• Tidak ada hasil yang ditemukan

Korelasi antara self monitoring dan customer orientation pada perawat di rumah sakit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Korelasi antara self monitoring dan customer orientation pada perawat di rumah sakit"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI ANTARA SELF MONITORING DAN CUSTOMER ORIENTATION PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Nia Sulastry Siagian

129114067

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

Tetapi seperti ada tertulis:

“ apa

yang tak pernah dilihat oleh mata,

Dan tidak pernah didengar oleh telinga,

Dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia:

Semua di sediakan Allah untuk mereka yang

Mengasihi Dia.”

-1 Korintus 2:9-

Tetapi jawab Tuhan kepadaku:

Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu,

Sebab justru dalam kelemahanlah

Kuasa-

Ku menjadi Sempurna.”

-2 Korintus 12:9a-

“ Kita Harus Selalu ingat, bahwa Tidak ada Kekalahan

Sebelum Waktu Benar-Benar Sudah Habis.

Kalau Kita Tetap Tidak Menyerah, Selalu Ada Kesempatan

Di Detik-Detik Terakhir.

Itulah Yang Menjadi Suluh Semangatku. “

-Unknown-

(5)

My Beloved Family

(6)
(7)

KORELASI ANTARA SELF MONITORING DAN CUSTOMER ORIENTATION PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT

Nia Sulastry Siagian

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara self monitoring

dan customer orientation. Peneliti berhipotesis bahwa terdapat hubungan yang positif antara self monitoring dan cutomer orientation. Subjek dalam penelitian ini adalah perawat yang telah memiliki pengalaman kerja di rumah sakit minimal satu tahun berjumlah 84 perawat. Data penelitian mengenai self monitoring dan

customer orientation diungkap dengan menggunakan adaptasi self monitoring scale dan customer orientation scale. Skala self monitoring versi adaptasi memiliki estimasi reliabilitas 0.896 dan customer orientation scale versi adaptasi memiliki estimasi reliabilitas sebesar 0.886. analisis data menggunakan korelasi

Spearman’s rho. Hasil penelitian menunjukan korelasi antara self monitoring dan

customer orientation sebesar 0.842 dengan nilai p = 0,000 ( p < 0,05), yang berarti ada hubungan positif yang kuat antara self monitoring dan customer orientation

pada taraf signifikansi 5%.

(8)

CORRELATION BETWEEN SELF MONITORING AND CUSTOMER ORIENTATION ON NURSES IN HOSPITAL

Nia Sulastry Siagian

ABSTRACT

This research aimed to know the correlation between self monitoring and customer orientation. The hypothesis was there was a positif correlation between self monitoring and customer orientation. The subject were 84 nurses who had work experience in hospital minimized one year. The data about self monitoring was revealed by the adaptation of self monitoring scale with the reliability 0,896 and, customer orientation was revealed by the adaptation of customer orientation scale with the reliability 0,886. The result were shown that correlation coefficient of self monitoring and customer orientation was 0,842, p = 0,000 (p < 0,05), that means there was a positif and strong correlation between self monitoring and customer orientation at 5% significant level.

(9)
(10)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya hanturkan kepda Tuhan Yesus Kristus atas

semua kasih dan karuniaNya selama proses penulisan skripsi ini sehingga

dapat selesai dengan baik. Terima kasih Tuhan Yesus karena selalu

memberikan kekuatan serta jalan keluar bagi setiap permasalahan atau

kendala yang saya hadapi selama proses penulisan skripsi ini.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

sarjana psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai dengan

baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak T. Priyo Widiyanto, M. Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si., selaku Kepala Program Studi

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Suster Lidwina, selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis

menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

4. Bapak T. M. Raditya Hernawa, M. Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang selalu meluangkan waktunya untuk membimbing, memberikan saran,

semangat, motivasi, dan jalan keluar dari setiap kendala yang saya hadapi

(11)

ii

5. Segenap Dosen Psikologi yang telah mendidik, memberikan banyak ilmu

pengetahuan dan pengalamannya selama penulis menempuh pendidikan di

fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

6. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta (Mas Gandung, Mas Muji, dan Bu Nanik) yang selalu ramah

dalam membantu serta terbuka untuk memberikan berbagai informasi yang

dibutuhkan sehingga dpat melancarkan proses penulisan Skripsi ini sampai

selesai.

7. Mr. Mark Synder selaku pembuat skala Self Monitoring versi asli yang telah terbuka dan bersedia memberikan izin untuk adaptasi skala ke dalam

Bahasa Indonesia agar dapat digunakan penulis dalam penyusunan skripsi

ini

8. Mr. Brown selaku pembuat skala Customer Orientation versi asli yang telah memberikan izin untuk mengadaptasi skala ke dalam Bahasa

Indonesia agar dapat digunakan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

9. Papa, Mama, abang Andry, dan Abang Very, terima kasih untuk cinta

kasih, semangat, dan dukungan yang selalu kalian berikan. Terima kasih

untuk waktu yang telah kalian luangkan untuk mendengar semua sukacita

maupun keluh kesah yang penulis ceritakan. Terima kasih untuk doa yang

selalu dipanjatkan serta dukungan materi yang diberikan selama penulis

menempuh pendidikan di perguruan tinggi ini.

10. Felix Bernando Sitanggang, terima kasih untuk cinta kasih, dukungan,

(12)

iii

mendengarkan keluh kesah dan jadi tempat bertukar pikiran. Terima

kasih untuk setiap hal yang sudah dilakukan agar penulis tetap ceria dan

semangat dalam proses penyusunan skripsi dari awal hingga skripsi ini

selesai.

11. Delvi, Dara, Guerika, Priska, Nikur, Rini, Novia, Elga, dan Ajeng yang

sudah memberikan semangat, saling mendukung

12. Bella Tesalonika sebagai adik kos yang selalu menemani penulis pergi

jalan-jalan dan juga dalam pengerjaan skripsi. Terima kasih untuk

semangatnya, dukungannya, dan waktunya.

13. Terima kasih buat Hana, kak Evi, kak Jeni, mas Yus sebagai keluarga di

Yogyakarta. Terima kasih untuk kasih sayang, perhatian, dan

dukungannya kepada penulis. Terima kasih untuk setiap waktu yang

sudah diberikan untuk kebersamaannya

14. Terima kasih untuk semua perawat yang sudah membantu penulis dengan

cara menjadi subjek dalam peneltian ini. Terima kasih untuk waktu yang

telah diluangkan untuk mengisi skala penulis dan terima kasih sudah

memberikan jawaban dengan baik.

15. Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi 2012 yang saling mendukung

dan berproses bersama. Sukses untuk kita semua 

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

(13)

iv

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan

masih terdapat banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu,

penulis mengharapkan adanya kritik dan saran dari pembaca untuk

memperbaiki karya penulis ini. Terima kasih.

Yogyakarta,

Penulis,

(14)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ………... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ………... iii

HALAMAN MOTTO ……… iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ………. v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………... vi

ABSTRAK ……… vii

ABSTRACT ……….viii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………... ix

KATA PENGANTAR ……… x

DAFTAR ISI ……… xiv

DAFTAR TABEL ………... xvii

DAFTAR SKEMA ………... xix

DAFTAR GAMBAR ……… xx

DAFTAR LAMPIRAN ……… xxi

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A.Latar Belakang Masalah ………. 1

