• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Pembelajaran Sastra Anak Jenis Cerita Pendek di Sekolah Dasar

dikuasai yaitu keterampilan menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara dan keterampilan menulis.

B.Pembelajaran Sastra Anak Jenis Cerita Pendek di Sekolah Dasar 1. Pengertian Sastra Anak

Sastra anak merupakan salah satu bagian yang ada dalam komponen materi yang di ajarkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar.Pada dasarnya pengertian sastra anak hampir sama dengan pengertian sastra secara umum karena sastra anak adalah salah satu jenis dari sastra itu sendiri. Rahmanto (1988: 9) mengatakan bahwa sastra itu bukanlah sesuatu yang mengandung arti yang sederhana melainkan mempunyai arti yang luas karena didalam sastra terdapat beberapa kegiatan yang berbeda-beda.

Sastra anak menurut Supriyadi (2006: 4) adalah karya imajinatif dalam bentuk bahasa tentang pengalaman, perasaan dan pikiran anak secara jujur dan dibuat untuk anak-anak yang ditulis baik oleh anak-anak maupun orang dewasa. Pendapat Supriyadi ini didasarkan pada beberapa pandangan terkait dengan definisi sastra anakdalam Supriyadi (2006: 3) yaitu:

a) Pandangan yang mengatakan bahwa sastra anak dibuat memang untuk anak-anak. Hal ini bisa dilihat dari kata pengantar atau media yang digunakan untuk memuat karya sastra tersebut seperti buku atau majalah anak (Stewig, 1980; Huck et al, 1987).

b) Pandangan kedua menyakan bahwa sastra anak adalah sastra yang hanya dibuat oleh anak-anak. pandangan ini lebih menekankan kriteria utama dalam menentukkan jenis karya sastra adalah pada penulis atau

16

pengarangnya. Namun kenyataannya banyak juga orang dewasa yang menulis sastra anak (Huck, et al., 1987:5)

c) Pandangan ketiga melihat sastra anak dari segi nilai. pandangan ini mengatakan bahwa sastra anak adalah sastra yang memiliki nilai positif untuk membentuk kepribadian anak mejadi orang yang beradab dan berbudaya

Berdasarkan pengertian dan beberapa pandangan di atas dapat disimpulkan bahwa sastra anak adalah hasil karya imajinatif yang cakupannya luas dan terdiri dari beberapa kegiatan yang berbeda yang dibuat dalam bentuk dan struktur bahasa didalamnya terdapat nilai positif untuk membentuk kepribadian anak. Sastra anak ini bisa dibuat oleh anak-anak dan juga orang dewasa dan biasanya diterbitkan dalam bentuk buku atau majalah anak.

2. Manfaat Pembelajaran Sastra Anak

Sastra bukanlah hanya sekedar karya yang tidak memiliki manfaat untuk pembacanya, setiap karya sastra yang dibuat tentu mempunyai maksud, pesan atau nilai yang bermanfaat. Begitu juga dengan pembelajaran sastra di sekolah dasar khususnya sastra anak tentu akan ada manfaat untuk siswa dari setiap karya sastra yang dibacanya. Manfaat pendidikan sastra secara umum juga sama dengan manfaat dari sastra anak. Menurut Rahmanto (1988: 16) pendidikan sastra secara umum memiliki 4 manfaaat, yaitu :

1) Membantu meningkatkan keterampilan berbahasa yang meliputi keterampilan menyimak, wicara, membaca dan menulis.

17

3) Mengembangkan cipta dan rasa untuk menggali kecakapan-kecakapan yang ada dalam diri baik kecakapan yang bersifat indra, penalaran, afektif, sosial maupun religius.

4) Membantu pembentukan watak melalui pesan atau nilai-nilai yang terkandung dalam sastra yang dibaca.

