Analisis Dampak Perilak u Menyimpang LGBT Terhadap Kehidupan Individu
1
ANALISIS DAMPAK PERILAKU MENYIMPANG LGBT TERHADAP KEHIDUPAN INDIVIDU
Diana Ratna Puspita
Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya [email protected]
Dr. Hadi Warsito W., M.Si.,Kons.
Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya [email protected]
Ari Khusuma Dewi, S.Pd., M.Pd
Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya [email protected]
Abstrak
Seiring dengan perkembangan zaman yang membuat individu untuk bisa memilih jalan hidupnya sendiri dapat melepaskan norma dan aturan yang berlaku tidak terkecuali dalam hal orientasi seksual sebagaimana kodrat laki-laki dan perempuan, maka tidak dibenarkan jika seseorang mengubah ciptaan Tuhan tanpa adanya urgensi sehingga hal tersebut dikatakan menjadi perilaku menyimpang, maka penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apa saja yang berkaitan dengan LGBT terhadap kehidupan individu.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dengan mengkaji berbagai jurnal, berupa data ststistik , laporan hasil penelitian, serta halaman web resmi dari berbagai lembaga berskala regional maupun nasional. dan hasil penelitian penelitian yang diperoleh dari kajian yang ada adalah banyak faktor yang menjadi pemicu terjadinya perilaku menyimpang LGBT serta beberapa dampak yang terjadi di berbagai aspek kehidupan manusia.
Kata Kunci: Menyimpang, dampak, LGBT
Abstract
Along with the development of the times that allows individuals to be able to choose th eir own way of life can let go of the norms and rules that apply, including in terms of sexual orientation as the nature of men and women, it is not justified if someone changes God's creation without any urgency so that it is said to be deviant behavior, this research is intended to find out what is related to LGBT in individual life. The method used in this research is a literature study by reviewing various journals, in the form of statistical data, research reports, and official web pages from various regional and national scale institutions. and the results of research studies obtained from existing studies are that there are many factors that trigger the occurrence of deviant LGBT behavior as well as some of the impacts that occur in various aspects of human life.
Keywor ds: Deviant, impact, LGBT
PENDAHULUAN
Dalam peristiwa di masyarakat yang menjad i gejala sosial dan dianggap berupa perilaku menyimpang atau biasa dikenal dengan penyimpangan sosial.
Penyimpangan Sosial atau perilaku menyimpang ialah sebuah perlakuan atau tindakan yang dilakukan individu maupun suatu kelompok yang tidak selaras dengan aturan sosial yang berlaku di sebuah lingkup khalayak rama i maupun golongan yang telah menyetujui aturan atau norma sosial tersebut kepada kelompok atau masyarkat di
lingkungan yang berseberangan dengan norma serta hukum yang ada di lingkup itu
Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, perilaku juga ikut menyesuaikan dengan hal tersebut. Sehingga beberapa hal di waktu atau zaman sebelumnya tidak sama dengan waktu atau zaman sekarang karena banyaknya faktor yang mempengaruh i perilaku seseorang, termasuk bagaimana perilaku sosial menyimpang itu terjadi. Di era modern seperti saat ini, individu memiliki banyak kebebasan dalam menentukan jalan hidupnya masing – masing. Beberapa individu
beranggapan bahwa ketika sudah memasuki usia dewasa, maka ia berhak untuk menentukan apa saja yang berhubungan dengan kehidupannya, termasuk orientasi seksualnya. Jika melihat dari sudut pandang humanis, maka urusan bagaimana bentuk orientasi seksual itu bersifat pribadi, namun jika dilihat dari sudut pandang agama, terutama bagi yang beragama muslim atupun di Indonesia sendiri, maka dinilai sebagai suatu yang menyimpang dan haram dalam agama. Dilansir dari BBC Indonesia, di Indonesia sendiri diungkap dalam penelitian Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) lewat beberapa survey nasional, yang hasilnya disampaikan kepada pers Kamis, (25/1), di Jakarta. "Survey nasional (Surnas) SMRC memaparkan, kendati disebut tidak selaras dengan agama, 57,7 persen publik berpendapat bahwa LGBT memiliki hak hidup di negara kita. Ada juga pendapat yang berbeda, hanya sebesar 41,1 persen," kata Ade Armando, peneliti senior SMRC.
