• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MENULIS PARAGRAF

MELALUI MEDIA GAMBAR BERSERI

Oleh: ANY SUPRAPNO

SMP Negeri 1 Kebonagung Pacitan Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rancangan pembelajaran Writing dengan media gambar berseri mampu meningkatkan ketrampilan menulis paragraph bagi siswa. Subyek penelitian ini adalah 35 siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Kebonagung Pacitan. Pelaksanaannya, mulai bulan Januari 2009 hingga Juni 2009 pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2008/2009. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus. Teknik pengumpulan data melalui Observasi, Catatan lapangan, Kuesioner dan Assesment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis siaswa meningkat pada tiap komponen, yaitu: 1) Pada komponen relevansi, terjadi peningkatan sebanyak 5% dari Pra siklus ke Siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebanyak 3 % serta dari sikus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 6 %; 2) Pada komponen Kohesi, terjadi peningkatan sebanyak 2% dari Pra siklus ke Siklus 1. Namun demikian, dari sikus 1 ke siklus 2 tidak terjadi peningkatan. Sedangkan dari siklus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 2 %; 3) Pada komponen koherensi, terjadi peningkatan sebanyak 4% dari Pra siklus ke Siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebanyak 2 % serta dari sikus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 10 %; 4) Pada komponen tata bahasa, terjadi peningkatan sebanyak 7% dari Pra siklus ke Siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebanyak 4 % serta dari sikus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 8 %; 5) Pada komponen ejaan, terjadi peningkatan sebanyak 6% dari Pra siklus ke Siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebanyak 8 % serta dari sikus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 3 %.

Kata kunci : Prestasi, menulis, media PENDAHULUAN

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP Negeri 1 Kebonagung Pacitan (2008), disebutkan bahwa pengajaran bahasa Inggris ditujukan untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi yang meliputi keterampilan membaca, menyimak,

(2)

Mereka seharusnya juga bisa menyimak dan mengerti pembicaraan orang lain, baik gurunya, temannya atau orang asing secara langsung maupun lewat radio, televisi atau media elektronik lainnya. Bertanya jawab secara sederhana dengan orang lain idealnya juga harus bisa dilakukan, termasuk keterampilan menulis dalam bahasa Inggris.

Keterampilan menulis paragraf pendek-paling banyak 8 kalimat menurut kurikulum tersebut dan menulis pesan dan surat sederhana sebenarnya juga harus dikuasai siswa. Namun seringkali penguasaan keterampilan menulis siswa lemah. Keterampilan menulis ini dianggap sulit. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian guru pada pengajaran menulis di kelas. Di samping itu teknik mengajar guru kurang bervariasi. Penguasaan kosa kata dan tata bahasa siswa yang rendah juga menjadi salah satu penyebab. Padahal keterampilan menulis, sebagai salah satu keterampilan berbahasa, juga perlu mendapat perhatian yang proposional sebagaimana ke tiga keterampilan berbahasa lainnya.

Pada era globalisasi saat ini tidak dapat dipungkiri bahwa peran bahasa Inggris di kancah internasional menjadi semakin penting. Maksudnya, pemakaian bahasa Inggris sebagai bahasa perhubungan global akan semakin intensif dan ekstensif dalam berbagai segi kehidupan aktivitas internasional, misalnya dalam forum politik, bisnis atau ekonomi, komunikasi dan informatika, dan lain sebagainya. Dengan situasi seperti itu, tentunya berimplikasi bahwa

penguasaan bahasa Inggris bagi suatu bangsa tidak dapat dihindarkan apabila eksistensi bangsa tersebut ingin diperdulikan secara internasional oleh bangsa-bangsa di dunia (Kasbolah dan Sulistyo, 1997).

Singkatnya, penguasaan bahasa Inggris merupakan syarat utama bagi aset sumber daya manusia Indonesia agar mereka mampu menjalin hubungan komunikasi di dunia internasional. Hal ini semakin mendesak dengan terlibatnya Indonesia dalam kancah perdagangan bebas yang berlaku sejak tahun 2003 (Rachmajanti dan Anugerahwati, 1988). Dengan demikian, lulusan sekolah menengah harus memiliki kompetensi bahasa Inggris yang memadai demi tuntutan permintaan tenaga kerja terampil yang semakin bersaing untuk konsumsi luar negeri serta pemenuhan persyaratan melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam hal ini, pemerintah mengambil kebijakan untuk menempatkan keterampilan bahasa Inggris dalam Kurikulum sebagai bahasa asing pertama yang harus dikuasai oleh siswa sekolah menengah.

