• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nurmida Catherine Sitompul Universitas PGRI Adi Buana Program Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Nurmida Catherine Sitompul Universitas PGRI Adi Buana Program Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK PERILAKU KOMUNIKASI NONVERBAL GURU PESERTA PROGRAM PROFESI KEGURUAN SEKOLAH DASAR (PPGSD)

PADA PRAKTEK MENGAJAR DI LABORATORIUM MICROTEACHING

Nurmida Catherine Sitompul Universitas PGRI Adi Buana

Program Pascasarjana Program Studi Teknologi Pendidikan E-mail : catherine_sitompul@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik perilaku komunikasi nonverbal guru peserta PPGSD di laboratorium microteaching. Penelitian ini mengunakan rancangan penelitian deskriptif. Aspek perilaku komunikasi nonverbal yang dikaji adalah bahasa tubuh yang digunakan oleh para guru pada interaksi tatap muka di Lab. Microteaching. Subyek penelitian adalah guru peserta PPGSD UNIPA tahun 2011 sebanyak 58 orang. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Guru cenderung menggunakan jari telunjuk (menunjuk) pada saat mempersilakan siswa, memberi instruksi dan menunjuk obyek dan memanggil siswa; 2) Guru menganggukan kepala untuk menyatakan persetujuan atas pendapat siswa, kegembiraannya atas keberhasilan siswa, serta menyatakan pujian kepada siswa. Menggelengkan kepala dan memalingkan wajah digunakan guru untuk menyatakan ketidaksetujuan, 3) Guru memperlihatkan kontak mata yang sama yaitu mengarahkan pandangan ke seluruh kelas (tiap-tiap siswa) pada saat membuka dan mengakhiri pembelajaran; 4) Guru memperlihatkan ekspresi wajah normal dalam semua momen pesan, dan 5) Posisi berdiri membelakangi siswa, di samping kiri papan tulis serta di samping kanan papan tulis dipergunakan guru terjadi saat guru menulis di papan. Gerakan badan yang dinamis, dan kaku tampak saat guru menyajikan materi pada pembelajaran tatap muka. Penelitian pada konteks di kelas sangat diharapkan sebagai kelanjutan penelitian ini.

Kata kunci : body language, nonverbal immediacy, laboratorium microteaching

PENDAHULUAN

Perilaku nonverbal telah menjadi fokus dari sejumlah penelitian di bidang komunikasi dan ilmu perilaku manusia (Ugurel, 2010:3), juga termasuk penelitian di dalam kelas pembelajaran (classroom). Studi lanjutan diperlukan untuk memberikan pemaham yang lebih luas lagi tentang hubungan motivasi pelajar dengan bagaimana motivasi tersebut diekspresikan, dan bagaimana motivasi pelajar dalam praktek pembelajaran (Stefanou, Perencevich, DiCintio dan Turner dalam Velez, 2012). Lebih lanjut dinyatakan bahwa bahwa “what teachers do and say can have powerful and pervasive effects on students’ intentions for learning, subsequent learning behaviors, and academic engagement”. Sehingga faktor komunikasi menjadi sangat penting dalam proses pembelajaran karena aktivitas pembelajaran pada dasarnya adalah bersifat interaktif, dan juga didasarkan pada rasionel bahwa komunikasi yang

(2)

dikelola dan dikembangkan secara baik, dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan (Muhadjir, 1991; Sadiman., et al, 1993).

Seorang guru memerlukan communication skill untuk memampukannya mengelola berbagai interaksi yang terjadi selama proses pembelajaran. Tetapi pentingnya faktor komunikasi dalam proses pembelajaran tidak menjadikan faktor ini mendapat perhatian yang penting pula, tetapi justru sering diabaikan serta sebagian besar keputusan yang berkenaan dengan aspek komunikasi diserahkan kepada guru itu sendiri (Valencic, McCroskey, & Richmond: 2005a). Pada kondisi seperti ini cara guru berkomunikasi tidak dipertimbangkan sebagai faktor yang turut berperan dalam proses pembelajaran siswa. Kondisi ini tidak sesuai dengan hakekat bahwa kegiatan pembelajaran di dalam kelas merupakan aktivitas yang bersifat interaktif. Dan hal ini telah dinyatakan oleh Albert Mehrabian (dalam Pease, 1987) menjelaskan bahwa dalam interaksi manusia hanya 7% saja yang dilakukan melalui pesan verbal, 38% melalui nada suara dan bunyi-bunyian, dan 55% melalui pesan nonverbal.

Mengingat akan pentingnya komunikasi ini, sejumlah pakar berpendapat bahwa komunikasi dalam bentuk simbol-simbol nonverbal dapat digunakan sebagai sarana untuk berinteraksi, dan bahkan dalam konteks tertentu, pesan nonverbal dapat digunakan sebagai pengganti pesan verbal (Argyle, 1973; Ekman dan Freisen, 1975; Birdwhistell, 1985; Richmond., et al, 1991; Pease, 1996). Dilihat dari aspek fungsional Oliva (1985) berpendapat perilaku komunikasi nonverbal merupakan suatu ketrampilan yang dapat digunakan sebagai strategi penyajian pelajaran. Artinya, penyajian materi melalui penggunaan keterampilan komunikasi nonverbal sangat berguna sebagai saluran pesan yang berfungsi untuk mempertegas pesan pembelajaran yang hendak disampaikan.

