• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara self monitoring dengan motivasi berkarir pada wanita lajang bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara self monitoring dengan motivasi berkarir pada wanita lajang bekerja"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

LAILA HIDAYATI

103070029149

Skripsi diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat

memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

LAILA HIDAYATI

NIM :

103070029149

Di Bawah Bimbingan

Abdul Rahman S eh, M.Si

NIP.

150293224

Pembimbing II

Liany Luzvinda, M.Si

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

MOTIVASI BERKARIR PADA WANITA LAJANG BEKERJA telah diujikan dalam

sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta pada tanggal 12 November 2007. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Jakarta, 12 November 2007

Sidang Munaqasyah

gkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Ora. Ne

O'a

Zah'o&ah,

M.s;.

NIP. NIP. 150 238 773

Anggota

Penguji I

p・セャャ@

セセカ@

Drs. Sofiandy Zakaria, M.Psi. T Abdul Rahman Shaleh, M.Si.

NIP. 150 293 224

Pembimbing II

/

Abdul Rahman Sha .Si Liany Luzvinda, M.Si

(4)

5eorang wanita yang Gekp:Ja tanpa memi6.kj /{stetapan liati Gafiwa pe/{srjaannya

aaaCa!i tempat

ia

liarus Gerf,g.rya se6aik,mungkjn aan tempat

ia

fiarus mem6erif(gn

yang ter6aiflaari d.1.rinya, ia lianyafafi seorang <Pe/{s1:Ja, 6uk,an 'Wanita 'l(arier.

('Tatty 5(]3 )lmran)

'i(jln·er merupakgn tempat menge/{Jpresikgn d.1.ri. 511.engeskpresik,an d.1.ri Gerarti juga

menya(ur.kgn aspirasi d.1.ri )!pa yang aicita-citakgn, apa yang

、NQNゥューゥヲHァQセ@

apa yang

ingin aisum6angf(gn Gagi orang Cain, semua itu tertuang aaCam pe/{srjaan. <Pe/{srjaan

yang d.1.manfaatk,an se6agai waaafi ek,spresi d.1.ri, tid"aflmung/ij,n aianggap se6agai

sesuatu yang lianya 6isa mem6eri flepuasan materi, tanpa flepuasan 6atin.

(5)
(6)

(C) Laila Hidayati

(D) Hubungan Antara Self Monitoring Dengan Motivasi Berkarir Pada Wanita Lajang Bekerja

(E) 130 Halaman (termasuk lampiran)

(F) Sebagian besar wanita yang bekerja selalu berusaha mengutamakan penampilannya. Penampilan yang dimaksud tersebut bukan hanya penampilan fisik semata, tetapi juga penampilan dalam bertingkah laku, berbicara, dan bertindak. Adapun tujuan para wanita bekerja

mengutamakan penampilannya (mengatur tingkah laku atau self

monitoring) sebagian besar karena keinginan mereka agar dipandang positif oleh orang lain disekitarnya khususnya dalam Jingkungan kerjanya. Penilaian positif yang diberikan oleh orang lain disekitar lingkungan kerja tersebut kini dianggap sebagai salah satu cara dalam meningkatkan karir.

Self monitoring adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk rnengatur dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ia dapatkan dalam situasi sosial tertentu,

sehingga ia dapat dipandang positif oleh orang lain disekitarnya. Faktor yang diukur dalam self monitoring menurut Snyder (dalam Azwar, 2003) berdasarkan pacJa aspek dalam self monitoring, antara lain : 1). Social Stage Presence (Penampilan dalam situasi sosial) 2). Other Directed Self Presentation (Kesesuaian Penampilan diri) 3). Expressive Self Control (Kontrol dalam Penampilan Diri). Sedangkan motivasi berkarir adalah suatu keinginan atau dorongan untuk terus berkembang dan lebih maju dalam pekerjaan sehingga ia bisa meningkatkan karirnya sampai jenjang yang diharapkan. Faktor yang akan diukur dalam

motivasi berkarir didasarkan pada karakteristik motivasi berkarir menurut James Stoner (1994), terdiri dari 3 macam yaitu: 1. Karakteristik

Individual 2. Karakteristik Pekerjaan dan 3. Karakteristik Situasi Pekerjaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara self monitoring dengan motivasi berkarir pada wanita lajang bekerja khususnya pada karyawati PT. lnfomedia Nusantara Kantor Pusat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan

(7)

orang. Dari jumlah tersebut yang diambil sebagai sampel penelitian sebanyak 80 orang, 30 orang pada try out dan 50 orang pada penelitian

sebenarnya. Sampel diambil dengan menggunakan metode non

probability sampling dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data disusun dengan menggunakan ala! ukur berupa skala Liker! modifikasi, dengan empat pilihan jawaban. Sedangkan skala yang digunakan adalah skala self monitoring berdasarkan skala Snyder dengan skala motivasi berkarir berdasarkan skala Stoner.

Setelah dilakukan uji instrumen, kemudian data diolah dengan uji validitas Korelasi Product Moment dari Pearson dan uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Dan didapatkan hasil koefisien reliabilitas skala self monitoring sebesar 0,904 dengan nilai standar alpha sebesar 0,906 dari 37 item, 35 item valid dan 2 item tidak valid. Sedangkan koefisien reliabilitas motivasi berkarir sebesar 0, 863 dengan nilai standar alpha sebesar 0, 865 dengan standar alpha 0,865 dari 30 item, 28 item valid dan 2 item tidak valid. Berdasarkan analisis Korelasi Product Moment dari Pearson terhadap hipotesis yang

diajukan, diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara self monitoring dengan motivasi berkarir pada wanita lajang bekerja. Karena diketahui nilai korelasi (r hitung) antara self-monitoring

dengan motivasi berkarir menunjukkan angka 0,329 dengan signifikansi 0,020 (sig< 0,05), dimana jika r hitung lebih besar dari r label (0,329 > 0,279 ) maka Ha pada penelitian ini diterima.

Dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara self monitoring dengan motivasi berkarir pada wanita lajang bekerja khususnya pada karyawati PT. lnfomedia Nusantara Kantor Pusat dengan arah yang positif, berarti semakin tinggi self monitoring

seseorang maka semakin tinggi pula motivasi berkarirnya. Pada penelitian ini peneliti menyarankan kepada peneliti yang akan

melakukan penelitian yang sama sebaiknya mengambil jumlah sampel yang lebih besar dan lebih heterogen agar hasil penelitian yang didapat lebih menyeluruh dan representatif.

(8)

(C) Laila Hidayati

(D) The Correlation of Self Monitoring with Carrier Motivation of Single Carrier Woman.

(E) 130 Page with enclosure

- (F) Most laboring women always try to major appearance of him. the such appearance not merely appearance of eye physical, but also appearance in comporting, conversing, and acting. As for women target work to major his appearances ( arranging or behaviour of self monitoring) most desires of them looked into positive by others him specially in the working

environment him. Positive assessment which given by others around th0 environment is nowadays considered to be one of way in improving career.

Self Monitoring is an ability had by individual to arrange and do him change tune as according to guides which he gets in selected social situation, so that he earns to be looked into positive by others him. Factor which measured in self monitoring according to Snyder (in Azwar, 2003)

pursuant to [at] aspect in self monitoring, other : 1 ). Social Stage Presence 2). Other Directed Self Presentation 3). Expressive Self Control. Factor to be measured in motivation have career based on characteristic motivate to have career according to James Stoner ( 1994 ), consisting of 3 kinds of that are 1. Individual Characteristic 2. Characteristic Work and 3.

Characteristic Situation Work.

This research aim to know do there are relation between monitoring self with motivation have career [to] [at] bachelor woman work specially [at] workingwoman of PT. lnfomedia Nusantara Head Office. This Research use descriptive method with quantitative approach and have the character of korelasional. this Research Sampel is Workingwoman of PT. lnfomedia Nusantara Head Office, owning characteristic of sampel research.

(9)

After instrument test, later then data processed with Correlation validity test of Product Moment of Pearson and test of reliabilitas by using formula of Alpha Cronbach. And got the result of coefficient of reliabilitas scale of self monitoring equal to 0,904 with standard value of alpha equal to 0,906 from 37 item, 35 valid item and 2 item not valid. While coefficient of reliabilitas motivate to have career equal to 0, 863 with standard value of alpha equal to 0, 865 with standard of alpha 0,865 from 30 item, 28 valid item and 2 item not valid. Pursuant to Correlation analysis of Product Moment of Pearson to raised hypothesis, to be obtained result of that there are any correlaton of self monitoring with carrier motivation of single carrier woman. Because known correlation value (rcount) between self-monitoring with career motivation show the number 0,329 with signifikansi 0,020 ( sig< 0,05), where if r count> r table ( 0,329 > 0,279 ) hence this research is accepted.

From this research, can be concluded that there are any correlaton of self monitoring with carrier motivation of single carrier woman specially of the employees PT. lnfomedia Nusantara Head Office with direction positive, and meaning excelsior of self someone monitoring hence excelsior also motivate to have his career. Researcher suggest to researcher to same research better take the amount of larger samplel and more heterogeneous got research result more and representatif.