(3)

Akhir Nasional yang soal-soalnya sebagian besar difokuskan pada keterampilan membaca. Tetapi, keterampilan membaca yang merupakan keterampilan bahasa yang bersifat reseptif menjadi kurang berdaya guna apabila tidak diimbangi dengan keterampilan menulis, yaitu suatu keterampilan bahasa yang produktif.

Keterampilan menulis dalam bahasa Inggris perlu lebih diperhatikan kepada siswa tingkat sekolah menengah karena beberapa alasan, baik alasan teoritis maupun alasan empirik. Secara teoritis dapat dinyatakan bahwa keterampilan menulis bahasa Inggris berbeda dengan keterampilan menulis bahasa Indonesia. Seperti diungkapkan oleh Kaplan (1966) bahwa secara universal pola berpikir kultural suatu bangsa berbeda satu dengan yang lainnya. Bangsa Asia, misalnya, termasuk bangsa Indonesia, menganut pola berpikir dengan sistem retorik sirkular. Artinya, pengekspresian ide-ide disampaikan tidak secara langsung, yaitu basa-basi banyak digunakan untuk mencapai tujuan. Di lain pihak, bangsa Barat atau non-Asia, seperti bangsa Inggris, mempunyai kecenderungan untuk memakai sistem retorik langsung. Maksudnya, kecenderungan pencetusan ide diutarakan tanpa uraian berkelit. Dengan kata lain, perbedaan pola berpikir ini dilatar belakangi oleh perbedaan kultur, yaitu kultur bangsa Barat berbeda dengan kultur bangsa Timur. Dengan demikian, perbedaan sistem retorik ini perlu diajarkan dan dilatihkan kepada para siswa sekolah

menengah sedini mungkin, yaitu sejak mereka masuk sekolah menengah.

(4)

yang diperolehnya dalam bentuk tulisan yang benar. Singkatnya, siswa dibiarkan mengembangkan ide, dan kemudian menyajikannya dalam tulisan. Akibatnya, para siswa memiliki persepsi yang keliru dalam menyajikan buah pikirannya dalam tulisan. Mereka cenderung berorientasi pada hasil karangan mereka saja. Misalnya, mereka cenderung menulis dalam kalimat yang banyak karena mereka percaya bahwa tulisan yang banyak adalah tulisan yang akan mendapatkan penghargaan atau nilai yang baik.

Pendekatan guru mengajar Writing dengan cara tersebut di atas tebntu saja kurang dapat dipertanggungjawabkan secara metodologis. Pertama, guru hanya menutup mata pada proses yang dilakukan siswa karena guru hanya ingin melihat hasil karangan siswa saja. Guru tidak mau tahu apa yang akan dilakukan siswa tentang tatacara menulis yang baik untuk mengahsilkan karya tulisan yang bermutu tinggi. Ketiga, siswa hanya akan mengejar target untuk menulis yang sebanyak-banyaknya tanpa mengetahui cara-cara penulisan yang benar. Singkatnya, dengan cara mengajar yang demikian itu, guru belum berbuat sesuatu yag metodologis dan maksimal untuk menghasilkan karangan siswa yang bermutu baik. Tata cara mengajar writing yang demikian itu, tentu saja tidak menguntungkan siswa. Sementara, para siswa kelak setelah menyelesaikan pendidikan menengah diharapkan akan melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, yang menuntut mereka untuk menggunakan

keterampilan menulis dengan alur yang jelas.

Berdasarkan pengamatan – pengamatan tersebut di atas, nampaknya ada permasalahan serius yang perlu segera mendapatkan penanganannya. Permasalahan tersebut adalah, pertama adalah, kelemahan proses berfikir logis para siswa, dan kedua, lemahnya tatacara menyajikan gagasan secara runtut, jelas dan akuratdalam bentuk tulisan ilmiah. Permasalahan tersebut memunculkan kesan bahwa apa yang mereka tulis hanya sekedar syarat formalitas untuk memuaskan tugas baru saja, bukan suatu yang dilandasi untuk berlatih menyajikan fikiran secara baik dan benar. Apabila praktek semacam ini dibiarkan terjadi terus menerus, kemajuan ilmu pengatahuan maupun terobosan – terobosan baru khususnya dalam bentuk tulisan berbahasa Inggris akan sulit diharapkan.

