ILMU PENYAKIT DALAM
Dr. Muhamad Ibnu Sina
Tim UKMPPD FKU
1. Infeksi Tropis
2. Endokrin dan metabolik
3. Gastroentrohepatologi
4. Hematoimunologi
5. Ginjal hipertensi
6. Kardiologi
Demam Dengue
–
Tersangka
•Demam mendadak tinggi dengan 2 atau lebih manifesatsi di bawah ini:
– Sakit kepala
– Nyeri retro-orbita
– Mialgia
– Artralgia/ nyerin otot
– Ruam
– Manifestasi perdarahan (uji Tourniquet, petekie, epistaksis)
– Leukopeni
–
Terbukti
• Identifikasi virus dan atau serologi
–HI >1280 atau IgM/IgG serum konvalesen
Pada
KLB:
•Demam tinggi
•Tourniquet positif atau
petekie
•Leukopenia (<5000)
PPV 83%
Definisi Kasus Klinis
Demam Berdarah Dengue
Kriteria klinis Demam mendadak tinggi 2-7
hari Manifestasi perdarahan(min.tourniquet positif) Pembesaran hati Ganguan sirkulasi/syok Kriteria laboratorium Trombosit < 100.000 Hemokonsentrasi (kenaikan HT >20%) atau bukti kebocoran plasma lain<
seperti asites plei=ural efusi, penurunan serum
protein/albumin/kolesterol)
Definisi kasus
Dua kriteria klinis dan 2
kriteria lab:
Demam mendadak
tinggi 2-7 hari
Manifestasi
perdarahan (min.
positif tourniquet
test)
Trombosit < 100.000
Hemokonsentrasi
Malaria
Tata Laksana Malaria
•
Falciparum
–
Lini ke-1: artesunat + amodiakuin
–
Lini ke-2: kina + tetrasiklin/doksisiklin
•
Vivax/ovale
–
Lini ke-1: klorokuin + primakuin
–
Lini ke-2: kina + primakuin
•
Malaria berat
–
Lini ke-1: artemeter IM
Thypoid
•
Gejala khas pada typhoid
–
Stepwise fever pattern
pola demam dimana suhu akan
turun di pagi dan suhu semakin tinggi dari hari ke hari.
–
Minggu pertama: gejala gastrointestinal (nyeri perut,
konstipasi), batuk, sakit kepala.
–
Akhir minggu pertama: suhu masuk fase plateau (39-40
0C),
muncul rose spot (salmon-colored, blanching, truncal,
maculopapules)
–
Minggu kedua: gejala di atas meningkat, dapat ditemukan
splenomegali. Bradikardi relatif, dicrotic pulse (double beat,
the second beat weaker than the first)
–
Minggu ketiga:takipnue, distensi perut, diare hijau-kuning
(pea soup diarrhea), dapat masuk thypoid state(apatis,
confusion, psychosis), dapat terjadi perforasi usus dan
peritonitis
–
Minggu keempat: jika individu tersebut bertahan, gejala akan
•
Pemeriksaan tifoid: pada minggu
pertama dapat dilakukan
pemeriksaan tubex atau kultur
empedu dimana kuman
tersekuestrasi di empedu
•
Pada minggu kedua, mengalami
bakteremia sehingga dapat diperiksa
menggunakan widal
–
Hasil positif jika terjadi kenaikan titer 4x
Diagnosis hipertiroid
Penyakit Tiroid: Klasifikasi
• Pembesaran tiroid semata
– Defisiensi yodium (struma difusa
nontoksik/goiter endemik)
• Bisa berkembang menjadi struma nodular nontoksik
– Goiter sporadik (jarang)
• Hipotiroidisme
– Defisiensi yodium yang lebih berat – Tiroiditis Hashimoto, tiroiditis subakut
(awal hipertiroid namun berkembang menjadi hipotiroid
– Iatrogenik
– Lain-lain (mis. obat, kongenital, hipopituitarisme, kelainan
hipotalamus)
•
Hipertiroidisme
– Penyakit Graves
– Struma nodular nontoksik
yang menjadi toksik
– Adenoma toksik
– Lain-lain (mis. tiroiditis
destruktif, hormon tiroid ekstratiroidal, tumor
hipofisis)
•
Neoplasma
– Pada pemeriksaan dapat
ditemukan massa terfiksir, cepat membesar
* Tiroiditis subakut (pada tipe Subacute granulomatous thyroiditis ) : dapat ditemukan keluhan demam, nyeri pada kelenjar
Marker Hepatitis B