Digambarkan, terdapat banyak masyarakat yang mengenal lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT) ialah masyarakat biasa yang mempunyai hak yang sama untuk hidup dan tinggal di Indonesia. Separuh dari penduduk Indonesia juga menyokong pemerintah melindungi komunitas tersebut. SMRC melaksanakan tiga tahap survei nasional pada Maret 2016 dan juga September dan Desember 2017.
Adanya pendapat itu menyasar 1220 responden, baik pria maupun wanita dari beberapa rentang usia, latar belakang agama dan etnis berbeda di 34 provinsi. Secara keseluruhan, dalam survey SMRC, kebanyakan mereka yang termasuk di usia 22 hingga 25 tahun, merupakan golongan orang-orang yang sangat ramah kepada kelompok LGBT. Kebanyakan golongan responden yang termasuk ciri milenial atau generasi Y itu —lahir di antara 1980 hingga 1997— siap menerima keluarga orang tersebut yang LGBT.
Analisis dan Identifikasi perilaku sosial menyimpang dilakukan untuk memberikan deskripsi berbagai faktor yang banyak menjadi pemicu terjadinya perilaku sosial menyimpang di masyarakat terutama bagaimana dampak dari perilaku menyimpang LGBT ini di Indoensia dari segi kesehatan mental dan juga fisik.
Selain itu manfaat yang didapat dalam hasil analisis ini bisa untuk menyadarkan kembali bahwa perilaku menyimpang masih banyak terjadi di masyarakat sehingga mempengaruhi kualitas budaya dan sosial.
METODE
Dalam penelitian ini, metode yang digunakan dalam karya ilmiah ini ialah menggunakan analisis pustaka acuan dan jurnal referensi. Informasi ekspansi ini ditemukan melalu i analisi pustaka acuan berbentuk data ststistik, laporan hasil penelitian, serta halaman web resmi dari beragam lembaga
berskala regional maupun nasional. Selanjutnya, karangan esai ini juga memakai jurnal yang aktual dan otentik dari skala nasional.
HASIL DAN PEMBAHASAN Perilaku Menyimpang
Seseorang telah melakukan perilaku menyimpang atau penyimpangan sosial, baik disadari maupun tidak disadari.
Perilaku menyimpang bisa terjadi di mana saja dan dilakukan oleh siapa saja. Penyimpangan yang dilakukan oleh seseorang atau sekumpulan orang bisa mengubah keseimbangan hidup di lingkungan sekitar. Seperti yang disampaikan Jamez Van Der Zanden (dalam Akhidat, dkk, 2011), perilaku menyimpang ialah tingkah laku yang sebagian besar dianggap buruk karena tidak bisa di tolerir.
Sementara itu, Robert M.Z. Lawang mengatakan bahwa perilaku menyimpang merupakan menyimpangnya perilaku dari norma yang diberlakukan oleh masyarakat dan memprovokasi upaya oleh penguasa dalam sistem itu perilaku menyimpang tersebut dapat diperbaiki. Sesuai kategorinya, perilaku menyimpang dibagi menjadi dua, yakni penyimpangan primer dan penyimpangan sekunder..
(Febrya & Elmirawati, 2017)
a. Penyimpangan primer (primary deviation), ialah penyimpangan yang terjadi oleh individu, tetapi pelakunya masih bisa diterima oleh khalayak umum. Ciri penyimpangan tersebut sifatnya sementara, tidak ada pengulangan, dan masih bisa ditolerir oleh kkhalayak umum. Misalnya, keterlambatan tagihan listrik, hipotek, dll.
b. Penyimpangan sekunder (secondary deviation), adalah Penyimpangan dengan bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang biasa disebut dengan perilaku menyimpang. Penjahat berada di bawah kekuasaan tindakan menyimpang ini.
Karena itu adalah tindakan perilaku menyimpang yang dilakukan sebelumnya. Penyimpangan tersebut tidak bisa ditolerir oleh khalayak umum.
Misalnya, penggunaan narkoba, pembunuhan, tindakan asusila, perampok, pemain.
Penyimpangan individu sendiri ialah penyimpangan yang terjadi karena individu atau sekumpulan orang berupa ketetapan budaya dan norma-norma yang dilanggar.
Penyimpangan bisa terjadi dikarenakan gangguan jiwa atau perilaku buruk (kriminalitas) seseorang.
LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender) Seks mengacu pada anatomi dan fisik, sedangkan gender mengacu pada segala sesuatu yang berkaitan dengan jenis kelamin seseorang. Orientasi seksual secara universal pada seseorang ialah orientasi seksual kepada jenis yang berbeda berdasarkan anatomi atau biasa dikenal bernama heteroseksual. Ada pula istilah transgender yang dipakai untuk seseorang yang mempunyai hasrat seksual
Analisis Dampak Perilak u Menyimpang LGBT Terhadap Kehidupan Individu
3 berbeda dengan heteroseksual, berdasarkan sisi anatomi maupun peranan sosial.(Strajhar et al., 2016)
Menurut kamus Oxford English, Transgender didefinisikan menjadi sifat yang katanya menjadi relatif, atau menentukan untuk individu yang tidak relevan dengan jenis kelamin pria ataupun wanita, tetapi menggantikan atau keduanya digabungkan. Transgender adalah orang yang menukar jenis kelamin fisik atau psikologis dengan lawan jenis. Transgender memili ki beberapa kategori antara lain waria, waria, waria. Waria adalah orang yang memakai pakaian lawan jenis untuk tampil dalam pertunjukan atau untuk tujuan tertentu.
Waria ini tidak selalu ingin menjadi lawan jenis. Waria adalah individu yang bisa merasa puas akan fantasi seksual saat memakai pakaian lawan jenis, meskipun saat masturbasi dan hubungan seks.
Lesbianisme didasarkan dari kata lesbos yang berarti pulau yang berada di tengah Lautan Eiges . Di era dahulu pulau tersebut ditinggali oleh para wanita. Sukanto mengemukakan, secara sosiologis, homoseksualitas bisa dimaknai dengan bagaimana individu untuk mendahulukan sesama jenis sebagai pasangan seks.
Menurut Kamus Etimologis, Gay didasari dari bahasa Prancis lampau abad ke-12 dan maknanya: penuh kegembiraan; ceria; ringan dan ceria. Lalu makna ceria berubah seperti mencari kebahagiaan. Mencari kebahagiaan maksudnya ialah mencari rasa bahagia dari aktivitas seksual seperti biasanya
Homoseksualitas adalah kenikmatan terus- menerus dari pengalaman erotis dengan terlibatnya kawanan satu jenis , yang mungkin atau tidak akan terjadi bersama orang lain, atau bisa disebut, homoseksualitas menciptakan rencana yang dengan sengaja agar terpuaskan dan terlibat pada fantasi atau tingkah laku seksual dengan orang-orang dari jenis kelamin yang sama.
Seks diklasifikasi dan diperkirakan gangguan jiwa di Indonesia III (DepKes RI, 1998: 115), homoseksualitas digolongkan dalam kelompok psikoseksualnya terganggu dan disebut orientasi seksual egodystonik, yakni “identitas gender atau preferensi seksual tidak dipertanyakan, tetapi sesuautu yang diharapkan individu. Disebabkan oleh terganggunya psikologis dan timgkah laku serta mencari pengobatan untuk membuat perubahan." Maknanya, homoseksualitas hanya dianggap sebagai gangguan jika individu tersebut merasa ada ketidak puasan dalam orientasi seksualnya dan berniat untuk mengubah hal itu.
(Dacholfany, 2017) Faktor LGBT
Dalam Kajian Konseling dan Perawatan Kesehatan Mental Waria Dewasa dan Orang Tercinta ditemukan bahwa fenomena waria bukan hanya diperngaruhi oleh lingkup sekitar. Pengaruh budaya, fisik, seksual, psikososial, agama dan kesehatan juga
berkontribusi membuat orang menjadi LGBT. Menurut Byrd, faktor keturunan justru berkontribusi pada pembentukan individu yang menjadi lesbian, gay, biseksual, atau transgender, seperti dari deskripsi orang LGBT. Tapi, itu tidak secara langsung membuat ia menjadi LGBT. Bentuk asuhan merupakan faktor palig krusial yang memola dan menggambarkan seorang anak.
Bandura menjelaskan bahwa lingkungan bisa terbentuk karena perilaku begitupun kebalikannya perilaku bisa terbentuk karena lingkupnya. Pada interaksi timbal balik tersebut, pembelajaran sosial terjadi, yang mengacu pada transmisi informasi, kebiasaan, atau tingkah laku. Anak- anak yang terbiasa melihat konten dengan tingkah laku bias gender, contohnya laki-laki yang bertingkah laku anggun memberikan kesempatan kepada anak untuk bertingkah laku yang sama. Respon awal yang muncul yakni merasa aneh, aneh atau tidak muncul tanda sama sekali karena anak-anak belum mempunyai masukan pengetahuan mengenai maskulinitas pada laki-la ki.
