• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan PTK PKN Kelas 7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan PTK PKN Kelas 7"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

KONTRIBUSI PENERAPAN

KONTRIBUSI PENERAPAN

KONTRIBUSI PENERAPAN

KONTRIBUSI PENERAPAN

KONTRIBUSI PENERAPAN

KONTRIBUSI PENERAPAN

KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”

KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”

MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”

MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”

MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”

MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”

MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”

MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT”

BERBASIS

BERBASIS

BERBASIS

BERBASIS

BERBASIS

BERBASIS

BERBASIS PENDEKATAN

BERBASIS PENDEKATAN

PENDEKATAN

PENDEKATAN

PENDEKATAN

PENDEKATAN CTL

PENDEKATAN CTL

PENDEKATAN

CTL TERHADAP

CTL TERHADAP

CTL

CTL

CTL

CTL

TERHADAP PENINGKATAN

TERHADAP

TERHADAP

TERHADAP PENINGKATAN

TERHADAP

TERHADAP

PENINGKATAN HASIL

PENINGKATAN

PENINGKATAN

PENINGKATAN

PENINGKATAN

PENINGKATAN HASIL

HASIL

HASIL

HASIL

HASIL

HASIL

HASIL

BELAJAR SISWA

BELAJAR SISWA

BELAJAR SISWA

BELAJAR SISWA

BELAJAR SISWA

BELAJAR SISWA

BELAJAR SISWA DALAM

BELAJAR SISWA DALAM

DALAM

DALAM

DALAM

DALAM

DALAM MATA PELAJARAN PKN

DALAM MATA PELAJARAN PKN

MATA PELAJARAN PKN

MATA PELAJARAN PKN

MATA PELAJARAN PKN

MATA PELAJARAN PKN

MATA PELAJARAN PKN

MATA PELAJARAN PKN

PADA SISWA

PADA SISWA

PADA SISWA

PADA SISWA

PADA SISWA

PADA SISWA

PADA SISWA KELAS

PADA SISWA KELAS

KELAS

KELAS

KELAS VII

KELAS VII

KELAS

KELAS

VIICCCCCC SMPN 1 CADASARI

VIIC

VII

VII

VII

VII

C SMPN 1 CADASARI

SMPN 1 CADASARI

SMPN 1 CADASARI

SMPN 1 CADASARI

SMPN 1 CADASARI

SMPN 1 CADASARI

SMPN 1 CADASARI

(Penelitian Tindakan Kelas dalam Bahan Ajar “Hak Asasi Manusia” di kelas VII C (Penelitian Tindakan Kelas dalam Bahan Ajar “Hak Asasi Manusia” di kelas VII C

SMP N 1 Cadasari, Pandeglang) SMP N 1 Cadasari, Pandeglang)

DISUSUN OLEH:

DISUSUN OLEH:

AINA MULYANA, S.PD

AINA MULYANA, S.PD

Guru PKn SMPN 1 Cadasari, Kab. Pandeglang

Guru PKn SMPN 1 Cadasari, Kab. Pandeglang

Provinsi Banten

Provinsi Banten

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PANDEGLANG

DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN PANDEGLANG

SMP NEGERI 1 CADASARI

SMP NEGERI 1 CADASARI

SMP NEGERI 1 CADASARI

SMP NEGERI 1 CADASARI

SMP NEGERI 1 CADASARI

SMP NEGERI 1 CADASARI

SMP NEGERI 1 CADASARI

SMP NEGERI 1 CADASARI

PANDEGLANG

PANDEGLANG

PANDEGLANG

PANDEGLANG

PANDEGLANG

PANDEGLANG

PANDEGLANG

PANDEGLANG

200

200

200

200

200

200

2009

2009

9

9

9

9

9

9

(2)

LEMBARAN PENGESAHAN

LEMBARAN PENGESAHAN

1.

1. Judul Judul PenelitianPenelitian

KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT” KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT” BERBASIS PENDEKATAN CTL TERHADAP PENINGKATAN HASIL BERBASIS PENDEKATAN CTL TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN PADA SISWA BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN PADA SISWA KELAS VIIC SMPN 1 CADASARI

KELAS VIIC SMPN 1 CADASARI

2.

2. Identitas Identitas PenelitiPeneliti Nama

Nama : : AINA AINA MULYANA, MULYANA, S.PdS.Pd NIP

NIP : : 19710222 19710222 20000310032000031003 Pangkat/Golon

Pangkat/Golongan gan : : Pembina Pembina / / IVaIVa Jabatan

Jabatan : : Guru Guru SMPN SMPN 1 1 CadasariCadasari 3.

3. Lama Lama Penelitian Penelitian : : 3 3 Bulan Bulan ( ( terhitung terhitung dari dari bulan bulan April April 2009 2009 sampai sampai dengandengan Agustus 2009)

Agustus 2009) 4.

4. Sumber Sumber Biaya Biaya : : PribadiPribadi

Mengetahui Peneliti,

Mengetahui Peneliti,

Kepala Sekolah, Kepala Sekolah,

SAPAAT DANUMIHARJA

SAPAAT DANUMIHARJA AINA MULYANA, S.PdAINA MULYANA, S.Pd NIP.

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

LEMBARAN PENGESAHAN

1.

1. Judul Judul PenelitianPenelitian

KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT” KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT” BERBASIS PENDEKATAN CTL TERHADAP PENINGKATAN HASIL BERBASIS PENDEKATAN CTL TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN PADA SISWA BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN PADA SISWA KELAS VIIC SMPN 1 CADASARI

KELAS VIIC SMPN 1 CADASARI

2.

2. Identitas Identitas PenelitiPeneliti Nama

Nama : : AINA AINA MULYANA, MULYANA, S.PdS.Pd NIP

NIP : : 19710222 19710222 20000310032000031003 Pangkat/Golon

Pangkat/Golongan gan : : Pembina Pembina / / IVaIVa Jabatan

Jabatan : : Guru Guru SMPN SMPN 1 1 CadasariCadasari 3.

3. Lama Lama Penelitian Penelitian : : 3 3 Bulan Bulan ( ( terhitung terhitung dari dari bulan bulan April April 2009 2009 sampai sampai dengandengan Agustus 2009)

Agustus 2009) 4.

4. Sumber Sumber Biaya Biaya : : PribadiPribadi

Mengetahui Peneliti,

Mengetahui Peneliti,

Kepala Sekolah, Kepala Sekolah,

SAPAAT DANUMIHARJA

SAPAAT DANUMIHARJA AINA MULYANA, S.PdAINA MULYANA, S.Pd NIP.

(4)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan hasil kegiatan implementasi inovasi pembelajaran yang diberi judul “KONTRIBUSI PENERAPAN implementasi inovasi pembelajaran yang diberi judul “KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT” BERBASIS PENDEKATAN CTL MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT” BERBASIS PENDEKATAN CTL TERHADAP

TERHADAP PENINGKATAN PENINGKATAN HASIL HASIL BELAJAR BELAJAR SISWA SISWA DALAM DALAM MATAMATA PELAJARAN PKN PADA SISWA KELAS VII SMPN 1 CADASARI

PELAJARAN PKN PADA SISWA KELAS VII SMPN 1 CADASARI (Penelitian(Penelitian Tindakan Kelas dalam Bahan Ajar “Hak Asasi Manusia” di kelas VII C SMP N 1 Tindakan Kelas dalam Bahan Ajar “Hak Asasi Manusia” di kelas VII C SMP N 1 Cadasari, Pandeglang)

Cadasari, Pandeglang)

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memberikan informasi beberapa Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk memberikan informasi beberapa temuan yang telah diperoleh melalui kegiatan inovasi pembelajaran sehingga dapat temuan yang telah diperoleh melalui kegiatan inovasi pembelajaran sehingga dapat dijadikan bahan kajian rekan-rekan guru

dijadikan bahan kajian rekan-rekan guru dalam menyampaikan bahan pelajaran PKn.dalam menyampaikan bahan pelajaran PKn. Pada kese

Pada kesempatan ini penumpatan ini penulis mengucaplis mengucapkan kan terima kasih keterima kasih kepada berbagapada berbagai pihaki pihak yang telah turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan implementasi inovasi pembelajaran yang telah turut aktif dalam pelaksanaan kegiatan implementasi inovasi pembelajaran dan dalam penyusunan laporan ini. Semoga kebaikannya dapat diterima sebagai amal dan dalam penyusunan laporan ini. Semoga kebaikannya dapat diterima sebagai amal kebaikan di sisi Allah SWT.

kebaikan di sisi Allah SWT.