Sejumlah hasil penelitian menunjukkan pentingnya perilaku komunikasi nonverbal guru dalam proses pembelajaran. Babad, Bernieri & Rosenthal (1991) menemukan bahwa siswa dapat mengenal dengan sangat baik perilaku komunikasi verbal maupun nonverbal guru, sehingga siswa dikatakan sebagai keen observer. Sejak awal guru masuk ke kelas para siswa telah menaruh perhatian pada bagian wajah guru (Sitompul, 2009). Sementara penelitian yang dilakukan oleh Thweatt & McCroskey (1998) menemukan bahwa perilaku komunikasi nonverbal guru dapat mempengaruhi persepsi siswa dalam memberikan penilaian terhadap kredibilitas guru. Penelititian Chesebro & McCroskey (1998) menunjukkan hubungan perilaku

(3)

komunikasi nonverbal imidiasi guru dengan afeksi siswa yang positif baik terhadap mata pelajaran (subject matter) maupun terhadap guru. Penelitian tersebut melaporkan bahwa bila siswa diajar dengan teacher immediacy maka siswa lebih termotivasi untuk belajar dan guru imidiasi tersebut dinilai menggunakan teknik-teknik yang prososial dalam mengajar, sedangkan guru yang tidak menunjukkan perilaku imidiasi dinilai sebagai seorang yang tidak berkelakuan baik (misbehavior). Penelitian-penelitian yang lain membuktikan bahwa perilaku komunikasi nv guru memberikan dampak langsung (direct impact) tidak hanya terhadap hasil pembelajaran (instructional outcomes) dari aspek hasil belajar afektif (affective learning) tetapi juga hasil belajar kognitif (cognitive learning) (Richmond dkk, 1987; McCroskey dkk, 1996; Chesebro & McCroskey, 2000; Richmond dkk, 2003; Albers, 2004). Dengan demikian perilaku komunikasi nonverbal secara tidak langsung memberikan konstribusi untuk meningkatkan hasil belajar kognitif (cognitive learning) dengan cara meningkatkan keterlibatan (involved in academic tasks) siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Pentingnya peran komunikasi nonverbal dalam pembelajaran tampaknya belum banyak diteliti pada konteks guru di Indonesia dan secarfa umum masih sangat langkanya penelitian mengenai komunikasi nonverbal. Disini peneliti melihat urgensi penelitian ini untuk dilakukan mulai dari penelitian yang sangat dasar. Masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apa karakteristik bahasa tubuh yang digunakan guru peserta PPGSD pada saat menyampaikan pesan pembelajaran di laboratorium microteaching?

Definisi operasional dari perilaku komunikasi nonverbal yang dipakai dalam penelitian ini adalah suatu bentuk komunikasi manusia dimana kegiatan penyampaian pesan dilakukan melalui penggunaan berbagai simbol nonverbal seperti perilaku nonverbal, simbol-simbol budaya, simbol-simbol sosial, serta simbol-simbol keagamaan. Pada penelitian ini simbol nonverbal yang diteliti adalah bahasa tubuh, yaitu yang dipergunakan dalam mengajar di laboratorium microteaching. Sedangkan Pemetaaan variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:

(4)

Tabel 1 Pemetaan Variabel Penelitian

KONSEP VARIABEL INDIKATOR

Perilaku Komunikasi Nonverbal

Ciri perilaku bahasa tubuh

1. Isyarat tangan 2. Gerakan kepala 3. Kontak mata 4. Ekspresi wajah

5. Posisi dan gerakan badan

METODE PENELITIAN

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa tubuh yang dipakai oleh peserta PPGSD pada saat praktek mengajar di Lab. Microteaching UNIPA Surabaya. Subyek penelitian adalah para guru peserta PPGSD UNIPA Surabaya Kouta 2011 yang mengikuti praktek mengajar di Lab., yaitu sebanyak 59 orang. Data yang diamati merupakan hasil rekaman praktek mengajar di Lab.Microteaching bulan Januari Tahun 2012. Ada 1 rekaman yang tidak dapat diakses sehingga jumlah rekaman yang di pakai dalam penelitianini adalah 58.

Data dijaring dengan menggunakan teknik observasi dan daftar cek list yang diadaptasi dari angket yang disusun oleh Maniyeni (1996). Aspek bahasa tubuh yaitu sebanyak 5 indikator yaitu: 1) Isyarat tangan, 2) Gerakan kepala, 3) Kontak Mata, 4) Eskpresi wajah, dan 5) Posisi dan gerakan badan, yang secara rinci dapat dilihat pada Tabel 2. Data-data yang telah dikumpulkan pada lembar pengamatan kemudian dianalisis dengan menggunakan teknik perhitungan persentase tentang karakteristik bahasa tubuh guru peserta PPGSD.