Respon selanjutnya, dimulai dengan anak mengetahui bahwasannya laki-laki adalah apa yang mereka lihat.
Respon terakhir, anak tersebut mencontoh gaya atau tingkah laku pria yang banyak mereka lihat. Selain itu, rasa aneh atau lucu di awal reaksi berubah menjadi perasaan yang bisa dimengerti dan diterima. Di keadaan tersebut, telah berlangsung internalisasi nilai-nilai mengenai figur laki-laki yang semakinlama ada kemungkinan besar akan mengubah internalisasi pola tingkah laku.
Pergaulan dan kebiasaan di lingkungan menjad i penyebab utama gangguan seksual ini dimana salah satu anggota dalam keluarga tidak memberikan belas kasih sayang dan tindakan orang tua yang merasa bahwa pemahaman mengenai seks ialah hal yang tidak baik.
Kontrol keluarga yang berlebiah pada anak. Ayah yang tidak mencintai anaknya. Interaksi yang tidak seimbang antara kepada ayah dan ibu. Kurangnya pendidikan agama yang tepat sejak kecil. Tak kerkecuali itu, komunitas serta sekitaran anak-anak di pesantren tempat anak laki-laki dan perempuan dipisahkan berkontribusi pada interaksi gay dan lesbian.(Musti’ah, 2016).
Jika lingkungan bisa berdampak terhadap perilaku dan sebaliknya lingkungan dapat mempengaruh i perilaku, maka ketika internalisasi nilai dimulai, seseorang bisa menetapkan batasan agar lebih bijak untuk bersikap terhadap peristiwa LGBT. Pandangan dan pola pikir dari individu dapat mengubah yang pada bentuk tindakan untuk tidak menerima atau mengikuti sebuah peristiwa tertrntu.
Dampak LGBT
Dari perilaku menyimpang LGBT, terdapat beberapa dampak yang bisa ditimbulkan dari banyak segi pada kehidupan. Abdul Hamid El-Qudah, Seorang Dokter Spesialis Penyakit Kelamin Menular dan AIDS di Asosiasi
Kedokteran Islam Dunia (FIMA) memaparkan dampak- dampak yang dimunculkan dari LGBT adalah: (Meranti &
Mutjia, 1960)
1. Dampak Kesehatan
Akibat dari segi kesehatan yang bisa muncul yakni seperti 78% kaum homoseksual tertular penyakit menular seksual. Usia rata-rata homoseksual ialah 42 tahun dan turun menjadi 39 bila korban homoseksual AIDS dimasukkan.
Sedangkan rerata umur menikah dan pria normal yaitu 75 tahun. Usia rata-rata lesbian adalah 45 tahun sedangkan usia rata-rata wanita menikah dan normal adalah 79 tahun.
2. Dampak Sosial
Berbagai akibat dari segi sosial yang dipicu oleh LGBT ialah seperti berikut: dikemukakan oleh penelitian bahwa “seorang gay memiliki antara 20 sampai 106 pasangan dalam setahun.
Sedangkan pasangan yang berzina dalam hidupnya tidak lebih dari 8 orang”. 43% gay yang berhasil didaftarkan dan disurvei menyatakan bahwa selama hidup mereka pernah melakuka n hubungan homoseksual total bersama dengan 500 orang. 28% melakukan ini lebih dari dengan 1000 orang. 79% dari mereka mengemukakaka n , pasangan homos eksual mereka adalah oran yang tidak dikenal sebelumnya. 70% dari mereka hanya one night stand atau kencan beberapa menit. Hal ini sudah jelas melanggar nilai-nila i sosial masyarakat.
3. Dampak Pendidikan
Begitu pula akibat dari segi pendidikan yang ada yakni beberapa peserta didik beranggapan dirinya adalah homo, menghadapi persoalan putus sekolah 5 kali lebih besar dibandingkan peserta didik normal dikarenakan adanya ketidak amanan. Serta 28% dari mereka harus meninggalkan sekolah secara paksa.
4. Dampak Keamanan
Akibat keselamatan yang muncul sangat mengejutkan, yakni: penyebab dari s eksualitas homoseksual 33% pelecehan seksual terhadap anak-anak di Amerika Serikat; nyatanya populasinya hanya 2% dari seluruh populasi AS.
Artinya, 1 dari 20 kasus homoseksualitas merupakan pelecehan seksual kepada anak-anak, sedangkan 1 dari 490 kasus perzinahan merupakan pelecehan seksual terhadap anak.
