• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan Belajar VI. 1. Hakekat, Kriteria, dan Definisi Perilaku Menyimpang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kegiatan Belajar VI. 1. Hakekat, Kriteria, dan Definisi Perilaku Menyimpang"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Kegiatan Belajar VI a. Learning Outcome:

(1) Standar Kompetensi

- Menjelaskan konsep perilaku menyimpang dalam masyarakat (2) Kompetensi Dasar

- Menjelaskan latar, kriteria dan definisi perilaku menyimpang - Menjelaskan bentuk dan jenis perilaku menyimpang

- Menjelaskan faktor- faktor penyebab perilaku menyimpang - Menjelaskan teori-teori sosiologi tentang perilaku menyimpang - Menjelaskan fungsi dan akibat perilaku menyimpang terhadap

masyarakat b. Uraian materi

PERILAKU MENYIMPANG

1. Hakekat, Kriteria, dan Definisi Perilaku Menyimpang

Mengapa manusia menyimpang? Dapat dilihat dari dua dudut pandang yaitu: (1) Sudut pandang manusia (mikro) karena manusia memiliki akal-pikiran- nafsu dan, (2) Sudut pandang masyarakat (makro) karena masyarakat memiliki nilai dan norma .

Suatu perilaku dapat dikatakan menyimpang didasarkan atas 13 kriteria perilaku yaitu dilihat dari (a) Nilai dan Norma, (b) Kuantitas (c) Historis (d) Waktu (e) Tempat/ konteks (f) Kebudayaan (g) Jenis kelamin (h) Profesi (i) Derajat kontrol sosial (j) Persepsi (k) Usia, dan (l) Komunitas.

Definisi umum perilaku menyimpang adalah; Semua perilaku manusia yang dilakukan secara individu dan kelompok tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam kelompok tersebut. Definisi lain menyatakan Perilaku menyimpang merupakan perilaku yang dinyatakan sebagai suatu pelanggaran terhadap norma-norma kelompok atau masyarakat. Menurut Robert MZ Lawang; perilaku

(2)

menyimpang merupakan semua tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari yang berwenang untuk memperbaiki penyimpangan tersebut

2. Bentuk dan Jenis Perilaku Menyimpang

Bentuk perilaku menyimpang dapat dilihat dari; (1) Dilihat dari dampak yaitu; (a) Penyimpangan Positif (b) Penyimpangan Negatif (2) Dilihat dari Intensitas dan toleransi yaitu; (a) penyimpangan Primer (sekali) dan, (b) Penyimpangan Sekunder (berulang). Berdasarkan jumlah orang yang terlibat yaitu; (a) Penyimpangan individual, (b) Penyimpangan kelompok dan (c) Penyimpangan campuran

Jenis perilaku menyimpang dikategorikan atas 5 jenis: (1) Penyimpangan Psikis (2) Penyimpangan Kriminal (3) Penyimpangan Seksual (4) Penyimpangan Gaya hidup dan, (5) Penyimpangan Konsumi.

3. Penyebab Perilaku Menyimpang

Terdapat beberapa faktor penyebab perilaku menyimpang yaitu: (a) Sikap mental yang tidak sehat, (b) Disharmonisasi keluarga, (c) Pelampiasan rasa kecewa, (d) Dorongan kebutuhan ekonomi (e) Pengaruh lingkungan dan media massa, (f) Keinginan untuk dipuji, (g) Proses belajar yang menyimpang, (h) Ketidaksanggupan menyerap norma, (i) Proses sosialisasi nilai-nilai subkultur menyimpang, (j) Kegagalan dalam proses sosialisasi dan (k) Adanya ikatan sosial yang berlainan

4. Teori-teori Perilaku Menyimpang

Adapun teori-teori yang dapat digunakan untuk menganalisis perilaku menyimpang adalah: (a) Teori Anomie (Robert K. Merton): terjadi karena ada ketengangan dalam struktur sosial, sehingga individu tertekan dan menyimpang, (b) Teori Sosialisasi/ Asosiasi Diferensiasi (Edwin H. Sutherland): penyimpang terjadi karen belajar dari keluarga, teman, lingkungan hunian dan subkultur, (c) Teori

(3)

Labeling (Lemert /Becker): terjadi karena pemberian label/ julukkan secara negatif,

(d) Teori kontrol (Hirschi): terjadi karena kekosongan kontrol dalam masyarakat, (e) Teori konflik (Karl Marx): terjadi karena konflik kepentingan antara borjuis/ majikan dengan proletar/ buruh dan, (f) Teori Struktural Fungsional (Parsons): terjadi karena fungsional terhadap bagian tertentu.