Tabel 2 Kisi-Kisi Penyusunan Instrumen

KONSEP VARIABEL INDIKATOR INDIKATOR

IMPIRIK Perilaku Komunikasi Nonverbal Ciri perilaku bahasa tubuh 1.Isyarat tangan Mempersilahkan, memberi instruksi, menunjuk obyek/ jarak, memanggil, menyatakan besaran obyek, persetujuan, ketidaksetujuan, mengalihkan perhatian, menghitung, memuji 2.Gerakan kepala Menyatakan: persetujuan, ketidak-setujuan, gembira, kekesalan

(5)

3.Kontak mata Saat membuka pelajaran, berdialog, mengajukan pertanyaan, mengakhiri pembelajaran 4.Ekspresi wajah

Normal, serius, marah, surprise, gembira, gugup, angker, takut

5.Posisi dan gerakan badan

Saat menulis, berdialog, membaca di papan tulis.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Penelitian

Hasil penelitian merupakan deskripsi profil perilaku bahasa tubuh guru peserta PPGSD UNIPA Surabaya pada saat pembelajaran tatap muka di Lab.Microteaching. Data disajikan dengan menggunakan teknik tabulasi, dimana setiap tabel mencerminkan profil data variabel, sub variabel dan indikator empirik, yang diwakili oleh sejumlah item. Setiap item berisi sejumlah opsi bahasa tubuh yang ditunjukkan oleh subyek ketika mengajar, dimana setiap opsi memiliki skor dengan tingkat persentasi tertentu yang menggambarkan kecenderungan bahasa tubuh yang digunakan oleh subyek. Variabel komunikasi nonverbal yang diamati dalam penelitian ini adalah bahasa tubuh, yang dikategorikan ke dalam 5 sub variabel yaitu: (1) isyarat tangan, (2) gerakan kepala, (3) kontak mata, (4) ekspresi wajah, dan (5) posisi badan.

Profil bahasa tubuh guru peserta PPGSD adalah sebagai berikut:

Karakteristik Isyarat Tangan Guru Peserta PPGSD

Data profil isyarat tangan guru yang diobservasi adalah isyarat tangan yang biasanya digunakan ketika mempersilahkan siswa, memberi instruksi, menunjuk obyek atau jarak, memanggil siswa, menyatakan besaran sebuah obyek, menyatakan persetujuan, menyatakan ketidak-setujuan, mengalihkan perhatian, menghitung, serta memuji keberhasilan siswa. Analisis data menunjukkan kecederungan gerakan isyarat tangan guru peserta PPGSD sebagai berikut:

1) 46,6% guru mempersilahkan siswa dengan menggunakan jari telunjuk (menunjuk), 24,1% mempersilahkan dengan cara membuka telapak tangan, sedang sebesar 27,6 tanpa menggunakan isyarat tangan.

(6)

2) 87,9% guru memberi instruksi kepada siswa dengan menggunakan jari telunjuk (menunjuk), sedangkan 8,6% mempersilakan dengan menggunakan telapak tangan.

3) 87,9% guru menunjuk obyek dengan menggunakan jari telunjuk (menunjuk) sedangkan 6,9% dengan menggunakan telapak tangan.

4) 62,1% guru memanggil siswa dengan menggunakan jari telunjuk, 20,7% dengan cara menggapai (telapak tangan ke atas), sedangkan 10,3% dengan cara menggapai (telapak tangan ke bawah).

5) 20,7% guru menyatakan besaran obyek dengan cara membentuk ukuran obyek dengan jari, dan 32,8% lainnya dengan cara membentuk ukuran obyek dengan lengan, sedangkan sebesar 46,6% tidak menggunakan isyarat tangan.

6) 43,1% guru menyatakan persetujuan dengan cara menggunakan tanda jempol sedangkan 56,9% tidak menggunakan isyarat tangan.

7) untuk menyatakan ketidaksetujuan, ada 10,3% guru menyatakannya dengan cara menggerakkan telunjuk ke kiri ke kanan sedangkan 89,67% lainnya tidak menggunakan isyarat tangan.

8) 77,6% guru mengalihkan perhatian siswa tanpa menggunakan isyarat tangan, 19% dan sisanya dengan cara menepukkan tangan sedangkan 1,7% mengetuk papan atau meja dengan tangan, dan 1,7% mengetuk papan atau meja dengan spidol.

9) saat menghitung, 20,7% guru dari ibu jari (jempol), 32,8 % menghitung mulai dari kelingking, 15,5% menghitung mulai dari jari telunjuk, dan 31,0% lainnya menghitung tanpa menggunakan isyarat tangan.

10) Setengah dari guru (50%) tanda jempol untuk memuji keberhasilan yang dicapai siswa, 1,7% memuji keberhasilan dengan menggunakan tanda V dan 3,5% memuji keberhasilan dengan tepuk tangan (lainnya), sedangkan 45% guru tidak menggunakan isyarat tangan untuk memuji keberhasilan siswa atau guru memberikan pujian dengan kata-kata (secara verbal) seperti: ‘bagus’, ‘hebat’, ‘pintar.’

Karakteristik Gerakan Kepala Guru Peserta PPGSD

Karakteristik gerakan kepala guru peserta PPGSD yang diamati adalah meliputi gerakan kepala yang dipergunakan oleh guru dalam menyatakan persetujuan, menyatakan ketidaksetujuan, menyatakaan kegembiraan, serta menyatakan

(7)

pujian. Analisis data memperlihatkan kecederungan gerakan kepala guru peserta PPGSD sebagai berikut:

1) Hampir seluruh guru (93,1%) menyatakan persetujuan atas pendapat siswa dengan cara menganggukan kepala dan lainnya (6,9%) tanpa menggunakan gerakan kepala.