B.Rumusan Masalah ……….. 7

C.Tujuan Penelitian ……… 8

D.Manfaat Penelitian ……….. 8

(15)

vi

2. Manfaat Praktis ………... 8

BAB II LANDASAN TEORI ………... 10

A. Customer orientation ………... 10

1. Pengertian Customer Orientation ……… 10

2. Dimensi Customer Orientation ………....11

3. Faktor yang mempengaruhi Customer Orientation ………. 12

B. Self Monitoring………. 14

1. Pengertian Self Monitoring ……….. 14

2. Bentuk Self Monitoring………... 15

3. Komponen Self Monitoring………. 17

4. Dampak Self Monitoring………. 20

C.Dinamika hubungan antara Self Monitoring dan Customer Orientation ..21

D.Skema Penelitian ……….. 24

E. Hipotesis ………... 25

BAB III METODE PENELITIAN ………... 26

A.Jenis Penelitian ………. 26

B.Identifikasi Variabel ………. 26

1. Variabel Tergantung ……… 26

2. Variabel Bebas ………. 26

C.Definisi Operasional ………. 26

1. Self Monitoring ……… 26

2. Customer Orientation……….. 27

(16)

vii

E. Alat Pengambilan Data ………. 28

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ……….31

1. Validitas ……….31

2. Reliabilitas ………. 33

G.Analisis Data ……… 38

1. Uji Asumsi ………. 38

a. Uji Normalitas ……….... 38

b. Uji Linieritas ………...39

2. Uji Hipotesis ……….. 39

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 41

A.Persiapan Penelitian ………..41

B.Pelaksanaan Penelitian ………..41

C.Deskripsi Subjek Penelitian ………...42

D.Deskripsi Data Penelitian ………..43

E. Hasil Penelitian ………..47

1. Uji Normalitas ………....47

2. Uji Linieritas ………..50

3. Uji Hipotesis ………...52

4. Analisis Tambahan ……… 54

a. Analisis One Sample T-Test antara Jenis Kelamin dan Customer Orientation ………....54

b. Korelasi Lama Bekerja dan Customer Orientation ………...56

(17)

viii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….60

A.Kesimpulan ………....60

B.Keterbatasan Penelitian ……….60

C.Saran ………..61

1. Bagi Penelitian Selanjutnya ………..61

2. Bagi Rumah Sakit ……….61

3. Bagi perawat ……….61

DAFTAR PUSTAKA ………....62

(18)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Sebaran Item Self Monitoring Scale ...……….29

Tabel 2. Sebaran Item Customer Orientation Scale ..………30

Tabel 3. Ringkasan Koefisien Alpha dan Varians tiap Dimensi Self

Monitoring………35

Tabel 4. Ringkasan Koefisien Alpha dan Varians tiap Dimensi Customer Orientation………37

Tabel 5. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek………..42

Tabel 6. Deskripsi Lama Bekerja Subjek………...43

Tabel 7. Hasil Pengukuran Deskripsi Variabel Self Monitoring dan Customer Orientation………43

Tabel 8. Analisis One Sample T-test Mean Empirik dan Mean Hipotetik Self Monitoring………44

Tabel 9. Analisis One Sample T-test Mean Empirik dan Mean Hipotetik Customer Orientation………...44

Tabel 10. Rumus Kategori Self Monitoring dan Customer Orientation……45

Tabel 11. Kategorisasi Self Monitoring dan Customer Orientation………..46

Tabel 12.Test of Normality………48

Tabel 13.Test of Liniearity………51

Tabel 14. Korelasi Self Monitoring dan Customer Orientation……….53

Tabel 15. Uji Mann Whitney Jenis Kelamin dan Customer Orientation…...54

(19)

x

DAFTAR SKEMA

(20)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kurva Normal Self Monitoring………49

Gambar 2. Kurva Normal Customer Orientation………..50

(21)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Perhitungan Alpha Cronbach, Varians dan rit Tiap Dimensi

Self Monitoring………...65

LAMPIRAN 2. Perhitungan Alpha Cronbach, Varians dan rit Tiap Dimensi

Customer Orientation……….72

LAMPIRAN 3. Self Monitoring Scale………...76

LAMPIRAN 4. Customer Orientation Scale……….79

LAMPIRAN 5. Hasil Direct-Translation Self Monitoring Scale dan

Customer Orientation Scale………82

LAMPIRAN 6. Hasil Back Translation Self Monitoring Scale dan Customer Orientation Scale………87

LAMPIRAN 7. Hasil Pemeriksaan Native Speaker Self Monitoring Scale

dan Customer Orientation Scale……….92

LAMPIRAN 8. Skala Adaptasi Self Monitoring……….104

LAMPIRAN 9. Skala Adaptasi Customer Orientation………...108

LAMPIRAN 10. Hasil Perhitungan SPSS Uji Asumsi dan Uji Hipotesis...110

(22)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Saat ini kesehatan merupakan salah satu peluang bisnis yang cukup baik.

Hal ini terbukti dengan semakin banyaknya rumah sakit atau klinik swasta yang

berdiri. Bahkan, di Indonesia juga telah berdiri beberapa rumah sakit bertaraf

internasional. Rumah sakit baik swasta maupun milik pemerintah berusaha

menjaring pasien sebanyak-banyaknya dengan meningkatkan pelayanan

kesehatannya.

Pelayanan kesehatan yang berkualitas merupakan kebutuhan bagi setiap

individu, untuk itu diperlukan penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang

terkendali biaya dan kualitasnya. Dalam hal ini, rumah sakit sebagai organisasi

sosial bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan yang berkualitas kepada

setiap pasien. Pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia sendiri pun belum bisa

di akses dengan mudah dan murah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

pengaduan-pengaduan masyarakat mengenai pelayanan yang ada di rumah sakit.

Taufik Yasak selaku Kepala Perwakilan Ombudsman Provinsi Jambi,

mengatakan jumlah pengaduan masyarakat kepada Ombudsman terkait buruknya

pelayanan publik, salah satunya pelayanan di rumah sakit terus meningkat selama

tiga tahun terakhir. Jumlah pengaduan tahun 2014 sebanyak 107 laporan, tahun

2015 sebanyak 117 laporan, dan tahun 2016 jumlahnya meningkat hampir 2 kali

(23)

Selain itu, Ade Irawan selaku Koordinator Divisi Monitoring Pelayanan

Publik Indonesia Corruption Watch (ICW) menyatakan bahwa berbagai rumah sakit baik pemerintah maupun swasta umumnya masih belum bersikap ramah

terhadap pasien miskin. Keluhan-keluhan umum seperti buruknya pelayanan

perawat, sedikitnya kunjungan dokter pada pasien rawat inap dan lamanya

pelayanan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan (apoteker dan petugas

laboratorium) (http://health.kompas.com) menjadi pemicu rendahnya kepercayaan

masyarakat terhadap mutu pelayanan yang ada di Indonesia dan lebih memilih

untuk mencari pelayanan kesehatan ke luar negeri. http://rona.metrotvnews.com/.

Henky Hermanto selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Pengembangan

Destinasi Pariwisata, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dalam

Medical Excellence Japan Seminar: Indonesia-Japan Medical Collaboration, menyebutkan beberapa alasan penduduk Indonesia berobat ke luar negeri antara

lain mencari teknologi pengobatan yang lebih canggih, mencari layanan

kedokteran yang lebih unggul, mendapatkan layanan keperawatan yang lebih baik,

dan ada pula yang berobat ke luar negeri karena biayanya lebih murah.

(http://health.kompas.com).

Tingginya migrasi pasien ke luar negeri untuk mendapatkan layanan

kesehatan menjadi suatu fenomena di Indonesia. Fakta menunjukkan bahwa

beberapa tahun terakhir ini ditemukan suatu kecenderungan yang cukup tinggi

dalam masyarakat untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan pengobatan di

(24)

Menurut MenKes, mengutip data National Health Care Group International Business Dev Unit (NHG-IBDU) Singapura, tercatat 50% pasien international yang berobat di Singapura adalah warga Indonesia. Tercatat juga

rata-rata jumlah pasien dari Indonesia yang berobat ke Malaysia pada tahun 2012

adalah 12.000 orang/tahun atau sekitar 32 pasien per hari (www.depkes.go.id).

Selain itu, Ketua Kongres Dokter Bedah Paul Tahalele, menyebutkan bahwa pada

tahun 2013 ada sekitar 600 ribu warga Indonesia dari kelompok menengah ke atas

yang berobat keluar negeri.

Salah satu SDM terpenting dalam rumah sakit adalah perawat. Menurut

Swansburg (dalam Fitrianasari dkk, 2014) jumlah perawat yang ada di rumah

sakit sekitar 40% - 60% dari seluruh tenaga yang ada. Seorang perawat memiliki

tanggung jawab yang cukup besar dalam melakukan praktek keperawatan seperti,

menjaga dan merawat pasien, memberikan obat kepada pasien, serta memberikan

motivasi dan perhatian kepada pasien ( www.jobdesc.net). Dari tugas-tugas yang

telah dijelaskan diatas maka penting untuk pihak manajemen rumah sakit

memberikan perhatian terhadap praktik pelayanan keperawatan.