(5)

seperti ini nampaknya juga terjadi pada para siswa. Namun sebagai golongan terpilih yang akan meneruskan ke jenjang pendidikan tinggi, penyampaian kerangka fikir yang berputar berpeluang mengaburkan ide pokok yang akan diutarakan. Selain itu, pola penyampaian gagasan yang berputar berpeluang pula menimbulkan kesalah – fahaman npada fihak – fihak yang terlibat dalam komunikasi. Hal ini tentu saja tidak dikehendaki dalam dunia akademik. Olehg karena itu, untuk menangani hal – hal yang tidak diharapkan tersebut di atas, perlu dilakukan upaya – upaya penanganan secara sistimatis dan ilmiah (systematic and scientific intervention).

KAJIAN PUSTAKA Keterampilan Menulis Definisi Menulis

Menulis bukanlah semata – mata masalah mentransformasikan ``bahasa`` ke dalam simbol – simbol tertentu, namun lebih merupakan proses berpikir (Sitorus dan Said: 1997: 1) mendefinisikan bahwa menulis merupakan proses berpikir yang dituangkan diatas kertas dalam bentuk tulisan. Proses berpikir ini mencangkup proses bagaimana ide – ide dimunculka, dan difokuskan pada ide – ide tertentu yang relevan dan saling terkait. Lebih lanjut disebutkan bahwa menulis membutuhkan usaha berpikir yang terus menerus untuk jangka waktu tertentu. Ketika kita menuliska tiga kalimat atau lebih, kita harus menyusunnya sedemikian rupa sehingga kalimat – kalimat tersebut

menjadi teks yang menyatu dan koheren.

Ditinjau dari segi teori menulis, terdapat aspek – aspek dalam keterampilan menulis yang harus diperhatikan untuk menghasilkan suatu karya tulis yang mengikuti aturan – aturan yang telah ditentukan. Oshima dan Hogue (1988) memberi batasan menulis seperti berikut. Menulis adalah pengungkapan ide atau poko – pokok pikiran yang dijabarkan dalam 3 bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, bagian penutupan/ koinklusi, yang diatur dalam orgahisasi tertentu. Selanjutnya, ketiga bagian tersebut diuraikan dalam beberapa paragraf sehingga bagian pendahuluan kemungkinan terdiri dari lebih satu paragraf, bagian isi terjabar dalam lbih dari dua paragraf, dan bagian penutupan terdiri lebih dari satu paragraf. Dengan demikian, satutulisan utuh kemungkinan terdiri dari beberapa paragraf.

Sedangkan paragraf, menurut Smalley dan Rueten (1986) adalah rangkaian beberapa kalimat yang mengungkapkan satu ide pokok. Ide pokok dalam paragraf tersebut dikembangkan menjadi beberapa kalimat penunjang, Dengan demikian, sebuah karya tulis merupakan pengorganisasian beberapa ide pokok yang terangkum dalam beberapa paragraf.

(6)

Jadi, sebuah karya tulis baik mengundang aspek – aspek atau memiliki kriteria tertentu. Kriteria karya tulis yang memenuhi persyaratan menurut Smalley dan Rueten (1986) dan Oshima dan hogue (1988) terdiri dari beberapa aspek yang sebaiknya diaplikasikan dalam prose3s penulisan. Aspek – aspek tersebut meliputi aspek penulisan paragraf, aspek unity, aspek coherence dan aspek bahasa. Penjelasannya adalah sebagai berikut: a). Pertama, penulisan sebuah paragraf yang baik pada umumnya diawali dengan pencetusan suatu ide pokok atau kalimat pokok pada paragraf tersebut. Selanjutnya, ide pokok ini diperjelas dengan ide – ide penunjang. Maksudnya, suatu ide pokok dikembangkan menjadi kalimat – kalimat lain untuk memberi keterangan rinci tentang ide pokok itu. Kalimat – kalimat penunjang dapat berupa ilustrasi, contoh nyata, definisi, atau data statistik dan lainnya. Agar kalimat – kalimat pada suatu paragraf terangkai secara runtut, cohesion markers (pertanda kusus) digunakan, misalnya “dan“,”selanjutnya”,”dengan kata lain”. Dengan munculnya cohesion marker ini, alur ceritera dalam paragraf itu mulus.Dalam hal penyajian ide pokok, pendekatan yang digunakan untuk mencetuskan ide – ide dalam suatu paragraf terdiri dari dua macam, yaitu pendekatan deduktif dan pendekatan induktif. Dalam pendekatan deduktif sebuah paragraf sebuahparagraf diawali dengan penulisan sebuah kalimat pokok yang mengandung satu ide pokok tertentu. Kemudian, id pokok ini diperjelas dengan kalimat-kalimat lain yang

