i
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER
(
Studi Kasus 6 Wilayah Tertinggal
)
Penerbit
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga 2019
Tim Peneliti: Ketua Tim:
Dr. Gatot Sasongko, SE, MS Anggota:
Dr. Drs. Bambang Suteng, M.Pd Dr. Umbu Rauta, SH, M.Hum
Penulis: Dr Gatot Sasongko, SE., MS, dkk. Desain cover, Setting & layout: Harrie Siswanto
Percetakan: Tisara Grafika Salatiga 081228598985 |harriesiswanto@gmail.com
xvii + 189 hlm, 25 cm Cetakan pertama, Juli 2019
ISBN 978-979-3775-77-7
Hak Cipta dilindungi oleh Undang-undang
Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh buku ini tanpa seijin penerbit
MODEL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PERAN KADER
(Studi Kasus 6 Wilayah Tertinggal)
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga- Jawa Tengah Telp/Fax: 0298-311881
iii
Kata Pengantar
Puji Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karuniaNya penyelesaian pekerjaan dan laporan akhir kajian Peningkatan Peran Kader Pembangunan Pedesaan Dalam Pemberdayaan masyarakat di Daerah Tertinggal, bekerjasama Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia telah diselesaikan tepat pada waktunya.
Besar harapan bahwa hasil kajian ini dalam bentuk rekomendasi dapat bermanfaat dalam upaya akselerasi pembangunan di daerah tertinggal melalui penguatan kapasitas dan kapabilitas kader pemberdayaan masyarakat.
Kerjasama strategis antara pemerintah pusat hingga desa, masyarakat desa, lembaga non pemerintah, dan komponen masyarakat lainnya penting untuk dibangun sebagai bentuk sinergitas dan solidaritas bersama untuk membangun masyarakat.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada Ditjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kementerian Dalam Negeri RI atas kepercayaannya kepada kami untuk melaksanakan pekerjaan ini. Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran pemerintah daerah yang menjadi wilayah program kajian ini, atas keramahan dan kerjasamanya selama tim melakukan identifikasi lapangan yaitu; Bapermas Provinsi Nusa Tenggara Timur, Bappermas Kabupaten Timor Tengah Utara, Pemerintah Kecamatan Bikomi Utara, Pemerintah desa Sainoni dan Desa Napan. Bappermas Kabupaten Belu, Pemerintah Kecamatan Kakuluk Mesak, Pemerintah Desa Kabuna dan Desa Losama. Bappermas Kabupaten Rembang, Pemerintah Kecamatan Sulang, Pemerintah Desa Kemadu dan Desa Pragu. Bappermas Kabupaten Wonogiri, Pemerintah Kecamatan Ngadirojo, Pemerintah Desa Gemawang dan Desa Ngadirojo Lor. Kepada pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu namun memiliki kontribusi dalam pencapaian kegiatan kajian ini, kami
mengucapkan terima kasih atas kesabaran dan kerjasamanya mendampingi kami selama berada di lokasi kegiatan dan memperkaya kami dengan informasi yang diberikan.
Semoga hasil kajian ini dapat bermanfaat bagi peningkatan kualitas Kader Pemberdayaan Masyarakat yang penuh dengan dedikasi dan komitmen tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa.
Salatiga, Juli 2019 Tim Peneliti
v
Executive Summary
Pekerjaan kajian Peningkatan Peran Kader Pembangunan Pedesaan Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Tertinggal didasari atas upaya pemerintah mengidentifikasi dinamika pemberdayaan masyarakat, berikut kader penggeraknya di desa yang masuk dalam kategori wilayah tertinggal. Lebih jauh lagi, identifikasi tersebut diintegrasikan dengan evaluasi sejauh mana Permendagri No. 7 tahun 2007 tentang Kader Pemberdayaan Masyarakat telah dan atau dapat berjalan efektif di pemerintahan desa. Dari hasil pemetaan dan identifikasi dinamika peran kader pember-dayaan masyarakat ini, diharapkan ada rumusan rekomendasi logical framework
program peningkatan peran kader pemberdayaan masyarakat yang dapat dilaksanakan secara efektif dan memiliki manfaat dengan mendasarkan pada Permendagri No. 7 tahun 2007.
