• Tidak ada hasil yang ditemukan

Filsafat Kierkegaard Oleh: Nina Amelia*)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Filsafat Kierkegaard Oleh: Nina Amelia*)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Filsafat Ilmu | Nina Amelia | 2012 | Filsafat Kierkegaard 1

Filsafat Kierkegaard

Oleh: Nina Amelia*)

Kierkegaard dikenal menentang filsafat yang bercorak sistematis, karena menurutnya, filsafat tidak merupakan suatu sistem, tetapi suatu pengekspresian eksistensi individual. Di sini terlihat bahwa Kierkegaard memberi suatu reaksi terhadap idealisme yang sama sekali berbeda dari reaksi materialisme. Filsafatnya merupakan sebuah reaksi terhadap dialektik Hegel. Keberatan utama yang diajukan oleh Kierkegaard, dikarenakan Hegel meremehkan eksistensi yang kongret dengan pemikirannya yang justru mengutamakan idea yang sifatnya umum. Di sinilah kemudian Kierkegaard berupaya menjembatani jurang yang ada antara filsafat Hegelian dan apa yang kemudian menjadi Eksistensialisme. Kendati demikian, jangan lupa bahwa kita tidak dapat tidak memahami aliran ini dalam situasi total di Eropa Barat yang “memaksakan” tampilnya eksistensialisme tersebut sebagai jawabannya. Pada pembahasan selanjutnya, kita akan mempelajari pemikiran seorang Kierkegaard yang melihat dirinya sebagai seseorang yang religius dan seorang anti-filsuf, namun sekarang dianggap sebagai bapaknya filsafat eksistensialisme. Meskipun ia tidak mencoba mengidentifikasikan dirinya dengan aliran manapun, namun karya-karyanya kerap dianggap sebagai pendahulu dari banyak aliran pemikiran yang berkembang pada abad ke-20 dan ke-21.

RIWAYAT HIDUP SØREN KIERKEGAARD

Søren Kierkegaard yang lahir pada 5 Mei 1813 dan tutup usia pada 11 November 1855, adalah seorang filsuf dan teolog abad ke-19 yang berasal dari Denmark. Ia dilahirkan dalam sebuah keluarga kaya di Kopenhagen, ibukota Denmark. Ayahnya, Michael Pedersen Kierkegaard, adalah seseorang yang sangat saleh. Ia yakin bahwa ia telah dikutuk Tuhan, dan karena itu ia percaya bahwa tak satupun dari anak-anaknya akan mencapai umur melebihi usia Yesus Kristus, yaitu 33 tahun. Ia percaya bahwa dosa-dosa pribadinya, seperti misalnya mengutuki nama Allah pada masa mudanya dan kemungkinan juga menghamili ibu Kierkegaard di luar nikah, menyebabkan ia layak menerima hukuman ini. Perkenalan dengan pemahaman tentang dosa pada masa mudanya, dan hubungannya dari ayah dan anak meletakkan dasar bagi banyak karya Kierkegaard (khususnya Takut dan Gentar). Ibunda Kierkegaard, Anne

(2)

Filsafat Ilmu | Nina Amelia | 2012 | Filsafat Kierkegaard 2

Sørensdatter Lund Kierkegaard, tidak secara langsung dirujuk dalam buku-bukunya, meskipun ia pun mempengaruhi tulisan-tulisannya di kemudian hari. Meskipun sifat ayahnya kadang-kadang melankolis dari segi keagamaan, Kierkegaard mempunyai hubungan yang erat dengan ayahnya. Ia belajar untuk memanfaatkan ranah imajinasinya melalui serangkaian latihan dan permainan yang mereka mainkan bersama.Ayah Kierkegaard meninggal dunia pada 9 Agustus 1838 pada usia 82 tahun. Sebelum meninggal dunia, ia meminta Søren agar menjadi pendeta. Søren sangat terpengaruh oleh pengalaman keagamaan dan kehidupan ayahnya dan merasa terbeban untuk memenuhi kehendaknya. Ia melanjutkan pelajarannya dalam bidang teologi di Universitas Kopenhagen, namun sementara di sana ia semakin tertarik akan filsafat dan literatur. Di universitas, Kierkegaard menulis disertasinya, Tentang Konsep Ironi dengan Rujukan Terus-Menerus kepada Socrates, yang oleh panel universitas dianggap sebagai karya yang penting dan dipikirkan dengan baik, namun agak terlalu berbunga-bunga dan bersifat sastrawi untuk menjadi sebuah tesis filsafat. Kierkegaard lulus pada 20 Oktober 1841 dengan gelar Magistri Artium, yang kini setara dengan Ph.D. Dengan warisan keluarganya, Kierkegaard dapat membiayai pendidikannya, ongkos hidupnya dan beberapa

Regine Olsen, cintanya dalam hidupnya, dan bahan-bahan tulisannya. Sebuah aspek penting dari kehidupan Kierkegaard (biasanya dianggap mempunyai pengaruh besar dalam karyanya) adalah pertunangannya yang putus dengan Regine Olsen (1822 - 1904). Kierkegaard berjumpa dengan Regine pada 8 Mei 1837 dan segera tertarik kepadanya. Begitu pula dengan Regine. Pada 8 September 1840, Kierkegaard resmi meminang Regine. Namun, Kierkegaard segera merasa kecewa dan melankolis tentang pernikahan. Kurang dari setahun setelah pinangannya, ia memutuskannya pada 11 Agustus 1841. Dalam jurnal-jurnalnya, Kierkegaard menyebutkan keyakinannya bahwa sifat “melankolis”nya membuatnya tidak cocok untuk menikah; tetapi motif sebenarnya untuk memutuskan pertunangannya itu tetap tidak jelas. Biasanya diyakini bahwa keduanya memang sangat saling mencintai, barangkali bahkan juga setelah Regine menikah dengan Johan Frederik Schlegel (1817–1896), seorang pegawai negeri terkemuka.

KEMUNCULAN EKSISTENSIALISME :Sebagai Reaksi terhadap Materialisme dan Idealisme Seperti yang sudah penulis sampaikan pada pendahuluan, bahwa sitz in leben Eropa Barat ketika itu, menjadi faktor pendorong lahirnya Eksistensialisme. Jika kita kaji lebih mendalam, sifat materialisme dan idealisme yang berkembang pesat ternyata merupakan pendorong lahirnya eksistensialisme. Tema sentral yang menjadi pertentangan di sini adalah ikhwal pandangan aliran tersebut terhadap manusia. Prof. Dr. Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat Umum menjelaskan bagaimana bagian dari ajaran materialisme tentang manusia itu dihantam oleh eksistensialisme. Secara sederhana, pendapat aliran materislisme yang dibantah eksistensialisme dapat dilihat dalam tabel berikut :

Materialisme Eksistensialisme

Dalam pandangan materialisme, baik yang kolot maupun yang modern, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama dengan benda seperti kayu. Akan tetapi, materialisme mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya, pada dasarnya, pada instansi yang terakhir,

• Menurutnya “cara berada” manusia tidak sama dengan benda lain, walaupun keduanya sama-sama berada di dunia Ketika manusia berada di dalam dunia, ia menyadari dirinya berada di dunia,ia menghadapi dunia dan mengerti apa yang dihadapinya. Manusia mengerti guna pohon, batu, dan salah satu diantaranya ialah ia mengarti bahwa hidupnya

(3)

Filsafat Ilmu | Nina Amelia | 2012 | Filsafat Kierkegaard 3

Materialisme Eksistensialisme

manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan kata lain materi, betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul ketimbang sapi, batu, pohon atau batu, tetapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan sapi, pohon atau batu. Dilihat dari keberadaannya juga sama

mempunyai arti. Inilah hakikat yang membedakan manusia dengan materi lainnya yang ada di dunia. Termasuk di dalamya yaitu benda-benda lain tadi yang oleh meterialisme disejajarkan dengan manusia.

• Manusia dipandang sebagai objek, sama halnya dengan materi lainnya yang ada di dunia. Materialisme memandang kejasmanian sebagai keseluruhan manusia, padahal itu hanyalah aspek manusia. Baginya, manusia hanyalah sesuatu yang ada tanpa menjadi subjek

• Manusia adalah subjek. Subjek artinya yang menyadari, yang sadar. Barang-barang lainnya disebut objek

Bertolak dari dasar pemikiran tersebut, kita dapat melihat kesalahan materialisme yang kemudian ditentang oleh eksistensialisme, dalam rumusan berikut:

Kesalahan itu ialah detotalisasi. De artinya memungkiri, total artinya seluruh. Maksudnya, memungkiri manusia sebagai keseluruhan. Pandangan manusia itu belum mencakup manusia secara keseluruhan. Pandangan tentang manusia seperti materialisme itu akan membawa konsekuensi yang amat penting.

Eksistensialisme juga lahir sebagai reaksi terhadap idealisme, yang “bibitnya” sudah ada sejak Plato dan disempurnakan oleh Descartes. Dalam hal ini, manusia disamakan sja dengan kesadarannya. Aspek berpikir dan berkesadaran manusia dilebih-lebihkan oleh Idealisme sehingga menjadi seluruh manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi, sehingga pikiranlah yang menjadi keutamaan. Letak kesalahan Idealisme ialah karena memandang manusia hanya sebagai subjek. Selain itu, dalam buku Filsafat dan Iman Kristen, Colin Brown mengungkapkan kesulitan besar mengenai Idealisme, yakni minimnya bukti-bukti.

Para filsuf Idealis berbicara terus-menerus terlalu panjang lebar. Namun apa yang mereka katakan nampaknya bukan saja bertentangan dengan akal sehat tetapi juga tidak dapat dinyatakan. Membangun suatu sistem pemikiran adalah satu hal; memperlihatkan bahwa pemikiran-pemikiran itu benar adalah hal yang sama sekali lain. Di dalam sebuah artikel mengenai “Konsep Realita” Moore mempersalahkan orang-orang Idealis yang jatuh ke dalam kesalahan dasar karena tidak membedakan atau memisahkan antara ide-ide (pemikiran) dengan realita.

Dari penjelasan tersebut, kesimpulan yang mengemuka adalah baik meterialisme maupun idealisme, keduanya merupakan dua pandangan filsafat tentang “hakikat yang ekstrem”. Keduanya memang berisikan benih-benih kebenaran, akan tetapi menurut eksistensialime, pandangan keduanya dianggap salah. Untuk itulah eksistensialisme hadir sebagai jalan keluar dari kedua ekstremitas tersebut.

PEMIKIRAN SØREN KIERKEGAARD: Sebuah Kritik Atas Formalitas Agama di Denmark dan Hegelianisme

Jika kita diperhadapkan dengan pertanyaan, mengapa karya Kierkegaard kadang-kadang digambarkan sebagai eksistensialisme Kristen dan psikologi eksistensial ? Maka jawabannya

(4)

Filsafat Ilmu | Nina Amelia | 2012 | Filsafat Kierkegaard 4

adalah karena karya-karya Kierkegaard membahas masalah-masalah agama seperti misalnya hakikat iman, lembaga Gereja Kristen, etika dan teologi Kristen, dan emosi serta perasaan individu ketika diperhadapkan dengan pilihan-pilihan eksistensial. Masalah yang diangkat tersebut, tentu saja tidak lepas dari konteks zaman saat itu, sehingga Kierkegaard harus melancarkan kritiknya terhadap dua hal yang berkecamuk saat itu, yakni formalitas agama di Denmark dan pemikiran Hegelianisme. Mengenai hal tersebut, F. Budi Hardiman menjelaskan:

Kritik Kierkegaard atas Hegelianisme bukan sekedar sebuah minat teoritis, melainkan didasari oleh sebuah keprihatinan praktis terhadap perilaku keagamaan di Denmark . Zaman itu, Lutheranisme menjadi agama resmi negara Denmark. Agama itu secara otomatis dianut oleh orang Denmark, dan menjadi semacam cap saja untuk kehiduoan sosial. Menurut Kierkegaard agama Kristen sungguh-sungguh menjadi sekular dan duniawi, dan orang yang menyebut dirinya Kristen tidak pernah sungguh-sungguh memikirkan Allah. Dalam situasi seperti ini, agama hanya menjadi persoalan “objektif” dan “lahiriah”, hanya menyangkut perilaku yang dapat dilihat dan tidak menyangkut komitmen subjektif manusia.

Pada titik inilah, Kierkegaard lalu menunjukkan bahwa “biang keladi” kemerosotan penghayatan iman ini tak lain adalah filsafat Hegel. Menurut Kierkegaard, realita Hegel tidaklah memiliki relasi dengan realita keberadan manusia.

Kierkegaard adalah seorang yang pada zamannya melancarkan reaksi terhadap hidup kemasyarakatan. Keadaan masyarakat pada waktu itu tidak menunjukkan sebuah usaha untuk memecahkan persoalan-persoalan praktis sehari-hari, serta mengabaikan perkara-perkara batiniah. Hal ini berbanding terbalik dengan apa yang menjadi prinsip Kierkegaard, bahwasanya persoalan-persoalan praktis sehari-hari itulah yang justru menjadi persoalan hidup yang sebenarnya. Memang pada kenyataannya, sejak Kant hingga Hegel orang hanya membicarakan persoalan-persoalan besar yang bersifat umum, sedangkan untuk persoalan khusus dan praktis, pada umumnya orang berpendapat bahwa pemecahannya dapat diturunkan dari dasar-dasar yang umum itu. Kierkegaard kemudian menganggap Hegel mengaburkan hidup yang kongret, nmaka tak heran jika Kierkegaard meremehkan argumentasi abstrak mengenai metafisika yang spekulatif ala Hegel.

Mengapa demikian? Karena Hegel berpendapat bahwa hidup yang kongret itu hanya mewujudkan suatu unsur saja di dalam proses pengembangan idea. Pandangan demikianlah yang yang ditolak Kierkegaard. Menurutnya, pertanyaan mengenai, “Apa yang harus dilakukan dalam keadaan yang kongret itu?” Justru diperhadapkan oleh manusia setiap harinya Patokan umum yang berlaku bagi umat manusia di segala zaman dan tempat tidak mungkin dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan hidup yang kongrit timbul sehari-hari. Sebab setiap orang dihadapkan dengan persoalannya sendiri, yang khusus hanya berlaku baginya. Persoalan-persoalan yang kongret yang timbul setiap hari itu oleh Kierkegaard disebut “persoalan-persoalan eksistensial”.

Demikianlah menurut Kierkegaard, pertama-tama yang penting bagi manusia adalah keadaannya sendiri atau eksistensinya sendiri. Akan tetapi, harus ditekankan, bahwa eksistensi manusia bukanlah suatu “ada” yang statis, melainkan suatu “menjadi”, yang mengandung di dalamnya suatu perpindahan dari “kemungkinan” ke “kenyataan”. Apa yang semula berada sebagai kemungkinan berubah atau bergerak menjadi suatu kenyataan. Perpindahan atau perubahan ini adalah suatu perpindahan yang bebas, yang terjadi dalam kebebasan dan keluar dari kebebasan yaitu karena pemilihan manusia. Jadi eksistensi manusia adalah suatu eksistensi yang dipilih dalam kebebasan. Bereksistensi berarti bereksistensi dalam suatu perbuatan, yang harus dilakukan seyiap orang bagi dirinya sendiri.

(5)

Filsafat Ilmu | Nina Amelia | 2012 | Filsafat Kierkegaard 5

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka jelas bahwa bereksietensi berarti berani mengambil keputusan yang menentukan hidup. Maka barangsiapa tidak berani mengambil keputusan, ia tidak bereksistensi dalam arti yang sebenarnya. Itulah pemikiran Kierkegaard, bahwa ada eksistensi yang sebenarnya dan ada eksistensi yang tidak sebenarnya. Tiap eksistensi memiliki cirinya khas. Kierkegaard membedakan adanya tiga bentuk eksistensi, yaitu: bentuk estetis, bentuk etis dan bentuk religius Dialektika Eksistensial

 Tahap Estetis

Pada tahap ini, manusia menaruh perhatian besar terhadap segala sesuatu yang di luar dirinya. Ia hidup di dalam dunia dan di dalam masyarakat, dengan segala sesuatu yang dimiliki dunia dan masyarakat itu. Ia menikmati segala yang jasmani dan rohani. Sekalipun demikian batinnya kosong. Senantiasa ia menghindari tiap keputusan yang menentukan. Sifat hakiki bentuk eksistensi estatis ialah tidak adanya ukuran-ukuran moral yang umum yang telah ditetapkan, dan tidak adanya kepercayaan keagamaan yang menentukan. Yang ada hanya keinginan untuk menikmati seluruh pengalaman emosi dan nafsu.

 Tahap Etis

Pada tahap ini, manusia memperhatikan benar-benar kepada batinnya. Ia tidak hidup dari hal-hal yang kongrit ada. Sikapnya di dalam dunia, senantiasa diusahakan agar dapat ditentukan dari sudut hidup batiniahnya, menurut patokan-patokan yang umum.

 Tahap Religius

Tahap religius ditandai oleh pengakuan individu akan Allah, dan kesadarannya sebagai pendosa yang membutuhkan pengampunan Allah. Pada tahap ini individu membuat komitmen personal dan melakukan apa yang disebutnya “lompatan iman”. Lompatan ini bersifat non-rasional dan biasa kita sebut pertobatan. Tokoh yang memodelkan tahap ini adalah tokoh Kitab Suci, Abraham, yang mengorbankan putranya yang tunggal karena beriman kepada Allah. Di sini Abraham betul-betul meninggalkan tahap etis dan melompat ke tahap religius.

KESIMPULAN

Harus diakui, bahwa seluruh hidup dan karya Kierkegaar dijiwai oleh suatu pergumulan yang telah dialami, hal mana ia sampai kepada suatu keragu-raguan yang serius terhadap praktek agama Kristen pada waktu itu. Hal ini pertama-tama disebabkan karena sifat pribadinya yang berjiwa murung serta pengalaman-pengalaman hidupnya yang pahit. Ciri khas Kierkegaard adalah bahwa ia yakin akan keterbatasan akal. Sekalipun demikian akal tidak boleh diabaikan, bahkan harus dimanfaatkan sejauh mungkin. Dari situlah akan muncul sifat keterbatasannya. Demikianlah Kierkegaard menampakkan suatu reaksi yang berlainan terhadap Hegel dibanding Karl Marx yang sudah kita bahas pada pertemuan kelas sebelumnya. Adapun kesamaannya dengan Marx terletak di sini, bahwa ia memandang perbuatan sebagai hal yang terpenting di dalam kehidupan manusia.

(6)

Filsafat Ilmu | Nina Amelia | 2012 | Filsafat Kierkegaard 6

Sumber buku

Yuana kumara ari,the greatest philossopher,100 tokoh filsuf barat dari abad 6 SM- abad 21.yogyakarta : ANDI

Brown, Colin. 2011. Filsafat dan Iman Kristen. Surabaya:Momentum

Hadiwijono, Harun. 1980. Sari Sejarah Filsafat Barat 2. Yogyakarta : Kanisius

Hardiman, F. Budi. 2007. Filsafat Modern : Dari Machiavelli sampai Nietzche. Jakarta: Gramedia

Tafsir, Ahmad, 2009. Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung: Rosda

Sumber internet

Situs Wikipedia http://www.wikipedia.com// Søren Aabye Kierkegaard, di akses pada 10 April 2012

Situs Wikipedia http://www.wikipedia.com// Søren Aabye Kierkegaard, di akses pada 10 April 2012

Wikipedia, ibid

Situs Wikipedia http://www.wikipedia.com// Søren Aabye Kierkegaard, di akses pada 10 April 2012

Bandingkan dengan Ahmad Tafsir, Filsafat Umum: Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, Bandung: Rosda, 2009, hlm. 219

Rene Le Senne, sebagaimana yang dikutip Ahmad Tafsir, ibid, hlm. 220

Sebagaimana yang dikutip Colin Brown, Filsafat dan Iman Kristen, Surabaya: Momentum, hlm. 172 dalam Ewing, The Idealist Tradition, 2011, hlm. 312

F. Budi Hardiman, Filsafat Modern,: Dari Machiavelli sampai Nietzche, Jakarta: Gramedia., 2007, hlm. 247

Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2, Yogyakarta: Kanisius, 1980, hlm. 124 Loc.cit

*)

Penyusun

Nama : Nina Amelia Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Dosen : Afid Burhanuddin, M.Pd.

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Hasil uji analisis yang telah dilakukan menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara persalinan lama dengan kasus Caput Succedaneum pada bayi baru lahir di RS.. Permata

Partisipasi masyarakat yang dilakukan dalam perencanaan pembangunan desa wisata di Desa Lubuk Dagang dapat berjalan dengan lancar dan telah menghasilkan rencana

Guru pamong yang membimbing mahasiswa praktikan bidang studi IPA adalah Abdul Basit, S.Pd. Beliau merupakan guru yang sangat sabar dan interaksi antara guru dengan peserta

Molekul volatil: CO2, HCN dan keton  ekskresi melalui sistem pernafasan Garam dan senyawa lain berlebih  keringat. Senyawa/bahan terlarut fungsi ginjal

Lapisan yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan pertukaran data atau informasi antara pemakai, perangkat lunak aplikasi atau peralatan suatu sistem komputer :

Winarno Surachman, Perkembangan Pribadi dan Keseimbangan Mental, IKIP, Bandung, 1965, hlm.7... 1) Pengayoman Polri kepada masyarakat, harus menyentuh setiap lapisan

Pembuatan film plastik biodegredable dimulai dari pengambilan Pati biji kluwih dengan cara pengupasan, perendaman air garam, dihancurkan, penyaringan, pencucian,

Jika anda tertarik untuk membudidayakan tanaman buah berwarna merah ini, anda tidak perlu khawatir karena pada kesempatan kali ini JualBenihMurah.com akan memberikan ulasan