• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan salah satu tujuan Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan salah satu tujuan Pendidikan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang (UU) No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan salah satu tujuan Pendidikan Nasional Republik Indonesia adalah mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Disebutkan pula, bahwa prinsip penyelenggaraan pendidikan adalah mewujudkan manusia pembelajar seumur hidup (long life learning). Pendidikan dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya peningkatan kualitas dan hasil pendidikan melalui perbaikan dan penyempurnaan proses belajar mengajar. Salah satu hal yang dapat mendukung proses belajar mengajar adalah kemampuan literasi informasi.

Di era globalisasi, dimana informasi semakin banyak dan cepat menyebar di masyarakat. Diperlukan sebuah keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik dalam menunjang proses pembelajaran. Literasi informasi menjadi sebuah perangkat keterampilan untuk memecahkan masalah dan mencari jalan keluar melalui pemanfaatan informasi yang diterapkan dengan efisien dan beretika. Oleh karena itu, literasi informasi dapat menjadi sebuah alternatif kegiatan belajar mengajar di sekolah. Literasi informasi juga menjadi sebuah alat untuk melatih

(2)

peserta didik menjadi pembelajar seumur hidup dan mandiri di bangku pendidikan formal.

Literasi informasi tidak bisa dilepaskan dengan dunia pendidikan dan sangat berpengaruh karena menjadi inti terwujudnya peserta didik yang bertanggung jawab dan menjadi pembelajar seumur hidup sesuai dengan tujuan SISDIKNAS. Dengan dimilikinya kemampuan literasi informasi pada diri peserta didik, akan memudahkan mereka untuk merealisasikan slogan “long life education”. Pendidikan dibutuhkan untuk mendidik para pelajar untuk menghadapi masa depan dengan perubahan kebutuhan dan informasi.

Untuk memiliki kemampuan literasi informasi, ada beberapa langkah yang harus dikuasai. Langkah-langkah tersebut disusun sebagai suatu model yang disebut model literasi informasi. Model literasi informasi menyediakan sebuah mekanisme atau langkah untuk mengukur dan menguji kemampuan literasi informasi seseorang serta dapat membantu pelajar untuk memecahkan masalah dalam proses belajar dengan keterampilan memanfaatkan informasi yang tersedia.

Salah satu model literasi informasi yang dapat digunakan untuk tingkat sekolah adalah The Big 6. Model literasi ini banyak digunakan di seluruh dunia antara lain Amerika Serikat, Italia, Belanda, Afrika Selatan, Taiwan, Selandia Baru, dan Indonesia. The Big 6 dikembangkan di Amerika Serikat oleh dua pustakawan bernama Robert E. Berkowitz dan Michael B. Eisenberg pada tahun 1987 (Gunawan, 2008:3). Model ini terdiri dari 6 keterampilan dan 12 langkah

(3)

Keunikan dari model The Big 6 antara lain karena model ini diklaim oleh pembuatnya sebagai sebuah model “problem solving” dalam menyelesaikan masalah informasi. Hal ini berbeda dengan beberapa model lainnya yang memang sudah diarahkan secara khusus untuk menyelesaikan masalah dalam penulisan. Oleh karena itu, model ini sifatnya lebih fleksibel dari model-model literasi informasi lainnya. The Big 6 bisa diterapkan pada hampir semua permasalahan manusia yang berkaitan dengan pengambilan keputusan yang menggunakan informasi sebagai dasar pengambilan keputusannya.

Hasil belajar seseorang bisa disebut sebagai prestasi belajar. Untuk memperoleh hasil atau prestasi belajar tersebut tidak bisa dilepaskan dengan adanya pengaruh faktor internal dan eksternal. Peran kemampuan literasi informasi menjadi penting sebagai faktor internal yang mendukung dalam proses belajar mengajar yang efektif dan efisien untuk menunjang prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar di sekolah tidak dapat dipisahkan dari proses yang mendahului prestasi tersebut, dimana proses informasi dapat disebut sebagai proses belajar. Di dalam proses belajar ini akan terdapat interaksi dari berbagai faktor yang mempengaruhi proses itu sendiri. Dengan memiliki keterampilan literasi informasi akan mempermudah siswa dalam meraih prestasi belajar.

