• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN GARUDA (GARBA RUJUKAN DIGITAL) SEBAGAI SUMBER RUJUKAN KARYA ILMIAH DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN GARUDA (GARBA RUJUKAN DIGITAL) SEBAGAI SUMBER RUJUKAN KARYA ILMIAH DI INDONESIA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

A-98

PENGEMBANGAN GARUDA (GARBA RUJUKAN DIGITAL)

SEBAGAI SUMBER RUJUKAN KARYA ILMIAH DI INDONESIA

Rizal Fathoni Aji

Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Kampus UI Depok

Email: rizal@cs.ui.ac.id

ABSTRAKS

Kondisi geografis Indonesia yang terpisah-pisah menyebabkan kemampuan untuk mengakses informasi dan ilmu pengetahuan di setiap daerah sangat bervariasi. Perpustakaan sebagai salah satu instutusi penyedia informasi memiliki peran sangat penting dalam mewujudkan peningkatan akses terhadap informasi dan ilmu pengetahuan tersebut. Portal Garuda (Garba Rujukan Digital) merupakan salah satu model sistem yang dikembangkan untuk menyatukan informasi dari perpustakaan yang selama ini disekat-sekat oleh perbedaan institusi dan ego masing-masing. Dalam implementasinya, terdapat berbagai kendala yang ditemukan, namun kendala tersebut tidak menjadi penghambat dalam mewujudkan sistem ini.

Kata Kunci:Garba Rujukan Digital

1. LATAR BELAKANG

Perpustakaan, dengan fungsinya sebagai

penyedia informasi memiliki peranan yang besar dalam pendidikan. Setiap pengguna perpustakaan diberikan kemudahan dan kebebasan dalam mencari informasi yang dibutuhkannya. Pemakai dapat menemukan beragam informasi yang dapat dipergunakan untuk lebih mengembangkan dirinya. Peran tersebut membuat perpustakan menjadi salah satu elemen yang penting dalam penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas.

Perpustakaan digital merupakan salah satu bentuk perpustakaan dimana informasi disimpan

dalam bentuk elektronik sehingga dapat

dipertukarkan dengan mudah melalui jaringan komputer. Pengguna tidak harus datang ke

perpustakaan secara fisik, melainkan dapat

melakukan pencarian dari tempat yang memiliki

akses ke komputer yang tersambung ke

perpustakaan tersebut, baik lewat internet maupun intranet. Setelah itu mereka dapat mencari koleksi yang ada di perpustakaan tersebut sesuai dengan

kebutuhan. Koleksi elektronik ini mudah

dipertukarkan, sehingga terdapat peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana untuk

pemerataan pendidikan yang berkualitas.

Pertukaran data antar perpustakaan dapat menjadi salah satu cara untuk mempersempit jurang-jurang informasi antar daerah di Indonesia. Terbukanya akses informasi ke daerah, secara tidak langsung dapat meningkatkan wawasan masyarakat di daerah tersebut.

Garuda (Garba Rujukan Digital) dikembangkan sebagai portal yang mengintegrasikan data karya

ilmiah dari perpustakaan-perpustakaan di

Indonesia. Garuda berfungsi sebagai sebuah portal pencari yang dapat menghubungkan pengguna dengan sumber-sumber karya ilmiah yang ada di Indonesia. Jenis konten yang ada di dalam Garuda antara lain skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian, makalah jurnal dan berbagai sumber informasi karya ilmiah lainnya. Publik dan masyarakat umum yang melakukan penelusuran suatu karya ilmiah melalui Garuda dapat dengan segera mendapatkan informasi tentang keberadaan karya ilmiah yang dicari.

Namun, untuk mewujudkan hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Banyak kendala yang ditemukan, terutama terkait dengan perbedaan standar yang digunakan dalam implementasi sistem perpustakaan, terutama dalam hal metadata dan

protokol pertukaran data.

Perpustakaan-perpustakaan yang berbeda dalam metadata dan juga protokol komunikasi akan sulit untuk saling bertukar data. Kendala lainnya adalah beragamnya spesifikasi komputer dan bandwidth jaringan yang

dipakai dalam proses komunikasi tersebut.

