penting dalam memenuhi kesejahtaraan anak dalam berbagi bentuk. Sebagai contoh, ayah menunjukan partisipasi dalam edukasi anaknya maka dari itu anak mampu merasa didukung oleh ayahnya dan termotivasi untuk belajar dengan lebih baik. 8.. Pemberi dukungan (resource) Ayah sebagai resource dapat dilihat dengan caranya untuk memberikan dukungan emosional bagi ibu dalam merawat anak. Peran sebagai pendukung ekonomi (economic provider), pemberi. kesejahteraan (advocate), pemberi dukungan (resource) memberikan pengaruh pada anak secara tidak langsung lewat dukungannya yang tidak langsung tertuju pada anak namun pada kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga ini nantinya akan berkontribusi untuk kesehatan emosional anaknya. (Amato & Sobolewski, this volume; Hetherington & Stanley-Hagan, 1997, dalam Lamb & Lemonda, 2000). Ayah yang mendukung perekonomian keluarganya tentunya juga bisa berdampak pada kesehatan fisik anaknya yang baik karena anak jadi lebih terfasilitasi terkait kebutuhan vitamin, protein, pangan yang mencukupi, serta akses ke instansi kesehatan. Peran ayah yang selanjutnya adalah sebagai rekan dan teman bermain (friend & playmate). Ayah yang terlibat dalam kegiatan bermain akan membuat tingkat IQ, kemampuan linguistik, serta kapasitas.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. kognitif dari sang anak meningkat. Mereka juga lebih mampu untuk mengatasi stress dan frustasi dalam kaitannya dengan sekolah. Dan hal ini kemudian akan berlangsung sampai pada remaja dan dewasa (Rosenberg & Wilcox, 2006). Berikutnya adalah sebagai pengasuh (caregiver), dimana ayah yang mau mengasuh dan hangat dapat memprediksi kematangan moral pada anak secara signifikan, serta dapat di asosiasikan dengan perilaku yang senang bersosial dan perilaku positif pada anak laki-laki dan perempuan (Mosely & Thompson, 1995). Selain itu individu yang memasuki masa dewasa muda dan memiliki ayah yang selalu ada dan mau mengasuh ketika mereka bertumbuh cenderung memiliki skor yang tinggi dari hasil pengukuran penerimaan diri dan penyesuaian sosial (Fish & Biller, 1973), lebih sukses dalam pekerjaan mereka, serta sehat secara mental (Heath & Heath, 1991). Peran selanjutnya adalah sebagai guru dan panutan (teacher and role model), Lamb dan Lemonda (2000) menyatakan bahwa keterlibatan ayah pada pekerjaan di rumah akan membuat anak memperoleh referensi mengenai model perilaku yang bisa ditiru. Hal ini karena banyak pola perilaku sejak masih kanak-kanak adalah hasil dari pembelajaran yang muncul dari hasil mengamati orang lain dan penyesuaian suatu perilaku, dan tentu saja orang tua menjadi sosok yang bisa ditiru anak saat masih kecil (Bandura,1986, dalam Feist & feist, 2006).. Selain itu, perlakuan ayah yang penuh hormat pada ibu dari. anaknya dan kemampuan mengatasi konflik rumah tangga secara dewasa.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. dan tepat akan menginspirasi anak laki-laki dan perempuan mengenai pola interaksi dengan lawan jenis. Pada anak laki-laki, mereka belajar untuk memperlakukan wanita dengan baik, sedangkan pada anak perempuan mereka memunculkan suatu standar tentang perilaku yang seharusnya mereka terima dari laki-laki, dan hal ini pun yang membuat mereka terhindar dari hubungan yang tidak sehat dan penuh kekerasan (Rosenberg & Wilcox, 2006). Ketika ayah terlibat dalam pengasuhan dan pendampingan anak, maka disitulah peran mereka sebagai pemonitor, pemberi disiplin, serta pelindung dapat terlaksana. Ketika ayah cukup terlibat maka resiko perilaku kenakalan pun dapat terhindar (Harris et al., 1998). Dari sini dapat kita ketahui betapa pentingnya sosok ayah bagi perkembangan seorang anak. Ragam peranan penting yang dimiliki ayah, akhirnya membuat beberapa peneliti merangkum tiga bentuk pengukuran keterlibatan ayah dalam keluarga dan perkembangan anak yaitu engagement, accessibility, dan responsibility (Lamb, Pleck, Charnov, dan Levine, 1987 dalam Lamb, 2004). Allen dan Daly (pg. 22, 2007) kemudian merangkum hasil penemuan terkait pengukuran keterlibatan ayah dalam tiga cara, yaitu:.  