SMA Negeri 3 Sukabumi merupakan lembaga pendidikan unggulan yang difavoritkan di kota Sukabumi. Sekolah ini banyak mencetak siswa-siswa berprestasi, baik akademik maupun non akademik. Berdasarkan surat dari Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor : 156/C4/MN/2007,

(4)

SMA Negeri 3 Kota Sukabumi dipercaya untuk melaksanakan program RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Sehingga SMAN 3 Sukabumi memiliki visi untuk mewujudkan sekolah unggul, religius, dan mandiri yang berbudaya nasional dan berwawasan global tahun 2012 (Creating on excellen, religious and independent school which is national culture and has global vision in 2012).

Sesuai visi dan misi SMAN 3 Sukabumi tentunya menuntut pengajar dan peserta didik untuk bisa menjadi seorang information literate, yaitu dengan mengikuti perkembangan dunia pendidikan nasional maupun internasional dan memiliki kompetensi terhadap perkembangan informasi yang berlangsung terus menerus mengikuti kemajuan teknologi yang ada. Keterampilan literasi informasi menjadi sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik.

SMAN 3 Sukabumi memiliki berbagai kegiatan ekstrakurikuler, salah satunya yaitu Ikatan Pustakawan Pelajar (IPP) yang dibina langsung oleh koordinator perpustakaan sekolah. Dalam kegiatannya, anggota IPP bertugas dan belajar menjadi seorang pustakawan junior yang membantu mengelola bahan pustaka di perpustakaan, bertugas dalam kegiatan pelayanan, dan mengadakan kegiatan literasi di lingkungan sekolah seperti lomba menulis cerpen, membaca berita, membuat mading, dan lain-lain. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mengembangkan minat baca siswa. Walaupun ekskul IPP bergerak dalam bidang literasi, namun mereka belum pernah mendapat pelatihan mengenai literasi informasi secara khusus di sekolah. Mereka belajar library skill secara mandiri. Dan dari perolehan data, sebagian besar anggota yang tergabung dalam Ikatan

(5)

Oleh karena itu, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang apakah ada hubungan antara kemampuan literasi informasi yang dimiliki oleh anggota Ikatan Pustakawan Pelajar dengan Prestasi belajar di sekolah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: “Apakah terdapat hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa anggota Ikatan Pustakawan Pelajar (IPP) dengan prestasi belajar di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Sukabumi?”

1.3 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam merumuskan masalah dengan prestasi belajar di sekolah?

2. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam strategi pencarian informasi dengan prestasi belajar di sekolah? 3. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa

dalam menentukan lokasi dan akses informasi dengan prestasi belajar di sekolah?

(6)

4. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam menggunakan informasi dengan prestasi belajar di sekolah?

5. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam mensintesa informasi dengan prestasi belajar di sekolah?

6. Apakah terdapat hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam melakukan evaluasi dengan prestasi belajar di sekolah?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam merumuskan masalah dengan prestasi belajar di sekolah.

2. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam strategi pencarian informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

3. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam menentukan lokasi dan akses informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

4. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam pemanfaatan informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

(7)

5. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam mensintesa informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

6. Untuk mengetahui ada dan tidaknya hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dalam melakukan evaluasi dengan prestasi belajar di sekolah.

1.5 Kegunaan Penelitian

Ada dua kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini yakni sebagai berikut:

1.5.1 Kegunaan teoritis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan manfaat bagi pengembangan ilmu informasi dan perpustakaan terutama dalam bidang kajian literasi informasi. Serta dapat menjadi acuan atau pandangan bagi peneliti selanjutnya.

1.5.2 Kegunaan praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran secara khusus mengenai hubungan kemampuan literasi informasi siswa dengan prestasi belajar di sekolah. Selain itu, untuk memberi masukan bagi kepala sekolah dan pengelola perpustakaan SMAN 3 Sukabumi dalam menentukan arah kebijakan perlu atau tidaknya diadakan pembelajaran atau pelatihan literasi informasi secara berkala untuk siswa di perpustakaan maupun di kurikulum sekolah.

(8)

1.6 Kerangka Pemikiran

Literasi informasi pertama kali ditemukan oleh pemimpin American Information Industry Association Paul G.Zurkowski pada tahun 1974 dalam proposalnya yang ditujukan kepada The National Commission on Libraries and Information Science (NCLIS) di Amerika Serikat. Zurkowski (1974:6) menulis:

People trained in the application of information resources to their work can be called information literate. They have learned techniques and skill for utilizing the wide range of information tools as well as primary sources in molding information solutions for their problems.

