Oleh:
LAILA HIDAYATI
103070029149
Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Oleh:
LAILA HIDAYATI
NIM :
103070029149
Di Bawah Bimbingan
Abdul Rahman S eh, M.Si
NIP.
150293224
Pembimbing II
Liany Luzvinda, M.Si
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
MOTIVASI BERKARIR PADA WANITA LAJANG BEKERJA telah diujikan dalam
sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 November 2007. Skripsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Jakarta, 12 November 2007
Sidang Munaqasyah
gkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Ora. Ne
O'a
Zah'o&ah,
M.s;.NIP. NIP. 150 238 773
Anggota
Penguji I
p・セャャ@
セセカ@
Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi. T Abdul Rahman Shaleh, M.Si.
NIP. 150 293 224
Pembimbing II
/
Abdul Rahman Sha .Si Liany Luzvinda, M.Si
5eorang wanita yang Gekp:Ja tanpa memi6.kj /{stetapan liati Gafiwa pe/{srjaannya
aaaCa!i tempat
ialiarus Gerf,g.rya se6aik,mungkjn aan tempat
iafiarus mem6erif(gn
yang ter6aiflaari d.1.rinya, ia lianyafafi seorang <Pe/{s1:Ja, 6uk,an 'Wanita 'l(arier.
('Tatty 5(]3 )lmran)
'i(jln·er merupakgn tempat menge/{Jpresikgn d.1.ri. 511.engeskpresik,an d.1.ri Gerarti juga
menya(ur.kgn aspirasi d.1.ri )!pa yang aicita-citakgn, apa yang
、NQNゥューゥヲHァQセ@apa yang
ingin aisum6angf(gn Gagi orang Cain, semua itu tertuang aaCam pe/{srjaan. <Pe/{srjaan
yang d.1.manfaatk,an se6agai waaafi ek,spresi d.1.ri, tid"aflmung/ij,n aianggap se6agai
sesuatu yang lianya 6isa mem6eri flepuasan materi, tanpa flepuasan 6atin.
(C) Laila Hidayati
(D) Hubungan Antara Self Monitoring Dengan Motivasi Berkarir Pada Wanita Lajang Bekerja
(E) 130 Halaman (termasuk lampiran)
(F) Sebagian besar wanita yang bekerja selalu berusaha mengutamakan penampilannya. Penampilan yang dimaksud tersebut bukan hanya penampilan fisik semata, tetapi juga penampilan dalam bertingkah laku, berbicara, dan bertindak. Adapun tujuan para wanita bekerja
mengutamakan penampilannya (mengatur tingkah laku atau self
monitoring) sebagian besar karena keinginan mereka agar dipandang positif oleh orang lain disekitarnya khususnya dalam Jingkungan kerjanya. Penilaian positif yang diberikan oleh orang lain disekitar lingkungan kerja tersebut kini dianggap sebagai salah satu cara dalam meningkatkan karir.
Self monitoring adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk rnengatur dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ia dapatkan dalam situasi sosial tertentu,
sehingga ia dapat dipandang positif oleh orang lain disekitarnya. Faktor yang diukur dalam self monitoring menurut Snyder (dalam Azwar, 2003) berdasarkan pacJa aspek dalam self monitoring, antara lain : 1). Social Stage Presence (Penampilan dalam situasi sosial) 2). Other Directed Self Presentation (Kesesuaian Penampilan diri) 3). Expressive Self Control (Kontrol dalam Penampilan Diri). Sedangkan motivasi berkarir adalah suatu keinginan atau dorongan untuk terus berkembang dan lebih maju dalam pekerjaan sehingga ia bisa meningkatkan karirnya sampai jenjang yang diharapkan. Faktor yang akan diukur dalam
motivasi berkarir didasarkan pada karakteristik motivasi berkarir menurut James Stoner (1994), terdiri dari 3 macam yaitu: 1. Karakteristik
Individual 2. Karakteristik Pekerjaan dan 3. Karakteristik Situasi Pekerjaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara self monitoring dengan motivasi berkarir pada wanita lajang bekerja khususnya pada karyawati PT. lnfomedia Nusantara Kantor Pusat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan
orang. Dari jumlah tersebut yang diambil sebagai sampel penelitian sebanyak 80 orang, 30 orang pada try out dan 50 orang pada penelitian
sebenarnya. Sampel diambil dengan menggunakan metode non
probability sampling dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data disusun dengan menggunakan ala! ukur berupa skala Liker! modifikasi, dengan empat pilihan jawaban. Sedangkan skala yang digunakan adalah skala self monitoring berdasarkan skala Snyder dengan skala motivasi berkarir berdasarkan skala Stoner.
Setelah dilakukan uji instrumen, kemudian data diolah dengan uji validitas Korelasi Product Moment dari Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Dan didapatkan hasil koefisien reliabilitas skala self monitoring sebesar 0,904 dengan nilai standar alpha sebesar 0,906 dari 37 item, 35 item valid dan 2 item tidak valid. Sedangkan koefisien reliabilitas motivasi berkarir sebesar 0, 863 dengan nilai standar alpha sebesar 0, 865 dengan standar alpha 0,865 dari 30 item, 28 item valid dan 2 item tidak valid. Berdasarkan analisis Korelasi Product Moment dari Pearson terhadap hipotesis yang
diajukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self monitoring dengan motivasi berkarir pada wanita lajang bekerja. Karena diketahui nilai korelasi (r hitung) antara self-monitoring
dengan motivasi berkarir menunjukkan angka 0,329 dengan signifikansi 0,020 (sig< 0,05), dimana jika r hitung lebih besar dari r label (0,329 > 0,279 ) maka Ha pada penelitian ini diterima.
Dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara self monitoring dengan motivasi berkarir pada wanita lajang bekerja khususnya pada karyawati PT. lnfomedia Nusantara Kantor Pusat dengan arah yang positif, berarti semakin tinggi self monitoring
seseorang maka semakin tinggi pula motivasi berkarirnya. Pada penelitian ini peneliti menyarankan kepada peneliti yang akan
melakukan penelitian yang sama sebaiknya mengambil jumlah sampel yang lebih besar dan lebih heterogen agar hasil penelitian yang didapat lebih menyeluruh dan representatif.
(C) Laila Hidayati
(D) The Correlation of Self Monitoring with Carrier Motivation of Single Carrier Woman.
(E) 130 Page with enclosure
- (F) Most laboring women always try to major appearance of him. the such appearance not merely appearance of eye physical, but also appearance in comporting, conversing, and acting. As for women target work to major his appearances ( arranging or behaviour of self monitoring) most desires of them looked into positive by others him specially in the working
environment him. Positive assessment which given by others around th0 environment is nowadays considered to be one of way in improving career.
Self Monitoring is an ability had by individual to arrange and do him change tune as according to guides which he gets in selected social situation, so that he earns to be looked into positive by others him. Factor which measured in self monitoring according to Snyder (in Azwar, 2003)
pursuant to [at] aspect in self monitoring, other : 1 ). Social Stage Presence 2). Other Directed Self Presentation 3). Expressive Self Control. Factor to be measured in motivation have career based on characteristic motivate to have career according to James Stoner ( 1994 ), consisting of 3 kinds of that are 1. Individual Characteristic 2. Characteristic Work and 3.
Characteristic Situation Work.
This research aim to know do there are relation between monitoring self with motivation have career [to] [at] bachelor woman work specially [at] workingwoman of PT. lnfomedia Nusantara Head Office. This Research use descriptive method with quantitative approach and have the character of korelasional. this Research Sampel is Workingwoman of PT. lnfomedia Nusantara Head Office, owning characteristic of sampel research.
After instrument test, later then data processed with Correlation validity test of Product Moment of Pearson and test of reliabilitas by using formula of Alpha Cronbach. And got the result of coefficient of reliabilitas scale of self monitoring equal to 0,904 with standard value of alpha equal to 0,906 from 37 item, 35 valid item and 2 item not valid. While coefficient of reliabilitas motivate to have career equal to 0, 863 with standard value of alpha equal to 0, 865 with standard of alpha 0,865 from 30 item, 28 valid item and 2 item not valid. Pursuant to Correlation analysis of Product Moment of Pearson to raised hypothesis, to be obtained result of that there are any correlaton of self monitoring with carrier motivation of single carrier woman. Because known correlation value (rcount) between self-monitoring with career motivation show the number 0,329 with signifikansi 0,020 ( sig< 0,05), where if r count> r table ( 0,329 > 0,279 ) hence this research is accepted.