Kualitas pelayanan yang sering disebut dengan singkatan SERVQUAL

(service quality) menurut Parasuraman (1996)dibangun atas adanya perbandingan dua faktor utama yaitu persepsi pelanggan atas layanan yang nyata mereka

terima/rasakan (perceived service) dengan layanan yang sesungguhnya diharapkan/diinginkan (expected service). Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan maka layanan dapat dikatakan bermutu. Apabila kenyataan sama

(25)

pelayanan (service quality) dapat didefinisikan sebagai seberapa jauh perbedaan antara kenyataan dan harapan pelanggan atas layanan yang mereka

terima/peroleh.

Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan masyarakat harus

berusaha membentuk karyawan yang berorientasi kepada pelanggan. Menurut

Chang (dalam Ratnasiri, 2012) orientasi pada pelanggan itu penting, terutama

pada karyawan yang menjadi frontline dan secara langsung memberikan pelayanan kepada pelanggan. Hal ini dikarenakan akan berdampak pada penilaian

pelanggan terhadap pelayanan yang mereka rasakan.

Penelitian yang dilakukan oleh Saxe dan Weitz (1982) menemukan bahwa

ada hubungan yang positif dan signifikan antara customer orientation dan kinerja pada tenaga penjual untuk membantu dan menjaga hubungan dengan

pelanggannya.

Brown, John, Todd, dan Jane (2002) mendefinisikan customer orientation

sebagai tendensi atau kecenderungan karyawan dalam memenuhi kebutuhan

pelanggan dan mereka menikmati dalam melakukan pekerjaannya tersebut. Lebih

jauh lagi Brown, dkk (2002) mengemukakan bahwa dalam melakukan pelayanan

(26)

mereka menikmati dalam melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhan pelanggan

tersebut.

Customer orientation sendiri merupakan dasar dari fungsi pemasaran, dimana perusahaan selalu berusaha memuaskan kebutuhan pelanggan dan

berhubungan erat dengan pelanggan. Hal ini tercermin dari upaya perusahaan

untuk selalu dapat dengan tepat mengidentifikasikan apa yang dibutuhkan dan

diinginkan oleh pelanggannya, dan berupaya untuk memperkecil perbedaan (gap) apa yang diinginkan dari produk atau jasa yang dihasilkan dengan apa yang

seharusnya mereka terima (Franke & Eun Park (2006)..

Stock & Hoyer (2005) menyebutkan bahwa customer orientation dapat dianalisis berdasarkan dua level, yaitu analisis pada level organisasi dan level

individu pemberi jasa. Prespektif keduanya, menjelaskan bahwa customer orientation mengacu pada sejauh mana seorang pemberi jasa berusaha untuk meningkatkan kepuasan pelanggan jangka panjang, yang berakibat pada

terbentuknya hubungan jangka panjang.

Hingga saat ini, cukup banyak penelitian yang fokus pada faktor-faktor

yang mempengaruhi customer orientation di level individu pemberi jasa, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Dawn, Deerer, dan Jane (2007) yang

meneliti pengaruh kepribadian terhadap perilaku customer orientation. Eppler (dalam Noor, 2005) dalam penelitiannya pada sejumlah sales di Malaysia

menemukan bahwa ada hubungan positif antara self-monitoring terhadap

(27)

Snyder (1974) mengungkapkan bahwa individu dengan self monitoring

adalah seseorang yang sangat sensitif terhadap perubahan ekspresi dalam

pengaturan sosial, selanjutnya digunakan sebagai pedoman untuk berprilaku yang

tepat. Ajzen (dalam Moningka & Widyarini, 2005) menyebutkan bahwa individu

yang memiliki prototip high self monitoring, biasanya sangat memperhatikan penyesuaian tingkah laku dengan situasi yang dihadapi. Akibatnya, individu ini

menjadi sangat peka terhadap isyarat-isyarat sosial, dan berusaha menampilkan

perilaku; baik secara verbal maupun non verbal berdasarkan isyarat tersebut.

Menurut Synder (1974)individu dengan low self monitoring adalah individu yang melakukan segala kegiatannya berdasarkan pada apa yang dirasakan dan

dipercayai.

Penelitian yang dilakukan oleh Baron & Byrne (dalam Moningka &

Widyarini, 2005) mengemukakan bahwa self monitoring sebagai faktor yang dapat mempengaruhi hubungan interpersonal. Hasil penelitiannya membuktikan

bahwa individu dengan self monitoring yang tinggi mempunyai hubungan interpersonal yang baik. Hal ini disebabkan karena individu ini mampu mengatur

perilakunya sesuai dengan tuntutan lingkungan. Miller dan Cardy (2002), juga

mengemukakan bahwa self monitoring dapat mempengaruhi performansi kerja individu. Individu dengan self monitoring yang baik (high self monitor) akan lebih mudah beradaptasi, sehingga dapat mempengaruhi performansi mereka.

Jika dikaitkan dengan customer orientation, self monitoring akan menjadi sifat yang bermanfaat dalam melakukan pemberian jasa (Dawn dkk, 2007).

(28)

lebih baik untuk berorientasi kepada pelanggan daripada seseorang dengan self-monitoring rendah (Noor & Muhammad, 2006). Hal ini membuat orang yang memiliki self-monitoring tinggi memiliki kemampuan untuk “membaca” isyarat

dari pelanggan dan menyesuaikan perilaku dan penjualannya dengan tampilan

yang sesuai (Dawn, dkk, 2007) dengan demikian pelanggan mendapatkan

kepuasan dari pelayanan yang diberikan oleh karyawan.

Penelitian yang dilakukan oleh Eppler (dalam Noor & Muhammad, 2005),

menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara self monitoring dan

customer orientation. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Noor (2005) pada 445 orang agen asuransi yang ada di Malaysia menemukan bahwa tidak ada

hubungan yang signifikan antara self monitoring dan customer orientation. Dengan adanya penelitian yang kontradiktif pada dua penelitian sebelumnya,

peneliti tertarik untuk meneliti hubungan antara antara self monitoring dan

customer orientation pada perawat di rumah sakit.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena tingginya masyarakat Indonesia yang berobat keluar

negeri untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas, maka peneliti

tertarik untuk meneliti apakah ada hubungan antara self-monitoring dan customer orientation pada perawat ?

C. Tujuan Penelitian

(29)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat, yaitu :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian ilmu

psikologi konsumen dan psikologi sosial, terutama yang berkaitan

dengan self-monitoring dan customer orientation karyawan.

2. Manfaat Praktis

 Bagi Rumah Sakit

Sebagai bahan masukan bagi manajemen rumah sakit dalam

pelaksanaan pembinaan perawat khususnya pengetahuan tentang

self monitoring dan customer orientation dalam menjalankan tugasnya.

 Bagi Perawat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi

(30)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. CUSTOMER ORIENTATION

1. Pengertian Customer Orientation

Saxe dan Weitz (1982) menyebutkan orientasi pelanggan

mencerminkan kesediaan karyawan untuk memenuhi kebutuhan

konsumen dan tidak hanya fokus pada peningkatan volume penjualan

secara keseluruhan. Karyawan dengan orientasi pelanggan yang tinggi

mengeluarkan lebih banyak waktu dan usaha untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan, dengan demikian mereka lebih berhasil dalam

mempertahankan hubungan jangka panjang dengan pelanggan.

Menurut Hoffman dan Ingram (1992) perilaku orientasi pelanggan

dapat dilihat sebagai pelaksanaan dari konsep pemasaran pada tingkat

penyediaan pelayanan individual terhadap pelanggan. Sehingga,

karyawan yang berorientasi tinggi terhadap pelanggan memiliki perilaku

yang mengarah pada terciptanya kepuasan pelanggan untuk jangka

panjang dan menghindari perilaku yang dapat menimbulkan

ketidakpuasan pelanggan.

Brown, John, Todd, dan Jane (2012) juga mengatakan bahwa

orientasi pelanggan merupakan kecenderungan karyawan untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan dalam konteks pekerjaan. Lebih jauh

(31)

kecenderungan karyawan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan

derajat dimana mereka menikmati dalam melakukannya.