Paul Zurkowski menggunakan ungkapan tersebut untuk menggambarkan "teknik dan kemampuan" yang dikenal dengan istilah literasi informasi yaitu kemampuan untuk memanfaatkan berbagai alat-alat informasi serta sumber-sumber informasi primer untuk memecahkan masalah mereka. Merujuk pada tulisannya dapat diartikan orang-orang yang dilatih dalam mengaplikasikan sumber-sumber informasi untuk pekerjaan mereka dapat disebut dengan information literate (orang yang terpelajar dalam memanfaatkan informasi).

Dalam laporan penelitian America Library Association’s Presidental Commite on Information Literacy (1989:1) dikatakan bahwa “information literacy is a set of abilities requiring individuals to recognize when information is needed and have the ability to locate, evaluate, and use effectivelly the needeed information”.

Berdasarkan pendapat di atas dikatakan bahwa literasi informasi adalah seperangkat kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki seseorang untuk

(9)

mengetahui kapan informasi dibutuhkan, kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi dan menggunakan secara efektif kebutuhan informasinya.

Bila dikaitkan dengan pendidikan sekolah, maka penerapan literasi informasi dapat diterapkan oleh siswa, guru, kepala sekolah dan karyawan sekolah dalam menentukan apa yang mereka butuhkan dan bekerjasama dengan pustakawan sekolah untuk dapat memanfaatkan sumber informasi yang tersedia di perpustakaan.

Menurut Hancock (1999:1) manfaat literasi informasi untuk pelajar yaitu pelajar dan guru akan dapat menguasai pelajaran mereka dalam proses belajar mengajar dan siswa tidak akan tergantung kepada guru karena dapat belajar secara mandiri dengan kemampuan literasi informasi yang dimiliki. Hal ini dapat dilihat dari penampilan dan kegiatan mereka di lingkungan belajar. Pelajar yang literat juga akan berusaha belajar mengenai berbagai sumber daya informasi dan cara penggunaan sumber-sumber informasi.

Pendidikan berperan dalam menjadikan seseorang literat terhadap informasi sehingga semua orang dapat memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhannya. Saat ini literasi informasi merupakan komponen yang penting di dunia pendidikan.

Dalam konsep pembelajaran, cara belajar yang baik adalah mengarahkan dan mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan memperluas materi secara mandiri melalui diskusi, observasi, studi literatur, dan studi dokumentasi serta cara belajar yang dapat menumbuhkan dan memupuk motivasi internal peserta didik untuk belajar lebih jauh dan lebih dalam (Sulipan dalam Fitrihana, 2009:2). Hal ini diungkapkan dalam salah satu pilar pendidikan yang menyatakan

(10)

bahwa proses pembelajaran harus mampu mengajarkan kepada peserta didik “Learning how to learn” (belajar bagaimana cara untuk belajar).

Dalam dunia pendidikan dan pengajaran, tingkat keberhasilan seseorang biasanya dilihat melalui suatu ukuran prestasi, yang disebut dengan prestasi belajar. Menurut Saifuddin Azwar dalam bukunya Psikologi Intelegensi, mengatakan bahwa “Prestasi atau keberhasilan belajar dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi, angka kelulusan, predikat keberhasilan dan semacamnya.” (Azwar, 1996:164)

Data dari Bagian Kurikulum SMAN 3 Sukabumi menyebutkan bahwa standar penilaian hasil belajar siswa SMAN 3 Sukabumi adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kriteria Range Nilai Hasil Belajar Siswa Range Nilai Kategori

65 – 70 Sangat Kurang 71 – 75 Kurang 76 – 80 Cukup 81 – 85 Baik 86 – 100 Sangat Baik Sumber : Data Bagian Kurikulum SMAN 3 Sukabumi

Untuk memiliki kemampuan literasi informasi ada beberapa langkah yang harus dikuasai. Langkah-langkah tersebut disusun sebagai suatu model yang disebut model literasi informasi. Model literasi informasi menyediakan sebuah mekanisme atau langkah untuk mengukur dan menguji literasi informasi serta membantu siswa untuk memecahkan masalah dalam belajar dengan keterampilan literasi informasi.