From this research, can be concluded that there are any correlaton of self monitoring with carrier motivation of single carrier woman specially of the employees PT. lnfomedia Nusantara Head Office with direction positive, and meaning excelsior of self someone monitoring hence excelsior also motivate to have his career. Researcher suggest to researcher to same research better take the amount of larger samplel and more heterogeneous got research result more and representatif.
Assa/amu'alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta kerabat, para sahabat dan para pengikutnya yang selalu setia hingga akhir zaman.
Membuat sebuah karya tulis seperti skripsi tidaklah mudah, namun banyak hal berharga yang didapatkan dari membuat sebuah karya sederhana ini. Bukan hanya sekedar hasil karya, tetapi juga pengalaman hidup yang beragam yang melatih penulis untuk menjadi lebih baik dan dewasa dalam menjalani hidup. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan sebagai bahan perbaikan penulis dimasa yang akan datang.
Penyelesaian skripsi ini tentunya tak terlepas oleh bantuan banyak pihak disekitar penulis. Oengan penuh rasa hormat maka penulis menghaturkan untaian rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. !bu Ora. Netty Hartati, M.Si selaku Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan semangat kepada semua mahasiswanya agar segera menyelesaikan skripsinya termasuk penulis. Serta !bu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si dan Bapak Ors. Ahmad Syahid, M.Ag. selaku Pembantu Oekan bidang akademik dan kemahasiswaan. Terimakasih alas segala bimbingannya.
2. Kedua orang tua tercinta, H. Moch lchwan dan Hj. Umi Malikah yang tidak henti-hentinya mendoakan dan memotivasi penulis saat dalam kesulitan dan menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih alas kasih sayang, perhatian dan pengertian yang telah kalian berikan. Semoga Allah selalu memberi rahmat dan kesehatan serta membalas
segala kebaikan yang kalian berikan. '
-
3. Bapak Abdul Rahman Shaleh, M.Si selaku pembimbing seminar dantelah memberikan ilmunya yang sangat berharga dan bermanfaat. Kau pelita, penerang dalam gu/ita jasamu tiada tara.
6. Bapak Miftahuddin M.Si selaku dosen penasehat akademik dan seluruh staf dilingkungan Fakultas Psikologi yang selalu siap melayani kebutuhan
akademik penulis.
7. Kakak-kakakku tersayang, Mbak Ulfa dan Mas Bayu, Mbak Diana dan Mas Agus. Terima kasih atas dukungan dan bantuan kalian selama ini baik moril maupun materil. Semoga kalian selalu disayang Allah dan untuk keponakan-keponakanku tersayang, Ajie dan Naufal. Terima kasih atas senyuman yang selalu kalian berikan. Karena senyumanmu semangatkanku.
8. Sahabat-sahabat kuliah tersayang, (Laus, Suci, Meda, Fatma, Fitri, Nana, Farah, Owi, lcha, lday, Hawa, Yulisa, Ncha, Sunsun, Jernih, Qatryn, Tika, Laela M, Ashry, Faqih, Adang, Wisnu, lbnu, Dedi, Ma'mun, Dwi, dan semua sahabat kelas D, kehadiran kalian membuat hidupku lebih berwarna), Sahabat Garuda (Zikra, Cupi, lta, Ami), Angkatan 2003 (Rini, Lucky, lryn, Alq, Ami, lndah, Agung, Joni, Awink, Yoga dan Ka lhda). Terima kasih atas kebersamaan yang telah kalian berikan, tawa dan canda kalian akan selalu kurindukan.
9. Sahabat SMUku (Vivi, Lili, Lola, Putri, Ema, Nana, Vina, Windri, Jelita, Nia, dan Feny) dan Sahabat SMP (Gayu, Kojay, dan Oki). Terima kasih atas perhatian yang lebih yang selalu kalian berikan untukku. Serta untuk sahabat CB (Ajeng, Neni, Nisa, Steven) dan Sahabat FRISMA-CB. Terima kasih atas doa dan semangat yang kalian berikan.
10. Kepada karyawati PT. lnfomedia Nusantara khususnya !bu Nur Muchlisun, Mbak Riska dan Mbak Nova serta Bapak Soenaryo yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
Akhirnya dengan segala perjuangan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga karya ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Jakarta, November 2007
Halaman Persetujuan ii
Halaman Pengesahan iii
Motto iv
Dedikasi v
Abstraksi vi
Abstract viii
Kata Pengantar x
Daftar lsi xii
Daftar Tabel xv
Daftar Gambar xvi
Daftar Lampiran xvii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1. 1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Jdentifikasi Masai ah ... 8
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9
1.3.1. Pembatasan Masalah ... 9
1.3.2. Perumusan Masalah ... 10
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1 O 1.4.1. Tujuan Penelitian ... 1 O 1.4.2. Manfaat Penelitian ... 11
2.1 .2. Teori Mengenai Motivasi Berkarir ... 18
2.1. 3. Karakteristik Motivasi Berkarir ... 21
2.2. Self Monitoring ... 22
2.2.1. Pengertian Self Monitoring ... 22
'
2.2.2. Komponen Self Monitoring ... 262.2.3. Bentuk Self Monitoring ... 27
2.2.4. Aspek-Aspek Self Monitoring ... 32
2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Self Monitoring ... 33
2.3. Wanita Lajang Bekerja ... 34
2.3.1. Pengertian Wanita Lajang Bekerja ... 34
2.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Lajang Bekerja 39 2.3.4. Wanita Bekerja Dalam Pandangan Islam ... .40
2.4. Kerangka Berfikir ... .41
2.5. Hipotesis ... .47
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 48
3.1. Pendekatan Penelitian ... .48
3.1.1. Jenis Penelitian ... 48
3.1.2. Metode Penelitian ... .48
3.2. Variabel Penelitian ... 49
3.2.1 . Definisi Variabel Bebas Dan Terikat.. ... .49
3.2.2. Definisi Operasional ... 50
3.3. Populasi dan Sampel ... 52
3.2.1. Populasi Penelitian ... 52
3.2.2. Sampel Penelitian ... 53
3.6. Prosedur Penelitian ... 67
BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA ... 65
4. 1 Gambaran Umum Responden Penelitian ... 65
4.1.1. Subjek berdasarkan Jabatan ... 70
4. 1.2. Subjek berdasarkan Usia ... 71
4. 1.3. Subjek berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 70
4.1.4. Subjek berdasarkan Pekerjaan ... 71
4.2 Presentasi Data ... 69
4.2. 1. Deskripsi Statistik ... 70
4.2.2. Deskripsi Skar Responden ... 72
4.2.3. Uji Persyaratan ... 76
4.2.4. Uji Hipotesis ... 80
4.3 Hasil Hipotesis ... 81
セbab@ 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 82
5. 1 5.2 5.3 Kesimpulan .,.,,,,,,, ,,.,.,,,,,,,,,,,,.,,,,,,,,,,,.,.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, .. 82
Diskusi .,,,,,,,,,,, .. ,.,,,,,,,,,, ··· ... 83
Saran ... 85
DAFTAR PUSTAKA
[image:14.524.23.435.138.497.2]Tabel 3.1 Nilai Skar Jawaban ... 56
Tabel 3.2 Blue Print Skala Self-Monitoring.. .. .. . ... .. . ... . . ... 57
Tabel 3.3 Blue Print Skala Self-Monitoring Pra Uji lnstrumen ... 58
Tabel 3.4
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Tabel 3.7
Blue Print Skala Self-Monitoring Pa sea Uji lnstrumen ... 59
Blue Print Skala Motivasi Berkarir ... .
Blue Print Skala Motivasi Berkarir Pra Uji lnstrumen ... .
. ... 60
.. 62
Blue Print Skala Motivasi Berkarir Pa sea Uji Jnstrumen ... 60
Tabel 4.1 · Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jabatan ... 68
Tabel 4.2 Gamba ran Urn um Responden Berdasarkan Usia ... 69
Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .. 70
Tabel 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 70
Tabel 4.5 Oeskripsi Statistik Skar Skala Self Monitoring dan Skala Motivasi
Berkarir ... . ··· ... 71
Tabel 4.6 Kategorisasi Skar Responden ... 72
Tabel 4.7 Kategorisasi Skar Skala Self Monitoring ... ... 73
Tabel 4.8 Jumlah Responden Berdasarkan Pengkategorian Skar Pada Skala
Self Monitoring ... 7 4
Tabel 4.9 Kategorisasi Skar Skala Motivasi Berkarir. ... 75
Tabel 4.1 O Jumlah Responden Berdasarkan Pengkategorian Skar Pada Skala
Motivasi Berkarir ... 76
Gambar 4.1 Scatterplot Skala Self Monitoring ... 78
[image:16.519.38.425.89.493.2]1 .1 . Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat yang modern, tuntutan kehidupan semakin bertambah
terutama dibidang materi (sosial ekonomi). Modernisasi menuntut
perubahan sosial kehidupan keluarga dan peran wanita tidak lagi sebagai
ibu rumah tangga saja, melainkan dituntut perannya dalam berbagai
kehidupan sosial kemasyarakatan, antara lain turut bekerja disamping
suami dan tidak jarang yang kemudian menjadi wanita karir (Dadang
Hawari, 1997).