Diagno sis HbsAg Anti-HBs Anti-HBc HBeAg Anti-HBe DNA HBV Hepatiti s akut + - IgM + - + Window period - - IgM +/- +/- -Penyem buhan - + IgG - +/- -Imunisa si - + - - - -Hepatiti s kronik replikati f + - IgG + - + Hepatiti s kronik non replikati f + - IgG - +-Hepatitis A & B
HEPATITIS A
• Transmisi fekal-oral
• Gejala: nafsu makan
menurun, lemas, demam, nyeri perut kanan atas, bisa disertai ikterus
• Diagnosa: IgM anti-HAV
• Tata laksana: suportif
• Pencegahan: vaksinasi anak atau pasien dengan penyakit hati kronik
• Profilaksis pasca-paparan: 1-40th vaksin, <1 dan >40 imunoglobulin
HEPATITIS B
• Transmisi: darah, hubungan seks, perinatal
• Manifestasi bisa berupa hepatitis akut, hepatitis fulminan, atau kronis (sirosis)
• Serologi:
– HBsAg: muncul sebelum gejala,
digunakan untuk skrining, jika bertahan >6 bulan berarti infeksi kronik
– HBeAg: replikasi virus dan infektivitas tinggi
– IgM anti-HBc: infeksi akut
– IgG anti-HBc: infeksi lama atau sedang berlangsung
– anti-HBe: replikasi dan infektivitas berkurang
– anti-HBs: imunitas
Hepatitis C
Tata laksana
• Akut: suportif
• Kronik: PEG IFNα-2a (entecavir, tenofovir)
tujuan agar HBeAg menjadi negatif
• Pencegahan: vaksinasi
• Profilaksis pasca-paparan: HBIG dilanjutkan dengan
vaksin (kalau belum divaksin) Kenapa jawabannya B? Karena window period masih masuk fase akut
HEPATITIS C
•
Transmisi: darah
•
Manifestasi bisa akut atau
kronik; jarang fulminan
•
Serologi:
– anti-HCV: muncul setelah 6 minggu
– RNA HCV: muncul dalam 2 minggu
•
Tata laksana: PEG IFNα-2a
+ ribavirin
•
Belum ada vaksin atau
Kolelitiasis Koledokolitiasis Kolesistitis Kolangitis
Nyeri kolik + + +/-
+/-Nyeri tekan/
Murphy’s sign - - + +
Demam - - + (low-grade) + grade)
(high-Ikterus - + - +
Penunjang • USG
• Laboratorium: leukosit, bilirubin, SGOT/SGPT
Tata laksana
• Kolelitiasis: kolesistektomi
• Kolesistitis: NPO, cairan IV, analgesik, antibiotik, kolesistektomi
• Koledokolitiasis: ERCP diikuti oleh kolesistektomi
• Kolangitis: antibiotik. Kalau tidak ada respons, maka dilakukan dekompresi bilier darurat dengan ERCP.
Derajat Hemorrhoid Interna
I. Berdarah saja
II. Masuk sendiri
III. Dimasukkan dengan tangan
IV. Tidak dapat dimasukkan
IBD - Klasifikasi
Ulcerative Colitis (UC) Chron’s Disease (CD)
Definisi Inflamasi idiopatik pada mukosa kolon
Inflamasi transmural idiopatik pada saluran
cerna; skip lession
Patologi
Granular, friable mucosa with diffuse ulceration;
pseudopolyps
Nonfriable mucosa; cobblestoning, aphthous ulcers, deep & long fissure
Ba enema Hazy margins, loss of
haustra (“lead pipe”)
Sharp lesions,
cobblestoning, long ulcers & fissures (“string sign”)
Gejala klinis Grossly bloody diarrhea grossly bloody diarrheaMucus containing, non
•
Hal-hal lain yang biasanya diperhatikan
dalam pemeriksaan eritrosit:
–
Ukuran: normositik, mikrositik, makrositik
–
Derajat hemoglobinisasi (berdasarkan
warna): normokrom, hipokrom
–
Bentuk
•
Indikatornya:
•
MCV
: rata-rata volume eritrosit (femtoliter
μm3)
•
MCH
: rata-rata massa hemoglobin per eritrosit
(pikogram)
•
MCHC
: rata-rata hemoglobin pada sel-sel darah
merah dengan volume tertentu (g/dl)
Berdasarkan Penyakit
• Anemia defisiensi Besi : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom, Serum
Iron ↓, Feritin↓, TIBC ↑, sel pensil. Terapi : suplementasi besi.