(10)

Assa/amu'alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta kerabat, para sahabat dan para pengikutnya yang selalu setia hingga akhir zaman.

Membuat sebuah karya tulis seperti skripsi tidaklah mudah, namun banyak hal berharga yang didapatkan dari membuat sebuah karya sederhana ini. Bukan hanya sekedar hasil karya, tetapi juga pengalaman hidup yang beragam yang melatih penulis untuk menjadi lebih baik dan dewasa dalam menjalani hidup. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari

kesempurnaan seperti yang diharapkan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan sebagai bahan perbaikan penulis dimasa yang akan datang.

Penyelesaian skripsi ini tentunya tak terlepas oleh bantuan banyak pihak disekitar penulis. Oengan penuh rasa hormat maka penulis menghaturkan untaian rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. !bu Ora. Netty Hartati, M.Si selaku Oekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan semangat kepada semua mahasiswanya agar segera menyelesaikan skripsinya termasuk penulis. Serta !bu Ora. Zahrotun Nihayah, M.Si dan Bapak Ors. Ahmad Syahid, M.Ag. selaku Pembantu Oekan bidang akademik dan kemahasiswaan. Terimakasih alas segala bimbingannya.

2. Kedua orang tua tercinta, H. Moch lchwan dan Hj. Umi Malikah yang tidak henti-hentinya mendoakan dan memotivasi penulis saat dalam kesulitan dan menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih alas kasih sayang, perhatian dan pengertian yang telah kalian berikan. Semoga Allah selalu memberi rahmat dan kesehatan serta membalas

segala kebaikan yang kalian berikan. '

-

3. Bapak Abdul Rahman Shaleh, M.Si selaku pembimbing seminar dan
(11)

telah memberikan ilmunya yang sangat berharga dan bermanfaat. Kau pelita, penerang dalam gu/ita jasamu tiada tara.

6. Bapak Miftahuddin M.Si selaku dosen penasehat akademik dan seluruh staf dilingkungan Fakultas Psikologi yang selalu siap melayani kebutuhan

akademik penulis.

7. Kakak-kakakku tersayang, Mbak Ulfa dan Mas Bayu, Mbak Diana dan Mas Agus. Terima kasih atas dukungan dan bantuan kalian selama ini baik moril maupun materil. Semoga kalian selalu disayang Allah dan untuk keponakan-keponakanku tersayang, Ajie dan Naufal. Terima kasih atas senyuman yang selalu kalian berikan. Karena senyumanmu semangatkanku.

8. Sahabat-sahabat kuliah tersayang, (Laus, Suci, Meda, Fatma, Fitri, Nana, Farah, Owi, lcha, lday, Hawa, Yulisa, Ncha, Sunsun, Jernih, Qatryn, Tika, Laela M, Ashry, Faqih, Adang, Wisnu, lbnu, Dedi, Ma'mun, Dwi, dan semua sahabat kelas D, kehadiran kalian membuat hidupku lebih berwarna), Sahabat Garuda (Zikra, Cupi, lta, Ami), Angkatan 2003 (Rini, Lucky, lryn, Alq, Ami, lndah, Agung, Joni, Awink, Yoga dan Ka lhda). Terima kasih atas kebersamaan yang telah kalian berikan, tawa dan canda kalian akan selalu kurindukan.

9. Sahabat SMUku (Vivi, Lili, Lola, Putri, Ema, Nana, Vina, Windri, Jelita, Nia, dan Feny) dan Sahabat SMP (Gayu, Kojay, dan Oki). Terima kasih atas perhatian yang lebih yang selalu kalian berikan untukku. Serta untuk sahabat CB (Ajeng, Neni, Nisa, Steven) dan Sahabat FRISMA-CB. Terima kasih atas doa dan semangat yang kalian berikan.

10. Kepada karyawati PT. lnfomedia Nusantara khususnya !bu Nur Muchlisun, Mbak Riska dan Mbak Nova serta Bapak Soenaryo yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis dalam melakukan penelitian.

Akhirnya dengan segala perjuangan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga karya ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Amin.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Jakarta, November 2007

(12)

Halaman Persetujuan ii

Halaman Pengesahan iii

Motto iv

Dedikasi v

Abstraksi vi

Abstract viii

Kata Pengantar x

Daftar lsi xii

Daftar Tabel xv

Daftar Gambar xvi

Daftar Lampiran xvii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. 1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Jdentifikasi Masai ah ... 8

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 9

1.3.1. Pembatasan Masalah ... 9

1.3.2. Perumusan Masalah ... 10

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 1 O 1.4.1. Tujuan Penelitian ... 1 O 1.4.2. Manfaat Penelitian ... 11

(13)

2.1 .2. Teori Mengenai Motivasi Berkarir ... 18

2.1. 3. Karakteristik Motivasi Berkarir ... 21

2.2. Self Monitoring ... 22

2.2.1. Pengertian Self Monitoring ... 22

'

2.2.2. Komponen Self Monitoring ... 26

2.2.3. Bentuk Self Monitoring ... 27

2.2.4. Aspek-Aspek Self Monitoring ... 32

2.2.5. Faktor Yang Mempengaruhi Self Monitoring ... 33

2.3. Wanita Lajang Bekerja ... 34

2.3.1. Pengertian Wanita Lajang Bekerja ... 34

2.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Wanita Lajang Bekerja 39 2.3.4. Wanita Bekerja Dalam Pandangan Islam ... .40

2.4. Kerangka Berfikir ... .41

2.5. Hipotesis ... .47

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 48

3.1. Pendekatan Penelitian ... .48

3.1.1. Jenis Penelitian ... 48

3.1.2. Metode Penelitian ... .48

3.2. Variabel Penelitian ... 49

3.2.1 . Definisi Variabel Bebas Dan Terikat.. ... .49

3.2.2. Definisi Operasional ... 50

3.3. Populasi dan Sampel ... 52

3.2.1. Populasi Penelitian ... 52

3.2.2. Sampel Penelitian ... 53

(14)

3.6. Prosedur Penelitian ... 67

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISA DATA ... 65

4. 1 Gambaran Umum Responden Penelitian ... 65

4.1.1. Subjek berdasarkan Jabatan ... 70

4. 1.2. Subjek berdasarkan Usia ... 71

4. 1.3. Subjek berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 70

4.1.4. Subjek berdasarkan Pekerjaan ... 71

4.2 Presentasi Data ... 69

4.2. 1. Deskripsi Statistik ... 70

4.2.2. Deskripsi Skar Responden ... 72

4.2.3. Uji Persyaratan ... 76

4.2.4. Uji Hipotesis ... 80

4.3 Hasil Hipotesis ... 81

セbab@ 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 82

5. 1 5.2 5.3 Kesimpulan .,.,,,,,,, ,,.,.,,,,,,,,,,,,.,,,,,,,,,,,.,.,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,, .. 82

Diskusi .,,,,,,,,,,, .. ,.,,,,,,,,,, ··· ... 83

Saran ... 85

DAFTAR PUSTAKA

[image:14.524.23.435.138.497.2]
(15)

Tabel 3.1 Nilai Skar Jawaban ... 56

Tabel 3.2 Blue Print Skala Self-Monitoring.. .. .. . ... .. . ... . . ... 57

Tabel 3.3 Blue Print Skala Self-Monitoring Pra Uji lnstrumen ... 58

Tabel 3.4

Tabel 3.5

Tabel 3.6

Tabel 3.7

Blue Print Skala Self-Monitoring Pa sea Uji lnstrumen ... 59

Blue Print Skala Motivasi Berkarir ... .

Blue Print Skala Motivasi Berkarir Pra Uji lnstrumen ... .

. ... 60

.. 62

Blue Print Skala Motivasi Berkarir Pa sea Uji Jnstrumen ... 60

Tabel 4.1 · Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jabatan ... 68

Tabel 4.2 Gamba ran Urn um Responden Berdasarkan Usia ... 69

Tabel 4.3 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir .. 70

Tabel 4.4 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 70

Tabel 4.5 Oeskripsi Statistik Skar Skala Self Monitoring dan Skala Motivasi

Berkarir ... . ··· ... 71

Tabel 4.6 Kategorisasi Skar Responden ... 72

Tabel 4.7 Kategorisasi Skar Skala Self Monitoring ... ... 73

Tabel 4.8 Jumlah Responden Berdasarkan Pengkategorian Skar Pada Skala

Self Monitoring ... 7 4

Tabel 4.9 Kategorisasi Skar Skala Motivasi Berkarir. ... 75

Tabel 4.1 O Jumlah Responden Berdasarkan Pengkategorian Skar Pada Skala

Motivasi Berkarir ... 76

(16)

Gambar 4.1 Scatterplot Skala Self Monitoring ... 78

[image:16.519.38.425.89.493.2]
(17)

1 .1 . Latar Belakang Masalah

Dalam masyarakat yang modern, tuntutan kehidupan semakin bertambah

terutama dibidang materi (sosial ekonomi). Modernisasi menuntut

perubahan sosial kehidupan keluarga dan peran wanita tidak lagi sebagai

ibu rumah tangga saja, melainkan dituntut perannya dalam berbagai

kehidupan sosial kemasyarakatan, antara lain turut bekerja disamping

suami dan tidak jarang yang kemudian menjadi wanita karir (Dadang

Hawari, 1997).