Keterlibatan Ayah diukur melalui waktu kebersamaan Pengukuran ini termasuk dalam seberapa sering interaksi terjadi,. seberapa. besar. waktu. yang. digunakan. untuk.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. berkegiatan bersama dan bagaimana ayah mudah untuk dihubungi.  Keterlibatan Ayah diukur melalui kualitas hubungan AyahAnak Seorang ayah dianggap terlibat dalam hubungannya dengan anak dilihat melalui kedekatan secara emosional dengan melalui kepekaan, hangat, dekat, bersahabat, suportif, intim, perhatian,. penuh. kasih,. dukungan,. kenyamanan. dan. penerimaan yang diberikan oleh ayah.  Keterlibatan Ayah diukur melalui Investasi dari Peran Keayahan Seorang. ayah. terlibat. dari. tingkatan. investasi. dalam. membesarkan anak. Kemampuan ayah menyeimbangkan antara ketegasan dan membebaskan anak sampai ke tahap memfasilitasi kebutuhan anak.. Melalui penjelasan terkait peranan dan cara pengukurannya, peranan ayah sendiri memliki dampak secara langsung dan tidak langsung bagi anak (Lamb, 2004). Lamb menjelaskan kembali bahwa anak terpengaruh secara langsung (direct) melalui perilaku, sikap dan pesan yang disampaikan ke anak (pg 8, 2004). Ayah mempengaruhi perkembangan anak secara tidak langsung yaitu secara dukungan ekonomi.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. untuk pemenuhan kebutuhan seperti sekolah (Amato & Sobolewski; Hetherington & Stanley-Hagan, 1997 dalam Allen dan Daly, 2004) Rosenberg dan Wilcox (2006, pg. 12) menyatakan bahwa bahkan sejak lahir, anak yang memiliki ayah yang terlibat akan menjadi lebih stabil secara emosi, percaya diri untuk mengekplorasi dunia luar, dan dalam proses menuju kedewasaan, mereka akan memiliki hubungan sosial yang lebih baik dengan orang lain. b.. Situasi Ketiadaan Ayah (Fatherless) pada anak perempuan Dewasa awal merupakan masa dimana seseorang melakukan peleburan identitas dengan orang lain sementara tetap mempertahankan identitas pribadi mereka. Rentang usia dewasa awal adalah 19-30 tahun (Erikson, 1963, dalam Feist & Feist, 2006). Menurut Erikson, pada masa perkembangan dewasa awal, individu akan mengalami krisis yaitu keintiman versus isolasi. Apabila tidak mampu melewati krisis tersebut maka akan berujung pada isolasi diri dan mengganggu kepribadian individu (Santrock, 2008). Secara umum, wanita cenderung lebih berorientasi pada relasi dibandingkan dengan laki-laki (Tannen, 1990, dalam Santrock, 2012). Anak perempuan atau dalam penelitian ini perempuan dewasa awal, belajar sejak kecil untuk berinteraksi dengan lawan jenis dari ayahnya. Ketika anak kehilangan ayah, maka ia tidak memiliki sosok yang bisa mengajarkan dia tentang cara menjalin relasi yang tepat dengan lawan jenisnya. Hal ini seringkali mengarahkan mereka dalam kegagalan dalam membina keintiman dengan lawan jenis. (Flouri &.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. Buchanan, 2004, dalam Zia, Malik & Ali, 2015). Erikson (1968) menyampaikan bahwa jika seseorang gagal dalam menjalin relasi yang intim di masa dewasa awal maka ia akan melakukan isolasi dimana ia bisa saja tidak akan mau mengakui, mengabaikan, atau menyerang orang-orang yang dianggap menimbulkan frustasi. Istilah fatherless (anak tanpa ayah) dalam kamus Oxford merujuk pada situasi dimana anak tidak memiliki ayah yang dikarenakan kepergian ayah dari rumah atau karena meninggal. Definisi fatherless menurut Osmond (2010) adalah situasi anak yang harus tumbuh tanpa ayahnya baik secara fisik maupun emosional. Ditambah lagi belakangan ini penelitian telah mendefinisikan fatherless pada 3 situasi yaitu pada status perkawinan, pengabaian ayah, serta meninggalnya sang ayah (Daniels, 1998; Gallagher, 1998; Popenoe, 1996, dalam Osmond, 2010). Situasi fatherless atau ketiadaan ayah dalam suatu keluarga tidak terjadi dengan begitu saja. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab dari ketiadaan ayah. Usman, Cangara, dan Muhammad (menyebutkan empat hal yang menyebabkan seseorang menjadi orang tua tunggal, yaitu: a. Perceraian b. Kematian c. Kehamilan diluar nikah d. Bagi seorang wanita atau laki-laki yang tidak mau menikah, kemudian mengadopsi anak lain..