Keberagaman spesifikasi dan bandwidth jaringan tersebut dapat menyebabkan terjadinya bottleneck dalam proses komunikasi apabila kita salah dalam memilih perpustakaan digital yang akan diajak berkomunikasi.

Kendala yang bersifat non-teknis terutama terkait dengan ego dan kebebasan yang diinginkan oleh setiap pengelola perpustakaan. Memaksakan setiap perpustakaan untuk menggunakan platform dan standar yang sama bukanlah hal yang bijaksana dan sulit dilakukan karena mengharuskan mereka melakukan investasi ulang terhadap aplikasi yang mereka miliki termasuk proses migrasi data ke

(2)

A-99 aplikasi yang baru.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, tim pengembang Garuda menggunakan spesifikasi metadata dan protokol yang telah umum digunakan

di perpustakaan. Untuk mengatasi masalah

perbedaan implementasi metadata dan protokol, tim garuda menggunakan sebagian arsitektur yang dirancang oleh (Kurniawan et al. 2006, Aji et al.

2006) pada penelitian sebelumnya. Dengan

menggunakan arsitektur ini, setiap kontributor (pemilik data) dapat mengelola perpustakaan digital mereka tanpa harus merubah sistem yang sudah mereka miliki. Arsitektur ini digunakan dalam

garuda sebagai tools untuk menggabungkan

dokumen-dokumen dari berbagai sumber menjadi satu kesatuan informasi.

2. METADATA

Secara umum, metadata mempunyai pengertian sebagai data yang berisi informasi tentang data lain (Caplan 2003). Kata metadata digunakan pertama kali dalam bidang ilmu komputer pada tahun 1998, namun dunia perpustakaan sebenarnya sudah menggunakan metadata dari sejak lama dalam bentuk kartu katalog (Caplan 2003). Selanjutnya kata metadata digunakan secara umum untuk mendeskripsikan sesuatu yang bentuknya tercetak, maupun berbentuk digital.

Dalam ilmu komputer, ada format standar yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu. Format yang umum digunakan, terutama dalam pertukaran data adalah XML (Website XML).

XML atau eXtensible Markup Language

merupakan format data yang sering digunakan

dalam dunia world wide web. XML terdiri atas

sekumpulan tag yang terdiri dari data. Satu set data

dalam XML dimulai dengan tag pembuka dan

diakhiri dengan tag penutup. Format XML diadopsi

oleh standar metadata Dublin Core (Weibel 1998).

Metadata Dublin Core adalah cara

terstandarisasi (NISO Standard Z39.85-2001) untuk mendeskripsikan suatu informasi. Metadata Dublin

Core dapat digunakan untuk mendefinisikan

dokumen fisik maupun digital. Ada dua level

metadata Dublin Core, yang pertama adalah simple

dan kedua adalah qualified yang menambahkan

encoding scheme, enumerasi nilai dan informasi lainnya (Weibel 1998). Dalam format XML, metadata Dublin Core akan berbentuk seperti di bawah ini (Dublin Core 2007):

<dc:creator>Karl Mustermann</dc:creator> <dc:title>Algebra</dc:title> <dc:subject>mathematics</dc:subject> <dc:date>2000-01-23</dc:date> <dc:language>EN</dc:language> <dc:description>An introduction to algebra</dc:description>

Selain Dublin Core, ada metadata yang umum digunakan oleh perpustakaan. Metadata tersebut adalah MARC (Machine Readable Cataloging) yang digunakan sebagai standar pertukaran data bibliografis dan data lain antar perpustakaan. MARC mendefinisikan format data yang muncul dari inisiatif Library of Congress sejak tahun 70-an (Website LOC, Website MARC). Format data

MARC terdiri dari serangkaian tag dan field yang

mendeskripsikan suatu koleksi.

3. PROTOKOL PERTUKARAN DATA

Protokol digunakan oleh lapisan aplikasi agar dapat menjalin komunikasi dengan aplikasi lain. Untuk meneruskan data, protokol menggunakan lapisan-lapisan di bawahnya, termasuk lapisan perangkat keras, agar antar protokol dapat saling berkomunikasi. Dengan cara ini, akan terjadi proses

komunikasi secara virtual antara protokol satu

dengan protokol yang lainnya.