• Anemia hemolitik : Darah tepi anemia mikrositik hipokrom. Terdapat sel
target dan anisopoikilositosis (bentuk sel bermacam-macam karena lisis), Bilirubin indirek ↑. Ikterik, splenomegali. Biasanya karena
thalassemia. Pemeriksaan tambahan : elektroforesis Hb.
• Anemia karena keganasan (Leukemia) : Pansitopenia, leukosit
meningkat namun abnormal. Blast +, hepatomegali. Pemeriksaan tambahan : Bone Marrow Puncture (BMP). Tx : kemoterapi.
• Anemia aplastik : Pansitopenia. Tidak ada organomegali. Pemeriksaan
tambahan : BMP – gambaran hipoplastik.
• Anemia karena penyakit kronis : Karena gangguan utilisasi besi. Anemia
normositik normokrom.
• Anemia perdarahan : Normositik normokrom.
• Anemia makrositik : karena defisiensi B12 (pada post-op
ITP
•
ITP akut sering mengikuti infeksi akut dan akan
mengalami resolusi spontan dalam dua bulan
walau pada 5-10% kasus menjadi kronik (>6
bulan).
•
Pada 75% kasus terjadi sesudah vaksinasi atau
infeksi
•
PF:
–
Nonpalpable petechiae
–
Purpura
–
Perdarahan
ITP
Pemeriksaan Lab:
•
Trombositopeni
•
Hitung leukosit dan hemoglobin biasanya normal
•
Sumsum tulang: megakariosit normal atau
meningkat.
•
Uji koagulasi normal,
bleeding time
bertambah, PT
dan PTT normal.
•
Tes untuk autoantibodi tidak tersedia secara luas
Diagnosis ITP hanya dilakukan sesudah
penyebab defisiensi trombosit lainnya telah
dieksklusi.
DIC
•
DIC
sistem koagulasi dan atau fibrinolitik
teraktivasi secara sistemik, menyebabkan
koagulasi intravaskular luas dan melebihi
mekanisme antikoagulan alamiah. Menyebabkan:
–
mikrotrombus di berbagai organ
gagal organ
–
Perdarahan hebat
•
Etiologi:
–
Respon inflamasi sistemik
aktivasi sitokin dan
koagulasi (sepsis atau major trauma)
–
Pelepasan materi pro-koagulasi ke dalam darah
(cancer, obstetric cases)
DIC
Pemeriksaan Laboratorium
•
Trombositopenia
•
Kadar fibrinogen menurun.
•
Fibrin Degredation Products
(FDP) meningkat
contoh: D-dimer
•
Thrombin time
memanjang.
•
Prothrombin time, activated partial
thromboplastin time
memanjang pada sindrom
akut.
•
Ditemukan
shcistocytes
(pecahan/ kepingan
Hemofilia
•
Kekurangan faktor pembekuan darah
yang diturunkan secara
sex-linked
recessive
pada kromosom X
•
Hemofilia A (80-85%)
defisiensi/disfungsi faktor VIII
•
Hemofilia B
defisiensi/disfungsi
faktor IX
•
Hemofilia C
defisiensi/disfungsi
Hemofilia
•
Tanda perdarahan yang sering
dijumpai yaitu hemartrosis,
hematoma subkutan atau
intramuskular, perdarahan mukosa
mulut, perdarahan intrakranial,
epistaksis, dan hematuria.