5. Fungsi Perilaku Menyimpang

Tidak selamanya perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat tersebut berdampak secara negatif, namun ternyata perilaku menyimpang memberikan fungsi bagi masyarakat, yakni; (a) Memperkuat nilai dan norma, (b) Memperjelas batas moral, (d) Menumbuhkan kesatuan masyarakat dan (e) Mendorong perubahan sosial. Akibat-akibat perilaku menyimpang di antaranya: (a) Menimbulkan kegelisahan dalam masyarakat (b) menimbulkan rasa tidak aman pada individu dan warga masyarakat, (c) menimbulkan kerugian moril dan materil dalam masyarakat, (d) menimbulkan konflik antar masyarakat (e) secara positif meningkatkan kewaspadaan individu, masyarakat dan lembaga hukum (polisi)

c. Rangkuman

Perilaku menyimpang adalah; semua perilaku manusia yang dilakukan secara individu dan kelompok tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam kelompok tersebut. Bentuk perilaku menyimpang dapat dilihat dari; dilihat dari dampak dan dilihat dari intensitas dan toleransi yaitu. Jenis perilaku menyimpang dikategorikan atas lima, penyimpangan psikis, penyimpangan kriminal, penyimpangan seksual, penyimpangan gaya hidup dan penyimpangan konsumsi Perilaku menyimpang disebabkan oleh faktor internal dan eksternal dari pelaku. Perilaku menyimpang dapat dianlisis dengan beberapa teori sosiologi tentang perilaku menyimpang. Di samping itu tidak selamanya perilaku menyimpang yang terjadi dalam masyarakat tersebut berdampak secara negatif, namun ternyata perilaku menyimpang memberikan fungsi bagi masyarakat.

(4)

d. Evaluasi

Dilakukan dengan tes tertulis berbentuk soal essay

1. Jelaskan latar, kriteria dan definisi perilaku menyimpang 2. Jelaskan bentuk dan jenis perilaku menyimpang

3. Jelaskan faktor- faktor penyebab perilaku menyimpang 4. Jelaskan teori-teori sosiologi tentang perilaku menyimpang 5. Jelaskan fungsi perilaku menyimpang terhadap masyarakat

(5)

Kegiatan Belajar VII a. Learning Outcome:

(1) Standar Kompetensi

- Menjelaskan konsep pengendalian sosial dalam masyarakat (2) Kompetensi Dasar

- Menjelaskan konsep pengendalian sosial

- Menjelaskan jenis, bentuk dan lembaga pengendalian sosial - Menjelaskan strategi-strategi pengendalian sosial

b. Uraian materi PENGENDALIAN SOSIAL

1. Konsep Pengendalian Sosial (Social Control)

Pengendalian sosial adalah: cara dan proses pengawasan yang direncanakan atau tidak yang bertujuan untuk mengajak, mendidik bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam kelompoknya.

2. Jenis, Bentuk dan Lembaga Pengendalian sosial

Terdapat dua jenis pengendalian sosial, yang dapat diklasifikasikan, (1) Berdasarkan waktu/ sifat terbagi (a) preventif, dan (b) represif, (2) Berdasarkan ragam pendekatan, terdiri 10 jenis yaitu; (a) persuasif/ membujuk, (b) koersif/ kekerasan, (c) informatif/ menginformasikan, (d) kompulsif/ merekayasa, (e) pervasi/berulan, (f) rehabilitatif/memperbaiki, (g) preservatif/ motivasi, dan (h) korektif/ meneliti.

Sedangkan bentuk pengendalian sosial dapat dilakukan berupa: teguran, gosip, intimidasi, total institusi, agama, pendidikan, kekerasan, fraudulens/ bekingan, ostrasisme/ pengucilan, birokrasi dan menggunakan alat-alat elektronik (CCTV).

(6)

Lembaga yang terlibat dalam pengendalian sosial yaitu; (1) lembaga formal (kepolisian, pengadilan, dan pendidikan), dan (2) lembaga informal (adat, keagamaan, tokoh masyarakat, organisasi sosial/ LSM, dan pers).