Saat ini, web service merupakan protokol yang

banyak digunakan untuk komunikasi data dalam internet (Web Service @ W3C). Menurut website

tentang web service di W3C, yang disebut sebagai

web service adalah suatu antar muka terprogram yang tersedia untuk memungkinkan terjadinya proses komunikasi antar aplikasi dengan media

world wide web. Web service makin populer seiring

dengan meningkatnya kebutuhan untuk melakukan komunikasi antar aplikasi di internet.

Pertukaran data dengan menggunakan web

service bersifat interaktif. Untuk mengakses

layanan dalam web service, client mengirim request

ke sebuah alamat yang menyediakan web service,

selanjutnya layanan tersebut akan memproses pesan yang diterima dan mengembalikan hasilnya. Semua

pesan dalam web service menggunakan format

XML dan mengalir menggunakan protokol FTP, HTTP maupun SMTP (Galbraith et al. 2002). Agar client dapat menggunakan service yang disediakan, digunakanlah WSDL (Web Service Description

Language) sebagai cara agar server dapat

memberikan informasi tentang layanan yang disediakannya.

Protokol lain adalah OAI-PMH (Open Archive Initiative Protocol for Metadata Harvesting) (Lagoze dan Van de Sompel 2001). Sesuai dengan namanya, dalam protokol ini pengumpul data (service provider) mengumpulkan data dari data provider dalaminterval waktu tertentu. Hasil yang

didapatkan pengguna bukan merupakan hasil real

time yang terdapat pada data provider.

OAI-PMH atau Open Archive

(3)

A-100 protokol yang banyak digunakan untuk pertukaran

data perpustakaan digital. Protokol ini berbasis teknologi standar seperti HTTP, XML dan

menggunakan metadata Dublin Core. Dalam

OAI-PMH, ada dua objek yang saling berinteraksi, yaitu data provider dan service provider. Data Provider bertugas untuk menyediakan data yang dimilikinya

agar dapat diakses oleh service provider.

Selanjutnya, service provider bertugas mengambil

data yang ada pada data provider secara reguler

dan menyimpan data ke dalam repositori lokal.

Untuk mengambil data dari data provider, service

provider menggunakan verb-verb atau perintah

standar dalam OAI-PMH. Verb yang umum

digunakan untuk pengambilan adalah ListRecord

dan GetRecord. ListRecord digunakan untuk mengambil sekumpulan dokumen sesuai parameter

yang diberikan, sementara GetRecord digunakan

untuk mengambil dokumen tunggal sesuai dengan identifier yang diminta (Lagoze dan Van de Sompel 2001).

Berbeda dengan OAI-PMH, Z39.50 merupakan protokol yang bersifat interaktif. Z39.50 adalah

protokol standar berbasis client-server yang

memungkinkan komputer client untuk mencari dan

mendapatkan informasi ke server data. Terdapat sembilan operasi yang dapat dilakukan dalam Z39.50, yaitu: Init, Search, Present, Delete, Scan,

Sort, Resource-report, Extended-services dan

Duplicate Detection. Client mengirim perintah

operasi ke server dan hasil dari operasi tersebut

akan dikirim ke client (NISO 2000). Implementasi

Z39.50 banyak digunakan untuk bertukar data bibliografis bertipe MARC (Machine-Readable Catalogue). MARC umum digunakan sebagai metadata standar untuk pertukaran data bibliografis antar perpustakaan (Website MARC).

4. PERANCANGAN ARSITEKTUR DAN IMPLEMENTASI

Dalam melakukan proses integrasi data dari para kontributor, beberapa permasalahan muncul

mengingat adanya keberagaman platform dan

aplikasi yang dipergunakan dalam perpustakaan

digital. Dalam penelitian-penelitian terdahulu, (Hidayanto 2002, Hidayanto et al. 2006, Aji dan Wibowo 2007) telah mengembangkan arsitektur untuk integrasi sistem temu kembali informasi dalam lingkungan terdistribusi yang bersifat homogen. Untuk lingkungan yang heterogen, penelitian yang sudah ada dilakukan antara lain oleh (Fuhr et al. 2002, Chernov et al. 2006, Kurniawan et al. 2006, Aji et al. 2006).

