• Tidak ada hasil yang ditemukan

RPJMD KABUPATEN LINGGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RPJMD KABUPATEN LINGGA"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

I BAB 4 I

ISU-ISU STRATEGIS

Isu-isu strategis merupakan salah satu bagian terpenting dalam dokumen RPJMD karena menjadi dasar kebijakan pembangunan jangka menengah. Isu-isu strategis pada dasarnya menyangkut dengan kondisi dan aspek yang sangat penting dan strategis serta menentukan arah pembangunan Kabupaten Lingga selama 5 (lima) tahun kedepan. Karena isu-isu tersebut merupakan kondisi yang mendasar dan menentukan pencapaian tujuan pembangunan, oleh karena itu penyajian analisis ini menjelaskan butir-butir masalah pokok pembangunan dan isu-isu strategis. Isu-isu-isu strategis harus ditangani dengan serius, jika tidak akan menimbulkan kerugian yang cukup besar serta jika tidak segera dimanfaatkan, maka Kabupaten Lingga akan kehilangan peluangnya dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang.

4.1. Permasalahan Pembangunan Kabupaten Lingga

Permasalahan pembangunan daerah merupakan perkiraan kesenjangan antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang akan direncanakan, serta antara apa yang ingin dicapai di masa datang dengan kondisi riil saat perencanaan dilakukan. Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan dan ancaman yang tidak diantisipasi. Permasalahan pembangunan Kabupaten Lingga diidentifikasi berdasarkan interaksi dan dinamika perkembangan berbagai sektor yang terjadi baik pada skala lokal, regional maupun global dalam 5 (lima) tahun terakhir.

Pemetaan masalah dalam pembangunan sangat diperlukan dalam proses penjabaran visi dan misi kepala daerah terpilih, yang kemudian akan menjadi salah satu input dalam merumuskan tujuan dan sasaran RPJMD. Identifikasi permasalah pembangunan tersebut didapatkan dari data serta informasi yang ada pada Gambaran Umum Daerah dan evaluasi kinerja pembangunan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan hasil analisis terhadap masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembangunan yang difokuskan kepada masing-masing

(2)

aspek dan urusan, serta berbagai keinginan dari para pemangku kepentingan, maka permasalahan yang dihadapi oleh Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:

4.1.1. Kesejahteraan Masyarakat

Dalam mengkaji permasalahan yang dihadapai terutama berkaitan dengan kesejahteraan masyarakat dapat dilihat dari berbagai hal, seperti yang tertuang pada bab sebelumnya yakni aspek kesejahteraan masyarakat terdiri dari kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, serta seni budaya dan olahraga. Kemudian permasalahan yang sedang dihadapi dalam hal kesejahteraan dan pemerataan ekonomi ini adalah:

1. Masih rendahnya besaran nominal pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha. Jika diperhatikan pertumbuhan ekonomi menurut lapangan usaha pada tahun 2010-2014 sebagian besar mengalami pertumbuhan positif bahkan mencapai lebih dari 10%, namun di sisi lain yang perlu diperhatikan adalah meskipun secara persentase jumlahnya meningkat tetapi jika dilihat dalam besaran nilainya masih sangat kecil. 2. Masih rendahnya pola pengeluaran rumah tangga. Pola pengeluaran rumah tangga

merupakan salah satu indikator untuk mengetahui gambaran tingkat kesejahteraan masyarakat. Dari data yang tertuang pada BAB II gambaran umum kondisi daerah dijelaskan bahwa pengeluaran rata-rata perkapita di Kabupaten Lingga pada tahun 2014 mencapai Rp. 774.469, meskipun jumlah tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, jika di bandingkan dengan Kabupaten lain yaitu Kabupaten Bintan pada tahun 2013 sudah mencapai Rp. 864.983.

3. Masih terdapatnya jumlah penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Sedangkan garis kemiskinan adalah nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kilo kalori per kapita per hari ditambah kebutuhan minimum non makanan yang mencakup perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Jumlah penduduk miskin yang ada pada Kabupaten Lingga selama periode 2010-2013 menunjukan angka yang tetap. Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin mencapai 21.417 jiwa, dan pada tahun 2014 masih menunjukkan angka yakni 13.096

(3)

jiwa atau secara persentase sebesar 14,75 % dari seluruh penduduk Kabupaten Lingga dengan garis kemiskinan sebesar Rp 342.358,73,-.

Kemudian berkenaan dengan aspek kesejahteraan sosial, terdapat beberapa indikator yang dapat digunakan dalam mengukur kesejahteraan sosial antara lain Angka Partisipasi Murni, Angka Partisipasi Kasar, Angka Melek Huruf, Angka Harapan Hidup, Rata-Rata Lama Sekolah dan rasio penduduk yang bekerja. Dari berbagai hal tersebut dapat dipetakan permasalah yang sedang dihadapi adalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kabupaten Lingga yang sampai

pada tahun 2014 mencapai 60,75, namun jika dibandingkan dengan wilayah lainnya di Kepulauan Riau, Kabupaten Lingga memiliki peringkat pencapaian IPM yang paling rendah. Hal ini juga disebabkan oleh rendahnya indikator-indikator yang menyusun IPM. 2. Masih terdapatnya penyandang masalah kesejahteraan sosial yang sampai pada tahun 2014 menunjukan bawah jumlah yang ada pada Kabupaten Lingga sebanyak 853 orang. Jumlah tersebut berasal dari penyandang cacat dewasa sebanyak 290 orang, tuna daksa terlantar sebanyak 195 orang, anak cacat sebanyak 159 orang, serta tuna grahita sebanyak 86 orang.

Permasalahan lainnya yang sedang dihadapi oleh Kabupaten Lingga ini adalah berkenaan dengan Seni Budaya dan Olah Raga. Permasalahan tersebut meliputi:

1. Masih sangat rendahnya jumlah grup kesenian yakni hanya 26 dari 10.000 penduduk. Jumlah tersebut juga tersebar di beberapa kecamatan yang tidak merata, untuk jumlah paling banyak yaitu 10 grup terdapat di Kecamatan Singkep, Kecamatan Lingga sebanyak 6 grup, Kecamatan Lingga Utara dan Kecamatan Singkep Barat masing-masing 4 grup, dan yang terakhir di Kecamatan Senayang sebanyak 2 grup.

4.1.2. Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap orang, oleh karenanya pemerintah mencanangkan program wajib. Pentingnya pendidikan juga terlihat dari besarnya anggaran yang disediakan pemerintah pusat maupun daerah. Dalam hal ini pendidikan secara umum tidak hanya terbatas pada pendidikan formal saja, pengaruh lain pun muncul antara lain

(4)

lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan juga merupakan suatu usaha serta upaya yang dilakukan oleh manusia dalam mencari pengetahuan.

Kemudian berkaitan dengan fungsi pendidikan secara garis besar terdapat 3 fungsi yang pertama yaitu menyiapkan generasi muda untuk memiliki kemampuan agar dapat memegang peranan pada masa yang akan datang di tengah kehidupan bermasyarakat. Kedua memindahkan ilmu pengetahuan dari generasi sebelumnya ke generasi yang baru dan yang ketiga berkaitan dengan transmisi budaya serta mengembangkan kepribadian. Masalah pendidikan merupakan masalah yang paling mendasar yang menjadi fokus perhatian penyelenggaraan pelayanan publik di Kabupaten Lingga. Sektor pendidikan juga merupakan suatu subsistem dari sistem pengembangan kualitas sumber daya manusia dalam menghadapi tantangan global yang semakin kuat. Namun demikian pembangunan di Kabupaten Lingga masih dihadapi pada beberapa masalah mendasar, antara lain:

1. Masalah mendasar yang memerlukan penanganan segera dalam bidang pendidikan

antara lain; masih ada penduduk miskin Kabupaten Lingga yang belum mampu membiayai pendidikan anaknya untuk menempuh pendidikan lanjutan ke pendidikan menengah maupun perguruan tinggi.

2. Masih terdapatnya penduduk Kabupaten Lingga yang masih mengalami buta huruf yakni

sebanyak 11,29 % hal tersebut mencerminkan bahwa angka melek huruf masih mencapai 89,71 % atau masih lebih rendah jika dibandingkan dengan target nasional sebesar 94 %.

3. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang

lebih tinggi, hal tersebut tercermin dari data lulusan siswa, dimana yang paling tinggi yaitu lulusan SD/MI mencapai 28,38 % diikuti dengan penduduk yang tidak atau belum tamat SD mencapai 24,29 %, lulusan SMP hanya mencapai 14,27 % dan lulusan SMU/MA/SMK yang hanya mencapai 13,76 %.

4. Masih tingginya angka putus sekolah hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata lama sekolah yang diselesaikan oleh penduduk berusia 15 tahun pada tahun 2014 hanya sekitar 5 tahun, sedangkan rata-rata nasional pada tahun 2009 untuk rata-rata lama sekolah sudah mencapai 8,25 tahun. Hal tersebut menunjukan bahwa penduduk

(5)

Kabupaten Lingga baru mampu menempuh pendidikan sampai kelas 5 SD saja atau putus sekolah pada kelas 6 SD.