(11)

Salah satu model literasi informasi yang dapat digunakan untuk tingkat sekolah adalah The Big 6. Model literasi ini banyak digunakan di seluruh dunia antara lain Amerika Serikat, Italia, Belanda, Afrika Selatan, Taiwan, Selandia Baru, dan Indonesia. The Big 6 dikembangkan di Amerika Serikat oleh dua pustakawan bernama Robert E. Berkowitz dan Michael B. Eisenberg pada tahun 1987 (Gunawan, 2008:3) yang terdiri dari 6 keterampilan dan 12 langkah, yaitu :

1. Perumusan Masalah

1.1. Mendefinisikan masalah informasi

1.2. Mengidentifikasikan kebutuhan informasi

2. Strategi Pencarian Informasi

2.1. Menetapkan semua sumber yang dapat digunakan 2.2. Menyeleksi sumber terbaik

3. Lokasi dan Akses

3.1. Melokasikan sumber-sumber (baik isi maupun fisik) 3.2. Menemukan informasi dalam sumber-sumber yang ada

4. Pemanfaatan Informasi

4.1. Mengikat Makna (Menghubung-hubungkan informasi) 4.2. Menyarikan informasi yang relevan

5. Sintesa

5.1. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber 5.2. Mempresentasikan informasi

(12)

6. Evaluasi

6.1. Menilai produk (efektif atau tidak) 6.2. Menilai proses (efisien atau tidak)

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Penelitian

Rumusan Masalah

Sumber: Information Literacy for Lifelong Learning (Hancock, 1999:2), The Big 6 (Eisenberg dan Bob Berkowitz, 1987:1), Psikologi Intelegensi (Azwar,

Hubungan Kemampuan Literasi Informasi Siswa dan Prestasi Belajar

Kemampuan Literasi Informasi Belajar Mandiri Keberhasilan Belajar (Menurut: Vicky E. Hancock, Information Literacy for Lifelong Learning)

Kemampuan Literasi Informasi Prestasi Belajar Variabel Y ( Prestasi Belajar) Variabel X ( The Big 6) Indikator : Nilai Rapor Sekolah

X1 : Merumuskan Masalah X2 : Strategi Pencarian Informasi X3 : Lokasi dan Akses

X4 : Penggunaan Informasi X5 : Sintesa

(13)

1.7 Operasional Variabel

Penelitian ini memiliki dua variabel yang kemudian dijabarkan menjadi enam sub variabel dan 1 sub variabel dengan beberapa indikatornya sebagai berikut :

Tabel 1.2 Sub Variabel Independent

Variabel Independent (X) = Kemampuan Literasi Informasi Siswa

NO SUB VARIABEL INDIKATOR

1. X1 : Perumusan Masalah

1.Mendefinisikan masalah informasi 2. Mengidentifikasikan kebutuhan informasi

2. X2 : Strategi Pencarian Informasi

3. Menetapkan semua sumber yang dapat digunakan

4. Menyeleksi sumber terbaik

3. X3 : Lokasi dan Akses Informasi

5. Melokasikan sumber-sumber (baik isi maupun fisik)

6. Menemukan informasi dalam sumber-sumber yang ada

4. X4 : Pemanfaatan Informasi

7. Menghubung-hubungkan informasi 8. Menyarikan informasi yang relevan

5. X5 : Sintesa Informasi

9. Mengorganisasi informasi dari berbagai sumber

10. Mempresentasikan informasi

6. X6 : Evaluasi

11. Menilai produk (efektif atau tidak) 12. Menilai proses (efesien atau tidak) Sumber : Model Literasi Informasi The Big 6 (1987)

(14)

Tabel 1.3 Sub Variabel Dependent

Variabel Dependent (Y) = Prestasi Belajar di Sekolah

NO SUB VARIABEL INDIKATOR

1 Y : Prestasi Belajar Nilai Rata-Rata Kognitif Rapor di Sekolah Sumber : Psikologi Intelegensi (Azwar:1996)

1.8 Hipotesis

1.8.1 Hipotesis Mayor

Ho : Tidak ada hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dengan prestasi belajar di sekolah

H1 : Ada hubungan antara kemampuan literasi informasi siswa dengan prestasi belajar di sekolah

1.8.2 Hipotesis Minor

1. Ho : Tidak ada hubungan antara kemampuan siswa dalam merumuskan masalah dengan prestasi belajar di sekolah.

H1 : Ada hubungan antara kemampuan siswa dalam merumuskan masalah dengan prestasi belajar di sekolah.