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para

ahli tersebut, peneliti menggunakan definisi yang diungkapkan oleh

Brown (2002) untuk digunakan dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan

definisi tersebut sesuai dan dapat menggambarkan tujuan dari penelitian

ini .

2. Dimensi Customer Orientation

Brown, dkk (2002) mengemukakan bahwa dalam melakukan

pelayanan orientasi pelanggan terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi

kebutuhan (need dimesion) yang diadaptasi dari skala yang disusun oleh

Saxe and Weitz (1982) dan dimensi kenikmatan (enjoyment dimension) yang disusun berdasarkan hasil diskusi dengan praktisi bank dan industri

rumah sakit. Berikut penjelasan masing-masing dimensi:

1. Need Dimension

Need dimension atau dimensi kebutuhan yang merepresentasikan kebutuhan karyawan untuk dipercaya mampu

memberikan kepuasan terhadap pelanggan.

2. Enjoyment Dimension

Enjoyment dimension atau dimensi kenikmatan yang merepresentasikan kecendrungan karyawan saat mereka memberikan

pelayanan kepada pelanggan sekaligus mereka menikmati dalam

(32)

3. Faktor yang mempengaruhi Customer Orientation

1. Sifat-sifat Kepribadian

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Eppler (dalam Noor, 2005)

menyebutkan sifat-sifat kepribadian dapat mengukur orientasi

pelanggan. Contohnya: kepribadian self monitoring meningkatkan orientasi pelanggan.

2. Dukungan Pengawas

Susskin, Kacmar, & Borchgrevink (2003) menyebutkan bahwa

karyawan layanan yang merasa didukung, mungkin memiliki lebih

banyak kekuatan untuk memenuhi kebutuhaan pelanggan dan untuk

menangani pelanggan yang sulit. Hal ini pada akhirnya akan

meningkatkan orientasi pelanggan pada karyawan.

3. Dukungan teman sekerja

Tsai, Chen, & Cheng (2009) mengatakan bahwa karyawan yang

menerima banyak dukungan dari rekan kerja mereka, mendapatkan lebih

banyak kekuatan untuk menangani pelanggan yang sulit untuk dilayani. Hal

ini juga didukung oleh pernyataan Ducharme dan Martin (2000) yang

menyebutkan bahwa karyawan menerima lebih banyak pertimbangan,

dukungan emosional, informasi mengenai pelanggan, dan pedoman kerja

dari rekan kerja mereka dalam menjalankan pekerjaan.

4. Tingkat pengalaman/masa kerja

Saxe dan Weitz (1982) menyebutkan bahwa tenaga penjual yang

berpengalaman dan akrab dengan kebutuhan pelanggan dalam jangka

(33)

berorintasi pelanggan yang lebih tinggi daripada rekan-rekan mereka

yang kurang berpengalaman.

5. Jenis kelamin

Studi yang dilakukan oleh Bartol (1976) di tempat kerja telah

menunjukkan bahwa perempuan lebih mementingkan komponen

sosial dan interpersonal dalam pekerjaan mereka dibandingkan

laki-laki. Busch dan Bush (1978) juga menyatakan bahwa dalam

lingkungan penjualan, wanita lebih menempatkan nilai yang lebih

besar pada hubungan mereka dengan pelanggan dibandingkan dengan

laki-laki.

6. Komitmen Organisasi

DeCotiis dan Summers (1987) menyebutkan bahwa anggota yang

sangat berkomitmen dengan organisasi akan bekerja lebih keras untuk

melaksanakan tujuan dan nilai-nilai perusahaan. Hal yang sama juga

diungkapkan oleh Dunlap. B. J., Michael. D. & Terry. M. C. (1988)

bahwa tenaga penjual yang mengidentifikasi diri dengan organisasi,

yaitu komitmen organisasi, akan bekerja keras untuk memuaskan

(34)

B. SELF MONITORING

1. Pengertian Self monitoring

Synder & Gangestead (1986) menyatakan bahwa self monitoring

merupakan konsep yang berhubungan dengan pengaturan kesan

(impression management) atau konsep pengaturan diri. Synder (1974) mengungkapkan bahwa self monitoring sebagai kemampuan individu untuk mengatur perilakunya berdasarkan situasi lingkungan dan reaksi

orang lain atau berdasarkan faktor internal seperti kepercayaan, sikap dan

kepentingan dari individu yang bersangkutan. Lebih lanjut Synder &

Gangestead (1986) mengungkapkan bahwa self monitoring lebih menunjukkan pada cara indivdu dalam merencanakan, mengekspresikan

penampilannya, dan berprilaku dalam situasi sosial.

Kreitner dan Kinicki (2001) menyebutkan self monitoring sebagai tingkatan dimana seseorang mengobservasi perilakunya dan

mengadaptasi sesuai dengan tuntutan sosial. Self monitoring juga dijelaskan sebagai tingkat dimana seseorang mulai sensitif dengan orang

lain dan mulai menyesuaikan tingkah lakunya dengan mengharapkan

sesuatu dari luar dirinya dan berdasarkan kebutuhan situasi. Adapun

kemampuan menyesuaikan tingkah laku ini di dapatkan melalui

petunjuk-petunjuk yang berasal dari situasi-situasi sosial yang ada

disekitarnya.

Berdasarkan berbagai pendapat yang telah dikemukakan oleh para

(35)

kemampuan individu dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain

dengan menggunakan petunjuk petunjuk yang ada pada dirinya maupun

petunjuk-petunjuk yang berasal dari situasi-situasi sosial yang ada di

sekitarnya, guna menjalin hubungan yang baik dengan dengan individu

lain.

2. Bentuk Self monitoring

Synder (1974) menyebutkan dua jenis bentuk dari self monitoring

yaitu: High Self Monitors (self monitoring tinggi) dan Low Self Monitors

(self monitoring rendah). Faktor internal dan faktor eksternal merupakan dua faktor penyebab timbulnya kedua bentuk self monitoring tersebut. Berikut penjelasan dari masing-masing bentuk dari self monitoring.

a. High Self Monitoring

Snyder (1974) menyatakan bahwa individu yang memiliki prototip

high self monitoring, biasanya sangat memperhatikan penyesuaian tingkah laku dengan situasi yang dihadapi. Akibatnya, individu ini

menjadi sangat peka terhadap isyarat-isyarat sosial, dan berusaha

menampilkan perilaku; baik secara verbal maupun non verbal

berdasarkan isyarat tersebut Selanjutnya, Snyder (1974) juga

mengemukakan karakteristik individu dengan prototif high self monitoring yaitu:

1) Tanggap terhadap situasi-situasi yang mengharuskan atau

(36)

2) Memperhatikan informasi sosial yang merupakan petunjuk baginya

untuk menampilkan diri.

3) Mampu mengendalikan diri dan merubah penampilan, serta

ekspresif.

4) Menggunakan kemampuan self monitoringnyadalam situasi-situasi penting.

5) Tingkah lakunya bervariasi pada bermacam macam situasi.

b. Low self monitoring

Synder (1974) Individu dengan low self monitoring adalah individu yang melakukan segala kegiatannya berdasarkan pada apa yang

dirasakan dan dipercayai. Selanjutnya, Snyder (1974) menjelaskan

ciri-ciri individu yang tergolong low self monitoring yaitu:

1) Mengekspresikan diri atau menampilkan diri.

2) Kurang memperhatikan ekspresi orang lain.

3) Kurang dapat menjaga serta mengendalikan penampilannya.

4) Penampilan serta pengekspresian dirinya lebih dipengaruhi oleh pendapat dirinya ketimbang oleh situasi sekitar.

5) Hubungan interpersonalnya terbatas.

Berdasarkan ciri di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa

individu yang memiliki prototip low self monitoring menggunakan informasi yang bersifat internal (yang ada pada dirinya sendiri) yang

dianggap benar, dan kurang memperhatikan tuntutan lingkungan

(37)

3. Komponen Self monitoring

Mark Synder (1974) mengungkapkan bahwa self monitoring

mempunyai lima komponen, yang meliputi:

1. Kesesuaian lingkungan sosial dengan prensentasi diri seorang individu

berarti menyesuaikan peran seperti yang diharapkan orang lain dalam

situasi sosial.