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. Seorang anak, secara umum akan berkembang dengan baik apabila kedua orang tuanya masih utuh (Lamb & Lemonda, 2004). Sedangkan, anak perempuan yang tidak tinggal dengan ayah mereka memiliki kecenderungan untuk berbuat curang, berbohong, dan tidak merasa bersalah setelah melakukan kesalahan (Parke, 1996; Mott et al., 1997 dalam Allen dan Daly, 2007). Penelitian lain juga menyebutkan beberapa hasil penelitian terkait dampak dari ketiadaan ayah yang terjadi pada anak laki-laki dan anak perempuan, yaitu kemungkinan sulit untuk puas, lemah dalam mengontrol amarah dan kepuasan seksual, dan kesulitan dalam memahami salah dan benar (Hetherington & Martin, 1979 dalam Allen & Dally, 2007). B. Penerimaan Diri Allport (1961) mengungkapkan bahwa penerimaan diri merupakan prasyarat untuk mencapai pribadi yang sehat mental. Mereka mampu untuk menerima diri apa adanya dan tidak merasa marah ketika situasi tidak berjalan sesuai dengan harapan mereka (dalam Feist & Feist, 2006). Maslow (1964,1970) mengidentifikasikan penerimaan diri sebagai salah satu ciri-ciri dari orang yang telah sampai pada aktualisasi diri. Mereka yang mampu menerima dirinya tidak akan memiliki rasa bersalah yang bisa memperburuk gambaran diri mereka, tidak terlalu tinggi mekanisme pertahanan dirinya, tidak mempermasalahkan kelemahan dirinya, tidak mudah cemas dam merasa malu, serta tidak menuntut kesempurnaan pada.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. diri mereka maupun pada orang lain (dalam Feist & Feist, 2006). Orang yang telah mencapai aktualisasi diri tidak akan mengalami patologi kepribadian. Ryff (1989) dalam penelitiannya menemukan bahwa individu yang merasa kecewa dengan masa lalunya, tidak puas dengan dirinya sendiri, memiliki masalah dalam kemampuan diri serta berharap menjadi orang lain adalah individu yang belum memiliki penerimaan diri yang baik. Pannes dalam Hurlock mendefinisikan penerimaan diri (selfacceptance) sebagai “tahapan di saat seorang individu menghormati karakteristik personal, mampu dan mau untuk menghidui itu”.(pg. 434). Hurlock merangkum beberapa faktor mengenai kondisi yang perlu dipenuhi untuk menentukan seberapa besar seseorang menyukai dan menerima dirinya. Faktor-faktor tersebut adalah, 1. Pemahaman diri (Self-understanding) Pemahaman atas diri adalah pandangan kepada diri sendiri secara jujur dan tanpa kebohongan. Memahami diri sendiri berarti tidak hanya memahami kenyataan yang ada dalam diri namun juga menyadari signifikan dari kenyataan itu sendiri. 2. Ekspektasi realistis (Realistic expectations) Saat ekspektasi sesorang atas pencapaian yang diharapkan realistis artinya kemungkinan agar pencapan itu bisa dicapai akan lebih besar. Hal ini akan berpengaruh kepada kepuasan diri yang menjadi salah satu hal yang penting bagi penerimaan diri..

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. 3. Ketiadaan hambatan dari lingkungan (Absence of environmental obstacles) Ketidakmampuan untuk mencapai suatu tujuan bisa saja terjadi dikarenakan hambatan lingkungan seperti diskriminasi karena agama, ras, atau gender. 4. Mendapatkan perilaku sosial yang baik (Favorable social attitudes) Perilaku sosial dari suatu kelompok sosial akan membentuk perilaku dari seseorang. Ada tiga kondisi dimana sesorang akan memiliki evaluasi sosial yang baik, yaitu tidak adanya prasangka terhadap dirinya dan kekuarganya. Kedua, kepemilikan atas kemampuan sosial yang ada di dalam kelompok sosial untuk memahami situasi antar anggota. Terkahir, kemauan untuk menerima norma kelompok dalam berperilaku, berbicara, dan berpakaian. 5. Ketiadaan tekanan emosional berat (Absence of severe emotional stress) Ketiadaan tekanan emosional akan membuat seseorang akan lebih terfokus pada dunia luar ketimbang dirinya. 6. Banyaknya kesuksesan (Preponderance of successes) Kesusksesan seseorang akan membuat ia mampu menerima dirinya. Ketiadaan stress aka embuat sesorang jadi lebih tenang dan bahagia. Hal ini juga mempengaruhi sikap terhadap orang lain dan membuat dia lebih diterima oleh orang lain..