Pada tahun 60-an terjadi perubahan peran wanita dalam pekerjaan yang

memungkinkan seorang wanita memasuki segmen kerja yang tadinya

hanya dikuasai kaum pria saja. Wanita tidak lagi bekerja pada

bidang-bidang pekerjaan yang didominasi oleh wanita saja, seperti perawat dan

guru tetapi juga bidang pekerjaan yang lainnya, seperti politikus,

wirnusahawan, wartawan, dan sebagainya. (David dan Moore,2001:

Rahmawati, 2006).

Seperti kaum pria wanita juga manusia yang memiliki kebutuhan untuk

(18)

beroganisasi. Wanita memiliki kemampuan untuk bekerja dan membina

suasana kerja yang sehat, serta menjalin hubungan yang baik dengan

pimpinan perusahaan serta rekan kerjanya. Wanita yang bekerja biasanya

ingin merasa bebas dan terbuka dari berbagai segi emosi maupun dari

segi keuangan keluarga (Zamzam, 2006). Bukti paling jelas tentang

adanya perubahan dikalangan perempuan adalah dengan munculnya

perempuan-perempuan modern yang berpendidikan, akademis, tidak

kawin dan mandiri (Evans, 1994).

Ketika wanita sudah memasuki dunia kerja timbul suatu fenomena yang

menunjukkan bahwa sebagian besar wanita yang bekerja dan sukses

dalam karirnya adalah wanita yang belum menikah atau masih melajang.

Wanita lajang yang berkarir cenderung beranggapan bahwa mereka tidak

memerlukan pendamping dalam menjalani kehidupannya karena

sebagian besar dari mereka merasa bahwa mereka sudah dapat

memenuhi kebutuhannya sendiri dan mendapatkan banyak kepuasaan

hidup dengan berkarir (Sri Permanasari,2003: Rahmawati,2006). Tidak

hanya itu, menurut pendapat Prof. Dr. Dadang Hawari (1997) wanita

single yang bekerja pada umumnya menghabiskan waktunya untuk

bekerja, bekerja dan bekerja. Sehingga tiada waktu terluang bahkan

(19)

Pendapat serupa dikemukakan oleh Huriock (1980) bahwa ada beberapa

alasan yang membuat wanita belum menikah bahkan tidak menikah dan

lebih mengutamakan karir, diantaranya karena adanya keinginan untuk

meniti karir yang menuntut kerja lama dan jam kerja tanpa batas,

besarnya kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir, serta adanya

kepercayaan bahwa mobilitas sosial akan lebih mudah diperoleh apabila

dalam keadaan tidak menikah daripada setelah menikah.

Dalam dunia kerja, saat ini wanita dan pria memiliki kedudukan yang

sama. Mereka hanya dibedakan berdasarkan kualitas dan

keprofesionalitasnnya. Menurut Crittenden (2002), hal tersebut

menggambarkan bahwa kaum wanita dalam kapasitas intelektual dan

mungkin stamina bisa sama dengan pria dalam mengaktualisasikan

kemampuan karirnya didunia kerja. Siapa yang memiliki kualitas yang baik

dan mampu bekerja secara profesional, dialah yang akan menduduki

jabatan lebih tinggi. Menurut Alfred dkk. (1996) seseorang dikatakan

profesional apabila dalam melakukan pekerjaan memiliki rasa

tanggungjawab dan dedikasi yang tinggi, serta memiliki integritas etika.

Oleh sebab itu, keprofesionalitasan seseorang sangat diperiukan dalam

meningkatkan produktivitas perusahaan.

Jika dikaitkan dengan profesional kerja, seorang wanita yang memilih

(20)

biasanya didukung dengan penampilan. Karena penampilan menurut

Tatty SB Amran (1994) merupakari salah satu kekuatan nyata yang dapat

digunakan untuk menaklukkan orang lain. Melalui personal powerini

wanita dapat mendambakan keberhasilan dalam kariemya. Perhatian

besar kaum wanita terhadap cinta dan penampilan menurut Crittenden

(2002) merupaka11 bagian dari kehidupan yang sifatnya abadi, yang tak

akan pemah diubah bahkan oleh pergerakan politik mana pun.

Sedangkan menurut La Rose (1986) penampilan yang menarik dengan

cara-cara dan sikap yang baik merupakan pembuka jalan menuju

keberhasilan hidup, baik dalam keluarga maupun masyarakat termasuk

dalam lingkungan kerja. Pentingnya berpenampilan baik bagi seorang

wanita merupakan citra diri yang perlu ditunjukkan dengan baik, karena

berpenampilan baik berarti menghargai diri sendiri juga(Ahmad Ghozali,

2005)

Sebagian besar wanita yang bekerja selalu berusaha mengutamakan

penampilannya. Penampilan yang dimaksud tersebut bukan hanya

penampilan fisik semata, tetapi juga penampilan dalam bertingkah laku,

berbicara, dan bertindak. Adapun tujuan para wanita bekerja

mengutamakan penampilannya sebagian besar karena keinginan mereka

agar dipandang positif oleh orang lain disekitamya khususnya dalam

lingkungan kerjanya. Penilaian positif yang diberikan .oleh orang lain

(21)

satu cara.dalam meningkatkan citra diri dan statusnya sosialnya terutama

dalam masyarakat(Setyawan, 1998). Setiap orang perlu menampilkan citra

diri sesuai dengan profesi yang dijalaninya, sebab citra diri salah satu hal

dijadikan ukuran untuk melihat kemampuan wanita dalam berkarir (Tatty S

Amran, 1994)

Perubahan perilaku yang dilakukan oleh sebagian besar wanita bekerja

yang digambarkan diatas, menurut Mark Snyder (1987) dikatakan sebagai

"Self Monitoring" yaitu kecenderungan untuk mengatur prilaku individu

untuk menyesuaikan dengan tuntutan-tuntutan situasi sosial (Dayakisni,

2003). Atau suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengatur

dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang ia

dapatkan dalam situasi sosial tertentu, sehingga ia dapat dipandang positif

oleh orang lain disekitarnya. Secara singkat dapat diartikan kemampuan

untuk mengatur tingkah laku sesuai situasi sosial (lingkungan kerja).

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti dengan beberapa

orang karyawati PT. lnfomedia Nusantara, dapat diketahui bahwa sebagai

wanita yang bekerja terutama para karyawati PT. lnfomedia Nusantara

cenderung untuk memperhatikan penampilannya, baik dalam berpakaian

maupun dalam cara berbicara. Dan mereka mengakui bahwa melalui

penampilan diri yang baik dapat memberikan penilaian yang baik pula,

(22)

Pembahasan tersebut menunjukkan bahwa adanya pemantauan diri (self

monitoring) yang dilakukan oleh karyawati tersebut diduga berkaitan

dengan adanya motivasi untuk terus berkarir. Adanya keinginan dan

usaha untuk tampil secara baik atau menunjukkan self monitoring yang

tinggi tersebut menandakan bahwa pada umumnya para wanita bekerja

khususnya yang lajang memiliki usaha yang kuat atau motivasi yang tinggi

dalam meningkatkan karimya dalam bekerja. Hal tersebut menunjukkan

adanya huburigan antara self monitoring dengan motivasi berkarir, yaitu

dorongan untuk terus berkembang dalam pekerjaannya sehingga ia bisa

meningkatkan karirnya sampai jenjang yang diharapkan.

Seif monitoring yang tinggi sangat diperlukan bagi seorang karyawan

sebab berdasarkan hasil penelitian orang yang memiliki skor tinggi pada

ska la self monitoring akan mendapat keberuntungan dalam situasi sosial,

karena orang-orang menganggap mereka sebagai orang yang ramah dan

relaks (Lippa, 1978) tidak pemalu dan lebih siap untuk mengambil inisiatif

dalam berbagai situasi (Pilkonis, 1977). Dalam suatu penelitian, orang

yang memiliki self monitoring tinggi dapat bekerja lebih baik daripada self

monitoring rendah karena dalam dunia kerja, mereka cenderung dituntut

(23)

orang lain(Dayakisni, 2003). Kemampuan mengambil inisiatif, tidak

pernalu, lebih terbuka, dan mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

merupakan karakteristik yang patut dimiliki oleh seorang karyawan sebab

kemampuan untuk menampilkan diri ini sangat diperlukan pada saat kita

presentasi pekerjaan.