Penulis menyadari bahan laporan ini

Penulis menyadari bahan laporan ini masih memiliki bebagai kekurangan. Namunmasih memiliki bebagai kekurangan. Namun demikian, penulis mengharapkan semoga laporan ini memiliki manfaat yang demikian, penulis mengharapkan semoga laporan ini memiliki manfaat yang sebesar-besarnya.

besarnya.

Pandeglang,

Pandeglang, Agustus Agustus 20092009 Peneliti, Peneliti, Aina Mulyana, S.Pd Aina Mulyana, S.Pd NIP. 132257658 NIP. 132257658

(5)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI

hal hal Kata

Kata Pengantar Pengantar ... ... ii Daftar

Daftar Isi Isi ... ... iiii Abstrak

Abstrak ... ... iiiiii Bab

Bab I I Pendahuluan Pendahuluan ... ... 11 A.

A. Latar Latar Belakang Belakang ... ... 11 B.

B. Pembatasan Pembatasan Masalah Masalah ... ... 22 C.

C. Rumusan Rumusan Masalah Masalah ... ... 22 D.

D. Tujuan Tujuan ... ... 33 D.

D. Manfaat Manfaat Penelitian...Penelitian... ... 33 Bab

Bab II II Landasan Landasan Teori...Teori... .. 44 A. Pengertian

A. Pengertian CTL CTL ... ... 44 B. A

B. Alasan lasan Pentingnya Pentingnya Penggunaan Penggunaan CTL CTL dalam dalam Pembelajaran...Pembelajaran... ... 55 C.

C. Penerapan Penerapan Pendekatan Pendekatan Kontekstual Kontekstual Di Di Kelas Kelas ... ... 77 D.

D. Rencana Rencana Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Berbasis Kontekstual Kontekstual ... ... 1717 E.

E. Model Model Pembelajaran Pembelajaran Card Card Sort Sort ... ... 1818 F.

F. Pertanyaan Pertanyaan Penelitian Penelitian ... ... 1919 Bab III Metodelogi Penelitian...

Bab III Metodelogi Penelitian... .. 2020 A.

A. Setting Setting Penelitian Penelitian ... ... 2020 B.

B. Waktu Waktu Kegiatan Kegiatan ... ... 2121 B.

B. Subyek Subyek Penelitian...Penelitian... ... 2121 C.

C. Variabel Variabel Penelitian...Penelitian... ... ... ... 2121 D.

D. Teknik Teknik Pengumpulan Pengumpulan Data...Data... ... 2222 E. Teknik Pembaha

E. Teknik Pembahasan ...san ... ... 2323 F. Rancangan Tindakan ...

F. Rancangan Tindakan ... ... 2424 Bab IV

Bab IV Hasil Penelitian dan Hasil Penelitian dan PembahasaPembahasan ...n ... ... 2525 A. A. Siklus Siklus 1 1 ... ... 2525 B. B. Siklus Siklus 2 .2 ... ... 2727 C. C. Siklus Siklus 3 3 ... ... 2929

(6)

D.

D. Siklus Siklus 4 4 ... ... 3030 E.

E. PembahasaPembahasan n ... ... 3232 Bab IV Kesimpulan dan Saran .

Bab IV Kesimpulan dan Saran ... ... 3838 A. A. Kesimpulan Kesimpulan ... ... 3838 B. B. Saran Saran ... ... 3838 Daftar Pustaka ... Daftar Pustaka ... ... 3939 Lampiran-lampiran Lampiran-lampiran ... ... 4040

(7)

DAFTAR TABEL DAN GRAFIK

DAFTAR GAMBAR

Hal 1 Gb 1 : Hubungan antar variabel X dan Y... 22

DAFTAR TABEL

1 Perbandingan Pola Tindakan PBM/KBM Antara Kelas VII C Sebagai Kelas Model Dengan Kelas VIIA Dan V IIB Sebagai Kelas Pembanding

33

2 Perbandingan Nilai Ujian Harian Antar Kelas VII C Sebagai Kelas Model Dan Kelas VIIIA Dan VIIB Sebagai Kelas Pembanding

34

DAFTAR GRAFIK

Hal 1 Grafik-1 Perbandingan Tingkat Ketercapaian Kkm Antar Kelas VIIC

Sebagai Kelas Model Dan Kelas VIIA Dan VIIB Sebagai Kelas Pembanding Berdasarkan Hasil Ulangan Harian Siklus Ke-1

35

2 Grafik-2 Perbandingan Tingkat Ketercapaian Kkm Antar Kelas VIIC Sebagai Kelas Model Dan Kelas VIIA Dan VIIB Sebagai Kelas Pembanding Berdasarkan Hasil Ulangan Harian Siklus Ke-2

36

3 Grafik-3 Perbandingan Tingkat Ketercapaian Kkm Antar Kelas VIIC Sebagai Kelas Model Dan Kelas VIIA Dan VIIB Sebagai Kelas Pembanding Berdasarkan Hasil Ulangan Harian Siklus Ke-3

68

4 Grafik-4 Perbandingan Tingkat Ketercapaian Kkm Antar Kelas VIIC Sebagai Kelas Model Dan Kelas VIIA Dan VIIB Sebagai Kelas Pembanding Berdasarkan Hasil Ulangan Harian Siklus Ke-4

69

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1 Jadwal Kegiatan 40

2 Daftar Nilai Ujian Blok Kelas VII C (Kelas Model / PTK ) 41 3 Daftar Nilai Ujian Blok Kelas VII B (Kelas Non Model / Non PTK

(Pembanding)

42

4 Daftar Nilai Ujian Blok Kelas VII A (Kelas Non Model / Non PTK (Pembanding)

43

5 Contoh RPP yang digunakan 44

6 Contoh Kartu Beberan/Kartu Pertanyaan Tentang Materi Hak Asasi Manusia

45

7

Contoh Kartu Jawaban Materi Pe

lajaran Hak Asasi Manusia

46

8 Beberapa Foto Kegiatan 47

(8)

ABSTRAK

AINA MULYANA, S.PD “KONTRIBUSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN “CARD SORT” BERBASIS PENDEKATAN CTL TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PKN PADA KELAS VII SMPN 1 CADASARI”

*) Guru PKn SMPN 1 Cadasari, Pandeglang. Alamat: Jl. Rego Km.4 Cikentrung, Cadasari – Pandeglang. Banten

Makalah ini merupakan suatu laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan pada siswa kelas VII C SMPN 1 Cadasari dengan menerapkan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) dan kontribusinya terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

Penentuan kelas VII C sebagai kelas model didasarkan atas pertimbangan masih kurangnyanya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Data ini didapat dari rata-rata nilai raport dan prosentase kelulusan kelas VII C pada semester yang telah lalu dibandingkan kelas lainnya. Oleh karena itu, penulis mencoba mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran Card Sort berbasis CTL pada kelas VII C sebagai salah satu upaya yang guna peningkatan hasil belajar siswa.

Hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penulis (guru) dalam pemilihan model pembelajaran PKn; memberikan masukan yang berarti bagi instansi pemerintah cq. Dinas Pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; serta dapat memberikan sumbang saran yang positif bagi para guru-guru PKn di lapangan.