•
Pemanjangan APTT dengan PT yang
normal menunjukkan adanya
gangguan pada jalur intrinsik sistem
pembekuan darah
Von Wildebrand Disease
•
Inherited bleeding disorder akibat
defisiensi/disfungsi von Willebrand factor
(VWF)
mempengaruhi platelet
adhesion atau menurunkan konsentrasi
Faktor VIII
•
Autosom dominan/resesif
•
Isolated prolonged PTT atau normal
•
Pemeriksaan VWF antigen; VWF ristocetin
SLE – Diagnosis, Tatalaksana
LUPUS ERITEMATOSUS SISTEMIK
Kriteria SLE (≥4): • Malar rash • Discoid rash • Fotosensitivitas • Ulkus oral/nasofaringeal • Artritis nonerosif • Serositis • Proteinuria
• Kejang atau psikosis
• Anemia
hemolitik/leukopenia/limfopenia/tro mbositopenia
• ANA (+)
• anti-ds-DNA, anti-Sm, antifosfolipid Abs (+)
Tata laksana
•
Gejala ringan:
–
NSAID
–
Hidroksiklorokuin
–
Steroid dosis rendah
•
Gejala berat (ginjal,
hematologik, SSP)
–
Steroid dosis tinggi
OA RA Gout
Awitan Perlahan Perlahan Akut
Peradangan - + +
Patologi Degenerasi Pannus Tofus
Jumlah sendi Poli Poli Mono, kdg2 poli
Tipe sendi Kecil atau besar Kecil Kecil atau besar Lokasi Pinggang, lutut,
vertebra, CMC 1, DIP, PIP MCP, PIP, pergelangan tangan, kaki, pergelangan kaki MTP, kaki, pergelangan kaki, lutut Temuan sendi
khusus Nodus Bouchard, nodus Heberden Deviasi ulnar, swan neck,
boutonniere
Kristal urat
Perubahan tulang Osteofit Osteopenia, erosi Erosi Fitur
ekstra-artikular pulmonal, Nodul SC,
kardiak, splenomegali
Tofus, bursitis olecranon, batu
ginjal
Tatalaksana RA, OA dan
Gout
TATA LAKSANA
Artritis rematoid
•
Inisial: NSAID dan/atau
glukokortikoid
•
DMARD diberikan
dalam tiga bulan bila
peradangan terus
menerus
Osteoartritis
NSAID atau tramadol
Gout
• Akut: NSAID atau kolkisin.
Kalau tidak berhasil, berikan kortikosteroid.
– Pada keadaaan akut tidak boleh diberikan alopurinol karena dapat menyebabkan eksaserbasi
• Kronik:
– Diet rendah purin
– Hindari dehidrasi
– Profilaksis: kolkisin dosis rendah
– Antihiperurisemia (harus
bersama profilaksis dan min. 1 bulan setelah serangan terakhir): allopurinol atau probenecid
Gagal Ginjal Akut
Definisi gagal ginjal akut (not graded):
• Increase in Serum Creatinin by ≥ 0.3 mg/dl (≥ 26.5lmol/l) within 48 hours; or
• Increase in SCr to ≥ 1.5 times baseline, which is known or
presumed to have occurred within the prior 7 days;
• Urine volume ˂ 0.5 ml/kg/h for 6 hours.
Tata laksana
• Atasi penyakit penyebab
• Hati-hati dengan obat yang diekskresikan lewat ginjal
• Awasi volume cairan tubuh, elektrolit, dan status asam-basa
Etiologi
• Prerenal
– ↓ volume arterial efektif (syok, CHF)
– Vasokonstriksi renal (NSAID, ACEI/ARB)
– Sumbatan pembuluh besar (stenosis, trombosis)
• Intrinsik
– Nekrosis tubular akut (iskemia atau toksin)
– Nefritis interstisial akut (alergi, infeksi, infiltratif, autoimun)
– Sumbatan pembuluh kecil (hipertensi)
– Glomerulonefritis • Postrenal sumbatan
– Sumbatan ureter
Gagal Ginjal Kronik
Crockoft Gault Equation (pada wanita x 85%) Penyebab tersering: hipertensi dan DM
Gagal Ginjal Kronik (2)
Penunjang
• DPL (anemia), AGD dan elektrolit (hiperkalemia, ↓HCO3-)
• Urinalisis (silinder eritrosit
glomerulonefritis, silinder
leukosit nefritis interstisial)
• Formula Cockcroft-Gault:
– Pria: ([140-umur] × BB dlm kg)/ (Cr serum × 72)
– Wanita: Sama seperti pria, tapi x 0,85
• USG
• Biopsi ginjal
Tata Laksana
• Batasi Na (bila hipertensi), K, PO4, protein, dan glukosa (pada
DM)
• Kendalikan tekanan darah
(sasaran <130/80) dengan ACE-I/ARB
• NaCO3 untuk asidosis metabolik
• Asam folat dan B12 untuk
anemia
• CaCO3 untuk mencegah
osteodistrofi akibat hiperparatiroidisme
• Dialisis hanya jika ada uremia (ensefalopati, pericarditis, dll.)
