PENERAPAN MODEL PROJECT BASED LEARNING
TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN TEKNOLOGI INFORMASI
DAN KOMUNIKASI
Yahya Muhammad Mukhlis
Pendidikan Ilmu Komputer
FPMIPA UPI
yahya_mukhlis@yahoo.com
Drs.Waslaluddin, M.T.
Pendidikan Ilmu Komputer
FPMIPA-UPI
waslaluddin@yahoo.com
Drs. Enjang Ali Nurdin, M. Kom
Pendidikan Ilmu Komputer
FPMIPA-UPI
enjang_67@yahoo.com
ABSTRAK
Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkannya model Project Based Learning pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
eksperimen, dengan desain Pre-Eksperimental
menggunakan model One-Group Pretest-Posttest Design. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 36 orang siswa kelas XII-IPA-5 SMA Negeri 24 Bandung. Berdasarkan hasil penilitian dan analisis data, didapatkan hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji ANOVA satu jalur, menunjukkan nilai Fhitung > Ftabel,
3,625 > 3,28 artinya H0 ditolak. Maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkannya model Project Based Learning pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Kata kunci
Model Project Based Learning, Teknologi Informasi dan Komunikasi, One-Group Pretest-Postest Design, ANOVA satu jalur.
1.
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1, UU No.20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas).
Project Based Learning adalah sebuah model pembelajaran yang tepat untuk memenuhi kebutuhan ini, dimana peserta didik dilibatkan langsung dalam memecahkan permasalahan yang ditugaskan, mengijinkan para peserta didik untuk aktif membangun dan mengatur pembelajarannya, dan dapat menjadikan peserta didik yang realistis [4].
2.
KAJIAN TEORITIS
2.1.
Konsep
Dasar
Belajar
dan
Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
karena interaksi individu dengan lingkungan dan
pengalaman [9]. Salah satu tanda seseorang telah belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dalam dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut meliputi perubahan pengetahuan (koginitif), keterampilan (psikomotor), dan nilai sikap (afektif).
Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik [9]. Dengan kata lain, pembelajaran adalah upaya menciptakan kondisi untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan kapanpun.
2.2.
Teori Pembelajaran Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme pengetahuan bukan
merupakan kumpulan fakta dari suatu kenyataan yang sedang dipelajari, melainkan sebagai konstruksi kognitif seseorang terhadap objek, pengalaman atau lingkungannya. Oleh karena itu, dalam belajar harus diciptakan lingkungan
yang mengundang, atau merangsang perkembangan
otak/kognitif peserta didik [9].
Prinsip-prinsip dasar pembelajaran menurut teori
didik berdasarkan pengalaman belajar, b) menjadikan pembelajaran sebagai proses aktif dalam membangun pengetahuan tidak hanya sebagai proses komunikasi pengetahuan, c) kegiatan pembelajaran bertujuan untuk pemecahan masalah (problem solving), d) pembelajaran bertujuan pada proses pembelajaran itu sendiri, bukan pada hasil pembelajaran, e) pembelajaran berpusat pada peserta didik, f) mendorong peserta didik dalam mencapai tingkat berpikir yang lebih tinggi (high order thingking).
2.3.
Model Project Based Learning
Project based learning/ Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan model pembelajaran yang memberikan
kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek [10 . Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri [10]. Tujuannya adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.
Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based
Leraning sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation[2] terdiri dari :
a. Dimulai dengan pertanyaan yang esensial
Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
Pertanyaan esensial diajukan untuk memancing
pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide siswa mengenai tema proyek yang akan diangkat.
b. Perencanaan aturan pengerjaan proyek
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.
c. Membuat jadwal aktifitas
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Jadwal ini disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.
d. Memonitoring perkembangan proyek siswa
Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses.
e. Penilaian hasil kerja siswa
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam
mengukur ketercapaian standar, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
f. Evaluasi pengalaman belajar siswa
Pada akhir proses pembelajaran, pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek.
2.4.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Menurut Benyamin S.Bloom, dkk [1] hasil belajar dapat dikelompokkan kedalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.
3.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen yaitu sebuah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan[8]. Bentuk desain penelitian yang dipergunakan dalam
penelitian ini adalah Pre-experimental design,
menggunakan one-group pretest-postest design. Desain ini hanya melibatkan satu kelompok saja. Tujuannya adalah untuk mengetahui hasil dari penerapan Project Based Learning (X) pada kelompok tersebut.
3.2.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII SMA Negeri 24 Bandung. Sampel diambil dengan cara
random sampling. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA-5 SMA Negeri 24 Bandung sebanyak 36 orang siswa sebagai kelas eksperimen.
3.3.