Pada tahun 60-an terjadi perubahan peran wanita dalam pekerjaan yang
memungkinkan seorang wanita memasuki segmen kerja yang tadinya
hanya dikuasai kaum pria saja. Wanita tidak lagi bekerja pada
bidang-bidang pekerjaan yang didominasi oleh wanita saja, seperti perawat dan
guru tetapi juga bidang pekerjaan yang lainnya, seperti politikus,
wirnusahawan, wartawan, dan sebagainya. (David dan Moore,2001:
Rahmawati, 2006).
Seperti kaum pria wanita juga manusia yang memiliki kebutuhan untuk
beroganisasi. Wanita memiliki kemampuan untuk bekerja dan membina
suasana kerja yang sehat, serta menjalin hubungan yang baik dengan
pimpinan perusahaan serta rekan kerjanya. Wanita yang bekerja biasanya
ingin merasa bebas dan terbuka dari berbagai segi emosi maupun dari
segi keuangan keluarga (Zamzam, 2006). Bukti paling jelas tentang
adanya perubahan dikalangan perempuan adalah dengan munculnya
perempuan-perempuan modern yang berpendidikan, akademis, tidak
kawin dan mandiri (Evans, 1994).
Ketika wanita sudah memasuki dunia kerja timbul suatu fenomena yang
menunjukkan bahwa sebagian besar wanita yang bekerja dan sukses
dalam karirnya adalah wanita yang belum menikah atau masih melajang.
Wanita lajang yang berkarir cenderung beranggapan bahwa mereka tidak
memerlukan pendamping dalam menjalani kehidupannya karena
sebagian besar dari mereka merasa bahwa mereka sudah dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri dan mendapatkan banyak kepuasaan
hidup dengan berkarir (Sri Permanasari,2003: Rahmawati,2006). Tidak
hanya itu, menurut pendapat Prof. Dr. Dadang Hawari (1997) wanita
single yang bekerja pada umumnya menghabiskan waktunya untuk
bekerja, bekerja dan bekerja. Sehingga tiada waktu terluang bahkan
Pendapat serupa dikemukakan oleh Huriock (1980) bahwa ada beberapa
alasan yang membuat wanita belum menikah bahkan tidak menikah dan
lebih mengutamakan karir, diantaranya karena adanya keinginan untuk
meniti karir yang menuntut kerja lama dan jam kerja tanpa batas,
besarnya kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir, serta adanya
kepercayaan bahwa mobilitas sosial akan lebih mudah diperoleh apabila
dalam keadaan tidak menikah daripada setelah menikah.
Dalam dunia kerja, saat ini wanita dan pria memiliki kedudukan yang
sama. Mereka hanya dibedakan berdasarkan kualitas dan
keprofesionalitasnnya. Menurut Crittenden (2002), hal tersebut
menggambarkan bahwa kaum wanita dalam kapasitas intelektual dan
mungkin stamina bisa sama dengan pria dalam mengaktualisasikan
kemampuan karirnya didunia kerja. Siapa yang memiliki kualitas yang baik
dan mampu bekerja secara profesional, dialah yang akan menduduki
jabatan lebih tinggi. Menurut Alfred dkk. (1996) seseorang dikatakan
profesional apabila dalam melakukan pekerjaan memiliki rasa
tanggungjawab dan dedikasi yang tinggi, serta memiliki integritas etika.
Oleh sebab itu, keprofesionalitasan seseorang sangat diperiukan dalam
meningkatkan produktivitas perusahaan.
Jika dikaitkan dengan profesional kerja, seorang wanita yang memilih
biasanya didukung dengan penampilan. Karena penampilan menurut
Tatty SB Amran (1994) merupakari salah satu kekuatan nyata yang dapat
digunakan untuk menaklukkan orang lain. Melalui personal powerini
wanita dapat mendambakan keberhasilan dalam kariemya. Perhatian
besar kaum wanita terhadap cinta dan penampilan menurut Crittenden
(2002) merupaka11 bagian dari kehidupan yang sifatnya abadi, yang tak
akan pemah diubah bahkan oleh pergerakan politik mana pun.
Sedangkan menurut La Rose (1986) penampilan yang menarik dengan
cara-cara dan sikap yang baik merupakan pembuka jalan menuju
keberhasilan hidup, baik dalam keluarga maupun masyarakat termasuk
dalam lingkungan kerja. Pentingnya berpenampilan baik bagi seorang
wanita merupakan citra diri yang perlu ditunjukkan dengan baik, karena
berpenampilan baik berarti menghargai diri sendiri juga(Ahmad Ghozali,
2005)
Sebagian besar wanita yang bekerja selalu berusaha mengutamakan
penampilannya. Penampilan yang dimaksud tersebut bukan hanya
penampilan fisik semata, tetapi juga penampilan dalam bertingkah laku,
berbicara, dan bertindak. Adapun tujuan para wanita bekerja
mengutamakan penampilannya sebagian besar karena keinginan mereka
agar dipandang positif oleh orang lain disekitamya khususnya dalam
lingkungan kerjanya. Penilaian positif yang diberikan .oleh orang lain
satu cara.dalam meningkatkan citra diri dan statusnya sosialnya terutama
dalam masyarakat(Setyawan, 1998). Setiap orang perlu menampilkan citra
diri sesuai dengan profesi yang dijalaninya, sebab citra diri salah satu hal
dijadikan ukuran untuk melihat kemampuan wanita dalam berkarir (Tatty S
Amran, 1994)
Perubahan perilaku yang dilakukan oleh sebagian besar wanita bekerja
yang digambarkan diatas, menurut Mark Snyder (1987) dikatakan sebagai
"Self Monitoring" yaitu kecenderungan untuk mengatur prilaku individu
untuk menyesuaikan dengan tuntutan-tuntutan situasi sosial (Dayakisni,
2003). Atau suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengatur
dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ia
dapatkan dalam situasi sosial tertentu, sehingga ia dapat dipandang positif
oleh orang lain disekitarnya. Secara singkat dapat diartikan kemampuan
untuk mengatur tingkah laku sesuai situasi sosial (lingkungan kerja).
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti dengan beberapa
orang karyawati PT. lnfomedia Nusantara, dapat diketahui bahwa sebagai
wanita yang bekerja terutama para karyawati PT. lnfomedia Nusantara
cenderung untuk memperhatikan penampilannya, baik dalam berpakaian
maupun dalam cara berbicara. Dan mereka mengakui bahwa melalui
penampilan diri yang baik dapat memberikan penilaian yang baik pula,
Pembahasan tersebut menunjukkan bahwa adanya pemantauan diri (self
monitoring) yang dilakukan oleh karyawati tersebut diduga berkaitan
dengan adanya motivasi untuk terus berkarir. Adanya keinginan dan
usaha untuk tampil secara baik atau menunjukkan self monitoring yang
tinggi tersebut menandakan bahwa pada umumnya para wanita bekerja
khususnya yang lajang memiliki usaha yang kuat atau motivasi yang tinggi
dalam meningkatkan karimya dalam bekerja. Hal tersebut menunjukkan
adanya huburigan antara self monitoring dengan motivasi berkarir, yaitu
dorongan untuk terus berkembang dalam pekerjaannya sehingga ia bisa
meningkatkan karirnya sampai jenjang yang diharapkan.
Seif monitoring yang tinggi sangat diperlukan bagi seorang karyawan
sebab berdasarkan hasil penelitian orang yang memiliki skor tinggi pada
ska la self monitoring akan mendapat keberuntungan dalam situasi sosial,
karena orang-orang menganggap mereka sebagai orang yang ramah dan
relaks (Lippa, 1978) tidak pemalu dan lebih siap untuk mengambil inisiatif
dalam berbagai situasi (Pilkonis, 1977). Dalam suatu penelitian, orang
yang memiliki self monitoring tinggi dapat bekerja lebih baik daripada self
monitoring rendah karena dalam dunia kerja, mereka cenderung dituntut
orang lain(Dayakisni, 2003). Kemampuan mengambil inisiatif, tidak
pernalu, lebih terbuka, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
merupakan karakteristik yang patut dimiliki oleh seorang karyawan sebab
kemampuan untuk menampilkan diri ini sangat diperlukan pada saat kita
presentasi pekerjaan.