Sedangkan menurut hasil wawancara dengan salah satu mantan pegawai

PT. lnfomedia Nusantara, Bapak Soenaryo menjelaskan bahwa sebagai

perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa informasi, PT. lnfomedia

Nusantara dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang terbaik bagi

pelanggannya. Oleh karena itu, harus didukung oleh sumber daya

manusia yang benar-benar berkompeten dibidangnya dan mampu bekerja

secara profesional juga memiliki dedikasi yang tinggi terhadap

perusahaannya. Salah satu upaya perusahaan dalam mencapai hal

tersebut adalah dengan menjalankan sistem jenjang karir terbuka yang

didasarkan pada kompetensi. Yaitu sistem yang memberikan kesempatan

kepada setiap karyawannya untuk dapat mengembangkan atau

meningkatkan karirnya diperusahaan dengan tujuan agar karyawan yang

memiliki kompetensi yang baik dalam bidang pekerjaannya untuk dapat

naik ke jenjang karir yang lebih tinggi sehingga dapat mempercepat

(24)

Dari deskripsi yang telah dijelaskan diatas, maka peneliti ingin melihat

apakah ada hubungan antara self monitoring dengan motivasi berkarir

yang dilakukan para wanita lajang yang bekerja. Dimana peneliti memiliki

asumsi dasar bahwa jika seorang wanita lajang bekerja yang memiliki self

monitoring tinggi (HSM atau High Self Monitoring)), maka ia akan memiliki

motivasi berkarir yang tinggi pula. Berangkat dari asumsi tersebut maka

penulis dalam penelitian ini mengambil judul "Hubungan Antara Self

Monitoring Dengan Motivasi Berkarir Pada Wanita Lajang Bekerja"

1.2. ldentifikasi Masalah

Beberapa masalah yang akan diidentifikasi oleh penulis pada laporan

penelitian ini antara lain :

1. Bagaimanakah Self Monitoring yang dijalankan oleh wanita lajang

yang bekerja di PT. lnfomedia Nusantara ?

2. Bagaimanakah Motivasi Berkarir yang dijalankan oleh wanita lajang

yang bekerja di PT. lnfomedia Nusantara ?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan adanya Self Monitoring

dan Motivasi Berkarir pada wanita lajang yang bekerja di PT.

lnfomedia Nusantara?

4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara Self Monitoring

dengan Motivasi Berkarir pada wanita lajang yang bekerja di PT.

(25)

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan dalam penelitian ini, maka masalah ini

dibatasi hanya mengenai "Hubungan antara Self Monitoring Dengan

Motivasi Berkarir Pada Wanita Lajang Bekerja".

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

a. Self Monitoring adalah suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu

untuk mengatur dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan

petunjuk-petunjuk yang ia dapatkan dalam situasi sosial tertentu,

sehingga ia dapat dipandang positif oleh orang lain disekitamya.

Sedangkan aspek-aspek yang akan diukur dalam self monitoring

adalah

1) Social Stage Presence (Penampilan dalam situasi sosial),

2) Other Directed Self Presentation (Kesesuaian Penampilan diri),

3) Expressive Self Control (Kontrol dalam Penampilan Diri ),

b. Motivasi Berkarir adalah suatu keinginan atau dorongan untuk terus

berkembang dan lebih maju dalam pekerjaan sehingga ia bisa

(26)

Sedangkan aspek-aspek yang akan diukur antara lain : 1) Karakteristik

Individual, 2). Karakteristik Pekerjaan dan 3). Karakteristik Situasi

Pekerjaan.

1.3.2. Perumusan Masalah

Sesuai uraian pada latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah, maka dirumuskan masalah penelitian ini yaitu :

"Apakah ada Hubungan antara Self Monitoring Dengan Motivasi Berkarir

Pada Wanita Lajang Bekerja?"

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran self monitoring pada wanita lajang yang

bekerja di PT. lnfomedia Nusantara

2. Untuk mengetahui gambaran motivasi berkarir pada wanita lajang yang

bekerja di PT. lnfomedia Nusantara

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara self monitoring

dengan motivasi berkarir pada wanita lajang yang bekerja di PT.

(27)

1.4.2. Manfaat Penelitian

Kegunaan secara teoritis dan secara praktis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan

memperkaya hasanah penelitian dibidang psikologi industri dan

organisasi pada umumnya, dan khususnya pengembangan teori

· motivasi berkarir dan self monitoring.

2. Secara Praktis, Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

bagi perusahaan mengenai tingkat self monitoring dan motivasi

berkarir yang dimiliki oleh para karyawati PT. lnfomedia Nusantara,

sehingga dapat melakukan intervensi dalam meningkatkan motivasi

berkarir para pegawainya.

1.5. Sistematika Penulisan

Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih rinci, maka penulisan

laporan ini disusun dalam kerangka sistematis sebagai berikut :

BAB 1: Merupakan bab Pendahuluan meliputi latar belakang

masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika

(28)

BAB2:

BAB3:

BAB4:

BAB 5 :

Merupakan bab Kajian Teori yang meliputi teori-teori yang

berhubungan dengan pembahasan, yaitu teori tentang self

monitoring, motivasi berkarir dan wanita lajang bekerja serta

berisi tentang kerangka berfikir dan pengajuan hipotesis

Merupakan bab Metodologi Penelitian, meliputi pendekatan

penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel meliputi

teknik pengambilan sampel, instrumen dan teknik

pengumpulan data serta teknik analisa data.

Merupakan bab Presentasi dan Analisa Data, yang berisi

gambaran umum responden, uji instrumen penelitian , uji

persyaratan dan pembahasan hasil penelitian.

Merupakan bab Penutup yang berisi kesimpulan penulis

sebagai jawaban singkat terhadap permasalahan yang

[image:28.518.34.412.150.494.2]
(29)

2.1 Motivasi Berkarir

2.1.1. Pengertian Motivasi Berkarir

Dalam memahami konsep motivasi berkarir, terlebih dahulu akan dibahas

mengenai pengertian motivasi dan karir. Sebab motivasi merupakan konsep

yang cukup rumit, karena kebutuhan individu yang berbeda menimbulkan

pola perilaku yang berbeda. Oleh karenanya, setiap individu wajib

bertanggung jawab penuh terhadap setiap perilakunya.

Motivasi berasal dari bahasa Latin, yaitu movere yang berarti dorongan atau

menggerakkan (to move). Dalam psikologi istilah motif dan motivasi sering

dibedakan, motif adalah dorongan atau kekuatan dari dalam diri seseorang

yang mendorong orang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu untuk

mencapai suatu tujuan tertentu, sedangkan motivasi adalah segala sesuatu

yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong

seseorang untuk memenuhi suatu kebutuhan (Abdul Rahman, 2004).

Sedangkan menurut American Encyclopedia, motivasi adalah kecenderungan

(30)

membangkitkan topangan dan mengarahkan tindakannya (Suhendra dan

Murdiyah Hayati, 2006).

Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2001 ) motivasi diartikan sebagai suatu

proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong seseorang untuk

melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tujuan tertentu. Dimana

jika tujuan yang dicapai berhasil, maka akan memuaskan atau memenuhi

kebutuhan-kebutuhan tersebut dan sebaliknya.

Motivasi adalah kekuatan penggerak yang membangkitkan kegiatan dalam

diri makhluk hidup dan memotori tingkah laku serta mengarahkannya pada

suatu tujuan atau berbagai tujuan (Ustman Najati, 2000). Motivasi dapat

mendorong makhluk untuk melakukan banyak tindakan penting yang

bermanfaat dalam usahanya untuk menyerasikan diri dengan lingkungan

hidupnya.

Menurut Malayu Hasibuan (2000) pentingnya motivasi dalam kehidupan

manusia disebabkan karena motivasi adalah ha\ yang menyebabkan,

menyalurkan dan mendukung perilaku manusia, supaya mau bekerja giat dan

antusias mencapai hasil yang optimal. Sesuatu yang dijadikan motivasi itu

merupakan suatu keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu

(31)

Sementara itu, yang dimaksud dengan karir menurut Edwin B Flippo (1991)

merupakan suatu rangkaian kerja yang terpisah tapi berkaitan yang

memberikan kesinambungan, ketentraman, dan arti dalam hidup seseorang.

Karir disadari secara individual dan dibatasi secara sosial, manusia tidak

hanya meraih atau mencetak karir yang diberikan dari

pengalaman-pengalaman khusus mereka tetapi kesempatan-kesempatan karir yang

diberikan dalam masyarakat juga mempengaruhi dan membentuk manusia.

Karir adalah rangkaian sikap dan prilaku yang berkaitan dengan pengalaman

dan aktivitas kerja selama rentang waktu kehidupan seseorang dan

rangkaian aktivitas kerja yang terus menerus berkelanjutan. Dengan demikian

_karir seorang individu melibatkan rangkaian pilihan dari berbagai macam

kesempatan. Jika ditinjau dari sudut pandang organisasi, karir melibatkan

proses dimana organisasi memperbaharui dirinya sendiri untuk menuju

efektivitas karir yang merupakan batas dimana rangkaian dari sikap karir dan

perilaku dapat memuaskan seorang individu. (Gibson, 1995)

Sedangkan menurut Handoko (2006), karir adalah semua pekerjaaan atau

jabatan seseorang yang telah maupun yang sedang dilakoninya. Adapun

tujuan utama dari program karir adalah untuk membantu pegawai

(32)

Jika dikaitkan dengan teori motivasi, motivasi berkarir sama halnya dengan

motivasi bekerja, dimana dorongan tersebut dapat menentukan tingkah laku

seseorang sehingga ia menjadi pekerja yang giat atau sebaliknya pekerja

tanpa semangat kerja. Namun dalam motivasi berkarir, motivasi kerja yang

dibutuhkan bukan hanya mendorong uhtuk giat bekerja tetapi juga

mendorong seseorang untuk terus meningkatkan karir atau kedudukan dalam

pekerjaannya.