Kegiatan inovasi pembelajaran dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dengan menerapkan rencana tindakan berupa penerapan model pembelajaran Card Sort berbasis CTL yang diterapkan dengan mengunakan berbagai variasi metode pembelajaran pada kelas VII C. Sedangkan pada kelas lainnya, yakni VIIA dan VIIB penulis masih menggunakan model konvensional namun tetap menerapkan pilar-pilar CTL dengan maksud digunakan sebagai kelas pembading.

Proses analisis untuk mengetahui hasil kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dalam mata pelajaran PKn dilakukan dengan menganalisis hasil Ujian Blok untuk mengetahui perkembangan hasil belajar siswa dan memanfaatkan mitra peneliti untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan peneliti selama KBM berlangsung. Hasil pengamatan dari mitra guru dijadikan bahan refleksi untuk menjadi pertimbangan dalam pelaksanaan rencana tindakan berikutnya.

Setelah diadakan dua kali Ujian Blok dan berdasarkan hasil refleksi dengan mitra peneliti, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL secara efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Hal ini didasarkan fakta yang menunjukkan menunjukkan adanya keunggulan model pembelajaran Card Sort dibanidngkan model pembelajarn lainnya, diantaranya: a) Cocok digunakan untuk usia siswa SMP; b) mudah dan murah; c) mengutamakan kerjasama; d) menyenangkan dan tidak membosankan; e) saling menunjang; dan f) siswa aktif

(9)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Motivasi dan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn pada siswa kelas VIIC masih rendah, hal ini terlihat dari data rata-rata nilai raport dan prosentase kelulusan ujian blok pada semester 1. Kenyataan di atas menuntut guru harus dapat menggali berbagai upaya guna peningkatan hasil belajar siswa. Dengan demikian peranan guru sangat penting dalam meningkatkan hasil siswa. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn perlu adanya strategi, pendekatan dan sarana pembelajaran yang diminat siswa. Strategi, pendekatan dan sarana pembelajaran ini bermacam-macam model dan bentuknya, mulai dari yang sederhana hingga yang sukar/rumit untuk dilaksanakan.

Pendekatan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan salah pendekatan pembelajaran yang diyakini dapat meningkatan motivasi dan hasil belajar siswa. Pendekatan ini berasumsi bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus mengkaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya d engan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. De-ngan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil. (Depdiknas, 2003:1)

Melalui penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Siswa diharapkan sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Penerapan pendekatan kontekstual dalam kegiatan belajar mengajar menuntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Salah satu

(10)

model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan kontekstual adalah model Card Sort. Model pembelajaran Card Sort merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Mel Sibermen (2002:149). Model ini dilakukan dengan cara: a) memberikan kartu indeks kepada masing-masing peserta didik (kartu tersebut dapat berisi pertanyaan atau jawaban); b) Meminta peserta didik memilih kartu sesuai dengan katagori atau pertanyaan; c) Peserta didik yang telah selesai memilih kartu diberi kesempatan menyajikan sendiri (mempresentasikan) kepada yang lain.

Penerapan model pembelajaran Card Sort dengan pendekatan Contektual Teaching and Learning (CTL) dianggap cocok dengan tingkat perkembangan siswa SMP. Hal ini karena model pembelajaran Card Sort selain mengandung unsur pembelajaran juga mengandung unsur permainan yang disukai siswa. Dengan demikian penerapan model pembelajaran Card Sort dalam pembelajaran PKn diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam penguasaan konsep atau materi pembelajaran khususnya, bahkan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya.

B. Pembatasan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi masalah dan dengan mempertimbangkan waktu, tenaga dan biaya yang tersedia, penelitian tindakan sekolah ini hanya membatasi pada masalah kontribusi penerapan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL pada siswa kelas VIIC dan kontribusinya terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam Pelajaran PKn, khususnya dalam bahan ajar atau materi Hak Asasi Manusia.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah penelitian tindakan kelas ini adalah “Bagaimana proses penerapan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL pada siswa kelas VIIC dan kontribusinya terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam Pelajaran PKn?”

(11)

D. Tujuan

Tujuan kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah: (1) untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan Contectual Teaching and Learning (CTL) dalam pembelajaran PKn; (2) untuk dapat mengetahui kontribusi penerapan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan Contectual Teaching and Learning (CTL) terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn.

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian ini adalah: (1) sebagai bahan pertimbangan atau masukan penulis dalam penyusunan strategi pembelajaran PKn selanjutnya; (2) diharapkan dapat dijadikan masukan bagi instansi pemerintah, cq Dinas Pendidikan dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; dan (3) semoga dapat memberikan sumbang saran yang positif bagi para guru-guru PKn di lapangan.

(12)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian CTL

CTL atau Contextual Teaching and Learning merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.

Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing.

Dalam kelas kontekstual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru (baca: pengetahuan dan keterampilan) datang dari `menemukan sendiri', bukan dari `apa kata guru'. Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.

Kontekstual hanya sebuah strategi pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, kontektual dikembangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan bermakna. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan tatanan yang ada. Dalam buku ringkas ini dibahas persoalan yang berkenaan dengan pendekatan kontekstual dan implikasi penerapannya.

(13)

B. Alasan Pentingnya Penggunaan CTL dalam Pembelajaran

Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal. Kelas masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama strategi belajar. Untuk itu, diperlukan sebuah strategi belajar `baru' yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghapal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruk-sikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

Melalui landasan filosofi konstruktivisme, CTL `dipromosikan' menjadi alternatif strategi belajar yang baru. Melalui strategi CTL, siswa diharapkan belajar melalui `mengalami', bukan `menghapal'.

Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai proses mengalami sendiri, mengkonstruksi pengetahuan, kemudian memberi makna pada pengetahuan itu. Di bawah dikemukakan beberapa ciri pembelajaran kontekstual, yakni:

1. Proses Belajar

a) Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri.

b) Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.

c) Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan (subject matter).

d) Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.

e) Manusia rnempunyai tingkatan yang berbeda dalan menyikapi situasi baru.

f) Siswa perlu dibiasakan meme-cahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.

g) Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seining dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan

(14)

keterampilan seseorang. Untuk itu perlu dipamahi, strategi belajar yang salah dan terus-menerus dipajankan akan mempengaruhi struktur otak, yang pada akhirnya mempengaruhi cara seseorang berperilaku.

h) Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masaiah dalam kehidupannya.

2. Transfer Belajar

a) Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari `pemberian orang lain'

b) Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sempit), sedikit-demi sedikit..

c) Penting bagi siswa tahu `untuk apa' la belajar, dan `bagaimana' ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu.

d) Tugas guru: mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dan baru, dan memfasilitasi belajar.

3. Siswa sebagai Pembelajar

a) Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru

b) Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.

c) Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara `yang baru' dan yang sudah diketahui.

d) Tugas guru memfasilitasi: agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri. Siswa belajar dari menemukan sendiri. Lupakan tradisi: "Guru akting di pangung, siswa menonton". Ubah menjadi, "Siswa aktif bekerja dan belajar di panggung, guru mengarahkan dari dekat."

4. Pentingnya Lingkungan Belajar

(15)

Dari "guru akting di depan kelas, siswa menonton" ke "siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan".

b) Pengajaran harus berpusat pada `bagaimana cara' siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

c) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar.

d) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

C. Penerapan Pendekatan Kontekstual Di Kelas

Pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama, yaitu konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiry), bertanya (Questioning) masyarakat-belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), refleksi (Reflection) dan penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment). Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam pembelajarannya. Dan, untuk melaksanakan hal itu tidak sulit! CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya.

Penerapan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya adalah berikut ini.

1. Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkostruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya!

2. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik! 3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya!

4. Ciptakan `masyarakat belajar' (belajar dalam kelompok-kelompok)! 5. Hadirkan `model' sebagai contoh pembelajaran!

6. Lakukan refleksi di akhir pertemuan!

7. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara!