3. Strategi Pengendalian Sosial

Upaya-upaya pengendalian sosial antara lain: (1) Keluarga sebagai media sosialisasi primer, menanamkan arti penting nilai dan norma sejak dini, (2) Menanamkan/ mempertahankan keyakinan pada anggota kelompok akan adanya aturan-aturan yang berlaku, (3) Menciptakan lembaga-lembaga tertentu yang berhubungan dengan pemeliharaan ketertiban seperti; polisi, pengadilan, adat, tokoh masyarakat dan lembaga pendidikan, dan (4) Memberikan contoh-contoh konkrit/ model tentang cara-cara bersikap.

Rangkuman

Pengendalian sosial adalah: cara dan proses pengawasan yang direncanakan atau tidak yang bertujuan untuk mengajak, mendidik bahkan memaksa warga masyarakat agar mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam kelompoknya. Terdapat dua jenis pengendalian sosial, yang dapat diklasifikasikan, (1) Berdasarkan waktu/ sifat, dan (2) Berdasarkan ragam pendekatan, yang terdiri 10 jenis pengendalian sosial. Lembaga yang terlibat dalam pengendalian sosial yaitu; (1) lembaga formal, dan (2) lembaga informal. Selain itu terdapat beberapa strategi pengendalian sosial.

Evaluasi

Dilakukan dalam bentuk tes tetulis dengan soal essay; 1. Jelaskan konsep pengendalian sosial

2. Jelaskan jenis, bentuk dan lembaga pengendalian social 3. Jelaskan strategi-strategi pengendalian sosial

(7)

Kegiatan Belajar VIII a. Learning Outcome:

(1) Standar Kompetensi

- Menjelaskan konsep kelompok sosial dalam masyarakat (2) Kompetensi Dasar

- Menjelaskan konsep dan prasyarat kelompok sosial - Mengklasifikasikan tipe-tipe kelompok sosial

- Menentukan kelompok sosial tidak teratur dalam masyarakat - Menjelaskan faktor yang mengikat terjadinya kelompok sosial

dan sifat hubungan antar kelompok sosial dalam masyarkat

b. Uraian materi KELOMPOK SOSIAL

1. Konsep dan Prasyarat Kelompok Sosial

Kelompok sosial adalah; himpunan atau kesatuan manusia yang terdiri dari dua atau lebih individu yang hidup bersama saling berhubungan, saling mempengaruhi dengan suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong.

Prasyarat dari kelompok sosial, yaitu; (1) anggota harus sadar bahwa ia anggota suatu kelompok, (2) ada interaksi sosial, (3) ada suatu faktor yang dimiliki bersama untuk memperat hubungan, dan (4) Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

2. Tipe-tipe Kelompok Sosial

Terdapat 15 tipe dari kelompok sosial, yaitu: (1) Kriteria ukuran

(monad-dyad-triad) oleh: Georg Simmel, (2) Sudut individu (kekerabatan, usia, seks, pekerjaan

(8)

dan kelompok sekunder (CH. Cooley), (5) Paguyuban (gemeinschaft) dan Patembayan (gesellschaft) (Ferdinand Tonnies), (6) Formal Group dan Informal

group, (7) Membership group dan Reference group (Robert K. Merton), (8)

Kelompok Okupasional dan Volunter, (9) Solidaritas mekanis dan solidaritas organis (Emile Durkheim), (10) Kelompok budaya: Priayi-santri-abangan (Clifford Geertz), (11) Kelompok statistik, kelompok kemasyarakatan, kelompok sosial dan kelompok asosiasi (Robert Biertstied), (12) Dilihat dari proses pembentukan (kelompok kecil,

community level, regional, nasional dan masyarakat dunia), Alvin Boskoff, (14)

Kelompok statistik dan kategori sosial (Soerdjono Soekanto), dan (15) Kelompok sosial tidak teratur.

3. Kelompok Sosial Tidak Teratur

Kelompok sosial tidak teratur terbagi atas 2 yaitu; (1) Kerumunan (crowd), dapat pula diklasifikasikan atas 2 yaitu (a) berartikulasi dalam struktur sosial (khalayak penonton (formal audiences) dan kelompok ekspressif (ekpressive group), (b) bersifat sementara (casual crowd) (kumpulan kurang menyenangkan (inconvenient aggregations), kerumunan orang-orang panik (panic crowd) dan kerumunan penonton (spectator crowd), dan (2) Publik (public).

Selain itu ada pula yang dapat digolongkan kelompok sosial seperti, (1) Masyarakat setempat/ community (seperasaan, sepenanggungan, saling memerlukan), (2) Masyarakat pedesaan (rural community), (3) Masyarakat perkotaan (urban

community).