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. 7. Mengidentifikasi. orang. yang. menyesuaikan. dengan. baik. (Identification with well-adjusted) Seseorang yang mengikuti orang yang berhasil menerima dirinya akan memiliki penerimaan diri yang lebih tinggi. Ia akan mampu membangunn pemikiran ynag positif dan berperilaku sesuai penilaian diri yang disukai kemudian peneriaan diri. 8. Perspektif diri (Self-perspective) Seseorang yang bisa melihat dirinya apa adanya seperti orang lain melihat dia mampu memfasilitasi penerimaan dirinya. 9. Masa kanak-kanak yang baik (Good childhood training) Konsep diri atas seseorang yang paling mendasar terbentuk sejak di masa kanak-kanak. Maka dari itu, rumah dan sekolah yang baik sangat krusial. Anak yang terlatih secara baik akan mampu mengharagi dirinya dan bertanggung jawab atas perilakunya sendiri. 10. Stabilitas konsep diri (Stable self-concept) Konsep diri yang stabil adalah bagaiman sesorang memandang dirinya di banyak waktu. Jika dia memiliki konsep diri yang baik maka dia mamu untuk menerima diri atau terjadi sebaliknya jika konsep diri yang dimiliki tidak sesuai maka akan terjadi penolakan diri..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. C. Kerangka Konseptual Anak perempuan akan lebih baik jika tumbuh dengan ayah yang berperan baik . Rosenberg dan Wilcox (2006, pg. 12) menyatakan bahwa bahkan sejak lahir, anak yang memiliki ayah yang terlibat akan menjadi lebih stabil secara emosi, percaya diri untuk mengekplorasi dunia luar, dan dalam proses menuju kedewasaan, mereka akan memiliki hubungan sosial yang lebih baik dengan orang lain. Namun anak yang tidak tumbuh dengan ayahnya kehilangan dukungan dalam setiap tahap perkembangannya dalam beberapa aspek kehidupannya. Ketika anak tumbuh tanpa sosok ayah di sisinya, maka ada dampak-dampak negatif yang bisa dialami pada anak perempuan (O’Neill, 2002). Kehadiran ayah yang berperan penting bisa saja memudahkan untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Namun ketika ayahnya tidak ada, maka anak harus menekan keinginannya. Allport (dalam Feist & Feist, 2008) menyebutkan bahwa keinginan yang ditekan akan memberikan emosi negatif. Hurlock (1898) menyebutkan bahwa emosi negatif salah satu pengaruhnya akan berdampak pada cara individu merespon negatif pada orang lain. Ia bisa saja kemudian kehilangan dukungan dari orang lain. Padahal orang lain akan bisa membantu individu untuk mencapai potensi maksimal yang ia inginkan. Dengan penerimaan diri, maka emosi negatif dapat diarahkan menjadi emosi positif yang tentunya lebih konstruktif bagi individu dimana dalam konteks ini adalah anak perempuan fatherless. Itu menjadi.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. poin penting mengapa meneliti dinamika penerimaan diri pada anak fatherless menjadi penting untuk dilakukan..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. Kerangka Konseptual. Anak perempuan dewasa awal tanpa ayah. Gambar 1. Kerangka Konseptual. Merasakan dampak negatif ketidakhadiran ayah dan memendam keinginan terkait situasi kehadiran ayah. Penerimaan diri menjadi upaya penting untuk menyikapi situasi ketiadaan ayah dengan cara yang konstruktif.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Desain Penelitian Peneliti memilih jenis metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode untuk mengeksplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan (Cresswell, 2009). Definisi ini serupa dengan penuturan Smith (2008) bahwa pendekatan kualitatif dalam psikologi secara umum. melibatkan. proses. mengeksplorasi,. mendeskripsikan,. dan. menginterpretasi pengalaman pribadi dan sosial dari informan. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu upaya untuk mengkaji masalah sosial atau pengalaman pribadi dari individu atau kelompok. Smith (2008) menambahkan bahwa penelitian kualititatif bertujuan untuk memahami kerangka berpikir atau pandangan dunia dari beberapa grup kecil informan daripada mencoba membuktikan hipotesis yang telah ada pada sejumlah sampel di grup besar di sebuah populasi. Sifatnya yang eksploratif sangat bermanfaat ketika berhadapan dengan topik-topik baru yang belum dibahas pada sampel atau sekelompok individu tertentu (Creswell, 2015). Penelitian kualitatif lebih mengandalkan data berupa ungkapan atau penuturan dari informan dalam mengeksplorasi fenomenon atau konsep pokok yang menjadi fokus penelitiannya (Supraktiknya, 2015). Fischer (2006) berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah pendekatan yang tepat.