Wilayah sasaran program yang dijadikansampling kajian Peningkatan Peran Kader Pembangunan Pedesaan Dalam Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Tertinggal adalah provinsi Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Timur. Masing-masing provinsi diambil dua kabupaten yang masuk dalam kategori daerah tertinggal menurut Bappenas dan Kementerian PDT. Untuk Provinsi Jawa Tengah ditentukan Kabupaten Rembang dan Wonogiri, sedangkan untuk provinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Belu dan Timor Tengah Utara. Dasar pertimbangan pemilihan empat kabupaten tersebut berdasarkan kategori daerah pesisir, pegunungan, perbatasan, dan daerah konflik. Dari masing-masing kabupaten ditentukan dua desa yang menjadi sampling kajian ini, jadi secara keseluruhan ada 8 desa yang menjadi fokus kajian kami. Temuan-temuan dari hasil identifikasi dari 8 desa tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:
1. Dari 8 desa kajian, hanya 1 desa yang telah membentuk kader pember-dayaan masyarakat sesuai dengan ketentuan dari Permendagri No. 7 tahun 2007. Namun demikian tidak dapat berjalan efektif disebabkan banyak faktor baik internal maupun eksternal, sehingga menimbulkan ekses terhadap proses pemberdayaan masyarakat.
2. Kerja pemberdayaan masyarakat di desa banyak dilakukan oleh LSM atau lembaga masyarakat lainnya. Secara kelembagaan menurut Permendagri No. 7 Tahun 2007, mereka tidak termasuk dalam kategori Kader Pemberdayaan Masyarakat. Namun jika merujuk pada peran dan tugas, lembaga masyarakat tersebut masuk ke dalam kategori tersebut. Implikasi dari kondisi empirik ini tidak adanya singkronisasi program pemberdayaan masyarakat antara pemerintah desa dengan lembaga masyarakat, selain itu muncul persinggungan antara kader dan lembaga meskipun secara eksplisit tidak nampak.
3. Tidak adanya rancangan program pemberdayaan masyarakat yang sistematis dan terstruktur secara konsisten dilaksanakan. Dalam beberapa kasus program pemberdayaan masyarakatbased on project.
4. Walaupun Permendagri Nomor 7 Tahun 2007, telah dikeluarkan sejak 3 tahun lalu namun implementasinya di pedesaan masih belum terasa. Rencana pemberdayaan Masyarakat yang disusun oleh Bapermas Kabupaten di tahun 2010 pun misalnya, belum secara eksplisit mencantumkan program pemberdayaan bagi KPM sebagaimana dimaksud oleh Permendagri di atas. Pada aras Desa memang ada pemahaman dari Kepala Desa tentang KPM sebagaimana dimaksud oleh Permendagri, namun mereka enggan mengambil prakarsa untuk mewujudkan keberadaan KPM di desa mereka karena implikasi keuangan yang dinilai akan memberatkan keuangan desa yang memang dirasa minim.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia kader pemberdayaan masyarakat yang telah melakukan melakukan pendampingan dan penguatan terhadap masyarakat desa.
Dari rangkuman temuan persoalan empirik di lapangan terkait peran kader pemberdayaan masyarakat di desa, maka ada beberapa rekomendasilogical frameworks program peningkatan peran Kader Pemberdayaan Masyarakat. Kerangka pikir yang tertuang dalam rekomendasi ini terbagi dalam empat pendekatan yaitu; (1) Kebijakan, (2) Kelembagaan, (3)capacity building dan (4) Kualifikasi Kader Pemberdayaan Masyarakat.
vii
Rekomendasi pada kebijakan ditekankan pada review ulang terhadap pasal 4 Permendagri No. 7/2007, dengan tujuan kerja-kerja pemberdayaan masyarakat yang telah berjalan saat ini baik yang telah dilakukan oleh lembaga non pemerintah maupun perorangan tidak terbatasi. Rumusan mendatang diarahkan pada bagaimana kader pemberdayaan yang telah ada dapat bersinergi baik itu individu ataupun program kerja.
Kelembagaan difokuskan bagaimana pemerintah desa dapat mengkoordinir kader pemberdayaan masyarakat yang ada (di luar bentukan pemerintah desa/pemerintah daerah) ke dalam sebuah payung kelembagaan. Dengan demikian kerja pemberdayaan dapat lebih terstruktur, terkoordinir, dan bersinergi. Satu hal yang penting, bahwa perlu adanya rancangan program pemberdayaan masyarakat yang secara konsisten dijalankan atas dasar komitmen seluruh masyarakat dan aparat pemerintahan.