4. Pembentukkan Kelompok dan Hubungan Antar Kelompok

Sebuah kelompok sosial terbentuk karena ada sesuatu yang mengikat, diantaranya: ikatan darah, ikatan desa, ikatan feodal, ikatan kota, ikatan bangsa/ Negara, ikatan komunitas, dan ikatan asosiasi serta ikatan lembaga.

(9)

Hubungan antar kelompok dapat berupa hubungan, (1) kelompok mayoritas dan minoritas, (2) ras, (3) kelompok etnis, (3) seksisme, dan (4) ageisme (usia lain), serta (5) rasialisme (diskriminasi).

c. Rangkuman

Kelompok sosial adalah; himpunan atau kesatuan manusia yang terdiri dari dua atau lebih individu yang hidup bersama saling berhubungan, saling mempengaruhi dengan suatu kesadaran untuk saling tolong-menolong. Prasyarat dari kelompok sosial, yaitu; (1) anggota harus sadar bahwa ia anggota suatu kelompok, (2) ada interaksi sosial, (3) ada suatu faktor yang dimiliki bersama untuk memperat hubungan, dan (4) Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku. Terdapat 15 tipe dari kelompok sosial. Dalam masyarakat ada kelompok sosial tidak teratur terbagi atas 2 yaitu; (1) Kerumunan (crowd), dan (2) Publik (public). Sebuah kelompok sosial terbentuk karena ada sesuatu yang mengikat dan beberapa sifat hubungan antar kelompok.

d. Evaluasi

Evaluasi dengan tes tertulis berbentuk essay:

1. Jelaskan konsep dan prasyarat kelompok sosial 2. Klasifikasikan tipe-tipe kelompok sosial

3. Tentukan kelompok sosial tidak teratur dalam masyarakat

4. Jelaskan faktor yang mengikat terjadinya kelompok sosial dan sifat hubungan antar kelompok sosial dalam masyarkat

(10)

Kegiatan Belajar IX

e. Learning Outcome: (1) Standar Kompetensi

- Menjelaskan konsep Lembaga sosial dalam masyarakat (2) Kompetensi Dasar

- Menjelaskan perbedaan konsep pranata sosial dan lembaga sosial serta ciri-cirinya.

- Mengklasifikasikan tipe-tipe lembaga sosial - Menjelaskan fungsi dan bentuk lembaga sosial Uraian Materi

LEMBAGA SOSIAL

1. Perbedaan Konsep antara Pranata, Lembaga Sosial dan Ciri-cirinya: Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa pranata sosial adalah seperangkat norma yang saling berkaitan, pranata dibentuk untuk pemenuhan kebutuhan hidup, pranata sosial memudahkan hubungan di antara warga masyarkat, dan Pranata sosial mendorong hubungan masyarakat. Lembaga sosial lebih kepada himpunan nilai dan norma yang berkaitan dengan upaya/ aktivitas pemenuhan kebutuhan manusia.

Sebuah lembaga sos memiliki ciri-ciri seperti: (1) simbol/ lambing, (2) tata tertib dan tradisi, (3) usia lebih lama, (4) alat-alat kelengkapan, dan (5) Ideologi sendiri, serta (6) tujuan tertentu.

2. Tipe-tipe Lembaga Sosial

Dapat kita bedakan dari segi: (1) Perkembangannya terdiri dari (a) Cresive

Institusions. (tumbuh secara tidak sengaja), (b). Enacted institusions. (sengaja

(11)

Institusions (penting untuk memelihara tata tertib), (b) Subsidiary (tidak penting

dalam masyarakat) (3) Penerimaan masyarakat, terbagi atas; (a) Approved

Institusions (diterima masyarakat), dan (b) Unsactioned Institusions (ditolak

masyarakat), (4) Faktor penyebarannya, terdiri atas: (a) General Institusions (dikenal luas masyarakat), dan (b) Restructed Institusions (dikenal masyarakat tertentu) dan, (5) Fungsinya yaitu; (a) Operative Insitusionst (menghimpun pola/ cara) dan (b)

Regulative Institusions (mengawasi tata laku masyarakat).

3. Fungsi dan Bentuk Lembaga Sosial

Lembaga sosial memiliki fungsi yang bersifat; (1) Fungsi manifes dan laten, (2) fungsional dan disfungsional. Selain itu fungsi dari lembaga sosial yaitu, (a) Fungsi memberikan pedoman pada masyarakat, (b) menjaga keutuhan masyarakat, dan (c) memberikan pegangan untuk mengadakan pengendalian sosial. Adapun bentuk dari lembaga sosial tersebut diantaranya lembaga keluarga, agama, ekonomi, pendidikan dan politik.

