• Tidak ada hasil yang ditemukan

Geologi BALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Geologi BALI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Stratigrafi Secara Umum Daerah Bali Stratigrafi Secara Umum Daerah Bali

Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala

Kondisi geologi regional Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala

Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh

Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh

batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang

batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang

kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi

kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi

utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen,

utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen,

seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan

seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan

pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan

pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan

satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik

satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik

atau endapan yang lebih muda. Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi

atau endapan yang lebih muda. Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi

endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan

endapan berupa bahan yang berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan

Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut.

Formasi Asah. Di barat laut sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut.

Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan.

Sementara ini semakin ke barat pengendapan batuan karbonat lebih dominan.

Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.

Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen terangkat dan tersesarkan.

Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api

Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api

dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera

dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera

Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang

Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang

menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat

menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat

ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang

ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang

Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara. Stratigrafi

Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara. Stratigrafi

regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali tergolong masih muda. Batuan

regional berdasarkan Peta Geologi Bali geologi Bali tergolong masih muda. Batuan

tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.

tertua kemungkinan berumur Miosen Tengah.

Menurut Purbohadiwidjoyo, (1974).

Menurut Purbohadiwidjoyo, (1974). dan Sandberg,

dan Sandberg, (1909) dalam

(1909) dalam K.M Ejasta,(1995),

K.M Ejasta,(1995),

secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis

secara geologi pulau bali masih muda, batuan tertua berumur miosen. Secara garis

besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:

besar batuan di Bali dapat dibedakan menjadi beberapa satuan yaitu:

a.

a.

Formasi Ulakan

Formasi Ulakan

Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri dari stumpuk

Formasi ini merupakan formasi tertua berumur Miosen Atas, terdiri dari stumpuk

batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal dengan sisipan gampingan.

batuan yang berkisar dari lava bantal dan breksi basal dengan sisipan gampingan.

Nama formasi Ulakan diambil da

Nama formasi Ulakan diambil dari nama kampung Ulakan yang terdapat di tengah

ri nama kampung Ulakan yang terdapat di tengah

sebaran formasi itu.

(2)

Bagian atas formas ulakan adalah formasi Surga terdiri dari tufa, nafal dan batu

pasir. Singkapan yang cukup luas terdapat dibagaian tengah daerah aliran sungai

Surga. Disini batuan umumnya miring kearah selatan atau sedikit menenggara

(170-190

o

) dengan kemiringan lereng hingga cukup curam (20-50

o

). singkapan

lain berupa jendela terdapat di baratdaya Pupuan, dengan litologi yang mirip.

b.

Formasi Selatan

Formasi ini menempati semenanjung Selatan. Batuannya sebagian besar berupa

batugamping keras. menurut Kadar, (1972) dalam K.M Ejasta, (1995) tebalnya

berkisar 600 meter, dan kemiringa menuju keselatan antara 7-10o . kandungan

fosil yang terdiri dari Lepidocyclina emphalus, Cycloclypeus Sp, Operculina Sp,

menunjukan berumur Miosen. Selain di semananjung selatan, formasi ini juga

menempati Pulau Nusa Penida.

c.

Formasi Batuan Gunungapi Pulaki

Kelompok batuan ini berumur pliosin, merupakan klompok batuan beku yang

umumnya bersifat basal, terdiri dari lava dan breksi. Sebenarnya terbatas di dekat

Pulaki. Meskipu dipastikan berasal dari gunung api, tetapi pusat erupsinya tidak

lagi dapat dikenali. Di daerah ini terdapat sejumlah kelurusan yang berarah

barat-timur, setidaknya sebagian dapat dihubungkan dengan persesaran. Mata air

panas yang terdapat di kaki pegunungan, pada perbatasan denga jalur datar di

utara, dapat dianggap sebagai salah satu indikasi sisa vulkanisme, dengan panas

mencapai 470 C dan bau belerang agak keras.

d.

Formasi Prapatagung

Kelompok batuan ini berumur Pliosin, menempati daerah Prapatagung di ujung

barat Pulau Bali. Selain batugamping dalam formasi ini terdapat pula batu pasir

gampingan dan napal.

e.

