• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI CERITA PENDEK MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS V SD 3 JARAKAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI CERITA PENDEK MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS V SD 3 JARAKAN."

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI CERITA PENDEK MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND

COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS V SDN 3 JARAKAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Marselina Sulastri Jampar NIM 12108249065

PROGAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)

v MOTTO

Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan

memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

(Yesaya 41:10)

Memahami makna dari tiap kisah yang terjadi menjadikan kita pribadi yang lebih baik

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Seiring dengan rasa syukur kepada Tuhan Yesus, maka karya skripsi ini ku persembahkan kepada :

1. Bapak dan Ibuku tersayang yang tak henti-hentinya menemani langkahku dengan doa, cinta dan kasih sayang yang tulus.

(7)

vii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI ISI CERITA PENDEK MELALUI METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND

COMPOSITION (CIRC) SISWA KELAS V SD 3 JARAKAN Oleh

Marselina Sulastri Jampar NIM 12108249065

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran memahami isi cerita pendek dan meningkatkan kemampuan memahami isi cerita pendek siswa kelas V SDN 3 Jarakan tahun ajaran 2015/2016 dengan menerapkan metode cooperative integrated reading and composition (CIRC).

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart, dengan subjek tindakan yaitu siswa-siswi kelas V SD 3 Jarakan yang berjumlah 29 siswa. Objek penelitian ini adalah kemampuan memahami isi cerita pendek. Tindakan yang dilakukan adalah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC). Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes esai dan observasi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode CIRC pada pembelajaran memahami isi cerita pendek dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Siswa yang awalnya pasif menjadi aktif dan motivasi belajar siswa khususnya untuk mengikuti pembelajaran dengan materi cerita pendek juga meningkat. Selain itu, kemampuan memahami isi cerita pendek siswa kelas V SDN 3 Jarakan. Peningkatan pemahaman terhadap isi cerita pendek dilihat dari meningkatnya kemampuan siswa dalam menentukan tema dan alur dari sebuah cerita pendek, dimana kedua unsur ini awalnya sangat sulit bagi siswa. Selain itu, siswa juga semakin mudah dan tepat dalam menentukan tokoh dan setting. Terkait amanat, siswa yang awalnya memiliki kesalahan persepsi kemudian bisa menentukan amanat dari sebuah cerita pendek dengan tepat, sedangkan untuk menuliskan kembali cerita, siswa bisa menuliskan kembali cerita pendek dengan makna yang utuh. Peningkatan kemampuan memahami isi cerita juga terlihat dari meningkatnya hasil tes dimana pada pra tindakan presentasenya 34,48%, pada siklus I meningkat menjadi 55,17% dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 79,31%.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan hikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Jurusan Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah memberi dukungan, informasi serta bimbingan selama proses pengerjaan skripsi ini dari tahap perencanaan hingga penyelesaian. Oleh karena itu, dengan segenap ketulusan hati, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu di bangku kuliah Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan ijin penelitian.

3. Ketua jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah menyetujui pemilihan judul karya ini.

(9)

ix

5. Bapak dan Ibu Dosen PGSD yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga ilmu tersebut dapat penulis gunakan dalam penulisan tugas akhir skripsi ini.

6. Ibu Darmilah, S. Pd, selaku Kepala Sekolah SDN 3 Jarakan yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian dan Ibu Budiningsi, S. Pd. SD, selaku guru wali kelas V SDN 3 Jarakan yang telah memberikan kesempatan dan meluangkan waktu untuk membantu penulis dalam melakukan penelitian.

7. Siswa-siswi kelas V SDN 3 Jarakan yang mau bekerjasama dan penuh semangat serta kesungguhan dalam mengikuti pembelajaran selama penelitian.

8. Papa Valentinus Jampar dan Mama Maria Imut tercinta, yang selalu membimbing dan memberikan dukungan dengan penuh kasih sayang serta doa penuh ketulusan yang tidak pernah berhenti.

9. Keluarga Bapak Suparlan, M. Pd dan Keluarga Bapak Afandi, M. Pd selaku pengelola asrama yang selalu memberikan arahan dan motivasi.

10. Dinas Pendidikan Kabupaten Manggarai yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan studi di Universitas Negeri Yogyakarta. 11. Opa Yohanes Medo, Alm. Opa Bernadus Lapung, Oma Martina Danut, dan

(10)

x

12. Adik-Adik tercinta Jimi Jampar, Dani Jampar dan Alm. Deni Jampar serta sepupu-sepupu tersayang (Novi, Intan, Icha, Sera) yang selalu memberikan dorongan dan semangat dalam penulisan tugas akhir skripsi.

13. Keluarga besar (Bapa Tua, Mama tua, Mama Kecil, Papa kecil, Om dan Tante) yang selalu mendoakan saya.

14. Saudara Vetriolis Arifa Dirman yang dengan penuh kesabaran mendampingi dan membantu serta selalu menyemangati dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.

15. Bapak Yulius dan Mama Rovina beserta anggota keluarga yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan skripsi.

16. Teman-teman seperjuangan PPGT PGSD UNY 2012 (Rutina, Ayu, Ensi, Bungsu, Isti, Ocha, Ayun, Nora, Ivon, Nana, Sari, Idas, Ruth, Rini, Lidia, Yolan, Marlin, Athy, Umbu, Eman, Alven, Wongso, Alex, Ian, Ujang, Nardi, Joni, Indra, Sadri, Dedi, Razi, Aris, Wiwin, Jhon) yang selalu memberikan inspirasi dengan penuh rasa kekeluargaan.

17. Kakak-kakak kelas PPGT PGSD UNY 2011 yang selalu memberikan semangat dan dukungan.

18. Sahabat-sahabat terbaik (Ikha, Ilak, Irma, Lani, Asty, Enjel, Elen, Getri dan firminus) yang selalu memberikan dorongan untuk segera menyelesaikan skripsi.

(11)
(12)

xii

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7

2. Manfaat Praktis ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 9

1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar ... 9

(13)

xiii

B.Pembelajaran Sastra Anak Jenis Cerita Pendek di Sekolah Dasar ... 15

1. Pengertian Sastra Anak ... 15

2. Manfaat Pembelajaran Sastra Anak ... 16

3. Pembelajaran Sastra Jenis Cerita Pendek di Sekolah Dasar ... 18

4. Apresiasi Sastra Anak Jenis Cerita Pendek ... 24

5. Pemahaman Tentang Isi Cerita Pendek ... 25

C. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ... 28

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif ... 28

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 29

3. Pembelajaran Kooperatif Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ... 30

D.Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar ... 35

E. Kerangka Pikir ... 37

F. Hipotesis Tindakan ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 41

B.Model Penelitian ... 41

1. Perencanaan ... 42

2. Tindakan (action) dan Pengamatan (observasi) ... 44

3. Refleksi ... 44

C.Subjek dan Objek Penelitian ... 45

D.Setting penelitian ... 45

E. Definisi Operasional ... 47

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

1. Tes Esai ... 47

2. Observasi ... 48

3. Catatan Lapangan ... 48

G.Instrumen Penelitian ... 48

(14)

xiv

I. Indikator Keberhasilan ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Penelitian Tahap Awal ... 53

B.Implementasi Pelaksanaan Tindakan ... 56

1. Siklus I ... 56

a. Perencanaan ... 56

b. Pelaksanaan Tindakan Siklus I ... 57

c. Hasil Tes Tindakan Siklus I ... 67

d. Hasil Observasi Siklus I ... 69

e. Hasil Catatan Lapangan Siklus I ... 75

f. Refleksi Tindakan Siklus I ... 79

2. Siklus II ... 82

a. Perencanaan Tindakan Siklus II ... 82

b. Pelaksanaan Siklus II ... 83

c. Hasil Tes Tindakan Siklus II... 90

d. Hasil Observasi Tindakan Siklus II ... 92

e. Hasil Catatan Lapangan Siklus II ... 97

f. Refleksi Siklus II... 100

C.Pembahasan ... 101

D.Keterbatasan Penelitian ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 107