5. Aksesibilitas pendidikan yang masih sangat rendah karena hampir seluruh capain pendidikan dibawah target nasional, hal tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan pendidikan di kabupaten Lingga masih perlu ditingkatkan, sehingga pencapaian target lima tahun medatang minimal sama dengan pencapaian nasional.

6. Masih rendahnya ketersedian lembaga pendidikan formal maupun nonformal.

7. Masih rendahnya kualitas serta kesejahteraan tenaga pendidikan dan tenaga

kependidikan.

4.1.3. Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dan hak dasar bagi setiap masyarakat, hal tersebut juga akan bermuara kepada kualitas sumber daya manusia. Dengan meningkatnya kualitas kesehatan maka diharapkan secara langsung akan meningkatkan produktivitas sumber daya manusia. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Beberapa permasalahan yang dihadapi Kabupaten Lingga dalam hal kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Masih rendahnya ketersedian sarana dan prasarana kesehatan yang ditunjukan dengan

masih adanya 2 rumah sakit, 8 puskesmas, 36 puskesmas pembantu, 6 puskesmas keliling, 7 balai pengobatan dan 64 polidesa. Jumlah tersebut masih belum mencukupi untuk menjangkau pelayanan kesehatan satu kabupaten.

2. Masih kurangnya tenaga medis yang ada saat ini. Dari data yang didapatkan jumlah dokter sebanyak 48 orang, jumlah tersebut terdiri dari dokter umum 32 orang dokter gigi 10 orang dan dokter spesialis 6 orang. Dan untuk tenaga paramedik terdiri dari perawat sebanyak 247 orang, perawat gigi sebanyak 8 orang, bidan sebanyak 157 orang. Khusus tenaga spesialis dirasakan sangat kurang.

3. Masih kurangnya pelayanan kesehatan spesialistik.

4. Belum terpenuhinya kesejahteraan dan fasilitas yang layak bagi tenaga kesehatan terutama yang berada di daerah terpencil.

(6)

4.1.4. Pekerjaan Umum

Infrastruktur merupakan permasalahan yang sering dihadapi diberbagai daerah tanpa terkecuali Kabupaten Lingga, dimana ketersediaan infrastruktur menjadi salah satu perhatian dalam memenuhi sarana dan prasarana dasar bagi berjalannya roda pembangunan daerah. Dalam urusan pekerjaan umum ini salah satu indikator yang menjadi perhatian adalah panjang jalan, untuk panjang jalan di Kabupaten Lingga sendiri pada tahun 2015 mencapai 744,53 KM. Terlepas dari hal tersebut Kabupaten Lingga sendiri masih dihadapkan pada berbagai permasalahan antara lain:

1. Masih terdapatnya kondisi jalan yang dalam kondisi rusak berat, sampai pada tahun 2015 dari 744,53 Km jalan yang ada, sekitar 88,8 Km atau 11,9% dalam kondisi rusak berat.

2. Belum terdapatnya grand desain infrastruktur jalan daerah.

3. Belum optimalnya penyediaan dan pengembangan infrastruktur pengairan.

4.1.5. Tata Ruang

Kabupaten Lingga Provinsi Kepulauan Riau merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kepulauan Riau yang telah memiliki Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (Perda RTRW), yaitu Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031. Dengan adanya Peraturan Daerah tersebut, semua hal yang terkait dengan pemanfaatan ruang mengacu pada Perda RTRW.

Dalam perkembangannya, ternyata banyak investor yang berminat untuk berinvestasi di Kabupaten Lingga. Beberapa investasi besar, berminat pada lokasi/lahan yang tidak sesuai dengan peruntukan ruangnya sebagaimana tertuang dalam RTRW.

Pemerintah Kabupaten Lingga menyambut baik dan menangkap peluang setiap investor yang ingin berinvestasi di Kabupaten Lingga, mengingat kondisi Kabupaten Lingga yang sedang dihadapkan pada permasalahan-permasalahan antara lain PAD yang relatif rendah dan sulitnya lapangan pekerjaan bagi masyarakat, sehingga dengan adanya rencana investasi swasta, tidak

(7)

saja akan sangat membantu dalam menekan angka pengangguran dan penyediaan lapangan pekerjaan tetapi juga dapat menggerakkan ekonomi di Kabupaten Lingga.

4.1.6. Perhubungan

Angkutan laut merupakan sarana perhubungan yang sangat vital dan strategis bagi masyarakat Kabupaten Lingga sebagai daerah kepulauan. Oleh karena itu, maka pembangunan di bidang angkutan terus ditingkatkan dan diperluas. Disamping itu masih terdapat berbagai permasalahan yang terjadi di Kabupaten Lingga, permasalahan tersebut antara lain:

1. Masih rendahnya kapasitas kapal angkutan penumpang yang tersedia.

2. Keterjangkauan biaya angkutan kapal laut untuk menyebrang dari satu pulau menuju ke pulau lainnya.

3. Penyempurnaan dan peningkatan manajemen serta dukungan fasilitas pelabuhan.

4. Menurunnya jumlah kunjungan kapal pada pelabuhan Dabo dan Senayang sehingga menghambat proses perekonomian.

5. Kondisi beberapa kapal kurang layak.

6. Pemenuhan kebutuhan dermaga bagi masyarakat.

7. Masih rendahnya fasilitas perhubungan udara di Dabo (Runway masih pendek sedang diupayakan perpanjangan lintasan).

8. Masih adanya daerah-daerah yang belum terdapat akses jaringan telekomunikasi.

4.1.7. Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah

Jumlah koperasi yang ada masih rendah yakni pada tahun 2015 hanya sebanyak 106 unit. Jumlah tersebut terdiri atas 11 Koperasi Unit Desa dan 95 Koperasi Non KUD. Dari data yang ada, jumlah anggota koperasinya pun masih sangat sedikit yakni 1.068 orang untuk KUD dan 6.216 orang untuk Non KUD.

Dalam mengembangkan eksistensinya dalam bidang usaha, koperasi, usaha kecil dan menengah memiliki kendala utama yang bersumber dari internal kondisi sendiri yakni kelemahan dalam hal modal. Modal yang sangat terbatas akan berpengaruh secara langsung terhadap aktifitas perkekonomian sehari-hari. Oleh karena itu pengembangan permodalan bagi

(8)

koperasi harus diprioritaskan, baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar koperasi. Selain itu, permasalahan lain yang ditemui yaitu masih rendahnya pengembangan SDM dan tata kelola koperasi yang ada.

4.1.8. Pertanian

Sama halnya dengan sektor lain, pada sektor pertanian juga merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari Pemerintah Kabupaten Lingga, dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi nasional. Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasilan bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan pekerjaan bagi sebagian penduduk. Sektor pertanian juga merupakan salah satu sektor penting yang sangat konsisten dalam perekonomian Kabupaten Lingga. Sektor ini memberi kontribusi cukup besar bagi perekonomian Kabupaten Lingga dibandingkan sektor-sektor lain. Disisi lain Kabupaten Lingga juga masih memiliki permasalahan di bidang pertanian yaitu:

1. Penurunan luas panen untuk beberapa komoditas pertanian.

2. Penurunan jumlah produksi tanaman ubi kayu yakni pada tahun 2015 sebesar 65,69 Ton.

3. Rendahnya produksi cabe yang hanya 125,6 ton.

4.1.9. Perkebunan

Dalam hal perkebunan di kabupaten Lingga hasil produksinya dapat mencapai 8.079,4 ton. Produksi palinggi tinggi berasal dari karet yakni sebesar 4.127 ton, kemudian diikuti oleh sagu sebesar 2.618 ton. Meskipun demikian hal tersebut tidak terlepas dari berbagai masalah, antara lain:

1. Rendahnya varietas produksi hasil perkebunan yang hanya didominasi oleh perkebunan

tingkat besar (karet, sagu).

2. Ketersedian data pengembangan potensi dan eksisting terkait perkebunan masih terbatas.

(9)

3. Masih rendahnya pemanfaatan sumber daya perkebunan, misalnya keterbatasan sarana dan prasarana perkebunan.

4.1.10. Peternakan

Bidang peternakan di Kabupaten Lingga sendiri bukan menjadi domoditas yang diunggulkan, namun jika dilihat dalam jumlah populasi terlihat cukup tinggi. Potensi peternakan juga memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan di Kabupaten Lingga. Pada tahun 2015, populasi ternak sapi dan kambing telah dihasilkan 1.958 ekor sapi, 896 ekor kambing yang tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Lingga. Populasi Ayam Kampung memiliki jumlah terbanyak yaitu sebanyak 116.682 ekor, populasi Ayam Petelur dan Ayam Pedaging masing-masing sebanyak 6.500 dan 35.850 ekor. Dan populasi Itik sebanyak 1548 ekor. Meskipun demikian permalahan peternakan juga kerap terjadi seperti:

1. Belum adanya balai pembibitan peternakan yang ada saat ini mengakibatkan harga jual dari hasil produksi peternakan juga semakin meningkat.

2. Belum adanya sentra peternakan yang dapat menghasilkan hasil produksi yang relatif tinggi. Populasi yang ada sebagian besar berasal dari masyarakat biasa.

3. Masih kurangnya rumah potong yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat mengolah hasil produksi perternakan.

4. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam bidang peternakan, saat ini peternakan masih dijadikan sebagai usaha sampingan yang hasilnya hanya digunakan untuk pemenuhan kebutuhan saja tidak dikembangkan secara profesional.