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam penilitian ini adalah sebagai berikut:
1. Test
Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa tes formatif dengan teknik pilihan ganda (multiple choice). Tes dalam penelitian ini terdiri dari tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) dengan jumlah soal masing-masing sebanyak 20.
2. Non Test
Angket siswa digunakan untuk mengukur sikap dan tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang sedang dikembangkan. Model angket yang digunakan adalah skala
3.4.
Teknik Analisis Data
3.5.1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan salah satu cara untuk memeriksa keabsahan/normalitas sampel. Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan rumus uji kecocokan Chi kuadrat (X2) sebagai berikut:
[6][7]
Oi= frekuensi hasil pengamatan; Ei = frekuensi yang diharapkan
Adapun langkah-langkah dalam menghitung normalitas ini adalah:
Dengan taraf nyata 99%, kriteria pengujiannya adalah apabila nilai xhitung < xtabel, maka hasil test terdistribusi
normal.
3.4.2. Uji Gain Ternormalisasi
Uji gain ini dilakukan untuk mengetahui sejauhmana peningkatan hasil belajar siswa antara sebelum dan sesudah pembelajaran. Perbedaan skor tes awal dan tes akhir (gain) diasumsikan efek dari treatment[3].
3.4.3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Hipotesis Nol (H0) = Tidak terdapat perbedaan rata-rata
peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkannya model Pr oject Based Learning pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Hipotesis Kerja (H1) = Terdapat perbedaan rata-rata
peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkannya model Pr oject Based Learning pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan rumus ANOVA. ANOVA adalah suatu cara untuk melihat perbedaan rerata melalui pengetesan variansinya[6]. Adapun yang diperbandingkan pada uji hipotesis ini adalah nilai gain ternormalisasi. Sebelum melakukan penghitungan uji ANOVA data yang sudah ada dibagi kedalam 3 kelompok yaitu kelompok atas, tengah dan bawah berdasarkan nilai murni mata pelajaran TIK pada semester sebelumnya dengan kriteria sebagai berikut :
Kelompok atas adalah kelompok siswa yang memiliki
nilai murni lebih besar dari :
Kelompok tengah adalah kelompok siswa yang
memiliki nilai murni diantara : dan
Kelompok bawah adalah kelompok siswa yang
memiliki nilai murni lebih kecil dari :
Tabel 1. Rancangan ANOVA satu jalur
Kelompok Siswa Perlakuan Model
Project Based Learning
Kelompok atas PBLA
Kelompok tengah PBLB
Kelompok bawah PBLC
Jenis ANOVA yang digunakan dalam penelitian ini adalah ANOVA satu jalur. Perbedaan rerata dengan uji cara ANOVA dapat ditulis sebagai berikut [6]:
Dengan keterangan :
RJKa = Variansi antar kelompok (Rerata Jumlah Kuadrat
antar)
RJKi = Variansi kekeliruan pemilihan sampel (Rerata
Jumlah Kuadrat inter)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan taraf signifikansi = 0,05, dengan kriteria pengujian sebagai berikut :
Fhitung < Ftabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak, dan
Fhitung > Ftabel , maka H1 diterima dan H0 ditolak.
3.4.4. Analisis Angket
Berdasarkan hasil analisis angket setelah dihitung dan ditabulasikan dari seluruh jawaban siswa yang memilih setiap indikator.
Rata-rata skor terhadap pernyataan angket dengan menggunakan skala Likert, adalah sebagai berikut[5]:
Untuk menghitung presentase hasil angket menggunakan rumus sebagai berikut[5] :
4.
EKSPERIMEN
Tahapan model Project Based Learning yang diterapkan oleh peneliti adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tema proyek
wisata. Skenario penyampain tema ini tidak disampaikan
secara langsung, agar bisa menarik perhatian,
keingintahuan, serta pendapat-pendapat siswa mengenai tema yang akan dijadikan proyek.
2. Menyusun aturan pengerjaan proyek
Aturan ini dibuat agar apa yang dikerjakan siswa tidak melenceng dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan oleh peneliti. Aturan ini dibuat berdasarkan hasil diskusi antara peserta didik dan pendidik (peneliti). Aturan – aturan pengerjaan proyek ini adalah sebagai berikut :
a. Satu kelompok terdiri dari 4-5 orang.
b. Tiap kelompok bisa memperoleh informasi dari mana saja, tetapi diusahakan untuk mengunjungi langsung objek wisata yang dijadikan tema proyek.
c. Kelompok mencari informasi dan gambar yang
dibutuhkan dalam pengerjaan proyek.
d. Dari data yang diperoleh tiap kelompok membuat
rangkuman hasil kunjungan berupa artikel yang berisi informasi dan gambar. Minimal terdapat 3 informasi utama yang diperoleh, misalnya tentang sejarah objek wisata tersebut, lokasi objek wisata, fasilitas yang ada pada objek wisata tersebut dan sebagainya.