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. jika kita ingin memahami dan mengkategorisasikan pengalaman atau interaksi seperti apa adanya, daripada menjelaskan suatu konsep tersebut hanya sebagai suatu variabel independen (baik itu natural atau maupun eksperimen). Pendekatan yang peneliti pilih dalam penelitian ini adalah fenomenologi. “Fenomenologi merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti mengidentifikasi hakikat pengalaman manusia tentang suatu fenomena tertentu” (Moustakas, 1994; dalam Creswell, 2013). Fenomena sendiri punya definisi sebagai peristiwa/aktivitas mental yang tampak atau muncul dalam kesadaran seseorang (Kahija, 2017). Martin Packer, 2007 (dalam Kahija, 2017) menyebutkan bahwa fenomenologi adalah studi reflektif inti kesadaran dari sudut pandang individu yang mengalami secara langsung. Smith et al (2009) menyebutkan juga bahwa fenomenologi merupakan pendekatan filosofis untuk studi tentang pengalaman.. Memahami. pengalaman-pengalaman. hidup. manusia. menjadikan filsafat fenomenologi sebagai suatu metode penelitian yang prosedur-prosedurnya mengharuskan peneliti untuk mengkaji sejumlah subjek dengan terlibat secara langsung dan relatif lama di dalamnya untuk mengembangkan pola-pola dan relasi-relasi makna (Moustakas, 1994; dalam Cresswell, 2013) Peneliti menemukan bahwa metode ini menjadi pilihan yang sesuai untuk menjembatani proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. ingin mengeksplorasi proses penerimaan diri anak perempuan yang ditinggalkan ayahnya sejak usia dini (0 – 5 tahun). Hal ini mengingat bahwa topik tersebut belum cukup banyak dieksplorasi oleh penelitian sebelumnya. Peneliti ingin mengungkapkan proses maka tidak tepat jika diteliti dengan cara kuantitaif dan prosedur statistik (Sugiyono, 2015). Penelitian ini mencoba memberikan sumbangan pengetahuan mengenai proses penerimaan diri pada anak perempuan yang ditinggalkan sejak usia 0-5 tahun. Di sisi lain bisa jadi teori-teori yang ada selama ini belum diterapkan sebagai landasan untuk meneliti sampel atau sekelompok individu yang diteliti (Morse, 1991 ; dalam Creswell, 2009). Peneliti menggunakan Interpretive Phenomenon Analysis (IPA) untuk menganalisa data hasil penelitian. Fenomenologi merupakan salah satu jenis dari Penelitian Kualitatif dan memiliki tujuan dasar dari fenomenologi adalah untuk mereduksi pengalaman individual tersebut dan fenomenanya dengan deskripsi esensi universal (pemahaman soal hakikat dari sesuatu itu) (van Manen, 1990; dalam Creswell, 2007). B.. Refleksivitas Peneliti Peneliti disini merupakan seorang mahasiswa psikologi yang juga telah berdinamika dengan berbagai teman dari berbagai latar belakang budaya, status ekonomi, tingkat pendidikan, serta keadaan keluarga yang beragam. Dalam suatu mata kuliah tes psikologi, peneliti perlu mencari.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32. orang yang mau menjadi informan dalam tes psikologi untuk bahan praktek peneliti. Setelah melakukan wawancara untuk mengetahui latar belakang dari informan penelitian, peneliti cukup terkejut dengan kisah-kisah pahit terkait keadaan keluarga yang terjadi pada informan peneliti. Keadaan yang cukup sulit untuk dialami oleh dua orang wanita yang kehilangan orang tua karena meninggal dan perceraian. Biasanya peneliti akan menemukan orangorang yang gagal dalam sekolah, terlibat dalam pergaulan yang bebas dan kenakalan remaja, dan terlihat tidak senang dalam menjalani hidupnya. Namun dua orang yang peneliti temui terlihat cukup sukses dalam beberapa aspek seperti prestasi di perkuliahan, berperan dalam posisi penting di organisasi kemahasiswaaan, dan memiliki pembawaan yang seringkali ramah ketika berinteraksi dengan banyak orang. Melihat situasi yang cukup unik ini membuat peneliti tergerak untuk mencari tahu bagaimana kehidupan mereka lebih jauh dan cara mereka untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami terkait situasi mereka yang utuh karena kehilangan salah satu orang tua mereka. Peneliti menyadari bahwa hal yang perlu peneliti waspadai adalah pengalaman peneliti yang sebelumnya telah berteman dengan orang-orang yang mengalami ketiadaan ayah dalam hidupnya. Peneliti disini juga memastikan untuk bisa berempati namun tetap menyadari batas sehingga tidak terhanyut dalam perasaan subjektif yang dialami oleh informan yang mungkin membuat peneliti mencemari keotentikan data. Selain itu, peneliti menyadari mungkin saja ada judgement pribadi yang peneliti sudah miliki.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33. terkait topik ketiadaan ayah ini. Menyadari kelemahan tersebut, peneliti berusaha untuk ketika mencoba mencoba menganalisa data yang telah didapat selalu peneliti konfirmasi dengan rekan-rekan mahasiswa maupun dosen untuk memastikan bahwa peneliti tidak melibatkan pengalaman pribadi dalam pengolahan data yang ada.. C.. Fokus Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti fokus untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai pengalaman menjadi anak perempuan fatherless serta proses penerimaan diri yang dilalui oleh anak perempuan fatherless. Adapun beberapa hal lain yang terkait seperti faktor yang menghambat maupun yang mendukung proses penerimaan diri, serta sikap-sikap yang dimunculkan informan dalam merespon situasi ketiadaan ayah yang tentunya juga berkaitan dengan proses penerimaan diri informan juga peneliti kaji secara mendalam.. D. Informan Penelitian Informan penelitian disini dipilih dari individu-individu tertentu yang dapat memberikan informasi mendalam mengenai masalah penelitian dan fenomena yang ingin diteliti (Creswell, 2007). Disini peneliti telah menetapkan kriteria-kriteria untuk informan penelitian tersebut yaitu :.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34. 1. Informan mengalami fatherless secara fisik dan emosional. 2. Informan mengalami fatherless sejak dini (usia 0-5 tahun). Disini penekanannya lebih pada informan harus bertumbuh tanpa kehadiran ayah sama sekali di sisinya atau hanya sedikit sekali mendapat interaksi dengan ayahnya. 