5. Pengetahuan dari peternak terkait dengan tata cara berternak yang baik masih sangat rendah.

6. Teknologi peternakan yang digunakan masih relatif sederhana.

7. Masih terdapatnya wabah penyakit yang kerap menyerang hewan ternak.

4.1.11. Perikanan

Untuk sub sektor perikanan di Kabupaten Lingga pada umumnya adalah perikanan laut. Pada tahun 2013, volume produksi perikanan laut sebesar 33.506,72 ton, pada tahun 2014

(10)

berkurang menjadi 33.454,50 ton atau mengalami penurunan sebesar 0,16%. Berkaitan dengan jumlah alat produksi perikanan dari tahun ke tahun cenderung mengalami penambahan. Pada tahun 2014 tercatat 7.219 unit alat penangkap ikan, 3.407 kapal motor, 75 motor tempel dan 2.931 perahu tanpa motor. Kemudian permasalahan yang dihadapi dalam bidang perikanan adalah:

1. Belum optimalnya produksi perikanan budidaya yang ada.

2. Belum optimalnya pertumbuhan PDRB yang dihasilkan dari bidang perikanan.

3. Masih rendahnya hasil pengolahan perikanan.

4. Masih rendahnya kapasitas kelompok nelayan.

5. Mayoritas nelayan masih hidup dalam garis kemiskinan.

6. Rendahnya pengelolaan potensi sumber daya kelautan.

4.1.12. Kehutanan

Hutan mempunyai peranan yang penting bagi stabilitas keadaan susunan tanah dan isinya. Luas hutan di Kabupaten Lingga berdasarkan SK Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.76/MenLHK-II/2015 pada tahun 2015 mencapai 109.906 Ha. Permasalahan utama yang dihadapi sektor kehutanan adalah adanya perambahan kawasan hutan lindung yang disebabkan lemahnya pengawasan.

4.1.13. Pariwisata

Potensi kepariwisataan di Kabupaten Lingga diarahkan pada pariwisata yang menggalakkan kegiatan ekonomi, sehingga lapangan pekerjaan, pendapatan masyarakat serta penerimaan daerah akan dapat meningkat melalui upaya pengembangan dan pendayagunaan berbagai potensi kepariwisataan. Jumlah objek wisata di Kabupaten Lingga tahun 2015 ada sebanyak 95 buah. Namun sama halnya dengan berbagai daerah lain permasalahan klasik juga dialami oleh Kabupaten Lingga yaitu:

1. Produk wisata belum dikemas secara baik sehingga kurang menarik wisatawan untuk berkunjung.

(11)

3. Belum optimalnya intensitas promosi yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam meningkatkan sektor pariwisata.

4. Belum optimalnya pengelolaan peluang kepariwisataan bahari. 5. Belum terdapat pengelolaan potensi wisata secara professional.

4.1.14. Perdagangan

Nilai volume perdagangan yang ada di Kabupaten Lingga dapat diketahui dari transaksi ekspor dan impor yang ada, berikut nilai ekspor dan impor yang ada di Kabupaten Lingga. Volume ekspor Kabupaten Lingga tahun 2014 mencapai 259.428.500 kg melalui Pelabuhan Dabo Singkep. Nilainya mencapai 8.815.770 US$ yang merupakan total nilai ekspor dari Kabupaten Lingga. Kemudian berkenaan dengan nilai impor Pada tahun 2013 volume impor dari negara Cina ke Kabupaten Lingga mencapai 163.000 kg dengan nilai sebesar 850.000 US Dollar. Permasalahan yang dihadapi pada bidang perdagangan adalah:

1. Masih rendahnya pengetahuan masyarakat terkait dengan penjualan yang terkait dengan ekspor.

2. Masih rendahnya modal untuk pengembangan usaha.

3. Masih rendahnya kemampuan mengolah bahan jadi untuk dijual.

4. Keberlangsungan penyediaan barang yang dibutuhkan cenderung sulit didapatkan.

5. Pengiriman barang seringkali terlambat akibat akses serta ketersedian sarana pengirimin sangat sedikit.

6. Belum memiliki fasilitas pelabuhan ekspor.

7. Distribusi perdagangan dari wilayah pemasok ke wilayah Kabupaten Lingga masih terbatas.

4.1.15. Perindustrian

Pembangunan di sektor industri adalah merupakan upaya dalam meningkatkan nilai tambah, menciptakan lapangan usaha, memperoleh kesempatan kerja, menyediakan barang dan jasa yang bermutu dengan harga yang bersaing di dalam negeri dan luar negeri, meningkatkan ekspor guna menunjang pembangunan daerah dan sektor-sektor pembangunan

(12)

lainnya serta mengembangkan kemampuan teknolog. Permasalahan yang sedang dihadapi saat ini dalam bidang perindustrian yang sangat menonjol adalah pengembangan berbagai industri yang sangat lambat.

Di Kabupaten Lingga sendiri jumlah industri besar, kecil maupun rumah tangga tidak mengalami peningkatan sama sekali setiap tahunnya. Tidak hanya itu masih relatif rendahnya kualitas sumber daya manusia di bidang ni juga masih menjadi masalah. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sistem pendidikan formal dan pola pelaksanaan pelatihan yang cenderung masih bersifat umum dan kurang berorientasi pada perkembangan kebutuhan dunia usaha.

Selain permasalahan yang telah dimuat diatas, maka terdapat juga permasalahan lainnya, yaitu:

1. Belum terdapat sentra IKM per wilayah maupun komoditi.

2. Peran BUMD masih sangat rendah.

3. Produk yang dihasilkan belum dapat berkompetisi dengan produk dari luar. 4. Rendahnya pemasaran hasil perindustrian yang ada.

4.1.16. Perekonomian Daerah

Salah satu aspek yang terdapat dalam perekonomian daerah adalah pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Semakin baik kualitas pertumbuhan maka semakin tinggi pula daya saing daerah tersebut. Peningkatan PDRB dan pendapatan per kapita menjadi salah satu ukuran dalam pencapaian tingkat kemakmuran masyarakat di suatu wilayah jika data tersebut disajikan secara berkala.

Pada tahun 2010 PDRB perkapita atas dasar harga berlaku sebesar Rp 21.473. 335,91 ,-

meningkat menjadi Rp. 32.694.393,93,- pada tahun 2014 (52,25%), sedangkan atas dasar harga

konstan, dari Rp. 21.540.312,- pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp. 27.217.816,- (26,35%) pada tahun 2014. Meskipun demikian dari pencapaian hasil tersebut tidak luput dari berbagai masalah yang sampai sekarang masih dihadapi antara lain:

1. Prinsip ekonomi kerakyatan belum diterapkan dalam pembangunan ekonomi

(13)

2. Kurangnya koordinasi Pemkab. Lingga dengan daerah lain dalam perencanaan pembangunan ekonomi.

3. Rendahnya kapasitas dan kemampuan masyarakat dalam berusaha melalui organisasi atau wadah ekonomi kolektif.

4. Belum optimalnya pemanfaatan potensi ekonomi desa dan kelurahan.

5. Pemkab Lingga belum optimal memanfaatkan posisi Singapura sebagai pusat

perdagangan dunia.

4.1.17. Iklim Berinvestasi

Pananaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi daerah. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan maraknya atau turunnya perekonomian. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian diharapkan setiap daerah khusunya Kabupaten Lingga menciptakan iklim yang dapat menggairahkan investasi. Untuk mempercepat pembangunan ekonomi daerah dan untuk mewujudkan kedaulatan politik dan ekonomi diperlukannya peningkatan penanaman modal untuk mengolah potensi ekonomi menjadi kekuatan ekonomi rill dengan menggunakan modal yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Di sisi lain Kabupaten Lingga sendiri masih dihadapkan kepada permasalahan yang terjadi dalam menarik investasi antara lain:

1. Masih rendahnya data potensi investasi di berbagai bidang potensial.

2. Legalitas tanah yang kerap menjadi penyebab timbulnya konflik antar warga.

3. Masih kurangnya jumlah lembaga perbankan yang ada di Kabupaten Lingga sampai saat

ini hanya terdapat 3 lembaga perbankan.

4. Belum adanya kebijakan insentif retribusi terhadap investasi baru. 5. Masih rendahnya sarana dan prasarana kegiatan promosi investasi. 6. Masih rendahnya kapasitas SDM yang secara khusus mengelola investasi. 7. Belum ada regulasi termasuk SOP terkait investasi.

(14)

4.1.18. Sumber Daya Manusia

Dalam konteks daya saing daerah menunjukkan bahwa pada saat ini kualitas sumber daya manusia Kabupaten Lingga masih perlu banyak peningkatan. Beban rasio tanggungan penduduk (Dependensy Ratio) dapat digunakan sebagai indikator daya saing suatu daerah. Tingginya angka beban tanggungan menyimpulkan tingginya juga faktor penghambat pembangunan ekonomi. Tidak hanya itu kulitas SDM yang ada pun masih relative rendah yang ditunjukan dengan masih rendahnya tingkat pendidikan masyarakat di Kabupaten Lingga.