Manfaat sastra anak lebih diperinci lagi oleh Burhan Nurgiyantoro (2013: 36) dengan dilihat dari dua aspek nilai, yaitu:

1) Nilai Personal, dimana sastra mampu membantu perkembangan emosional, menumbuhkan rasa sosial serta menumbuhkan rasa etis dan religius.

2) Nilai pendidikan, sastra bermanfaat untuk meningkatkat keterampilan eksplorasi dan penemuan, membantu perkembangan bahasa, mengembangkan nilai keindahan, menanamkan wawasan multikultural serta penanaman kebiasaan membaca.

Pendapat ini sejalan dengan yang diungkapkan oleh Huck et al. (dalam Supriyadi, 2006: 4) yang menjelaskan manfaat sastra anak yang dibagi dalam dua kategori yaitu:

1) Manfaat bagi kepribadian anak, dimana melalui sastra anak bisa mengembangkan daya imajinatif, intelektual serta mendidik anak melalui berbagai nilai atau pesan yang ada dalam tiap karya sastra serta menambah pemahaman anak tentang tingkah laku manusia dan wawasan tentang interaksi manusia dengan sesama manusia maupun dengan alam.

2) Manfaat bagi pendidikan anak, dimana sastra anak membantu dalam mempercepat perkembangan bahasa anak salah satunya melalui

18

mendengarkan cerita maka anak akan termotivasi untuk belajar membaca. Sastra anak juga membantu mengembangkan keterampilan menulis tidak hanya untuk menulis kata, kalimat atau paragraf tetapi juga bagaimana penulisan yang baik. Manfaat lainnya yaitu mengembangkan kemampuan lintas kurikulum karena melalui sastra anak, bisa belajar berbagai hal seperti tentang kebudayaan, masyarakat, binatang dan masih banyak lagi yang tentunya juga terkait dengan berbagai pelajaran yang ada di sekolah seperti IPA, IPS, Bahasa, Kewarganegaraan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sastra anak mempunyai manfaat yang besar karena tidak hanya untuk membantu perkembangan aspek kognitif saja tetapi juga dari segi afektif dan psikomotorik siswa. Dengan kata lain, sastra anak membantu siswa menjadi pribadi yang tidak hanya mempunyai wawasan luas tetapi juga mendidik siswa menjadi orang yang memiliki kepribadian yang baik dan mengasah kreatifitas anak sehingga mampu menghasilkan berbagai karya dengan daya imajinatifnya. 3. Pembelajaran Sastra JenisCerita Pendek di Sekolah Dasar

Ceritapendek merupakan salah satu sumber belajar pada jenjang pendidikan dasar. Gregory Maguire (2000: 38 ) mengemukakan pendapatnya terkait dengan cerita pendek, yaitu:

“Short story is fiction that is more immediate and urgent than a novel. I think of it cinematically-the camera zooming in on this one climactic moment, then pulling back on either side of moment to show all that leads up to and comes after it”.

Sejalan dengan pendapat Jacqueline Woodson (2000: 40) yang mengatakan bahwa:

19

“A short story is like the illumination of a match. all the details have to work toward that illumination”.

Dari kedua pendapat tersebut diketahui bahwa cerita pendek pada dasarnya memiliki satu pokok atau inti yang merupakan permasalahan utama. Dimana rangakaian peristiwa atau unsur-unsur dalam cerita merujuk kepada inti dari cerita pendek tersebut. Sehingga untuk bisa menentukan inti dari suatu cerita, kita harus bisa memaknai setiap rangkaian kejadian yang ada dalam suatu cerita pendek.