2. Memperhatikan informasi perbandingan sosial sebagai petunjuk dalam

mengekspresikan diri agar sesuai dengan situasi tertentu berarti

memperhatikan informasi eksternal yang berasal dari lingkungan

sekitarnya sebagai pedoman bagi dirinya dalam berperilaku.

3. Kemampuan mengontrol dan memodifikasi prensentasi diri berarti

berhubungan dengan kemampuan untuk mengontrol dan mengubah

perilaku.

4. Kesediaan untuk menggunakan kemampuan yang dimilikinya (pada

nomer 3) pada situasi-situasi khusus berarti mampu untuk

menggunakan kemampuan yang dimilikinya pada situasu-situasi yang

penting.

5. Kemampuan membentuk tingkah laku ekspresi dan presentasi diri

pada situasi yang berbeda-beda agar sesuai dengan situasi di

lingkungan sosialnya berarti tingkah lakunya bervariasi pada berbagai

macam situasi di lingkungan sosial.

Baron & Greenberg (1990) menyatakan bahwa self monitoring

(38)

a. Kesediaan untuk menjadi pusat perhatian. Hal ini berhubungan

dengan kemampuan sosial dalam mengekspresikan emosional

individu.

b. Kecenderungan yang menggambarkan kepekaan individu dalam

reaksinya terhadap orang lain.

c. Kemampuan dan kesediaan individu untuk menyesuaikan perilaku

sehingga menimbulkan reaksi yang positif terhadap orang lain.

Bringgs dan Cheek (1986) menyempurnakan pendapat Synder

(1974) maupun Baron & Greenberg (1990) mengenai komponen self monitoring. Briggs & Cheek (1986) menyatakan bahwa pendapat para pendahulunya tersebut kurang dapat digunakan untuk mengukur

secara individual. Ketiga komponen self monitoring yang dikemukakan oleh Briggs & Cheek (1986) adalah sebagai berikut:

a. Ekspressive Self Control

Kemampuan untuk secara aktif mengontrol tingkah lakunya.

Individu yang mempunyai self monitoring tinggi suka mengontrol tingkah lakunya agar terlihat baik. Adapun ciri-cirinya adalah

sebagai berikut:

1) Acting, termasuk didalamnya kemampuan untuk bersandiwara, berpura-pura, dan melakukan kontrol ekspresi baik secara verbal

maupun non verbal serta kontrol emosi.

(39)

b. Social Stage Presence

Kemampuan untuk bertingkah laku yang sesuai dengan situasi

yang dihadapi. Kemampuan untuk mengubah-ubah tingkah laku

dan kemampuan untuk menarik perhatian sosial. Adapun

ciri-cirinya adalah sebagai berikut:

1) Ingin tampil menonjol atau menjadi pusat perhatian.

2) Suka melucu.

3) Suka menilai kemudian memprediksi secara tepat suatu perilaku

yang belum jelas.

c. Other Directed Self Present

Kemampuan untuk memainkan peran seperti yang diharapkan

oleh orang lain dalam suatu situasi sosial. Kemampuan untuk

tanggap terhadap situasi yang dihadapi. Adapun ciri-cirinya adalah

sebagai berikut:

1) Berusaha untuk menyenangkan orang lain.

2) Berusaha untuk tampil menyesuaikan diri dengan orang lain

(conformity).

3) Suka menggunakan topeng untuk menutupi perasaannya

4. Dampak Self monitoring

1. Performansi kerja

Penelitian yang dilakukan oleh Bryan, Araiza & Leung (2011)

(40)

tinggi akan menerima penilaian kinerja yang lebih baik, tampil

sebagai pemimpin, dan kurang berkomitmen terhadap organisasi

dibandingkan dengan self monitoring yang rendah 2. Peluang promosi

Penelitian yang dilakukan oleh Kreitner & Kinicki (2001)

menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang positif anatara self monitoring yang tinggi dengan kesuksesan berkarir. Hasil dari penelitian ini menyebutkan karyawan dengan tingkat self monitoring

yang tinggi memiliki peluang promosi yang lebih banyak

dibandingkan dengan rekan kerja mereka dengan self monitoring yang rendah.

3. Hubungan Interpersonal

Baron & Byrne (dalam Moningka & Widyarini, 2005)

menyebutkan bahwa self monitoring merupakan salah satu faktor yang berperan dalam membangun hubungan interpersonal yang baik karena

berkaitan dengan bagaimana individu mampu menampilkan kesan

yang tepat pada situasi atau individu yang berbeda. Individu dengan

self monitoring yang tinggi secara umum lebih sensitif dan menyesuaikan perilaku mereka untuk situasi tertentu sehingga

memiliki kemampuan komunikasi dan keterampilan interpersonal

(41)

C. DINAMIKA HUBUNGAN ANTARA SELF MONITORING DAN CUSTOMER ORIENTATION

Menurut Eppler (dalam Noor, 200t5) Self monitoring berkenaan dengan konstruk psikologi sosial yang berhubungan dengan kecendrungan seseorang

untuk mengatur (regulated) self presentationnya. Self monitoring sendiri didefinisikan oleh Synder & Gangested (1986) sebagai tingkatan individu

dalam mengatur perilakunya berdasarkan situasi eksternal dan reaksi orang

lain (high self monitoring) atau atas dasar faktor internal seperti keyakinan, sikap, dan minat (low self monitoring).

Individu yang self monitoring-nya tinggi akan lebih cepat untuk mempelajari apa yang menjadi tuntutan pekerjaan yang diberikan kepadanya

sesuai dengan situasi dan kondisi di lingkungan kerjanya. Individu yang

memiliki self monitoring tinggi akan senantiasa menunjukkan kinerja yang baik, dengan harapan apabila dirinya mampu bekerja sesuai dengan tuntutan

dari lingkungan kerja maka dirinya akan mendapat citra diri yang positif di

mata orang lain sehingga lingkungan kerja pun dapat menerima dirinya

dengan baik (Synder, 1974).

Sebaliknya, individu dengan self monitoring rendah cenderung untuk lebih mempercayai informasi dan petunjuk-petunjuk yang berasal dari dalam

dirinya sebagai pedoman dalam bekerja tanpa memperhatikan apa yang

(42)

saja menyebabkan karyawan tersebut kurang dapat menunjukkan kinerja yang

optimal (Synder, 1974).

Self monitoring sebagai konsep kepribadian sering dikaitkan dengan

penelitian-penelitian yang berkaitan dengan pemberian jasa. Salah satunya dikaitkan dengan

customer orientation (Noor, 2005). Penelitian yang dilakukan oleh Eppler (dalam

Noor, 2005) pada sejumlah sales di Malaysia memberikan hasil bahwa ada hubungan

yang positif antara self monitoring dan customer orientation.

Penelitian dilakukan oleh Eppler, dkk (dalam Noor, 2005) yang

menunjukkan bahwa seseorang dengan self monitoring yang tinggi, mampu meningkatkan kemampuannya untuk membaca situasi penjualan dengan

memodifikasi perilaku agar sesuai dengan harapan pelanggan. Penelitian yang

sama juga dilakukan oleh Spiro dan Weitz (1990) menyatakan bahwa

salesman dengan trait self monitoring tinggi memiliki peluang lebih besar untuk membangun hubungan dengan pelanggan daripada salesman yang memiliki trait self monitoring rendah.