Berikut penulis uraikan tujuha kompenen pembelajaran CTL atau pemebalajaran kontekstual

(16)

1. Konstruktivisme ( Constructlvlsme)

Constructivism (konstruktivisme) merupakan landasan berpikir (filosofi) pendekatan CTL, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya didtperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong.Pengetahuan bukanlah seperangkat faktafakta, konsep, atau kaidah yang slap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.

Siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ideide. Guru tidak akan mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di benak mereka sendiri. Esensi dari teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa harus menemukan dan mentransformasikan suatu informasi kompleks ke situasi lain, dan apabila dikehendaki, informasi itu menjadi milik mereka sendiri.

Dengan dasar itu, pembelajaran harus dikemas menjadi proses `mengkonstruksi' bukan `menerima' pengetahuan. Dalam proses pembelajaran, siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar. Siswa menjadi pusat kegiatan, bukan guru.

Landasan berpikir konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Dalam pandangan konstruktivis, `strategi memperoleh' lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah menfasilitasi proses tersebut dengan:

(1) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa,

(2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan

(3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Pengetahuan tumbuh berkembang melalui pengalaman. Pemahaman berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila selalu diuji dengan pengalaman baru.

Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti kotak-kotak yang masing-masing berisi informasi bermakna yang berbedabeda. Pengalaman sama bagi beberapa orang akan dimaknai berbeda-beda oleh masingmasing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru dihubungkan

(17)

dengan kotak-kotak (struktur pengetahuan) dalam otak manusia tersebut. Struktur pengetahuan dikembangkan dalam otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi atau akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibuat atau dibangun atas dasar struktur pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi maksudnya struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan dengan hadirnya pengalaman baru.

Lalu, bagaimanakah penerapannya di kelas? Bagaimanakah cara mere alisasikannya pada kelas-kelas di sekoilah kilta. Pada umumnya kita juga sudah menerapkan filosofi ini dalam pembelajaran sehari-hari, yaitu ketika kita merancang pembelajaran dalam bentuk siswa bekerja, praktek mengerjakan sesuatu, berlatih secara fisik, menulis karangan, mendemonstrasikan, menciptakan ide, dan sebagainya.Mari kita kembangkan cara-cara tersebut lebih banyak dan lebih banyak lagi!

Siklus inkuiri: Observasi (Observation), Bertanya (Questioning), Mengajukan dugaan (Hiphotesis), Pengumpulan data (Data gathering), Penyimpulan (Conclussion).

2. Menemukan (Inquiry)

Menemukan merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis CTL. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Guru harus selalu merancang kegiatan yang merujuk pada kegiatan menemukan, apapun materi yang diajarkannya. Topik mengenai adanya dua jenis binatang rnelata, sudah seharusnya ditemukan sendiri oleh siswa, bukan `menurut buku'.

Adapun siklus inkuiri adalah sebagai berikut: 1. Observasi (Observation)

2. Bertanya (Questioning)

3. Mengajukan dugaan (Hiphotesis) 4. Pengumpulan data (Data gathering) 5. Penyimpulan (Conclussion)

Apakah hanya pada pelajaran IPA inkuiri itu bias diterapkan? Jawabannya, tentu "Tidak!". Inkuiri dapat ditev-upkan pada semua bidang studi: bahasa Indonesia (menemukan cara menulis paragraph deskripsi yang indah); IPS (membuat sendiri

(18)

bagan silsilah raja-raja Majapahit); PPKN (menemukan perilaku baik dan perilaku buruk sebagai warga Negara). Kata kunci dari strategi inkuiri adalah siswa menemukan sendiri.

Langkah-langkah kegiatan menemukan (inkuiri): (1) Merumuskah masalah (dalam matapelajaran apapun)

 Bagaimanakah silsilah raja-raja Majapahit? (sejarah)

 Bagaimanakah cara melukiskan suasana menikmati ikan bakar di tepi pantai Kendari? (bahasa Indonesia)?

 Ada berapa jenis tumbuhan menurut bentuk bijinya? (biologi)  Kota mana saja yang termasuk kota besar di Indonesia? (geografi) (2) Mengamati atau melakukan observasi

 Membaca buku atau sumber lain untuk mendapatkan informasi pendukung.  Mengamati clan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari sumber atau

objek yang diamati

(3) Menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel, clan karya lainnya

 Siswa membuat peta kota-kota besar sendiri  Siswa membuat paragraf deskripsi sendiri.

 Siswa membuat bagan silsilah raja-raja Majapahit sendiri  Siswa membuat penggolongan tumbuh-tumbuhan sendiri.

 Siswa membuat essai atau usulan kepada Pemerintah tentang berbagai masalah di daerahnya sendiri. Dst.

(4) Mengkomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas, guru, atau audien yang lain

a) Karya siswa disampaikan teman sekelas atau kepada orang banyak untuk mendapatkan masukan

b) Bertanya jawab dengan teman c) Memunculkan ide-ide baru d) Melakukan refleksi

e) Menempelkan gambar, karya tulis, peta, dan sejenisnya di dinding kelas, dinding sekolah, majalah dinding, majalah sekolah, dsb.

(19)

3. Bertanya ( Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari `bertanya'. Sebelum tahu kota Palu, seseor ng bertanya "Mana arah ke kota Palu?" Questioning (bertanya) merupakaan strategi

Bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb utama pembelajaran yang berbasis CTL. Bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri, yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

Dalam sebuah pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya berguna untuk: (1) menggali informasi, balk administrasi maupun akademis

(2) mengecek pemahaman siswa

(3) membangkitkan respon kepada siswa

(4) mengetahui sejauhmana keingintahuan siswa (5) mengetahui hal-hal yang sudah diketahui siwa

(6) menfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru

(7) untuk membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk menyegarkan kembali pengetahuan siswa.

Bagaimanakah penerapannya di kelas? Hampir pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan: antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas, dsb. Aktivitas bertanya juga ditemukan ketika siswa berdiskusi, bekerja dalam kelompok, ketika menemui kesulitan, ketika mengamati, dsb. Kegiatan-kegiatan itu akan me-numbuhkan dorongan untuk `bertanya'. Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

(20)

4. Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Ketika seorang anak baru belajar meraut pinsil dengan peraut elektronik, ia bertanya kepada temannya "Bagaimana caranya? Tolong bantuin, aku!" Lalu temannya yang sudah biasa, menunjukkan cara mengoperasikan alat itu. Maka, dua orang anak itu sudah membentuk masyarakat-belajar (learning community).

Hasil belajar diperoleh dari `sharing' antara teman, antar kelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Di ruang ini, di kelas ini, di sekitar sini, juga orang-orang yang ada di luar sana, semua adalah anggota masyarakat-belajar.

Dalam kelas CTL, guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya hiterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang tahu memberi tahu yang belum tahu, yang cepat menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi usul, dan seterusnya. Kelompok siswa bisa sangat bervariasi bentuknya, balk keanggotaan, jumlah, bahkan bisa melibatkan siswa di kelas atasnya, atau guru melakukan kolaborasi dengan mendatangkan seorang `ahli' ke kelas. Misalnya tukang sablon, petani jagung, peternak susu, teknisi komputer, tukang cat mobil, tukang reparasi kunci, dan sebagainya.

"Masyarakat-belajar" bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah. "Seorang guru yang menga)ari siswanya" bukan contoh masyarakatbelajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah, yaitu informasi hanya datang dari guru ke arah siswa, tidak ada arus informasi yang perlu dipelajari guru yang datang dari arah siswa. Dalam contoh ini yang belajar hanya siswa bukan guru. Dalam masyarakat belajar, dua kelompok (atau lebih) yang terlibat dalam komunikasi pembelajaran saling belajar. Seseorang yang terlibat dalam kegiatan masyarakat belajar memberi informasi yang diperlukan oleh teman bicaranya dan sekaligus juga meminta informasi yang diperlukan dari teman belajarnya.