4.2. Isu-Isu Strategis

Dalam memetakan isu-isu strategis selain didasakan kepada permasalahan yang sedang dihadapai oleh daerah, juga harus dipetakan permasalahan dari analisis lingkungan eksternal yaitu permasalahan dari dunia internasional, kebijakan nasional serta kebijakan regional. Disamping itu analisis lingkungan eksternal ini harus mampu menciptakan peluang yang akan muncul dalam 5 (lima) tahun mendatang, termasuk mengantisipasi berbagai ancamannya.

4.2.1. Kebijakan Internasional

Sebagai bagian dari masyarakat internasional tentunya dinamika yang terjadi secara global sangatlah penting untuk diperhatikan, karena hal tersebut sering memberikan dampak yang signifikan terhadap pembangunan dan perkembangan daerah, terutama kaitannya dengan pembangunan selama 5 (lima) tahun yang mendatang. Dari hasil analisis didapatkan bahwa isu yang sedang berkembang secara global adalah sebagai berikut:

1. Isu Lingkungan Hidup

Kesadaran masyarakat mengenai isu lingkungan hidup yang dipicu oleh berbagai kejadian diberbagai pelosok penjuru dunia berupa kebakaran hutan, bencana alam banjir, longsor, gempa bumi dan sebagainya yang banyak dikaitkan dengan gejala globar warming dan perubahan iklim dunia, sehingga menimbulkan tumbuhnya perhatian yang besar dari berbagai kelompok masyarakat dunia untuk semakin memperhatikan untuk

(15)

menjaga serta memelihara planet bumi sebagai akibat dari degradasi lingkungan yang mengglobal.

2. Perkembangan Ekonomi

Kondisi ekonomi global saat ini dan kedepannya akan menjadi tantangan sekaligus peluang bagi perekonomian Indonesia. Hal tersebut karena dipengaruhi oleh:

- Proses ekonomi global yang saat ini diperkirakan akan berlangsung secara moderat. - Pergeseran pusat ekonomi dunia yang diperkirakan terutama dari kawasan

Eropa-Amerika ke kawasan Asia Pasifik.

- Tren perdagangan global kedepannya tidak saja hanya dipengaruhi oleh peranan perdagangan barang.

- Harga komoditas secara umum diperkirakan menurun, namun harga produksi

manufaktur dalam tren meningkat.

- Semakin meningkatnya hambatan non tariff di Negara tujuan ekspor.

- Implementasi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 yang sudah dimulai tanggal 31 Desember 2015.

- Pergeseran fenomena kerjaama ekonomi ke arah plurilateral dan mega blok.

3. Perkembangan Bidang Teknologi Transportasi Dan Informatika

Pada saat ini semakin berkembang pesatnya teknologi transportasi dan informasi mengakibatkan jarak baik dari pengertian ruang maupun waktu menjadi relatif tidak ada artinya lagi. Dengan teknologi transportasi setiap orang dan barang dapat berpindah dengan cepat secara mudah demikian pula berbagai kejadian diseluruh pelosok dunia bahkan diluar bumi ini pun dapat diketahui oleh hampir setiap orang secara transparan dan real time. Perkembanan ini menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia dan hubungan antar negara dan bangsa di dunia termasuk didalamnya tatanan budaya, perekonomian dan hubungan antar manusia di dunia global.

(16)

4. Pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs)

Dengan berakhirnya pencapaian MDGs terdapat pula indikator baru yang harus dilaksanakan oleh setiap Negara maupun daerah guna meningkatkan pencapaian upaya-upaya kemiskinan, kelaparan, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender, pertumbuhan ekonomi, kesenjangan dll. Indikator-indikator tersebut merupakan bagian dari Sustainable Development Goals (SDGs).

4.2.2. Kebijakan Nasional

Dalam penentuan isu strategis di tingkat nasional masih diwarnai oleh kebijakan nasional, hal tersebut dimaksudkan agar perencanaan yang disusun pusat dan daerah akan sinkron dan menjamin tujuan pembangunan nasional telah mendukung dan dilaksanakan oleh daerah sehingga penentuan arah kebijakan Kabupaten Lingga sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh nasional. Dalam kaitannya dengan hal tersebut sesuai Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang RPJMN tahun 2015-2019, agenda pembangunan (nawa cita) sebagai berikut:

1. Menghadirkan kembali Negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara. Hal tersebut dapat terwujud dengan berbagai upaya antara lain pelaksanaan politik luar negeri yang bebas aktif, penguatan sistem pertahanan, memperkuat jatidiri sebagai Negara maritim, meningkatkan kualitas perlindungan warga Negara Indonesia dan badan hukum di luar negeri, melindungi hak dan keselamatan pekerja migram, memperkuat peran dalam kerjasama global dan regional, meminimalisasi dampak global, pembangunan industri pertahanan nasional, membangun POLRI yang professional, peningkatan ketersediaan dan kualitas data serta informasi kependudukan.

2. Membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya

dengan upaya-upaya berikut: melanjutkan konsolidasai demokrasi untuk memulihkan kepercayaan public melalui refomasi sistem kepartaian dan sistem pemilu, penguatan sistem presidensial dan penguatan lembaga perwakilan, meningkatkan peranan dan keterwakilan perempuan dalam politik dan pembangunan, membangun transparansi dan akuntabilitas kinerja pemerintah, penyempurnaan dan peningkatan kualitas refomasi

(17)

birokrasi nasional (RBN), meningkatkan partisipasi publik dalam proses pengambilan kebijakan publik dengan meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan kebijakan publik dan pengelolaan badan pubilk yang baik.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka kesatuan yang diwujudkan dengan upaya-upaya peletakan dasar-dasar dimulainya desentralisasi asimetris, pemerataan pembangunan antar wilayah terutama kawasan timur Indonesia, penguatan ketimpangan antar kelompok ekonomi masyarakat. 4. Memperkuat kehadiran Negara dalam melakukan refomasi sistem dan penegakan hukum

yang bebas korupsi, bermartabat, dan terpercaya melalui peningkatan penegakan hukum yang berkeadilan, pencegahan dan pemberantasan korupsi, pemberantasan tindakakn penebangan liar, perikanan liar, dan penambangan liar, pemberantasan narkoba dan psikotropika, menjamin kepastian hukum hak kepemilikan tanah, melindungi anak, perempuan, dan kelompok marjinal.

5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan upaya pembangunan kependudukan dan keluarga berencana, pembangunan pendidikan khususnya pelaksanaan program Indonesia Pintar, pembangunan kesehatan khususnya pelaksanaan program Indonesia Sehat, peningkatan kesejahteraan rakyat marjinal melalui pelaksanaan program Indonesia Kerja.

6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional melalui pembangunan konektivitas nasional untuk mencapai keseimbangan pembangunan, membangun transportasi massal perkotaan, membangun infrastruktur/prasarana dasar, peningkatan efektivitas, dan efisiensi dalam pembiayaan infrastruktur, penguatan investasi, mendorong BUMN menjadi agen pembangunan, peningkatan kapasitas inovasi dan teknologi, akselerasi pertumbuhan ekonomi nasional, pembangunan kapasitas perdagangan nasional, peningkatan daya saing tenaga kerja.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-sektor strategis ekonomi domestik melalui peningkatan kedaulatan pangan, kedaulatan energi, pelestarian sumber daya alam, lingkungan hidup dan pengelolaan bencana, pengembangan ekonomi maritim dan kelautan, penguatan sektor keuangan, penguatan kapasitas fiskal Negara.

(18)

8. Melakukan revolusi karekter bangsa.

9. Memperteguh kebhinekaan dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Adapun sasaran pokok RPJMN 2014-2019 adalah sebagai berikut : 1. Sasaran makro ;

Yang dibagi atas IPM dan Ekonomi Makro.

2. Sasaran pembangunan manusia dan masyarakat ;

Yang dibagi atas Kependudukan dan KB, Pendidikan dan pembangunan Kesehatan.

3. Sasaran pembangunan sektor unggulan ;

Yang dibagi atas Kedaulatan Pangan, Kedaulatan Energi, Maritim dan Kelautan, Pariwisata dan Industri, Ketahanan Air, Infrastruktur Dasar dan Konektivitas.

4. Sasaran dimensi pemerataan ;

Yang dibagi atas indikator Menurunkan kesenjangan antar kelompok ekonomi, Meningkatkan cakupan pelayanan dasar dan akses terhadap ekonomi produktif masyarakat kurang mampu, Meningkatkan Rumah Tangga Miskin (RTM) produktif, Peningkatan daya saing tenaga kerja, Meningkatkan kualitas dan keterampilan pekerja, Peningkatan daya saing UMKM dan koperasi.

5. Sasaran pembangunan wilayah dan antar wilayah ;

Yang dibagi atas Pembangunan Perdesaan, Pengembangan Kawasan Perbatasan, Pembangunan Pusat-Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa, Pembangunan Kawasan Perkotaan.

6. Sasaran Polhukhankam ;

Yang meliputi Politik & Demokrasi, Penegakan Hukum, Tata Kelola Dan Reformasi Birokrasi serta Pertahanan Dan Keamanan.