Sementara itu, Endah Tri Priyatni (2010: 126) mengungkapkan bahwa cerita pendek merupakan salah satu bentuk karya fiksi yang sifatnya serba pendek baik dari segi peristiwa yang diceritakan, isi cerita, maupun jumlah pelaku dan jumlah kata tetapi mengandung kesan yang sangat dalam. Sejalan dengan pendapatBurhan Nurgiyantoro (2013: 288) yang mengatakan bahwa cerita pendek hanya bercerita tentang hal-hal yang penting saja dengan penampilan sedikit tokoh, peristiwa latar, tema dan moral dibatasi kearah kesan tunggal sehingga tidak terlalu sulit untuk memahami kesan dari cerita tersebut. Lebih lanjut dijelaskan oleh Rahmanto (1988: 88) bahwa bahan cerita pendek memiliki keuntungan terutama dalam penyajiannya dapat diselesaikan dalam satu kali tatap muka baik dari segi membaca ceritanya maupun tugas-tugas yang berkaitan dengan cerita pendek tersebut.

Berdasarkan beberapa pendek di atas dapat disimpulkan bahwa cerita pendek merupakan karya fiksi yang ceritanya tidak terlalu panjang namun memiliki kesan yang sangat mendalam. Rangkaian peristiwa dalam cerita pendek menjelaskan suatu pokok permasalahan yang menjadi topik

20

utama dalam cerita pendek tersebut. Walaupun ceritanya tidak terlalu panjang, namun tetap mengandung pesan moral yang baik untuk para pembaca.

Pembelajaran yang terkait dengan cerita pendek harus disajikan dengan menyenangkan dan bisa menyampaikan nilai dari cerita pendek tersebut kepada siswa. Hal ini sesuai dengan hakikat cerita menurut Horatius (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 37)yaitu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan bermanfaat. Cerita pada umumnya memiliki nilai atau pesan moral seperti yang diungkapkan oleh Sawyer dan Commer (Muh. Nur Mustakin, 2005: 3) bahwa cerita merupakan hasil karya sastra yang yang dapat membentuk sikap positif pada anak, seperti (1) kesadaran akan harga diri, (2) toleransi terhadap orang lain, (3) keingintahuan tentang hidup, dan (4) menyadari hubungan yang manusiawi. Hal ini juga berlaku untuk cerita pendek.

Cerita pendek merupakan salah satu sumber belajar di sekolah dasar. Zulela (2012: 45) menyebutkan bahwa pembelajaran sastra di sekolah dasar khususnya di kelas tinggi salah satunya adalah terkait dengan cerita fiksi dimana salah satu bagian dari cerita fiksi itu adalah cerita pendek. Sementara itu, Supriyadi (2006: 100) menjelaskan bahwa ada perbedaan antara cerita pendek yang digunakan untuk kelas rendah dan kelas tinggi yaitu untuk kelas rendah cerita pendek yang digunakan adalah yang temanya sesuai dengan siswa kelas rendah, tidak terlalu panjang dan diksi sesuai dengan tingkat bahasa siswa kelas rendah. Sedangkan untuk cerita pendek yang digunakan dikelas tinggi sudah ada dialog dan isi cerita pendek juga harus sesuai dengan tingkat perkembangan siswa kelas tinggi.

21

Cerita pendek memiliki beberapa unsuryaitu tema, tokoh, alur, setting,dan amanat. Penjelasan dari unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:

a) Tema

Tema merupakan salah satu unsur dalam cerita pendek yang biasanya menggambarkan keseluruhan dari cerita tersebut. Nurgiyantoro (Haryadi dan Zamzami, 1997: 7) menjelasakan bahwa tema dapat dipandangan sebagai dasar cerita, gagasan dasar umum yang dikembangkan menjadi cerita atau pembicaraan.Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Wijaya Heru Santoso dan Sri Wahyuningtyas (2010: 3) yang memandang tema dari segi prinsip yatiu sebagai ide atau makna sentral dari cerita. Lebih lanjut dijelaskan oleh Syukur Ibrahim (1987: 170) bahwa cerita pada dasarnya dikembangkan dari sebuah tema dimana tema tersebut dijelaskan dengan cara memberikan penjelasan lain sehingga tema tersebut terurai secara jelas dan terperinci.