(7)

bahasa yang baik dan benar. Singkatnya, sebuah karya tulis yang baik memiliki kriteria tertentu seperti pembagian paragraf yang proporsional, unity, coherence dan pemakaian bahasa yang baik dan benar.

Media Pembelajaran

Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan saran dari komunikator kepada khalayak (Cangara, 2002). Media merupakan alat atau sarana untuk menyampaikan atau menyajikan sebuah pesan kepada khalayak agar dapat dilihat dan didengar. Penggunaan media lebih efisien karena waktu yang dibutuhkan singkat (Sulaiman, 1998).

Media pembelajaran adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne menyatakan media sebagai komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar; sedangkan menurut Briggs, media sebagai alat fisik menyajikan pesan yang merangsang siswa untuk belajar (Sadiman, 1986).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat penyaji penyampaian pesan ke siswa, yang dapat merangsang atau menimbulkan minat belajar pada siswa. Karena itu, media pembelajaran harus dibuat lebih menarik, mudah dipelajari hingga menimbulkan rangsangan pada siswa untuk ingin tahu, serta ingin melanjutkan pelajaran berikutnya.

Beberapa hal penting dalam pemilihan media, antara lain: a)Pemilihan media yang sesuai. b)Faktor femiliarisasi (Keterkenalan media); c)Perbandingan media dari fakta ke konsep, prinsip dan prosedur; d) Relevan dengan tujuan pembelajaran. Sedangkan tujuan penggunaan media pembelajaran, yaitu: a)Hasil belajar siswa yang lebih efektif.; b)bertambahnya kemampuan kognitif siswa; c)Daya serap siswa yang tinggi.

Dengan demikian, guru dalam menggunakan media pembelajaran perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang media tersebut serta terampil menggunakannya, selain memiliki keterampilan memilih dan menggunakan media (Hamalik, 1980). Dengan kata lain, penggunaan media pada pembelajaran memerlukan keterampilan khusus dan mahir dalam penyajiannya, agar siswa dapat menerima pelajaran sesuai yang diharapkan.

Penggunaan Media Gambar dalam Pembelajaran

(8)

Komponen sistem instruksional terdiri-dari pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan lingkungan. Fungsinya, dalam kegiatan siswa sangat menentukan karena antara siswa dengan sumber belajar terdapat hubungan timbal balik sebagaimana tampak dalam kawasan teknologi pendidikan.

Dalam kegiatan pembelajaran, berbagai bahan yang digunakan bisa berupa, antara lain buku pelajaran, buku paket, media ( peraga gambar) serta peralatan praktek yang melengkapi sebagai sarana pendidikan. Pengertian Media Gambar

Media gambar termasuk salah satu alat yang membantu anak untuk aktif, praktek bersama-sama teman sekelas atau lebih dengan penanaman kerukunan, kerjasama, gotong-royong, saling membantu dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.

Peragaan media gambar sangat membantu anak untuk beradaptasi serta mengajak mereka ke alam nyata yang tidak abstrak, memahami kenyataan hingga mereka memiliki memori untuk dikembangkan pada saat mereka setelah dewasa, sebagai tenaga terampil yang aktif di era globalisasi dengan pengetahuan dasar yang dimiliki.