2) Sebagian besar guru (87,5%) menyatakan ketidaksetujuan atas pendapat siswa tanpa menggunakan gerakan kepala, 19% menyatakan ketidaksetujuan atas pendapat siswa dengan cara menggelengkan kepala, 5% menyatakan ketidaksetujuan atas pendapat siswa dengan cara mengganggukkan kepala.

3) 79,3% guru menyatakan kegembiraannya atas keberhasilan siswa dengan cara menganggukan kepala dan lainnya sebesar 20,7% tanpa menggunakan gerakan kepala.

4) Sebagian besar guru (60,3%) menyatakan pujian kepada siswa dengan cara menganggukan kepala dan lainnya (22,4%) tanpa menggunakan gerakan kepala.

Karakteristik Kontak Mata Guru Peserta PPGSD

Aspek-aspek kontak mata yang amati terdiri dari: kontak mata saatmembuka pembelajaran, berdialog, mengajukan pertanyaan, serta mengakhiri pembelajaran. Analisis data menunjukkan kecederungan kontak mata guru peserta PPGSD sebagai berikut:

1) 58, 6% guru memandang ke seluruh kelas saat membuka pembelajaran, 31% memandang secara terfokus (tanda ∆), sedang 8,6% menghindari kontak mata dengan para siswa.

2) saat berdialog dengan siswa, 87,9% guru memandang secara terfokus (tanda ∆), sedangkan 10,3% menghindari kontak mata dan 1,7% beralih pandangan.

3) saat mengajukan pertanyaan kepada siswa tertentu, 63,3% guru memandang siswa secara terfokus sedangkan 36,4% lainnya menghindari kontak mata.

4) seluruh (100%) responden memandang ke seluruh kelas saat mengakhiri pelajaran.

Karakteristik Ekspresi Wajah Guru Peserta PPGSD

Aspek ekspresi wajah yang disajikan meliputi, ekspresi wajah normal, serius, gembira, surprise, marah, serta gugup. Indikator ekspresi wajah ini, dihubungkan

(8)

dengan saat menyampaikan materi, menyatakan persetujuan, ketidak setujuan, merepons kesalahan siswa, serta merespons keberhasilan siswa. Analisis data menunjukkan kencederungan ekspresi wajah guru peserta PPGSD UNIPA sebagai berikut:

1) 72,4% guru menunjukkan ekspresi wajah normal saat menyampaikan materi pelajaran, 13,8% memperlihatkan ekspresi wajah serius, 10,3% memperlihatkan ekspresi wajah gembira, 3,45% memperlihatkan ekspresi wajah gugup.

2) 65,5% guru menunjukkan ekspresi wajah normal jika me-nyatakan persetujuan atas pendapat siswa, 22,4% menunjukkan ekspresi wajah gembira, sedangkan 12,1% lainnya memperlihatkan ekspresi wajah serius.

3) 81 % guru memperlihatkan ekspresi wajah normal ketika menyatakan ketidaksetujuan atas pendapat siswa, 17,2% lainnya menunjukkan ekspresi wajah serius, dan 1,7% guru memperlihatkan ekspresi wajah gembira.

4) 77,6% guru memperlihatkan ekspresi wajah normal saat menanggapi kesalahan yang dilakukan siswa, sementara 19% selebihnya memperlihatkan ekspresi wajah serius dan 1,7% memperlihatkan wajah gembira.

5) 55,2% guru memperlihatkan ekspresi wajah gembira normal saat menanggapi keberhasilan siswa, 34,5% menunjukkan ekspresi wajah normal, 6,9% memperlihatkan ekspresi wajah serius dan 4,5% memperlihatkan ekspresi wajah surprise.

Karakteristik Posisi Badan Guru Peserta PPGSD

Posisi badan guru yang umumnya dipakai dalam pembelajaran tatap muka yaitu menghadap, membelakangi, berada di samping kanan, di samping kiri, sedangkan gerakan badan mengacu pada gerakan badan yang dinamis atau luwes, gerakan yang kaku dan gerakan yang kacau. Posisi dan gerakan badan dimaksud berhubungan dengan situasi dimana dosen sedang menyampaikan materi pelajaran, berdialog dan saat menulis di papan tulis. Analisis data memperlihatkan kencederungan posisi badan guru peserta PPGSD UNIPA sebagai berikut:

1) 100% guru berdiri pada posisi berhadap-hadapan dengan siswa saat menyampaikan materi pelajaran.

(9)

2) saat menulis dipapan tulis 69,4% guru cenderung berdiri membelakangi siswa, 24% lainnya berdiri di samping kiri papan tulis dan 6,8% berdiri di samping kanan papan tulis.

3) Hampir seluruh guru (96,7%) menunjukkan gerakan badan yang dinamis saat menyajikan materi pelajaran dalam keadaan berdiri, sedangkan 3,3% lainnya memperlihatkan gerakan badan yang kaku.