B.Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 109

(15)

xv

DAFTAR TABEL

hal Tabel 1. SK dan KD Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V

Semester II Di SD yang Terkait dengan Penelitian ... 11

Tabel 2. Data Siswa Kelas V SD 3 Jarakan ... 45

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Isi Cerita Pendek Kelas V Sekolah Dasar ... 49

Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru Saat Menerapkan Metode CIRC... 49

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Siswa Saat Proses Pembelajaran Dengan Metode CIRC ... 50

Tabel 6. Kisi-Kisi Catatan Lapangan Selama Proses Pembelajaran ... 51

Tabel 7. Nilai Siswa Pra Tindakan ... 55

Tabel 8. Nilai Siswa Siklus I ... 67

Tabel 9. Aktifitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Metode CIRC Pada Siklus I ... 70

Tabel 10. Aktifitas Siswa Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Metode CIRC Pada Siklus I ... 72

Tabel 11. Nilai Siswa Siklus II ... 90

Tabel 12. Aktifitas Guru Dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Metode CIRC Pada Siklus II ... 93

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

hal Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart .. 42 Gambar 2. Diagram Hasil Nilai Tes Pra Tindakan ... 55 Gambar 3. Diagram Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Tindakan dan

siklus I ... 68 Gambar 4. Diagram Perbandingan Hasil Nilai Tes Pra Tindakan, Siklus

(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Instrumen Soal Tes Esai ... 113

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I... 116

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 139

Lampiran 4. Hasil Observasi Guru dan Siswa Siklus I ... 155

Lampiran 5. Hasil Observasi Guru dan Siswa Siklus II... 161

Lampiran 6. Rubrik Penilaian ... 165

Lampiran 7. Data Nilai Siswa ... 166

Lampiran 8. Dokumentasi ... 167

Lampiran 9. Data Hasil Pekerjaan Siswa ... 172

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin berkembang dan telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia di era globalisasi seperti sekarang. Perkembangan ini menuntut manusia untuk terus belajar dan mencari tahu tentang hal-hal atau informasi baru. Informasi tersebut tidak hanya terbatas pada hal-hal yang bisa dilihat secara langsung tetapi juga hal-hal yang tidak dapat dilihat dari berbagai belahan dunia.

Perkembangan teknologi membuat manusia bisa dengan mudah memperoleh informasi tetapi seiring dengan hal itu juga dituntut untuk menjadi manusia yang aktif dan selalu mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi. Informasi yang disajikan sebagian besar dalam bentuk tulisan, oleh karena itu perlu adanya kemampuan memahami teks bacaan saat sedang membaca suatu informasi. Semakin memahami sesuatu yang dibaca maka semakin banyak juga pengetahuan atau wawasan baru yang didapatkan.

(20)

2

Kemampuan dalam memahami isi bacaan, tentunya juga tidak terlepas dari dunia pendidikan karena segala aspek dalam dunia pendidikan hampir melibatkan aktifitas membaca. Berbagai macam pengetahuan telah dikemas dalam bentuk teks baik untuk pelajaran Matematika, IPA, IPS, Bahasa Indonesia dan mata pelajaran lainnya. Untuk itu, sangat dibutuhkan keterampilan siswa dalam memahami isi bacaan. Salah satu cara untuk mengetahui apakah siswa sudah mampu memahami isi bacaan adalah melalui cerita pendek. Cerita pendek merupakan salah satu sumber belajar yang cukup efektif untuk sekolah dasar karena usia sekolah dasar pada umunya adalah usia yang masih sangat tertarik untuk mendengarkan cerita.

Cerita pendek adalah salah satu sumber belajar yang tidak hanya berlaku untuk siswa kelas rendah, tetapi juga kelas tinggi. Dalam sebuah cerita pendek, ada banyak hal yang harus dipahami oleh siswa mengenai cerita yang dibaca di antaranya tentang tokoh yang ada dalam cerita, karakteristik tokoh, dan makna dari cerita tersebut. Hasil akhir dari berbagai rangkaian pemahaman siswa tersebut adalah siswa diharapkan mampu mengungkapkan kembali isi cerita atau meringkas isi cerita. Semua hal itu tidaklah terlepas dari kemampuan siswa dalam memahami isi cerita.

(21)

3

ditingkatkan karena siswa cenderung hanya melihat-lihat cover atau judul cerita dan tidak tertarik untuk membacanya lebih lanjut. Selain itu, pemahaman siswa terhadap isi cerita pendek juga masih rendah. Saat sudah menutup kembali buku dan ditanya tantang judul dari cerita pendek yang dibaca siswa bisa menjawab tetapi apa isinya siswa tidak bisa menjawab kembali karena belum memahami isi cerita pendek tersebut. Padahal, setiap cerita termasuk cerita pendek pasti memiliki pesan moral yang sangat baik untuk membentuk kepribadian siswa agar menjadi orang yang berakhlak.

(22)

4

Kenyataannya, kemampuan memahami isi cerita khususnya cerita pendek di sekolah dasar masih perlu ditingkatkan. Ada beberapa penyebab masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami isi cerita pendek, yaitu (1) metode yang digunakan guru kurang menarik sehingga siswa cepat bosan, (2) pembelajaran masih berpusat pada guru, (3) pembelajaran masih bersifat pasif learning sehingga siswanya juga menjadi pasif dan menyebabkan

motivasi siswa menurun.

Meningkatkan kemampuan memahami cerita pendek membutuhkan metode yang tepat dan juga menarik bagi siswa.Penggunaan metode yang tepat dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode yang digunakan harus sesuai dengan karakteristik siswa dan membuat siswa menjadi semangat untuk mengikuti pembelajaran. Untuk materi tentang cerita pendek, tentunya akan membosankan jika guru hanya menggunakan metode seperti yang dijelaskan oleh guru kelas V SDN 3 Jarakan di atas yaitu hanya sebatas membaca dan mengerjakan soal. Metode seperti ini yang bisa menyebabkan siswa menjadi malas untuk membaca dan akibatnya siswa akan semakin sulit untuk memahami isi cerita.

(23)

5

cerita diharapkan bisa menguasai dan menggunakan metode ini dalam pembelajaran dengan materi cerita.

Serangkaian tahapan kegiatan dalam metode CIRC semuanya berpusat pada siswa tidak hanya secara individual tetapi juga ada interaksi antar siswa. Hal ini tentunya sangat baik untuk membangun semangat atau motivasi dalam diri siswa karena selama ini kecenderungan yang terjadi ialah saat membaca cerita siswa hanya pasif karena tidak ada interaksi antar siswa. Metode CIRC ini juga sangat membantu siswa dalam memahami isi cerita pendek khususnya di kelas tinggi.

Oleh karena itu penelitian ini bermaksud untuk mengatasi permasalahan tersebut dengan mengadakan suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran memahami isi cerita pendek dan meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi cerita pendek melalui metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)siswa kelas V SD 3 Jarakan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian di atas maka masalah-masalah yang muncul dapat di identifikasi sebagai berikut :

(24)

6

2. Masih kurangnya kemampuan siswa dalam memahami isi cerita pendek yang disebabkan oleh proses pembelajaran yang membosakan dan berpusat pada guru

3. Siswa cepat merasa bosan dalam membaca cerita pendek sehingga cerita pendek tidak akan dibaca sampai habis dikarenakan cara penyajian cerita yang kurang variatif

4. Minat serta motivasi siswa untuk membaca cerita pendek saat proses belajar masih rendah karena penyajian materi cerita pendek yang kurang menarik 5. Siswa kurang berkonsentrasi saat membaca cerita pendek karena siswa tidak

dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran C.Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dengan melihat kondisi serta permasalahan yang kompleks, maka penelitian ini dibatasi pada permasalahan: 1. Proses pembelajaran memahami isi cerita pendek kurang menyenangkan

dan masih pasif learning

2. Kurangnya kemampuan dalam memahami isi cerita pendek siswa kelas V SDN 3 Jarakan Bantul.

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

(25)

7

2. Bagaimana meningkatkan kemampuan memahami isi cerita pendek melalui metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada siswa kelas V SDN 3 Jarakan?

E.Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1) Meningkatan kualitas pembelajaran memahami isi cerita pendek agar lebih menyenangkan dan membuat siswa menjadi lebih aktif.