Rangkuman

Pranata sosial adalah seperangkat norma yang saling berkaitan, pranata dibentuk untuk pemenuhan kebutuhan hidup, pranata sosial memudahkan hubungan di antara warga masyarkat, dan Pranata sosial mendorong hubungan masyarakat. Lembaga sosial lebih kepada himpunan nilai dan norma yang berkaitan dengan upaya/ aktivitas pemenuhan kebutuhan manusia. Sebuah lembaga sos memiliki ciri-ciri seperti: (1) simbol/ lambing, (2) tata tertib dan tradisi, (3) usia lebih lama, (4) alat-alat kelengkapan, dan (5) Ideologi sendiri, serta (6) tujuan tertentu. Lembaga Sosial dapat kita bedakan dari segi: (1) Perkembangannya, (2) Sistem nilai yang diterima masyarakat, terdiri dari; (3) Penerimaan masyarakat, (4) Faktor penyebarannya dan, (5) Fungsinya. Lembaga sosial memiliki fungsi dan bentuk.

(12)

Evaluasi

Tes tertulis dengan soal berbentuk essay:

1. Jelaskan perbedaan konsep pranata sosial dan lembaga sosial serta ciri-cirinya.

2. Klasifikasikan tipe-tipe lembaga sosial 3. Jelaskan fungsi dan bentuk lembaga sosial

(13)

Kegiatan Belajar X

a. Learning Outcome: (1) Standar Kompetensi

- Menjelaskan konsep stratifikasi sosial dalam masyarakat (2) Kompetensi Dasar

- Menjelaskan konsep stratifikasi sosial, diferensiasi sosial dan kelas sosial

- Membedakan sifat dan unsur stratifikasi sosial - Menjelaskan cara mempelajari stratifikasi sosial - Menjelaskan bentuk-bentuk stratifikasi sosial

b. Uraian materi

STRATIFIKASI SOSIAL

1. Konsep Stratifikasi Sosial, Diferensiasi Sosial dan Kelas Sosial

Stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokkan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial secara vertikal (hirarkis). Kriteria dasar penetapan stratifikasi sosial adalah kriteria Pendidikan (pengetahuan dan skill), ekonomi (kepemilikkan), politik (kekuasaan) dan sosial (kehormatan). Sedangkan diferensiasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokkan individu dalam masyarakat secara horizontal berdasarkan kriteria tertentu. Adapun kriteria dasar penetapan diferensiasi sosial adalah; ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan, serta gender. Sedangkan kelas sosial berada dalam ruang lingkup kajian yang sempit, artinya kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam stratifikasi sosial (Kolip dan Setiadi, 2011: 400).

(14)

2. Sifat dan Unsur Stratifikasi Sosial

Sistem stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat dapat bersifat; Pertama Tertutup (closed social stratification), yang memiliki ciri-ciri; (a) komunikasi antar strata relatif terbatas, (b) keanggotaan dari masing-masing strata bersifat tetap dan turun- temurun, (c) masing-masing strata sangat menyadari akan stratanya dan berusaha mempertahankan serta menjaga eksistensi dari stratanya masing-masing, (d) garis batas antar strata relatif jelas dan tegas, dan (e) tidak terdapat mobilitas strata.

Kedua, Terbuka (open social stratification), yang memiliki ciri-ciri diantaranya; (a)

keanggotaan strata bersifat tidak tetap, (b) garis batas antar strata bersifat tidak jelas (kabur), (c) komunikasi antarstrata lebih bersifat terbuka, (d) proses komunikasi dan perubahan lebih berjalan dengan lancer, dan (e) terdapat mobilitas strata. Ketiga, Campuran; yang merupakan perpaduan dari stratifikasi sosial tertutup dengan terbuka. Unsur-unsur Stratifikasi Sosial yaitu: (1) Kedudukan (status), (2) Peran (role), (3) kekuasaan, dan (4) Kewenangan.