Dalam melakukan suatu pekerjaan, setiap karyawan membutuhkan motivasi

agar hasil akhir pekerjaan baik dan sesuai dengan yang diharapkan dari

perusahaan. Motivasi seseorang akan berbeda dengan orang yang lainnya,

tergantung dari pola kebutuhan tertentu dari individu yang bersangkutan.

Motivasi berkarir menurut Rahmawati (2006) merupakan suatu dorongan

dalam diri seseorang untuk mendapatkan kemajuan atau perkembangan

dalam pekerjaan dan meningkatkan jenjang yang telah ada selama

kehidupan kerjanya. Orang-orang yang mempunyai motivasi berkarir yang

tinggi memperlihatkan orientasi pada masa depan dan memiliki rencana

jangka panjang untuk karir dalam suatu pekerjaan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka pada penelitian ini yang dimaksud

(33)

untuk terus berkembc1ng dan lebih maju dalam pekerjaan sehingga ia bisa

meningkatkan karirnya sampai jenjang yang diharapkan.

2.1.2. Teori Motivasi

Banyaknya teori motivasi yang dikembangkan, tetapi dalam penelitian ini teori

motivasi yang akan digunakan yaitu teori motivasi proses. Dimana dalam

teori motivasi proses kebutuhan hanya dianggap sebagai satu unsur dalam

proses yang didalamnya individu memutuskan bagaimana dirinya bertingkah

laku. Unsur-unsur lainnya adalah kemampuan individu, persepsi perannya,

atau pemahamannya tentang perilaku apa yang dibutuhkan untuk mencapai

prestasi yang tinggi dan harapan-harapannya menyangkut hasil dari prilaku

tertentu. Contohnya : seorang dengan motif berprestasi yang tinggi mungkin

mengharapkan bonus ketika ia menyelesaikan suatu pekerjaan yang sulit

pada waktunya, berarti harapan akan bonus membantunya memotivasi

perilakunya saat bekerja.

Teori-teori motivasi proses terdiri dari 3 teori penting antara lain:

a. Teori Harapan

Teori harapan merupakan teori yang berbeda dengan teori motivasi Jainnya.

(34)

Menurut David Nadler dan Edward Lawler (Stoner, 1994) teori harapan

memiliki 4 asumsi mengenai prilaku individu dalam organisasi yaitu :

1. Perilaku ditentukan oleh paduan kekuatan dalam individu dan kekutan

dalam lingkungan

2. lndividu mengambil keputusan secara sadar mengenai perilakunya

sendiri dalam organisasi

3. lndividu mempunyai kebutuhan, keinginan, dan tujuan yang berbeda

4. lndividu memutuskan diantara perilaku alternatif berdasarkan

harapannya bahwa perilaku yang ada akan membawa hasil yang

diinginkan.

b. Teori Keadilan

Teori keadilan berpendapat bahwa motivasi, kinerja dan kepuasan seseorang

individu tergantung pada penilaian subjektifnya mengenai hubungan antara

nisbah upaya atau imbalannya orang lain dalam situasi· yang serupa.

Sebagian besar penelitian mengenai teori keadilan menganggap bahwa uang

merupakan imbalan yang paling penting ditempat kerja. Dimana orang

membandingkan imbalan yang mereka terima untuk upayanya dengan

imbalan yang orang lain terima untuk upaya orang lain itu. Jika mereka

(35)

mereka, sehingga mereka mencoba menyelesaikannya dengan cara

menyesuaikan perilaku secara tepat.

Contohnya, ketika seorang karyawan merasa bahwa dia merasa dibayar lebih

rendah daripada seharusnya, mungkin ia berusaha mengurangi ketidakadilan

tersebutdengan bekerja tidak sepenuh hati. Sebaliknya karyawan yang

dibayar lebih daripada seharusnya mungkin akan bekerja lebih keras.

c. Teori Penetapan Tujuan

T eori penetapan tujuan merupakan suatu teori kognitif tentang motivasi

kerja, yakni mempertahankan bahwa karyawan sebagai manusia, adalah

ciptaan yang berakal budi yang berusaha mengejar tujuan. Teori ini

memusatkan pada proses penetapan tujuan itu sendiri, dimana menurut

psikolog Edwin Locke, kecenderungan alamiah untuk menetapkan dan

mengejar tujuan hanya bermanfaat kalau individu memahami dan menerima

tujuan khusus. Sedangkan , para pekerja juga tidak akan termotivasi jika

mereka tidak memiliki atau mengetahui bahwa mereka tidak memiliki

(36)

2.1.3. Karakteristik Motivasi Berkarir

Ada pun karakteristik motivasi berkarir menurut James Stoner ( 1994 ), terdiri

dari 3 macam yaitu :

1. Karakteristik Individual

Karakteristik individual terdiri dari minat, sikap dan kebutuhan yang dibawa

seseorang kedalam situasi kerja. Dimana setiap orang pastinya berbeda satu

sama lainnya dalam hal karakteristik dan hal tersebut pula yang

membedakan motivasi mereka, sebagai contoh ada orang yang mungkin

menginginkan prestise dan dengan demikian dimotivasi oleh sebuah

pekerjaan dengan nama yang mengesankan sedangkan yang lain mungkin

menginginkan uang, dan dengan demikian dimotivasi untuk memperoleh gaji

yang tinggi.

2. Karakteristik Pekerjaan

Karakteristik pekerjaan adalah sifat dari tugas karyawan yang meliputi

besarnya tanggung jawab, macam tugas, dan tingkat kepuasan yang orang

peroleh dari karakteristik pekerjaan itu sendiri. Sebuah pekerjaan yang

secara intrinsik memuaskan akan lebih memotivasi bagi kebanyakan

(37)

3. Karakteristik Situasi Pekerjaan

Karakteristik situasi pekerjaan meliputi faktor-faktor dalam lingkungan kerja

seseorang seperti dukungan rekan kerja atau atasan, tindakan organisasi

yang meliputi pelaksanaan imbalan serta kultur organisasi (nilai, norma, dan

keyakinan).

2.2.

Self Monitoring

2.2.1. Pengertian Self Monitoring

Dalam berinteraksi sosial, setiap individu memiliki kemampuan dalam

mempresentasikan dirinya secara berbeda, ada individu yang sangat

memperhatikan kesan publik terhadap dirinya dan ada juga sebagaian

individu yang kurang memperhatikan hal tersebut atau lebih menggunakan

kemampuan presentasi diri yang strategik serta ada individu lain yang

menyukai adanya pembenaran diri dalam mempresentasikan dirinya.

Perbedaan individu tersebut menurut Mark Snyder (1987) disebabkan oleh

adanya ciri sifat kepribadian yang disebut dengan self monitoring, yang

merupakan kecenderungan untuk mengatur perilaku individu untuk

menyesuaikan dengan tuntutan-tuntutan situasi sosial (Dayakisni, 2003).

Melalui self monitoring ini kita dapat melihat bagaimana individu pada

(38)

dengan lingkungannya, sehingga sedikit banyaknya akan mempengaruhi

perilaku individu menjadi seseorang yang selalu mengutamakan

penampilannya. Mengutamakan penampilan agar dipandang positif oleh

orang lain disekitamya merupakan salah satu tujuan pembentukan prilaku

tersebut. Dan tak hanya itu, penilaian positif yang diberikan oleh orang lain

tersebut kini dianggap sebagai salah satu cara dalam meningkatkan citra diri

dan status sosialnya dalam masyarakat ( Setyawan, 1998).

Dalam suatu penelitian psikologi sosial yang menyelidiki tentang fenomena

self presentation atau penampilan diri, sejak tahun 1970-an istilah self

monitoring sudah banyak digunakan untuk menunjukkan kesediaan individu

dalam menganalisa petunjuk-petunjuk sosial dan menggunakan petunjuk

tersebut dalam menentukan bagaimana mereka harus berprilaku dalam

tierbagai macam keadaan. (Snyder, 197 4 : dalam Miller, 2000)

Self Monitoring, berasal dari dua kata yaitu "self' yang berarti diri dan

"monitoring" yang berarti memonitor atau memantau, jadi self monitoring

dapat diartikan sebagai pemantaunan diri. Menurut Worchel dkk (2000),

pemantauan diri atau self monitoring adalah menyesuaikan perilaku terhadap

norma-norma situasional dan harapan-harapan dari orang lain. Sementara

(39)

individu mengadakan pemantauan (memonitor) terhadap pengelolaan kesan

yang telah dilakukannya.(Dalam Dayakisni, 2003: 85)

Selain itu, self monitoring (pemantauan diri) menurut Cook, Hunsaker dan

Coffey (1997), dijelaskan sebagai the degree to which people are sensitive to

others and adapt their behavior to meet external expectations and situational

needs. Yaitu suatu tingkat dimana seseorang mulai sensitif dengan orang lain

dan mulai menyesuaikan tingkah lakunya dengan mengharapkan sesuatu

dari luar dirinya dan berdasarkan kebutuhan situasi. Selain itu, Snyder dan

Copeland (dalam Miller,2000) juga mengemukakan definisi bahwa self

monitoring represents an ability to adapt behavior in response to social cues.