Formasi Asah

Kelompok batuan ini berumur Pliosen menyebar dari baratdaya Seririt ke timur

hingga di baratdaya Tejakula. Pada lapisan bawah umumnya terdiri dari breksi

(3)

yang beromponen kepingan batuan bersifat basal, lava, obsidian. Batuan ini

umumnya keras karena perekatnya bisaanya gampingan. Dibagian atas tedapat

lava yang kerapkali menunjukan rongga, kadang-kadang memperlihatkan

lempengan dan umunya berbutir halus. Kerpakali Nampak struktur bantal yang

menunjukan suasana pengendapan laut.

f.

Formasi batuan gunungapi kuarter bawah

Kwarter di Bali di Dominasi oleh batuan bersal dari kegiatan gunung api.

berdasarkan morfologinya dapat diperkirakan bahwa bagian barat pulau Bali

ditempati oleh bentukan tertua terdiri dari lava, breksi dan tufa. Batuan yang ada

basal, tetapi sebagian terbesar bersifat andesit, semua batuan volkanik tersebut

dirangkum ke dalam Batuan Gunungapi Jemberana. Berdasarkan kedudukannya

terdapat sedimen yang mengalasinya, umur formasi ini adalah kuarter bawah,

seluruhnya merupakan kegiatan gunung api daratan.

Pada daerah Candikusuma sampai Melaya terdapat banyak bukit rendah yang

merupakan trumbu terbentuk pada alas konglomerat dan diatasnya menimbun

longgokan kedalam formasi Palasari, suatu bentukan muda karena pengungkitan

endapan disepanjang tepi laut.

g.

Formasi batuan gunungapi kwarter

Kegiatan vulkanis pada kwarter menghasilkan terbentuknya sejumlah kerucut

yang umumnya kini telah tidak aktif lagi. Gunungapi tersebut menghasikan

batuan tufa dan endapan lahar Buyan-Beratan dan Batur, batuan

gunungapi Gunung Batur, batuan gunungapi Gunung Agung, batuan gunungapi

Batukaru, lava dari gunung Pawon dan batuan gunungapi dari kerucut-kerucut

subresen Gunung Pohen, Gunung Sangiang dan gunung Lesung.

Gunungapi-gunungapi tersebut dari keseluruhannya hanya dua yang kini masih aktif yaitu

Gunung Agung dan Gunung Batur di dalam Kaldera Batur.

(4)

Tabel 5.1.

Stratigrafi regional pulau Bali berdasarkan Peta Geologi Bali menurut Dony

Purnomo, (2010).

Kala Geologi

Formasi

Kwarter

Endapan aluvium terutama di sepanjang pantai,

tepi Danau Buyan, Bratan, dan Batur

Batuan gunung api dari krucut subresen Gunung Pohen,

Gunung Sangiang, Gunung Lesung

Lava dari Gunung Pawon

Batuan dari gunung api Gunung Batukaru

Batuan gunung api Gunung Agung

Batuan gunung api Gunung Batur

Tufa dari endapan lahar Buyan-Bratan dan Batur

Kwarter bawah

Formasi Palasari: konglomerat, batu pasir,

batu gamping terumbu

Batuan gunung api Gunung Sraya

Batuan gunung api Buyan-Bratan Purba dan Batur

Purba

Batuan gunung api Jembrana: lava, breksi, dan tufa

dari Gunung Klatakan, Gunung Merbuk, Gunung Patas,

dan batuan yang tergabung

Pliosen

Formasi Asah: lava, breksi, tufa batuapung,

dengan isian rekahan bersifat gampingan

Formasi Prapat Agung: batu gamping, batu pasir

gampingan,

napal

Batuan gunung api Pulaki: lava dan breksi

Miosen - Pleosen

Formasi Selatan: terutama batugamping

Miosen Tengah-Atas

Formasi Sorga: tufa, napal, batu pasir

Miosen Bawah-Atas

Formasi Ulukan: breksi gunung api, lava, tufa

dengan sisipan batuan gampingan

(5)
(6)