Pembahasan

Karakteristik Bahasa Tubuh Guru Peserta PPGSD

Pembahasan hasil penelitian berdasarkan perilaku komunikasi nonverbal guru peserta PPGSD yang terdiri atas variabel bahasa tubuh yang membawahi 5 sub variabel: (1) isyarat tangan; (2) gerakan kepala; (3) kontak mata; (4) ekspresi wajah;dan (5) posisi dan gerakan badan yang biasanya digunakan guru dalam pembelajaran tatap muka.

Karakteristik Isyarat Tangan

Temuan penelitian menunjukkan bahwa karakterstik isyarat tangan yang digunakan guru peserta PPGSD untuk menyampaikan pesan adalah sebagai berikut: 1) Ada 2 cara yang dipergunakan oleh guru untuk mempersilahkan siswa, yaitu jari

telunjuk (menunjuk), dan dengan cara membuka telapak tangan.

2) Guru memberi instruksi kepada siswa dan menunjuk obyek dengan menggunakan jari telunjuk (menunjuk).

3) Ada 3 cara yang dipakai oleh guru untuk memanggil siswa yaitu: lebih dari setengah guru memanggil siswa dengan menggunakan jari telunjuk, sedangkan yang lainnya dengan cara menggapai (telapak tangan ke atas), atau dengan cara menggapai (telapak tangan ke bawah).

4) Jumlah guru yang menyatakan persetujuan dengan menggunakan isyatat tangan dan yang tidak menggunakan bahasa tubuh hampir sama. Isyarat tangan untuk menyatakan persetujuan dengan cara menggunakan tanda jempol

5) sebagai titik awal menghitung isyarat tangan yang dipergunakan oleh guru yaitu dari ibu jari (jempol), menghitung mulai dari kelingking, serta menghitung mulai dari jari telunjuk.

6) Setengah dari guru tanda jempol untuk memuji keberhasilan yang dicapai siswa dan hampir setengahnya tidak menggunakan isyarat tangan untuk memuji

(10)

keberhasilan siswa atau guru memberikan pujian dengan kata-kata (secara verbal) seperti: ‘bagus’, ‘hebat’, ‘pintar.’

Karakteristik Gerakan Kepala

Terdapat dua karakteristik umum gerakan kepala guru peserta PPGSD yang menjadi temuan penelitian yaitu:

1) Guru menganggukan kepala untuk menyatakan persetujuan atas pendapat siswa, kegembiraannya atas keberhasilan siswa, serta menyatakan pujian kepada siswa. 2) menggelengkan kepala dan memalingkan wajah digunakan guru untuk

menyatakan ketidaksetujuan.

Karakteristik Kontak Mata

Temuan penelitian memperlihatkan adanya dua ciri umum kontak mata guru peserta PPGSD sebagai berikut:

1) mengarahkan pandangan ke seluruh kelas (tiap-tiap siswa) digunakan guru saat membuka perbelajaran serta saat mengakhiri pembelajaran, namun ada juga guru yang menghindari kontak mata dengan para siswa ketika membuka pembelajaran.

2) memandang secara terfokus (tanda ∆ pada sekitar daerah wajah) digunakan guru saat melakukan dialog maupun mengajukan pertanyaan tertentu kepada siswa, namun ada juga guru yang menghindari kontak mata pada kedua momen pesan tersebut.

Karakteristik Ekspresi Wajah Guru Peserta PPGSD

Temuan penelitian memperlihatkan adanya dua ciri umum ekspresi wajah guru peserta PPGSD sebagai berikut:

1) ekspresi wajah normal yang diperlihatkan guru tampak dalam semua momen pesan.

2) ekspresi wajah serius, ekspresi wajah gembira, serta ekspresi wajah gugupmenyajikan materi pelajaran.

3) ekspresi wajah serius terlihat pada menyajikan materi pelajaran, menyatakan persetujuan atas pendapat siswa, menyatakan ketidaksetujuan atas pendapat siswa, menanggapi kesalahan yang dilakukan siswa.

(11)

5) ekspresi wajah gembira terlihat pada saat guru menyatakan ketidaksetujuan atas pendapat siswa.

Karakteristik Posisi Badan Guru Peserta PPGSD

Dari hasil penelitian ditemukan adanya tiga ciri posisi badan dan tiga ciri gerakan badan Guru Peserta PPGSD saat perkuliahan tatap muka. Posisi dan gerakan badan guru meliputi:

1) posisiberhadap-hadapan dengan siswa digunakan guru menyampaikan materi pembelajaran dalam keadaan berdiri.

2) posisi berdiri membelakangi siswa,di samping kiri papan tulis serta di samping kanan papan tulis dipergunakan guru terjadi saat guru menulis di papan.

3) Gerakan badan yang dinamis, dan kaku tampak saat guru menyajikan materi pada pembelajaran tatap muka.

Berdasarkan temuan mengenai karakteristik bahasa tubuh guru yang telah diuraikan di atas maka ditemukan beberapa ciri umum bahasa tubuh guru yang dipandang dapat berpengaruh terhadap efektifitas komunikasi pembelajaran sebagai berikut:

1) Karakteristik Isyarat Tangan

Guru menggunakan dua atau lebih isyarat tangan yang berbeda untuk menyampaikan pesan yang sama. Hal ini dapat membingungkan siswa sebagai si penerima pesan. Masih banyak guru yang belum memanfaatkan isyarat tangan dalam menyampaikan pesan kepada siswa atau cenderung menggunakan bahasa verbal.