2) Meningkatkan kemampuan memahami isi cerita pendek melalui metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) pada siswa kelas

V SDN 3 Jarakan Bantul. F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

(26)

8 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Siswa dapat meningkatkan kemampuan memahami isi cerita pendek, sehingga menumbuhkan minat untuk lebih banyak lagi membaca cerita pendek.

b. Bagi Guru

1) Guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan referensi untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran selanjutnya

2) Guru dapat menggunakan metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) untuk meningkatkan kemampuan memahami isi

cerita pendek di kelas yang diampunya. c. Bagi Sekolah

Hasil dari penenlitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam membuat kebijakan mengenai upaya meningkatkan mutu proses pembelajaran serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi cerita pendek.

d. Bagi Penulis

(27)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan mulai dari kelas rendah sampai kelas tinggi di sekolah dasar. Pembelajaran bahasa Indonesia menurut Permendiknas No. 22/Tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran Bahasa Indonesia SD/MI diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa melalui pembelajaran bahasa Indonesia siswa akan diajarkan tentang keterampilan atau kemampuan dasar yang sangat berpengaruh untuk perkembangan selanjutnya.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar memiliki tujuan seperti yang tercantum dalam GBPP Kurikulum Sekolah Dasar 1994 (dalam Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1997: 37) sebagai berikut:

1) Siswa menghargai dan membanggakan bahasa Indonesia

2) Siswa memahami bahasa Indonesia dari segi bentuk, makna dan fungsi serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk bermacam-macam tujuan, keputusan dan keadaan

(28)

10

4) Siswa memiliki disiplin dalam berfikir dan berbahasa (berbicara dan menulis)

5) Siswa mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan bahasa

Berdasarkan uraian tentang tujuan di atas dapat dilihat bahwa tujuan pelajaran bahasa Indonesia tidak hanya untuk menambah wawasan atau menekankan aspek kognitif siswa saja tetapi juga pada aspek afektif dan psikomotorik melalui berbagai karya sastra. Sehingga siswa tidak hanya mempunyai pengetahuan tetapi juga mempunyai keterampilan untuk memahami sikap yang baik melalui pesan-pesan yang ada dalam karya sastra dan siswa juga diharapkan bisa membuatkarya sastra.

(29)

11

berkomunikasi dengan lancar, (2) kegiatan bahasa yang meliputi membaca, menulis/mengarang, berbicara dan pragmatik.

Berdasarkan pemetaan SK dan KD pada silabus KTSP sekolah dasar untuk kelas V semester II, maka SK dan KD yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 1. SK dan KD Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V Semester II yang Terkait dengan Penelitian

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 7. Memahami teks dengan membaca

sekilas, membaca memindai dan membaca cerita anak

7.3 Menyimpulkan isi cerita anak dalam beberapa kalimat

Sumber: Silabus KTSP Kelas V

Berdasarkan uraian di atas terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar maka secara umum dapat disimpulkan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang mengajarkan siswa agar memiliki keterampilan-keterampilan berbahasa guna untuk menunjang kemampuan berkomunikasi siswa serta membantu pembentukan karakter dan mengembangkan keterampilan siswa melalui karya-karya sastra yang diajarkan dan diperkenalkan kepada siswa. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia ini siswa diajarkan tentang unsur-unsur bahasa dan keterampilan seperti menulis, membaca, berbicara dan pragmatik.

(30)

12

tetapi lebih diarahkan pada kompetensi wacana, yaitu kemampuan untuk menginterpretasikan makna teks dan mengevaluasi secara kritis terhadap beragam teks tertulis dan teks lisan.

Berdasarkan pendapat di atas, diketahui bahwa pembelajaran bahasa bukan hanya sekedar menulis atau melafalkan kata demi kata tetapi harus juga memahami makna dari tiap-tiap kata yang dilafalkan. Dengan memahami makna dari tiap kata yang diucapkan maka akan dapat memahami isi teks secara keseluruhan. Dengan memahami isi teks secara keseluruhan, maka akn dapat mengkritisi teks tersebut.

Terkait dengan kemampuan berbahasa, Zulela (2012: 5)menjelaskan bahwa ada empat aspek yang terkait dengan kemampuan berbahasa yaitu;1) menyimak, 2) berbicara, 3) membaca, 4) menulis. Penjelasan dari keempat komponen tersebut adalah sebagai berikut:

a) Keterampilan menyimak

Keterampilan yang pertama kali diperoleh oleh manusia adalah keterampilan menyimak. Dalam keterampilan menyimak tidak hanya sekedar mendengarkantetapi juga harus memahami. Menyimak menurutHenry Guntur Tarigan (2013: 31), merupakan proses mendengarkan lambang lisan dengan penuh perhatian dan pemahaman untuk memperoleh informasi dan menangkap isi atau makna komunikasi yang disampaikan secara lisan.

(31)

13

menyimak penjelasan guru, menyimak cerita, menyimak pembicaraan teman saat adanya diskusi. Melalui kegiatan menyimak siswa bisa lebih memahami bahan yang dipelajari atau yang sedang didiskusikan sehingga pada akhirnya siswa bisa mengungkapkan pikiran maupun pendapatnya. b) Keterampilan membaca

Keterampilan membaca tidak dimiliki atau diperoleh dengan begitu sajamelainkan melalui beberapa tahapan mulai dari mengenal huruf, kata, kalimat, paragraf sampai pada wacana serta mencari makna atau maksud dari bacaan tersebut. Saleh Abbas (2006: 101) menganalisis membaca sebagai suatu keterampilan, memandang bahwa hakikat membaca itu sebagai suatu proses atau kegiatan yang menerapkan seperangkat keterampilan dalam mengolah hal-hal yang dibaca untuk dapat menangkap makna.

c) Keterampilan Berbicara

Berbicara menjadi salah satu cara untuk menyampaikan ide atau gagasan, informasi maupun perasaan secara lisan. Hakikat dari bicara itu sendiri diungkapkan oleh Saleh Abbas (2006: 83) merupakan suatu proses berkomunikasi menggunakan suara yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang di dalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat yang lain.

(32)

14

yang dilakukan terhadapa pendengar dan mengetahui juga prinsip-prinsip yang mendasari komunikasi tersebut. Jadi, berbicara bukan hanya sekedar pesan dimengerti oleh penerima pesan tetapi jugaharus memperhatikan cara menyampaikan pesan tersebut sehingga tidak menyinggung perasaan.

d) Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis pada dasarnya didorongdan dipengaruhi oleh keterampilan menyimak, keterampilan membaca dan keterampilan berbicara. Menulis menurut Henry Guntur Tarigan (2013: 3) merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Lebih lanjut dijelaskan bahwa menulis merupakan kegiatan yang produktif dan efektif. Sejalan dengan pendapat Saleh Abas (2006: 125) yang menyatakan bahwa kemampuan atau keterampilan menulis merupakan kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis. Berdasarkan pendapat tersebut diketahui bahwa keterampilan menulis adalah cara berkomunikasi secara tulis dengan cara menuliskan kata atau kalimat sebagai ungkapan pikiran atau perasaan.

(33)

15

dikuasai yaitu keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara dan keterampilan menulis.

B.Pembelajaran Sastra Anak Jenis Cerita Pendek di Sekolah Dasar 1. Pengertian Sastra Anak

Sastra anak merupakan salah satu bagian yang ada dalam komponen materi yang di ajarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.Pada dasarnya pengertian sastra anak hampir sama dengan pengertian sastra secara umum karena sastra anak adalah salah satu jenis dari sastra itu sendiri. Rahmanto (1988: 9) mengatakan bahwa sastra itu bukanlah sesuatu yang mengandung arti yang sederhana melainkan mempunyai arti yang luas karena didalam sastra terdapat beberapa kegiatan yang berbeda-beda.

Sastra anak menurut Supriyadi (2006: 4) adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa tentang pengalaman, perasaan dan pikiran anak secara jujur dan dibuat untuk anak-anak yang ditulis baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Pendapat Supriyadi ini didasarkan pada beberapa pandangan terkait dengan definisi sastra anakdalam Supriyadi (2006: 3) yaitu:

a) Pandangan yang mengatakan bahwa sastra anak dibuat memang untuk anak-anak. Hal ini bisa dilihat dari kata pengantar atau media yang digunakan untuk memuat karya sastra tersebut seperti buku atau majalah anak (Stewig, 1980; Huck et al, 1987).