Peragaan mengajak anak didik untuk aktif mengamati pada hal yang bersifat nyata dengan membimbing mereka dan mengajak mereka untuk memiliki kreatifitas dan karya nyata disertai dengan penjelasan dari guru secara berkesinambungan bagi siswa yang bermasalah agar mereka dapat

menerima pelajaran sesuai dengan yang diharapkan (Zuriah, 2003). Manfaat Media Gambar dalam Pembelajaran

Untuk melatih proses berpikir siswa tentang bagaimana menuangkan atau memunculkan ide – ide tertentu yang relevan dan saling terkait, penulis beranggapan bahwa alat bantu gambar dapat dipakai sebagai alternatif mencapai tujuan ini. Di samping dapat menarik siswa, gambar dapat membantu siswa menggali ide – idenya yang selanjutnya dituangkan dalam bentuk tulisan. Lebih dari itu, gambar mempunyai beberapa kelebihan ( Muslimin, 1997 : 2 ), antara lain : Gambar bisa menterjemahkan konsep yang abstrak menjadi lebih realistis dan lebih konkrit, dan gambar juga relatif mudah di dapat, digunakan, dan bisa digunakan berulang – ulang.

Menurut Lataheru (1988), penggunaan media gambar dalam pembelajaran menghasilkan beberapa keuntungan, yakni: a)Media gambar merupakan pengubah ide abstrak ke bentuk realistis. b)Gambar bisa diperoleh dari buku pelajaran, majalah, surat kabar, kalender, dan literatur di perpustakaan, c)Media gambar mudah digunakan untuk semua jenis dan jenjang pendidikan, d)Media gambar dapat menghemat waktu dan tenaga guru dalam mengajar. e)Media gambar mampu menarik minat dan perhatian siswa dalam belajar.

(9)

dibuat dalam kelompok besar akan memakan biaya besar; b)Gambar umumnya hanya 2 dimensi, dimensi lain tak tampak; c)Pola gerak secara utuh pada gambar tak tampak kecuali dengan pola dan gerak tertentu; d)Media gambar bisa menghasilkan interpretasi dan tanggapan berbeda pada gambar yang sama.

Prestasi Belajar

Definisi Prestasi Belajar

Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku, proses belajar yang dialami siswa di harapkan akan mengahasilkan suatu perubahan dan perubahan itu salah satu tampak dalam prestasi belajar yang diperoleh siswa terhadap prestasi yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar tersebut berbeda – beda sifatnya tergantung dari bidang yang sedang dipelajarinya. Dalam setiap jenis apapun, yang menjadi titik tolak selalu merupakan proses dari perbuatan yang menentuka kategori hasil akan menghasilkan ketentuan menganai jalan yang harus sampai pada hasil belajar yang tertuju pada prestasi belajar.

Prestasi belajar berarti hasil belajar yang dicapai siswa dalam belajar. Winkel (1990), mendefinisikan bahwa Prestasi belajar adalah suatu proses mental yang mengarah pada penguasaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap dengan keterampilan proses dan dilaksanakan agar menimbulkan tingkah laku progresif dan adaptif.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dalam belajar berupa pengetahuan,

penguasaan atau keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa selama mengikuti pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka. Bentuk Prestasi Belajar

(10)

pengertian yang lebih tinggi dibandingkan pemahama; d)Analisis. Analisis menyangkut pemahaman dan penerapan, hanya letak penekananya yang berbeda. Pemahaman, penekanannya pada arti dan isi materi pelajaran. Sedangkan penerapan, penekananya pada mengingat dan menggunakan materi yang pernah dipelajari menurut prinsip tertentu. Sementara, analisis menekankan pada pembahasan materi menjadi bagian-bagian yang lebih detail; e)Sintesis. Sintesis merupakan kemampuan siswa untuk memadukan teori yang satu dengan yang lain, prinsip yang satu denga yang lain, hukum yang satu dengan hukum yang lain sehingga menghasilkan suatu teori, prinsip atau hukum yang sifatnya baru. Untuk tingkatan ini, siswa benar-benar dituntut kreatifitasnya; f)Evaluasi. Evaluasi ini merupakan tingkatan tertinggi dalam domain kognitif. Pada tingkat ini, siswa dituntut untuk mempertimbangkan suatu pernyataan, uraian, pekerjaan berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pertimbangan- pertimbangan ini harus memiliki landasan yang kuat dan jelas. Penilaian Prestasi Belajar

Penilaian prestasi belajar sering disebut dengan istilah penilaian hasil belajar. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka guru mengadakan penilaian terhadap keseluruhan hasil belajar siswa. Penilaian merupakan penentuan taraf penguasaan atau kemampuan siswa sebagaimana yang ditetapkan dan diharapkan dicapai untuk setiap mata pelajaran. Penilaian terhadap prestasi belajar dianggap

pokok, sebab dengan menilai prestasi belajar, sekaligus banyak hal yang dapatdicapai, misalnya pencapaian aspek-aspek kognitif, afektif maupun psikomotor.