2) Karakteristik Gerakan Kepala

Karakteristik gerakan kepala menunjukkan adanya kesamaan pada semua guru yaitu menganggukan kepala untuk menyatakan persetujuan atas pendapat siswa, kegembiraan atas keberhasilan siswa serta menyatakan pujian kepada siswa. 3) Karakteristik Kontak Mata

Terdapat persamaan kontak mata ketika guru membuka dan mengakhiri pembelajaran yaitu guru memalingkan pandangan ke seluruh kelas (tiap-tiap siswa). Saat berdialog atau mengajukan pertanyaan kepada siswa masih ada guru yang menghindari kontak mata, tetapi jumlahnya sangat sedikit.

(12)

4) Karakteristik Ekspresi Wajah

Masih ada guru yang memperlihatkan ekspresi wajah guru ketika menyampaikan materi. Namun dalam konteks praktek mengajar untuk mendapatkan sertifikat profesi bisa saja ada guru yang menjadi gugup karena takut melakukan kesalahan.

5) Karakteristik Posisi Badan

Saat menulis di papan tulis masih banyak guru yang memperlihatkan posisi yang membelakangi siswa.

Bila ciri-ciri umum tubuh guru yang diperlihat oleh guru di atas di bahas secara teoritik, maka ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Guru menggunakan dua atau lebih isyarat tangan yang berbeda untuk menyampaikan pesan yang sama. Hal ini dapat membingungkan siswa sebagai si penerima pesan, tetapi hal ini dapat dihindari bila isyarat tangan tersebut digunakan bersamaan secara konsisten dengan bahasa verbal. Mempersilakan siswa dengan membuka telapak tangan lebih baik dari pada menunjukkan karena isyarat dengan menggunakan tangan telunjuk dapat dimaknai siswa sebagai “bawahan” sehingga hubungan antara siswa dan guru dalam kelas pembelajaran seperti hubungan pimpinan dengan bawahannya, padahal siswa adalah mitra belajar bukan bawahan (Babad, Barnieri dan Rosenthal, 1991). Selain itu cukup banyak guru yang belum memanfaatkan isyarat tangan dalam menyampaikan pesan kepada siswa atau lebih banyak menggunakan bahasa verbal. Hal ini terutama pada saat mengalihkan perhatian siswa, guru mengatakan: “perhatian anak-anak, perhatian anak”, atau “tolong diperhatian temannya,” dan biasanya dengan intonasi suara yang lebih tinggi dan keras dari biasanya. Bila siswa belum juga memberikan perhatian biasanya guru cenderung semakin meninggikan atau mengeraskan suaranya dan suasana kelas dapat berubah menjadi seperti’pasar’. Atau ketika memberikan pujian atas keberhasilan siswa masih banyak guru menyatakannya secara verbal seperti: ‘bagus’, ‘pintar’, atau ‘hebat’. Kata-kata pujian ini memang baik tetapi bila ditambah dengan isyarat jempol dapat memberikan penguatan yang dapat meningkatkan motivasi siswa.

Gerakan kepala yang diperlihat oleh para guru untuk menyatakan persetujuan atas pendapat siswa, kegembiraan atas keberhasilan siswa serta menyatakan pujian kepada siswa. Karakteristik gerakan kepalaa seperti ini adalah umum (Thomson, 1991). Dalam menggunakan kontak mata, masih ada guru yang menghindari kontak mata. Bila hal ini terjadi maka terkesan guru gugup dalam menyampaikan

(13)

pembelajaran. Guru yang terkesan gugup tentu akan mengurangi kredibilitasnya sebagai seorang pengajar. Guru harus belajar untuk kontak mata dengan para siswa satu-persatu, dengan memberikan jeda waktu selama 2-3 detik (Bender, 1996).

Secara umum ekspresi wajah yang diperlihatkan oleh guru adalah ekspresi wajah yang simpatik. Menurut Bender (1996) ekspresi wajah yang simpatik paling baik digunakan pada saat menyajikan materi termasuk apabila siswa menunjukkan perilaku yang kurang berkenan. Sedangkan mengenai posisi dan gerakan badan, masih banyak guru yang membelakangi siswa ketika menulis di papan tulis. Hal ini dapat menimbulkan rasa kurang simpatik dari siswa.