2. Ho : Tidak ada hubungan antara kemampuan siswa dalam strategi pencarian informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

(15)

H1 : Ada hubungan antara kemampuan siswa dalam strategi pencarian informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

3. Ho : Tidak ada hubungan antara kemampuan siswa dalam menentukan lokasi dan akses informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

H1 : Ada hubungan antara kemampuan siswa dalam menentukan lokasi dan akses informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

4. Ho : Tidak ada hubungan antara kemampuan siswa dalam pemanfaatan informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

H1 : Ada hubungan antara kemampuan siswa dalam pemanfaatan informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

5. Ho : Tidak ada hubungan antara kemampuan siswa dalam mensintesa informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

H1 : Ada hubungan antara kemampuan siswa dalam mensintesa informasi dengan prestasi belajar di sekolah.

6. Ho : Tidak ada hubungan antara kemampuan siswa dalam melakukan evaluasi dengan prestasi belajar di sekolah.

H1 : Ada hubungan antara kemampuan siswa dalam melakukan evaluasi dengan prestasi belajar di sekolah.

(16)

1.9 Metode dan Teknik Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional yang bertujuan untuk meneliti sejauhmana variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi (Rakhmat, 1997:27).

Metode penelitian berupa teori-teori dari sumber yang didapat dari perpustakaan dan melakukan survey dengan mengumpulkan informasi dari suatu populasi dengan menanyakannya melalui angket dan wawancara.

Untuk menguji korelasi antara dua variabel digunakan korelasi Rank Spearman (Rs). Korelasi ini mempunyai kegunaan untuk mencari korelasi dimana kedua data yang dikorelasikan mempunyai skala ordinal. Dalam pengujian dengan skala ordinal masing-masing diberi ranking sesuai dengan nilai yang didapat, mulai dari ranking yang terkecil.

1.9.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah objek atau sumber data yang dibutuhkan dalam suatu penelitian. Menurut Sugiyono (2002:72) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek atau obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Ikatan Pustakawan Pelajar SMAN 3 Sukabumi sebanyak 30 siswa.

(17)

1.9.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Angket, yaitu pengumpulan data terperinci berupa daftar pertanyaan yang diisi sendiri oleh responden.

2. Wawancara, yaitu kegiatan mengumpulkan data melalui tanya-jawab secara langsung, baik secara terstuktur kepada beberapa anggota pustakawan maupun tidak langsung kepada sumber lain.

3. Studi pustaka, yaitu dengan mengkaji berbagai sumber pustaka dalam bentuk buku, jurnal serta referensi lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

1.9.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui angket dan data nilai rapor siswa anggota Ikatan Pustakawan Pelajar (IPP).

2. Data Sekunder

Yaitu data yang diambil langsung dari buku, jurnal, majalah, laporan tahunan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan masalah penelitian.

(18)

1.9.4 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian kemudian dianalisis dengan teknik analisis deskriptif, sedangkan pengujian hipotesis menggunakan statistik inferensial yaitu pengukuran korelasi nonparametrik dengan koefisien korelasi Rank Spearman, dengan menggunakan bantuan program SPSS for windows versi 13.0.

1.9.4.1Analisis deskriptif

Analisis deskriptif yaitu teknik dengan menggunakan data yang diperoleh dengan memasukkannya ke dalam tabel-tabel setelah dihitung melalui distribusi frekuensi dan dianalisis dengan tabel tunggal.

Analisis dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi serta narasi untuk memberikan penjelasan tentang kemampuan literasi informasi siswa anggota Ikatan Pustakawan Pelajar. Setelah dihitung berdasarkan frekuensi, jumlah dan presentase, kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara deskriptif. Untuk menghitung presentase jawaban dan pendapat yang diberikan responden, digunakan rumus :

P = f

x 100 % n

dimana: P = Persentase

f = Frekuensi (Jumlah Responden) n = Jumlah Responden Seluruhnya

(19)

Untuk menafsirkan besarnya presentase yang didapat dari tabulasi data, penulis menggunakan pedoman penafsiran data menurut Suharsimi Arikunto dengan perincian sebagai berikut :

“0% Tidak satupun responden 1 - 26% Sebagian kecil responden 27 - 49% Hampir setengah responden 50 % Setengahnya

51 – 75 % Sebagian besar 76 - 99% Hampir seluruhnya

100% Seluruhnya.” (Arikunto, 2002: 313)