Kegiatan saling belajar ini bisa terjadi apabila tidak ada pihak yang dominan dalam komunikasi, tidak ada pihak yang merasa segan untuk bertanya, tidak ada pihak

(21)

yang menganggap paling tahu, semua pihak mau saling mendengarkan. Setiap pihak harus merasa bahwa setiap orang lain memiliki pengetahuan, pengalaman, atau ketrampilan yang berbeda yang perlu dipelajari.

Kalau setiap orang mau belajar dari orang lain, maka setiap orang lain bisa menjadi sumber belajar, dan ini berarti setiap orang akan sangat kaya dengan pengetahuan dan pengalaman. Metode pembelajaran dengan teknik "learning community" ini sangat membantu proses pembelajaran di kelas. Prakteknya dalam pembelajaran terwujud dalam

a) Pembentukan kelompok kecil b) Pembentukan kelompok besar

c) Mendatangkan `ahli' ke kelas (tokoh, olahragawan, dokter, perawat, petani, pengurus organisasi, polisi, tukang kayu, dsb.)

d) Bekerja dengan kelas sederajat

e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya f) Bekerja dengan masyarakat

5. Pemodelan (Modifikasi)

Komponen CTL selanjutnya adalah pemodelan. Maksudnya, dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olah raga, contoh karya tulis, cara melafalkan bahasa Inggeris, dan sebagainya. Atau, guru memberi contoh cara mengerjakan sesuatu. Dengan begitu, guru memberi model tentang `bagaimana cara belajar'.

Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Sebagian guru memberi contoh tentang cara bekerja sesuatu, sebelum siswa melaksanakan tugas. Misalnya, cara menemukan kata kunci dalam bacaan. Dalam pembelajaran tersebut guru mendemonstrasikan cara menemukan kata kunci dalam bacaan dengan menelusuri bacaan secara cepat dengan memanfaatkan gerak mata (scanning). Ketika guru mendemontrasikan cara membaca cepat tersebut, siswa mengamati guru membaca dan membolak-balik teks. Gerak mata guru dalam menelusuri bacaan menjadi perhatian utama siswa. Dengan begitu siswa tahu bagaimana gerak mata yang efektif dalam

(22)

melakukan scanning. Kata kunci yang ditemukan guru disampaikan kepada siswa sebagai hasil kegiatan pembelajaran menemukan kata kunci secara cepat. Secara sederhana, kegiatan itu disebut pemodelan. Artinya, ada model yang bisa ditiru dan diamati siswa, sebelum mereka berlatih menemukan kata kunci. Dalam kasus itu, guru menjadi model.

Dalam pendekatan CTL, guru bukan satu-satunya model. Model dapat dirancang dengan melibatkan siswa. Seorang siswa bisa ditunjuk untuk memberi contoh temannya cara melafalkan suatu kata. Jika kebetulan ada siswa yang pernah memenangkan lomba baca puisi atau memenangkan kontes berbahasa Inggeris, siswa itu dapat ditunjuk untuk mendemonstrasikan keahliannya. Siswa `contoh' tersebut dikatakan sebagai model. Siswa lain dapat menggunakan model tersebut sebagai `standar' kompetensi yang harus dicapainya.

Model juga dapat didatangkan dari luar. Seorang penutur asli ber-bahasa Inggeris sekali waktu dapat dihadirkan di kelas untuk men-jadi `model' cara berujar, cara bertutur kata, gerak tubuh ketika berbicara, dan sebagainya.

Bagaimanakah contoh praktek pemodelan di kelas?

a) Guru olah raga memberi contoh berenang gaya kupu-kupu di hadapan siswa

b) Guru PPKN mendatangkan seorang veteran kemerdekaan ke kelas, lalu siswa diminta bertanya jawab dengan tokoh itu

c) Guru geografi menunjukkan peta jadi yang dapat digunakan sebagai contoh siswa dalam merancang peta daerahnya

d) Guru biologi mendemonstrasikan penggunaan thermometer suhu badan

e) Guru bahasa Indonesia menunjukkan teks berita dari Harian Kompas, Jawa Pos, dsb. sebagai model pembuatan berita. • Guru kerajinan mendatangkan `model' tukang kayu ke kelas, lalu memintanya untuk bekerja dengan peralatannya, sementara siswa menirunya.

6.Refleksi ( Reflectlon)

Refleksi juga bagian penting dalam pembela) aran dengan pendekatan CTL. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang

(23)

tentang apa-apa yang sudah kita lakukan di masa yang lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru diterima. Misalnya, ketika pelajaran berakhir, siswa merenung "Kalau begitu, cara saya menyimpan file selama ini salah, ya! Mestinya, dengan cara yang baru saya pelajari ini, file komputer saya lebih tertata."

Pengetahuan yang bermakna diperoleh dari proses. Pengetahuan dimiliki siswa diperluas melalui konteks pembelajaran, yang kemudian diperluas sedikit-demi sedikit. Guru atau orang dewasa membantu siswa membuat hubungan-hubungan antara pengetahuan yang dimiliki sebelumnya dengan pengetahuan yang baru. Dengan begitu, siswa merasa memperoleh sesuatu yang berguna bagi dirinya tentang apa yang baru dipelajarinya.

Kunci dari itu semua adalah, bagaimana pengetahuan itu mengendap di benak siswa. Siswa mencatat apa yang sudah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.

Pada akhir pembelajaran, guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi. Realisasinya berupa

a) pernyataan langsung tentang apa-apa yang diperolehnya hari i tu b) catatan atau jurnal di buku siswa

c) Kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran hari itu d) dlskusi

e) hasil karya.

Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn) sesuatu, bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran.

7. Penilaian yang Sebenarnya (Authentic Assessment)

Assessment adalah proses pengumpulan berbagai data yang bisa menberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Gambaran perkembangan belajar siswa perlu diketahui oleh guru agar bisa memastikan bahwa siswa mengalami proses pembelajaran

(24)

dengan benar. Apabila data yang dikumpulkan guru mengidentifikasikan bahwa siswa mengalami kemacetan dalam belajar, maka guru segera bisa mengambil tindakan yang tepat agar siswa terbebas dari kemacetan belajar. Karena gambaran tentang kemajuan belajar itu diperlukan di sepanjang proses pembelajaran, maka assessment tidak dilakukan di akhir periode (cawu/semester) pembelajaran seperti pada kegiatan evaluasi hasil belajar (seperti UN/UAS), tetapi dilakukan bersama dengan secara terintegrasi (tidak terpisahkan) dari kegiatan pembelajaran.

Data yang dikumpulkan melalui kegiatan penilaian (assessment) bukanlah untuk mencari informasi tentang belajar siswa. Pembelajaran yang benar memang seharusnya ditekankan pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to learn), bukan ditekankan pada diperolehnya sebanyak mungkin informasi di akhir periode pembelajaran.

Karena assessment menekankan proses pembelajaran, maka data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran. Guru yang ingin mengetahui perkembangan belajar Bahasa Inggris bagi para siswanya harus mengumpulkan data dari kegiatan nyata saat para siswa menggunakan bahasa Inggris, bukan pada saat para siswa mengerjakan tes bahasa Inggris. Data yang diambil dari kegiatan siswa saat siswa melakukan kegiatan berbahasa Inggris balk di dalam kelas maupun di luar kelas itulah yang disebut data autentik.

Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan melulu hasil. Ketika guru mengajarkan sepak bola, siswa yang tendangannya paling bagus, dialah yang memperoleh nilai tinggi. Dalam pembelajaran bahasa asing (Bahasa Inggeris), siapa yang ucapannya cas-cis-cus, dialah yang nilainya tinggi, bukan hasil ulangan tentang grammarnya. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan ketrampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain.