Waktu penyajian materi yang dilakukan guru di Lab. berdurasi 20 menit sehingga bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh para guru sangat terbatas. Namun demikian temuan dari penelitian ini menunjukkan adanya sejumlah karakteristik bahasa tubuh yang diperlihatkan oleh guru ketika berinteraksi dengan para siswa di Lab. Yaitu:

1. Guru memperlihatkan bahasa tubuh sebagai cara (saluran) untuk menyampaikan pesan.

2. Guru memperlihatkan bahasa tubuh yang sama dan ada yang berbeda untuk menyampaikan pesan yang sama.

3. Masih banyak guru yang belum menggunakan bahasa tubuh sebagai saluran penyampai pesan atau menggunakan bahasa verbal.

KESIMPULAN

Beberapa kesimpulan tentang karakteristik bahasa tubuh peserta PPGSD dapat disusun sebagai berikut:

1) Guru cenderung menggunakan jari telunjuk (menunjuk) pada saat mempersilakan siswa, memberi instruksi dan menunjuk obyek dan memanggil siswa. Isyarat tangan untuk menyatakan persetujuan dan memuji atas keberhasilan siswa dengan cara menggunakan tanda jempol. Masih banyak guru yang belum menggunakan isyarat tangan atau lebih banyak menggunakan bahasa verbal. 2) Guru menganggukkan kepala untuk menyatakan persetujuan atas pendapat

siswa, kegembiraannya atas keberhasilan siswa, serta menyatakan pujian kepada siswa. Menggelengkan kepala dan memalingkan wajah digunakan guru untuk menyatakan ketidaksetujuan.

(14)

3) Guru memperlihatkan kontak mata yang sama yaitu mengarahkan pandangan ke seluruh kelas (tiap-tiap siswa) pada saat membuka perbelajaran serta saat mengakhiri pembelajaran. Masih ada juga guru yang menghindari kontak mata dengan para siswa ketika membuka pembelajaran. Karakteristik yang sama juga ditemui pada saat guru saat melakukan dialog maupun mengajukan pertanyaan tertentu kepada siswa yaitu memandang secara terfokus (tanda ∆ pada sekitar daerah wajah), namun ada juga guru yang menghindari kontak mata pada kedua momen pesan tersebut.

4) Guru memperlihatkan ekspresi wajah normal dalam semua momen pesan. 5) Posisi berdiri membelakangi siswa,di samping kiri papan tulis serta di samping

kanan papan tulis dipergunakan guru terjadi saat guru menulis di papan. Gerakan badan yang dinamis, dan kaku tampak saat guru menyajikan materi pada pembelajaran tatap muka.

Mengingat penelitian ini dilakukan pada skala laboratorim maka perlu dilanjutkan penelitian pada situasi pembelajaran yang sebenarnya dan dengan menambah variabel-variabel lain yang secara teoritik memiliki keterkaitkan dengan perilaku komunikasi nonverbal khususnya dalam konteks pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Albers, D. L. 2004. Nonverbal Immediacy in the Classroom, (online),

(http://clearinghouse.missouriwestern.edu/manuscripts/236.asp, diakses 14 Maret

2006).

Babad, E. 1995. The “Teacher’s Pet” Phenomenon, Students’ Perceptions of Teachers’ Differential Behavior, and Students’ Morale. Journal of Educational Psychology, 87 (3): 361-374. Babad, E., Bernieri, F. & Rosenthal, R. 1991. Students as Judges of Teachers’ Verbal and

Nonverbal Behavior. American Educational Research Journal, 28(1): 211-234.

Birdwhistell, R.L. 1985. Kinesics and Context: Essays on Body Motion Communication. USA: University of Pennsylvania Publication.

Chesebro, J.L. & McCroskey, J.C. 1998. The Relationship of Teacher Clarity and Teacher Immediacy with Students’ Experiences of State Receiver Apprehension. Communication Quarterly, 46: 446-456

Chesebro, J.L. & McCroskey, J.C. 2001. The Relationship of Teacher Clarity and Immediacy with Student State Receiver Apprehension, Affect, and Cognitive Learning. Communication Education, 50 (1): 59-68.

Derlega, V.J. & Margulis, T. 1983. Loneliness and Intimate Communication. Dalam Perlman, D. and Chozby, P.C. (Eds.). Social Psychology. (hlm. 207-226). New York: Holt, Reinehart and Winston.

Ekman, P., Friesen, W. & O’Sullivan, M. 1988. Smile When Lying. Journal of Personality and Social Psychology, 54(3): 414-420.

Gazda, G. 1989. Group Counseling A Development Approach. 4th edition. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Januszewski, A. & Molenda, M. 2008. Educational Technology: A Definition with Commentary. New York: Lawrence Erlbaum Associates.

Kemp, J. E. & Dayton, D.K. 1985. Planning and Producing Instructional Media. New York: Harper and Row, Publishers.

(15)

Knapp, M.L. 1978. Interpersonal and Communication and Human Relationships. Boston: Allyn and Bacon, Inc.

Krendl, K.A., Ware, W.H., Reid, K.A. & Warren, R. 1996. Learning by Any Other Name: Communication Research Traditions in Learning and Media. Dalam Jonassen, D.H. (Ed.), Handbook of Research for Educational Communications and Technology (hlm. 93-111). New York: Simon & Schuster Macmillan.

McCroskey, J.C., Fayer, J.M., Richmond, V.P., Sallinen, A. & Barraclough, R.A. 1996. A Multi-cultural Examination of the Relationship between Nonverbal Immediacy and Affective Learning. Communication Quarterly, 44, 297-307.

McCroskey, J.C., Richmond, V.P., Sallinen, A., Fayer, J.M. & Barraclough, R.A. 1995. A Cross-cultural and Multi-Behavioral Analysis of the Relationship between Nonverbal Immediacy and Teacher Evaluation. Communication Education, 44, 281-290.