Sedangkan menurut hasil wawancara dengan salah satu mantan pegawai
PT. lnfomedia Nusantara, Bapak Soenaryo menjelaskan bahwa sebagai
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa informasi, PT. lnfomedia
Nusantara dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi
pelanggannya. Oleh karena itu, harus didukung oleh sumber daya
manusia yang benar-benar berkompeten dibidangnya dan mampu bekerja
secara profesional juga memiliki dedikasi yang tinggi terhadap
perusahaannya. Salah satu upaya perusahaan dalam mencapai hal
tersebut adalah dengan menjalankan sistem jenjang karir terbuka yang
didasarkan pada kompetensi. Yaitu sistem yang memberikan kesempatan
kepada setiap karyawannya untuk dapat mengembangkan atau
meningkatkan karirnya diperusahaan dengan tujuan agar karyawan yang
memiliki kompetensi yang baik dalam bidang pekerjaannya untuk dapat
naik ke jenjang karir yang lebih tinggi sehingga dapat mempercepat
Dari deskripsi yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti ingin melihat
apakah ada hubungan antara self monitoring dengan motivasi berkarir
yang dilakukan para wanita lajang yang bekerja. Dimana peneliti memiliki
asumsi dasar bahwa jika seorang wanita lajang bekerja yang memiliki self
monitoring tinggi (HSM atau High Self Monitoring)), maka ia akan memiliki
motivasi berkarir yang tinggi pula. Berangkat dari asumsi tersebut maka
penulis dalam penelitian ini mengambil judul "Hubungan Antara Self
Monitoring Dengan Motivasi Berkarir Pada Wanita Lajang Bekerja"
1.2. ldentifikasi Masalah
Beberapa masalah yang akan diidentifikasi oleh penulis pada laporan
penelitian ini antara lain :
1. Bagaimanakah Self Monitoring yang dijalankan oleh wanita lajang
yang bekerja di PT. lnfomedia Nusantara ?
2. Bagaimanakah Motivasi Berkarir yang dijalankan oleh wanita lajang
yang bekerja di PT. lnfomedia Nusantara ?
3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan adanya Self Monitoring
dan Motivasi Berkarir pada wanita lajang yang bekerja di PT.
lnfomedia Nusantara?
4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Self Monitoring
dengan Motivasi Berkarir pada wanita lajang yang bekerja di PT.
1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.3.1. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka masalah ini
dibatasi hanya mengenai "Hubungan antara Self Monitoring Dengan
Motivasi Berkarir Pada Wanita Lajang Bekerja".
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
a. Self Monitoring adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu
untuk mengatur dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan
petunjuk-petunjuk yang ia dapatkan dalam situasi sosial tertentu,
sehingga ia dapat dipandang positif oleh orang lain disekitamya.
Sedangkan aspek-aspek yang akan diukur dalam self monitoring
adalah
1) Social Stage Presence (Penampilan dalam situasi sosial),
2) Other Directed Self Presentation (Kesesuaian Penampilan diri),
3) Expressive Self Control (Kontrol dalam Penampilan Diri ),
b. Motivasi Berkarir adalah suatu keinginan atau dorongan untuk terus
berkembang dan lebih maju dalam pekerjaan sehingga ia bisa
Sedangkan aspek-aspek yang akan diukur antara lain : 1) Karakteristik
Individual, 2). Karakteristik Pekerjaan dan 3). Karakteristik Situasi
Pekerjaan.
1.3.2. Perumusan Masalah
Sesuai uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah, maka dirumuskan masalah penelitian ini yaitu :
"Apakah ada Hubungan antara Self Monitoring Dengan Motivasi Berkarir
Pada Wanita Lajang Bekerja?"
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui gambaran self monitoring pada wanita lajang yang
bekerja di PT. lnfomedia Nusantara
2. Untuk mengetahui gambaran motivasi berkarir pada wanita lajang yang
bekerja di PT. lnfomedia Nusantara
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self monitoring
dengan motivasi berkarir pada wanita lajang yang bekerja di PT.
1.4.2. Manfaat Penelitian
Kegunaan secara teoritis dan secara praktis dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperkaya hasanah penelitian dibidang psikologi industri dan
organisasi pada umumnya, dan khususnya pengembangan teori
· motivasi berkarir dan self monitoring.
2. Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
bagi perusahaan mengenai tingkat self monitoring dan motivasi
berkarir yang dimiliki oleh para karyawati PT. lnfomedia Nusantara,
sehingga dapat melakukan intervensi dalam meningkatkan motivasi
berkarir para pegawainya.
1.5. Sistematika Penulisan
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih rinci, maka penulisan
laporan ini disusun dalam kerangka sistematis sebagai berikut :
BAB 1: Merupakan bab Pendahuluan meliputi latar belakang
masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika
BAB2:
BAB3:
BAB4:
BAB 5 :
Merupakan bab Kajian Teori yang meliputi teori-teori yang
berhubungan dengan pembahasan, yaitu teori tentang self
monitoring, motivasi berkarir dan wanita lajang bekerja serta
berisi tentang kerangka berfikir dan pengajuan hipotesis
Merupakan bab Metodologi Penelitian, meliputi pendekatan
penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel meliputi
teknik pengambilan sampel, instrumen dan teknik
pengumpulan data serta teknik analisa data.
Merupakan bab Presentasi dan Analisa Data, yang berisi
gambaran umum responden, uji instrumen penelitian , uji
persyaratan dan pembahasan hasil penelitian.
Merupakan bab Penutup yang berisi kesimpulan penulis
sebagai jawaban singkat terhadap permasalahan yang
[image:28.518.34.412.150.494.2]2.1 Motivasi Berkarir
2.1.1. Pengertian Motivasi Berkarir
Dalam memahami konsep motivasi berkarir, terlebih dahulu akan dibahas
mengenai pengertian motivasi dan karir. Sebab motivasi merupakan konsep
yang cukup rumit, karena kebutuhan individu yang berbeda menimbulkan
pola perilaku yang berbeda. Oleh karenanya, setiap individu wajib
bertanggung jawab penuh terhadap setiap perilakunya.
Motivasi berasal dari bahasa Latin, yaitu movere yang berarti dorongan atau
menggerakkan (to move). Dalam psikologi istilah motif dan motivasi sering
dibedakan, motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang
yang mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan motivasi adalah segala sesuatu
yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong
seseorang untuk memenuhi suatu kebutuhan (Abdul Rahman, 2004).
Sedangkan menurut American Encyclopedia, motivasi adalah kecenderungan
membangkitkan topangan dan mengarahkan tindakannya (Suhendra dan
Murdiyah Hayati, 2006).
Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2001 ) motivasi diartikan sebagai suatu
proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk
melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tujuan tertentu. Dimana
jika tujuan yang dicapai berhasil, maka akan memuaskan atau memenuhi
kebutuhan-kebutuhan tersebut dan sebaliknya.
Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam
diri makhluk hidup dan memotori tingkah laku serta mengarahkannya pada
suatu tujuan atau berbagai tujuan (Ustman Najati, 2000). Motivasi dapat
mendorong makhluk untuk melakukan banyak tindakan penting yang
bermanfaat dalam usahanya untuk menyerasikan diri dengan lingkungan
hidupnya.
Menurut Malayu Hasibuan (2000) pentingnya motivasi dalam kehidupan
manusia disebabkan karena motivasi adalah ha\ yang menyebabkan,
menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan
antusias mencapai hasil yang optimal. Sesuatu yang dijadikan motivasi itu
merupakan suatu keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu
Sementara itu, yang dimaksud dengan karir menurut Edwin B Flippo (1991)
merupakan suatu rangkaian kerja yang terpisah tapi berkaitan yang
memberikan kesinambungan, ketentraman, dan arti dalam hidup seseorang.
Karir disadari secara individual dan dibatasi secara sosial, manusia tidak
hanya meraih atau mencetak karir yang diberikan dari
pengalaman-pengalaman khusus mereka tetapi kesempatan-kesempatan karir yang
diberikan dalam masyarakat juga mempengaruhi dan membentuk manusia.