(34)

16

pengarangnya. Namun kenyataannya banyak juga orang dewasa yang menulis sastra anak (Huck, et al., 1987:5)

c) Pandangan ketiga melihat sastra anak dari segi nilai. pandangan ini mengatakan bahwa sastra anak adalah sastra yang memiliki nilai positif untuk membentuk kepribadian anak mejadi orang yang beradab dan berbudaya

Berdasarkan pengertian dan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah hasil karya imajinatif yang cakupannya luas dan terdiri dari beberapa kegiatan yang berbeda yang dibuat dalam bentuk dan struktur bahasa didalamnya terdapat nilai positif untuk membentuk kepribadian anak. Sastra anak ini bisa dibuat oleh anak-anak dan juga orang dewasa dan biasanya diterbitkan dalam bentuk buku atau majalah anak.

2. Manfaat Pembelajaran Sastra Anak

Sastra bukanlah hanya sekedar karya yang tidak memiliki manfaat untuk pembacanya, setiap karya sastra yang dibuat tentu mempunyai maksud, pesan atau nilai yang bermanfaat. Begitu juga dengan pembelajaran sastra di sekolah dasar khususnya sastra anak tentu akan ada manfaat untuk siswa dari setiap karya sastra yang dibacanya. Manfaat pendidikan sastra secara umum juga sama dengan manfaat dari sastra anak. Menurut Rahmanto (1988: 16) pendidikan sastra secara umum memiliki 4 manfaaat, yaitu :

1) Membantu meningkatkan keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, wicara, membaca dan menulis.

(35)

17

3) Mengembangkan cipta dan rasa untuk menggali kecakapan-kecakapan yang ada dalam diri baik kecakapan yang bersifat indra, penalaran, afektif, sosial maupun religius.

4) Membantu pembentukan watak melalui pesan atau nilai-nilai yang terkandung dalam sastra yang dibaca.

Manfaat sastra anak lebih diperinci lagi oleh Burhan Nurgiyantoro (2013: 36) dengan dilihat dari dua aspek nilai, yaitu:

1) Nilai Personal, dimana sastra mampu membantu perkembangan emosional, menumbuhkan rasa sosial serta menumbuhkan rasa etis dan religius.

2) Nilai pendidikan, sastra bermanfaat untuk meningkatkat keterampilan eksplorasi dan penemuan, membantu perkembangan bahasa, mengembangkan nilai keindahan, menanamkan wawasan multikultural serta penanaman kebiasaan membaca.

Pendapat ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Huck et al. (dalam Supriyadi, 2006: 4) yang menjelaskan manfaat sastra anak yang dibagi dalam dua kategori yaitu:

1) Manfaat bagi kepribadian anak, dimana melalui sastra anak bisa mengembangkan daya imajinatif, intelektual serta mendidik anak melalui berbagai nilai atau pesan yang ada dalam tiap karya sastra serta menambah pemahaman anak tentang tingkah laku manusia dan wawasan tentang interaksi manusia dengan sesama manusia maupun dengan alam.

(36)

18

mendengarkan cerita maka anak akan termotivasi untuk belajar membaca. Sastra anak juga membantu mengembangkan keterampilan menulis tidak hanya untuk menulis kata, kalimat atau paragraf tetapi juga bagaimana penulisan yang baik. Manfaat lainnya yaitu mengembangkan kemampuan lintas kurikulum karena melalui sastra anak, bisa belajar berbagai hal seperti tentang kebudayaan, masyarakat, binatang dan masih banyak lagi yang tentunya juga terkait dengan berbagai pelajaran yang ada di sekolah seperti IPA, IPS, Bahasa, Kewarganegaraan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sastra anak mempunyai manfaat yang besar karena tidak hanya untuk membantu perkembangan aspek kognitif saja tetapi juga dari segi afektif dan psikomotorik siswa. Dengan kata lain, sastra anak membantu siswa menjadi pribadi yang tidak hanya mempunyai wawasan luas tetapi juga mendidik siswa menjadi orang yang memiliki kepribadian yang baik dan mengasah kreatifitas anak sehingga mampu menghasilkan berbagai karya dengan daya imajinatifnya. 3. Pembelajaran Sastra JenisCerita Pendek di Sekolah Dasar

Ceritapendek merupakan salah satu sumber belajar pada jenjang pendidikan dasar. Gregory Maguire (2000: 38 ) mengemukakan pendapatnya terkait dengan cerita pendek, yaitu:

“Short story is fiction that is more immediate and urgent than a novel. I think of it cinematically-the camera zooming in on this one climactic moment, then pulling back on either side of moment to show all that leads up to and comes after it”.

(37)

19

“A short story is like the illumination of a match. all the details have to work toward that illumination”.

Dari kedua pendapat tersebut diketahui bahwa cerita pendek pada dasarnya memiliki satu pokok atau inti yang merupakan permasalahan utama. Dimana rangakaian peristiwa atau unsur-unsur dalam cerita merujuk kepada inti dari cerita pendek tersebut. Sehingga untuk bisa menentukan inti dari suatu cerita, kita harus bisa memaknai setiap rangkaian kejadian yang ada dalam suatu cerita pendek.

Sementara itu, Endah Tri Priyatni (2010: 126) mengungkapkan bahwa cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya fiksi yang sifatnya serba pendek baik dari segi peristiwa yang diceritakan, isi cerita, maupun jumlah pelaku dan jumlah kata tetapi mengandung kesan yang sangat dalam. Sejalan dengan pendapatBurhan Nurgiyantoro (2013: 288) yang mengatakan bahwa cerita pendek hanya bercerita tentang hal-hal yang penting saja dengan penampilan sedikit tokoh, peristiwa latar, tema dan moral dibatasi kearah kesan tunggal sehingga tidak terlalu sulit untuk memahami kesan dari cerita tersebut. Lebih lanjut dijelaskan oleh Rahmanto (1988: 88) bahwa bahan cerita pendek memiliki keuntungan terutama dalam penyajiannya dapat diselesaikan dalam satu kali tatap muka baik dari segi membaca ceritanya maupun tugas-tugas yang berkaitan dengan cerita pendek tersebut.

(38)

20

utama dalam cerita pendek tersebut. Walaupun ceritanya tidak terlalu panjang, namun tetap mengandung pesan moral yang baik untuk para pembaca.

Pembelajaran yang terkait dengan cerita pendek harus disajikan dengan menyenangkan dan bisa menyampaikan nilai dari cerita pendek tersebut kepada siswa. Hal ini sesuai dengan hakikat cerita menurut Horatius (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 37)yaitu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Cerita pada umumnya memiliki nilai atau pesan moral seperti yang diungkapkan oleh Sawyer dan Commer (Muh. Nur Mustakin, 2005: 3) bahwa cerita merupakan hasil karya sastra yang yang dapat membentuk sikap positif pada anak, seperti (1) kesadaran akan harga diri, (2) toleransi terhadap orang lain, (3) keingintahuan tentang hidup, dan (4) menyadari hubungan yang manusiawi. Hal ini juga berlaku untuk cerita pendek.