McCroskey, J.C., Sallinen, A., Fayer, J.M., Richmond, V.P., & Barraclough, R.A. 1996. Nonverbal Immediacy and Cognitive Learning: A Cross-cultural Investigation. Communication Education, 45: 200-211.

Miller, P.W. 2005. Body Language in the Classroom. Techniques, Nov/Dec 2005; 80, 8. ProQuest Education Journals pg. 28, (online), diakses 17 Oktober 2006.

Muhadjir, N. (1991). Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: Rake Sarasin. Oliva, P.F. 1984. Supervision for Today’s School. 2nd ed. New York: Longman.

Pease, A. 1987. Bahasa Tubuh: Bagaimana Membaca Pikiran Seseorang Melalui Gerak Isyarat. Jakarta: Penerbit Arcan.

Richmond, V.P., McCroskey, J.C. & Johnson, A.D. 2003. Development of the Nonverbal Immediacy Scale (NIS): Measures of Self- and Other-Reported Nonverbal Immediacy. Communication Quarterly, 51: 504-517.

Richmond, V.P., McCroskey, J.C., Kearney, P. & Plax, T.G. 1987. Power in the Classroom VII: Linking Behavior Alteration Techniques to Cognitive Learning. Communication Education, 36(1): 1-12.

Richmond, V.P., McCroskey, J.M. & Payne, S.K. 1991. Nonverbal Behavior in Interpersonal Relation. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Sadiman, A.S., Raharjo, R., Haryono, A.R. (1993) Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Schutz, W.C. 1971. Here Comes Every-Body. New York: Harper and Row, Publishers.

Seel, B.B. & Richey, R.C. 1994. Instructional Technology: The Definition and Domain of the Field. Washington DC: AECT.

Sitompul, Nurmida C. 2009. Perilaku Komunikasi Nonverbal Guru dalam Kelas Pembelajaran: Maknanya Bagi Pembelajaran Siswa Sekolah Menengah Atas. Disertasi, Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang.

Thomson, P. (1996). The Secrets of Communication. London: Simon & Schuster Ltd.

Thweatt, K.S. & McCroskey, J.C. 1998. The Impact of Teacher Immediacy and Misbehaviors on Teacher Credibility. Communication Education, 47 (348-358).

Tubbs, S.L. 1987. Human Comunication. New York: Random House.

Ugurel, Merih. 2010. Differences Between Teacher’s Nonverbal Communication In different Cultures. Theses, The University of Texas at Austin. (Online). (http://www.search.proquest.com diakses 10 Oktober 2014).

Valencic, K.M., McCroskey, J.C. & Richmond, V.P. 2005a. A Preliminary Test of a Theory of

Instructional Communication. (Online),

(http://www.JamesCMcCroskey.com/electronic/001.htm, diakses 27 Maret 2006).

Valencic, K.M., McCroskey, J.C., & Richmond, V.P. 2005b. The Relationship between Teachers’ Temperament and Students’ Perceptions of Teacher Communication Behavior. (Online),

(http://www.JamesMcCroskey.com/electronic/002.htm, diakses 27 Maret 2006).

Velez, Jonathan J. And cano, Jamie. 2012. Instuctor Verbal and Nonverbal Immediacy and the Realationship with Student Self-Efficacy and Task Value Motivation. Journal of Agricultural Education, 53 (2): 87-98.

Whiteside, R.L. 1996. Bahasa Wajah. Jakarta: Penerbit Arcan.

Wooten, A.G. & McCroskey, J.C. 1996. Student Trust of Teacher as a Function of Socio-Communicative Style of Teacher and Socio-Socio-Communicative Orientation of Student. Communication Research Reports, 13: 94-100.

Gambar

Tabel 1 Pemetaan Variabel Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Karyawan yang memiliki hubungan yang kurang baik dengan pemimpinnya akan menunjukkan kinerja yang rendah dan cenderung berkeinginan keluar dari pekerjaannya ( turnover

Pengembangan dan penerapan sistem pemanfaatan terpadu (conjunctive use) antara air permukaan dan air tanah akan digalakkan terutama untuk menciptakan sinergi dan

Dari hasil pengukuran bathimetri ini nanti bisa diketahui besarnya laju sedimentasi yang terjadi yang selanjutnya digunakan untuk memprediksi berapa sisa usia guna Waduk

Pada hari ini Selasa, tanggal 07 Juli 2015, pukul 09.00, di Ruang Seminar Fakultas Ilmu Terapan, dengan dihadiri oleh Peserta Sidang sebanyak 9 orang, telah dilaksanakan

Secara lebih spesifik tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini meliputi, (1) Mengidentifiksikan faktor-faktor yang menjadi daya tarik bagi wisatawan mancanegara

Agar bau wangi yang di hasilkan mampu memberi keriangan dan tetap sehat maka di perlukan ke hati - hatian dalam menentukan pengharum mobil yang enak, unik, yang tahan lama,

Sedangkan secara parsial masing-masing variabel independent memiliki pengaruh yang signifikan terhadap eating disorders .Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa

Nilai tambah dari produk olahan yang berupa kompos, limbah daun kering (pakan ternak), dan bibit (setek rizom) secara keseluruhan dapat menghasilkan