Menyeragamkan seluruh aplikasi dan platform perpustakaan di Indonesia bukanlah perkara yang mudah mengingat setiap perpustakaan sudah memiliki sistem perpustakaan digital tersendiri. Oleh sebab itu, yang dilakukan oleh tim Garuda adalah mengembangkan penelitian yang sudah dikerjakan sebelumnya khususnya terkait dengan masalah integrasi system perpustakaan digital dalam lingkungan yang bersifat heterogen. Metode yang digunakan dalam pengembangan arsitektur aplikasi ini mengikuti model yang digunakan oleh (Huang dan Hsu 2005, Kurniawan et al. 2006, Aji

et al. 2006) dengan menempatkan sebuah gateway

sebagai perwakilan dari tiap protokol yang ada. Gateway ini bertugas untuk mengumpulkan data

dari client-client di bawahnya dan menyediakan

sebuah service agar pengguna yang ingin mencari

data di protokol yang bersangkutan, hanya perlu

memanggil service yang disediakan oleh gateway

tersebut.

Garuda menggunakan dua buah gateway. Satu gateway sebagai penghubung kontributor yang menggunakan protokol OAI-PMH, dan satu gateway lagi digunakan bagi kontributor yang

menggunakan CSV (Comma Separated Value).

Format CSV digunakan oleh Garuda karena masih banyak perpustakaan dan sumber informasi di

Indonesia yang belum mengimplementasikan

protokol OAI-PMH, sehingga mereka lebih mudah jika menyediakan data dalam bentuk CSV. Setiap gateway akan menjadi pusat informasi untuk melakukan transformasi data yang diterima kedalam bentuk standar metadata yang digunakan

oleh Garuda. Bentuk arsitektur yang digunakan

(4)

A-101

Gambar 1. Arsitektur Aplikasi Pertukaran Data Gateway dirancang menggunakan bahasa

pemrograman java dan dirancang secara modular sehingga memungkinan penambahan jenis protokol pertukaran data yang lain. Gateway yang digunakan

dalam Garuda bertipe gateway pengumpul.

Gateway jenis ini mengambil data secara berkala dari penyedia data dan menyimpannya sehingga untuk melakukan pencarian terhadap data, peminta data tidak langsung mencari ke penyedia data, tetapi melakukan pencarian ke tempat penyimpanan lokalnya.

Keseluruhan data yang dikumpulkan

disatukandan di index dalam sebuah retrieval

system. Selanjutnya, dari retrieval system ini

dibuatlah service yang menyediakan fungsi-fungsi

yang dibutuhkan oleh web interface untuk

menampilkan hasil pencarian.

5. KESIMPULAN DAN PENUTUP

Model arsitektur yang dibuat digunakan untuk menggabungkan data-data perpustakaan dari jenis sumber informasi. Sistem pertukaran data ini telah diimplementasikan dan dapat dilihat di situs garuda (http://garuda.depdiknas.go.id). Hasil implementasi memperlihatkan kemajuan yang baik yang ditandai oleh bertambahnya jumlah kontributor dan jumlah koleksi yang ada di Garuda, serta banyaknya hits yang dicatat oleh server.

Dari keseluruhan data yang berhasil

dikumpulkan, terlihat beberapa perbedaan yang sulit untuk disatukan. Perbedaan tersebut antara

lain, perbedaan subject heading yang digunakan,

serta format penulisan judul dan pengarang.

Namun, seiring berjalannya waktu dan

berkembangnya teknologi, di masa depan kita dapat

melihat perbedaan-perbedaan yang ada tersebut dapat disatukan. Untuk pengembangan selanjutnya,

dapat ditambahkan gateway-gateway baru yang

dapat digunakan untuk menghubungkan

perpustakaan dan sumber-sumber informasi lain, seperti museum, pusat arsip dan pusat kebudayaan.

PUSTAKA

Aji, Rizal Fathoni., Heri Kurniawan, Zainal A.

Hasibuan. 2006. Adaptive System For Library

Integration, Yogyakarta: Proceeding of IIWAS

(International Conference on Information

Integration and Web-based Application & Services)

Aji, Rizal Fathoni., Wahyu C. Wibowo. 2007. Arsitektur Pertukaran Data Perpustakaan di Indonesia, Depok: Proceeding of NACSIT (National Conference on Computer Science and Information Technology)

Arms, William. 2000. Digital Libraries. MIT Press

Callan, James, et al. 1998. Searching Distributed

Collections With Inference Network.