3. Usia informan saat pengambilan data memasuki dewasa awal.. E. Prosedur Penelitian Peneliti akan menjelaskan beberapa langkah-langkah yang diambil dalam proses pelaksanaan penelitian ini. Langkah-langkahnya adalah : 1. Langkah awal adalah menentukan topik penelitian dan membuat rancangan penelitian. 2. Kemudian peneliti mencari referensi data-data penelitian terkait mengenai anak-anak yang mengalami fatherless dari internet, jurnal, berita, buku, serta artikel. 3. Tahap berikutnya adalah menetapkan kriteria-kriteria dari informan penelitian serta mencari informan yang tepat untuk diteliti. 4. Menyusun panduan pertanyaan untuk wawancara. 5. Peneliti kemudian mengatur pertemuan dengan informan penelitian. Disini peneliti kemudian melakukan rapport, lalu memberi penjelasan mengenai gambaran penelitian. Peneliti kemudian menanyakan kembali kesedian informan untuk terlibat dalam proses penelitian ini..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35. 6. Setelah itu peneliti melakukan wawancara semi terstruktur dengan informan penelitian 7. Setelah itu peneliti menyusun verbatim/transkrip dari hasil rekaman wawancara yang telah dilakukan sebelumnya menggunakan tape recorder. 8. Yang terakhir dilakukan adalah peneliti memberikan kode pada hasil verbatim untuk memudahkan peneliti dalam mengkategorisasikan hasil penelitian. F. Metode Pengumpulan Data Peneliti melakukan wawancara untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini. Cresswell (2009), mengatakan bahwa wawancara kualitatif adalah wawancara antara peneliti dengan para informan yang bisa dilakukan lewat tatap muka, lewat telpon, atau dengan wawancara focus group. Ia juga menambahkan bahwa pada dasarnya semua jenis penelitian bersifat tak terstruktur dan lazimnya berupa pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk memancing pandangan dan pendapat dari narasumber. Adapun jenis wawancara yang dipilih adalah wawancara semi terstruktur. Wawancara semi terstruktur merupakan wawancara yang menyediakan kesempatan untuk peneliti mendengarkan informan bicaa mengenai aspek tertentu dari kehidupan mereka (Willig, 2013). Wawancara semi-terstruktur akan memiliki beberapa seperangkat pertanyaan dalam wawancara namun itu hanya akan jadi panduan dan tidak mengharuskan untuk benar-benar terpatok pada apa yang sudah dirancang (Smith & Osborn, 1997, dalam.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36. Smith, 2008). Willig (2013) menambahkan bahwa pertanyaan yang diajukan dijadikan sebagai pemicu agar informan mau bercerita. Oleh karena itu, peneliti disini mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang terbuka dan tidak mengarahkan. Keunggulan dari wawancara semi terstruktur adalah mampu memfasilitasi rapport dan rasa empati, membebaskan adanya cakupan yang fleksibel memperbolehkan pewawancara untuk masuk dalam area baru, serta cenderung memperoleh data yang lebih kaya. (Smith & Osborn, 1997, dalam Smith, 2008). Adapun beberapa ciri-ciri wawancara semi terstruktur adalah urutan pertanyaan yang tidak terlalu penting, pewawancara boleh untuk mencari tahu lebih dalam area yang membangkitkan ketertarikan tertentu, pewawancara bisa mengikuti ketertarikan atau yang menjadi perhatian dari informan, ada upaya untuk menjalani rapport dengan informan. (Smith & Osborn, 1997, dalam Smith, 2008). Wawancara semi terstruktur adalah metode untuk mengumpulkan data yang kompatibel dengan analisa data IPA (Willig, 2013). Asumsi peneliti hal ini karena IPA berusaha mengungkap secara mendalam makna dan hal personal secara mendalam dan wawancara semi terstruktur maka peneliti bisa memperoleh data yang lebih banyak dan lebih kaya. Peneliti menyiapkan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada informan, yaitu:.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37. 1. Bagaimana kehidupan tanpa ayah? 2. Bagaimana dampak yang dirasakan terkait ketiadaan ayah? 3. Bagaimana kamu menyikapi ketiadaan ayah tersebut? 4. Bagaimana dinamika penerimaan diri terkait situasi ketiadaan ayah? G.. Analisis Data Peneliti menggunakan interpretative phenomenological anlysis (IPA). IPA digunakan untuk mengeksplorasi bagaimana partisipam memaknai pengalaman pribadi dan dunia sosial mereka, dan fokus utama dari IPA adalah makna pengalaman, kejadian, dan pernyataan yang disampaikan informan. Pendekatan ini fenomenologis karena melakukan pemeriksaan yang rinci pada pengalaman hidup informan. Usaha yang dilakukan dengan cara mengeksplorasi persepsi pribadi dari suatu objek atau kejadian (Smith & Osborn, 1997). Kahija (2017) memberikan suatu penekanan bahwa dalam IPA, ada suatu aktifitas dari informan penelitian yang menafsirkan pengalaman hidupnya dan hasil tafsiran tersebut akan tafsirkan/di interpretasi kembali oleh peneliti. Smith, Flowers, dan Larkin (2009) menyebutkan ada 4 tahapan dalam melaksanakan analisis transkrip berdasarkan IPA, yaitu : 1. Membaca berkali-kali Tahap pertama dimana peneliti membaca hasil transkrip berkali-kali untuk semakin “mengakrabkan diri” dengan keseluruhan data yang didapat. Tentunya dengan semakin akrab dengan data yang didapat.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38. akan membuat peneliti semakin mampu untuk memproses data dengan maksimal. Dengan begitu data-data yang penting tidak akan gampang hilang, dibandingkan dengan pembacaan yang sekedar cepat yang mungkin saja menghilangkan beberapa poin penting dari data yang di dapat.. 