Self monitoring menunjukkan suatu kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

laku sebagai reaksi atas petunjuk sosial. Sejalan dengan pendapat tersebut,

R.

Kneitner dan A. Kinicki (2000), menyatakan bahwa self monitoring

merupakan Observing one's own behavior and adapting it to the situation

atau mengamati seseorang yang bertingkah laku dan beradaptasi sesuai

dengan situasi yang dihadapinya. Dengan demikian, dalam self monitoring

seseorang cenderung untuk melakukan adaptasi atau menyesuaikan tingkah

lakunya sesuai dengan situasi yang sedang dihadapinya. Dan kemampuan

menyesuaikan tingkah laku ini bisa mereka dapatkan melalui

(40)

Tidak semua individu memperhatikan kesesuaian dan ketepatan dalam

penampilan diri (self-presentation) dengan situasi sosial disekitarnya,(Leary

dan Kowalski, 1990 dalam Miller,2000) akan tetapi banyak juga individu yang

sangat memperhatikan kesesuaian dan ketepatan penampilannya dengan

lingkungan. Kesesuaian dan ketepatan penampilan bagi seorang individu

biasanya disebabkan oleh berbagai macam tujuan diantaranya untuk

menunjukkan citra diri dan meningkatkan status, agar dipandang berkuasa

dan berkompeten, juga agar orang lain memandangnya baik atau positif. Hal

tersebut sesuai dengan definisi yang dikemukan oleh De Bono and Parker

(1991) yang menyatakan self monitoring refers to the tendency to "look

good".(Auerbach, 1996). Yaitu suatu kecenderungan untuk dilihat baik.

Adanya kecenderungan seseorang agar dilihat baik inilah yang menunjukkan

bahwa individu selalu ingin diperhatikan oleh orang lain disekelilingnya

sehingga ia merasa perlu untuk memperhatikan penampilannya.

Menurut Mark Snyder dan Cantor (1979), self monitoring refers to the ways in

which individual plans, act out, and regular behaviour decisions in social

situation (Setyawan, 1998). Self monitoring lebih menunjukkan pada cara

individu dalam merencanakan, mengekspresikan penampilannya, dan

berprilaku dalam situasi sosial. Kemampuan dalam self monitoring bukan

(41)

juga mencakup kemampuan untuk merencanakan, mengekspresikan

penampilan dan melakukan tindakan sesuai dengan situasi yang dihadapi.

Dari berbagai definisi tersebut, maka dalam penelitian ini penulis

mendefinisikan self monitoring sebagai suatu kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk mengatur dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan

petunjuk-petunjuk yang ia dapatkan dalam situasi sosial tertentu, sehingga ia

dapat dipandang positif oleh orang lain disekitarnya.

2.2.2. Komponen dalam Self Monitoring

Menurut Snyder dalam Shaw dan Castanzo (1982) self monitoring

.

me,Jlliliki

.

lima komponen penting yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan, yaitu :

1) Menyangkut keputusan sosial dari presentasi diri seseorang.

(Misalnya; pada suatu acara pesta dan perkumpulan sosial, saya

berusaha untuk tidak melakukan atau mengatakan sesuatu yang tidak

disukai orang lain).

2) Adanya perhatian terhadap informasi perbandingan sosial sebagai

petunjuk dalam bagaimana menampilkan diri yang pantas atau sesuai

dengan situasi tertentu. (Misalnya; Ketika saya tidak yakin bagaimana

harus bertindak dalam situasi sosial, maka saya akan melihat tingkah

(42)

nilai-nilai yang diyakininya dan kurang memperhatikan situasi sosial

disekitarnya, sedangakan faktor eksternal (yaitu faktor lingkungan atau situasi

sosial) menyebabkan timbulnya self monitoring yang tinggi sebab individu

cenderung untuk memperhatikan lingkungan sosialnya yang dapat dilihatnya

sebagi petunjuk dalam bertingkah laku. Kedua bentuk self monitoring tersebut

akan dibahas sebagai berikut :

1. Self Monitoring Tinggi

lndividu yang memiliki self monitoring yang tinggi (high self-monitors)

menitikberatkan pada apa yang layak secara sosial dan menaruh perhatian

pada bagaimana orang berprilaku dalam setting sosial. Mereka

menggunakan informasi ini sebagai pedoman tingkah laku mereka. Perilaku

mereka lebih ditentukan oleh kecocokan dengan situasi daripada sikap dan

perasaan mereka sebenarnya. Mereka cakap dalam merasakan keinginan

dan harapan orang lain, terampil dan ahli dalam mempresentasikan beberapa

prilaku dalam situasi berbeda dan dapat merubah cara-cara presentasi diri

atau memodifikasi perilaku-perilaku untuk untuk menyesuaikan dengan

harapan orang lain. High self monitors digambarkan sebagai orang yang

memiliki "Pragmatic Self'. Mereka sering disebut juga sebagai pengelola

(43)

Berdasarkan penelitian, orang yang memiliki skor tinggi pada skala self

monitoring akan mendapat keberuntungan dalam situasi sosial, sebab

orang-orang menganggap mereka sebagai orang-orang yang ramah dan relaks

(Lipp·a, 1978), tidak pemalu dan lebih siap untuk mengambil inisiatif dalam

berbagai situasi (Pilkonis,1977). Tetapi kemungkinan mereka menjadi kurang

dapat dipercaya dan dinilai dangkal (Gergen, 1977). Hasil penelitian lain

menunjukkan bahwa seorang yang memiliki self monitoring yang tinggi

mempersepsikan dirinya sebagai orang yang berhasil dalam memberi kesan

pada orang lain, maka mereka cenderung untuk memiliki harga diri yang lebih

tinggi (Sharp & Gets, 1996). Mereka terampil secara sosial dalam menguji

hipotesis tentang kepribadian orang (Dardenne & Leyens, 1995). Mereka juga

lebih banyak mengingat informasi tentang orang-orang lain atau

tindakan-tindakan orang lain. Dan mereka lebih menempatkan pada daya tarik fisik

daripada kualitas pribadi ketika memilih pasangan(Gelick, De Merest, &

Hotze, 1988)(Dalam Dayakisni,2003) ..

Menurut Cook, Hunsaker dan Coffey (1997), high self monitors sama dengan

seorang aktor yang sedang memerankan perannya, dimana kepuasan

penonton adalah hal yang utama. Mereka mampu menyesuaikan diri dengan

keluar dari pribadi mereka yang asli menjadi kepribadian yang diharapkan

(44)

penonton atau orang lain. lndividu yang berada pada tingkatan ini menilai

bahwa mereka lebih fleksibel dalam berinteraksi dengan berbagai macam

orang.

2. Self Monitoring Rendah

lndividu yang termasuk self monitoring rendah cenderung lebih menaruh

perhatian pada perasaan mereka sendiri dan kurang menaruh perhatian pada

isyarat-isyarat situasi yang dapat menunjukkan apakah mereka sudah layak

atau belum.

Berbeda dengan high self monitors, menurut Cook, Hunsaker dan Coffey

(1997) /ow self monitors mengungkapkan dirinya secara lebih jelas dan

cenderung untuk menjadi diri mereka sendiri tanpa memperhatikan situasi

dan harapan orang lain. Sedangkan menurut De Bono and Parker ( 1991)

orang yang memiliki self monitoring yang rendah dalam melakukan sesuatu

mereka selalu mengikuti nilai-nilai yang mereka yakini(Auerbach, 1996).