b) Tokoh

Tokoh terkait dengan pelaku dalam cerita. Tokoh menurut Burhan Nurgiyantoro (2013: 222) adalah pelaku yang dikisahkan hidupnya dalam cerita fiksi lewat alur yang baik dan yang berperan sebagai tokoh pada dasarnya tidak hanya sebatas pada manusia tetapi bisa juga berupa hewan. Sejalan dengan pendapat Sudjiman (Tadkiroatun Musfiroh, 2005: 46) bahwa tokoh binatang maupun benda dalam cerita dapat bertingkah laku seperti manusia yaitu dapat berbicara dan juga berpikir. Setiap tokoh dalam cerita

22

biasanya memiliki kerakter yang berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Tokoh dan karakter yang diperankanmerupakan dua hal yang saling berhubungan karena setiap aksi atau pola perilaku yang dilakukan oleh tokoh akan menggambarkan karakter yang dimiliki.

c) Alur atau Plot

Plot merupakan rangkaian peristiwa yang berkesinambungan dan saling terkait sehingga membentuk suatu cerita. Sabarti akhadiah (1992: 184) membagi alur menjadi dua yaitu alur longgar dan alur erat. Alur longgar kemungkinan meninggalkan salah satu bagian bagian peristiwa karena dirasa tidak berpengaruh dengan peristiwa lainnya atau tidak merusak keutuhan jalan cerita. Sedangkan alur erat adalah alur yang memperlihatkan hubungan antarperistiwa yang cukup baik sehingga selalu menarik keingintahuan pembaca tentang peristiwa yang akan terjadi selanjutnya.

Sementara itu, Wendy Widya, dkk (2006: 28) menjelaskan bahwa ada tiga jenis alur, yaitu: (a) alur maju adalah alur atau jalan cerita yang bermula dari titik awal peristiwa dan berjalan secara teratur sampai akhir cerita, (b) alur mundur adalah alur atau jalan cerita dimana peristiwa-peristiwa dalam cerita disusun berdasarkan sebab-akibat diceritakan mulai dari masa lampau ke masa kini, (c) alur campuran yaitu perpaduan antara alur maju dan alur mundur. Terkait dengan alur, yang digunakan adalah alur maju dan alur mundur.

23 d) Setting atau latar

Setting atau latar terkait dengan tempat dan waktu terjadinya cerita sehingga membuat ceritanya lebih hidup serta membantu daya imajinatif anak dengan membayangkan tempat dan waktu yang ada dalam cerita tersebut. Abrams (Wijaya Heru Santoso dan Sriwahyuningtyas, 2010: 11) membagi latar menjadi yaitu latar sosial yang menyangkut status sosial tokoh, latar tempat atau geografis terkait dengan lokasi terjadinya cerita, dan latar waktu yang terkait dengan saat terjadinya peristiwa dalam cerita. Namun yang biasanya dibahas di sekolah dasar adalah latar tempat dan latar waktu.

e) Amanat

Amanat berkaitan dengan pesan-pesan moral yang ada dalam cerita. Setiap cerita pasti mengandung pesan moral yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca. Pesan moral yang ada dalam cerita tentunya memberikan manfaat bagi siswa yaitu pemahaman tentang sikap-sikap yang baik sehingga mampu mengubah perilaku dan membentuk kepribadian siswa menjadi pribadi yang bermoral.

Beberapa unsur yang dijelaskan diatas merupakan isi dari suatu cerita pendek dimanaunsur-unsur tersebut saling berhubungan dan juga melengkapi untuk membentuk makna cerita secara utuh. Jika semua unsur yang telah dijelaskan di atas sudah ada dalam sebuah cerita pendek maka pembaca akan lebih mudah memahami isi atau makna dari cerita pendek tersebut.

24 4. Apresiasi Sastra Anak Jenis Cerita Pendek

Aspek yang harus diperhatikan dan dikembangkan dalam pembelajaran terkait dengan cerita pendek adalah menumbuhkan minat siswa terhadap cerita pendeksertakemampuan siswa untu memahami isi dari cerita pendek tersebut. Menumbuhkan minat serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi cerita biasa dikenal dengan konsep apresiasi sastra.