5.1.1.1

Struktur Geologi Regional

Struktur geologi regional P.Bali dimulai dengan adanya kegiatan di lautan selama kala

Miosen Bawah yang menghasilkan batuan lava bantal dan breksi yang disisipi oleh

batu gamping. Di bagian selatan terjadi pengendapan oleh batu gamping yang

kemudian membentuk Formasi Selatan. Di jalur yang berbatasan dengan tepi

utaranya terjadi pengendapan sedimen yang lebih halus. Pada akhir kala Pliosen,

seluruh daerah pengendapan itu muncul di atas permukaan laut. Bersamaan dengan

pengangkatan, terjadi pergeseran yang menyebabkan berbagai bagian tersesarkan

satu terhadap yang lainnya. Umumnya sesar ini terbenam oleh bahan batuan organik

atau endapan yang lebih muda.

Selama kala Pliosen, di lautan sebelah utara terjadi endapan berupa bahan yang

berasal dari endapan yang kemudian menghasilkan Formasi Asah. Di barat laut

sebagian dari batuan muncul ke atas permukaan laut. Sementara ini semakin ke barat

pengendapan batuan karbonat lebih dominan. Seluruh jalur itu pada akhir Pliosen

terangkat dan tersesarkan.

Kegiatan gunung api lebih banyak terjadi di daratan, yang menghasilkan gunung api

dari barat ke timur. Seiring dengan terjadinya dua kaldera, yaitu mula-mula kaldera

Buyan-Bratan dan kemudian kaldera Batur, Pulau Bali masih mengalami gerakan yang

menyebabkan pengangkatan di bagian utara. Akibatnya, Formasi Palasari terangkat

ke permukaan laut dan Pulau Bali pada umumnya mempunyai penampang

Utara-Selatan yang tidak simetris. Bagian selatan lebih landai dari bagian Utara.

Geomorfologi Pulau Bali

Geomorfologi berasal dari kata

“geo”

 dan

“morfologi”,

 geo artinya bumi dan morfologi

artinya bentuk muka bumi. Jadi geomorfologi adalah ilmu yang mempelajari bentuk muka

 bumi. Namun dalam penekananya lebih mengutamakan pada bentuk-bentuk lahan. Di Bali ada

 beberapa jenis bentukan lahan, sebagai berikut:

1.

Bentukan lahan asal vulkanis, merupakan bentukan lahan yang bersumber dari aktivitas gunung

 berapi, saat terjadi erupsi material-material yang muncul seperti lava, aglomerat, bom, lapili, pasir

dan tuffa. Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan

yang memanjang dari barat ke timur dan diantara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung

 berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi yaitu Gunung

Merbuk, Gunung Patas, dan Gunung Seraya. Adanya pegunungan tersebut menyebabkan Daerah

(7)

Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan

dataran rendah yang sempit dan kurang landai, dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas

dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2%) seluas 122.652 ha, lahan

 bergelombang (2-15%) seluas 118.339 ha, lahan curam (15-40%) seluas 190.486 ha, dan lahan

sangat curam (>40%) seluas 132.189 ha. Pegunungan berelief halus sampai kasar, batuannya

terdiri dari endapan vulkanik dari Gunung Buyan - Beratan dan Gunung Batur berupa lahar yang

 bersifat agak kompak dan batuan vulkanik dari Gunung Agung berupa tufa dan lahar yang bersifat

agak lepas. Daerah ini mempunyai kemiringan antara 0 - 70 % dan beberapa tempat memiliki

kemiringan terjal, terutama pada tebing sungai. Daerah ini terletak pada ketinggian antara 200

-300 meter di atas permukaan laut. Tingkat erosi permukaan tergolong kecil sampai besar,

sedangkan abrasi masih aktif untuk pegunungan berelief halus hingga sedang. Lereng bagian utara

dan tenggara Gunung Agung dan sekitar Gunung Batur merupakan daerah rawan bencana. Di

 beberapa tempat, terutama di sekitar lembah sungai yang berhulu di Gunung Agung merupakan

daerah bahaya, yaitu aliran lahar dingin dengan beberapa tempat merupakan daerah

 berkemungkinan longsor. Aliran lahar dari Gunung Agung menyebar di pantai utara dari Desa

Tianyar sampai Desa Kubu.