Sindrom Nefrotik
Definisi
•
Proteinuria
•
Hipoalbuminemia
•
Edema
•
Hiperkolesterolemi
a
Penunjang
Urinalisis:
oval fat bodies
Tata laksana
•
Anak: diuretik, suplemen
protein (termasuk albumin),
batasi Na, prednison untuk
sindrom nefrotik primer
•
Dewasa: diuretik, suplemen
protein, batasi Na, atasi
hiperlipidemia, ACE-I/ARB
untuk sindrom nefrotik
sekunder
Sindrom Nefritik
Definisi
•
Hematuria
•
Edema
•
Hipertensi
•
Penurunan fungsi ginjal
•
Yang sering dibahas
adalah reaksi kompleks
imun pasca-infeksi
streptokokus (GNAPS)
Gejala dan tanda
•
Hematuria (dengan
silinder eritrosit),
proteinuria <3,5 g/hari,
hipertensi, uremia,
azotemia, dan oliguria.
•
Riwayat infeksi kulit atau
faring
Penunjang
Titer ASTO
Tata laksana
atasi penyakit
yang mendasari
Unstable
Angina
NSTEMI
STEMI
Trombus
parsial/intermite
n
Nonspesifik EKG
Enzim Jantung
normal
Sumbatan trombus
kerusakkan
jaringan dan
nekrosis minimal
miokard
ST depresi +/-
T inversi
Peningkatan enzim
Jantung
Oklusi trombos total
ST elevasi atau
LBBB baru pada EKG
Peningkatan enzim
Jantung
Henti Jantung
•
Henti jantung
sirkulasi darah berhenti karena
kontraksi jantung yg tidak efektif.
•
Disebabkan:
–
VF
–
VT
–
PEA
–
Asistol
•
Gambaran Klinis:
–
Henti jantung
–
Henti napas/gasping
–
Tidak sadar
Algoritme Henti Jantung
Maximal 10 detik Maximal 10 detik Interupsi kompresi minimal: •nilai irama/nadi, •kejut listrik,•emasangan alat bantu napas
Kompresi
•Minimal 100x/menit
•Kedalaman minimal 5cm
Alat bantu napas terpasang:
Algortime VF/VT pulseless
Monofasik 360 J Bifasik 200 J Epinefrin setiap 3-5menit Amiodaron I 300 mg Amiodaron II 150 mg •Lidokain 1 – 1,5 mg/kg BB • dilanjutkan 0,5 – o,75 mg/kgBB, • max 3mg/kgBBPJB - Klasifikasi
Penyakit Jantung Bawaan (PJB) Asianot ik Sianotik L-R Shunt Tanpa L-R Shunt ↑ aliran darah ke paru Aliran darah ke paru N ↓ aliran darah ke paru PDA ASD VSD AS PS CoA TGA dgn VSD Truncus Arteriosus TAPVD TGA tanpa PS ToF Atresia Pulmoner Atresia Trikuspid Darah kaya O2 tercampur dengan miskin O2 Darah kaya O2 bocor,beban jantung bertambah
Hipertensi Urgensi
Obat Dosis Awitan
Kaptopril 6,25-50 mg oral atau sublingual 15 menit Klonidin Awal per oral 0,15 mg, selanjutnya
0,15 mg tiap jam, dosis total 0,9 mg
0,5-2 jam Labetalol 100-200 mg per oral 0,5-2 jam
Furosemid 20-40 mg per oral 0,5-1 jam
Hipertensi Emergensi
Obat Dosis Awitan Lama Kerja
Furosemid 20-40 mg (hanya bila ada retensi cairan)
5-15 menit 2-3 jam Nitrogliserin Infus 5-100 mcg/menit 2-5 menit 5-10 menit Diltiazem Bolus IV 10 mg
(0,25mg/kgBB) dilanjutkan infus 5-10 mg/jam
Klonidin 6 ampul dalam 250 ml cairan infus, dosis titrasi Nitropusid Infus 0,25-10
mcg/kgBB/menit (maks 10 menit)
Klasifikasi kasus TB berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya (tipe pasien):
• Kasus baru
Belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu). Pemeriksaan BTA bisa positif atau negatif.