Forijati (1998) menyatakan manfaat pelaksanaan penilian atau evaluasi, meliputi bagi guru, yaitu dengan evaluasi dapat memberikan umpa balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan sebagai perbaikan program bagi siswa agar mencapai prestasi belajar yang lebih tinggi. Sedangkan bagi siswa, yaitu dengan adanya evaluasi maka siswa dapat mengetahui nilai kemajuan hasil belajar.

METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Subyek Penelitian

Subyek yang dikenai tindakan dalam PTK ini adalah 35 siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Kebonagung Pacitan. Dipilihnya Kelas IX A ini dengan alasan karena kemampuan rata-rata siswa paling rendah dibanding dengan kelas-kelas lain.

Pelaksanaannya, mulai bulan Pebruari 2009 hingga April 2009 pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2008/2009.

Rancangan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan dalam 3 siklus yang masing – masing siklus melalui 4 tahapan kegiatan, yaitu: 1)Membuat rencana tindakan; 2)Melaksanakan tindakan; 3)Mengadakan pemantauan; 4)Mengadakan refleksi.

(11)

Rancangan tindakan siklus I

Kegiatannya, meliputi: 1)Menunjukkan gambar; 2)Membantu siswa menemukan ide – ide yang mungkin muncul dari masing –masing gambar; 3)Meminta siswa membuat kalimat; 4)Memonitor kegiatan siswa; 5)Mengumpulkan pekerjaan siswa. Rancangan tindakan siklus II Kegiatannya, meliputi: 1)Menunjukkan gambar berseri; 2)Meminta siswa menjodohkan kalimat – kalimat dengan gambar yang sesuai; 3)Meminta siswa menuliskan kalimat yang sesuai dengan urutan gambar atau cerita dalam betuk paragraph; 4)Meunjukkan gambar berseri yang lain; 5)Meminta siswa menulis kalimat berdasarkan gambar – gambar dan menyusunnya menjadi paragraf.

Rancangan tindakan siklus III Kegiatannya, meliputi : 1)Menunjukkan gambar; 2)Meminta siswa memilih kalimat yang berhubungan dengan gambar; 3)Meminta siswa mengurutkan kalimat tersebut untuk memperoleh cerita yang padu; 4)Memberikan gambar yang kurang lebih sama dengan gambar sebelumnya; 5)Meminta siswa menulis paragraf yang menceritakan gambar tersebut.

Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam PTK ini adalah: 1)Observasi. Tehnik ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan guru serta perubahan perilaku siswa selama proses pembelajaran; 2)Catatan lapangan.Tehnik ini dipakai untuk merekam atau mencatat data tentang situasi kelas selama pembelajaran; 3)Kuesioner.Tehnik ini digunakan untuk meminta respon siswa terhadap setrategi mengajar yang dilakukan guru; 4)Assesment. Tehnik ini digunakan untuk memperoleh data tentang prestasi belajar yang dicapai siswa setelah pembelajaran berakhir. Metode Analisa data

Data yang diperoleh dianalisa secara deskriptif kualitatif dan hasil ``assesment`` dianalisa secara kuantitatif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pra Siklus

Setelah diadakan pre-tes yakni dengan meminta siswa menulis cerita berdasarkan gambar yang diberikan dan dianalisa hasilnya, peneliti memperoleh data sebagai berikut : Tabel 1.1 Keterampilan Menulis Siswa pada Pra Siklus

NO. ASPEK ∑ SISWA

F % TOTAL

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Relevansi

dengan gambar

23 65

35

2. Kohesi 17 49

3. Koherensi 16 45

4. Tata

Bahasa 14 40

5. Ejaan 17 48

(12)

gambar yang diberikan. Ini berarti masih banyak siswa yang belum memahami gambar atau mungkin tidak bisa mengungkapkan idenya dalam bahasa Inggris ; b). Sebanyak 49 % siswa dapat menulis cerita dengan runtut; c)Sebanyak 45 % siswa dapat menulis cerita dengan padu; d). Sebanyak 40 % siswa dapat menggunakan pola kalimat atau tata bahasa dengan baik dan benar meskipun sederhana ; e). Ada 48% siswa dapat menggunakan kosa kata yang berkaitan dengan gambar dengan ejaan yang benar.