Bila ditinjau lebih lanjut, kebijakan nasional yang termuat dalam Buku III RPJMN 2015-2019 yang berlokasi di Kabupaten Lingga, sebagai berikut:

(19)

2. Percepatan pembangunan ASDP diprioritaskan untuk Pengembangan Dermaga Penyeberangan Lingga dan Pengembangan Dermaga Penyeberangan Penarik (P. Lingga) Lintas Dabo – Penarik.

3. Pembangunan pelabuhan di pulau Singkep.

4. Pengembangan bandara Dabo.

5. Pembangunan Jalan Sei Buluh-Jagoh-Kote-Dabo

6. Pembangunan Jalan Sei Tenam-Sp. Limbung-Tj.Buton

7. PLTMG Dabo Singkep-1 15 MW

8. Percepatan pembangunan pendidikan yaitu pembangunan Techno Park berbasis kelautan dan pariwisata,

9. USB SMP di daerah perbatasan dan USB SMK di daerah perbatasan.

10. Pembangunan serat optik antar seluruh kabupaten/ kota.

4.2.3. Kebijakan Regional

Sama halnya dengan isu strategis nasional dalam pentuan isu-isu strategis pada tingkat regional pun masih mengacu kepada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh Provinsi Kepulauan Riau. Idealnya, dalam penyusunan RPJMD Kabupaten Lingga mempedomani RPJPD Kabupaten Lingga dan RPJMD Provinsi Kepulauan Riau. Namun berhubung Provinsi Kepulauan Riau juga sedang menyusun RPJMD 2016-2021, maka telaahan dilakukan berdasarkan Rancangan Akhir RPJMD Provinsi Kepulauan Riau 2016-2021. Hal ini disajikan sebagai berikut:

Isu strategis pembangunan Provinsi Kepulauan Riau yang akan ditangani dalam jangka waktu lima tahun kedepan meliputi:

1. Kemiskinan Perlu Terus Diturunkan

Tingkat kemiskinan di Provinsi Kepulauan Riau meskipun cenderung menurun dari tahun 2010 sebesar 8,13% (137.072 jiwa) menjadi 6,24% (122.398 Jiwa) pada tahun 2015, namun lebih tinggi jika dibandingkan Provinsi Bangka Belitung (4,97%).

2. Pengangguran Cukup Tinggi

Tingkat pengangguran terbuka cukup tinggi, yaitu sebesar 6,20% pada tahun 2015. Apabila tidak memperoleh perhatian serius angka pengangguran dapat terus meningkat.

(20)

3. Kualitas Pembangunan Manusia Belum Optimal

IPM Provinsi Kepulauan Riau menunjukkan kecenderungan meningkat. Angka IPM pada tahun 2014 sebesar 73,40 perlu terus ditingkatkan agar kualitas SDM semakin baik, sehingga Angka Usia Harapan Hidup, Angka Rata-rata Lama Sekolah, Angka Harapan Sekolah, dan Tingkat pengeluaran perkapita (daya beli) semakin tinggi.

4. Kesetaraan dan Keadilan Gender Masih Rendah

IPG Provinsi Kepri pada tahun 2014 baru mencapai 93,20, dan IDG tahun 2013 sebesar 60,79. IPG Provinsi Kepri masih lebih rendah dibandingkan kondisi ideal yaitu menuju angka 100. Dilihat capaian masing-masing indikator pembentuk IPG dan IDG, secara umum masih terdapat kesenjangan hasil pembangunan antara laki-laki dan perempuan pada bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan politik.

5. Pemerataan dan Mutu Pendidikan Masih Rendah

Pemerataan dan kualitas pendidikan masih belum optimal, terkendala pada kondisi geografis masing-masing kabupaten/kota yang dipisahkan oleh laut. APK SMA/SMK/MA relatif rendah, baru mencapai 89,37% pada tahun 2015. Pemerataan guru pada wilayah terpencil belum merata.

6. Derajat Kesehatan Masyarakat belum optimal

Derajat kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau belum optimal. Angka Usia Harapan Hidup tahun 2014 sebesar 69,97 tahun, AKI sebesar 137 per 100.000 KH, AKB sebesar 16 per 1.000 KH, AKBa sebesar 25 per 1000 KH dan Gizi Buruk sebesar 0,53%. Prevalensi penyakit menular dan penyakit tidak menular juga tinggi.

7. Kuantitas dan Kualitas Infrastruktur Belum Memadai

Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik tahun 2015 sebesar 71,97%, Proporsi rumah tangga kumuh perkotaan 10,20%, Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak 73,57%, Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi dasar 71,35%. Disamping itu,

terdapat pula permasalahan keterbatasan ketersediaan dan menurunnya kualitas air baku.

(21)

8. Kesenjangan Antar Daerah Cukup Tinggi

Kesenjangan pembangunan antar daerah masih tergolong tinggi, terutama antara Kota Batam dengan kabupaten/kota yang lain. Ketimpangan pedapatan antar kelompok penduduk menunjukkan angka yang cukup tinggi sebesar 0,36 pada tahun 2013.

9. Pengembangan Wilayah Perbatasan Belum Optimal

Kepulauan Riau memiliki 19 Pulau Terluar (Karimun 2, Batam 4, Bintan 1, Natuna 7, Anambas 5) yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Baru 1.795 pulau dari 2.408 pulau yang diakui dan 613 masih dalam proses penetapan di PBB. Tingkat pengembangan wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga belum optimal.

10. Kapasitas Fiskal Daerah yang Terbatas dan Tata kelola pemerintahan belum optimal Kapasitas keuangan daerah untuk membiayai belanja daerah relatif kecil, pada tahun 2015 total penerimaan (pendapatan daerah dan penerimaan pembiayaan daerah) hanya sebesar 2.637 milyar rupiah.

11. Pengembangan Kemaritiman dan pariwisata

Kepulauan Riau memiliki luas wilayah laut seluas 96% dengan potensi maritim dan wisata yang besar, namun saat ini belum dikembangkan.

12. Konektivitas Antar Pulau dan Antar Kabupaten Kota

Transportasi udara (penerbangan komersial) belum menjangkau seluruh Kabupaten. Transportasi antar pulau belum memadai dari aspek sarpras (pelabuhan dan dermaga dan kapal angkutan umum). Hal ini ditandai dengan jumlah pelabuhan internasional 11 unit, Jumlah pelabuhan barang internasional 6 unit, Pelabuhan Perintis 5 unit, Pelabuhan Samudera 3 unit.

13. Kerentanan terhadap Kerawanan Pangan yang Tinggi

Situasi kerentanan terhadap kerawanan pangan di kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Riau tergolong tinggi. Berdasarkan peta ketahanan pangan dan kerentanan pangan kabupaten/kota tahun 2015, dari sebanyak 43 kecamatan, tidak ada kecamatan yang termasuk Prioritas 1 dan 2, ada 3 kecamatan pada Prioritas 3 (6,98 %), 10 kecamatan pada Prioritas 4 (23,26 %), 9 kecamatan pada Prioritas 5 (20,93 %), dan 21 kecamatan pada Prioritas 6 (48,84 %). Kecamatan-kecamatan di Prioritas 3 dan 4 merupakan

(22)

kecamatan-kecamatan yang memiliki kerentanan terhadap kerawanan pangan dan gizi tingkat sedang, sedangkan prioritas 5 dan 6 termasuk kategori tahan pangan.

14. Belum Optimalnya Pelestarian Budaya Melayu

Pelestarian nilai-nilai dan seni budaya melayu perlu ditingkatkan. Persentase cagar budaya yang dilestarikan sampai dengan tahun 2015 baru mencapai sebesar 14,97%. Capaian tersebut tergolong sangat rendah, sehingga ke depan perlu mendapatkan perhatian untuk dapat ditingkatkan. Jumlah Event Kebudayaan Tingkat regional, nasional dan International pada tahun 2015 hanya dilaksanakan sebanyak 2 kali.

15. Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan serta Ancaman Bencana

Masalah lingkungan yang paling rentan di wilayah Provinsi Kepulauan Riau adalah pembuangan limbah industri, tumpahan minyak dari aktivitas transportasi, pengeboran minyak lepas pantai, dan pengilangan minyak, serta penambangan pasir. Rata-rata jumlah limbah slop oil dan sludge oil yang terdampar dan mencemari pantai bagian utara Pulau Bintan setiap tahunnya mencapai 50 ton. Selain itu, terdapat pula permasalahan berupa penurunan kualitas udara yang diakibatkan industri, kendaraan bermotor, pembakaran sampah rumah tangga dan kebakaran hutan; degradasi hutan, lahan, wilayah pesisir, pulau-pulau kecil dan pulau terdepan; dan meningkatnya volume limbah domestik dan B3 serta terbatasnya sarana dan prasarana pengolahan, serta tingginya ancaman bencana alam dan non alam.

Visi Provinsi Kepulauan Riau periode 2016-2021 adalah: ”Terwujudnya Kepulauan Riau

sebagai Bunda Tanah Melayu yang Sejahtera, Berakhlak Mulia, Ramah Lingkungan dan Unggul di Bidang Maritim” .

Kata kunci dari visi Provinsi Kepulauan Riau periode 2016-2021 meliputi sebagai berikut:

a. Sebagai Bunda Tanah Melayu

Mengandung arti bahwa Provinsi Kepulauan Riau diharapkan tetap menjadi wilayah yang menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan seni budaya melayu dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai adat dan budaya melayu tersebut dilestarikan agar tidak pudar terpengaruh oleh budaya luar.