3. Cara Mempelajari Stratifikasi Sosial

Menurut Zanden, di dalam sosiologi dikenal 3 pendekatan untuk mempelajari stratifikasi sosial, yaitu: (A) Pendekatan Objektif; usaha untuk memilah-milah masyarakat ke dalam beberapa lapisan menurut ukuran-ukuran yang objektif berupa variabel yang mudah diukur secara kuantitatif, misalnya tingkat pendidikan dan pendapatan, (B) Pendekatan Subjektif; artinya munculnya pelapisan sosial dalam masyarakat tidak diukur dengan kriteria-kriteria yang objektif, melainkan dipilih menurut kesadaran subjektif warga masyarakat itu sendiri, (C) Pendekatan Reputasional, pelapisan sosial disusun dengan cara subjek penelitian diminta menilai status orang lain dengan jalan menempatkan orang lain tersebut ke dalam skala tertentu.

4. Bentuk Stratifikasi Sosial

Bentuk lapisan sosial didasarkan pada ukuran yang dipakai dalam menentukan standar dari pelapisan tersebut. Bentuk-bentuk pelapisan sosial itu ialah sebagai berikut: (1) Berdasarkan sistem sosial. Misalnya sistem kasta pada masyarakat Bali,

(15)

sistem segregation (pemisahan kulit hitam-putih) di Amerika Serikat dan Appartheid (pemisahan warna kulit) di Afrika Selatan, (2) berdasarkan politik, misalnya kelas sosial masyarakat Indonesia zaman kolonial Belanda, yang menempatkan orang Eropa di kelas atas, kelas menengah Cina, India dan Arab, kelas bawah pribumi, (3) Berdasarkan Ekonomi, misalnya; kelas sosial borjuis (pemilik alat-alat produksi) dan

proletar (kaum pekerja), dan (4) berdasarkan Keahlian. Misalnya; elit, profesional,

semi professional, tenaga terampil, tenaga semiterampil dan tenaga tidak terlatih. c. Rangkuman

Stratifikasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokkan masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial secara vertikal (hirarkis). Sedangkan diferensiasi sosial adalah pembedaan atau pengelompokkan individu dalam masyarakat secara horizontal berdasarkan kriteria tertentu. Kelas sosial lebih merujuk pada satu lapisan atau strata tertentu dalam stratifikasi sosial. Sistem stratifikasi sosial dalam suatu masyarakat dapat bersifat; Pertama Tertutup (closed social stratification), Kedua, Terbuka (open social stratification), Kedua, Terbuka (open social stratification),

Ketiga, Campuran. Unsur-unsur Stratifikasi Sosial yaitu: (1) Kedudukan (status), (2)

Peran (role), (3) kekuasaan, dan (4) Kewenangan. Pendekatan untuk mempelajari stratifikasi sosial, yaitu: (A) Pendekatan Objektif, (B) pendekatan Subjektif, (C) Pendekatan Reputasional. Bentuk lapisan sosial didasarkan pada: sistem sosial, politik, ekonomi dan keahlian.

d. Evaluasi

Dilakukan dengan tes tertulis, dengan soal berbentuk essay;

1. Jelaskan konsep stratifikasi sosial, diferensiasi sosial dan kelas sosial 2. Bedakan sifat dan unsur stratifikasi sosial

3. Jelaskan cara mempelajari stratifikasi sosial 4. Jelaskan bentuk-bentuk stratifikasi sosial

Referensi

Dokumen terkait

Meski berperilaku menyimpang, siswa tersebut dalam kesehariaannya menujukkan perilaku baik seperti tertib menaati peraturan sekolah, berlaku sopan pada guru, patuh

menyimpang dari nilai-nilai dan norma- norma yang berlaku dalam masyarakat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah kualitas sikap keagamaan seseorang, maka semakin besar

Deviasi ini adalah perbuatan yang menyimpang dari norma umum kemudian di benarkan oleh semua anggota kelompok dengan pola yang menyimpang.. Dalam kasus

Semua perilaku yang dilakukan oleh remaja yang kemudian itu bertentangan dengan norma dan hukum adat yang berlaku pada lingkungan sekitar dikatakan perilaku menyimpang, oleh

Suatu sikap perilaku dari seseorang akan dianggap menyimpang ketika perbuatan tingkah laku individu tersebut tidak sesuai dengan norma sosial.. Tingkah laku yang tidak

Perilaku maladaptif adalah suatu perilaku yang menyimpang dari normalitas sosial yang sesuai serta berpengaruh buruk pada kesejahteraan individu dan kelompok

Standar perilaku yang bisa diterima dalam kelompok yang digunakan secara bersama- sama oleh anggota kelompok... NORMA KELOMPOK MEMBERI TEKANAN DAN MEMPENGARUHI

Dalam sosiologi, perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut masyarakat.. Perilaku menyimpang adalah benturan