Siklus I

Setelah kegiatan belajar mengajar pada siklus I berakhir, hasil penelitian Siklus I adalah sebagai berikut :

Tabel 1.2 Keterampilan Menulis Siswa pada Siklus 1

NO. ASPEK ∑ SISWA

F % TOTAL

(1) (2) (3 )

(4 )

(5)

1. Relevansi dengan gambar

24 70

35

2. Kohesi 18 51

3. Koherens

i 17 49

4. Tata

Bahasa 16 47

5. Ejaan 19 54

Tabel 1.2 di atas menunjukkan bahwa dari 35 siswa: a)70% siswa dapat menulis kalimat sesuai dengan gambar; b)47% siswa dapat menggunakan tata bahasa yang relatif baik dan benar, c)54% siswa dapat menggunakan kosa kata yang berkaitan dengan topic dengan ejaan

yang benar, d) 51% siswa dapat menulis cerita dengan runtut; e) 49 % siswa dapat menulis cerita dengan padu.

. Siklus II

Setelah kegiatan belajar mengajar pada Siklus II berakhir, kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah berikut :

Tabel 1.3 Keterampilan Menulis Siswa Pada Siklus 2

NO. ASPEK ∑ SISWA

F % TOTAL

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Relevansi

dengan gambar

26 73

35

2. Kohesi 19 54

3. Koherens

i 18 51

4. Tata

Bahasa

18 51

5. Ejaan 20 58

Tabel 1.3 di atas menunjukkan dari 35 siswa: a) 73% siswa dapat menulis kalimat sesuai dengan gambar; b) 51% siswa dapat menggunakan tata bahasa yang relatif baik dan benar, c) 58 % siswa dapat menggunakan kosa kata yang berkaitan dengan topic dengan ejaan yang benar, d) 54% siswa dapat menulis cerita dengan runtut; e) 51 % siswa dapat menulis cerita dengan padu.

. Siklus III

Setelah kegiatan belajar mengajar pada Siklus II berakhir, kesimpulan yang dapat dikemukakan adalah berikut :

(13)

Siswa pada Siklus 3

NO. ASPEK ∑ SISWA

F % TOTAL

(1) (2) (3) (4) (5) 1. Relevansi

dengan gambar

28 79

35

2. Kohesi 21 61

3. Koherens i

21 61

4. Tata

Bahasa 20 59

5. Ejaan 23 65

Tabel 1.4 di atas menunjukkan dari 35 siswa: a) 79% siswa dapat menulis kalimat sesuai dengan

gambar; b) 65 % siswa dapat menggunakan tata bahasa yang relatif baik dan benar, c) 65 % siswa dapat menggunakan kosa kata yang berkaitan dengan topic dengan ejaan yang benar, d) 61% siswa dapat menulis cerita dengan runtut; e) 61 % % siswa dapat menulis cerita dengan padu.

Proses Analisa Data

Hasil analisa data perkembangan keterampilan menulis siswa secara keseluruhan dapat dilihat pada grafik 1.1 berikut ini:

Grafik 1.1 Perkembangan Keterampilan Menulis Siswa

Grafik 1.1 di atas menunjukkan ada peningkatan Keterampilan Menulis Siswa pada tiap aspek penilaian, yaitu: 1)Pada Komponen relevansi, terjadi peningkatan sebanyak 5% dari Pra siklus (565%) ke Siklus 1(70%). Selanjutnya, dari siklus 1 ke siklus 2 (73%) terjadi peningkatan sebanyak 3 %. Adapun dari sikus 2 ke siklus 3 (79%) terjadi peningkatan sebanyak 6 %; 2) Pada komponen Kohesi, terjadi peningkatan sebanyak 2% dari Pra siklus ke Siklus 1. Namun

(14)

peningkatan sebanyak 4 % serta dari sikus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 8 %; 5) Pada komponen ejaan, terjadi peningkatan sebanyak 6% dari Pra siklus ke Siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebanyak 8 % serta dari sikus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 3 %.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil-hasil penelitian di atas, disimpulkan bahwa penggunaan media gambarr berseri dapat meningkatkan ketrampilan menulis siswa di tiap komponen yang dinilai, yaitu komponen relevansi, kohesi, koherensi, tata bahasa dan ejaan. Hasil-hasil penilaian di tiap komponen tesebut adalah sebagai berikut:

Komponen relevansi

Terjadi peningkatan sebanyak 5% dari Pra siklus ke Siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebanyak 3 % serta dari sikus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 6 %.