2.

Bentukan lahan asal struktural, merupakan bentukan lahan yang terjadi akibat adanya proses

endogen (proses tektonik), proses ini meliputi pengangkatan, penurunan, dan pelipatan kerak

 bumi, sehingga membentuk lipatan dan patahan. Selain itu ada pula struktur horizontal yang

lazimnya merupakan stuktur asli sebelum mengalami perubahan. Beberapa prinsip yang perlu

diperhatikan untuk mendasari interpretasi dan identifikasi bentuk struktur adalah perbedaan daya

tahan(resistensi), sifat kelolosan air, pola aliran pada bentukan struktur. Perbedaan lapisan ini

menyebabkan relief positif dan negative, yang positif menghasilkan bentuk gunung atau bukit

sedangkan yang negative menghasilkan bentuk lembah atau cekungan. Di Bali daerah patahan

yang berada di desa Angseri, Kabupaten Tabanan menyebabkan keluarnya sumber air panas, di

Kabupaten buleleng yaitu di daerah Banjar juga terdapat air panas. Hal ini dikarenakan oleh batuan

di bawah gunung Watukaru yang sifatnya impermeable atau batuan yang sulit ditembus magma,

 panas bumi keluar pada patahan di dua daerah tersebut.

3.

Bentukan lahan asal proses denudasional, merupakan bentukan lahan yang berasal dari proses

 pelapukan(weathering), erosi, dan gerak masa batuan, dan proses pengendapan(sedimentasi).

Pelapukan merupakan pecahnya batuan akibat kerjasama semua proses pada batuan baik secara

mekanik, maupun kimia. Pelapukan yang terjadi ini belum menyebabkan perpindahan partikel

 batuan ke tempat lain, dengan terjadinya pelapukan tersebut maka merupakan awal terjadinya

evolusi bentuklahan khususnya dimulai dari evolusi lereng yang membatasi bentuklahan tersebut.

Ada 3 proses bentuklahan yaitu lereng utama mundur, lereng utama mengecil dan lereng utama

(8)

menjadi pendek. Pada umunya keadaan seperti ini terjadi di Bali pada daerah yang memiliki

kemiringan terjal, seperti daerah Kintamani dan Busungbiu.

4.

Bentukan lahan asal proses fluvial, merupakan bentukan lahan yang berasal dari terjadinya erosi,

transportasi dan proses pengendapan (sedimentasi). Erosi sungai dapat berbentuk, (1) Hydraulic

action yaitu menumbuk dan mengerus material sungai sehingga material alluvial yang tidak

kompak seperti krikil, pasir dan lempung. (2) Korasi atau abrasi yaitu pelepasan secara mekanik

material alur sungai (kekuatannya lebih lemah daripada proses hidrolis). (3) Korosi yaitu proses

 pelapukan secara kimia akibat reaksi asam dan solusi. Transportasi sedimen sungai disebabkan

oleh adanya kekuatan aliran sungai yang sering dikenal dengan istilah kompetensi sungai, yaitu

keceptan aliran tertentu yang mampu mengangkut sedimen dengan diameter tertentu yang

tergantung pada debit air, material sedimen dan kecepatan aliran .berbagai contoh bentukan asal

 proses fluvial seperti dataran alluvial, dasar sungai, rawa belakang, dataran banjir, tanggul alam,

lakustrin, ledok fluvial, gosong lengkung dalam, teras fluvial, kipas alluvial, delta, igir aluvial.

Pada umumnya di Bali Selatan daerah Kotamadya Denpasar dan Badung merupakan daerah

dataran Banjir, karena ketinggian wilayah yang rendah dan pengendapan tanah alluvial yang

dimanfaatkan untuk daerah persawahan. Di kabupaten Tabanan juga terdapat dataran aluvial

dimana banyak terdapat endapan tanah vulkanik yang diakibatkan oleh adanya erosi di daerah

hulu, daerah Tabanan terkenal dengan julukan lambung padi karena sebagian besar daerah

 persawahan berada pada kabupaten Tabanan dengan memanfaatkan dataran aluvial ini.