Saxe dan Weitz (1982) menyebutkan bahwa orientasi pelanggan

mencerminkan kesediaan karyawan untuk memenuhi kebutuhan konsumen

dan tidak hanya fokus pada peningkatan volume penjualan secara

keseluruhan. Karyawan dengan orientasi pelanggan yang tinggi

mengeluarkan lebih banyak waktu dan usaha untuk memenuhi kebutuhan

pelanggan. Hoffman dan Ingram (1992) juga mengatakan bahwa karyawan

yang berorientasi kepada pelanggan akan mengarahkan seluruh perilakunya

untuk menciptakan kepuasan pelanggan dan mempertahankan hubungan

(43)

Jika dihubungkan antara self monitoring dengan customer orientation, tampak bahwa seseorang dengan self monitoring tinggi memiliki kecenderungan lebih baik untuk berorientasi kepada pelanggan dibandingkan

seseorang dengan self monitoring rendah (Noor & Muhammad, 2005). Hal ini membuat karyawan dengan kemampuan self monitoring tinggi mampu mengubah perilakunya sesuai dengan tuntutan lingkungan sekitarnya dan

menyebabkan karyawan tersebut bertahan dalam tuntutan pekerjaannya

selanjutnya karyawan dengan self monitoring tinggi akan menampilkan kinerja yang baik dengan cara memberikan informasi secara tepat kepada

pelanggan sehingga pelanggan mendapatkan kepuasan dari pelayanan yang

(44)

D. SKEMA PENELITIAN

Self Monitoring

Self Monitoring Rendah

Customer Orientation Tinggi

Self Monitoring Tinggi

Customer Orientation Rendah Menggunakan informasi dari

lingkungan sekitar dalam bekerja dan memperhatikan apa yang menjadi tuntutan bagi dirinya

Menggunakan informasi dari

dalam diri tanpa memperhatikan

apa yang menjadi tuntutan bagi

(45)

E. HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya

hubungan positif dan signifikan antara self monitoring dengan

customer orientation. Semakin tinggi self monitoring seseorang, semakin tinggi customer orientationnya. Sebaliknya, semakin rendah

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif. Tujuan dari jenis penelitian kuantitatif adalah mengkaji teori

secara objektif dengan cara menguji hubungan antar variabel-variabel yang

diteliti (Supratiknya, 2015). Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional

yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana variasi pada satu variabel

berkaitan dengan satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi

(Azwar, 2009). Pada penelitan ini, peneliti ingin melihat apakah terdapat

korelasi antara self monitoring dengan customer orientation pada perawat rumah sakit.

B. Identifikasi Variabel

1. Variabel Tergantung : Customer Orientation

2. Variabel Bebas : Self Monitoring

C. Definisi Operasional 1. Self monitoring

Self monitoring merupakan kemampuan perawat dalam menampilkan dirinya terhadap orang lain dengan menggunakan petunjuk petunjuk yang

ada pada dirinya maupun petunjuk-petunjuk yang berasal dari

situasi-situasi sosial yang ada di sekitarnya, guna menjalin hubungan yang baik

(47)

Semakin tinggi skor total pada skala self monitoring yang diperoleh perawat menandakan bahwa semakin tinggi juga self monitoring yang dimiliki oleh perawat. Sebaliknya, semakin rendah skor total pada skala self monitoring, maka semakin self monitoring yang dimiliki oleh perawat.

2. Customer orientation

Orientasi pelanggan atau customer orientation merupakan kecenderungan perawat untuk membantu pasien dalam memenuhi

kebutuhannya dan perawat menikmati dalam melakukan pekerjaannya.

Semakin tinggi skor total pada skala customer orientation yang diperoleh perawat menandakan bahwa semakin tinggi juga customer orientation yang dimilikinya. Sebaliknya, semakin rendah skor total pada skala customer orientation, maka semakin rendah customer orientation

yang dimiliki perawat.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah orang-orang yang menjadi sumber data dari

penelitian, memiliki karakteristik yang sesuai variabel penelitian dan pada

dasarnya yang akan dikenai pada kesimpulan akhir penelitian (Azwar, 2015).

Penentuan subjek penelitian menggunakan teknik nonprobability atau

convience sample (Creswell, 2010). Pada penelitian ini kemudahan dan

ketersediaan subjek yang dapat dijangkau peneliti adalah perawat rumah sakit

X.

Perawat rumah sakit yang dipilih adalah perawat yang memiliki

(48)

memenuhi kriteria di asumsikan telah mengenal suasana di lingkungan

kerjanya.

E. Alat Pengambilan Data

Pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode

penyebaran skala psikologis. Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan dua skala, yaitu Self Monitoring Scale dan Customer Orientation Scale. Skala psikologis yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam skala Likert. Pada skala Likert subjek diminta untuk

menyatakan kesetujuan-ketidaksetujuan dalam sebuah kontinum terhadap

pernyataan-pernyataan dan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk

mengukur atribut psikologis (Supratiknya, 2014).

Self-Monitoring Scale yang dikembangkan oleh Synder (1974) digunakan untuk mengukur tingkat self-monitoring perawat. Self-Monitoring Scale

terdiri dari pernyataan-pernyataan yang mencakup 3 dimensi yaitu

Ekspressive Self Control, Sosial Stage Presence, dan Other Direct Self Present.

Pada skala ini perawat diminta untuk menilai seberapa tepat pernyataan

tersebut menggambarkan diri perawat. Pilihan jawaban yang disediakan

dalam self-monitoring scale ada lima pilihan yaitu, Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Ragu-Ragu (R), Setuju (S), dan Sangat Setuju (SS).

Skala ini terdiri dari 25 pernyataan. 13 pernyataan benar dan 12

pernyataan salah. Kunci jawaban pada masing-masing pernyataan dapat di

(49)

memiliki rentang nilai 1 – 5. Nilai 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS, nilai 2

untuk Tidak Setuju (TS), nilai 3 untuk Ragu-Ragu (R), nilai 4 untuk Setuju

(S), dan nilai 5 untuk Sangat Setuju (SS). Berikut ini merupakan sebaran item

dari Self Monitoring Scale.

Tabel 1.

Sebaran Item Self Monitoring Scale

Komponen Item Proporsi Jumlah

Ekspressive Self Control

4, 9, 12, 14, 20,

21, 22, dan 23 24 % 8

Sosial Stage Presence

1, 2, 3, 6, 7, 13,

15, 16, 17, 19, 23,

dan 25

44 % 12

Other Direct Self Present

5, 8, 11, 18, 20,

dan 24 20 % 6

Total 100% 20

Skala psikologis selanjutnya adalah Customer Orientation Scale yang dikembangkan oleh Brown (2002). Skala ini digunakan untuk mengukur

tingkat customer orientation perawat. Customer orientation scale terdiri dari penyataan-pernyataan yang mencakup 2 dimensi yaitu Needdimension dan

Enjoyment Dimension. Dalam pengukuran ini, kedua dimensi tersebut akan diperlakukan seperti mengukur aspek.

Pada skala ini perawat diminta untuk menilai seberapa tepat pernyataan

tersebut menggambarkan diri perawat. Pilihan jawaban yang disediakan

(50)

(STS), Tidak Setuju (TS), Ragu-Ragu (R), Setuju (S), dan Sangat Setuju

(SS).

Pada Customer Orientation Scale terdiri atas 12 pernyataan. 6 pernyataan untuk Need Dimension dan 6 pernyataan untuk Enjoyed Dimension. Pemberian nilai untuk Customer Orientation Scale memiliki rentang skor 1 – 5. Nilai 1 untuk Sangat Tidak Setuju (STS, nilai 2 untuk

Tidak Setuju (TS), nilai 3 untuk Ragu-Ragu (R), nilai 4 untuk Setuju (S),

dan nilai 5 untuk Sangat Setuju (SS). Berikut ini merupakan sebaran item

dari Customer Orientation Scale.

Tabel 2.

Sebaran Item Customer Orientation Scale

Dimensi Item Proporsi Jumlah

Need Dimension 1, 2, 3, 4, 5, dan

6 50% 6

Enjoyed Dimension 7, 8, 9, 10, 11,

dan 12 50% 6

Total 100% 12

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur 1. Validitas

Validitas merupakan sejauh mana tingkat akurasi suatu alat tes atau

skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya (Azwar, 2014). Suatu

alat pengukuran dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila

menghasilkan data yang akurat memberikan gambaran mengenai variabel

(51)

Ketika suatu alat tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan

pengukuran, maka alat tes tersebut dikatakan sebagai pengukuran yang

memiliki validitas yang rendah. (Azwar, 2014). Uji validitas yang

dilakukan pada Self Monitoring Scale dan Customer Orientation Scale

yang diadaptasi oleh peneliti dalam penelitian ini dengan tujuan untuk

melihat sejauh mana skala tersebut mampu benar-benar mengungkapkan

tingkat Self Monitoring seorang perawat terhadap Customer Orientation

yang dimiliki oleh perawat rumah sakit.