Karakteristik authentic assessment:

1. Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung 2. Bisa digunakan untuk formatif maupun sumatif

(25)

4. Berkesinambungan 5. Terintegrasi

6. Dapat digunakan sebagai feed back

Hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa (1) proyek/kegiatan dan laporannya

(2) PR (3) Kuis

(4) Karya siswa

(5) Presentasi atau penampilan siswa (6) Demonstrasi

(7) Laporan (8) Jurna

(9) Hasil tes tulis (10) Karya tulis

Intinya, dengan authentic assessment, pertanyaan yang ingin dijawab adalah "Apakah anak-anak belajar?", bukan "apa yang sudah diketahui?" Jadi, siswa dinilai kemampuannya dengan berbagai cara.

D. Rencana Pembelajaran Berbasis Kontekstual

Dalam pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap-demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessment-nya.

Berbeda dengan program yang dikembangkan paham objektivis, penekanan program yang berbasis kontekstual bukan pada rincian dan kejelasan tujuan, tetapi pada gambaran kegiatan tahapdemi tahap dan media yang dipakai. Perumusan tujuan yang berkecil-kecil, bukan menjadi prioritas dalam penyusunan rencana pembelajaran berbasis CTL, mengingat yang akan dicapai bukan `hasil', tetapi lebih pada `strategi belajar'. Yang diinginkan bukan `banyak, tetapi dangkal', melainkan `sedikit, tetapi mendalam'.

(26)

Dalam konteks itu, program yang dirancang guru benarbenar `rencana pribadi' tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya. Gambaran selama ini bahwa RPP adalah laporan untuk kepala sekolah atau pihak lain harus dibuang jauh-jauh. Namun, sebenarnya RPP-lah yang mengingatkan guru tentang benda apa yang harus dipersiapkan, alat apa yang harus dibawa, berapa banyak, ukuran berapa, dan langkah-langkah apa yang akan dikerjakan siswa. RPP-lah yang mengingatkan guru ketika akan berangkat ke sekolah, "Oh, aku lupa belum menggunting kertas karton menjadi empat bagian untuk dibagikan ke anak-anak nanti!"

Secara umum, tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual: Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.

E. Model Pembelajaran Card Sort

Model pembelajaran Card Sort merupakan salah satu model pembalajaran yang dikembangkan oleh Mel Siberman (2002) dalam buku  Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran. Model ini dilakukan dengan cara: a) memberikan kartu indeks kepada masing-masing peserta didik (kartu tersebut dapat berisi pertanyaan atau jawaban); b) Meminta peserta didik memilih kartu sesuai dengan katagori atau pertanyaan; c) Peserta didik yang telah selesai memilih kartu diberi kesempatan menyajikan sendiri (mempresentasikan) kepada yang lain.

Penerapan pendekatan kontekstual dalam kegiatan belajar mengajar menuntut kemampuan guru untuk dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan pendekatan kontekstual adalah model Card Sort. Model pembelajaran Card Sort merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan oleh Mel Sibermen (2002:149). Model ini dilakukan dengan cara: a) memberikan kartu indeks kepada masing-masing peserta didik (kartu tersebut dapat berisi pertanyaan atau jawaban); b) Meminta peserta didik memilih kartu sesuai dengan

(27)

katagori atau pertanyaan; c) Peserta didik yang telah selesai memilih kartu diberi kesempatan menyajikan sendiri (mempresentasikan) kepada yang lain.

Penerapan model pembelajaran Card Sort dengan pendekatan Contektual Teaching and Learning (CTL) dianggap cocok dengan tingkat perkembangan siswa SMP. Hal ini karena model pembelajaran Card Sort selain mengandung unsur pembelajaran juga mengandung unsur permainan yang disukai siswa. Dengan demikian penerapan model pembelajaran Card Sort dalam pembelajaran PKn diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam penguasaan konsep atau materi pembelajaran khususnya, bahkan diharapkan mampu meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia pada umumnya.

F. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas ada dua variabel penting yang akan di teliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yakni 1) variabel bebas (X) atau variabel yang mempengaruhi yakni penerapan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL; dan 2) variabel terikat (Y) atau variabel yang dipengaruhi, yakni peningkatan hasil belajar siswa dalam Pelajaran PKn.

Adapaun rumusan pertanyaan penelitian yang dijadikan acuan dalam pembahasan hasil penelitian adalah

1. Bagaimana proses penerapan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL pada siswa kelas VIIC?

2. Bagaimana kontribusi penerapan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam Pelajaran PKn?

(28)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1) Lokasi Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas A. Karakteristik lokasi

a) Nama sekolah : SMPN 1 Cadasari

b) Alamat sekolah : Jl. Rego Km.04 Cadasari Pandeglang

c) Kelas : VIIC sebagai kelas model, dan kelas VIIA dab VIIB sebagai kelas pembanding

d) Lingk. fisik sekolah : Pedesaan

B. Karakteristik siswa

a) Latar belakang SOSEK orang tua : menengah ke bawah

b) Kemampuan : sedang

c) Motivasi belajar : rendah

d) Hasil Belajar : rendah

2) Komponen yang terlibat dalam Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas mapel PKn ini adalah sebagai berikut:

a) Guru Mata Pelajaran PKn : Aina Mulyana,S.Pd

b) Mitra Kerja (Observer) : Aat Jumiat,S.Pd (Guru Pengetahuan Sosial)

c) Siswa kelas VIIC yang diberikan pembelajaran dengan model Card Sort berbasis CTL sebagai kelas model

d) Siswa kelas VIIA dan VII B yang diberikan pembelajaran dengan model konvensional berbasis CTL sebagai pembanding.

(29)

B. Waktu Kegiatan

Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan selama 5 bulan yakni dari bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:

A. Persiapan Penelitian Menggu Ke-1 April 2009

B. Pelaksanaan Penelitian

1. Penentuan Rencana Tindakan 2. Pelaksanaan Rencana Tindakan 3. Observasi

4. Refleksi

Minggu Ke-2 Bln April s/d Minggu Ke-1 Bulan Juni 2009

C. Pengolahan Data Minggu Ke-2 Bln April s/d

Minggu Ke-1 Bulan Juni 2009 D Penyusunan Laporan

1. Penyusunan Draf Penelitian Minggu Ke-3-4 Bln Juli 2009

2. Penyempurnaan Draf Minggu Ke 1-2 Bln Agustus 2009

3. Finishing Minggu Ke-3 Bln Agustus 2009

C. Subjek Penelitian

Populasi penelitian dalam PTK ini adalah di SMPN1 Cadasari kelas VII C pada tahun pelajaran 2008/2009 semester 2 yakni dengan jumlah populasi sekaligus sampel sebanyak 38 orang..

D. Variabel Penelitian

Penelitian ini berjudul “Kontribusi Penerapan Model Pembelajaran “Card Sort” Berbasis Pendekatan CTL Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Pkn Pada Siswa Kelas VII SMPN 1 Cadasari (Penelitian Tindakan Kelas dalam Bahan Ajar “Hak Asasi Manusia” di kelas VII C SMP N 1 Cadasari, Pandeglang)”.

(30)

1. Variabel bebas (X) atau variabel yang mempengaruhi dalam peneliian ini adalah adalah “ Pembelajaran “Card Sort” Berbasis Pendekatan CTL”

2. Variabel terikat (Y) atau variabel yang dipengaruhi dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Keterampilan Guru Dalam Penerapan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (PAKEM”.

Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gb 1. Hubungan antar variabel X dan Y

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh melalui obeservasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes dan catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti. Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana dan kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti.

Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

a) Observasi dan catatan data lapangan

Observasi dalam kegiatan PTK merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan guru (peneliti) selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengamat yang dalam hal ini adalah mitra peneliti (Aat Jumiat, S.Ag).

Bentuk kegiatan observasi yang dilakukan dalam PTK ini menggunakan model observasi terbuka. Adapaun yang dimaksud observasi terbuka adalah apabila

PEMBELAJARAN “CARD SORT” BERBASIS PENDEKATAN CTL

Peningkatan Hasil Belajar Siswa

(31)

pengamat atau observer   melakukan pengamatannya dengan mencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas.