(23)

b. Sejahtera

Sejahtera menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mengandung arti aman sentosa dan makmur; selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran, dsb). Masyarakat sejahtera dapat diartikan secara luas yaitu masyarakat yang terpenuhinya kebutuhan dasarnya (pendidikan, kesehatan, pekerjaan, pangan, perumahan, dan jaminan sosial). c. Berakhlak Mulia

Berakhlak mulia mengandung arti bahwa diharapkan masyarakat Provinsi Kepulauan Riau telah dapat mempertahankan nilai-nilai moralitas masyarakat melayu dimana Agama Islam menjadi sumber utama referensinya dengan dasar keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, dan bagi masyarakat selain Islam juga dapat melaksanakan ajaran agamanya, sehingga tercipta kerukunan antar umat beragama.

d. Ramah Lingkungan

Ramah lingkungan mengandung arti bahwa wilayah Provinsi Kepulauan Riau diharapkan menjadi wilayah dengan lingkungan yang bersih, sehat, asri, dan nyaman sehingga perlu didukung dengan sistem pengelolaan lingkungan dan sistem pengelolaan sampah yang baik, pemanfaatan ruang yang memenuhi aspek daya dukung lingkungan, dan dilengkapi ruang terbuka hijau yang memadai.

e. Unggul di Bidang Maritim

Unggul di bidang maritim diartikan bahwa Provinsi Kepulauan Riau dicita-citakan memiliki keunggulan pada sektor kemaritiman, sehingga mampu mewujudkan tujuan pembangunan bidang maritim, yaitu: meningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya nelayan, pembudidaya ikan, dan masyarakat pesisir Provinsi Kepulauan Riau; menghasilkan produk dan jasa kelautan yang berdaya saing tinggi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kepri, Indonesia, dan ekspor; meningkatkan kontribusi sektor kelautan bagi perekonomian Provinsi Kepulauan Riau (PDRB, nilai ekspor, dan PAD) secara signifikan; Menciptakan lapangan kerja dalam jumlah cukup besar; meningkatkan kesehatan dan kecerdasan rakyat melalui peningkatan konsumsi ikan, seafood, dan produk perikanan; dan Memelihara daya dukung lingkungan dan kelestarian sumberdaya kelautan.

(24)

Dalam rangka mewujudkan visi maka misi yang yang ditempuh, sebagai berikut:

1. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu.

2. Meningkatkan daya saing ekonomi melalui pengembangan infrastruktur berkualitas dan merata serta meningkatkan keterhubungan antar kabupaten/kota.

3. Meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan dan profesionalisme Sumber Daya Manusia

sehingga memiliki daya saing tinggi.

4. Meningkatkan derajat kesehatan, kesetaraan gender, pemberdayaan masyarakat,

penanganan kemiskinan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

5. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis maritim, pariwisata, pertanian untuk

mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan antar wilayah serta meningkatkan ketahanan pangan

6. Meningkatkan iklim ekonomi kondusif bagi kegiatan penanaman modal (investasi) dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.

7. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis industri dan perdagangan dengan

memanfaatkan bahan baku lokal.

8. Meningkatkan daya dukung, kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.

9. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, aparatur birokrasi yang

profesional, disiplin dengan etos kerja tinggi serta penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas.

Rumusan tujuan dan sasaran yang akan dicapai Provinsi Kepulauan Riau sampai dengan tahun 2021 dikelompokkan sesuai dengan Misi sebagai berikut.

Misi 1. Mengembangkan perikehidupan masyarakat yang agamis, demokratis, berkeadilan, tertib, rukun dan aman di bawah payung budaya Melayu.

1. Melestarikan nilai-nilai dan seni budaya melayu guna mewujudkan masyarakat kepulauan riau yang berkepribadian dan Berakhlak Mulia, dengan sasaran:

a. Meningkatnya kelestarian nilai-nilai dan seni budaya melayu sebagai kekayaan budaya daerah.

(25)

b. Meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai agama.

2. Meningkatkan keamanan, ketenteraman, ketertiban, kerukunan, dan nasionalisme di

masyarakat, dengan sasaran: terciptanya lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan kondusif serta meningkatnya jiwa nasionalisme masyarakat.

Misi 2. Meningkatkan daya saing ekonomi melalui pengembangan infrastruktur berkualitas dan merata serta meningkatkan keterhubungan antar kabupaten/kota.

1. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur dan keterhubungan antar wilayah dan antar pulau untuk mendukung pertumbuhan wilayah secara merata, dengan sasaran:

a. Terhubungnya antar pulau dan antar kabupaten/kota di wilayah provinsi. b. Meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan dan jembatan Provinsi.

2. Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana pengairan untuk mendukung produktivitas pertanian, dengan sasaran: meningkatnya fungsi sarana prasarana pengairan (irigasi).

3. Meningkatkan penyediaan prasarana dan sarana dasar masyarakat agar dapat hidup secara

layak, dengan sasaran:

a. Meningkatnya kapasitas dan fungsi sanitasi dan air bersih/minum.

b. Meningkatknya kualitas lingkungan permukiman dan perumahan dikawasan perkotaan

dan perdesaan.

c. Meningkatnya rasio elektrifikasi.

Misi 3. Meningkatkan kualitas pendidikan, ketrampilan dan profesionalisme Sumber Daya Manusia sehingga memiliki daya saing tinggi.

1. Meningkatkan Kualitas sumberdaya manusia agar berpendidikan, berprestasi dan berdaya saing, dengan sasaran:

a. Meningkatnya Ketersediaan, Keterjangkauan, Kualitas, Kesetaraan dan Kepastian pendidikan.

(26)

2. Meningkatkan calon tenaga kerja yang terampil dan berdaya saing serta terpenuhi hak dan perlindungannya, dengan sasaran: meningkatnya kualitas, daya saing dan penempatan tenaga kerja, serta perlindungan terhadap tenaga kerja.

Misi 4. Meningkatkan derajat kesehatan, kesetaraan gender, pemberdayaan masyarakat, penanganan kemiskinan dan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS).

1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang tinggi dengan pelayanan yang terjangkau

dan berkualitas, dengan sasaran:

a. Meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak, pengendalian penyakit menular

dan tidak menular.

b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan rujukan.

2. Menurunkan angka kemiskinan baik di wilayah perdesaan maupun perkotaan, dengan sasaran: Menurunnya persentase penduduk miskin.

3. Meningkatkan keberdayaan masyarakat perdesaan, dengan sasaran: Meningkatnya

keberdayaan ekonomi masyarakat dan kelembagaan masyarakat perdesaan.

4. Meningkatkan kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan, dengan sasaran:

Meningkatnya kesetaraan dan keadilan gender dalam pembangunan

5. Meningkatkan penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial, dengan sasaran: Meningkatnya penanganan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial.

Misi 5. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis maritim, pariwisata, pertanian untuk mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kesenjangan antar wilayah serta meningkatkan ketahanan pangan.

1. Meningkatkan produksi perikanan, budidaya, perikanan tangkap, dan hasil olahan

perikanan, dengan sasaran: Meningkatnya produksi perikanan dan hasil olahan perikanan. 2. Meningkatkan kunjungan wisata baik nusantara maupun mancanegara dengan sasaran:

(27)

3. Meningkatkan Produksi Pertanian, perkebunan dan peternakan guna memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan sasaran: Meningkatnya produksi pertanian, perkebunan dan peternakan.

4. Meningkatkan Ketahanan Pangan Masyarakat secara merata di seluruh kabupaten/kota dengan sasaran: Meningkatnya ketersediaan, distribusi dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi, berimbang dan aman serta terjangkau bagi masyarakat di seluruh wilayah.

5. Meningkatkan keterpaduan pembangunan wilayah perbatasan dengan sasaran:

Meningkatnya pembangunan wilayah perbatasan.

Misi 6. Meningkatkan iklim ekonomi kondusif bagi kegiatan penanaman modal (investasi) dan pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah.

1. Meningkatkan minat dan realisasi investasi di provinsi Kepulauan Riau, dengan sasaran: Meningkatnya realisasi investasi domestik dan investasi asing, pelayanan perijinan, serta kebijakan yang menjamin kepastian hukum bagi pelaku usaha.

2. Meningkatkan kemandirian dan daya saing koperasi dan UKM sebagai usaha ekonomi rakyat, dengan sasaran: Meningkatnya kualitas dan kuantitas koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah.

Misi 7. Meneruskan pengembangan ekonomi berbasis industri dan perdagangan dengan memanfaatkan bahan baku lokal.

Meningkatkan ekspor dan produktivitas industri berbahan baku lokal, dengan sasaran:

a. Meningkatnya kuantitas dan omset produksi industri pengolahan berbasis bahan baku

lokal.

b. Meningkatnya kinerja sektor perdagangan dan sarana prasarana perdagangan, serta pengamanan perdagangan.

Misi 8. Meningkatkan daya dukung, kualitas dan kelestarian lingkungan hidup.