(39)

21

Cerita pendek memiliki beberapa unsuryaitu tema, tokoh, alur, setting,dan amanat. Penjelasan dari unsur-unsur tersebut adalah sebagai

berikut: a) Tema

Tema merupakan salah satu unsur dalam cerita pendek yang biasanya menggambarkan keseluruhan dari cerita tersebut. Nurgiyantoro (Haryadi dan Zamzami, 1997: 7) menjelasakan bahwa tema dapat dipandangan sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum yang dikembangkan menjadi cerita atau pembicaraan.Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Wijaya Heru Santoso dan Sri Wahyuningtyas (2010: 3) yang memandang tema dari segi prinsip yatiu sebagai ide atau makna sentral dari cerita. Lebih lanjut dijelaskan oleh Syukur Ibrahim (1987: 170) bahwa cerita pada dasarnya dikembangkan dari sebuah tema dimana tema tersebut dijelaskan dengan cara memberikan penjelasan lain sehingga tema tersebut terurai secara jelas dan terperinci.

b) Tokoh

(40)

22

biasanya memiliki kerakter yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Tokoh dan karakter yang diperankanmerupakan dua hal yang saling berhubungan karena setiap aksi atau pola perilaku yang dilakukan oleh tokoh akan menggambarkan karakter yang dimiliki.

c) Alur atau Plot

Plot merupakan rangkaian peristiwa yang berkesinambungan dan saling terkait sehingga membentuk suatu cerita. Sabarti akhadiah (1992: 184) membagi alur menjadi dua yaitu alur longgar dan alur erat. Alur longgar kemungkinan meninggalkan salah satu bagian bagian peristiwa karena dirasa tidak berpengaruh dengan peristiwa lainnya atau tidak merusak keutuhan jalan cerita. Sedangkan alur erat adalah alur yang memperlihatkan hubungan antarperistiwa yang cukup baik sehingga selalu menarik keingintahuan pembaca tentang peristiwa yang akan terjadi selanjutnya.

(41)

23 d) Setting atau latar

Setting atau latar terkait dengan tempat dan waktu terjadinya cerita

sehingga membuat ceritanya lebih hidup serta membantu daya imajinatif anak dengan membayangkan tempat dan waktu yang ada dalam cerita tersebut. Abrams (Wijaya Heru Santoso dan Sriwahyuningtyas, 2010: 11) membagi latar menjadi yaitu latar sosial yang menyangkut status sosial tokoh, latar tempat atau geografis terkait dengan lokasi terjadinya cerita, dan latar waktu yang terkait dengan saat terjadinya peristiwa dalam cerita. Namun yang biasanya dibahas di sekolah dasar adalah latar tempat dan latar waktu.

e) Amanat

Amanat berkaitan dengan pesan-pesan moral yang ada dalam cerita. Setiap cerita pasti mengandung pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Pesan moral yang ada dalam cerita tentunya memberikan manfaat bagi siswa yaitu pemahaman tentang sikap-sikap yang baik sehingga mampu mengubah perilaku dan membentuk kepribadian siswa menjadi pribadi yang bermoral.

(42)

24 4. Apresiasi Sastra Anak Jenis Cerita Pendek

Aspek yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pembelajaran terkait dengan cerita pendek adalah menumbuhkan minat siswa terhadap cerita pendeksertakemampuan siswa untu memahami isi dari cerita pendek tersebut. Menumbuhkan minat serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi cerita biasa dikenal dengan konsep apresiasi sastra.

Boen Oemarjati (Muhamad Rohmadi dan Slamet Subiyantoro, 2009: 67) menjelaskan bahwa pembelajaran apresiasi sastra lebih menekankan pada pengembangan afektif siswa karena menambah pengalaman siswa dan tanggap terhadap lingkungan sekitar. Sementara S. Effendi (Supriyadi, 2006: 75) memberikan batasan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan dimana siswa dengan serius menggauli karya sastra sehingga pada akhirnya muncul pemahaman dan kepekaan baik dari segi pemikiran maupun perasaan yang positif terhadap suatu karya sastra.

(43)

25

Pembelajaran apreasiasi sastra tentang cerita ini bisa dimulai dari kelas rendah sampai dengan kelas yang tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh Supriyadi (2006: 76) bahwa apresiasi sastra bisa dimulai dari kelas rendah sampai kelas tinggi hanya materi jenis prosa yang diajarkan agak berbeda. Untuk kelas rendah lebih kepada dongeng sedangkan untuk kelas tinggi cerita pendek.

5. Pemahaman Isi Cerita Pendek

Kegiatan membaca membutuhkan kemampuan pemahaman terhadap isi bahan bacaan termasuk saat membaca cerita pendek. Membaca menurut Sabarti akhadiah, dkk (1992: 22) merupakan suatu kegiatan yang memadukan beberapa aspek seperti mengenal huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi serta maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Henry Guntur Tarigan (2015: 121) menjelaskan bahwa sebagai pembaca yang baik harus memahami apa yang dibacanya dimana hal ini didukung oleh perhatian atau konsentrasi saat membaca dan pengetahuan mengenai kata-kata atau kosa kata yang luas. Sejalan dengan pendapat Burns (Haryadi dan Zamzani, 1997: 33) yang mengatakan bahwa pemahaman terhadap isi bacaansangat dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan pembaca dimana pembaca yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas akan berpeluang lebih besar untuk dapat mengembangkan pemahaman kata dan konsep bacaan.

(44)

26

saat membaca cerita pendek. faktor yang mempengaruhi pemahaman terhadap sesuatu yang dibaca adalah konsentrasi dan pengetahuan terhadap kosa kata dimana dengan banyak mengetahui kosa kata tidak akan kesulitan untuk memahami makna atau informasi dari bacaan secara utuh.

Pada jenjang sekolah dasar jenis membaca yang diajarkan yaitu membaca permulaan untuk kelas I-II dan membaca lanjut untuk kelas III-VI. Tampubolon menjelaskan bahwa pada tingkatan membaca permulaan siswa diajarkan untuk menyuarakan huruf-huruf sebagai lambang bunyi bahasa. Sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa tujuan dari membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang tepat. Sedangkan pada kelas III-VI membaca lanjut atau biasa disebut membaca pemahaman. Sabarti Akhadiah, dkk (1992: 31-37) mengatakan bahwa tujuan dari membaca lanjut adalah agar siswa dapat memahami dan menghayati isi bacaan. Tampubolon (2015: 5) menjelaskan bahwa membaca pemahaman lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan pikiran dan penalaran dimana siswa berusaha menemukan dan memahami informasi yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya.

(45)

27

cerita pendek yang memiliki pesan moral. Jika siswa bisa memahami dan menghayati isi cerita maka pesan moral tersebut juga akan sampai kepada siswa dan bisa membantu pembentukan sikap atau perilaku siswa ke arah yang positif.

Terkait dengan kemampuan memahami bacaan (kemampuan pemahaman), Sabarti Akadiah, dkk (1992: 4-5) membagi menjadi tiga yaitu kemampuan menerjemahkan, kemampuan menafsirkan dan kemampuan ekstrapolasi. Penjelasan dari ketiga kemampuan memahami tersebut sebagi berikut:

a) Kemampuan menerjemahkan adalah kemampuan mengubah pernyataan dari suatu bahasa atau bentuk komunikasi ke bahasa atau bentuk komunikasi yang lain. Contoh dari kemampuan menerjemahkan ini adalah mengubah isi bacaan ke dalam bentuk bagan, gambar dan bentuk lainnya ataupun sebaliknya dengan tujuan agar lebih mudah dipahami. Jika dikaitkan dengan teks cerita pendek, kemampuan menerjemahkan ini dapat dilakukan dengan cara siswa menuliskan pokok dari tiap paragraf yang dalam teks cerita dibuat dalam bentuk bagan.

(46)

28

c) Kemampuan ekstrapolasi merupakan kemampuan untuk menafsirkan atau meramalkan data yang sudah ada. Misalnya meramalkan kejadian selanjutnya dari suatu bacaan. jika dikaitkan dengan cerita pendek maka kemampuan ini dilihat dari kemampuan siswa untuk menebak kejadian yang akan terjadi selanjutnya setelah membaca beberapa paragraf sebelum lanjut membaca ceritanya secara utuh.

Berdasarkan uraian diatas terkait dengan pembelajaran sastra khususnya cerita pendek di sekolah dasar maka dapat diambil kesimpulan bahwapembelajaran sastra jenis cerita pendek adalah pembelajaran yang menyajikan cerita pendek yaitu salah satu jenis prosa yang ceritanya tidak terlalu panjang tetapi bermakna dan memiliki pesan moral sebagai bahan atau sumber belajar. Pemahaman terhadap isi cerita pendek adalah kemampuan untuk menggali dan memahami informasi yaitu terkait dengan unsur-unsur cerita pendek yang meliputi tema, tokoh serta karakter tokoh, alur, setting dan amanat sehingga dapat menangkap pesanserta dapat menuliskan kembali isi cerita.

C.Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Metode Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC)

1. Pengertian pembelajaran kooperatif (cooperative learning)

(47)

29

kooperatif lebih merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari mata pelajaran.