Selain itu, berdasarkan hasil penelitian, seseorang yang memiliki tingkat self

monitoring yang rendah lebih menekankan kecocokan dalam kepribadian dan

minat daripada daya tarik fisik semata dalam memilih pasangan(Gelick, De

(45)
[image:45.519.30.431.125.603.2]

Tabel 2.1:

Perbedaan Karakteristik Self Monitoring Tinggi dan Self Monitoring Rendah

No. Self Monitoring Tinggi Self Monitoring Rendah

(High Self Monitors) (Low Self Monitors)

1. Tingkah laku dipengaruhi oleh faktor Tingkah laku dipengaruhi faktor internal

ekstemal (situasi sosial) (Nilai, minat, perasaan)

2. Lebih peka terhadap lingkungan Kurang peka karena lebih

sosial disekitamya dan menjadikan mengutamakan diri dan perasaan

petunjuk sosial sebagi pedoman mereka sendiri.

berorilaku

3. Menempatkan pada daya tarik fisik Menempatkan pada kualitas kepribadian

dalam memilih pasangan dalam memilih pasangan

4. Mengutamakan penampilan dan Kurang mengutamakan penampilan tapi

cenderung untuk dilihat baik ("look kepribadiannya sendiri dan kurang

good'J menyadari bahwa orang lain

memperhatikannva

5. Sama dengan aktor, mampu Cenderung untuk mengungkapkan

menjalankan kepribadian sesuai dirinya secara jelas

dengan perannya (mampu keluar dari pribadi dirinya) demi kepuasan penonton

'6 .. Lebih mudah terkena stress Lebih jarang terkena stress

7. Ramah dan ahli dalam merubah dan Lebih konsisten dalam berprilaku

memodifikasi prilaku dalm situasi sehingga dianggap terlalu kaku

yang berbeda sehingga kurang konsisten dalam berprilaku dan lebih dikenal dengan "bunglon sosial"

8. Memiliki komitmen yang kurang Memiliki komitmen yang lebih tinggi

karena mudah dipengaruhi oleh karena private self awarenessnya tinggi

orang dan public self awarenessnya dan menekan stereotype sosialnya

tinaai

9. Menyukai terjadi perubahan dalam Kurang menyukai adanya perubahan

lingkungan, karena lebih fteksibel dalam lingkungan sosial.

dalam menyesuaikan diri dengan linakunaan vana berbeda.

(46)

2.2.4. Aspek-Aspek dalam Self Monitoring

Menurut Syder dalam Az.war (2003), ada tiga aspek yang dapat diukur

セ@ dalam self monitoring antara lain :

1. Social Stage Presence (Penampilan dalam situasi sosial)

' Yaitu kecenderungan untuk bertingkah laku dilingkungan sosial atau

mengorientasikan diri dalam berhubungan dengan orang lain,

kemampuan dalam menarik perhatian sosial serta banyak berbicara

dan memberikan kesenangan pada orang lain melalui cerita lucu.

2. Other Directed Self Presentation (Kesesuaian Penampilan diri)

Yaitu kesediaan dan kemampuan individu dalam memainkan peran

dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan harapan orang lain

dalam situasi sosial, dengan cara berusaha menyenangkan orang lain,

bersikap sama dengan situasi sosial yang ada dan cenderung

menggunakan topeng untuk menutupi perasaannya.

3. Expressive Self Control (Kontrol dalam Penampilan Diri )

Yaitu kemampuan untuk menampilkan kesan positif pada orang lain

dan secara aktif mengontrol prilakunya agar terlihat baik didepan

orang lain. Misalnya: lewat tutur kata yang halus dan sopan, menjadi

penyegar suasana dan mampu bersandiwara serta memanipulasi

(47)

2.2.5. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Self Monitoring

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahanik, ada beberapa

faktor yang dapat mempengaruhi tingkat self monitoring (Mahanik, 2006)

seseorang antara lain :

a. Tipe kepribadian individu, ケ。ゥエセ@ kecenderungan fakta-fakta atau temperamen yang dimiliki individu mempengaruhi kemampuan dan

pemeliharaan kesadaran pemantauan diri seseorang dalam

berinteraksi sosial.

b. Jenis Kelamin, yaitu dimana jenis kelamin laki-laki secara umum lebih

mampu memantau dan mengatur kesan dirinya kepada orang lain

dibandingkan wanita. Hal ini yang memungkinkam mereka untuk dapat

beradaptasi lebih baik dalam perubahan iklim sosial.

c. Kemampuan atau keahlian seseorang dalam tingkat pengamatan dan imitasi dapat mempengaruhi seseorang dalam melakukan pemantauan

diri dalam situasi sosial.

d. Kemampuan dan kecermatan individu dalam melakukan penilaian diri

(self-report) Seperti dalam suatu penelitian, bahwa individu yang

memiliki low self monitoring memiliki kecermatan dan ketelitian dalam

meniali diri yang baik daripada individu yang memiliki high self

(48)

2.3. Wanita Lajang Bekerja

2.3.1 Pengertian Wanita Lajang bekerja

Oalam sebuah pepatah dikatakan bahwa wanita adalah belahan jiwa pria.

Allah SWT telah meciptakan makhluknya berpasang-pasangan, pria dan

wanita, jantan dan betina, dan seterl..!snya. Semuanya diciptakan demi

kelestarian semuanya. Wanita dengan segala kekurangan dan kelebihannya

begitu pula dengan pria. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa apa pun

kekurangan yang dialami oleh salah satunya mempunyai pengaruh bagi

keseimbangan pasangannya. Secara garis besarnya, wanita secara fitrah

diciptakan dengan keistimewaan segi perasaanya yang begitu sensitif

dibandingkan dengan pria, sehingga dapat dikatakan bahwa peran wanita

dalam kehidupan ini tidak kalah pentingnya dengan pria. Oleh karenanya

kedudukan mereka tidak dapat tergantikan oleh yang lain (Badwi Mahmud,

2006)

Menurut Tatty SB. Amran (1994) wanita yang telah memutuskan untuk

mengembangkan diri dalam menggali potensi agar karir meningkat

membutuhkan persiapan yang matang, karena meningkatnya karier berarti

bertambahnya hak dan kewajiban, berarti pula bertambah beban dan resiko.

Resiko tidak bisa dihindari dan tidak perlu dihindari, tetapi harus dihadapi.

(49)

karirnya akan berbeda antara wanita yang sudah berkeluarga dengan yang

masih lajang, antara yang percaya diri dengan yang rendah diri, antara yang

sabar dengan yang emosional dan sebagainya. Namun secara umum risiko

yang akan dihadapi wanita karir yaitu terabaikannya keluarga, terkurasnya

, tenaga dan pikiran, sulitnya menghadapi konflik peran antara kedudukan

sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karir, timbulnya sires dan

beban pikiran, berkurangnya waktu untuk sendiri

Selain resiko yang telah disebutkan sebelumnya, ada beberapa keuntungan

yang didapat ketika wanita memutuskan untuk berkarier, yaitu

a. Bertambahnya sumber finansial

Dengan m;;ningkatnya karier, anda akan mampu membiayai diri

sendiri, bahkan dapat membantu perekonomian keluarga. Sebab

peningkatan karir atau jabatan bisa memberikan kemandirian finansial,

karena biasanya peningkatan jabatan berati peningkatan penghasilan.

b. Meluasnya network atau jaringan hubungan

Network atau jaringan hubungan dibutuhkan oleh siapapun. Bila

bekerja diperusahaan atau bagian yang tak mengharuskan

karyawannya berhubungan dengan orang lain, bukan berarti akan

(50)

adanya hubungan langsung dengan pekerjaan, perluasan network

memegang kunci penting bagi masa depan karir seseorang.

c. ' Tersedianya kesempatan untuk menyalurkan bakat dan hobi

Bakat dan hobi merupakan suatu potensi yang sering tak disadari,

beberapa hobi bisa menunjang pekerjaan dikantor atau paling tidak

menjadi nilai tambah.

d. Terbukanya kesempatan untuk mewujudkan citra diri yang positif.

Meningkatkan karir tidak secara otomatis memberikan citra positif

kepada wanita yang menitinya. Citra positif itu dapat dibentuk sendiri

dengan perjuangan dan pengorbanan. Bila dikatakan bahwa pada

posisi tinggi seorang wanita mempunyai kesempatan untuk

mewujudkan citra diri yang positif, itu benar saja sejauh bagaimana ia

berkemauan untuk itu. Sedangkan jika ia tidak memiliki kemauan dan

tidak peduli terhadap lingkungan dan penilaian orang lain terhadap

dirinya, maka citra positif itu tidak akan terwujud.

Kerja atau bekerja menurut Malayu Hasibuan (2000) adalah sejumlah

aktivitas fisik dan mental yang dilakukan seseorang untuk mengerjakan suatu

pekerjaan. Definisi lain mengatakan kerja adalah pengorbanan jasa, jasmani,

dan pikiran untuk menghasilkan barang-barang atau jasa-jasa dengan

(51)

Adapun tujuan seorang wanita memilih untuk berkarir menurut Santrock

(1985) disebabkan karena 5 alasan antara lain:

1 ). Karena dengan berkarir dapat membuka kontak dengan dunia luar

2). Sebagai cara mengembangkan hubungan sosial diluar keluarga

3).suatu cara mendapatkan pengakuan dari orang lain

4). Dapat mengekspresikan diri dan memperoleh pengalaman.

Dari pendapat tersebut dapat kita lihat bahwa pada dasarnya wanita juga

manusia yang memiliki kebutuhan untuk berafiliasi dan bersosialisasi, serta

memiliki kebebasan untuk beroganisasi.