5.

Bentukan lahan asal proses marin, merupakan bentukan lahan yang terjadi di daerah pesisir pantai

akibat dari proses tektonik, hasil letusan gunung berapi, dan perubahan muka air laut. Berdasarkan

morfologinya, daerah pesisir dapat dikelompokkan kedalam 4 macam yaitu:(a)pesisir bertebing

terjal(cliff). (b)pesisir bergisik. (c)pesisir berawa payau. (d)terumbu karang. Pada bentang lahan

 pesisir (coastal landscape) tercangkup perairan laut yang disebut dengan pantai atau tepi laut,

adalah suatu daerah yang meluas dari titik terendah air laut pada saat surut hingga ke arah daratan

sampai mencapai batas efektif dari gelombang. pertemuan antara air laut dan daratan ini dibatasi

oleh garis pantai (

 shore line), yang kedudukannya berubah sesuai denga kedudukan pada saat

 pasang surut, pengaruh gelombang dan arus laut perairan wilayah pantai merupakan salah satu

ekosistem yang sangat produktif di perairan laut. ekosistem ini dikenal sebagai ekosistem yang

dinamik dan unik, karena pada mintakat ini terjadi pertemuan tiga kekuatan yaitu yang berasal

daratan, perairan laut dan udara. kekuatan dari darat dapat berwujud air dan sedimen yang

terangkut sungai dan masuk ke perairan pesisir, dan kekuatan dari batuan pembentuk tebing

 pantainya. kekuatan dari darat ini sangat beraneka. sedang kekuatan yang berasal dari

 perairan dapat berwujud tenaga gelombang, pasang surut dan arus, sedangkan yang berasal dari

udara berupa angin yang mengakibatkan gelombang dan arus sepanjang pantai, suhu udara dan

curah hujan. Daerah bandara Ngurah Rai sampai jimbaran, garis pantai yang terhubung dengan

(9)

 bukit badung merupakan daerah rawa-rawa atau payau dimana terdapat berbagai jenis hutan

mangrove. Daerah seperti ini terbentuk oleh adanya sedimen material berbutir halus dan pantai

yang relative dangkal. Di Bali bagian selatan memilki fenomena pantai yang sangat indah seperti

di pantai Nusa Dua yang memiliki pasir putih, hal ini terjadi karena abrasi yang terjadi pada batuan

karst di daerah tersebut. Beda halnya dengan pantai-pantai yang umumnya ada di daerah bali yang

memiliki pantai berpasir hitam. seperti di pantai soka yang ada di Tabanan, lovina yang ada di

Buleleng.

6.

Bentukan lahan asal proses angin (aeolin), merupakan bentukan lahan yang berasal pengikisan

yang dilakukan oleh aktivitas angin, seperti pengangkatan pasir yang halus. Jarang ditemukan di

daerah Bali, karena di Bali angin tidak begitu kencang seperti di daerah pantai Parangtritis,

Yogyakarta. Vegetasi penutup yang ada di pantai Bali pada umumnya sangat rapat dan

obyek-obyek lain seperti bangunan dan bukit yang menjadi penghalang untuk proses aeolin ini.

7.

Bentukan lahan asal proses pelarutan, merupakan bentukan lahan yang terbentuk di daerah kapur,

karena batuan-batuan kapur yang mudah terlarut. Hidrogeologi Karst (Karst hydrogeology),

Beberapa lokasi di Bali yang mempunyai kawasan karst yang berkembang antara lain: Pulau Bali

 bagian selatan seperti di Pecatu, Jimbaran. Di pulau Nusa Penida juga daerah karst karena memiliki

 batuan gamping yang melimpah. Bukit karst yang berbentuk: kerucut, kubah, dan ellipsoid. Bali

sangat beruntung memiliki Kawasan Perbukitan Karst Jimbaran karena tidak setiap daerah

memiliki bentuk bentang lahan tersebutTemuan Gua Hunian Manusia di Kampus Universitas