Kedua pendapat di atas, sejalan dengan yang diungkapan oleh Tukiran Taniredja, dkk. (2011: 56) yang mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif (coopertive learning) merupakan suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau saling membantu dalam kelompok guna untuk mencapai hasil yang maksimal dimana keberhasilan sangat dipengaruhi oleh kekompakan tim. Melalui pembelajaran kooperatif, siswa diharapkan bisa saling membantu, bekerjasama, saling memberikan pendapat untuk mengasah pengetahuan yang dikuasai dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing sehingga hasil kerja tim juga ikut maksimal.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah aktivitas pembelajaran dimana siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk bisa saling bekerjasama dan saling memberikan pendapat dalam mengolah informasi atau menyelesaikan masalah yang telah disediakan dan dirancang oleh guru sehingga bisa saling mengasah pengetahuan dan saling membantu agar semua siswa bisa meningkatkan pengetahunnya.

2. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

(48)

30

kelompoknya. Lebih lanjut dijelaskan oleh Rusman (2012: 210) bahwa tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa terkait dengan keterampilan kerjasama dan kolaborasi. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari pembelajaran kooperatif adalah mengembangkan sikap kerjasama pada siswa dalam melakukan atau mengerjakan sesuatu bersama siswa yang lain.

Keterampilan sangat penting untuk diajarkan mengingat bahwa dalam kehidupan bermasyarakat, sebagaian besar pekerjaan dilakukan dalam bentuk organisasi atau kelompok yang sangat membutuhkan kerjasama agar dapat berjalan dengan baik. Sehingga melalui kebiasaan bekerja kelompok dalam model kooperatif, siswa secara tidak langsung juga dilatih untuk siap terjun dalam lingkungan kelompok masyarakat agar menunjukkan kemampuan bekerjasama yang baik saat sedang berinteraksi dengan anggota masyarakat yang lain.

3. Pembelajaran Kooperatif Metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)

(49)

31

pembelajaran Bahasa Indonesia untuk materi membaca, menemukan ide pokok atau tema sebuah wacana.

Lebih lanjut dijelaskan oleh Miftahul Huda (2011: 126) bahwa metode CIRC dirancang untuk mengakomodasikan level kemampuan siswa yang beragam baik melalui pengelompokan heterogen maupun homogen. Siswa akan ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil dan mengikuti serangkaian instruksi guru tentang keterampilan membaca dan menulis, kemudian praktik, lalu pra-nilai dan kuis. Dari ketiga pendapat ini dapat disimpulkan bahwa metode CIRC adalah serangkaian kegiatan yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang bahasa seperti membaca, menulis maupun seni berbahasa pada siswa kelas tinggi sekolah dasar guna untuk mengakomodasi kemampuan siswa yang berbeda-beda.

(50)

32

menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.

Penerapan metode CIRC melalui beberapa fase seperti yang dikemukakan oleh Imas Kurniasih dan Berlin Sani (2015: 90) bahwa ada beberapa fase yang akan dilalui oleh siswa, yaitu; 1) fase pengenalan konsep dimana guru akan mengenalkan suatu konsep baru kepada siswa yang didapat dari proses pembelajaran yang telah dilalui siswa. 2) fase eksplorasi dan aplikasi, kesempatan siswa untuk mengungkapkan ide atau gagasan dan dikaitkan dengan fenomena yang mereka alami atau yang ada di bacaan. 3) fase publikasi, siswa menceritakan atau mengkomunikasikan hasil temuan atau memperagakan tentang materi yang dibahas.

Adapun tahap pembelajaran menggunakan metode CIRC menurut Steven dan Slavin (Tukiran Taniredja, dkk., 2011:112) sebagai berikut.

a) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang yang secara heterogen b) Guru memberikan wacana atau kliping sesuai dengan topik pembelajaran c) Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan

memberi tanggapan terhadap wacana atau kliping dan ditulis pada lembar kertas

d) Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok e) Guru membuat kesimpulan bersama

f) Penutup

(51)

33

bahwa satu fokus utama dari kegiatan CIRC sebagai cerita dasar adalah membuat penggunaan waktu menjadi lebih efektif: para siswa yang bekerja dalam tim-tim kooperatif dari kegiatan-kegiatan dalam metode CIRC ini supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang-bidang lain seperti pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan pesan dan ejaan. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa melalui metode CIRC, siswa tidak hanya sekedar melafalkan kata-kata yang ada dalam teks cerita pendek melainkan memahami isi dari cerita yang sedang dibaca.

Adapun tahapan metode CIRC yang diungkapkan oleh Robert E. Slavin (2005: 207) dalam kegiatan pembelajaran yang yang menyajikan materi cerita terdiri dari beberapa tahapan kegiatan, sebagai berikut.

a) Membaca berpasangan

Pada tahap ini siswa diarahkan untuk membaca cerita di dalam hati kemudian secara bergantian dengan anggota kelompok membaca cerita secara bergantian tiap paragraf dan juga saling mengoreksi saat ada kesalahan dalam membaca.

b) Menulis Cerita yang Bersangkutan dan Tata Bahasa Cerita

(52)

34

menulis beberapa paragraf mengenai topik yang berkaitan dengan cerita misalnya siswa diminta untuk menulis akhir dari cerita yang berbeda untuk cerita tersebut.

c) Mengucapkan kata-kata dengan keras

Pada tahap ini siswa diberikan daftar kata-kata baru atau sulit dalam cerita. kemudian guru membacakan kata-kata tersebut dan diikuti oleh siswa. Selanjutnya, siswa membaca daftar kata-kata secara berpasangan agar tidak ragu dalam mengucapkan.

d) Makna Kata

Setelah mendapat daftar kata-kata yang baru kemudian siswa mencoba mencari makna dari kata-kata tersebut dengan bimbingan guru. Kalau siswa tidak menemukan makna kata maka guru bisa menjelaskan makna dari kata-kata tersebut.

e) Menceritakan kembali cerita

Setelah memahami makna dari kata-kata baru atau sulit, agar bisa memahami cerita secara utuh maka siswa diminta untuk membaca kembali cerita. Kemudian siswa mendiskusikan isi cerita dalam kelompok dan tiap-tiap siswa menulis poin-poin utama dari cerita untuk pasangannya.

f) Ejaan

(53)

35 g) Pemeriksaan oleh pasangan

Jika semua kegiatan sudah dilaksanakan maka pasangan siswa masing-masing memberikan formulir tugas yang mengindikasikan bahwa mereka telah menyelesaikan atau memenuhi kriteria terhadap tugas tersebut. Kemudian siswa juga diberikan tugas-tugas harian unutk mengukur pemahaman siswa.

h) Tes

Pada akhir dari 3 periode kelas siswa diberikan test pemahaman terhadap cerita. Pada test ini siswa tidak boleh saling membantu.

Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan tentang model pembelajaran kooperatif terkait metode CIRC adalah proses pembelajaran yang menekankan adanya interaksi antara siswa melalui kerja kelompok, dimana metode CIRC biasanya digunakan pada mata pelajaran bahasa Indonesia untuk melatih kemampuan yang terkait dengan kemampuan berbahasa seperti membaca dan memahami makna.

Terkait dengan materi cerita pendek tahapan yang cocok digunakan dari metode CIRC ini adalah tahapan-tahapan yang diungkapakan oleh Robert E. Slavin yaitu membaca berpasangan, menulis cerita yang bersangkutan, mengungkapkan kata-kata dengan keras, makna kata, menceritakan kembali cerita, ejaan, pemeriksaan oleh pasangan dan yang terakhir adalah tes.

D. Karakteristik Siswa Kelas V Sekolah Dasar

(54)

36

adalah totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada tiap pribadi (siswa) yang bepengaruh terhadap pola aktivitas anak dalam proses belajar guna untuk mewujudkan harapan dan cita-cita. Oleh karena itu, agar siswa bisa mengikuti proses pembelajaran maka metode yang digunakan harus disesuaikan dengan pola belajar siswa. Pemahaman terhadap karakteristik siswa juga bisa dilihat daritingkat perkembangan siswa salah satu aspeknya yaitu perkembangan kognitif.