Ketika wanita memasuki dunia kerja timbul suatu fenomena yang

menunjukkan bahwa sebagian besar wanita yang bekerja dan sukses dalam

karirnya adalah wanita yang belum menikah atau melajang. Menurut Gargan

dan Melko (1982) yang dikutip Prisanty Wilsa (1997), status wanita lajang

digolongkan ke dalam empat tipe yaitu :

1. Wanita yang belum pernah menikah (The never married)

2. Wanita yang bercerai dari suami (The divorce)

3. Janda karena pasangan hidup meninggal (The Widowed)

4. Wanita yang berperan sekaligus sebagai ibu dan ayah bagi anak-anaknya

(52)

Wanita lajang kadang memiliki pemikiran bahwa mereka mempunyai

kesempatan untuk lebih berhasil dalam pekerjaannya karena tidak ada

hambatan (Davidson dan Moore, 1982: Prisanty : 1997). Hal ini disebabkan

karena bagi mereka dengan melajang mereka tidak perlu mengurusi dan

memikirkan urusan rumah tangga dan anak. Sejalan dengan pendapat

セ@ tersebut, Gargan dan Melko (1982) mengungkapkan alasan wanita memilih tidak menikah yaitu karena mereka masih ingin mendapatkan kebebasan.

Dimana mereka masih menginginkan kehidupan yang penuh kebebasan

tanpa ada yang menghalangi mereka ketika melakukan sesuatu.

Wanita lajang yang berkarir cenderung beranggapan bahwa mereka tidak

memerlukan pendamping dalam menjalani kehidupannya karena sebagian

besar dari mereka merasa bahwa mereka merasa sudah dapat memenuhi

kebutuhannya sendiri dan mendapatkan banyak kepuasaan hidup dengan

berkarir(Sri Permanasari,2003 : Rahmawati,2006). Menurut pendapat Prof.

Dr. Dadang Hawari (1997) wanita single yang bekerja pada umumnya

menghabiskan waktunya untuk bekerja, 「・ォ・セ。@ dan bekerja. Sehingga tiada

waktu terluang untuk memikirkan kehidupan pribadinya, bagai kata pepatah

"no time for love''. Wanita yang bekerja biasanya ingin merasa bebas dan

(53)

Mereka cenderung memikirkan tubuhnya, memerhatikan kebutuhan makanan

dan kebutuhan fisik serta pengobatan (Zamzam, 2006).

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan wanita lajang bekerja pada penelitian ini adalah wanita yang memiliki

profesi atau bekerja pada suatu perusahaan tertentu dan memiliki status

belum menikah.

2.3.2. Faktor yang mempengaruhi Wanita lajang bekerja

Sedangkan menurut Hurlock (1981) ada beberapa alasan yang membuat

seseorang belum menikah bahkan tidak menikah dan memilih karir, yaitu :

1. Keinginan untuk meniti karir yang menuntut kerja lama dan jam kerja

tanpa batas.

2. Karena masih mempunyai tanggung jawab keuangan untuk orang tua dan

saudara.

3. Besarnya kesempatan untuk meningkatkan jenjang karir.

4. Adanya kebebasan untuk mencoba berbagai pekerjaan dan mengubah

(54)

Dari penjelasan diatas bukan berarti wanita yang belum memiliki suami

dilarang bekerja dalam Islam. Karena bagaimanapun juga Islam mengajarkan

bahwa bekerja itu merupakan kewajiban bagi manusia secara individu namun

secara halal. Bekerja dan mengembangkan karier bagi seorang wanita akan

sangat mulia jika diniatkan untuk beribadah kepada Allah (Taty S. Amran,

1994)

2.4 Kerangka Berfikir

Dalam dunia kerja, saat ini wanita dan pria memiliki kedudukan yang sama.

Mereka hanya dibedakan berdasarkan kualitas dan keprofesionalitasnnya.

Menurut Crittenden (2002), hal tersebut menggambarkan bahwa kaum wanita

dalam kapasitas intelektual dan mungkin stamina bisa sama dengan pria

dalam mengaktualisasikan kemampuan karirnya didunia kerja. Siapa yang

memiliki kualitas yang baik dan mampu bekerja secara profesional, dialah

yang akan menduduki jabatan lebih tinggi. Menurut Alfred dkk. (1996)

seseorang dikatakan profesional apabila dalam melakukan pekerjaan

memiliki rasa tanggungjawab dan dedikasi yang tinggi, serta memiliki

integritas etika. Oleh sebab itu, keprofesionalitasan seseorang sangat

(55)

Karakteristik seorang karyawan yang seperti itulah yang saat ini sangat

dibutuhkan oleh perusahaan dan bukan hanya itu tetapi didalam dunia kerja

keprofesionalitasan seseoranglah diuji. Setiap individu yang bekerja secara

profesional, biasanya mereka harus memiliki rasa tanggungjawab dan

dedikasi yang tinggi, serta memiliki integritas etika dalam pekerjaannya.

Wanita yang memiliki tanggung jawab tinggi terhadap pekerjaannya,

biasanya akan berusaha sebaik mungkin dalam melakukan pekerjaannya

termasuk juga dalam berpenampilan ketika bekerja. Mengutamakan

penampilan baik dari segi berpakaian, berbicara, dan bersikap serta selalu

berusaha menunjukkan prilaku yang baik dalam lingkungan kerja merupakan

salah satu indikator bahwa wanita tersebut profesional dalam bekerja dan hal

tersebut menggambarkan bahwa ia memiliki motivasi yang tinggi dalam

bekerja.

PT. lnfomedia Nusantara dituntut untuk selalu memberikan pelayanan yang

terbaik bagi pelanggannya. Oleh karena itu, perusahan ini membutuhkan

tenaga pekerja yang benar-benar berkompeten dibidangnya dan mampu

bekerja secara profesional juga memiliki dedikasi yang tinggi terhadap

perusahaannya. Salah satu upaya perusahaan dalam mencapai hal tersebut

adalah dengan menjalankan sistem jenjang karir terbuka yang didasarkan

(56)

karyawannya: untuk dapat mengembangkan atau meningkatkan karirnya

diperusahaflridengan tujuan agar karyawan yang memiliki kompetensi yang

baik dalam•bidang pekerjaannya dapat naik ke jenjang karir yang lebih tinggi

sehingga dapat mempercepat tercapainya tujuan perusahaan.

Dari penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa individu yang memiliki self

monitoring tinggi kecenderungan untuk memiliki motivasi berkarirnya pun tinggi. Karena memiliki self monitoring tinggi berarti menitikberatkan pada

apa yang layak secara sosial dan menaruh perhatian pada bagaimana

individu berprilaku dalam setting sosial, hal ini menunjukkan bahwa individu

akan mengatur tingkah lakunya dalam lingkungan kerja merupakan salah

satu usahanya dalam mempertahankan karir yang sudah ia duduki,

sedangkan harapan lain dari wanita lajang bekerja yang memiliki self

monitoring tinggi biasanya agar mereka dapat terus meningkatkan karirnya

sampai pada jenjang yang ia harapkan. Adanya kesamaan kemampuan pada

orang yang memiliki self monitoring tinggi dengan kemampuan yang

dibutuhkan di PT. lnfomedia Nusantara menunjukkan bahwa kemampuan self

(57)

Adapun faktor yang akan diukur dalam self monitoring menurut Snyder (Azwar, 2003) berdasarkan pada aspek dalam self monitoring, antara lain :

1 ) .. Social stage presence (penampilan dalam situasi sosial) yaitu

kecenderungan untuk bertingkah laku dilingkungan sosial 2). Other directed

self presentation (kesesuaian penampilan diri) yaitu kemampuan individu

dalam memainkan peran dan mengubah tingkah lakunya sesuai dengan

harapan orang lain dalam situasi sosial, 3). Expressive self control (kontrol

dalam penampilan diri) yaitu kemampuan untuk menampilkan kesan positif

Gambar

Gambaran Umum Responden Penelitian ........................ 65
Gambar 2.1 Skema Kerangka Berpikir ...................................................
gambaran umum responden, uji instrumen penelitian , uji
Tabel 2.1:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Hasil Uji

IMPLEMENTASI MODEL RUANG VEKTOR UNTUK PENCARIAN DOKUMEN TEKS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

bahwa dengan berlakunya Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi Jawa Barat maka perlu diatur lebih lanjut Tugas

 Siswa mengerjakan tugas pada LKS dirumah tentang cara menampilkan data dengan Grafik (Chart) pada pengolah angka, untuk dikumpulkan pada pertemuan yang akan datang.. Bentuk

[r]

Hasil pengujian antara kadar antosianin dan warna pada permen jelly rosela memberikan nilai korelasi (r) yang tinggi untuk korelasi antara kadar antosianin dan parameter

Pemberian bokashi kotoran sapi memberikan pengaruh sangat nyata terhadap jumlah buah tanaman pada umur 50, 55 dan 60 HST sedangkan volume penyiraman memberikan

Pelatihan jaringan GRNN dengan input data debu diambil data ke t-1 dan data ke t-2, jaringan yang terbentuk terdiri dari dua unit input dengan masing-masing 92 data atau vektor