Proceedings of the 18th Annual International

ACM SIGIR Conference

Caplan, Priscilla. 2003. Metadata Fundamentals for

All Librarians, America Li brary Association Chernov, S., C. Kohlschutter dan W. Nejdl. 2006.

A Plugin Architecture Enabling Federated Search for Digital Library. Japan: Proceedings of In ternational Conference on Asian Digital Libraries

Dublin Core. Dublin Core. http://dublincore.org

Fuhr, N., P. Klas, A. Schaefer, dan P. Mutschke.

2002. An Integrated Desktop for Supporting

(5)

A-102 Digital Libraries. Proceeding of the 6th

European Conference on Research and

Advanced Technology for Digital Libraries Galbraith, Ben. et al. 2002. Professional Web

Services Sec urity. Birmingham: Wrox Press Ltd.

Hidayanto, A.N. 2002. Pengembangan Sistem

Temu Kembali Berbahasa Indonesia. Tesis Magister Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Komputer Unive rsitas Indonesia

Hidayanto, A.N., Harry B. Santoso, Rizal F. Aji

dan S. Bressan. 2006. Community access point

in Indonesia: Improving access to quality information and promoting local potentials.

Bangkok: Proceeding of 5th International

Conference of E-Business

Huang, Chung-Min dan Tz-Heng Hsu. 2005. A

Resource Exchange Architecture for Peer-to-Peer File Sharing Applications. The Computer Journal Vol. 48 No.1, British Computer Society

Lagoze, C., H. Van de Sompel. 2001. The open

archives initiative: building a low-barrier interoperability framework, ACM/IEEE Joint Conference on Digital Libraries

Kurniawan, H., Rizal F. Aji, Zainal A. Hasibuan.

2006. Information Resource Sharing Based On

Multi-Platform Library Systems in Indonesian Higher Education Institutions Network,

Singapore: Proceeding of International

Conference on Educational Technology (ICET)

Kurniawan, H., Rizal F. Aji. 2006. Otomatisasi

Pengelompokan Koleksi Perpustakaan dengan Pengukuran Cosine Similarity dan Edit distance. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional dan Aplikasi Teknologi Informasi. Yogyakarta

NISO (National Information Standards

Organization). 2000. Information Retrieval (Z39.50): Application Services Definition and Protocol Specification (ANSI/NISO

239.50-2003. Maryland: NISO Press

Pengembang Lontar. 2006. LONTAR Developer

Manual

Web Service @ W3C. Web Service @ W3C.

Gambar

Gambar 1. Arsitektur Aplikasi Pertukaran Data  Gateway  dirancang  menggunakan  bahasa

Referensi

Dokumen terkait

1238, dijelaskan bahwa di dalam sistem evakuasi sebuah kapal minimum dengan menggunakan 4 sekenario, yaitu Case 1(malam hari) dan case 2 (siang hari) merupakan primary.. evacuation

Jika dilihat dari sektor pasar modal ketika inflasi tinggi, menyebabkan suku bunga yang tinggi pula, hal ini memungkinkan investor akan mengalihkan investasi ke

Alternatif strategi penciutan adalah suatu alternatif strategi dimana Alternatif strategi penciutan adalah suatu alternatif strategi dimana lebih mungkin dilakukan kalau perusahaan

belajar] eLearning Organisasi Manajemen proyek Konteks Teknologi Informasi 5 3  Mampu mengidentifikasi proses yang terjadi dan hal-hal apa saja yang harus dilakukan

Balai Pemasyarakatan (BAPAS) juga meminta pendapat keluarga, korban, pihak masyarakat, dan pihak sekolah mengenai masalah tersebut dari kesemua hal tersebut akan ditarik

Cara Penilaian Kinerja Penyedia Jasa Sesaat Jasa Konsultansi   Konstruksi Bersifat Umum Layanan Usaha Manajemen  .. Penyelenggaraan

Dari sejumlah definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pertama, pertentangan yang terjadi pada hadis-hadis mukhtalif bersifat lahiriah bukan

425 serta untuk mengetahui pengaruh kinerja lingkungan dan karakteristik perusahaan yang dinilai dengan profitabilitas, ukuran perusaan, leverage terhadap pengungkapan