Tahapan-tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget (Rita Eka Izzaty, dkk.,2008: 35) adalah:

1) Tahap sensorimotor (lahir – 18 bulan) 2) Tahap praoperasional (18 bulan – 6 tahun) 3) Tahap operasional konkret (6 tahun – 12 tahun) 4) Tahap operasional formal (12 tahun atau lebih)

Dari beberapa tahap di atas, maka siswa kelas V sekolah dasar yang rata-rata usianya 11 sampai 12 tahun perkembangan kognitifnya berada pada tahap opersional konkret. Ciri dari tahap operasional konkret ini yaitu siswa sudah mampu mengemukakan ide berdasarkan pemikiran dan pikirannya masih terbatas pada benda dan kejadian yang akrab dengan siswa.

Kelas V sekolah dasar tergolong dalam kelas tinggi dan memiliki ciri-ciri yang berbeda dari kelas rendah. Adapun ciri-ciri siswa kelas tinggi di sekolah dasar menurut Rita Eka Izzaty, dkk., (2008:116) adalah sebagai berikut:

(55)

37

3) Mulai memiliki minat dan tertarik dengan pelajaran tertentu 4) Nilai dipandang sebagai ukuran untuk melihat prestasi 5) Suka membentuk kelompok untuk bermain bersama

Berdasarkan ciri tersebut dilihat bahwa siswa kelas V sudah mulai memiliki rasa ingin tahu sehingga mulai berani untuk bertanya dan mengungkapkan pendapatnya. Siswa juga mulai memiliki minat terhadap pembelajaran tertentu oleh karena itu proses pembelajaran harus dibuat semenarik mungkin untuk dapat menarik minat siswa terhadap proses pembelajaran. Dengan memanfaatkan pola pikir siswa yang memandang nilai sebagai ukuran untuk melihat prestasi maka guru menjadikan ini sebagai alasan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar bisa memperoleh nilai yang bagus tapi harus tetap disesuaikan dengan kemauan siswa diantaranya yaitu dengan menggunakan pembelajaran secara berkelompok.

E.Kerangka Pikir

(56)

38

Cerita pendekadalah salah satu jenis prosa yang isi tidak terlalu panjang tetapi tetap bermakna. Cerita pendek biasanya digunakan sebagai salah satu sumber belajar dikelas tinggi seperti kelas V, dimana bukan hanya untuk mengembangkan keterampilan membaca siswa tetapi juga untuk membentuk sikap siswa melalui pesan moral yang ada di dalamnya. Agar pesan yang disampaikan bisa diterima oleh siswa maka siswa harus bisa memahami isi cerita pendek tersebut yang meliputi tema, tokoh dan karakteristiknya, alur, setting dan amanat sehingga bisa menuliskan kembali isi cerita.

Permasalahan yang terjadi pada siswa kelas V SDN 3 Jarakan adalah masih rendahnya kemampuan siswa dalam memahami isi cerita pendek. Saat proses pembelajaran yang terkait dengan cerita pendek sebagian besar siswa hanya sekedar membaca ceritanya saja tanpa memahami makna dari cerita tersebut dilihat dari ketidakmampuan siswa untuk mengidentifikasi unur-unsur cerita yang ada pada teks serta menuliskan kembali isi cerita pendek. Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi cerita pendek tentunya dibutuhkan metode pembelajaran yang tepat. Salah satunya adalah metode Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

(57)

39

siswa karena akan dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran tidak hanya sekedar mendengarkan guru membaca dan kemudian menyelesaikan soal. sehingga penggunaan metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam pembelajaran khususnya materi cerita

pendek, dapat membuat siswa lebih meningkatkan motivasi atau semangat belajarserta partisipasi aktif siswa dan lebih fokus pada proses pembelajaran sehinggasiswa bisa lebih mudah untuk memahami isi ceritapendek yang terkait dengan unsur-unsur cerita serta menuliskan kembali cerita.Kerangka pikir ini dibuat dalam bagan sebagai berikut.

Bagan I: Kerangka Pikir

Proses pembelajaran memahami isi cerita pendek belum melibatkan siswa secara aktif dan pemahaman isi cerita pendek masih rendah

Proses pembelajaran melibatkan siswa secara aktif dan pemahaman terhadap isi cerita pendek siswa meningkat yang meliputi, a) tema, b) tokoh, c) alur, d) setting, e) amanat agar bisa memahami pesan, f) mengungkapkan kembali isi cerita

Tahapan kegiatan pembelajaran menggunakan metode CIRC dalam pembelajaran pemahaman isi cerita pendek:

a) Membaca berpasangan

b) Menuliskan kembali cerita dan tata bahasa cerita c) Mengucapkan kata-kata dengan keras

d) Makna kata

e) Menceritakan kembali cerita f) Ejaan

(58)

40 F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan deskripsi teori dan kerangka pikir yang diungkapkan di atas, rumusan hipotesis dalam penelitian ini “Metode Cooperative Integrated

(59)

41 BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Suharsimi Arikunto (2010: 1) menjelaskan bahwa

tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah unuk menyelesaikan masalah melalui suatu tindakan nyata bukan hanya sekedar mencermati kemudian mendeskripsikan terkait dengan masalah yang dialami. Berdasarkan penjelasan tersebut diketahui bahwa penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk mengatasi masalah di dalam kelas dengan melakukan suatu tindakan yang dirasa lebih efektif agar kualitas pembelajaran dapat meningkat baik dari segi proses maupun hasil belajar siswa.

Penelitian tindakan kelas ini merupakan penelitian tindakan kelas kolaboratif. Menurut Suroso (2007: 33), penelitan tindakan kelas kolabotarif merupakan penelitian dimana peneliti bekerjasama dengan beberapa pihak, baik kepala sekolah, guru kelas maupun peneliti dari perguruan tinggi kependidikan secara serempak. Dalam hal ini guru bertindak sebagai pelaksana (pengajar) dan peneliti bertindak sebagai observer serta perancang tindakan. B.Model Penelitian

(60)

42 3 Keterangan:

Siklus I: 1 1. Perencanaan

2. Perlakuan dan Pengamatan 2 3. Refleksi

Siklus II: 3 1. Perencanaan

2. Perlakuan dan pengamatan 3. Refleksi

1 dst... 2

Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 93)

Adapun penjelasan dari masing-masing tahap dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Tahapan ini dimulai dari penemuan masalah kemudian merancang tindakan yang dilakukan. Secara rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.

a) Menemukan masalah yang ada di lapangan, yaitu:

(61)

43

2) Peneliti bersama guru kelas menganalisa masalah pembelajaran dengan berdiskusi terkait dengan proses pembelajaran yang berhubungan dengan cerita dan menyimpulkan bahwa salah satu faktor penyebab kurangnya kemampuan siswa dalam memahami isi ceita adalah karena metode yang digunakan oleh guru masih sebatas membaca cerita secara individu kemudian mengerjakan soal. Hal ini dikarenakan masih kurangnya metode yang dikuasai oleh guru.

3) Berdasarkan hasil diskusi tersebut maka peneliti memberikan solusi yaitu dengan merubah metode pembelajaran menggunakan metode CIRC dalam pembelajaran yang terkait dengan cerita untuk dapat meningkatkan kemampuan memahami isi cerita siswa kelas V.

b) Merancang tindakan yang akan dilakukan

Perencanaan tindakan adalah persiapan tindakan pembelajaran dengan menggunakan metode CIRC dengan langkah-langkah berikut: 1) Menyamakan persepsi antara guru dan peneliti tentang konsep dan

tujuan penggunaan metode CIRC dalam pembelajaran.

2) Secara kolaboratif menyusun rencana tindakan pembelajaran pada siklus 1 yang dituangkan dalam RPP. Namun perencanaan yang dibuat masih bersifat fleksibel terhadap perubahan dalam pelaksanaannya. 3) Menentukkan bahan, materi dan media pembelajaran yang akan

digunakan dalam pembelajaran.

(62)

44

2. Tindakan (Action) dan pengamatan (Observasi) a) Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan yaitu tahap mengimplementasikan rencana tindakan yang telah disusun secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas V. Pada penelitian ini, peneliti bersama guru melakukan tindakan sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pembelajaran tentang cerita pendek dengan menggunakan metode CIRC.

b) Pengamatan (observasi)

Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengamati proses pelaksanaan dan hasil serta dampak dari tindakan yang dilakukan terhadap siswa. Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru selama proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dibuat.

3. Refleksi

(63)

45 C. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD 3 Jarakan yang berjumlah 29 orang dengan jumlah perempuan 10 orang dan laki-laki 19 orang. Siswa kelas V dipilih sebagai subjek penelitian karena masih rendahnya kemampuan dalam memahami isi cerita. Adapun daftar nama-nama siswa kelas V SDN 3 Jarakan sebagai berikut:

Tabel 2. Data Siswa Kelas V SDN 3 Jarakan

No Nama Siswa Jenis Kelamin No Nama Siswa Jenis Kelamin

Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah peningkatan kemampuan memahami isi cerita siswa kelas V SD 3 Jarakan.

D.Setting Penelitian

(64)

46

dari segi fisik, kondisi bangunan sekolah ini sangat baik dan layak untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Sekolah ini berada diantara rumah penduduk yang jauh dari jalan raya sehingga sangat nyaman untuk belajar. Untuk kegiatan belajar mengajar hari Senin sampai Kamis dimulai dari pukul 07.00 s/d pukul 12.00 sedangkan untuk hari Jum’at dan Sabtu dimulai dari

pukul 07.00 s/d pukul 11.00.

(65)

47

KM/WC. Sekolah ini juga memiliki masjid dan tempat parkir sepeda untuk siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015/2016 yang pelaksanaannya antara bulan Maret sampai Mei.

E.Definisi Operasional

Dalam penelitian ini terdapat beberapa istilah yang perlu didefinisikan, yaitu sebagai berikut:

1. Pemahaman isi cerita pendek adalah kemampuan siswa untuk memahami isi dari cerita yang terkait dengan unsur-unsur cerita pendek yaitu tema, tokoh dan karakteristiknya, alur atau plot, setting, amanat sehingga bisa memahami pesan dan bisa menuliskan kembali isi cerita tersebut.

2. Metode pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah metode pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan dalam bidang bahasa seperi membaca. Tahapan dalam metode ini yaitu: 1) membaca berpasangan; 2) Menulis Cerita yang Bersangkutan dan Tata Bahasa Cerita; 3) mengucapkan kata-kata dengan keras; 4) makna kata; 5) menceritakan kembali cerita; 6) Ejaan; 7) pemeriksaan oleh pasangan; 8) tes

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes esai, observasi dan catatan lapangan.

1. Tes Esai

(66)

48

mengukur keterampilan, pengetahuan, kemampuan, intelegensi atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes berupa soal tertulis sebagai alat untuk mengukur pemahaman siswa terhadap materi yang telah dipelajari yaitu terkait dengan pemahaman isi cerita pendek. Sehingga, melalui hasil tes dapat diketahui tingkat pemahaman siswa meningkat atau tidak. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes esai.

2. Observasi

Observasi menurut Daryanto (2011: 80) adalah pengamatan dan pencatatan suatu objek yang difokuskan pada perilaku tertentu. Tujuan dari observasi ini adalah untuk mengambil dan memperoleh data terkait dengan berlangsungnya proses pembelajaran. Dalam penelitian ini observasi dilakukan oleh peneliti dan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung yaitu mengamati aktivitas siswa dan guru. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi yang sudah dibuat oleh peneliti. Lembar observasi ini berbentuk check list dengan pilihan ya atau tidak. 3. Catatan lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mencatat hal-hal yang terjadi yang tidak terdapat dalam lembar pengamatan observasi.

G.Instrument Penelitian 1. Tes esai

(67)

49

dengan menggunakan bahasa sendiri. Pemberian soal tes dalam bentuk esai karena soal ini diberikan kepada siswa kelas V yang sudah mulai ingin mengungkapkan ide dan untuk bisa lebih mengetahui pasti tentang kemampuan siswa dalam memahami isi cerita pendek.

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Isi Cerita Pendek Kelas V

6. Menuliskan kembali cerita 10 1

2. Lembar observasi Check List

Lembar observasi check list ini digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung saat penerapan metode CIRC untuk mengajarkan materi yang terkait dengan cerita pendek. Aspek yang diamati adalah penerapan metode CIRC oleh guru dalam proses pembelajaran yang terkait dengan cerita pendek.

Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Guru Saat Menerapkan Metode CIRC

No Komponen Nomor

item

Jumlah item 1. Pelaksanaan kegiatan membaca berpasangan 1,2,3 3 2. Pengarahan kegiatan menulis cerita yang

bersangkutan dengan tata bahasa cerita

4,5 2

3. Menemukan kata-kata sulit 6,7 2

(68)

50

Selain pengamatan terhadap penerapan metode CIRC oleh guru, aspek lain yang diamati adalah kegiatan siswa sesuai dengan langkah-langkah metode CIRC dalam proses pembelajaran materi cerita pendek. Siswa adalah sasaran dari penerapan metode CIRC ini, sehingga sangatlah penting untuk mengamati respon atau keaktifan siswa saat mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan metode CIRC ini. Melalui pengamatan atau observasi dapat diketahui kefektifitasan metode CIRC ini bagi kemampuan memahami isi cerita siswa dilihat dari penyelesaian berbagai kegiatan yang ada dalam metode CIRC serta untuk meningkatkan motivasi dan pasrtisipasi siswa dalam prose pembelajaran.

Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Siswa Saat Proses Pembelajaran Dengan Metode CIRC

3. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan hanya untuk mencatat hal-hal yang terjadi yang tidak terdapat dalam lembar pengamatan atau observasi.

No Komponen Nomor

item

Jumlah item 1. Membaca cerita secara berpasangan 1,2 2 2. Menulis cerita yang bersangkutan dengan tata

(69)

51

Tabel 6. Kisi-Kisi Catatan Lapangan Selama Proses Pembelajaran

No Kegiatan Pembelajaran Aspek 1. Kegiatan pada awal

a. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran b. Keseriusan siswa untuk mengikuti

pembelajaran deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis skor hasil tes ketuntasan belajar siswa setelah pembelajaran tentang cerita menggunakan metode CIRC. kemudan hasilnya dibandingkan antara hasil sebelum dilakukan penerapan motode CIRC dengan nilai antar siklus setelah diterapkan metode CIRC.

Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil observasi. Data yang diperoleh dari hasil observasi terkait dengan keberlangsungan proses pembelajaran dengan menggunakan metode CIRC termasuk hambatan-hambatan yang terjadi. Keabsahan data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara triangulasi yaitu mencocokan data yang satu dengan data yang lain.

I. Indikator Keberhasilan

Gambar

Gambar 1. Penelitian Tindakan Model Spiral Kemmis dan Mc. Taggart (Suharsimi Arikunto, 2006: 93)
Tabel 2. Data Siswa Kelas V SDN 3 Jarakan
Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Pemahaman Isi Cerita Pendek Kelas V Sekolah Dasar
Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Siswa Saat Proses Pembelajaran Dengan Metode CIRC
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah

– Identifikasi atribut dan operasi setiap klas – Definisi struktur klas ( class diagram ).. – Definisi model relasi antar klas

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadira t Allah Subhanallahu wa Ta’ala yang telah memberikan rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, sebagai

Pembentukan Unit Pelaksana Teknis sebagaimana dimaksud pada Pasal 32 ayat (1), ditetapkan oleh Kepala setelah mendapat persetujuan tertulis dari menteri yang

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah bagaimana membangun suatu sistem menggunakan metode Analytical Hierarchy

Tidak ada perbedaan pengaruh penerapan gaya mengajar resiprokal dengan self check terhadap hasil belajar keterampilan bolavoli pada kemampuan gerak rendah siswa putra kelas

Untuk itu, pada pembuatan rangkaian alat Lampu Sein Variasi ini bertujuan untuk mempelajari cara kerja dari Lampu sein variasi dan dapat menghasilkan output dengan variasi yang

Data tersebut oleh penulis dihitung dengan menggunakan rasio keuangan, dianalisis dan dicari arti atau maksud dari rasio tersebut sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan dari