Hasil pengamatan dari mitra peneliti selanjutnya dijadikan catatan data lapangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Prof Dr. Rochiati Wiriaatmaja (2005:125) yang menyatakan: “Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini (PTK) adalah catatan lapangan ( field notes) yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi”.

b) Wawancara

Wawancara menurut Denzin dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:117) adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu.

Dalam PTK ini kegiatan wawancara dilakukan oleh peneliti dan dibantu mitra peneliti kepada beberapa orang siswa (sebagai sampel) yang terlibat dalam kegiatan PTK ini.

c) Hasil tes

Hasil tes yang dimaksud adalah hasil berupa nilai yang diperoleh melalui ujian post tes. Hasil ini dapat dijadikan bahan perbandingan antara hasil post tes terdahulu dengan hasil post tes sebelumnya.

d) Catatan hasil refleksi

Adapaun yang dimaksud catatan hasil refleksi adalah catatan yang yang diperoleh dari hasil refleksi yang dilakukan dengan melalui kegiatan diskusi antara peneliti dan mitra peneliti. Hasil refleksi ini selain dijadikan bahan dalam penyusunan rencana tindakan selanjutnuya juga dapat digunakan sebagai sarana untuk mengetahui telah tercapai tidaknya tujuan kegiatan penelitian ini.

F. Teknik Pembahasan

Analisis atau pembahasan data dalam PTK ini dilakukan sejak awal, artinya analisis data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:139) bahwa “…. the

(32)

ideal model for data collection and analysis is one that interweaves them form the beginning”. Ini berarti model ideal dari pengumpulan data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.

Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat Rochiati Wiriaatmaja, (2005:135-151) dengan melakukan catatan refleksi, yakni pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses membandingkan, mengkaitkan atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan data sebelumnya atau dengan teori-teori yang relevan.

G. Rancangan Tindakan

Dalam PTK ini, rancangan tindakan yang akan dilakukan adalah menerapkan model pembelajaran Card Sort dalam materi Hak Asasi Manusia di kelas VII. Secara rinci tindakan yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut

1) Menyusun RPP dengan mengedepankan model pembelajaran Card Sort; 2) Menerapkan atau mengiplementasi RPP yang telah dibuat

3) Menganalisis hasil presentasi dengan cara mengadakan refleksi (diskusi antara peneliti/kepsek dengan guru yang diamati) tentang kelebihan dan kekurangan kegiatan pembelajaran dengan menggunkan model Card Sort yang telah dilaksanakan dan mencoba membuat formula untuk pelaksanaan siklus berikutnya.

(33)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Model pembelajaran Card Sort merupakan salah satu model pembalajaran yang dikembangkan oleh Mel Siberman (2002) dalam buku  Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran. Berpijak dari buku tersebut yang mengembangkan model ini secara sederhana, penulis mengembangkan model ini dalam beberapa variasi pembelajaran.

Berdasarkan hasil kajian penulis, model pembelajaran ini dapat diterapkan dengan menggunakan metode:

a) Penugasan; b) Diskusi; c) Kuis dan

d) Simulasi/Permainan.

Adapun bahan dan sumber pelajaran yang dibutuhkan untuk melaksanakan model pembelajaran ini adalah:

a) Buku Sumber; LKS dan Sejenisnya

b) Kertas Karton untuk membuat Kartu Pertanyaan dan Kartu Jawaban c) Penggaris, Guntingan/Karter

d) Kertas Karton atau Triplek untuk Papan Beberan

Berikut penulis uraikan tindakan atau action yang penulis lakukan dalam kaitan dengan penerapan model pembelajaran Card Sort dalam proses belajar mengajar yang digunakan penulis dalam kegiatan pembelajaran di kelas VIIC.

A. Siklus 1

1. Perencanaan

Pada Kelas VII C yang menggunakan model Card Sort rencana tindakan berupa:

a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi, media dan

langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran dengan menerapkan

(34)

penugasan. RPP ini berkaitan denga nbahan ajar ”Hak Asasi Manusia” dan ”Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat” pada siswa kelas VII SMP.

b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.

c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.

Sedangkan pada kelas VIIA dan VIIB yang menggunakan model konvensional rencana tindakan berupa:

a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi, media dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran dengan model konvensional namun tetap berorientasi pada pendekatan CTL.

b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.

c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan. 2. Pelaksanaan Tindakan

Siklus Ke-1 menerapkan model pembelajaran Card Sort dengan menggunaan metode penugasan dengan langkah-langkah pembelajaran sebagi berikut:

a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (atau menggunakan kelompok yang telah ada)

b) Setiap kelompok diberikan tugas untuk membuat kartu soal dan kartu  jawaban (bila mengalami kesulitan kartu soal dibuat oleh guru, siswa hanya

membuat kartu jawaban

c) Setiap kelompok diberi tugas membuat papan beberan (untuk memudahkan berikan contoh papan beberan kepada siswa)

d) Hasil pekerjaan dikumpulkan untuk dipergunakan pada kegiatan pembelajaran berikutnya

3. Pengamatan

Pada tahap ini, mitra peneliti melakukan pemantauan kegiatan proses belajar mengajar yang ditampilkan oleh guru (peneliti). Monitoring ini dibantu dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang telah disiapkan. Aktivitas yang diamati bukan hanya aktivitas guru, tetapi juga aktivitas siswa.

(35)

(a) Pengembangan materi pengajaran yang dilakukan guru. (b) Strategi belajar mengajar yang dikembangkan guru.

(c) Metode pembelajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(d) Media pengajaran yang dipilih dan ditampilkan guru dalam pembelajaran di kelas.

(e) Sumber belajar yang dipilih dan dipergunakan guru dalam kegiatan pembelajaran.

2). Mengobservasi aktivitas siswa yaitu mengamati :

(a) Keseriusan siswa mengikuti kegaitan belajar mengajar

(b) Keaktifan dalam menjawab pertanyaan guru dan/ataumengajukan pertanyaan.

(c) Keterlibatan atau keaktifan siswa dalam diskusi atau kerja kelompok (KEJARKOP).

4. Refleksi

Ada dua hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibuat terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya sudah mengedepankan model Card Sort dengan menggunakan metode penugasan? 2) Apakah proses pelaksanaan pembelajarannya juga sudah menerapkan model Card Sort dengan menggunakan metode penugasan serta bagaimana hasilnya?.

B. Siklus 2

1. Perencanaan

Seperti halnya pada siklus 1, perencanaan yang dilakukan pada siklus ini adalah membuat:

a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi, media dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL dengan metode diskusi. RPP ini berkaitan denga nbahan ajar ”Hak Asasi Manusia” dan ”Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat” pada siswa kelas VII SMP.

(36)

c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.

Sedangkan pada kelas VIIA dan VIIB yang menggunakan model konvensional rencana tindakan berupa:

a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi, media dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran dengan model konvensional namun tetap berorientasi pada pendekatan CTL.

c. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.

c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanan Tindakan pada siklus Ke-2 ini menerapkan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok (atau menggunakan kelompok yang telah ada)

b) Setiap kelompok diberikan kartu soal,kartu jawaban dan lembaran beberan (Lembaran beberan bisa sekaligus sebagai kartu soal). Apabila menggunakan kartu soal, kartu jawaban dan beberan yang telah dibuat oleh siswa, maka pembagiannya secara acak misalnya hasil kerja siswa kelompok A diberikan pada kelompok B atau lainnya. Jangan lupa kartu jawabannya pun telah diacak.

c) Setiap kelompok diberikan tugas untuk memilih kartu jawaban dan menempatkannya sesuai dengan kartu soal atau lembaran beberan.

d) Setiap kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompoknya

e) Kelompok lain diberikan kesempatan untuk menanggapi, memberikan pertanyaan atau saran.