1. Meningkatkan kualitas lingkungan hidup, pengelolaan dan pelestarian hutan, perluasan RTH dan penanganan lahan kritis secara berkelanjutan, dengan sasaran: Berkurangnya

(28)

kerusakan lingkungan, terkelolanya hutan dan laut secara lestari, meningkatnya luas ruang terbuka hijau publik di wilayah perkotaan, dan berkurangnya lahan kritis secara berkelanjutan.

2. Menjaga Kelestarian sumberdaya kelautan dan perikanan yang berkelanjutan dengan sasaran:

a. Lestarinya sumber daya kelautan dan perikanan.

b. Menurunnya kasus Illegal, Unreported dan Unregulated (IUU) Fishing

Misi 9. Mengembangkan tata kelola pemerintahan yang bersih, akuntabel, aparatur birokrasi yang profesional, disiplin dengan etos kerja tinggi serta penyelenggaraan pelayanan publik yang berkualitas.

1. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas SDM aparatur, dengan sasaran: Meningkatnya kemampuan, profesionalitas dan etos kerja aparatur pemerintah

2. Meningkatkan Kualitas Pelayanan pada unit-unit pelayanan publik berbasis teknologi informasi, dengan sasaran:

a. Meningkatnya kualitas pelayanan publik, pengelolaan informasi publik, dan penerapan e-government.

b. Meningkatnya pelayanan perpustakaan Provinsi Kepulauan Riau.

c. Meningkatnya tata kelola jaminan keamanan informasi menggunakan persandian

(aspek kerahasiaan, keutuhan, ketersediaan, keaslian dan/atau nir-sangkal).

3. Meningkatkan kinerja pemerintahan dan kualitas perencanaan pembangunan daerah,

dengan sasaran:

a. Meningkatnya prestasi kinerja pemerintah provinsi Kepulauan Riau.

b. Meningkatnya kualitas dokumen perencanaan pembangunan.

4. Meningkatkan kapasitas fiskal daerah dalam membiayai pembangunan, dan meningkatkan

kualitas pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah provinsi dan kabupaten/kota, dengan sasaran: Meningkatnya pendapatan daerah, dan terwujudnya Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), APBD, dan LPP APBD Provinsi dan kabupaten/kota yang tepat waktu dan akuntabel.

(29)

4.2.4. Telaahan terhadap Prioritas Pembangunan Tahap III RPJPD Kabupaten Lingga

Berdasarkan RPJPD Kabupaten Lingga 2005-2025 Tujuan pembangunan jangka panjang Kabupaten Lingga, yaitu:

a. Mewujudkan masyarakat yang beriman dan lingkungan yang aman dan tenteram.

b. Melestarikan dan menumbuhkembangkan budaya Melayu.

c. Mewujudkan tatanan kehidupan yang berlandaskan hukum.

d. Mewujudkan masyarakat yang berdaya saing.

e. Mewujudkan pengelolaan sumber daya unggulan sektor pertanian, kelautan dan pariwisata

secara optimal.

f. Mewujudkan kemandirian ekonomi yang mensejahterakan masyarakat.

g. Menciptakan wilayah yang maju dengan dukungan sarana, prasarana dan utilitas yang mendukung pembangunan ekonomi, sosial dan budaya.

Sasaran pembangunan jangka panjang pada dasarnya adalah kuantifikasi visi dan misi pada akhir periode ke 20 (dua puluh). Sasaran menjelaskan target dari capaian pembangunan jangka panjang pada akhir tahun ke- 20 Kabupaten Lingga. Sasaran pembangunan jangka panjang Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kerukunan hidup beragama dalam kehidupan bermasyarakat.

2. Terwujudnya karakter daerah yang unggul dan modern berbasiskan budaya melayu.

3. Terwujudnya penegakan dan kepastian hukum serta tatanan kehidupan masyarakat yang

demokratis.

4. Meningkatnya kualitas pendidikan masyarakat.

5. Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat.

6. Terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan.

7. Terpenuhinya pembangunan infrastuktur yang menjangkau keseluruh wilayah Kabupaten

(30)

Berdasarkan pelaksanaan, pencapaian, dan sebagai keberlanjutan RPJMD ke-1 dan ke-2, maka RPJMD ke-3 ini ditujukan untuk lebih memantapkan sasaran pembangunan Kabupaten Lingga di segala bidang dengan menekankan kepada:

1. Pengamalan nilai-nilai agama dalam kehidupan bermasyarakat;

2. Pemantapan Lingga sebagai pusat budaya melayu;

3. Pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Lingga diatas angka rata-rata nasional;

4. Peningkatan pemerataan akses dan mutu pendidikan;

5. Peningkatan derajat kesehatan guna meningkatkan kualitas hidup masyarakat; 6. Peningkatan kualitas pengetahuan dan keterampilan angkatan kerja;

7. Peningkatan perluasan kesempatan kerja;

8. Peningkatan pemberdayaan masyarakat miskin;

9. Penguatan dan pemberdayaan masyarakat dan lembaga perekonomian berbasis

potensi;

10. Pengembangan potensi pertanian, keluatan dan pariwisata secara berkelanjutan.

11. Pengembangan sistem penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien sesuai dengan prinsip-prinsip good governance;

12. Peningkatan pelayanan publik sesuai dengan kewenangan yang disertai dengan pelayanan dasar kepada masyarakat berdasarkan Standar Pelayanan Minimal (SPM); 13. Penegakan supremasi hukum, hak-hak asasi manusia, demokrasi dan pengembangan

kehidupan berpolitik;

14. Penyediaan pasokan energi listrik bagi kepentingan rumah tangga, dunia usaha dan transportasi;

15. Penyediaan dan pengembangan prasarana dan sarana transportasi laut dan darat dengan mempertimbangkan kondisi geografis Lingga yang terdiri dari daerah kepulauan dengan 3 (tiga) pulau besar yaitu Daik, Singkep dan Senayang; dan

16. Penyediaan air bersih, sanitasi dan penataan perumahan yang layak huni yang dilengkapi dengan telekomunikasi.

(31)

4.2.5. Telaahan terhadap RTRW Kabupaten Lingga

Peraturan Daerah Kabupaten Lingga Nomor 2 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031 mengamatkan beberapa arahan rencana pemanfaatan struktur dan pola ruang. Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait RPJMD Kabupaten Lingga 2016-2021, yaitu:

a. Kawasan Strategis:

Kawasan strategis yang ada di Kabupaten terdiri atas: 1) Kawasan Strategis Provinsi (KSP)

(1) Kawasan Strategis Provinsi di Kabupaten merupakan kawasan strategis Provinsi dari sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi dan pendayagunaan sumber daya alam, yang difokuskan pada pengembangan potensi pertanian meliputi:

a. tanaman pangan;

b. hortikultura; c. perkebunan; d. perternakan; dan e. perikanan.

(2) KSP yang ada di Kabupaten meliputi:

b. Kawasan strategis dari sudut kepentingan pengembangan ekonomi di kawasan

sentra produksi pertanian Desa Bukit Langkap dan Desa Kerandin terletak di Kecamatan Lingga Timur; dan

c. kawasan strategis dari sudut kepentingan pengembangan ekonomi di kawasan

sentra produksi pertanian Desa Bukit Harapan dan Desa Linau terletak di Kecamatan Lingga Utara.

2) Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) (1) KSK meliputi:

a. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

(32)

c. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi meliputi: a. kawasan industri Sungai Tenam terletak di Kecamatan Lingga; b. kawasan industri Marok Tua terletak di Kecamatan Singkep Barat; c. kawasan perikanan Tajur Biru terletak di Kecamatan Senayang;

d. kawasan perikanan Penuba Pulau Selayar terletak di Kecamatan Selayar; dan e. kawasan wisata bahari Pulau Benan dan pulau-pulau sekitarnya terletak di

Kecamatan Senayang.

(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya meliputi:

a. kawasan cagar budaya perkampungan Damnah; dan

b. kawasan cagar budaya Pulau Mepar.

(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan meliputi:

a. kawasan hutan lindung Gunung Daik terletak di Pulau Lingga; b. kawasan hutan lindung Gunung Lanjut terletak di Pulau Singkep;

c. kawasan Gunung Muncung terletak di Pulau Singkep; dan

d. kawasan cagar alam laut dan suaka alam laut terletak di Kecamatan Senayang.

b. Arahan pemanfaatan ruang

Arahan pemanfaatan ruang merupakan upaya perwujudan rencana tata ruang yang dijabarkan kedalam indikasi program utama penataan/pengembangan kota dalam jangka waktu perencanaan 5 (lima) tahunan sampai akhir tahun perencanaan. Pemanfaatan ruang untuk mewujudkan rencana strktur dan pola ruang dilakukan secara bertahap sesuai dengan prioritas penanganannya.

Prioritas penanganan perwujudan penataan ruang di Kabupaten Lingga adalah sebagai berikut:

(33)

2) Perwujudan sistem transportasi dan telekomunikasi yang dapat mengatasi kesenjangan antar wilayah dan mempercepat pertumbuhan kawasan;

3) Pengembangan kawasan permukiman perkotaan yang ditetapkan sebagai pusat

kegiatan wilayah dan pusat kegiatan lokal;

4) Pengelolaan sumberdaya alam secara lestari dan berkelanjutan sebagai bagian dari sistem penyediaan infrastruktur wilayah; dan

5) Perwujudan kawasan pariwisata sebagai pendorong pengembangan ekonomi yang

berbasis pada masyarakat.