Komponen Kohesi

Terjadi peningkatan sebanyak 2% dari Pra siklus ke Siklus 1. Namun demikian, dari sikus 1 ke siklus 2 tidak terjadi peningkatan. Sedangkan dari siklus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 2 %

Komponen koherensi

Terjadi peningkatan sebanyak 4% dari Pra siklus ke Siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebanyak 2 % serta dari sikus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 10 %.

Komponen tata bahasa

Terjadi peningkatan sebanyak 7% dari Pra siklus ke Siklus 1 dan dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan sebanyak 4 % serta dari sikus 2 ke siklus 3 terjadi peningkatan sebanyak 8 %.

Komponen ejaan

(15)

DAFTAR RUJUKAN:

Cangara, H. 2002. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Tirta Pustaka. Forijati. 1998. Penelitian dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Karya Bersama. Hamalik, Oemar. 1980. Media Pendidikan. Bandung: CV. Alumni.

Kasbolah dan Sulistyo. 1997. “The Role of English in the Era of Global Information”. Bahasa dan Seni. Februari 1997.

Kaplan, R.B. 1996. “Cultural Thought Patterns in Intercultural Education.” Language Learning. 1966.

Lataheru, Jhon D. 1988. Media Pembelajaran Masa Kini. Jakarta: Depdikbud. Miarso, Yusuf Hadi, Dkk. 1986. Tehnologi Pedidikan. Jakarta: Rajawali.

Muslimin. 1997. The Students’ Ability to Use Cohession Devices and Their Acheivement in Writing. Tesis S1. Tidak diterbitkan. Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, FPBS IKIP Malang.

Oshima dan Hogue. 1988. “Developing Paragraph Organization Skills at the College Levels.” Forum, XXII.

Rahmajanti, S. dan M. Anugerahwati. 1988. “The Importance of English in the Era of Free Trade”. Makalah. Disajikan dalam seminar Students’ Day. Malang: Universitas Islam Malang.

Smalley, R.M. dan M.K. Ruetten. 1986. Refining Composition Skill Rhetoric and Grammar for ESL Students. 2nd Edition. New York: Macmillan Publishing

Company.

Sitorus dan Habirudin Said. 1997. Some Samples of Teaching Writing Materials. Materi LKI PKG Bahasa Inggris 1997/1998.

Sudiman, Arief S. Dkk. 1986. Media pendidikan. Jakarta: Press Telkom. Sulaiman, Dadang. 1998. Metodologi Pengajaran. Jakarta: Depdikbud. UPT SMP 1 Kebonagung. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Pacitan. Winkel W.S. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Gramedia.

Gambar

gambar35
Tabel 1.2 Keterampilan Menulis
gambar35

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan dalam menghadapi disminore pada remaja putri di SMK Swagaya 1

HEWAN KUTUB UTARA SEBAGAI INSPIRASI DALAM BERKARYA SENI GAMBAR Universitas Pendidikan Indonesia | \.upi.edu perpustakaan.upi.edu..

Sebutkan jenis kegiatan yang dilakukan calon (terutama dalam upaya pencegahan, penanggulangan dan pemulihan kerusakan lingkungan terutama dalam upaya pelestarian

BOKAR (Bahan Olah Karet) yang digunakan yang berasal dari tempat penumpukan di stasiun kerja penyortiran diangkut dengan shovel loader ke dalam bak air yang kemudian

Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model Open Ended Learning dengan media muatan yang dilaksanakan secara tepat dapat meningkatkan kemandirian dan hasil belajar

Dalam proses ini peneliti membandingkan hasil wawancara dari beberapa sumber yang terkait dengan proses pembinaan tersebut terutama pemateri seperti bapak Jainuddin, Ahmad

Setelah didapat komponen utama yang mewakili seluruh peubah penggunaan lahan, kemudian dilakukan analisis regresi berganda antara debit aliran sungai sebagai (Y) dengan

--- Pada hari ini, Kamis tanggal tiga bulan Maret tahun dua ribu enam belas pukul sepuluh Waktu Indonesia Tengah, berdasarkan Keputusan Kabid Dokkes Polda Bali Nomor: Kep /