Boen Oemarjati (Muhamad Rohmadi dan Slamet Subiyantoro, 2009: 67) menjelaskan bahwa pembelajaran apresiasi sastra lebih menekankan pada pengembangan afektif siswa karena menambah pengalaman siswa dan tanggap terhadap lingkungan sekitar. Sementara S. Effendi (Supriyadi, 2006: 75) memberikan batasan bahwa apresiasi sastra adalah kegiatan dimana siswa dengan serius menggauli karya sastra sehingga pada akhirnya muncul pemahaman dan kepekaan baik dari segi pemikiran maupun perasaan yang positif terhadap suatu karya sastra.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa apresiasi sastra tidak hanya sebatas menumbuhkan minat atau kegemaran siswa terhadap karya sastra tetapi juga harus memunculkan pemahaman siswa terhadap isi karya sastra sehingga pesan moral atau nilai-nilai yang ada dalam karya sastra tersebut dapat tersampaikan kepada siswa. Pesan moral atau nilai-nilai yang disampaikan melalui karya sastra ini diharapkan mampu mengembangkan segi afektif siswa ke arah yang positif sehingga siswa bisa tumbuh menjadi pribadi yang bermoral.

25

Pembelajaran apreasiasi sastra tentang cerita ini bisa dimulai dari kelas rendah sampai dengan kelas yang tinggi. Seperti yang dikemukakan oleh Supriyadi (2006: 76) bahwa apresiasi sastra bisa dimulai dari kelas rendah sampai kelas tinggi hanya materi jenis prosa yang diajarkan agak berbeda. Untuk kelas rendah lebih kepada dongeng sedangkan untuk kelas tinggi cerita pendek.

5. Pemahaman Isi Cerita Pendek

Kegiatan membaca membutuhkan kemampuan pemahaman terhadap isi bahan bacaan termasuk saat membaca cerita pendek. Membaca menurut Sabarti akhadiah, dkk (1992: 22) merupakan suatu kegiatan yang memadukan beberapa aspek seperti mengenal huruf dan kata-kata, menghubungkan dengan bunyi serta maknanya serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan. Henry Guntur Tarigan (2015: 121) menjelaskan bahwa sebagai pembaca yang baik harus memahami apa yang dibacanya dimana hal ini didukung oleh perhatian atau konsentrasi saat membaca dan pengetahuan mengenai kata-kata atau kosa kata yang luas. Sejalan dengan pendapat Burns (Haryadi dan Zamzani, 1997: 33) yang mengatakan bahwa pemahaman terhadap isi bacaansangat dipengaruhi oleh pengalaman dan pengetahuan pembaca dimana pembaca yang memiliki pengetahuan dan pengalaman yang lebih luas akan berpeluang lebih besar untuk dapat mengembangkan pemahaman kata dan konsep bacaan.

Berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa saat membaca ada beberapa aspek yang harus dipadukan agar dapat memaknai bacaan termasuk

26

saat membaca cerita pendek. faktor yang mempengaruhi pemahaman terhadap sesuatu yang dibaca adalah konsentrasi dan pengetahuan terhadap kosa kata dimana dengan banyak mengetahui kosa kata tidak akan kesulitan untuk memahami makna atau informasi dari bacaan secara utuh.

Pada jenjang sekolah dasar jenis membaca yang diajarkan yaitu membaca permulaan untuk kelas I-II dan membaca lanjut untuk kelas III-VI. Tampubolon menjelaskan bahwa pada tingkatan membaca permulaan siswa diajarkan untuk menyuarakan huruf-huruf sebagai lambang bunyi bahasa. Sejalan dengan pendapat yang mengatakan bahwa tujuan dari membaca permulaan adalah agar siswa memiliki kemampuan memahami dan menyuarakan tulisan dengan intonasi yang tepat. Sedangkan pada kelas III-VI membaca lanjut atau biasa disebut membaca pemahaman. Sabarti Akhadiah, dkk (1992: 31-37) mengatakan bahwa tujuan dari membaca lanjut adalah agar siswa dapat memahami dan menghayati isi bacaan. Tampubolon (2015: 5) menjelaskan bahwa membaca pemahaman lebih ditekankan pada kegiatan-kegiatan pikiran dan penalaran dimana siswa berusaha menemukan dan memahami informasi yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya.