Rincian mengenai arahan pemanfaatan lahan di Kabupaten Lingga disajikan dalam RTRW Kabupaten Lingga Tahun 2011-2031.

4.2.6. Telahaan KLHS terhadap Rancangan RPJMD Kabupaten Lingga 2016-2021

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah serangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa kaidah pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan atau program.

Tujuan pelaksanaan KLHS dalam penyusunan RPJMD, yaitu:

a. memastikan bahwa prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam penyusunan RPJMD dan Renstra SKPD, dan

b. meningkatkan kualitas RPJMD dan Renstra SKPD sebagai upaya perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup.

Pokja KLHS merumuskan langkah-langkah mitigasi/adaptasi dan/atau alternatif berdasarkan deskripsi pengaruh program prioritas dengan isu strategis sebagai upaya meminimalkan potensi dampak terhadap lingkungan yang diperkirakan muncul. Berikut ini mitigasi/adaptasi terhadap program prioritas pembangunan daerah.

(34)

Tabel. T-IV.1.

Mitigasi/Adaptasi Terhadap Program Prioritas Pembangunan Daerah

No. Program Pembangunan Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif

1 Program Peningkatan dan

Pengembangan Prasarana Kelautan dan Perikanan

Pengembangan prasarana kelautan apabila tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran laut, kebisingan, kemacetan, polusi udara berupa gangguan kebauan dan lainnya

Pembuatan tempat IPAL dan drainase pada areal tempat pelelangan ikan, pembuatan kapal menggunakan bahan dasar fiber, penempatan kelong yang tidak berada diatas karang, penggunaan bahan pakan ikan yang bukan dari kimia,

pembuatan prasana kelautan dan perikanan di areal yang bukan habitan mangrove dll

2 Program pengembangan perikanan budidaya

Pencemaran air, pencemaran udara, kerusakan vegetasi, dll

Penggunaan pakan ikan yang berbahan dasar bukan dari kimia, pembuatan keramba jaring apung (KJA) diareal yang bukan ditumbuhi vegetasi, pembuatan sarana dan prasana penunjang pengembangan perikanan budidaya di areal yang bukan habitan mangrove,dll

3 Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/ Perkebunan

Pencemaran udara, pencemaran air, perncemaran tanah yang diakibatkan penggunaan teknologi pertanian yang kurang ramah lingkungan

Penggunaan teknologi ramah lingkungan (minim limbah, minim bahan bakar, produktivitas tinggi, aman digunakan),

meminimalisir penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia, memaksimalkan penggunaan pupuk organik, dll

4 Program peningkatan produksi pertanian/perkebunan

Pencemaran udara, pencemaran air, perncemaran tanah dll

Meminimalisir penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia, memaksimalkan penggunaan pupuk organik, pemanfaatan lahan masyarakat yang tidak termanfaatkan (lahan tidur),

menggunakan tenaga kerja tempatan yang terlebih dahulu diberi pelatihan, dll

5 Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan

Pencemaran udara berupa gangguan kebauan, pencemaran air, mengganggu aktifitas transportasi, terjadinya kecelakaan, dll

Melakukan pemeliharaan ternak dengan menggunakan kandang ternak, pembuatan kandang ternak jauh dari pemukiman penduduk, memanfaatkan kotoran ternak untuk pupuk kompos/energi alternatif, pembuatan IPAL, dll

6 Program Peningkatan Ketahanan Pangan (pertanian/perkebunan)

Pencemaran udara, pencemaran air, perncemaran tanah dll

Meminimalisir penggunaan pupuk dan obat-obatan kimia, memaksimalkan penggunaan pupuk organik, pemanfaatan lahan sesuai dengan peruntukannya (produktivitas baik, tidak beresiko terhadap kerusakan lingkungan), dll

7 Program Pengembangan Industri Kecil dan Menengah

Akan berdampak buruk pada lingkungan ekologi, seperti: Menurunnya kualitas air dan tanah, meningkatnya kebisingan dan

Penerapan konsep eco-eficiency, yaitu pemanfaatan sumber-sumber daya secara efisien, baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak, dalam batas-batas kapasitas ekosistem

(35)

No. Program Pembangunan Dampak Mitigasi/Adaptasi/Alternatif

rumah kaca (GRK), munculnya sedimentasi khususnya di wilayah perairan, meningkatnya limbah domestik, terganggunya ekosistem darat dan perairan, degradasi lahan, menurunnya populasi biota darat dan perairan, terpicunya kejadian genangan air bahkan banjir bila pembangunan drainase tidak terintegrasi dengan baik, terpicunya penurunan populasi ikan

tertentu,terganggunya aliran air tanah, konversi lahan, dll

limbah yang dihasilkan dengan cara pengolahan akhir pipa (end of pipe); Penerapan prinsip preventif cleaner production (produksi bersih) yang dapat menghasilkan keuntungan-keuntungan seperti penggunaan prinsif 3R (Reduce, Reuse dan Recycle), konservasi bahan baku, energi dan air, reduksi jumlah atau tingkat toksisitas emisi pada sumber, evaluasi dari pilihan teknologi, efisiensi manajemen lingkungan dalam rancangan dan Pengurangan eksploitasi SDA. Sebagai tambahan, perlu

diperhatikan pula pengurangan bahaya terhadap keselamatan dan kesehatan kerja; Perkuatan daya saing produk di pasaran; Perbaikan kinerja dan peningkatan produktivitas; Peningkatan citra perusahaan dan peningkatan kepercayaan konsumen terhadap produk. pengiriman; Minimalisasi limbah sehingga mengurangi buangan; Peningkatan efisiensi penggunaan bahan baku, air dan energi

8 Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri

Akan berdampak buruk pada lingkungan ekologi, seperti: Menurunnya kualitas air dan tanah, meningkatnya kebisingan dan polusi udara, meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK), dll

Penggunaan teknologi industri yang ramah lingkungan, baik dari segi jenis dan jumlah penggunaan bahan bakar, pelumas, tingkat efektifitas serta produktifitas, efesiensi penggunaan bahan baku, limbah yang dihasilkan minim, dll

9 Program Pemenuhan Pangan Asal Ternak dan Agribisnis Peternakan Rakyat

Pencemaran udara berupa gangguan kebauan, pencemaran air, mengganggu aktifitas transportasi, terjadinya kecelakaan, dll

Melakukan pemeliharaan ternak dengan menggunakan kandang ternak, pembuatan kandang ternak jauh dari pemukiman penduduk, memanfaatkan kotoran ternak untuk pupuk kompos, dll

10 Program pembangunan jalan dan jembatan

Akan berdampak buruk pada lingkungan ekologi, seperti: Menurunnya kualitas air dan tanah, meningkatnya kebisingan dan polusi udara, meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK), meningkatnya debu, munculnya sedimentasi, meningkatnya limbah domestik, terganggunya ekosistem perairan, degradasi vegetasi dan lahan, menurunnya populasi biota perairan, terganggunya pasokan air bersih, terpicunya kejadian genangan air

Perbaikan jalan yang rusak akibat mobilisasi alat berat, pembatasan tonase, penyiraman jalan secara berkala untuk mencegah pencemaran udara, penghijauan, pembuatan tanggul atau drainase sementara untuk pengendalian air larian,

pemindahan dan perbaikan utilitas, perkuatan tebing, pengendalian air tanah, penataan lansekap untuk mengatasi perubahan bentang alam, pemberitahuan kepada masyarakat sekitar dan pengaturan jadwal kerja untuk mengatasi kebisingan, penggunaan bor untuk mengatasi kerusakan pada bangunan sekitar akibat getaran, penanaman pohon dan tanaman hias untuk mengakomodasi nilai estetika, pemilihan lokasi quarry

Referensi

Dokumen terkait

Kualitas proses pengawasan yang dilakukan terhadap jam operasional tempat hiburan umum Video game/Playstation oleh Satpol PP sesuai dengan SOP yang telah

Dari (6) enam jenis penyu yang ada di Indonesia, 5 (lima) diantaranya telah dilindungi dengan peraturan perundang-undangan. Penyu tersebut adalah penyu belimbing

Tujuan: Penelitian ini bertujuan mendeteksi keberadaan pepsin pada penderita refluks laringofaring yang didiagnosis berdasarkan refluks symptom index (RSI) dan

Oleh karena itu, dengan adanya faktor penghambat yang beraneka ragam di Pondok Pesantren Bahauddin Al- Ismailiyah, hal yang dapat dilakukan yaitu dengan selalu menjaga

menunjukkan proses interaksi manusia (di dalamnya ada aparatur hukum, pengacara dan terdakwa, serta masyarakat) yang saling berkaitan dalam membangun dunia

11) informasi tentang sanksi administratif yang dikenakan kepada Emiten atau Perusahaan Publik, anggota Dewan Komisaris dan Direksi, oleh otoritas Pasar Modal dan otoritas

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan visualisasi pola aliran, koefisien rugi, serta penurunan tekanan pada aliran air-crude oil yang melalui

Dari Syaibah Al-Hajabiy dari pamannya ( „ Utsman bin Thalhah Al- Hajaibiy) RA, ia berkata, "Ada tiga hal yang membuatmu tulus mencintai saudaramu, yaitu kamu