Meskipun penelitian saat ini mengatakan bahwa persentase homoseksual yang sesungguhnya adalah antara 1 dan 2% dari populasi Amerika , mereka mengungkapkan bahwasannya populasi
mereka adalah 10% untuk membuat orang berpikir bahwa mereka banyak dan memengaruh i politik dan undang-undang rakyat.
PENUTUP Simpulan
Perilaku sosial menyimpang merupakan hal yang tidak bisa dinormalisasi karena menyangkut kenyamanan bersama. atau Perilaku menyimpang ialah aksi atau tingkah lakperilaku yang dilakukan oleh perseorangan atau kelompok yang berseberangan dengan norma sosial yang diberlakukan oleh masyarakat atau golongan yang sudah menyetujui peraturan atau norma sosial yang ada kepada kumpulan atau lingkup masyarakat yang berseberangan dengan norma yang berlaku di dalam masyarakat serta hukumnya.
Salah satu perilaku menyimpang yang dilakukan individu adalah LGBT dimana LGBT dinamakan Homoseksualitas ialah kebahagiaan berulang yang terjadi dengan pengalaman erotis dengan terlibatnya kawanan satu jenis , yang bisa atau berkemungkinan tidak bisa dilakukanterjadi dengan orang lain. perilaku tersebut dilandasi oleh banyak faktor dari pola asuh, pergaulan, hingga tontonan yang ada serta dampak yang ditimpulkan bisa mempengaruhi banyak aspek, mulai dari kesehatan hingga keamanan untuk diri sendiri dan orang lain.
Saran
Berdasarkan pemaparan teori dan hasil penelitian yang ada. Maka ada berbagai hal yang harus diperhatikan oleh pihak yang bersangkutan mengenai adanya perilaku sosial meyimpang yang ada, seperti LGBT ini, banyaknya faktor seperti tontonan yang memicu perilaku tersebut, hingga kurangnya kontrol orang tua dan pengaruh teman sebaya.
Beberapa hal yang sebaiknya bisa dilakukan adalah peran orang tua menjadi figur bagi anak mengenai tumbuh kembangnya, terlebih anak usia sekolah yang sedang memliki rasa ingin tahu yang tinggi. Orang tua sebisa mungkin memberikan pemahaman terkait hal-hal yang berkaitan dengan LGBT mulai dari faktor pemicu dan dampak dari perilaku LGBT sendiri sehingga anak memiliki gambaran atas konsekuensinya. Kemudian para pendidik yang memberikan materi di sekolah untuk bisa memaparkan pentingnya norma dan etika sebagai individu yang sesuai dengan kodratnya, terlebih lagi guru BK yang memiliki peran penting terhadap perilaku, perkembangan dan hasil belajar perserta didik di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Dacholfany, M. I. (2017). Dampak LGBT dan antisipasinya di masyarakat. Nizham Journal of Islamic Studies, 4(1), 106–118.
Analisis Dampak Perilak u Menyimpang LGBT Terhadap Kehidupan Individu
5 Febrya, I. W. V., & Elmirawati, E. (2017). Analisis Faktor
Penyebab Orientasi Seksual Menyimpang Pada Narapidana Perempuan Di Lapas Klas II A Pekanbaru. Sisi Lain Realita, 2(2), 13–30.
https://doi.org/10.25299/sisilainrealita.2017.vol2(2) .2462
Meranti, D. I. K., & Mutjia, R. (1960). No 主観的健康感 を中心とした在宅高齢者における 健康関連指 標に関する共分散構造分析Title. Zitteliana, 19(8), 159–170.
Musti’ah. (2016). Lesbian, Gay, Bisexual and Transgender Concerns. Jurnal Pendidik an Sosial, 3(2), 258–273.
Strajhar, P., Schmid, Y., Liakoni, E., Dolder, P. C., Rentsch, K. M., Kratschmar, D. V., Odermatt, A., Liechti, M. E., Ac, R., No, N., No, C., Oramas, C.
V., Langford, D. J., Bailey, A. L., Chanda, M. L., Clarke, S. E., Drummond, T. E., Echols, S., Glic k, S., … Mogil, J. S. (2016). No 主観的健康感を中心 とした在宅高齢者における 健康関連指標に関 する共分散構造分析Title. Nature Methods, 7(6), 2016.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26849997%0 Ahttp://doi.wiley.com/10.1111/jne.12374