3. Pengamatan

Sebagaimana halnya pada siklus 1, kegiatan pengamatan dilakukan mitra peneliti dengan mengadakan pemantauan kegiatan proses belajar mengajar yang ditampilkan oleh guru (peneliti). Monitoring ini dibantu dengan instrumen

(37)

penelitian berupa lembar observasi yang telah disiapkan. Aktivitas yang diamati bukan hanya aktivitas guru, tetapi juga aktivitas siswa.

4. Refleksi

Fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibuat terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya sudah mengedepankan model Card Sort dengan menggunakan metode diskusi? 2) Apakah proses pelaksanaan pembelajarannya juga sudah menerapkan model Card Sort dengan menggunakan metode diskusi serta bagaimana hasilnya?.

C. Siklus 3

1. Perencanaan

Seperti halnya pada siklus 2, perencanaan yang dilakukan pada siklus 3 ini adalah membuat:

a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi, media dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL dengan metode kuis. RPP ini berkaitan denga nbahan ajar ”Hak Asasi Manusia” dan ”Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat” pada siswa kelas VII SMP.

b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.

c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.

Sedangkan pada kelas VIIA dan VIIB yang menggunakan model konvensional rencana tindakan berupa:

a. Mempersiapkan rencana pembelajaran yang memuat materi, media dan langkah-langkah (skenario) kegiatan pembelajaran dengan model konvensional namun tetap berorientasi pada pendekatan CTL.

d. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.

(38)

2. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanan Tindakan pada siklus Ke-2 ini menerapkan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

a) Bagi siswa dalam beberapa kelompok atau guna kelompok yang telah ada b) Panjangkan lembaran beberan (yang berisi kartu soal) pada tempat tertentu.

(Misalnya pada papan tulis)

c) Simpan kartu jawaban yang telah diacak pada tempat tertentu pula.

d) Minta perwakilan kelompok bergiliran (satu-satu orang) untuk tampil, caranya dengan mengambil kartu jawaban yang cocok dengan pertanyaan yang diberikan guru (petugas) dan menempatkannya pada papan beberan. Siswa yang paling cepat dan benar (kartu jawabannya cocok dengan pertanyaan), dialah atau kelompok tsb yang mendapat nilai.

e) Siswa yang belum tampil bertugas memberikan dukungan (sporter)

3. Pengamatan

Pada tahap ini, mitra peneliti melakukan aktivitas guru dan aktivitas siswa. Kegiatan ini dibantu dengan instrumen penelitian berupa lembar observasi yang telah disiapkan.

4. Refleksi

Fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibuat terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya sudah mengedepankan model Card Sort dengan menggunakan metode kuis? 2) Apakah proses pelaksanaan pembelajarannya juga sudah menerapkan model Card Sort dengan menggunakan metode kuis serta bagaimana hasilnya?.

D. Siklus 4

1. Perencanaan

Seperti halnya pada siklus 3, perencanaan yang dilakukan pada siklus 4 ini adalah membuat:

(39)

model pembelajaran Card Sort berbasis pendekatan CTL dengan metode simulasi atau permainan. RPP ini berkaitan denga nbahan ajar ”Hak Asasi Manusia” dan ”Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat” pada siswa kelas VII SMP.

b. Mempersiapkan instrumen penilaian untuk melihat hasil belajar siswa dalam mengikuti pelajaran.

c. Menyiapkan lembaran observasi atau pengamatan.

Sedangkan pada kelas VIIA dan VIIB yang menggunakan model konvensional rencana tindakan dilakukan sama seperti pada siklus-siklus sebelumnya.

2. Pelaksanaan Tindakan

Langkah-langkah pembelajaran pada siklus ini adalah sebagai berikut:

a) Bagi siswa dalam beberapa kelompok atau gunakan kelompok yang telah ada

b) Setiap kelompok diberikan lembaran beberan yang di dalamnya terdapat kartu soal, dan berikan pula kartu jawaban yang telah di acak.

c) Panjangan kartu beberan pada meja masing-masing kelompok.

d) Minta beberapa siswa secara bergiliran (misalnya 4 orang) atau dapat juga seluruh siswa untuk bermain dengan cara:

1) Kocok kartu jawaban yang dimiliki tiap-tiap kelompok. 2) Bagikan kepada siswa yang mau bermain sampai habis.

3) Lemparkan atau tempatkan kartu jawaban pada kartu soal yang ada pada lembaran beberan secara bergiliran searah jarum jam di awali dari soal yang diberi nomor 1

4) Bagi siswa yang mendapat giliran mencari kartu jawaban untuk soal tertentu namun tidak memilikinya, ia menyatakan tidak ada dan mengatakan ”lanjut”.

5) Apabila salah satu siswa telah menghabiskan kartu jawaban yang ada ditangannya, siswa tersebut dinyatakan menang dan siswa yang kartu  jawabannya di tangannya masih paling banyak dikenai hukuman mengocok kartu kembali (atau hukuman tambahan misalnya bernyanyi).

(40)

6) Demikian seterusnya (Catatan: kecocokan jawaban yang dilemparkan siswa pada lembaran beberan akan dinilai oleh seluruh siswa pada kelompok yang bersangkutan, apabila tidak cocok harus diambil kembali dan menyatakan lewat. Guru dapat membantu apabila terjadi perselisihan pendapat)

3. Pengamatan

Pada tahap ini, mitra peneliti mengadakan pengamatan berkaitan dengan aktivitas guru (peneliti) dan siswa. Kegiatan pengamatan ini dibantu dengan instrumen obeservasi yang telah dibuat dalam tahap perencanaan.

4. Refleksi

Ada dua hal yang menjadi fokus refleksi pada siklus ini, yakni 1) Apakah RPP yang dibuat terutama dilihat dari skenario atau langkah-langkah pembelajarannya sudah mengedepankan model Card Sort dengan menggunakan metode penugasan? 2) Apakah proses pelaksanaan pembelajarannya juga sudah menerapkan model Card Sort dengan menggunakan metode penugasan serta bagaimana hasilnya?.

D. Pembahasan

Penerapan model pembelajaran Card Sort dalam penelitian ini diterapkan oleh peneliti pada siswa kelas VIIC Semester 2 di SMPN 1 Cadasari, yakni pada materi pembelajaran PKn ”Hak Asasi Manusia” dan ”Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat”. Sedangkan kelas VIIA dan VIIB untuk materi yang sama penulis menggunakan model konvensional dengan metode yang hampir sama, yakni penugasan, diskusi dan kuis namun tidak menggunakan model Card Sort. Untuk lebih jelas, perhatikan tabel perbandingan pola tindakan PBM/KBM antara kelas VIIC sebagai kelas model dengan kelas VIIA dan VIIB sebagai kelas pembanding.

Referensi

Dokumen terkait

Jelasnya perubahan iklim telah berlaku sejak dulu lagi, dan peningkatan suhu sejak 10, 000 tahun yang lalu (Shepard 1963; Jelgersma 1966; Kidson & Heyworth

Potensi batuan yang terdapat di Provinsi Jawa Timur diantaranya trass, marmer, andesit, tanah liat, tanah urug, opal, kalsedon, diorit, pasir, sirtu, gamping, onyx, toseki,

Sebagai salah satu jalur pendidikan formal, keberadaan Madrasah pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebisingan lalu lintas heterogen di Kota Makassar dan memprediksi kebisingan yang dihasilkan oleh lalu lintas heterogen

Penelitian ini menggunakan metode pengembangan Research and Development (RnD) yang mengacu pada model pengembangan Borg dan Gall. Langkah-langkah yang digunakan

Kelas eksperimen memiliki sikap kreatif yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dengan kriteria “cukup” yang dapat dilihat dari rata-rata nilai siswa disetiap

Sifat listrik yang telah diuji dalam penelitian ini yaitu mengkarakteristisasi kapasitansi, loss coefficient, impedansi, konduktansi dengan frekuensi 50 Hz sampai

NaHCO 3 proses pembuatannya sama dengan proses pembuatan natrium karbonat (Na 2 CO 3 ) yaitu melalui proses solvay.Natrium bikarbonat merupakan garam yang dapat digunakan