Metode penerjemahan skala yang akan digunakan dalam penelitian ini

adalah back-translation. Back-translation melibatkan pengambilan protokol dari suatu penelitan dalam bahasa tertentu, kemudian

menerjemahkan kedalam bahasa lain, dan meminta orang lain untuk

menerjemahkan kembali ke bahasa yang asli (Matsumoto & Juang,

2008). Metode ini dipilih untuk menekan kemunculan bias (Matsumoto & Juang, 2008). Langkah pertama yang dilakukan adalah

menerjemahkan Self Monitoring Scale dan Customer Orientation Scale

dalam Bahasa Inggris menjadi Self Monitoring Scale dan Customer Orientation Scale dalam Bahasa Indonesia. Proses penerjemahan dilakukan dengan menggunakan jasa penerjemah dari Lembaga Bahasa

Universitas Sanata Dharma. Hasil terjemahan dapat dilihat pada

Lampiran 1.

Setelah didapatkan hasil terjemahan Self Monitoring Scale dan

(52)

melanjutkan proses adaptasi ke tahap berikutnya, yaitu back-translation. Pada tahap ini, peneliti akan menerjemahkan kembali Self Monitoring Scale dan Customer Orientation Scale versi Bahasa Indonesia ke dalam Bahasa Inggris. Proses penerjemahan ini juga dilakukan dengan

menggunakan jasa penerjemah dari Lembaga Bahasa Universitas Sanata

Dharma. Hasil terjemahan dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tahap selanjutnya yang dilakukan peneliti setelah mendapatkan

hasil terjemahan adalah proses generalisasi konsep dan bahasa dari dua

budaya yang berbeda atau bisa disebut decentering (Hambleton, Merenda, & Spielnberger, 2005; Matsumoto & Juang, 2008). Pada tahap

ini, peneliti meminta bantuan seorang native speaker untuk membandingkan Self Monitoring Scale dan Customer Orientation Scale

versi asli (Bahasa Inggris) dengan Self Monitoring Scale dan Customer Orientation Scale hasil back translation (Bahasa Inggris). Hal ini perlu dilakukan untuk melihat adanya kesetaraan antara Self MonitoringScale

dan Customer Orientation Scale yang telah diterjemahkan dengan Self Monitoring Scale dan Customer Orientation Scale versi aslinya. Ketika ditemukan ada kata-kata yang tidak setara atau memiliki makna dan

nuansa yang berbeda, maka peneliti memeriksa kembali hasil terjemahan

(53)

Setelah peneliti mendapatkan hasil terjemahan Self Monitoring Scale dan Customer Orientation Scale dalam Bahasa Indonesia yang telah diperbaiki, peneliti melakukan validitas isi terhadap skala tersebut.

Validitas isi merujuk pada kesesuaian antara isi tes dan konstruk yang

diukur. Hal ini diperoleh melalui analisis logis atau empiris terhadap

seberapa memadai isi tes mewakili ranah isi, serta seberapa relevan ranah

isi tersebut sesuai dengan interpretasi skor tes yang dimaksudkan

(Supratiknya, 2014). Validitas isi diperoleh melalui penilaian pakar dan

ahli terhadap kesesuaian antara bagian tes dan kontruk yang diukur

(Supratiknya, 2014). Hal ini bertujuan untuk melihat skala yang

diterjemahkan sesuai dengan ranah dan batasan pengukuran. Peneliti

melakukan validasi skala penelitian melalui konsultasi bersama Dosen

Pembimbing Skripsi sebagai pakar atau ahli yang memberikan penilaian.

2. Reliabilitas

Reliabilitas berbicara mengenai sejauh mana hasil suatu proses

pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2014). Hasil suatu pengukuran

dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran

terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama,

selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah

(Azwar, 2014). Meskipun ada toleransi terhadap perbedaan-perbedaan kecil di antara hasil beberapa kali pengukuran, namun ketika perbedaan

itu sangat besar maka hasil pengukuran tidak dapat dipercaya dan

(54)

alpha (α) dari Cronbach dan alpha berstrata untuk menentukan reliabilitas

alat ukur yang digunakan. Berikut merupakan reliablitas alat ukur dalam

penelitian ini

a. Reliabilitas Self-Monitoring Scale

Skala asli Self Monitoring telah diukur internal konsistensinya pada 192 mahasiswa Stanford. Hasil analisis dengan koefisien

reliabilitas Kuder-Richardson 20 adalah 0,70 dan reliabilitas

tes-retest. sebesar 0,83 dengan interval waktu satu bulan. Hasil yang

diperoleh tersebut menunjukkan Self Monitoring Scale memiliki reliabilitas yang baik (Synder, 1974)

Meskipun telah diketahui bahwa skala asli Self Monitoring

memiliki reliabilitas yang baik, koefisien reliabilitas hasil ukur bagi

subjek penelitian masih tetap diperlukan. Pada subjek penelitian,

hasil alpha Cronbach yang diperoleh skala Self Monitoring secara keseluruhan adalah 0.896.

Selanjutnya, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan

SPSS, di dapatkan varians skor total skala Self Monitoring adalah 172.303, sedangkan hasil perhitungan koefisien alpha dan varians

(55)

Tabel 3.

Ringkasan Koefisien Alpha dan Varians Tiap Dimensi Self Monitoring

Komponen Varians Koefisien Alpha

Ekspressive self control 11.438 0.753

Social stage presence 30.083 0.721

Other directed

self-present 12.817 0.728

b. Reliabilitas Customer Orientation

Skala asli Customer Orientation telah diukur internal konsistensinya pada 70 sales dari 10 perusahaan dengan jenis

penjualan yang berbeda. Hasil analisis dengan koefisien alpha Cronbach adalah 0,86. Customer Orientation Scale diujikan ulang setelah enam minggu dengan reliabiltas tes-retes pada 46 sales pada

perusahaan elektronik menghasilkan skor korelasi sebesar 0.67.

Hasil yang diperoleh tersebut menunjukkan Customer Orientation Scale memiliki reliabilitas yang baik (Saxe & Weitz, 1982)

Meskipun telah diketahui bahwa skala asli customer orientation

memiliki reliabilitas yang baik, koefisien reliabilitas hasil ukur bagi

subjek penelitian masih tetap diperlukan. Pada subjek penelitian,

hasil alpha Cronbach yang diperoleh skala customer orientatation

(56)

Selanjutnya, berdasarkan perhitungan dengan menggunakan

SPSS, di dapatkan varians skor total skala customer orientation

adalah 61.077, sedangkan hasil perhitungan koefisien alpha dan

varians setiap dimensi dalam skala customer orientation dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini:

Tabel 4.

Ringkasan Koefisien Alpha dan Varians Tiap Dimensi Customer Orientation

Dimensi Varians Koefisien Alpha

Need Dimension 16.411 0.794

Enjoyment Dimension 17.074 0.785

G. Analisis Data 1. Uji Asumsi

Uji asumsi perlu dilakukan peneliti sebelum melakukan uji hipotesis.

Hal ini dikarenakan beberapa metode analisis data untuk pengujian

hipotesis memiliki prasyarat yang harus terpenuhi untuk dapat dilakukan.

a. Uji Normalitas

Uji asumsi pertama yang perlu dilakukan peneliti adalah uji

normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk melihat sebaran data yang

ada apakah terdistribusi normal atau tidak. Analisis parametrik

mensyaratkan data yang akan diolah mengikuti distribusi normal

(57)

nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05) (Santoso, 2012). Ketika

nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka sebaran data yang

ada dapat dikatakan tidak terdistribusi normal (Santoso, 2012). Pada

penelitian ini, uji normalitas akan dilakukan dengan menggunakan

Kolmogorov-Smirnov dilakukan ketika subjek penelitian lebih dari 50 subjek (Santoso, 2012). Ketika subjek penelitian tidak lebih dari 50

subjek, maka uji normalitas harus dilakukan dengan Shapiro-Wilk

(Santoso, 2012).

b. Uji Linieritas

Apabila data terdisitribusi normal, maka uji asumsi berikutnya

yang perlu dilakukan adalah uji linieritas. Uji linieritas bertujuan

untuk melihat apakah korelasi antar variabel bersifar linier atau tidak.