Karir adalah rangkaian sikap dan prilaku yang berkaitan dengan pengalaman
dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan
rangkaian aktivitas kerja yang terus menerus berkelanjutan. Dengan demikian
_karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam
kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, karir melibatkan
proses dimana organisasi memperbaharui dirinya sendiri untuk menuju
efektivitas karir yang merupakan batas dimana rangkaian dari sikap karir dan
perilaku dapat memuaskan seorang individu. (Gibson, 1995)
Sedangkan menurut Handoko (2006), karir adalah semua pekerjaaan atau
jabatan seseorang yang telah maupun yang sedang dilakoninya. Adapun
tujuan utama dari program karir adalah untuk membantu pegawai
Jika dikaitkan dengan teori motivasi, motivasi berkarir sama halnya dengan
motivasi bekerja, dimana dorongan tersebut dapat menentukan tingkah laku
seseorang sehingga ia menjadi pekerja yang giat atau sebaliknya pekerja
tanpa semangat kerja. Namun dalam motivasi berkarir, motivasi kerja yang
dibutuhkan bukan hanya mendorong uhtuk giat bekerja tetapi juga
mendorong seseorang untuk terus meningkatkan karir atau kedudukan dalam
pekerjaannya.
Dalam melakukan suatu pekerjaan, setiap karyawan membutuhkan motivasi
agar hasil akhir pekerjaan baik dan sesuai dengan yang diharapkan dari
perusahaan. Motivasi seseorang akan berbeda dengan orang yang lainnya,
tergantung dari pola kebutuhan tertentu dari individu yang bersangkutan.
Motivasi berkarir menurut Rahmawati (2006) merupakan suatu dorongan
dalam diri seseorang untuk mendapatkan kemajuan atau perkembangan
dalam pekerjaan dan meningkatkan jenjang yang telah ada selama
kehidupan kerjanya. Orang-orang yang mempunyai motivasi berkarir yang
tinggi memperlihatkan orientasi pada masa depan dan memiliki rencana
jangka panjang untuk karir dalam suatu pekerjaan.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pada penelitian ini yang dimaksud
untuk terus berkembc1ng dan lebih maju dalam pekerjaan sehingga ia bisa
meningkatkan karirnya sampai jenjang yang diharapkan.
2.1.2. Teori Motivasi
Banyaknya teori motivasi yang dikembangkan, tetapi dalam penelitian ini teori
motivasi yang akan digunakan yaitu teori motivasi proses. Dimana dalam
teori motivasi proses kebutuhan hanya dianggap sebagai satu unsur dalam
proses yang didalamnya individu memutuskan bagaimana dirinya bertingkah
laku. Unsur-unsur lainnya adalah kemampuan individu, persepsi perannya,
atau pemahamannya tentang perilaku apa yang dibutuhkan untuk mencapai
prestasi yang tinggi dan harapan-harapannya menyangkut hasil dari prilaku
tertentu. Contohnya : seorang dengan motif berprestasi yang tinggi mungkin
mengharapkan bonus ketika ia menyelesaikan suatu pekerjaan yang sulit
pada waktunya, berarti harapan akan bonus membantunya memotivasi
perilakunya saat bekerja.
Teori-teori motivasi proses terdiri dari 3 teori penting antara lain:
a. Teori Harapan
Teori harapan merupakan teori yang berbeda dengan teori motivasi Jainnya.
Menurut David Nadler dan Edward Lawler (Stoner, 1994) teori harapan
memiliki 4 asumsi mengenai prilaku individu dalam organisasi yaitu :
1. Perilaku ditentukan oleh paduan kekuatan dalam individu dan kekutan
dalam lingkungan
2. lndividu mengambil keputusan secara sadar mengenai perilakunya
sendiri dalam organisasi
3. lndividu mempunyai kebutuhan, keinginan, dan tujuan yang berbeda
4. lndividu memutuskan diantara perilaku alternatif berdasarkan
harapannya bahwa perilaku yang ada akan membawa hasil yang
diinginkan.
b. Teori Keadilan
Teori keadilan berpendapat bahwa motivasi, kinerja dan kepuasan seseorang
individu tergantung pada penilaian subjektifnya mengenai hubungan antara
nisbah upaya atau imbalannya orang lain dalam situasi· yang serupa.
Sebagian besar penelitian mengenai teori keadilan menganggap bahwa uang
merupakan imbalan yang paling penting ditempat kerja. Dimana orang
membandingkan imbalan yang mereka terima untuk upayanya dengan
imbalan yang orang lain terima untuk upaya orang lain itu. Jika mereka
mereka, sehingga mereka mencoba menyelesaikannya dengan cara
menyesuaikan perilaku secara tepat.
Contohnya, ketika seorang karyawan merasa bahwa dia merasa dibayar lebih
rendah daripada seharusnya, mungkin ia berusaha mengurangi ketidakadilan
tersebutdengan bekerja tidak sepenuh hati. Sebaliknya karyawan yang
dibayar lebih daripada seharusnya mungkin akan bekerja lebih keras.
c. Teori Penetapan Tujuan
T eori penetapan tujuan merupakan suatu teori kognitif tentang motivasi
kerja, yakni mempertahankan bahwa karyawan sebagai manusia, adalah
ciptaan yang berakal budi yang berusaha mengejar tujuan. Teori ini
memusatkan pada proses penetapan tujuan itu sendiri, dimana menurut
psikolog Edwin Locke, kecenderungan alamiah untuk menetapkan dan
mengejar tujuan hanya bermanfaat kalau individu memahami dan menerima
tujuan khusus. Sedangkan , para pekerja juga tidak akan termotivasi jika
mereka tidak memiliki atau mengetahui bahwa mereka tidak memiliki
2.1.3. Karakteristik Motivasi Berkarir
Ada pun karakteristik motivasi berkarir menurut James Stoner ( 1994 ), terdiri
dari 3 macam yaitu :
1. Karakteristik Individual
Karakteristik individual terdiri dari minat, sikap dan kebutuhan yang dibawa
seseorang kedalam situasi kerja. Dimana setiap orang pastinya berbeda satu
sama lainnya dalam hal karakteristik dan hal tersebut pula yang
membedakan motivasi mereka, sebagai contoh ada orang yang mungkin
menginginkan prestise dan dengan demikian dimotivasi oleh sebuah
pekerjaan dengan nama yang mengesankan sedangkan yang lain mungkin
menginginkan uang, dan dengan demikian dimotivasi untuk memperoleh gaji
yang tinggi.
2. Karakteristik Pekerjaan
Karakteristik pekerjaan adalah sifat dari tugas karyawan yang meliputi
besarnya tanggung jawab, macam tugas, dan tingkat kepuasan yang orang
peroleh dari karakteristik pekerjaan itu sendiri. Sebuah pekerjaan yang
secara intrinsik memuaskan akan lebih memotivasi bagi kebanyakan
3. Karakteristik Situasi Pekerjaan
Karakteristik situasi pekerjaan meliputi faktor-faktor dalam lingkungan kerja
seseorang seperti dukungan rekan kerja atau atasan, tindakan organisasi
yang meliputi pelaksanaan imbalan serta kultur organisasi (nilai, norma, dan
keyakinan).
2.2.
Self Monitoring
2.2.1. Pengertian Self Monitoring
Dalam berinteraksi sosial, setiap individu memiliki kemampuan dalam
mempresentasikan dirinya secara berbeda, ada individu yang sangat
memperhatikan kesan publik terhadap dirinya dan ada juga sebagaian
individu yang kurang memperhatikan hal tersebut atau lebih menggunakan
kemampuan presentasi diri yang strategik serta ada individu lain yang
menyukai adanya pembenaran diri dalam mempresentasikan dirinya.
Perbedaan individu tersebut menurut Mark Snyder (1987) disebabkan oleh
adanya ciri sifat kepribadian yang disebut dengan self monitoring, yang
merupakan kecenderungan untuk mengatur perilaku individu untuk
menyesuaikan dengan tuntutan-tuntutan situasi sosial (Dayakisni, 2003).
Melalui self monitoring ini kita dapat melihat bagaimana individu pada
dengan lingkungannya, sehingga sedikit banyaknya akan mempengaruhi
perilaku individu menjadi seseorang yang selalu mengutamakan
penampilannya. Mengutamakan penampilan agar dipandang positif oleh
orang lain disekitamya merupakan salah satu tujuan pembentukan prilaku
tersebut. Dan tak hanya itu, penilaian positif yang diberikan oleh orang lain
tersebut kini dianggap sebagai salah satu cara dalam meningkatkan citra diri
dan status sosialnya dalam masyarakat ( Setyawan, 1998).