3. Menyusun jadwal aktivitas dalam pengerjaan proyek
Pendidik (peneliti) dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam pengerjaan proyek. Disini peneliti merancangnya dalam bentuk kalender proyek yang akan selesai dalam waktu 3 minggu. Aktivitas dalam pengerjaan proyek meliputi kunjungan ke objek wisata,
pembuatan artikel, pembuatan dokumen HTML,
perancangan web site sederhana, pembuatan web site, presentasi, hingga evaluasi pembelajaran.
4. Memonitoring hasil kerja siswa
Pada tahap ini pendidik (peneliti) berperan untuk melakukan pengawasan terhadap aktivitas siswa dalam menyelesaikan proyek. Disini peneliti berperan sebagai fasilitator siswa pada setiap proses pengerjaan proyek. Pelaksanaan pengawasan ini dilakukan tiap pertemuan. Pada pertemuan kedua yang dibahas adalah hasil kunjungan siswa serta pembuatan dan penulisan dokumen html. Pada pertemuan ketiga yang dibahas adalah pembuatan layout atau tampilan web menggunakan tabel.
5. Presentasi hasil karya siswa
Pada tahapan ini tiap kelompok siswa menampilkan hasil proyek yang telah dibuat. Pada presentasi ini siswa yang
tampil diposisikan sebagai orang yang sedang
mempromosikan web yang dibuat. Setelah presentasi selesai kelompok lain diberikan kesempatan untuk bertanya langsung mengenai web kelompok yang tampil.
6. Melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dilaksanakan.
Pada akhir proses pembelajaran siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
Kesulitan yang dihadapi peneliti dalam pelaksanaan model
Project Based Learning adalah ketika menentukan rancangan proyek yang akan dikerjakan siswa, dimana tema
proyek yang akan diangkat harus bisa menarik bagi siswa, mudah dalam pencarian informasi, serta proyek yang dikerjakan harus mampu memenuhi indikator yang akan dicapai pada proses pembelajaran. Untuk itu peniliti mengangkat tema mengenai obyek wisata agar siswa bisa mencari informasi yang dibutuhkan sambil berekreasi.
Kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan model Pr oject Based Learning adalah kurangnya waktu dan fasilitas yang tersedia di tempat penilitian. Hal ini mengakibatkan kurang efektifnya evaluasi dan pemberian umpan balik dari apa yang telah dikerjakan siswa. Lab komputer yang tidak terhubung dengan internetpun cukup menghambat siswa dalam pencarian informasi untuk menyelesaikan proyek. Untuk memfasilitasi ini peneliti menyediakan media pembelajaran yang berbasis web (localhost) di tiap komputer.
5.
HASIL PENELITIAN
5.1.
Data Nilai Pretest dan Posttest
Dalam penelitian ini data pokok yang diperoleh adalah hasil belajar siswa pada domain kognitif dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Data ini diperoleh melalui instrumen pretest dan posttest yang diberikan kepada seluruh siswa yang dijadikan objek penelitian.
Tabel 2. Nilai pretest dan posttest
Test Rerata
Nilai Terkecil
Nilai Terbesar
Pretest 8,89 5 13
Posttest 15,53 12 19
Gambaran rata-rata tingkat hasil belajar siswa dapat ditunjukkan dengan grafik berikut :
Gambar 1. Grafik Hasil Pretest dan Posttest
5.2.
Uji Normalitas
Setelah melakukan uji normalitas dengan menggunakan rumus Chi kuadrat pada data nilai pretest dan posttest
didapatkan hasil analisis normalitas pretest = 9,509 dan hasil analisis normalitas posttest = 6,466.
0
10
20
Tabel 3. Hasil analisis normalitas data
Hasil x hitung x tabel Kesimpulan
Pretest 9,509
11,35 Terdistribusi Normal
Posttest 6,466 Terdistribusi Normal
Dengan membandingkan x hitung dengan x tabel pada taraf signifikansi =0,01 diperoleh xhitung < xtabel, maka dapat
disimpulkan bahwa data hasil pretest dan posttest diatas terdistribusi normal.
5.3.
Uji gain ternormalisasi
Hasil perhitungan dengan menggunakan gain ternormalisasi
< g> diperoleh rerata sebesar 0,61. Nilai < g> ini selanjutnya diinterpretasikan ke dalam kriteria nilai < g>, yaitu sedang. Persentase nilai <g> menunjukkan bahwa 25% siswa mengalami peningkatan hasil belajar dengan kriteria tinggi, 72,2% siswa mengalami peningkatan hasil belajar sedang, dan 2,8% siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar rendah.
5.4.
Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil penghitungan uji ANOVA terhadap data peningkatan hasil belajar siswa (gain ternormalisasi) menggunakan software SPSS, maka didapat nilai Fhitung =
3,625. Untuk mengambil keputusan, diperlukan
pembandingan dengan Ftabel pada taraf signifikansi = 0,05
yaitu 3,28.
Tabel 4. Oneway ANOVA
Sum of Squares Df
Mean
Square F Sig.
Between Groups .141 2 .070 3.625 .038
Within Groups .640 33 .019
Total .781 35
Dari hasil penghitungan ANOVA satu jalur setelah dibandingkan antara Fhitung dengan Fabel dengan hasil Fhitung >
Ftabel atau 3,625 > 3,28 artinya H0 ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa Terdapat perbedaan rata-rata
peningkatan hasil belajar siswa antara siswa kelompok atas, tengah dan bawah setelah diterapkannya model Pr oject Based Learning pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK).
Tabel 5. Oneway Descriptive
N Mean
Std.
Deviation Minimum Maximum
1 6 .6917 .16241 .45 .86
2 24 .5688 .13882 .20 .89
3 6 .7100 .11384 .57 .88
Total 36 .6128 .14933 .20 .89
Perbedaan rata-rata peningkatan hasil belajar siswa ini dapat dilihat dari tabel oneway descriptive, dimana bisa dilihat
bahwa nilai mean ketiga kelompok tersebut berbeda. Nilai mean terbesar ditunjukkan pada kelompok 3 yaitu kelompok siswa bawah sebesar 0,71. Apabila nilai mean tersebut diinterpretasikan ke dalam interpretasi nilai normalized gain menurut Hake (1998), maka termasuk kedalam kategori tinggi.
Hal ini terjadi karena dengan diterapkannya Project Based
Learning, siswa dituntut untuk lebih aktif dalam memahami materi pelajaran dengan mencari sendiri informasi-informasi yang dibutuhkan, serta siswa dituntut untuk terlibat secara langsung menyelesaikan tugas yang menghasilkan sebuah produk nyata (proyek). Siswapun dituntut untuk bisa berkolaborasi dan bekerja sama dalam sebuah kelompok, sehingga siswa yang termasuk dalam kelompok bawah bisa terbantu dengan anggota kelompoknya untuk lebih memahami materi yang sedang diajarkan. Jadi peneliti dapat menyimpulkan bahwa model Project Based Learning baik untuk meningkatkan hasil belajar siswa secara signifikan pada kelompok bawah.
Model project based learning sangat cocok diterapkan pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, karena dengan menerapkan model ini pembelajaran tidak akan membosankan, dan siswa akan memiliki peran aktif untuk menentukan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga pembelajaran akan lebih bermakna.
5.5.
Hasil Angket
Dari hasil analisis angket yang diberikan kepada siswa, diperoleh hasil sebagai berikut : 2 pernyataan termasuk kedalam kategori tinggi sekali, 13 pernyataan termasuk kategori tinggi, dan 1 pernyataan termasuk kategori cukup. Dengan nilai persentase rata-rata sebesar 76% maka sebagian besar siswa berpendapat bahwa siswa menyukai pelajaran TIK, siswa merasa tertarik dan antusias mengikuti pembelajaran TIK, siswa sangat senang apabila belajar dalam sebuah kelompok, dan siswa lebih memahami materi
pelajaran dengan menggunakan model project based
learning.
6.
KESIMPULAN
Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Tahapan model Project Based Learning yang diterapkan oleh peneliti melalui 6 tahap, yaitu :
1. Menetapkan tema proyek
2. Merancang aturan pengerjaan proyek
3. Menyusun jadwal aktifitas dalam pengerjaan proyek
4. Memonitoring hasil kerja siswa
5. Presentasi hasil karya siswa
6. Melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dilaksanakan.
Dari hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata
7.
REFERENSI
[1]Arifin, Zaenal. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[2]Lucas, George .(2005). Instructional Module Pr oject Based Learning. http://www.edutopia. org/modules/ PBL/whatpbl.php. Diakses tanggal 13 Juli 2010. [3]Panggabean, Luhut. (1996). Penelitian Pendidikan.
Depdikbud : Bandung.
[4]Purnawan, Yudi. (2007). Pengenalan PBL
(Pembelajaran Berbasis Proyek).
http://yudipurnawan. wordpress.com
/2007/11/17/pengenalan-pbl/. Diakses tanggal 16 Februari 2010.
[5]Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Bandung: Tarsito. [6]Ruseffendi. (1992). Statistika Dasar untuk Penelitian
Pendidikan. Depdikbud: Bandung.
[7]Sudjana, Nana dan Ibrahim. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
[8]Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan
Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
[9]Warsita , Bambang. (2008). Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta : Rineka Cipta. [10]Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif