• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN VISUAL, AUDITORI, DAN KINESTETIK TERHADAP MINAT BELAJAR BAHASA INDONESIA

SISWA KELAS IV SD NEGERI LIMBUNG PUTERA KABUPATEN GOWA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh

NURFIANA 105401106217

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2021

(2)
(3)
(4)

i

(5)

ii

(6)

iii

(7)

iv

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132. Fax. (0411)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurfiana

Nim : 10540 11062 17

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Keefektifan Penggunaan Model Visual, Auditori, dan Kinestetik Terhadap Minat Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Limbung Putera Kabupaten Gowa

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya sendiri, bukan hasil ciplakan atau buatan oleh orang lain atau dibuatkan oleh siapapun

Demikian pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassarr, Agustus 2021 Yang Membuat Permohonan

Nurfiana

NIM : 10540 11062 17

(8)

v

PRODI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132. Fax. (0411)

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Nurfiana

Nim : 10540 11062 17

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Keefektifan Penggunaan Model Visual, Auditori, dan Kinestetik Terhadap Minat Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Limbung Putera Kabupaten Gowa

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi, 2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi

dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan selalu melakukan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1,2 dan 3, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikan Perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran

Makassarr, Agustus 2021 Yang Membuat Perjanjian

Nurfiana

NIM : 10540 11062 17

(9)

vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN

“Melangkah dengan penuh keyakinan dan diiringi doa, ikhlas dan sabar dalam menghadapi perjalanan hidup, yakin semua akan indah dan diwujudkan oleh-Nya diwaktu yang dikehendaki-Nya”

(Nurfiana)

Kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua orang tua, keempat saudaraku, kakak-kakakku, dan sahabat-sahabatku. Karena tanpa doa dan dukungan mereka Saya tidak mampu mewujudkan harapan menjadi kenyataan

(10)

vii ABSTRAK

Nurfiana, 2021. Keefektifan Model Pembelajaran Visual, Auditori, Dan Kinestetik Terhadap Minat Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Limbung Putera Kabupaten Gowa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Syahruddin dan Abdan Syakur.

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui penerapan model pembelajaran visual, auditori, dan kinestetik (VAK) dapat meningkatkan Minat belajar siswa kelas IV SD Negeri Limbung Putera Kabupaten Gowa. Subyek penelitian 15 siswa. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas. Prosedur penelitian terdiri dari 4 tahap yakni perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

wawancara, observasi, dan angket.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I aktivitas siswa adalah 63% dengan minat belajar siswa adalah 66,54%, mengalami peningkatan pada siklus II yaitu 87% dengan minat belajar siswa adalah 83,39%. Sehingga terdapat peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II. Pada siklus II, hasil belajar siswa sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan (≥ 75%).

Sehingga bisa disimpulkan bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari siklus I ke siklus II dan tidak perlu dilakukan siklus III. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model visual, auditori, dan kinestetik dapat meningkatkan minat belajar Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Limbung Putera Kabupaten Gowa dari 63% meningkat menjadi 83%.

Kata kunci : Pembelajaran Visual, Auditori, Kinestetik

(11)

viii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala Puji dan Puja penulis lantunkan kepada Allah SWT yang Maha Penyanyang dan Pengasih, tak lupa pula penulis kirimkan salam serta salawat kepada Baginda Nabiyullah Muhammad SAW, Beliau merupakan pemuda padang pasir yang menggulung tikar-tikar kebatilan dan membentangkan permadani-permadani ke Islaman seperti yang kita rasakan saat ini, yang demikian kata untuk mewakili atas segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertahmid atas anugerah pada detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada- Mu, Sang Khalik. Skripsi ini adalah setitik dari sederatan berkah-Mu.

Setiap orang dalam berkarya selalu mencari kesempurnaan, tetapi terkadang kesempurnaan itu terasa jauh dari kehidupan seseorang. Kesempurnaan bagaikan fatamorgana yang semakin dikejar semakin menghilang dari pandangan, bagai pelangi yang terlihat indah dari kejauhan, tetapi menghilang jika didekati.

Demikian juga tulisan ini, kehendak hati ingin mencapai kesempurnaan, tetapi kapasitas penulis dalam keterbatasan. Segala daya dan upaya penulis kerahkan untuk membuat tulisan ini selesai dengan baik dan bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam ruang lingkup Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Motivasi dari berbagai pihak sangat membantu dalam perampungan tulisan ini. Segala rasa hormat, penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua . H. Muh Nurdin dan Hj. Hamila yang telah berjuang, berdoa,

(12)

ix

mengasuh, membesarkan, mendidik, dan membiayai penulis dalam proses pencarian ilmu. Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para kakak-kakak dan keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan bantuan dari banyak aspek. Dr. Syahruddin, S.Pd.,M.Pd selaku pembimbing I dan Abdan Syakur, S.Pd., M.Pd selaku Pembimbing II, yang di tengah kesibukan beliau masih dapat meluangkan waktu membantu dan membimbing penulis.

Demikian juga ucapan terima kasih yang sebanyak- banyaknya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar. Aliem Bahri, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua Program Studi dan Ernawati, S.Pd., M.Pd., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Univeristas Muhammadiyah Makassar.

Bapak dan Ibu Dosen pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan selama mengikuti Pendidikan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada para senior-senior dan teman-teman sejurusan khususnya teman-teman dari kelas pgsd 17B dengan semua kebaikan, dukungan, bimbingan, dan dampingannya selama penulis menyelesaikan tugas akhir ini.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah, para guru, staf dan siswa-siswi SD Negeri Limbung Putera yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penelitian yang sedang penulis lakukan.

(13)

x

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak, selama saran dan kritik tersebut bersifat membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan . Mudah- mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri pribadi penulis. Aamiin

Makassar, Agustus 2021

Penulis

(14)

xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

LEMBAR PESERUJUAN PEMBIMBING ... i

KARTU KONTROL BIMBINGAN ... ii

SURAT PENYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

B. Kerangka Pikir ... 21

C. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN ... 27

A. Jenis Penelitian ... 27

B. Lokasi Dan Subjek Penelitian ... 29

(15)

xii

C. Faktor Yang Diselidiki ... 29

D. Prosedur Penelitian ... 32

E. Instrument Penelitian ... 36

F. Teknik Pengumpulan Data ... 39

G. Teknik Analisis Data ... 40

H. Indicator Keberhasiln ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 43

A. Hasil Penelitian ... 43

B. Pembahasan ... 53

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 56

A. Simpulan... 56

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 61

RIWAYAT HIDUP ... 110

(16)

xiii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.2 Kisi-kisi lembar wawancara ... 37

3.3 Kisi-kisi lembar Observasi ... 38

4.1 Presentase aktivitas belajar siswa siklus I ... 43

4.2 Minat Belajar Siswa Pada Siklus I ... 44

4.3 Presentase Aktivitas Belajar Siswa Siklus II ... 48

4.4 Minat Belajar Siswa Pada Siklus II ... 49

4.5 Hasil Penelitian ... 52

(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Bagan Kerangka Pikir ... 28 3.1 Bagan siklus PTK ... 31

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sekolah telah menjadi kebutuhan manusia. Persekolahan dilakukan dengan sengaja untuk mengajarkan sesuatu yang dianggap hebat dan pas di mata masyarakat. Pelaksanaan pelatihan tidak dapat dipisahkan dari berbagai segmen yang terlibat dengannya, seperti pendidik. Pengajar adalah seorang guru yang tugasnya menjelma menjadi penyambung informasi penting yang terus menerus berkreasi dan berubah sesuai dengan kondisi dan keadaan. Alam semesta menginstruksikan secara tegas terkait keterlibatan dengan sistem pembelajaran.

Sistem pembelajaran atau siklus pengajaran adalah tindakan utama yang digunakan oleh instruktur atau guru untuk memindahkan informasi kepada siswa.

Mengajar dan melatih pembelajaran harus mengatur korespondensi atau terjalin komunikasih dua arah, antara instruktur dan siswa, sehingga lingkungan belajar membantu dan tujuan pembelajaran tercapai. Pembelajaran saat ini tidak hanya terfokus pada pendidik (instructor focus) dengan tujuan agar kelas dan sistem pembelajaran kewalahan oleh pengajar, sedangkan siswa hanya terlepas selama sistem pembelajaran dengan kata lain mereka hanya diam. Tugas pengajar sebagai fasilitator belum sepenuhnya terlihat, hal itu membuat pendidik harus menguasai empat bagian mendasar yang diandalkan untuk memiliki opsi dalam membuat korespondensi dua arah sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan bentuknya.

(19)

Pedoman Diklat Nomor 41 Tahun 2007 tentang Norma Interaksi di Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, ditegaskan bahwa:

“Pembelajaran adalah rangkaian hubungan antara siswa dan pendidik sebagai aset pembelajaran dalam iklim pembelajaran. Sistem pembelajaran harus diatur, dilaksanakan, disurvei, dan diperiksa. Pelaksanaan pembelajaran adalah pelaksanaan rencana pembelajaran. Pelaksanaan mencakup latihan-latihan primer, pusat latihan dan latihan menutup.

Salah satu latihan yang diajarkan adalah sekolah bahasa. Pelatihan bahasa adalah salah satu sudut penting dalam bidang pengajaran di setiap tingka t pengajaran, mulai dari tingkat dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah akhir. pemerintah memasukkan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang dikenang untuk ujian umum. Bahasa Indonesia dianggap penting karena dalam kehidupan sehari-hari bahasa Indonesia merupakan bahasa umum dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang harus dikuasai oleh semua orang, termasuk pelajar. Artinya, melatih kemampuan siswa berbahasa Indonesia, baik dalam bahasa komunikasi maupun bahasa tulis.

Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan penemuan yang dapat disusun secara sederhana atau merepotkan.

BSNP menilai bahwa standar substansi bahasa Indonesia dalam (Susanto, 2019:

246) adalah sebagai berikut:

“Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan untuk menumbuhkan semangat menulis manusia Indonesia. Mengusahakan kemampuan siswa untuk menyampaikan bahasa Indonesia secara tepat dan efektif, baik secara lisan maupun dalam bentuk hard copy”.

Seperti yang ditunjukkan oleh Badudu, J.S. (1992) masyarakat dituntut memiliki pilihan untuk melakukan hubungan sosial sebagai salah satu bentuk pemanfaatan interaksi instruktif yang baru-baru ini dipertimbangkan. Bahasa Indonesia adalah perangkat khusus yang vital bagi individu Indonesia. Sesuai

(20)

dengan itu, kemampuan berbahasa merupakan premis sentral dalam melakukan hubungan sosial bagi setiap orang. Jika dikaitkan dengan pengajaran di sekolah, mata pelajaran bahasa Indonesia merupakan sarana penting untuk membina kemampuan berbahasa individu Indonesia secara khusus.

Lebih lanjut, Susanto Ahmad (2012) mengatakan bahwa pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya di sekolah dasar, tidak dapat dipisahkan dari empat segmen, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca, dan mengarang. Keempat segmen ini sangat mempengaruhi efek samping belajar bahasa Indonesia.

Pengajaran dasar atau disebut sekolah dasar adalah energi yang mendasari anak- anak untuk mengembangkan kapasitas mereka. Kemampuan berbahasa yang baik menggambarkan salah satu kemampuan yang diandalkan oleh siswa ketika mereka duduk di bangku sekolah dasar.

Sementara itu, Badan Pedoman Diklat Umum (BNSP, 2006) menilai bahwa bahan baku bahasa Indonesia adalah bahasa Indonesia dan bertujuan untuk mendorong semangat menulis manusia Indonesia, sehingga siswa harus belajar bahasa Indonesia. Bagi mahasiswa, kata belajar merupakan kata yang mudah dikenali. Sejujurnya, itu adalah bagian penting dari lembaga pendidikan formal.

Latihan belajar adalah hal-hal yang dilakukan kapan saja sesuai dengan keinginannya

Nana Sudjana (2009:28), menilai belajar sebagai siklus yang dipisahkan oleh perubahan sebagai bagian dari karakter seseorang.

Perubahan digambarkan karena sistem pembelajaran yang dapat ditampilkan dalam struktur yang berbeda seperti perubahan informasi, mendapatkan, perspektif, perilaku, kemampuan, diskusi, kecenderungan, dan

(21)

perubahan sudut pandang yang ada pada orang yang belajar. Belajar dipandang sebagai siklus, gerakan dan bukan hasil atau tujuan. Terlebih lagi, belajar tidak hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu, untuk menjadi pertemuan khusus.

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang yang telah belajar atau tidak dengan membandingkan kondisi saat ini. Sebelumnya, kemudian setelah sistem pembelajaran terjadi, Oemar Hamalik (2006. 27).

Djamah (2008:13) dalam Dalimunthe, ED (2017), juga merekomendasikan bahwa belajar adalah kemajuan dari tugas mental dan proaktif untuk mendapatkan perubahan, perubahan di lakukan karena perjumpaan individu dalam kerjasama dengan iklim yang meliputi psikologis, emosional, dan psikomotorik. Selain itu, seperti yang ditunjukkan oleh Winkel (1996: 53) tindakan mental atau mistik, yang terjadi dalam komunikasi dinamis dengan iklim yang membawa perubahan nilai informasi, perolehan, kemampuan, dan perspektif, dapat berupa hasil baru atau peningkatan dari yang sudah ada. hasil yang telah didapat dan terjadi dalam jangka waktu tertentu.

Belajar juga diklasifikasikan sebagai cara paling umum untuk mengubah perilaku individu karena hubungan dinamis dengan iklim melalui pertemuan dekat dengan rumah. Pembelajaran di sekolah dasar mengandung pengertian koneksi guru pengganti. Jadi belajar adalah proses mengubah perilaku individu karena kolaborasi dinamis dengan iklim melalui wawasan yang dekat dengan rumah.

Pembelajaran untuk sekolah dasar mengandung pengertian komunikasi guru pengganti yang dilakukan secara sengaja dan terencana. Hal ini dilakukan dengan sengaja dan diatur baik di dalam maupun di luar wali kelas untuk melatih kemampuan siswa.

(22)

Selama mengajar dan latihan pembelajaran harus ada korespondensi dua arah antara pendidik dan siswa dengan tujuan agar suasana belajar menjadi bermanfaat. Saat ini ini bukan tempat pengajar tetapi komunitas pelajar sehingga siklus belajar dan belajar akan dikoordinasikan untuk mencapai tujuan pembelajaran selama ini, pembelajaran yang diselesaikan hanya berpusat di sekitar (fokus pendidik) dengan tujuan pendidik akan membanjiri pembelajaran.

Mengukur di wali kelas sementara siswa hanya menyendiri. Tugas pendidik sebagai fasilitator belum ditemukan dalam sistem pembelajaran. Sebagai pendidik, pengajar harus menguasai empat keterampilan dasar yang diandalkan untuk merangkai korespondensi dua arah agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Meskipun demikian, berdasarkan fakta di lapangan, dibandingkan dengan hipotesis umum, banyak siswa yang kritis tentang kemampuan dan lemah untuk menghadapi persaingan dalam mencapai prestasi. Kenyataan menunjukkan bahwa premium dalam pembelajaran bahasa Indonesia belum tercapai secara ideal.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran utama dalam rencana pendidikan pengajaran di Indonesia, termasuk di tingkat sekolah dasar, untuk menilai rendahnya pendapatan dalam pembelajaran bahasa Indonesia siswa perlu melihat unsur-unsur yang mempengaruhinya, beberapa di antaranya berasal dari dalam diri sendiri. faktor, misalnya, kemampuan, premi, karakter, pembelajaran moral, dan ide diri; dan komponen luar seperti instruktur, wali, sahabat dekat, tetangga, dan iklim.

Selain itu, salah satu masalah yang dilihat oleh dunia pendidikan saat ini adalah masalah pelaksanaan yang lemah dan tidak adanya daya cipta yang membuat pendapatan dan premi siswa dalam sistem pembelajaran yang

(23)

dikonsumsi oleh para pendidik di sekolah, selanjutnya siswa pada umumnya akan kelelahan tanpa masalah. Sistem pembelajaran yang terjadi selama ini belum memiliki pilihan untuk menumbuhkan kemampuan laten dan premium siswa dalam belajar. Hal ini dikarenakan sistem pembelajaran yang terjadi selama ini belum ideal, sehingga siswa kurang siap untuk mengembangkan kapasitas terpendamnya dan siswa kurang tertarik untuk belajar, khususnya pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa. Keadaan sekarang membuat pendapatan siswa dalam belajar memburuk.

Setara juga ditentukan dalam kesan yang mendasarinya peneliti yang melihat pada bulan Maret, 2021, kemamuan dalam bahasa Indonesia dalam pembelajaran kelas empat di SD Negeri Limbung Putera, Distrik Bajeng, Kabupaten Gowa masih rendah, ini adalah dengan alasan bahwa pendidik akan dan dengan lebih besar lebih banyak belajar dalam belajar. Kerangka belajar, hal- hal yang menyebabkan pemahaman menjadi menarik. Tidak besar Selain itu, salah satu komponen yang membuat undertudi kurang tertarik pada dasar bahwa model, prosedur, dan cara yang digunakan akan biasanya melelahkan sehingga gaji tidak diketahui atau tidak sesuai dengan cara mencari tahu bagaimana Indonesia kurang. Oleh sebab itu, instruktur perlu membuat atau meningkatkan versi imajinatif kepada siswa dalam mempertimbangkan pembelajaran bahasa Indonesia yang diperluas.

Kondisi saat ini meminta perkembangan dan kemajuan baru memberikan alasan pengesahan dan minat yang sedang berkembang, pada kasus ini Tianto (2010: 51) di Ghuphira, S. (2016), mengeksplorasi model pembelajaran, Trianto (2010: 51) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah permintaan atau model

(24)

yang dimanfaatkan sebagai hamba dalam menangani pembelajaran gatekeeper wali atau pembelajaran latihan informatif. Model pembelajaran menyinggung cara belajar untuk berurusan dengan penggunaan, sesuai dengan fokus menunjukkan, tahap latihan belajar, lingkungan penyelidikan, dan studi papan pemeriksaan.

Guru yang solid untuk mengembangkan model pembelajaran yang dapat mengembangkan instruktur lebih lanjut diandalkan untuk mendorong model pembelajaran yang dapat membangun informasi, kemampuan, layak dan mentalitas persaingan. Visual (apa yang bisa dilihat atau diperhatikan), Auditori (apa yang bisa didengar), dan kinestetik (apa yang bisa dipindahkan atau dilakukan) Ada model atau teknik spesifik yang bisa memuaskan gaya belajar.

Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran vaksinasi (visual, pendengaran dan kinestetik).

Sesuai peran Depoter (2014: 123) dalam A Benny Pibadi (2017), lampu sorot model pelayaran yang menghancurkan pada pembelajaran observasional segera dan menyenangkan. Pemikiran yang dipakai biasanya dilakukan dengan melihat (visual), belajar dengan mendengar (auditori), dan belajar dengan pengembangan dan praktik (kinestetik). Model Pembelajaran Vak (Visual, Auditori, dan Kinestetik) adalah salah satu model pembelajaran yang dapat memberi gaya dan kenaikan minat pembelajaran Indonesia sehingga target pembelajaran benar-benar diatur sesuai dengan yang diinginkan.

Sebagian besar klarifikasi di atas, peneliti sangat tertarik pada eksplorasi terkemuka yang diidentifikasi judul penelitian yaitu “Keefektivan Penggunaan Model Visual, Auditori, Dan Kinestetik (VAK) Terhadap Minat Belajar Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri Limbung Putera”.

(25)

B. Rumusan Masalah

Definisi isu keterbukaan terhadap dasar-dasar masalah di atas, penulis menarik satu masalah dalam penelitian ini adalah seberapa sukses atau efektif pemanfaatan model pembelajaran visual, auditori dan kinestetik (VAK) terhadap kelayakan penggunaan model tersebut untuk meningkatkan minat pembelajaran bahasa Indonesia siswa di kelas IV SD Negeri Limbung Putera.

C. Tujuan Penelitian

Dilihat dari alasan permasalahn pada rencana di atas pada atas, pencipta menggambar tujuan penyelidikan, untuk menjadi spesifik: untuk menggambarkan kelangsungan pengaplikasian model pembelajaran visual, auditori dan kinestetik (VAK) terhadap peningkatan minat belajar bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri Limbung Putera

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah, dan tujuan penelitian di atas, maka dapat ditarik suatu saran mengenai manfaat dari penelitian ini

1. Manfaat Teoritis

Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar siswa serta menjadi acuan dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya. SEBUAH.

1. Manfaat Praktis a. Manfaat bagi Siswa

1) Memberikan penguatan dan gambaran kepada siswa dalam memahami materi

2) Dapat diberikan pengetahuan tentang prestasi siswa.

(26)

3) Dapat merasakan suasana belajar yang lebih menyenangkan.

4) Dapat meningkatkan pemahaman, minat belajar, dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia dengan kondisi pembelajaran yang menyenangkan melalui model pembelajaran Visual, Auditori dan Kinestetik (VAK)

b. Manfaat bagi Guru (pendidik)

1) Pendidik dapat memberikan perubahan dalam pelaksanaan tindakan dan pelaksanaan proses belajar mengajar.

2) Pendidik dapat mengembangkan pembelajaran lebih lanjut dengan memanfaatkan model pembelajaran yang disesuaikan dengan masalah yang muncul di kelas

(27)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka

1. Penelitian yang Relevan

Ujian utama diarahkan oleh Siti Soleha (2019) dengan judul Dampak Penggunaan Model Pembelajaran Sensasi Persepsi Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV Di SD Negeri 1 Sumberagung. Analis Pemeriksaan ini menggunakan teknik percobaan dengan rencana kelompok benchmark non- sebanding. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa, dan contoh dalam penelitian ini menggunakan tes terbenam. Instrumen yang digunakan adalah soal tes. Strategi investigasi informasi menggunakan uji-t faktual, diisolasi oleh perubahan, dimulai dengan uji ordinaris dan homogenitas. Ada dampak penting pada pemanfaatan model persepsi yang dapat didengar sensasi. Hal ini dikonfirmasi oleh konsekuensi estimasi kenaikan informasi pada N-Gain normal 0,04. Ada dampak kritis pada pemanfaatan model pembelajaran persepsi kemampuan mendengar dalam klasifikasi Sangat Tinggi

Penyelidikan kedua diarahkan oleh Monika Guniasari, (2017) dengan judul Kecukupan model pembelajaran Visual, Hear-able, and Sensation (VAK) pada hasil belajar membedakan cerita pada siswa kelas V SD Gugus Ahmad Yani Kota Kudus Aturan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model VAK berhasil digunakan dalam mengetahui cara membedakan rekening anak. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t yang menunjukkan thitung > ttabel, yaitu 2,064 >

1,980 dengan kepentingan (0,042 < 0,05). Peningkatan hasil belajar siswa dibuktikan dengan hasil uji n-acquire yang menunjukkan bahwa kelas tes sebesar

(28)

0,341 dengan aturan sedang dan kelas kontrol sebesar 0,217 dengan ukuran rendah. Selain melihat hasil belajar siswa, latihan siswa juga terlihat dengan tingkat hasil belajar siswa pada kelas eksploratif yaitu 83,66% yang dikenang untuk ukuran sangat tinggi dan 68,19% pada kelas kontrol yang diingat untuk model tinggi. Sehingga dapat diduga bahwa Ha diakui, khususnya model VAK lebih berhasil pada hasil belajar siswa dalam mengenali rekening siswa kelas 5 di SDN Gugus Ahmad Yani Rezim Kota Kudus.

Penitian ketiga dimotori oleh Naeklan Simbolon. dkk (37) dalam Hanani, C.S (2016), dengan judul penggunaan Perception, Hear-capable, Sensation (VAK) mencari cara untuk meningkatkan keuntungan siswa membayar siswa. Tes ini bertujuan untuk memperluas pendapatan dalam belajar dengan menggunakan penyajian wawasan, pendengaran, dan sensasi kepada siswa sekolah dasar di Kota Medan. Tes ini terdiri dari dua siklus. Sistem tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, persepsi dan refleksi. Mengumpulkan data menggunakan survei untuk mengetahui tingkat gaji dalam belajar, mengingat hasil belajar sebelum tindakan 24% terinspirasi oleh kelas biasa 58,40 dan setiap kali selesai premium dalam belajar adalah 52% dengan kelas biasa 71,20. Pada siklus berikutnya, kulminasi pembelajaran meningkat menjadi 88% dengan ukuran tipikal 81,92.

Oleh karena itu, disarankan agar guru menggunakan model VAK dalam kerangka pembelajaran dan membangun gaji siswa dalam pembelajaran.

(29)

2. Pengertian Belajar dan Minat Belajar a. Memahami Pembelajaran

Belajar adalah kata yang cukup akrab bagi setiap orang. Untuk siswa atau siswa, kata belajar tidak lagi asing. Memang, ini adalah bagian tak terpisahkan dari setiap latihan mereka dalam pelatihan di organisasi pengajaran konvensional.

Latihan belajar mereka dilakukan kapan saja sesuai keinginan mereka.

Pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Sudiman (2003:20), bahwa:

“Belajar adalah perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan rangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Belajar juga akan lebih baik jika subjek belajar mengalami atau melakukannya, mempelajari suatu proses interaksi antara diri manusia (id-ego- super ego) dengan lingkungan berupa pribadi, fakta, konsep atau teori. Dalam hal ini yang dimaksud dengan proses interaksi adalah: (1) proses internalisasi ke dalam diri peserta didik, (2) dilakukan secara aktif, dengan semua panca indera berperan.”

Slameto (2003: 2) mencirikan belajar sebagai interaksi bisnis yang telah dilakukan oleh individu untuk memperoleh perbedaan lain dalam perilaku berbicara secara umum, konsekuensi dari belajar dapat ditampilkan dalam berbagai sudut seperti informasi, mendapatkan, perspektif, perilaku, kemampuan, diskusi, kecenderungan, dan perubahan bagian dari orang yang ada.Belajar diartikan sebagai interaksi, demonstrasi pada yang diingat, namun lebih luas dari itu, yang mampu.

Dilihat dari acuan kata Bahasa Indonesia Besar, belajar adalah suatu usaha untuk memperoleh wawasan dan informasi, mengamalkan, mengubah tingkah laku atau reaksi yang ditimbulkan oleh pengalaman. Sementara itu, pengertian memahami menurut para ahli sebagai berikut:

(30)

1) Bagi Gagne (dalam Anitar, 2008.13) Belajar adalah interaksi dimana asosiasi bekerja pada perilaku mereka karena keterlibatan.

2) Bagi Slavin (dalam Anni dan Rifai, 2009.82) Belajar adalah transformasi individu yang diperoleh dari kesempatan-kesempatan pada setiap titik yang dilakukan.

3) Bagi Travers (dalam Suprijono, 2009:82) Belajar adalah cara paling umum untuk membentuk perilaku

4) bagi Morgan (dalam Suprijona, 2009: 3) Belajar adalah proses mengubah perilaku yang super tahan lama karena keterlibatan

5) Robbins (dalam Trianto, 2009:15). ) pembelajaran dapat diadakan sebagai langkah awal yang membingkai hubungan antara sesuatu (informasi), yang telah diketahui dan sesuatu yang baru (informasi).

6) Bagi spers (dalam Hamdani, 2011: 20) Belajar adalah metode yang melibatkan memperhatikan, meneliti, memulai, mencoba sendiri, menyetel, mengikuti petunjuk.

Berdasarkan uraian di atas, cenderung dapat disimpulkan bahwa belajar adalah pergaulan antara pendidik dan peserta didik yang sengaja diatur, baik di dalam maupun di luar kelas untuk mendorong kemampuan peserta didik.

Pembelajaran di sekolah dasar seharusnya terkoordinasi antara pendidik dan siswa yang sengaja diatur dan diatur baik di dalam kelas maupun di luar ruang belajar untuk meningkatkan daya tampung siswa. Ukuran mendidik dan belajar digambarkan sebagai suatu kondisi yang sengaja dibuat. Pakar atau tutor yang dibuat untuk menunjukkan siswa atau siswa yang sedang belajar. Upaya bersama

(31)

dari kedua komponen manusia membuat kerjasama edukatif dengan memanfaatkan materi sebagai media.

Sejak saat itu, semua bagian pertunjukan idealnya dimainkan untuk mencapai target yang telah ditetapkan sebelum instruksi dijalankan. Latihan melompat membantu untuk memiliki komunikasi dua arah antara pendidik dan siswa untuk menyebabkan suasana mencari tahu bagaimana menjadi menguntungkan. Tidak lagi sebagai komunitas pendidik kecuali sebagai tempat belajar sehingga sistem pertunjukan akan diarahkan pada pencapaian tujuan pembelajaran. Selama ini persoalan dalam pembelajaran tidak hanya terfokus pada pengajar sebagai sumber belajar, tidak terpaku pada siswa dengan tujuan agar pendidik akan mengatur sistem pembelajaran di kelas sedangkan siswa hanya tidak dilibatkan. Situasi ahli sebagai fasilitator belum terlihat dalam sistem pembelajaran. Instruktur perlu mendominasi empat kemampuan dasar yang dapat mengatur korespondensi dua arah untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tetapi, belajar akan lebih baik jika subjek mencari tahu bagaimana merasakan atau melakukannya sendiri dengan banyak latihan

b. Prinsip Pembelajaran

Suhana, Cucu (2014.15) berpendapat bahwa prinsip belajar sebagai kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan memiliki aturan-aturan dasar sebagai berikut:

1) Belajar berlangsung seumur hidup.

2) Proses belajarnya kompleks tetapi terorganisir.

3) Belajar berkembang dari yang sederhana ke yang kompleks.

4) Belajar dari faktual ke konseptual.

(32)

5) Belajar dari konkrit ke abstrak.

6) Belajar adalah bagian dari pembangunan.

7) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor.

8) Belajar meliputi seluruh aspek kehidupan yang bermakna.

9) Interaksi belajar dilakukan setiap saat.

10) Pembelajaran dilaksanakan ada maupun tanpa ada guru.

11) Pembelajaran direncanakan

12) Saat belajar terkadang mengalami hambatan lingkungan internal.

13) interaksi belajar sudah pasti memerlukan arahan dari orang lain.

c. Memahami Minat Belajar

Pengertian minat belajar adalah kecenderungan atau biasa disebut minat belajar dapat diartikan sebagai perasaan pendapatan, pertimbangan, lebih mendambakan individu memiliki sesuatu terhadap sesuatu, tanpa tekanan. Pola atau minat, akan tetap dan mengisi dirinya untuk mendapatkan dukungan dari iklim yang layak seperti penguasaan. Kemampuan akan diperoleh dengan berkomunikasi dengan seluruh dunia, baik melalui pelatihan dan pembelajaran.

Faktor alasan untuk mengambil minat adalah dorongan dari dalam individu atau tema sosial dan dorongan yang penuh gairah. Meskipun premium, sangat berpengaruh pada kemauan belajar untuk belajar beradaptasi dengan sungguh- sungguh sambil belajar. Sistem pembelajaran akan berjalan seperti yang diharapkan setiap kali bergabung dengan pendapatan.

Minat dapat digambarkan sebagai artikulasi yang menunjukkan bahwa siswa cenderung pada satu hal daripada hal lain, dapat dipahami melalui dukungan dalam suatu tindakan. Siswa yang memiliki minat pada mata pelajaran

(33)

tertentu pada umumnya akan berkonsentrasi pada materi tersebut. Djaali (2014) berpendapat bahwa kepentingan dapat dikomunikasikan melalui artikulasi yang menunjukkan bahwa siswa bersandar pada lebih dari apa pun, juga dapat diketahui dari kerjasama suatu tindakan. Kecenderungan atau minat itu tidak diambil sejak lahir, melainkan didapat setelahnya. Muhibbin Shah (2012) juga merekomendasikan bahwa minat adalah kecenderungan dan antusiasme yang tinggi atau keinginan yang luar biasa terhadap sesuatu.

Diidentikkan dengan pernyataan para ahli yang digambarkan di atas, cenderung beralasan bahwa pendapatan belajar adalah kontribusi penuh seorang siswa dengan semua latihan otaknya dengan pertimbangan lengkap untuk memperoleh informasi.

d. Karakteristik Minat Belajar

Minat belajar memiliki beberapa ciri. Menurut Elizabeth Hurlock (dalam Susanto, 2013:62) menyatakan ada tujuh ciri minat belajar sebagai berikut:

1) Minat berkembang seiring dengan perkembangan fisik dan mental.

2) Minat tidak terlepas dari aktivtas belajar.

3) Pengembangan minat akan terbatas.

4) Minat berkaitan dengan peluang belajar.

5) Minat diakibatkan oleh budaya.

6) Ketertarikan yang emosional.

7) Minat bersifat ambisius dan cenderum akan melakukan apapun untuk medapatkan apa yang diinginkan

Selain itu Slameto (2002:57) mengemukakan bahwa siswa yang berminat belajar adalah sebagai berikut:

(34)

1) Mempunyai keinginan yang konstan untuk mendengarkan dan mengingat sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.

2) Memiliki ketertarikan dan senang terhadap sesuatu yang menarik minatnya.

3) Dapatkan kesenangan dan kepuasan dalam sesuatu yang menarik minatnya.

4) kecenderungan menyukai sesuatu yang menarik baginya dibandingkan hal lain

5) Diwujudkan dengan keterlibatan dalam kegiatan.

Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri minat belajar yakni mempunyai keinginan yang kuat untuk memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus menerus, mendapatkan kebanggaan dan kepuasan terhadap hal-hal yang diminati, berpartisipasi dalam belajar, dan minat belajar dipengaruhi oleh budaya. Ketika siswa memiliki minat belajar, siswa akan selalu ikut serta dalam pembelajaran dan akan memberikan kemampuan yang baik dalam prestasi belajar.

3. Model Pembelajaran VAK (Visual Auditory dan Kinestetik)

Fleming (dalam Huda, 2013: 287) merekomendasikan bahwa ada tiga modalitas kecenderungan individu dalam latihan belajar, yaitu visual, pendengaran, dan sensasi yang digunakan untuk belajar, mengukur, dan menyampaikan.

a. Visual, modalitas visual mengakses gambar visual yang dilihat atau diingat, seperti nada, koneksi spasial, representasi mental dan gambar. Anak-anak dengan modalitas visual memiliki kualitas yang menyertainya:

(35)

1) Terkoordinasi, fokus pada segala sesuatu dan mengikuti penampilan;

2) Fokus pada gambar dan sangat suka membaca dengan teliti daripada untuk dibaca;

3) Dibutuhkan seluruh gambaran dan alasan untuk memiliki pilihan untuk menangkap seluk-beluk dan mengingatnya.

b. Auditory, dapat didengar dan dapat didengar mencapai berbagai macam suara dan kata-kata yang dibuat atau diingat seperti nada, musikalitas, musik, sajak, wacana, dan suara. Anak-anak dengan modalitas pendengaran memiliki kualitas berikut:

1) Focus mudah terbagi;

2) Pembicaraan dalam contoh berirama;

3) Belajar melalui suara 4) Komunikasihdengan suara

c. Kinestetik, metodologi ini menjangkau semua perkembangan dan perasaan yang dibuat atau diingat seperti musikalitas, pelipur lara, pengembangan, koordinasi dan reaksi penuh gairah. Anak-anak dengan model sensasi memiliki kualitas berikut:

1) Menghubungi dan berdiri di dekat satu sama lain, 2) Bergerak aktif,

3) Belajar sambil bekerja sama, menulis, dan membaca dengan teliti, 4) bereaksi dengan sungguh-sungguh

5) Mengingat sambil berjalan dan melihat.

Huda (2013:289) menjelaskan bahwa model VAK merupakan model pembelajaran yang menerapkan dan mengkonsolidasikan gaya belajar

(36)

multisensori yang menggabungkan tiga gaya belajar, yaitu penglihatan, pendengaran, dan pengembangan khusus untuk memberikan batasan dan isi yang lebih menonjol. kekurangan. mahasiswa memiliki. Hasil yang dapat diperoleh adalah model pembelajaran VAK diselesaikan dengan menggunakan kemampuan siswa melalui penyusunan dan pembuatannya serta memberikan kebebasan kepada siswa untuk beradaptasi secara lugas dan tanpa pamrih menggunakan metode yang dipilih untuk mencapai kesepakatan dan pembelajaran yang layak.

a. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran VAK 1) Kelebihan model pembelajaran VAK

Keunggulan model pembelajaran VAK adalah sebagai berikut:

a) Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkolaborasikan ketiga gaya belajar;

b) Mampu melatih dan mengembangkan potensi setiap individu siswa;

c) Memberikan pengalaman aktif kepada siswa;

d) Siap mengikutsertakan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu ide melalui tugas-tugas proaktif seperti menunjukkan, menguji, persepsi, dan percakapan yang dinamis;

e) Sanggup meraih untuk sampai pada setiap gaya belajar siswa;

f) Siswa yang memiliki kemampuan besar tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar karena model ini dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan lebih baik dari yang diharapkan.

(37)

2) Kekurangan Model Pembelajaran VAK

Kekurangan dari model pembelajaran VAK adalah ketebatasan dalam menggabungkan ketiga gaya tersebut, sehingga orang yang hanya bisa menggunakan satu gaya belajar saja akan dapat menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih dominan pada salah satu gaya belajar yang diaplikasikan.

b. Langkah Penerapan Model Pembelajaran VAK

Berdasarkan pembelajaran VAK siswa diharap dapat menambah pemahaman terkait pembelajaran yang diperoleh, agar lebih kreatif dalam memecahkan masalah dan mampu mengambil keputusan, melalui langkah-langkah model pembelajaran VAK, sebagai berikut:

1) Tindakan awal atau tahap persiapan, pada tahap persiapan ini guru memotivasi untuk mengembangkan minat belajar siswa, menyalurkan energi positif tentang pengalaman belajar yang akan dihadapi agar siswa lebih baik dalam memahami materi pembelajaran.

2) Tahap aksi pusat, pada tahap ini pengajar memberikan bimbingan kepada siswa untuk mendapatkan materi pembelajaran baru secara bebas, menyenangkan, sesuai, termasuk lima deteksi, yang sesuai dengan modalitas gaya belajar siswa.

3) Dalam mempersiapkan kegiatan, pada tahap ini pendidik membimbing siswa untuk mengkoordinasikan dan memahami informasi yang diidentifikasi dengan kemampuan baru dengan cara yang berbeda sesuai dengan gaya belajar siswa.

(38)

4) Tahap menunjukkan hasil, pada tahap ini pendidik mengoordinasikan siswa dalam penerapan dan membangun informasi dan kemampuan baru yang telah didapat.

4. Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar

Pembelajaran bahasa adalah cara paling umum untuk memberikan peningkatan pembelajaran bahasa kepada siswa dengan tujuan akhir untuk mencapai kemampuan bahasa. Sekolah dasar adalah langkah awal bagi seorang siswa untuk mengasah kemampuannya. Salah satu kemampuan yang perlu dimiliki siswa sejak sekolah dasar adalah kemampuan berbahasa yang baik karena bahasa merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Dalam menampilkan bahasa Indonesia, ada empat kemampuan berbahasa yang harus dimiliki siswa:

mendengarkan, berbicara, membaca dengan teliti, dan mengarang. Keempat sudut ini saling terkait satu sama lain (Ahmad Susanto, 2013: 241). Norma kemampuan belajar bahasa Indonesia di Sekolah Dasar adalah kemampuan dasar siswa, yang menggambarkan kewibawaan kemampuan berbahasa dan pandangan yang menggembirakan terhadap bahasa dan tulisan Indonesia dalam memperluas informasi tentang kemampuan berbahasa. Tujuan khusus pemanfaatan bahasa Indonesia adalah agar siswa memiliki energi untuk membaca, melindungi upaya abstrak untuk lebih mengembangkan karakter, mengasah kemampuan, dan memperluas cakrawala (Susanto, 2013: 245).

B. Kerangka

Sistem Persekolahan merupakan kebutuhan manusia. Persekolahan dilakukan dengan sengaja untuk mengajarkan sesuatu yang dianggap hebat dan berlaku di masyarakat umum. Pelaksanaan pengajaran tidak dipisahkan dari

(39)

bagian-bagian yang berbeda termasuk, seperti pendidik. Pengajar adalah guru yang kewajibannya menjadi penghubung data yang signifikan, terus berkembang dan berubah sesuai dengan kondisi dan permintaan. Salah satu perubahan dalam pelatihan adalah pengajaran bahasa. Bahasa merupakan salah satu sudut penting yang diperuntukan dalam pembelajaran, baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA, Pemerintah menetapkan pembelajaran bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang dikenang untuk Ujian Umum. Bahasa Indonesia dianggap penting karena dalam kehidupan sehari-hari bahasa Indonesia merupakan bahasa umum di Indonesia yang harus dibatasi oleh semua orang termasuk mahasiswa.

Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berbahasa Indonesia, baik dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis. Namun, mengingat kenyataan saat ini di lapangan, banyak siswa negatif terhadap kemampuan dan kelemahan persaingan dalam pencapaian. Kenyataan menunjukkan bahwa minat terhadap bahasa Indonesia belum tercapai secara ideal.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dasar dalam program pendidikan pengajaran di Indonesia termasuk di tingkat sekolah dasar, untuk menilai rendahnya pendapatan belajar bahasa Indonesia, siswa perlu melihat variabel-variabel yang mempengaruhinya, beberapa di antaranya berasal dari unsur dalam, untuk contoh, kemampuan, minat, karakter, moral pembelajaran, dan gagasan diri, serta faktor luar seperti pengajar, wali, pemain, tetangga, dan area pribadi. Salah satu permasalahan yang dihadapi jagat pengajaran saat ini adalah kelemahan dari pelaksanaan sistem pembelajaran yang diterapkan oleh pendidik di sekolah.

(40)

Sistem pembelajaran yang terjadi demikian belum memiliki pilihan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Sistem pembelajaran yang terjadi demikian belum memiliki pilihan untuk menumbuhkan kemampuan berpikir siswa. Keadaan yang digambarkan di atas juga terjadi pada siswa kelas IV SD Negeri Limbung Putera Bajeng Wilayah Gowa Pemerintahan Gowa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Oleh karena itu, ada beberapa upaya untuk mencari cara yang paling umum dalam memilih mata pelajaran Indonesia yang dapat meningkatkan pendapatan belajar siswa. Salah satunya adalah pemanfaatan model pembelajaran Vacecessary. Pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan dan mengkoordinasikan gaya belajar multi- deteksi termasuk tiga penyelidikan untuk anak-anak, terlihat, dan bergerak untuk memberikan kapasitas yang lebih menonjol dan melengkapi kekurangan siswa.

Teknik interaksi pengujian pembelajaran bahasa Indonesia melalui pembelajaran model VAK dilakukan dalam empat tahap, yaitu: 1) Tahap Presentasi 2) Tahap Penyampaian (Center Movement in Investigation), 3) Tahap Persiapan (Center Action), 4 ) Show of Result (Afirmasi Center Action). Model Pembelajaran Vaculate pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dimulai dengan kesiapan atau memimpin latihan dasar, kemudian, pada saat itu latihan pusat adalah penyelidikan, di sini instruktur membimbing siswa untuk menemukan materi pembelajaran baru secara mandiri, menyenangkan, signifikan, termasuk perasaan fakultas, yang membandingkan ke vas model. Pendidik menangani informasi dasar tentang siswa dengan pada tahap persiapan, instruktur membantu siswa dengan mengoordinasikan dan menyerap informasi dan keterampilan dengan cara yang disesuaikan dengan ruang belajar VAK

(41)

Akhirnya, tahap menunjukkan hasil, pada tahap ini seorang pendidik membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas informasi dan kemampuan baru yang telah diperoleh, selama latihan pembelajaran untuk hasil belajar.

Dengan penggunaan model pembelajaran Vacecessary selama waktu yang dihabiskan untuk menunjukkan ujian di ruang belajar, instruktur saat ini tidak hanya memberikan gaya belajar satu mata pelajaran tetapi menggunakan gaya belajar multi-nyata termasuk tiga penyelidikan untuk penglihatan, pendengaran, dan perkembangan.

Sehingga pembelajaran menjadi lebih berhasil dan suasana kelas menjadi cair dan tidak melelahkan, hal ini akan membuat siswa saat ini tidak menunjukkan sikap acuh tak acuh selama pembelajaran. Pemanfaatan model pembelajaran VAK diandalkan untuk bekerja sama dengan siswa dalam mendominasi materi pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Indonesia, dengan terbentuknya ukuran pembelajaran yang lebih baik yang dapat meningkatkan pendapatan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, meskipun ukuran pembelajaran di kelas akan lebih baik. lebih menyenangkan dan tidak melelahkan.

(42)

Bagan 2.1 Kerangka

Pembelajaran Bahasa Indonesia

Model Pembelajaran Visual, Auditory, dan Kinestetik (VAK)

Minat Belajar

Temuan

Analisis

(43)

C. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan atau jawaban sementara yang masih perlu diuji kebenarannya. Jawaban sementara yang dimaksud adalah jawaban sementara dari masalah penelitian yang telah dirumuskan, hipotesis yang diajukan dalam menjawab masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

Hipotesis penelitian: Ada efektifitas penggunaan model pembelajaran Visual, Auditory, and Kinesthetic (VAK) terhadap minat belajar siswa kelas IV SD Negeri Limbung Putera

(44)

27 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat empat jenis PTK, yaitu: 1) PTK diagnostik, 2) PTK partisipan, 3) PTK empiris, dan 4) PTK eksperimen (Chein dalam Mualimin 2014). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tipe PTK diagnostik. Yang dimaksud dengan PTK diagnostik adalah jika penelitian direncanakan dengan mengkoordinir peneliti terhadap suatu kegiatan. Untuk situasi ini analis menentukan dan memasuki keadaan yang terdapat dalam setting penelitian. Misalnya: jika analis mencoba untuk mengelola pertanyaan, pertempuran, masalah atau bentrokan antara siswa dalam jadwal sehari-hari. Para ahli memeriksa dan mengamati dengan cermat melalui asosiasi siswa pada jadwal sehari-hari dengan mencari sumber masalah yang ada, dll. Kemudian, kemudian ilmuwan menyelidiki semua informasi dan memberikan saran untuk kompromi.

Selain itu, dalam penelitian kegiatan ruang belajar ini terdapat empat model penelitian kegiatan wali kelas yang masing-masing mempunyai sebutan sesuai dengan penelitinya. Adapun model-modelnya yaitu model Kurt Lewin, model Stephen Kemmis dan Mc Taggart, model Elliot, model Ebbut, dan sebagainya. Model-model ini benar-benar boleh diaplikasikan menjadi PTK, namun bagi peneliti kegiatan ruang belajar mempunyai masalah yang berbeda.

yang bergeser dan bersifat individual, sehingga setiap guru harus memiliki berbagai masalah di wali kelas.

(45)

Secara bertahap, analis menggunakan penelitian aktivitas wali kelas menggunakan model Kurt Lewin. Model Kurt Lewin merupakan model yang telah digunakan sebagai acuan prinsip (esensial) dari berbagai model penelitian kegiatan, khususnya penelitian kegiatan wali kelas. Model ini terdiri dari empat bagian, yaitu bagian utama (arranging), kegiatan lanjutan (acting), observasi ketiga (notising), dan refleksi keempat (reflecting).

Variabel dalam penyelidikan tersebut yakni:

1. Variabel bebas yang terdapat pd penelitian ini adalah model pembelajaran VAK (Vactual Auditory and Kinesthetic). Model ini merupakan model yang akan digunakan oleh pengajar pada saat melakukan tindakan pendidikan dan pembelajaran.

2. Variabel teriat untuk keadaan ini adalah minat dalam belajar, lebih tepatnya hasil akhir dlam menentukan prestasi yng dirai seseorang dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

3. Bahasa indonesia kemudian menelalui siklus belajar yang dapat ditunjukkan hari hasil tes. Tes ini dipakai sebagai mengevaluasi dan menilai minat siswa dalam belajar. Minat siswa dalam belajar merupakan konsekuensi dari perkiraan yang diperoleh siswa, yang menggambarkan premi dan perasaan mereka memiliki tempat dalam melihat atau mengambil sesuatu.

Penelitian ini difokuskan pada minat siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia khususnya dengan menggunakan model VAK.

(46)

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi

a) Tempat Penelitian

Tempat penelitian adalah tempat berlangsungnya proses penelitian yang digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian. Penelitian ini dilakukan di kelas IV SD Negeri Limbung Putera yang beralamat di Jl.

Poros Limbung, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, dengan jumlah siswa 15 orang.

b) Waktu penelitian

Waktu penelitian merupakan masa yang dipakai pasa saat penelitian berlangsung. Jam penyelidikan diubah sesuai yang direncanakan dalam pelajaran bahasa Indonesia untuk siswa kelas 4 SD tahun ajaran 2021- 2022

2. Subjek penelitian

Dalam penelitian ini subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Limbung Putera yang berjumlah 6 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan yang berjumlah 15 siswa.

C. Faktor yang Diselidiki

Faktor-faktor yang diteliti dalam PTK digunakan juga sebagai contoh terkait penyelidikan yng dilakukan. gaya Kurt Lewin, karena model ini menggambarkan penelitian aktivitas sebagai interaksi berliku yang menggabungkan pengaturan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Penelitian kegiatan wali kelas dalam satu siklus terdiri dari empat tahap, yaitu:

1. perencanaan (perencanaan)

(47)

2. Aksi (akting)

3. Observasi (mengamati) 4. Refleksi

Gerakan di atas dilakukan secara berurutan seperti memutar dan dilakukan dalam siklus. Untuk sementara, empat tahapan dalam satu siklus yang dikemukakan oleh Kurt Lewin oleh Ernest T Stringer (dalam Mualimin 2014) juga digabung menjadi: 1) perencanaan, 2) aksi, 3) observasi, dan 4) refleksi. Yang menyertainya akan digambarkan dalam grafik Penelitian Kegiatan Ruang Belajar atau PTK.

Gaya Kurt Lewin.

(48)

SIKLUS PELAKSANAAN PTK

PTK Kurt Lewin Aksi Cerminan (Refleksi)

Penyelidikan (Observasi) TAHAP I

Mengatur (Perencanaan)

Aksi

Penyelidikan (Observasi)

Cerminan (Refleksi) Mengatur

(Perencanan) TAHAP II

(49)

D. Prosedur penelitian

Penelitian pengembangan ruang ujian yang dimotori oleh analis juga memakai gaya PTK Kurt Lewin, gaya tersebut juga memiliki beberapa tahap diantaranya, yakni penyusunan, kegiatan, persepsi dan cerminan. Selanjutnya adalah sebagian dari kerangka yang diselesaikan oleh para ilmuwan di kelas IV SD Negeri Limbung Putera sebagai berikut:

Siklus Tahap I

1. Perencanaan (Perencanaan)

Cara-cara pengaplikasian tahap perencanaan a. Karakterisasi subjek

b. Pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran berpusat dari penyusunan tahap-tahap restoratif dengan kata lain situasi kegiatan bisa diandalkan untuk meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia.

c. Mendirikan sarana dan fasilitas pendukung yang dibutuhkan selama sistem pembelajaran.

d. Merencanakan instrumen untuk mengkaji informasi tentang siklus dan akibat dari kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai berikut:

1) Lembar observasi gerakan pendidik 2) Lembar observasi gerakan siswa 3) Lembar jajak pendapat (angket) 4) Lembar wawancara.

2. Aksi (Akting)

(50)

Pada tahap kegiatan ini peneliti telah melengkapi syarat pembelajaran yang tertuang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) pada kondisi primer yang terdiri dari latihan permulaan, latihan tengah dan latihan penutup.

a) Latihan Awal

1) Guru menyapa siswa

2) Guru mencatat kehadiran siswa 3) Siswa diminta untuk berdoa 4) Guru melakukan apresiasi

5) Pendidik menjelskan inti dari pertemuan b) Latihan Pusat

1) Pendidik menjelaskan bahan ajar untuk dipertimbangkan 2) Pendidik mendalangi judul cerita di papan tulis

3) Peserta didik mengharapkan kisah yang akan disamaikan merupakan judul yang ditulis pendidik

4) Pendidik memilih siswa secara acak dalam menyampaiakan keinginan mereka

5) Pendidik memperlihatkan sebagian ilustrasi yang berhubungan dalam kisah yang akan disampaikan dengan teliti

6) Siswa mengharapkan cerita yang akan dicermati oleh foto-foto yang diperkenalkan oleh instruktur dengan memberikan perspektif atau tanggapan mereka menjelang akhir.

7) Instruktur membagikan teks cerita

(51)

8) Pendidik memilih beberapa siswa untuk didekatkan untuk membaca cerita di setiap bagian, tujuan dilakukannya agar menentukan kebenaran penilaian beserta perubahan asumsi.

9) Peserta didik diberikan kertas sebagai alat untuk menuliskan jawaban dari soal yang terkait dalam subtansi bacaan.

10) Peserta didik diberikan kertas sendiri sebgai alat menetukan kerangka bacaan.

11) Peserta didik diberi materi beserta dukungan dari pendidik terkaiat akun yang telah dipertimbangkan sampai diakhiri oleh siswa

12) Pendidik memberikan siswa kesempatan untuk mengajukan pertanyaan yang mereka tidak mengerti tentang catatan yang telah mereka baca c) Latihan akhir

1) Instruktur memcontokan peregangan

2) Pendidk diberikan semangat menuntut ilmu kepada peserta didik 3) Instruktur dan peserta didik menyudahi kegiatan bersamaan

penyampaian permintaan

4) Pendidik menutup pertemuan dengan salam.

3. Observasi (Mengamati)

Melalui kegiatan observasi, latihan-latihan yang dilakukan oleh peneliti memusatkan perhatian pada perilaku siswa saat mengikuti struktur pembelajaran, dengan menitikberatkan pada pengetahuan peserta didik terhadap bahan ajar yang telah dijelaskan. Ilmuwan menampung informasi sebagai kertas wawasan

(52)

pengajar terhadap peserta didik dalam pembelajaran juga dapat dikontrol seperti melakukan ujian menjelang penutupan kegiatan.

4. Mencerminkan

Melalui kegiatan cerminan, peneliti menulis pencapaian obsevsi dan tes yang diguanakan, mengeksplorasi dampak kerangka pembelajaran dan mencatat kekurangan yang dapat digunakan sebagai bahan untuk menyusun siklus berikutnya. Kemudian, pada saat itu, kemudian, pada saat itu mempertimbangkan pemanfaatan model pembelajaran visual, auditori, dan kinestetik (VAK) untuk minat siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

Tahap Siklus II

Adapun tahapan-tahapan yang telah diselesaikan pada siklus II adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

Pada tahap ini cara yang ditempuh adalah dengan mengenali masalah atau kekurangan dalam menyusun susunan yang menyebabkan pendapatan siswa dalam mencari cara untuk mengurangi, membuat dan mengembangkan lebih lanjut model dan teknik pembelajaran yang digunakan sehingga pendapatan dan keuntungan siswa dalam mempelajari bahasa Indonesia.

2. Aksi (Akting)

Kegiatan yang dilakukan selanjutnya mengembangkan gerakan-gerakan yang telah diselesaikan pada siklus 1 dengan melanjutkan penerapan model pembelajaran VAK.

3. Observasi (Mengamati)

(53)

Pengamtan yang dilakukan dengan memperhatikan cara latihan pembelajaran yang paling umum terjadi dengan memanfaatkan model pembelajaran VAK.

4. Mencerminkan

Melalui apa yang telah diselesaikan dala tahap II, semenjak sistem pembelajaran terjadi, diselidiki berawal sebagai niat hingga batas terjauh penelitian.

E. Instrumen Penelitian

1. Persiapan instrumen penelitian

Perangkat/instrumen estimasi dalam penilaian ini dapat diartikan sebagai gadget yang digunakan untuk mengungkap objek investigasi untuk mencapai target penelitian. Instrumen yang digunakan dalam tes ini adalah lembar bicara, persepsi siswa, dan lembar survey

2. Langkah-langkah Menyusun Instrumen a) Tanya jawab atau Wawancara

Wawancara adalah suatu cara pengumpulan bahan data yang diselesaikan dengan mengajukan pertanyaan secara lisan, tunggal, berhadapan atau dengan tujuan yang telah ditentukan sebelumnya (Djaali dan Pudji Mujiono, 2008:20).

Pertemuan dalam ujian ini digunakan untuk memutuskan penilaian siswa dan pendidik tentang penggunaan model pembelajaran visual, auditori, dan kinestetik (VAK) dalam interaksi belajar mengajar bahasa Indonesia.

(54)

Tabel 3.2. Kisi-kisi lembar wawancara

b) Menyiapkan Lembar Observasi

Observasi digunakan untuk mengumpulkan informasi yang diidentikkan dengan ukuran pengajaran dan pembelajaran dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia. Ada dua jenis lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini, lebih spesifiknya: lembar observasi untuk siswa dan lembar observasi untuk pengajar.

Aspek Indikator Sub Indikator No Butir

Guru Siswa Model

pembelajaran visual, auditori, dan kinestetik (VAK)

Penerapan model

pembelajaran VAK

a. Pelaksanaan

pembelajaran visual, auditori, dan

kinestetik (VAK)

1, 4 4

b. Pembelajaran lebih menyenangkan

- 1

c. Memudahkan siswa dalam belajar

3 3

d. Menumbuhkan minat belajar siswa

2, 5 2 e. Kelemahan dan

kelebihan pembelajaran visual, auditori, dan kinestetik (VAK)

7, 8 5, 6

(55)

Tabel 3.3. Kisi-kisi lembar observasi proses belajar mengajar

Variabel

Proses Belajar Mengajar

Indikator Sub Indikator Pengamatan Catatan Penerapan

model pembelaja ran visual, auditori, dan kinestetik (VAK)

Pendahuluan /pembukaan

Guru mengucap Salam

Mengucapkan salam

1. Menjawab salam

Guru

melakan presesi

Presensi siswa 2. Hadir dalam setiap kegiatan

Guru memotivasi siswa

Motivasi siswa untuk belajar

3. Bersemangat dalam pembelajaran bahasa Indonesia

Guru melakukan apersepsi

1. Menjelaskan materi yang akan dipelajari dan menghubungka n materi

Pelajaran

4. Mendengarkan penjelasan dari guru dan menggali pengetahuan yang sudah didapat sebelumnya untuk 1. dengan

peristiwa yang ada disekitarnya

Diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia

2. Menyampaikan tujuan materi pelajaran

5. Mendengarkan dengan seksama 3. Memberi

pertanyaan kepada siswa tentang materi yang sudah dijelaskan

6. Menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru

Kegiatan inti Tahap penyajian kelas

1. Guru menjelaskan langkah- langkah kerja model pembelajaran VAK

7. Siswa memperhatikan penjelasan dari guru

Tahap pembelajaran VAK:

1. Penomoran

2. Membagi kelas dalam

kelompok- kelompok kecil

8. Memperhatikan instruksi dari guru

2.Mengajukan pertanyaan

3. Guru mengajukan pertanyaan/ soal sesuai dengan materi yang sudah diberikan

9. Bertanya tentang materi yang kurang dipahami

3.Berfikir bersama

4. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

10.Mendiskusikan jawaban-jawaban untuk menjawab pertanyaan 5. Terlibat dalam

pemecahan masalah

11.Berperan aktif dan berpartisipasi dalam Kelompoknya

(56)

4.Menjawab pertanyaan

6. Mengajukan pertanyaan dari masalah yang dibahas

12.Mengajukan jawaban- jawaban atas

pertanyaan yang diajukan oleh guru Penutup Refleksi 7. Mengingat

kembali apa yang telah dipelajari

13. Menjelaskan langkah-langkah dalam pembelajarana bahasa Indonesia 8. Meneliti hasil

pekerjaan dengan seksama

14.Mencermati

kekurangan atas tugas yang telah dikerjakan Evaluasi 9. Memberi 15.Menyimpulkan

kesimpulan dari masalah yang telah dipecahkan

materi yang telah dipelajari

c) Membagikan Angket

Dalam menelusuri informasi pemeriksaan (memberikan polling) ini dilakukan untuk mengukur pendapatan siswa dalam belajar, dengan menggunakan survei, para ilmuwan dapat mengetahui pendapatan siswa dalam belajar bahasa Indonesia setelah menggunakan model pembelajaran visual,auditori, dan kinestetik (VAK).

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data teknik yang dipakai penyelidik sebagai pengeumpulan informasi. Suharsimi Arikunto (2010:161) menyampaiakan informasi merupakan konsekuensi dari pencatatan peneliti, baik sebagai angka mentah. Tahap ini merupakan tahap yang vital karena dengan berbagai informasi analis bisa memperoleh hasil seperti yang ditargetkan penyelidik. Ragam informasi penyelidik kegiatan PTK dilaksanakan empat kali, yakni: wawancara, penyelidikan, terakhir pemberian anget.

Gambar

Gambar           Halaman
Tabel 3.2. Kisi-kisi lembar wawancara
Tabel 3.3. Kisi-kisi lembar observasi proses belajar mengajar
Tabel 4.1 Presentase aktivitas belajar siswa siklus  I
+5

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa biaya produksi footis per tube-nya adalah sebesar Rp 17.243,00 biaya produksi tersebut didapat dari jumlah total biaya

Klik pada tabel untuk memilih tautan yang ingin Anda letakkan pada banner.. • Halaman Detail Produk: Arahkan pelanggan ke halaman detail produk • Halaman Kata

Di Malaysia, 'kta Perlindungan Pengguna $$$ ('kta !$$) memberikan takrian  pengguna sebagai seseorang yang memperoleh atau menggunakan barang atau perkhidmatan

dimaksud pada huruf a, perlu diatur Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara Tentang Pedoman Teknis Operasional Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 139-08, Buku

Gradasi UF mengalami penurunan nilai ϕ pada penambahan kandungan lempung lebih dari 10% dikarenakan gradasi UF adalah gradasi seragam dengan distribusi

Bukti historis tersebut antara lain dapat ditilik dalam sejarah Walisongo, yang dikenal sebagai sembilan sufi terkemuka di Indonesia, yang mengajarkan Islam dengan

didik dapat menggunakan serta melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah, (7) peserta didik bisa memperkaya pengalaman ddengan hal-hal yang bersifat objektif,

Populasi penelitian ini adalah data yang diperoleh dari rekam medik pasien rawat jalan dan rawat inap penderita Demam Typhoid di Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar pada