• Kasus kambuh (Relaps)
Belum pernah mendapat pengobatan TB dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)
• Kasus setelah putus berobat (Default )
Telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif
• Kasus setelah gagal (Failure)
Hasil pemeriksaan dahak tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan
• Kasus Pindahan (Transfer In)
Adalah pasien yang dipindahkan keregister lain untuk melanjutkan pengobatannya
• Kasus lain
Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas, seperti yang: i. tidak diketahui riwayat pengobatan sebelumnya,
ii. pernah diobati tetapi tidak diketahui hasil pengobatannya, iii. kembali diobati dengan BTA negative.
TB Paru – Tatalaksana
Paduan OAT lini pertama
•
Kategori-1 (2HRZE/4H3R3)
–
Pasien baru TB paru BTA positif.
–
Pasien baru TB paru BTA negatif foto toraks positif
–
Pasien baru TB ekstra paru
•
Kategori-2 (2HRZES/HRZE/5H3R3E3)
–
Pasien kambuh
–
Pasien gagal
–
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat
(default)
•
Kategori Anak (2RHZ/4RH)
TB Paru – Algoritme
tambahan
Jangan lupa diberikan tambahan cotrimoxazole profilaksis PCP Pasien TB hamil dengan CD4 < 350/mm3 harus segera memulai pengobatan ARV
Pendekatan Klinis – Efusi Pleura,
Pneumotoraks & Atelektasis
Inspeksi (fremitus)Palpasi Perkusi Auskultasi
Efusi pleura Sisi sakit tertinggal Melemah Redup Menurun
Pneumotoraks Trakea terdorong ke sisi sehat
Melemah Hipersonor Menurun
PPOK
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang
bersifat progresif dan nonreversibel atau reversibel parsial.
PPOK terdiri atas:
• Bronkitis kronik: Batuk kronik berdahak minimal 3 bulan dalam setahun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut-turut, tidak
disebabkan penyakit lainnya.
• Emfisema: Pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal disertai kerusakan dinding alveoli.
DIAGNOSIS Anamnesis
• Riwayat merokok, batuk berulang produktif, sesak napas
Pemeriksaan Fisis
Inspeksi
– Pursed - lips breathing
– Barrel chest
– Penggunaan otot bantu napas Palpasi
– Fremitus melemah, sela iga melebar Perkusi
– Hipersonor Auskultasi
– Vesikuler normal atau melemah
– Ronki, mengi, dan/atau ekspirasi memanjang
PPOK
DIAGNOSIS
Pemeriksaan
Penunjang
•
Spirometri: VEP
1/VEP
1prediksi <80% atau
VEP
1/KVP <75%
•
Foto toraks:
– Hiperinflasi – Hiperlusen – Diafragma mendatarKeadaan di atas menunjukkan adanya emfisema
TATA LAKSANA
• Utama: bronkodilator
• Kalau perlu: terapi oksigen, kortikosteroid, antibiotik
• Tidak rutin: antioksidan, mukolitik, antitusif
Eksaserbasi akut
Adalah keadaan dimana terjadi:
• Sesak bertambah
• Produksi sputum meningkat
• Perubahan warna sputum
Tata laksana sama dengan PPOK, tapi ditambah obat yang belum diberi atau dosis ditingkatkan