Pemahaman terhadap cerita pendek digolongkan pada tingkatan membaca lanjut dimana siswa berusaha untuk memahami informasi atau pesan yang ingin disampaikan pembaca dengan memahami unsur-unsur cerita pendek sehingga dapat mengetahui dan mengungkapkna kembali informasi yang ingin disampaikan oleh penulis. Seperti yang telah diuraikan di atas bahwa dalam membaca lanjut siswa harus memahami dan menghayati isi bacaan termasuk

27

cerita pendek yang memiliki pesan moral. Jika siswa bisa memahami dan menghayati isi cerita maka pesan moral tersebut juga akan sampai kepada siswa dan bisa membantu pembentukan sikap atau perilaku siswa ke arah yang positif.

Terkait dengan kemampuan memahami bacaan (kemampuan pemahaman), Sabarti Akadiah, dkk (1992: 4-5) membagi menjadi tiga yaitu kemampuan menerjemahkan, kemampuan menafsirkan dan kemampuan ekstrapolasi. Penjelasan dari ketiga kemampuan memahami tersebut sebagi berikut:

a) Kemampuan menerjemahkan adalah kemampuan mengubah pernyataan dari suatu bahasa atau bentuk komunikasi ke bahasa atau bentuk komunikasi yang lain. Contoh dari kemampuan menerjemahkan ini adalah mengubah isi bacaan ke dalam bentuk bagan, gambar dan bentuk lainnya ataupun sebaliknya dengan tujuan agar lebih mudah dipahami. Jika dikaitkan dengan teks cerita pendek, kemampuan menerjemahkan ini dapat dilakukan dengan cara siswa menuliskan pokok dari tiap paragraf yang dalam teks cerita dibuat dalam bentuk bagan.

b) Kemampuan menafsirkan adalah kemampuan untuk menjelaskan sesuatu berdasarkan pengertian tentang sesuatu atau menjelaskan hubungan antara hal-hal yang diinformasikan. Misalnya meringkas bacaan. jika dikaitkan dengan cerita pendek maka kemampuan menafsirkan ini dilihat dari kemampuan siswa meringkas isi cerita pendek sudah sesuai dengan isi cerita pendek yang dibaca atau belum.

28

c) Kemampuan ekstrapolasi merupakan kemampuan untuk menafsirkan atau meramalkan data yang sudah ada. Misalnya meramalkan kejadian selanjutnya dari suatu bacaan. jika dikaitkan dengan cerita pendek maka kemampuan ini dilihat dari kemampuan siswa untuk menebak kejadian yang akan terjadi selanjutnya setelah membaca beberapa paragraf sebelum lanjut membaca ceritanya secara utuh.

Berdasarkan uraian diatas terkait dengan pembelajaran sastra khususnya cerita pendek di sekolah dasar maka dapat diambil kesimpulan bahwapembelajaran sastra jenis cerita pendek adalah pembelajaran yang menyajikan cerita pendek yaitu salah satu jenis prosa yang ceritanya tidak terlalu panjang tetapi bermakna dan memiliki pesan moral sebagai bahan atau sumber belajar. Pemahaman terhadap isi cerita pendek adalah kemampuan untuk menggali dan memahami informasi yaitu terkait dengan unsur-unsur cerita pendek yang meliputi tema, tokoh serta karakter tokoh, alur, setting dan amanat sehingga dapat menangkap pesanserta dapat menuliskan kembali isi cerita.

C.Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Metode Cooperative

Dokumen terkait