Hal ini diperlukan karena teknik korelasi produk momen dan

turunannya cenderung melakukan underestimasi kekuatan hubungan

antara dua variabel apabila hubungannya tidak linier (Santoso, 2012).

Uji linieritas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi

22. Jika nilai signifikansi kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka hubungan

antar variabel tergantung dengan variabel bebas bersifat linier. Oleh

karena itu, hubungan antara variabel tergantung dengan variabel bebas

tidak linier ketika nilai signifikansi lebih dari 0,05 (p > 0,05) (Santoso,

2012).

2. Uji Hipotesis

Setelah uji asumsi semuanya terpenuhi, peneliti melanjutkan uji

(58)

korelasi Pearson Product Moment dengan bantuan SPSS versi 22. Pada penelitian ini, peneliti ingin melihat korelasi antara self monitoring dengan customer orientation pada perawat rumah sakit. Taraf signifikansi yang digunakan adalah p < 0,05. Apabila korelasi

yang didapat memiliki p < 0,05, maka dapat dikatakan bahwa korelasi

antar variabel signifikan. Sedangkan jika nilai p > 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antar variabel.

Apabila data yang ada tidak dapat memenuhi syarat dilakukannya

statistik parametik, maka peneliti perlu melakukan uji hipotesis dengan

statistik non parametik (Santoso, 2012). Pada uji hipotesis dengan

statistik non parametik, peneliti melakukan uji hipotesis dengan

analisis korelasi Spearman’s rho. Pada penelitian ini peneliti akan menguji korelasi antara self monitoring dan customer orientation. Korelasi antar variabel dikatakan signifikan ketika p < 0,05 (Santoso,

(59)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian yang pertama kali dilakukan peneliti adalah

meminta izin kepada pembuat skala Self-Monitoring dan Customer Orientation untuk mengadaptasi dan menggunakan skala tersebut dalam penelitian ini. Peneliti meminta izin dengan menghubungi pembuat skala Self-Monitoring dan Customer Orientation melalui email. Setelah mendapatkan izin, peneliti melakukan penerjemahan dengan metode back-translation.

Setelah proses back translation selesai, peneliti langsung membawa skala

Self-Monitoring dan Customer orientation yang sudah diterjemahkan ke dosen pembimbing untuk melakukan validasi isi. Selanjutnya setelah

melakukan validasi isi, peneliti langsung mengirim skala self monitoring dan

customer orientation kepada salah satu perawat yang bekerja di rumah sakit tempat peneliti melakukan penelitian untuk membagikan skala Self-Monitoring dan Customer orientation kepada perawat yang bekerja di rumah sakit tersebut.

B. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan dari tanggal 29 November

2016 – 02 Desember 2016 di salah satu rumah sakit swasta di daerah

Semanggi, Jakarta Selatan. Rumah sakit ini memiliki beberapa fasilitas yaitu

(60)

dan unit rawat inap. Penyebaran skala dilakukan dengan bantuan salah satu

perawat di rumah sakit tersebut.

Jumlah skala yang disebarkan untuk pengambilan data sebanyak 100

eksemplar. Skala yang sudah diisi dan dikembalikan ke peneliti sebanyak 89

eksemplar. Dari semua skala yang diterima peneliti, ada 5 skala yang tidak

dapat digunakan karena ada beberapa pernyataan yang tidak diisi. Jadi total

data yang dapat dianalisis dalam penelitian ini sebanyak 84.

C. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam penelitian ini merupakan perawat di sebuah

rumah sakit dengan pengalaman bekerja minimal satu tahun. Setelah melalui

proses penyaringan data, diperoleh 84 data yang dapat dianalisis. Berikut

merupakan gambaran subjek secara umum.

Tabel 5.

Deskripsi Jenis Kelamin Subjek

Jenis Kelamin Jumlah Subjek

Laki-Laki 20

Perempuan 64

Total 84

Tabel 6.

Deskriptif Lama Bekerja Subjek

Lama Bekerja Jumlah Subjek

1-5 tahun 38

> 5 tahun 44

Total 84

(61)

D. Deskripsi Data Penelitian

Pada penelitian ini, analisis deskripsi data penelitian dilakukan pada

variabel Self-Monitoring dan Customer orientation. Analisis deskripsi data penelitian yang diperoleh perlu dilakukan untuk mengetahui tinggi

rendahnya self-monitoring dan customer orientation yang dimiliki subjek. Analisis deskripsi data penelitian dilakukan dengan cara membandingkan

mean teoritik dengan mean empiris dari data yang diperoleh menggunakan

one-sample t-test. Berikut merupakan hasil deskripsi data dan analisis one-sample t-test yang diperoleh:

Tabel 7.

Hasil pengukuran deskripsi variabel Self Monitoring dan Customer orientation

Teoritik Empirik

Min Max Mean Min Max Mean SD

SM 25 125 75 58 115 84 13

CO 12 60 36 25 57 38 7

Tabel 8.

Analisis One Sample T-test Mean Empirik dan Mean Hipotetik Self Monitoring

Test Value = 75

95% Cofidence

Interval of the Difference t df sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

(62)

Berdasarkan perhitungan data pada tabel 7, dapat dilihat bahwa mean empiris pada self monitoring lebih besar daripada mean teoritik. Hasil uji T pada tabel 8 menunjukkan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p= 0,000).

Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat dalam penelitian ini secara

signifikan memiliki self monitoring yang tinggi

Tabel 9.

Analisis One Sample T-test Mean Empirik dan Mean Hipotetik Customer Orientation

Test Value = 36

95% Cofidence

Interval of the Difference t df sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper

CO 3.137 83 0.002 2.571 0.94 4.20

Berdasarkan perhitungan data pada tabel 7, dapat dilihat bahwa mean empiris pada Customer Orientation lebih besar daripada mean teoritik. Hasil uji T pada tabel 9 menunjukkan signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 (p=

0,002). Hal tersebut menunjukkan bahwa perawat dalam penelitian ini

(63)

Tabel 10.

Rumus kategori skala self monitoring dan customer orientation

Sangat Rendah X ≤ mean - 1,5 ϭ

Rendah mean - 1,5 ϭ < X ≤ mean - 0,5 ϭ

Sedang mean - 0,5 ϭ < X ≤ mean + 0,5 ϭ

Tinggi mean + 0,5 ϭ < X ≤ mean +1,5 ϭ

Sangat Tinggi mean +1,5 ϭ < X

Tabel 11.

Kategorisasi self monitoring dan customer orientation

Skala Rentang nilai Jumlah Presentase Kategori

Self Monitoring

X ≤ 50 0 0 % Sangat Rendah

50 < X ≤ 66,66 10 11.90 % Rendah

6

Gambar

Gambar 3. Kurva Linearitas Self Monitoring dan Customer Orientation….52
Tabel 1.
Tabel 2. Sebaran Item Customer Orientation Scale
Tabel 3.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Munculnya faham ekonomi alternatif, misalnya ekonomi kesejahteraan, social-market economy atau ekonomi yang didasarkan pada ajaran agama seperti ekonomi syari'ah,

Pelatihan jaringan GRNN dengan input data debu diambil data ke t-1 dan data ke t-2, jaringan yang terbentuk terdiri dari dua unit input dengan masing-masing 92 data atau vektor

POKIA PE(RIAAX XOTHiIRII(SI KafupdenLebong. Psnefianq

Dasar Pembelajaran Materi Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Karakter yang Diharapkan.

Padahal keberadaan BP4 ini merupakan suatu rangkaian yang tak dapat dipisahkan dengan sistem perkawinan yang sejak dahulu sudah menjadi urusan pemerintah melalui

 CMS boleh digunakan samada secara percuma ataupun memerlukan wang keluar sedikit dari poket anda. Jika anda ingin membangunkan laman seperti blog secara percuma, anda

Berdasarkan penegasan istilah diatas, maka dapat disimpulkan bahwa maksud dari penelitian yang berjudul “Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan

Corrective maintenance adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengatasi kegagalan atau kerusakan yang ditemukan selama masa waktu preventive maintenance. Pada umumnya