1.9.4.2Analisis Korelasional

Teknik statistik inferensial (analisis korelasional) digunakan untuk menganalisis data dan populasi, untuk mengetahui derajat hubungan (koefisien korelasi) diantara variabel-variabel (bebas dan terikat) diperlukan sebagai prosedur statistik yang dinamakan analisis hubungan dengan menggunakan ukuran asosiasi yang disesuaikan dengan jenis (skala pengukuran) data (Rakhmat, 1997:34). Skala pengukuran yang digunakan adalah skala ordinal. Pengujian hipotesis menggunakan pengukuran korelasi nonparametrik dengan koefisien korelasi Rank Spearman.

r

s = ∑ R Xi R Yi - n n+12 2 n i=1 ∑ R2 Xi -n n+1 2 2 n i=1 ∑ni=1R2 Yi -n n+12 2 Keterangan :

(20)

= koefisien korelasi rank Spearman n = jumlah sampel

R(Xi) = nilai rapor untuk untuk variabel X R(Yi) = nilai rapor untuk variabel Y

Dimana statistik uji untuk pengujian hipotesisnya menggunakan statistik uji t :

t

hitung= rs√n-2 1-rs2 Keterangan :

= koefisisen korelasi spearman n = jumlah sampel

Kriteria uji untuk pengujian hipotesisnya adalah dengan taraf kesalahan % tolak Ho jika nilai !"#$% ',$)* atau "+,-.. Berikut pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi :

Tabel 1.4 Interval Koefisien dan Tingkat Hubungan Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00-0,199 Sangat Rendah

0,20-0,399 Rendah

0,40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat Kuat

(21)

1.9.5 Uji Validitas dan Reabilitas Uji Validitas

Untuk pengujian validitas instrumen penelitian yang berupa skor yang memiliki tingkatan (ordinal), rumus yang digunakan adalah dengan menggunakan koefisien validitas dengan koefisien korelasi item-total:

r

/ 0)/ = riSx-Si

34Sx2+Si2-2rixSiSx5 Keterangan:

r/0= koefisisen korelasi skor item-total sebelum dikoreksi S/ = deviasi standar skor suatu item

S0= Deviasi standar skor tes Uji Reabilitas

Koefisien Reabilitas didapat dari persamaan koefisien- (Cronbach, 1951):

α= 7

k-19 1-

k

∑ S

j2

S

X2 Keterangan :

k = banyaknya belahan tes

Sj = varians belahan j; j=1,2, ... k Sx = varians skor test

(22)

1.10 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada lembaga pendidikan SMA Negeri 3 Sukabumi RSBI (Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional). Jl. Ciaul Baru No. 21 Kota Sukabumi 43116.

Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai dengan Juli 2012.

Tabel 1.5 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Studi Literatur Penelitian 2. Penyusunan makalah penelitian 3. Observasi Wilayah 4. Pengambilan data 5. Pengolahan data 6. Analisis Data 7. Presentasi

(23)

Gambar

Tabel 1.1 Kriteria Range Nilai Hasil Belajar Siswa  Range Nilai  Kategori
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Penelitian
Tabel 1.2 Sub Variabel Independent
Tabel 1.3 Sub Variabel Dependent
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan introduksi penanaman serai wangi semenjak tahun 2014 dan pengadaan alat suling minyak serai wangi pada tahun 2017 akan betul-betul memberikan manfaat

Hasil penelitian menunjukkan: pertama , dari aspek objek studi, kajian pendidikan Islam pada berkala ilmiah di IAIN Mataram mencerminkan dominannya aspek filsafat atau pemikiran

Manfaat yang dapat diraih oleh para pelaku bisnis yang telah peduli terhadap tanggung jawab sosial, antara lain (1) terpelihara dan mertingkatnya citra

Meningkatkan Ketrampilan Praktik Konseling Realita melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Mahasiswa Jurusan BK Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas

Hasil pengujian alat pengukur persentase lemak tubuh dapat dilihat pada tabel 6 Dari Tabel 6, dapat diketahui perbandingan antara hasil alat pengukur persentase lemak

Sedangkan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dirasakan orang tua yang memiliki lebih dari satu anak Intellectual Disability dalam

Selain itu, dengan memandang kemiskinan bukan hanya sebagai fenomena yang bersifat unidimensional namun sebagai bentuk deprivasi dari berbagai dimensi serta beberapa

Resiko terjadinya kehamilan ektopik ini meningkat dengan adanya beberapa factor, termasuk riwayat infertilitas, riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, operasi pada tuba, infeksi