Dalam suatu penelitian psikologi sosial yang menyelidiki tentang fenomena
self presentation atau penampilan diri, sejak tahun 1970-an istilah self
monitoring sudah banyak digunakan untuk menunjukkan kesediaan individu
dalam menganalisa petunjuk-petunjuk sosial dan menggunakan petunjuk
tersebut dalam menentukan bagaimana mereka harus berprilaku dalam
tierbagai macam keadaan. (Snyder, 197 4 : dalam Miller, 2000)
Self Monitoring, berasal dari dua kata yaitu "self' yang berarti diri dan
"monitoring" yang berarti memonitor atau memantau, jadi self monitoring
dapat diartikan sebagai pemantaunan diri. Menurut Worchel dkk (2000),
pemantauan diri atau self monitoring adalah menyesuaikan perilaku terhadap
norma-norma situasional dan harapan-harapan dari orang lain. Sementara
individu mengadakan pemantauan (memonitor) terhadap pengelolaan kesan
yang telah dilakukannya.(Dalam Dayakisni, 2003: 85)
Selain itu, self monitoring (pemantauan diri) menurut Cook, Hunsaker dan
Coffey (1997), dijelaskan sebagai the degree to which people are sensitive to
others and adapt their behavior to meet external expectations and situational
needs. Yaitu suatu tingkat dimana seseorang mulai sensitif dengan orang lain
dan mulai menyesuaikan tingkah lakunya dengan mengharapkan sesuatu
dari luar dirinya dan berdasarkan kebutuhan situasi. Selain itu, Snyder dan
Copeland (dalam Miller,2000) juga mengemukakan definisi bahwa self
monitoring represents an ability to adapt behavior in response to social cues.
Self monitoring menunjukkan suatu kemampuan untuk menyesuaikan tingkah
laku sebagai reaksi atas petunjuk sosial. Sejalan dengan pendapat tersebut,
R.
Kneitner dan A. Kinicki (2000), menyatakan bahwa self monitoringmerupakan Observing one's own behavior and adapting it to the situation
atau mengamati seseorang yang bertingkah laku dan beradaptasi sesuai
dengan situasi yang dihadapinya. Dengan demikian, dalam self monitoring
seseorang cenderung untuk melakukan adaptasi atau menyesuaikan tingkah
lakunya sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya. Dan kemampuan
menyesuaikan tingkah laku ini bisa mereka dapatkan melalui
Tidak semua individu memperhatikan kesesuaian dan ketepatan dalam
penampilan diri (self-presentation) dengan situasi sosial disekitarnya,(Leary
dan Kowalski, 1990 dalam Miller,2000) akan tetapi banyak juga individu yang
sangat memperhatikan kesesuaian dan ketepatan penampilannya dengan
lingkungan. Kesesuaian dan ketepatan penampilan bagi seorang individu
biasanya disebabkan oleh berbagai macam tujuan diantaranya untuk
menunjukkan citra diri dan meningkatkan status, agar dipandang berkuasa
dan berkompeten, juga agar orang lain memandangnya baik atau positif. Hal
tersebut sesuai dengan definisi yang dikemukan oleh De Bono and Parker
(1991) yang menyatakan self monitoring refers to the tendency to "look
good".(Auerbach, 1996). Yaitu suatu kecenderungan untuk dilihat baik.
Adanya kecenderungan seseorang agar dilihat baik inilah yang menunjukkan
bahwa individu selalu ingin diperhatikan oleh orang lain disekelilingnya
sehingga ia merasa perlu untuk memperhatikan penampilannya.
Menurut Mark Snyder dan Cantor (1979), self monitoring refers to the ways in
which individual plans, act out, and regular behaviour decisions in social
situation (Setyawan, 1998). Self monitoring lebih menunjukkan pada cara
individu dalam merencanakan, mengekspresikan penampilannya, dan
berprilaku dalam situasi sosial. Kemampuan dalam self monitoring bukan
juga mencakup kemampuan untuk merencanakan, mengekspresikan
penampilan dan melakukan tindakan sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Dari berbagai definisi tersebut, maka dalam penelitian ini penulis
mendefinisikan self monitoring sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengatur dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan
petunjuk-petunjuk yang ia dapatkan dalam situasi sosial tertentu, sehingga ia
dapat dipandang positif oleh orang lain disekitarnya.
2.2.2. Komponen dalam Self Monitoring
Menurut Snyder dalam Shaw dan Castanzo (1982) self monitoring
.
me,Jlliliki.
lima komponen penting yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan, yaitu :
1) Menyangkut keputusan sosial dari presentasi diri seseorang.
(Misalnya; pada suatu acara pesta dan perkumpulan sosial, saya
berusaha untuk tidak melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak
disukai orang lain).
2) Adanya perhatian terhadap informasi perbandingan sosial sebagai
petunjuk dalam bagaimana menampilkan diri yang pantas atau sesuai
dengan situasi tertentu. (Misalnya; Ketika saya tidak yakin bagaimana
harus bertindak dalam situasi sosial, maka saya akan melihat tingkah
nilai-nilai yang diyakininya dan kurang memperhatikan situasi sosial
disekitarnya, sedangakan faktor eksternal (yaitu faktor lingkungan atau situasi
sosial) menyebabkan timbulnya self monitoring yang tinggi sebab individu
cenderung untuk memperhatikan lingkungan sosialnya yang dapat dilihatnya
sebagi petunjuk dalam bertingkah laku. Kedua bentuk self monitoring tersebut
akan dibahas sebagai berikut :
1. Self Monitoring Tinggi
lndividu yang memiliki self monitoring yang tinggi (high self-monitors)
menitikberatkan pada apa yang layak secara sosial dan menaruh perhatian
pada bagaimana orang berprilaku dalam setting sosial. Mereka
menggunakan informasi ini sebagai pedoman tingkah laku mereka. Perilaku
mereka lebih ditentukan oleh kecocokan dengan situasi daripada sikap dan
perasaan mereka sebenarnya. Mereka cakap dalam merasakan keinginan
dan harapan orang lain, terampil dan ahli dalam mempresentasikan beberapa
prilaku dalam situasi berbeda dan dapat merubah cara-cara presentasi diri
atau memodifikasi perilaku-perilaku untuk untuk menyesuaikan dengan
harapan orang lain. High self monitors digambarkan sebagai orang yang
memiliki "Pragmatic Self'. Mereka sering disebut juga sebagai pengelola
Berdasarkan penelitian, orang yang memiliki skor tinggi pada skala self
monitoring akan mendapat keberuntungan dalam situasi sosial, sebab
orang-orang menganggap mereka sebagai orang-orang yang ramah dan relaks
(Lipp·a, 1978), tidak pemalu dan lebih siap untuk mengambil inisiatif dalam
berbagai situasi (Pilkonis,1977). Tetapi kemungkinan mereka menjadi kurang
dapat dipercaya dan dinilai dangkal (Gergen, 1977). Hasil penelitian lain
menunjukkan bahwa seorang yang memiliki self monitoring yang tinggi
mempersepsikan dirinya sebagai orang yang berhasil dalam memberi kesan
pada orang lain, maka mereka cenderung untuk memiliki harga diri yang lebih
tinggi (Sharp & Gets, 1996). Mereka terampil secara sosial dalam menguji
hipotesis tentang kepribadian orang (Dardenne & Leyens, 1995). Mereka juga
lebih banyak mengingat informasi tentang orang-orang lain atau
tindakan-tindakan orang lain. Dan mereka lebih menempatkan pada daya tarik fisik
daripada kualitas pribadi ketika memilih pasangan(Gelick, De Merest, &
Hotze, 1988)(Dalam Dayakisni,2003) ..
Menurut Cook, Hunsaker dan Coffey (1997), high self monitors sama dengan
seorang aktor yang sedang memerankan perannya, dimana kepuasan
penonton adalah hal yang utama. Mereka mampu menyesuaikan diri dengan
keluar dari pribadi mereka yang asli menjadi kepribadian yang diharapkan
penonton atau orang lain. lndividu yang berada pada tingkatan ini menilai
bahwa mereka lebih fleksibel dalam berinteraksi dengan berbagai macam
orang.
2. Self Monitoring Rendah
lndividu yang termasuk self monitoring rendah cenderung lebih menaruh
perhatian pada perasaan mereka sendiri dan kurang menaruh perhatian pada
isyarat-isyarat situasi yang dapat menunjukkan apakah mereka sudah layak
atau belum.
Berbeda dengan high self monitors, menurut Cook, Hunsaker dan Coffey
(1997) /ow self monitors mengungkapkan dirinya secara lebih jelas dan
cenderung untuk menjadi diri mereka sendiri tanpa memperhatikan situasi
dan harapan orang lain. Sedangkan menurut De Bono and Parker ( 1991)
orang yang memiliki self monitoring yang rendah dalam melakukan sesuatu
mereka selalu mengikuti nilai-nilai yang mereka yakini(Auerbach, 1996).