Udayana Bukit Jimbaran Potensi Pengembangan Berbagai KeilmuanMelihat potensi temuan

arkeologi pada beberapa gua di kawasan kampus UNUD Bukit Jimbaran, membuka peluang untuk

menjadikan kawasan tersebut sebagai tempat studi lapangan yang terbuka (laboratorium

lapangan). Terlebih lagi lokasi tersebut masuk dalam kawasan konservasi UNUD yang melindungi

 bentang lahan karst beserta flora fauna yang hidup di wilayah tersebut.Studi temuan tulang dan

gigi binatang dapat dijadikan kajian tentang bahan pangan masa lalu serta sejarah domestikasi

 binatang di Bali. Demikian juga temuan tersebut ditambah dengan temuan cangkang kerang dapat

dilakukan studi paleontologi dan biologi khususnya terkait pola subsistensi manusia masa lalu di

kawasan karst. Termasuk juga kajian makluk hidup yang ada sekarang di kawasan karst.

Speleologi atau ilmu tentang gua dapat dikembangkan di Bali dengan potensi gua yang melimpah

wilayah ini. Kajian speleologi meliputi: kajian speleogenesa (mulajadi gua), speleokronologi

(urutan kejadian dari pembentukan hingga perkembangan gua), speleomorfologi (bentukan di

dalam gua), biospeleologi (biota gua), sedimentologi dan mineralogi gua serta iklim-mikro gua.

Aspek air dan sungai bawah tanah dapat dijadikan kajian hidrologi yang lebih mengkhususkan

terhadap air permukaan dan bawah tanah, termasuk keberadaaan, sirkulasi, distribusi, sifat-sifat

fisika dan kimia serta interaksinya terhadap lingkungan. Kajian antarbidang dalam satu kawasan

akan menambah kasanah keilmuan. Bukan hanya bidang studi yang bersangkutan, tetapi juga

(10)

 bidang studi lain yang memiliki kompetensi yang sama yaitu terkait idealisme penelitian. Sehingga

akhirnya kasanah kajian terhadap gua-gua hunian dan lingkungannya di Kampus Bukit akan lebih

multidisiplin dan lintas bidang.

Gambar

Tabel 5.1. Stratigrafi regional pulau Bali berdasarkan Peta Geologi Bali menurut Dony Purnomo, (2010).

Referensi

Dokumen terkait

KEJAR PAKER B MELATI PUTIH DAN PAKET C NUSA INDAH TIGAWASA (PIBICIWA).. DESA TIGAWASA KECAMATAN BANJAR KABUPATEN BULELENG

Pantai ini memiliki pasir putih dan merupakan salah satu dari beberapa pantai yang indah di Kendari (“geoexplor.wordpress.com”, par. Wisata di kota Kendari ini memerlukan

Nilai keindahan alam Pantai Pasir Putih Parbaba yaitu 37,63% termasuk kategori tidak indah sedangkan nilai kenyamanan kawasan ini yaitu 52,68% termasuk kategori cukup nyaman..

Berbagai potensi yang dimiliki baik itu potensi fisik maupun non fisik berupa pemandangan pantai yang indah masih alami dengan pasir berwarna hitam, pantai yang

Kawasan pesisir Padang – Bungus Teluk Kabung berupa pantai teluk, stabil, disusun oleh batuan volkanik membentuk bentang alam perbukitan dan pantai terjal.. Abrasi terjadi di

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Perubahan Garis Pantai dan Tutupan Lahan Akibat Abrasi di Pesisir Kabupaten Gianyar, Bali dengan Memanfaatkan Citra Satelit

1) Objek wisata Pantai Carolina memiliki pemandangan alam yang indah, dengan pasir pantai yang putih dan aneka ragam terumbu karang dan ikan hias menawan yang

Made menjelaskan, Pantai Samudra Indah memiliki pantai dengan pasir putih sangat cocok bagi keluarga atau wisatawan yang datang dalam kelompok besar. Lokasinya yang luas dan bersih