Rekomendasi untuk program capacity building dimaksudkan untuk membekali para kader pemberdayaan masyarakat dengan kemampuan dan pengetahuan yang memadai sesuai dengan fokus/bidang kerja di masyarakat. Kader pemberdayaan masyarakat tidak dalam bentuk satu orang menguasai semua bidang dalam masyarakat, namun terdiri dari banyak kader sesuai dengan konteks permasalahan dan kebutuhan masyarakat desa. Secara khusus untuk wilayah perbatasan, bidang kompetensi yang perlu dibekali kepada KPM yaitu berkenaan dengan persoalan kesehatan masyarakat, pendidikan dasar dan menengah, gender dan perlindungan anak, conflict resolution, disaster management, dan penguatan wawasan kebangsaan.
Rekomendasi terakhir diarahkan pada kualifikasi seorang kader pemberdayaan masyarakat. Secara substantif selain persyaratan normatif, hal pokok yang menjadi titik tekan bahwa seorang kader harus memiliki dedikasi dan hati bekerja untuk kesejahteraan masyarakat.
ix
Kata Pengantar... iii
Executive Summary... v
Daftar Tabel... xiii
Daftar Grafik dan Gambar ...... xvii
Bab 1 Pendahuluan... 1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Maksud dan Tujuan... 5
1.3 Manfaat... 5
Bab 2 Kajian Teoritis... 7
2.1 Batasan Daerah Tertinggal... 7
2.2 Kader Pemberdayaan Masyarakat... 11
2.3 Pemberdayaan Masyarakat ... 13
2.4 Partisipasi Sebagai Sebuah Strategi Pemberdayaan Masyarakat... 16
Bab 3 Metodologi Penelitian... 18
3.1. Pendekatan penelitian... 18
3.2. Teknik Pengolahan dan Analisis Data... 20
3.2.1. Teknik Pengolahan Data... 20
3.2.2. Teknik Analisis Data... 20
Bab 4 Profil dan Potensi Desa di Daerah Penelitian... 21
4.1 Kabupaten Wonogiri... 21
4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Wonogiri... 21
4.1.2 Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat... 39
4.1.2.1 Permasalahan... 40
4.1.2.2 Sasaran... 41
4.1.2.3. Kebijakan... 41
4.1.2.4 Program dan Kegiatan... 42
4.1.3 Profil Desa Gemawang dan Ngadirojo Lor... 45
4.1.3.1 Desa Gemawang... 45
4.1.3.2 Desa Ngadirojo Lor... 47
Daftar Isi
4.2 Kabupaten Rembang... 48
4.2.1 Gambaran Umum Kabupaten Rembang... 48
4.2.2 Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat... 68
4.2.2.1 Kondisi Pemberdayaan Lima Tahun Terakhir... 68
4.2.2.2 Isu Strategis Pemberdayaan Masyarakat dan Desa... 69
4.2.2.3 Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Desa... 70
4.2.2.4 Arah Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa... 70
4.2.2.5 Program Pembangunan PMD... 71
4.2.3 Profil dan Potensi Desa Kemadu dan Desa Pragu... 71
4.2.3.1 Desa Kemadu... 71
4.2.3.2 Desa Pragu... 73
4.3 Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Provinsi Nusa Tenggara Timur... 74
4.3.1 Gambaran Umum Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU)... 74
4.3.2 Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat... 79
4.3.3 Profil dan Potensi Desa Napan dan Desa Sainoni... 80
4.3.3.1. Desa Napan... 80
4.4 Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur... 91
4.4.1 Gambaran Umum Kabupaten Belu... 91
4.4.2 Warga Baru Keturunan TLS (Eks Pengungsi Timor Timur)... 107
4.4.3 Kebijakan Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat... 109
4.4.4 Profil dan Potensi Desa Leosama dan Desa Kabuna... 110
4.4.4.1 Desa Leosama... 110
4.4.4.2 Desa Kabuna... 117
Bab 5 Peran Kader Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Tertinggal... 124
5.1 Kabupaten Wonogiri... 124
5.1.1. Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Gemawang.. 124
5.1.2 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Ngadirojo Lor... 134
5.2 Kabupaten Rembang... 142
5.2.1 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Kemadu... 142
5.2.2 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Pragu... 145
xi
5.3.1 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Sainoni... 147
5.3.2 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Napan... 154
5.4 Kabupaten Belu... 162
5.4.1 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat di Desa Kabuna... 162
5.4.2 Dinamika Kader Pemberdayaan Masyarakat di Desa Leosama... 168
5.4.3 Kerangka logis(Logical Frame Work) dan program pendidikan kader... 173
5.4.4 Kelembagaan kader pemberdayaan masyarakat... 176
Bab 6 Kesimpulan dan Rekomendasi... 178
6.1. Kesimpulan... 178
6.1.1.Desa Gemawang dan Desa Ngadirojo Lor, Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah... 178
6.1.2. Desa Kemadu dan Desa Pragu Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah... 179
6.1.3. Desa SMainoni dan Desa Napan, Kabupaten Timor Tengah Utara, Provinsi Nusa Tenggara Timur... 181
6.1.4 Desa Leosama dan Desa Kabuna, Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur... 182
6.2. Rekomendasi Peningkatan Peran Kader Pemberdayaan Masyarakat... 182
6.2.1 Kebijakan... 183
6.2.2 Kelembagaan... 184
6.2.3Capacity building... 185
6.2.4 Kualifikasi Kader Pemberdayaan Masyarakat... 186
xiii
Daftar Tabel
Tabel 4.1 Tata Guna Tanah Kabupaten Wonogiri Tahun 2008... 21 Tabel 4.2 Luas Daerah Kabupaten Wonogiri Diperinci
Menurut Kecamatan... 22 Tabel 4.3 Jumlah Kepala Keluarga dan Jumlah Penduduk
Hasil Registrasi Diperinci Per Kecamatan Menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Wonogiri tahun 2008... 24 Tabel 4.4 Tingkat Pertumbuhan Alamiah Penduduk Kabupaten
Wonogiri Diperinci Menurut Kecamatan Tahun 2008... 25 Tabel 4.5 Tingkat Migrasi Penduduk Kabupaten Wonogiri
Diperinci Menurut Kecamatan Tahun 2008... 26 Tabel 4.6 Ratio Sekolah, Guru dan Murid TK – SLTA
di Kabupaten Wonogiri Tahun 2008... 28 Tabel 4.7 Struktur Pendapatan Daerah Kabupaten Wonogiri
Tahun 2000 – 2005... 37 Tabel 4.8 Struktur Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Wonogiri Tahun 2000 – 2005... 38 Tabel 4.9 Realisasi Pajak Daerah Kabupaten Wonogiri
Tahun 2000 – 2005... 38 Tabel 4.10 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Desa Gemawang
tahun 2008... 46 Tabel 4.11 Jumlah Sekolah, Guru dan Murid di Desa Ngadirojo Lor
tahun 2008... 48 Tabel 4.12 Data Luas Wilayah Kecamatan di Kabupaten Rembang
Tahun 2009... 50 Tabel 4.13 Jumlah Penduduk Kabupaten Rembang... 50 Tabel 4.14 Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Rembang
Tahun 2007-2009... 51 Tabel 4.15 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Berdasarkan
Harga Konstan (2000) Kabupaten Rembang
Tabel 4.16 Pendapatan dan Belanja Kabupaten Rembang
Tahun 2007-2009... 53 Tabel 4.17 Rata-rata Pengeluaran Penduduk Perkapita/bulan
di Kabupaten Rembang Tahun 2007-2009... 53 Tabel 4.18 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK)
di Kabupaten Rembang Tahun 2007-2009... 55 Tabel 4.19 Perkembangan Jumlah Sekolah di Kabupaten
Rembang Tahun 2007-2009... 55 Tabel 4.20 Perkembangan Jumlah Murid di Kabupaten Rembang
Tahun 2007-2009... 55 Tabel 4.21 Perkembangan Rasio Guru/Murid di Kabupaten Rembang.... 56 Tabel 4.22 Jumlah Ruang Kelas Rusak Berat di Kabupaten Rembang
Tahun 2007-2009... 57 Tabel 4.23 Perkembangan Angka Putus Sekolah
di Kabupaten Rembang Tahun 2007-2009... 57 Tabel 4.24 Perkembangan Angka Kelulusan Ujian Nasional
di Kabupaten Rembang Tahun 2007-2009... 58 Tabel 4.25 Perkembangan Rata-Rata Nilai Ujian
di Kabupaten Rembang Tahun 2007-2009... 58 Tabel 4.26 Persentase Sekolah Terakreditasi
di Kabupaten Rembang Tahun 2007-2009... 59 Tabel 4.27 Jumlah Sarana Kesehatan Kabupaten Rembang
Tahun 2007-2009... 59 Tabel 4.28 Jumlah Status Kepemilikan Rumah. Penyediaan Perumahan
dan Kebutuhan Rumah di Kabupaten Rembang
Tahun 2007-2009... 60 Tabel 4.29 Industri Perdagangan di Kabupaten Rembang
Tahun 2007-2009... 62 Tabel 4.30 Jumlah BUMD. Perbankan Daerah dan Lembaga
Keuangan Desa di Kabupaten Rembang Tahun 2007-2009 63 Tabel 4.31 Jumlah Sarana Perdagangan, Lembaga Perbankan dan
Non Perbankan di Kabupaten Rembang Tahun 2007-2009.... 64 Tabel 4.32 Jangkauan Pelayanan Energi Listrik di Kabupaten Rembang
Tahun 2007-2009... 68 Tabel 4.33 Jumlah Penduduk dan Jumlah Rumah Tangga
xv
Tabel 4.34 Besaran ADD Tahun 2007 - 2010... 80
Tabel 4.35 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga Tahun 2010... 81
Tabel 4.36 Komposisi Penduduk Menurut Usia... 82
Tabel 4.37 Keadaan Tingkat Pendidikan Tahun 2010... 82
Tabel 4.38 Kepemilikan Jamban... 83
Tabel 4.39 Keadaan Tenaga Kerja Menurut Umur... 83
Tabel 4.40 Keadaan Kualitas Tenaga Kerja... 83
Tabel 4.41 Data Sumber Mata Air di Desa Napan... 86
Tabel 4.42 Keadaan Tenaga Kerja Menurut Umur... 89
Tabel 4.43 Keadaan Kualitas Tenaga Kerja... 89
Tabel 4.44 Data Luas Wilayah Kecamatan dan desa/kelurahan di Kabupaten Belu Tahun 2009 (sebelum pemekaran 17 Kecamatan)... 92
Tabel 4.45 Data Luas Wilayah Kecamatan dan desa/kelurahan di Kabupaten Belu Tahun 2009 (sesudah pemekaran 24 kecamatan)... 93
Tabel 4.46 Kemiringan Permukaan Tanah Wilayah Kabupaten Belu 94 Tabel 4.47 Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Belu Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Sektor dan Sub sektor Tahun 2003-2008... 97
Tabel 4.48 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Belu menurut Sektor Tahun 2004-2007... 100
Tabel 4.49 Pendapatan Regional dan Angka Per Kapita 102 Tabel 4.50 Jumlah Penduduk Kabupaten Belu menurut kelompok usia dan jenis kelamin... 104
Tabel 4.51 Penduduk Kab. Belu yang berumur 10 tahun ke atas menurut Status Pendidikan dan Jenis Kelamin... 105
Tabel 4.52 Penduduk Menurut Lapangan Kerja dan Jenis Kelamin 105 Tabel 4.53 Jumlah Penduduk Kab. Belu per Kecamatan, Kepadatan Penduduk dan Rumah Tangga, Desember 2009... 107
Tabel 4.54 Sebaran Warga eks Timor Timur di Kab. Belu... 108
Tabel 4.55 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kepala Keluarga... 111
Tabel 4.56 Keadaan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Leosama.... 112
Tabel 4.57 Kepemilikan Jamban, Desa Leosama... 112
Tabel 4.58 Keadaan Tenaga Kerja Menurut Umur Desa Leosama.... 113
Tabel 4.60 Data Sumber Mata Air di Desa Leosama... 117
Tabel 4.61 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan KK Desa Kabuna... 118
Tabel 4.62 Keadaaan Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Kabuna... 118
Tabel 4.63 Kepemilikan Jamban Desa Kabuna... 119
Tabel 5.1 Identitas Responden Desa Sainone... 148
Tabel 5.2 Identitas Responden Desa Napan... 155
Tabel 5.3 Identitas Responden Desa Kabuna... 161
xvii
Daftar Grafik dan Gambar
Grafik 4.1 Penduduk 10 tahun ke atas menurut lapangan kerja dan jenis kelamin tahun 2008... 106 Gambar 1 SkemaLogical Framework... 175 Gambar 2 Stakeholder Working Groups... 177