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian, seseorang yang memiliki tingkat self
monitoring yang rendah lebih menekankan kecocokan dalam kepribadian dan
minat daripada daya tarik fisik semata dalam memilih pasangan(Gelick, De
Tabel 2.1:
Perbedaan Karakteristik Self Monitoring Tinggi dan Self Monitoring Rendah
No. Self Monitoring Tinggi Self Monitoring Rendah
(High Self Monitors) (Low Self Monitors)
1. Tingkah laku dipengaruhi oleh faktor Tingkah laku dipengaruhi faktor internal
ekstemal (situasi sosial) (Nilai, minat, perasaan)
2. Lebih peka terhadap lingkungan Kurang peka karena lebih
sosial disekitamya dan menjadikan mengutamakan diri dan perasaan
petunjuk sosial sebagi pedoman mereka sendiri.
berorilaku
3. Menempatkan pada daya tarik fisik Menempatkan pada kualitas kepribadian
dalam memilih pasangan dalam memilih pasangan
4. Mengutamakan penampilan dan Kurang mengutamakan penampilan tapi
cenderung untuk dilihat baik ("look kepribadiannya sendiri dan kurang
good'J menyadari bahwa orang lain
memperhatikannva
5. Sama dengan aktor, mampu Cenderung untuk mengungkapkan
menjalankan kepribadian sesuai dirinya secara jelas
dengan perannya (mampu keluar dari pribadi dirinya) demi kepuasan penonton
'6 .. Lebih mudah terkena stress Lebih jarang terkena stress
7. Ramah dan ahli dalam merubah dan Lebih konsisten dalam berprilaku
memodifikasi prilaku dalm situasi sehingga dianggap terlalu kaku
yang berbeda sehingga kurang konsisten dalam berprilaku dan lebih dikenal dengan "bunglon sosial"
8. Memiliki komitmen yang kurang Memiliki komitmen yang lebih tinggi
karena mudah dipengaruhi oleh karena private self awarenessnya tinggi
orang dan public self awarenessnya dan menekan stereotype sosialnya
tinaai
9. Menyukai terjadi perubahan dalam Kurang menyukai adanya perubahan
lingkungan, karena lebih fteksibel dalam lingkungan sosial.
dalam menyesuaikan diri dengan linakunaan vana berbeda.
2.2.4. Aspek-Aspek dalam Self Monitoring
Menurut Syder dalam Az.war (2003), ada tiga aspek yang dapat diukur
セ@ dalam self monitoring antara lain :
1. Social Stage Presence (Penampilan dalam situasi sosial)
' Yaitu kecenderungan untuk bertingkah laku dilingkungan sosial atau
mengorientasikan diri dalam berhubungan dengan orang lain,
kemampuan dalam menarik perhatian sosial serta banyak berbicara
dan memberikan kesenangan pada orang lain melalui cerita lucu.
2. Other Directed Self Presentation (Kesesuaian Penampilan diri)
Yaitu kesediaan dan kemampuan individu dalam memainkan peran
dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan harapan orang lain
dalam situasi sosial, dengan cara berusaha menyenangkan orang lain,
bersikap sama dengan situasi sosial yang ada dan cenderung
menggunakan topeng untuk menutupi perasaannya.
3. Expressive Self Control (Kontrol dalam Penampilan Diri )
Yaitu kemampuan untuk menampilkan kesan positif pada orang lain
dan secara aktif mengontrol prilakunya agar terlihat baik didepan
orang lain. Misalnya: lewat tutur kata yang halus dan sopan, menjadi
penyegar suasana dan mampu bersandiwara serta memanipulasi
2.2.5. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Self Monitoring
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahanik, ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi tingkat self monitoring (Mahanik, 2006)
seseorang antara lain :
a. Tipe kepribadian individu, ケ。ゥエセ@ kecenderungan fakta-fakta atau temperamen yang dimiliki individu mempengaruhi kemampuan dan
pemeliharaan kesadaran pemantauan diri seseorang dalam
berinteraksi sosial.
b. Jenis Kelamin, yaitu dimana jenis kelamin laki-laki secara umum lebih
mampu memantau dan mengatur kesan dirinya kepada orang lain
dibandingkan wanita. Hal ini yang memungkinkam mereka untuk dapat
beradaptasi lebih baik dalam perubahan iklim sosial.
c. Kemampuan atau keahlian seseorang dalam tingkat pengamatan dan imitasi dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan pemantauan
diri dalam situasi sosial.
d. Kemampuan dan kecermatan individu dalam melakukan penilaian diri
(self-report) Seperti dalam suatu penelitian, bahwa individu yang
memiliki low self monitoring memiliki kecermatan dan ketelitian dalam
meniali diri yang baik daripada individu yang memiliki high self
2.3. Wanita Lajang Bekerja
2.3.1 Pengertian Wanita Lajang bekerja
Oalam sebuah pepatah dikatakan bahwa wanita adalah belahan jiwa pria.
Allah SWT telah meciptakan makhluknya berpasang-pasangan, pria dan
wanita, jantan dan betina, dan seterl..!snya. Semuanya diciptakan demi
kelestarian semuanya. Wanita dengan segala kekurangan dan kelebihannya
begitu pula dengan pria. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa apa pun
kekurangan yang dialami oleh salah satunya mempunyai pengaruh bagi
keseimbangan pasangannya. Secara garis besarnya, wanita secara fitrah
diciptakan dengan keistimewaan segi perasaanya yang begitu sensitif
dibandingkan dengan pria, sehingga dapat dikatakan bahwa peran wanita
dalam kehidupan ini tidak kalah pentingnya dengan pria. Oleh karenanya
kedudukan mereka tidak dapat tergantikan oleh yang lain (Badwi Mahmud,
2006)
Menurut Tatty SB. Amran (1994) wanita yang telah memutuskan untuk
mengembangkan diri dalam menggali potensi agar karir meningkat
membutuhkan persiapan yang matang, karena meningkatnya karier berarti
bertambahnya hak dan kewajiban, berarti pula bertambah beban dan resiko.
Resiko tidak bisa dihindari dan tidak perlu dihindari, tetapi harus dihadapi.
karirnya akan berbeda antara wanita yang sudah berkeluarga dengan yang
masih lajang, antara yang percaya diri dengan yang rendah diri, antara yang
sabar dengan yang emosional dan sebagainya. Namun secara umum risiko
yang akan dihadapi wanita karir yaitu terabaikannya keluarga, terkurasnya
, tenaga dan pikiran, sulitnya menghadapi konflik peran antara kedudukan
sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karir, timbulnya sires dan
beban pikiran, berkurangnya waktu untuk sendiri
Selain resiko yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa keuntungan
yang didapat ketika wanita memutuskan untuk berkarier, yaitu
a. Bertambahnya sumber finansial
Dengan m;;ningkatnya karier, anda akan mampu membiayai diri
sendiri, bahkan dapat membantu perekonomian keluarga. Sebab
peningkatan karir atau jabatan bisa memberikan kemandirian finansial,
karena biasanya peningkatan jabatan berati peningkatan penghasilan.
b. Meluasnya network atau jaringan hubungan
Network atau jaringan hubungan dibutuhkan oleh siapapun. Bila
bekerja diperusahaan atau bagian yang tak mengharuskan
karyawannya berhubungan dengan orang lain, bukan berarti akan
adanya hubungan langsung dengan pekerjaan, perluasan network
memegang kunci penting bagi masa depan karir seseorang.
c. ' Tersedianya kesempatan untuk menyalurkan bakat dan hobi
Bakat dan hobi merupakan suatu potensi yang sering tak disadari,
beberapa hobi bisa menunjang pekerjaan dikantor atau paling tidak
menjadi nilai tambah.
d. Terbukanya kesempatan untuk mewujudkan citra diri yang positif.
Meningkatkan karir tidak secara otomatis memberikan citra positif
kepada wanita yang menitinya. Citra positif itu dapat dibentuk sendiri
dengan perjuangan dan pengorbanan. Bila dikatakan bahwa pada
posisi tinggi seorang wanita mempunyai kesempatan untuk
mewujudkan citra diri yang positif, itu benar saja sejauh bagaimana ia
berkemauan untuk itu. Sedangkan jika ia tidak memiliki kemauan dan
tidak peduli terhadap lingkungan dan penilaian orang lain terhadap
dirinya, maka citra positif itu tidak akan terwujud.
Kerja atau bekerja menurut Malayu Hasibuan (2000) adalah sejumlah
aktivitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk mengerjakan suatu
pekerjaan. Definisi lain mengatakan kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani,
dan pikiran untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa dengan
Adapun tujuan seorang wanita memilih untuk berkarir menurut Santrock
(1985) disebabkan karena 5 alasan antara lain:
1 ). Karena dengan berkarir dapat membuka kontak dengan dunia luar
2). Sebagai cara mengembangkan hubungan sosial diluar keluarga
3).suatu cara mendapatkan pengakuan dari orang lain
4). Dapat mengekspresikan diri dan memperoleh pengalaman.
Dari pendapat tersebut dapat kita lihat bahwa pada dasarnya wanita juga
manusia yang memiliki kebutuhan untuk berafiliasi dan bersosialisasi, serta
memiliki kebebasan untuk beroganisasi.
Ketika wanita memasuki dunia kerja timbul suatu fenomena yang
menunjukkan bahwa sebagian besar wanita yang bekerja dan sukses dalam
karirnya adalah wanita yang belum menikah atau melajang. Menurut Gargan
dan Melko (1982) yang dikutip Prisanty Wilsa (1997), status wanita lajang
digolongkan ke dalam empat tipe yaitu :
1. Wanita yang belum pernah menikah (The never married)
2. Wanita yang bercerai dari suami (The divorce)
3. Janda karena pasangan hidup meninggal (The Widowed)
4. Wanita yang berperan sekaligus sebagai ibu dan ayah bagi anak-anaknya
Wanita lajang kadang memiliki pemikiran bahwa mereka mempunyai
kesempatan untuk lebih berhasil dalam pekerjaannya karena tidak ada
hambatan (Davidson dan Moore, 1982: Prisanty : 1997). Hal ini disebabkan
karena bagi mereka dengan melajang mereka tidak perlu mengurusi dan
memikirkan urusan rumah tangga dan anak. Sejalan dengan pendapat
セ@ tersebut, Gargan dan Melko (1982) mengungkapkan alasan wanita memilih tidak menikah yaitu karena mereka masih ingin mendapatkan kebebasan.
Dimana mereka masih menginginkan kehidupan yang penuh kebebasan
tanpa ada yang menghalangi mereka ketika melakukan sesuatu.
Wanita lajang yang berkarir cenderung beranggapan bahwa mereka tidak
memerlukan pendamping dalam menjalani kehidupannya karena sebagian
besar dari mereka merasa bahwa mereka merasa sudah dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri dan mendapatkan banyak kepuasaan hidup dengan
berkarir(Sri Permanasari,2003 : Rahmawati,2006). Menurut pendapat Prof.
Dr. Dadang Hawari (1997) wanita single yang bekerja pada umumnya
menghabiskan waktunya untuk bekerja, 「・ォ・セ。@ dan bekerja. Sehingga tiada
waktu terluang untuk memikirkan kehidupan pribadinya, bagai kata pepatah
"no time for love''. Wanita yang bekerja biasanya ingin merasa bebas dan
Mereka cenderung memikirkan tubuhnya, memerhatikan kebutuhan makanan
dan kebutuhan fisik serta pengobatan (Zamzam, 2006).
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan wanita lajang bekerja pada penelitian ini adalah wanita yang memiliki
profesi atau bekerja pada suatu perusahaan tertentu dan memiliki status
belum menikah.
2.3.2. Faktor yang mempengaruhi Wanita lajang bekerja
Sedangkan menurut Hurlock (1981) ada beberapa alasan yang membuat
seseorang belum menikah bahkan tidak menikah dan memilih karir, yaitu :
1. Keinginan untuk meniti karir yang menuntut kerja lama dan jam kerja
tanpa batas.
2. Karena masih mempunyai tanggung jawab keuangan untuk orang tua dan
saudara.
3. Besarnya kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir.
4. Adanya kebebasan untuk mencoba berbagai pekerjaan dan mengubah
Dari penjelasan diatas bukan berarti wanita yang belum memiliki suami
dilarang bekerja dalam Islam. Karena bagaimanapun juga Islam mengajarkan
bahwa bekerja itu merupakan kewajiban bagi manusia secara individu namun
secara halal. Bekerja dan mengembangkan karier bagi seorang wanita akan
sangat mulia jika diniatkan untuk beribadah kepada Allah (Taty S. Amran,
1994)
2.4 Kerangka Berfikir
Dalam dunia kerja, saat ini wanita dan pria memiliki kedudukan yang sama.
Mereka hanya dibedakan berdasarkan kualitas dan keprofesionalitasnnya.
Menurut Crittenden (2002), hal tersebut menggambarkan bahwa kaum wanita
dalam kapasitas intelektual dan mungkin stamina bisa sama dengan pria
dalam mengaktualisasikan kemampuan karirnya didunia kerja. Siapa yang
memiliki kualitas yang baik dan mampu bekerja secara profesional, dialah
yang akan menduduki jabatan lebih tinggi. Menurut Alfred dkk. (1996)
seseorang dikatakan profesional apabila dalam melakukan pekerjaan
memiliki rasa tanggungjawab dan dedikasi yang tinggi, serta memiliki
integritas etika. Oleh sebab itu, keprofesionalitasan seseorang sangat
Karakteristik seorang karyawan yang seperti itulah yang saat ini sangat
dibutuhkan oleh perusahaan dan bukan hanya itu tetapi didalam dunia kerja
keprofesionalitasan seseoranglah diuji. Setiap individu yang bekerja secara
profesional, biasanya mereka harus memiliki rasa tanggungjawab dan
dedikasi yang tinggi, serta memiliki integritas etika dalam pekerjaannya.
Wanita yang memiliki tanggung jawab tinggi terhadap pekerjaannya,
biasanya akan berusaha sebaik mungkin dalam melakukan pekerjaannya
termasuk juga dalam berpenampilan ketika bekerja. Mengutamakan
penampilan baik dari segi berpakaian, berbicara, dan bersikap serta selalu
berusaha menunjukkan prilaku yang baik dalam lingkungan kerja merupakan
salah satu indikator bahwa wanita tersebut profesional dalam bekerja dan hal
tersebut menggambarkan bahwa ia memiliki motivasi yang tinggi dalam
bekerja.
PT. lnfomedia Nusantara dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang
terbaik bagi pelanggannya. Oleh karena itu, perusahan ini membutuhkan
tenaga pekerja yang benar-benar berkompeten dibidangnya dan mampu
bekerja secara profesional juga memiliki dedikasi yang tinggi terhadap
perusahaannya. Salah satu upaya perusahaan dalam mencapai hal tersebut
adalah dengan menjalankan sistem jenjang karir terbuka yang didasarkan
karyawannya: untuk dapat mengembangkan atau meningkatkan karirnya
diperusahaflridengan tujuan agar karyawan yang memiliki kompetensi yang
baik dalam•bidang pekerjaannya dapat naik ke jenjang karir yang lebih tinggi
sehingga dapat mempercepat tercapainya tujuan perusahaan.
Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa individu yang memiliki self
monitoring tinggi kecenderungan untuk memiliki motivasi berkarirnya pun tinggi. Karena memiliki self monitoring tinggi berarti menitikberatkan pada
apa yang layak secara sosial dan menaruh perhatian pada bagaimana
individu berprilaku dalam setting sosial, hal ini menunjukkan bahwa individu
akan mengatur tingkah lakunya dalam lingkungan kerja merupakan salah
satu usahanya dalam mempertahankan karir yang sudah ia duduki,
sedangkan harapan lain dari wanita lajang bekerja yang memiliki self
monitoring tinggi biasanya agar mereka dapat terus meningkatkan karirnya
sampai pada jenjang yang ia harapkan. Adanya kesamaan kemampuan pada
orang yang memiliki self monitoring tinggi dengan kemampuan yang
dibutuhkan di PT. lnfomedia Nusantara menunjukkan bahwa kemampuan self
Adapun faktor yang akan diukur dalam self monitoring menurut Snyder (Azwar, 2003) berdasarkan pada aspek dalam self monitoring, antara lain :
1 ) .. Social stage presence (penampilan dalam situasi sosial) yaitu
kecenderungan untuk bertingkah laku dilingkungan sosial 2). Other directed
self presentation (kesesuaian penampilan diri) yaitu kemampuan individu
dalam memainkan peran dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan
harapan orang lain dalam situasi sosial, 3). Expressive self control (kontrol
dalam penampilan diri) yaitu kemampuan untuk menampilkan kesan positif