2. Membuat catatan-catatan awal Peneliti kemudian menulis makna-makna yang muncul dari hasil transkrip.. Catatan-catatan dibuat dan kemudian disebut komentar. eksplorasi. Komentar eksplorasi adalah catatan yang mendetail dan kaya tentang makna yang muncul pada transkrip. Catatan yang berupa komentar-komentar eksplorasi ini sebaiknya dituliskan dengan detail dan menyeluruh. Hal tersebut akan membantu proses pemaknaan dari informan penelitian baik dari apa yang dikatakan, dipahami, serta dipikirkan tentang suatu pengalaman. Komentar-komentar eksplorasi kemudian ditulis di setiap unit pemaknaan yang ditemukan.. 3. Mengembangkan tema yang muncul Pada tahap ini, peneliti melakukan analisa tema yang muncul dari komentar eksplorasi yang sudah dibuat. Tema muncul sebagai refleksi dari pandangan informan maupun hasil interpretasi peneliti. Tema akan memperlihatkan koneksi antara komentar penjelesan. Tema yang.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39. muncul kemudian tidak hanya berisi tentang pandangan informan, akan tetapi juga terdapat interpretasi peneliti.. 4. Membuat koneksi antar tema superordinat Tahap terakhir adalah mencari koneksi antara tema-tema yang telah bermunculan. Tema-tema yang memiliki kesamaan dan hubungan akan digabungkan dalam beberapa tema yang lebih mencakup keseluruhan tema. Tema tersebut kemudian disebut tema superordinat.. Disini. peneliti menyaring tema-tema lain yang dianggap tidak relevan untuk kemudian dibuang. Dari hasil proses ini, kemudian peneliti akan berusaha mengeksplorasi temuan baru dari tema-tema yang telah terorganisir tersebut.. H. Kredibilitas Penelitian Peneliti memastikan keakuratan hasil penelitian dengan prosedur validitas kualitatif (Creswell, 2009). Strategi validitas yang peneliti gunakan adalah member checking dan external auditor (seorang auditor). Strategi member checking yaitu peneliti membawa laporan akhir atau deskripsi atau tema tertentu yang spesifik ke hadapan informan penelitian untuk mengklarifikasi ke akuratannya (Creswell, 2009). Selain itu, disini peneliti juga mengajak beberapa auditor (external auditor) untuk mereview keseluruhan proyek penelitian yaitu dosen pembimbing dan rekan sarjana psikologi. Tujuan dari adanya auditor adalah agar ada penilaian yang.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40. objektif dari proses hingga kesimpulan penelitian. Lebih spesifiknya adalah seperti seberapa transkrip itu akurat, kaitan antara rumusan masalah dan data yang ada, tingkat analisa data mulai dari mentah hingga interpretasi (Creswell, 2009)..

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN. Peneliti akan menjelaskan mengenai pelaksanaan dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Berikutnya adalah analisa data yang telah diolah peneliti. Dan diakhiri dengan pembahasan. A.. Persiapan Dan Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan dan perizinan Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan April 2018 melalui wawancara mendalam terhadap kedua Informan penelitian. Sebelum melakukan wawancara, peneliti bertemu terlebih dahulu dengan kedua Informan untuk melakukan pendekatan (rapport) sekaligus mengajukan beberapa pertanyaan mendasar guna mengetahui kesesuaian kedua Informan dengan kriteria Informan penelitian yang peneliti tetapkan. Selanjutnya. peneliti. menjelaskan. mengenai. maksud. dan. tujuan. dilaksanakannya penelitian ini. Setelah itu, peneliti menanyakan kesediaan kedua Informan untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini. Peneliti juga sekaligus memberikan informed concent yang berisi peryataan kesediaan kedua Informan yang secara sukarela mau untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini. Peneliti kemudian menetapkan waktu bersama kedua Informan untuk dilaksanakannya pengambilan data. Setelah hari yang telah ditetapkan tiba maka peneliti kemudian memulai proses wawancara dengan menggunakan panduan pertanyaan wawancara serta alat perekam.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 guna merekam hasil percakapan dengan kedua Informan. Proses wawancara kedua Informan dilakukan di waktu yang berbeda. Lokasi pengambilan data adalah di area kampus Sanata Dharma yang dirasa sepi pada waktu tertentu. Pengambilan data sendiri diambil sebanyak tiga kali sampai dirasa cukup oleh peneliti untuk dianalisis. Berikut adalah tabel ringkasan pelaksanaan penelitian. 2. Pelaksanaan penelitian Peneliti mengatur agenda pertemuan dengan kedua Informan penelitian di waktu dan tempat yang berbeda sesuai dengan kesepakatan antara peneliti dan Informan. Adapun kesepakatan pelaksanaan penelitian mempertimbangkan. kenyamanan dan menjaga kerahasiaan dari kedua. Informan. Berikut adalah agenda proses pelaksanaan penelitian : Tabel 1. Pelaksanaan Penelitian Wawancara I. Wawancara II. 15 Februari 2018 (Informan 1). 21 April 2018 (Informan 1). 16 Februari 2018 (Informan 2). 22 April 2018 (Informan 2).  Bertemu dengan Informan. . Waktu.  Meminta persetujuan. Wawancara Penelitian (Penerimaan Diri). Kegiatan Informan  Wawancara latar belakang Di lantai 4 Kampus III Tempat. . Beringin Soekarno, Kampus 2, Universitas. Paingan, Universitas Sanata. Sanata Dharma. Dharma . Di dekat Taman Kupu-.

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43. Kupu, Kampus III, Univ. Sanata Dharma . Dilakukan di spot yang sepi dan dirasa tidak akan banyak dilalui oleh orang lain.. Kedua informan diwawancara Catatan. di tempat yang sama dan di. . Mutiara diwawancarai di tanggal 21 April 2018. waktu yang berbeda. (Taman Kupu-kupu) . Permata diwawancarai di tanggal 22 April 2018 (Beringin Soekarno). B. Informan Penelitian 1. Tabel 2. Demografi Informan Penelitian : No. Keterangan. Informan 1. Informan 2. 1. Nama samaran. Mutiara. Permata. 2. Usia. 23. 23. 3. Jenis Kelamin. Perempuan. Perempuan. 4. Urutan Kelahiran. Anak. bungsu. empat bersaudara. dari Anak kedua dari tiga bersaudara. 5. Pendidikan Terakhir SMA. S1. 6. Pekerjaan. Mahasiswa. Mahasiswa.

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44. 7. Suku. Jawa. Jawa. 8. Agama. Katolik. Kristen. 9. Usia. saat Masih. ditinggalkan ayah 10. di. dalam 5 tahun. kandungan. Penyebab ketiadaan Perceraian. Meninggal. ayah. 2. Latar Belakang Informan Peneliti akan menjabarkan latar belakang dari masing-masing informan yang mengalami ketiadaan ayah sejak masih usia dini serta bagaimana dinamika kehidupan mereka pada bagian ini. Selanjutnya dari hasil penelitian ditemukan 2 tema besar yaitu dampak dari ketiadaan ayah dan dinamika penerimaan diri. a) Mutiara (Informan 1) Mutiara merupakan seorang mahasiswi perantau yang telah mencapai semester akhir di salah satu universitas swasta di jogja. Ia mengalami ketiadaan ayah sejak masih di dalam kandungan ibunya. Pada awalnya ia tidak mengetahui penyebab ayahnya meninggalkan keluarga karena ibunya tidak pernah mau membahas lebih jauh mengenai ayahnya. Namun semakin dewasa ia mulai mengetahui dari kerabatnya bahwa penyebab ketiadaan ayahnya adalah karena perceraian. Ia mendapat cerita bahwa ayahnya berselingkuh dengan perempuan lain dan kemudian bercerai dengan ibunya. Setelah perceraian, ayahnya kemudian menikahi selingkuhannya. Sejak.

(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 kejadian itu, Mutiara tumbuh dan tinggal bersama dengan ibu, tiga kakaknya, dan sempat beberapa saat dengan kakek serta neneknya. Namun Mutiara hanya sebentar tinggal dengan kakek dan neneknya karena mereka meninggal saat ia masih kecil. Mutiara dan keluarganya tinggal di Salatiga sampai akhirnya Mutiara merantau sendirian ke Jogja untuk berkuliah. Mutiara dari kecil sampai saat ini tidak pernah benar-benar mengenal sosok ayahnya. Ayahnya yang pergi rupanya tidak pernah kembali untuk melakukan komunikasi atau berinteraksi dengan Mutiara dan keluarganya. Ibunya jarang sekali membahas mengenai sosok ayah kandungnya dan rupanya Mutiara juga enggan mencari tahu. Beberapa hal yang telah disebutkan tadi membuat Mutiara hanya memiliki sedikit gambaran mengenai sosok ayahnya tersebut. Saat bercerita, Mutiara cukup menyayangkan bahwa satu-satunya hal yang ia ketahui tentang sosok ayahnya dari ibunya adalah bahwa ayahnya merupakan sosok jahat yang telah meninggalkan keluarga. Ada satu pertemuan nya dengan ayahnya di dalam acara keluarga namun ia tidak bisa mengenali ayahnya. Mutiara “Terus aku ingat banget waktu itu acara pertemuan keluarga. di desa. Dan itu acaranya gede banget. Dan ayah ku tuh waktu itu datang. Dan aku ingat banget kalo waktu itu aku manggil ayahku itu om karena nggak tau. Dan habis itu aku diketawain sama saudarasaudaraku, cuma kan aku memang nggak tau dia itu ayahku.” (line 238-243 ; A).

Gambar

Gambar 1. Kerangka konseptual…………………………………………………27
Tabel 1. Waktu dan Lokasi Pelaksanaan Wawancara……………………...41  Tabel 2. Demografi Informan Penelitian ………………………………….42  Tabel 3
Gambar 1. Kerangka Konseptual Anak perempuan dewasa awal tanpa ayah   Merasakan dampak  negatif ketidakhadiran ayah dan memendam  keinginan terkait situasi kehadiran ayah
Tabel 1.  Pelaksanaan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait