Cok. Istri Raka Marsit1, Dr. Ni Wayan Sukerti2 1,2Jurusan Teknologi Industri FTK UNDIKSHA
E-mail: [email protected].
ABSTRACT
ABSTRAK
PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA TANI (KWT) MELALUI
PELATIHAN PENGEMASAN PISANG SASIH DAN KOPI MENJADI
ANEKA KEMASAN OLEH – OLEH UNTUK MENUNJANG WISATA
DESA WANAGIRI KECAMATAN SUKASADA KABUPATEN
BULELENG- BALI
In accordance with the formulation of the issues raised in front, the objectives that want to be achieved in this devotional activity are: (a)To know the training techniques of banana sasih chips and coffee saebaa products by.,(b) To know KWT's response to the training of packaging chips and packaging coffee as a by-product to support Community service activities (P2M) use methods in the form of training in the preparation of performance tests through lectures, discussions, the practice of drafting authentic assessments and q&A. This activity is planned for 8 months. The evaluation of this devotion program is carried out through direct observation through performance assessment in the preparation, implementation and evaluation process. The success of the implementation of this community service program is seen from the following two benchmarks: (1) Positive response from the trainees. The response of the trainees will be measured through observation during the training and by providing questionnaires concerning the impressions, suggestions, criticisms and proposals of the trainees towards this community service program, and (2) The increasing skills of participants after receiving the training. The skills of the trainees will be observed during the training through the preparation performance observation sheet, processing process and the final product that has been packaged. In addition to the above assessment aspects, the success of this training is seen from enthusiastic participants following the training that is seen from the presence, and the results of bias training continued in the business in groups as well as independently.
Keywords: Farmer's Group, Packaging, Wanagiri
Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di depan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah: (a)Untuk mengetahui teknik pelatihanpenegmasan kripik pisang sasih dan kopi saebagai produk oleh-oleh.,(b) Untuk mengetahui tanggapan KWT terhadap pelatihan pengemasan kripik dan pengemasan kopi sebagai produk oleh-oleh untuk menunjang kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) menggunakan metode dalam bentuk pelatihan penyusunan tes kinerja melalui ceramah, diskusi, praktek penyusunan asesmen otentik dan tanya jawab. Kegiatan ini direncanakan selama 8 bulan. Kegiatan evaluasi program pengabdian ini dilakukan melalui pengamatan langsung melalui penilaian kinerja dalam proses persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Keberhasilan pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini dilihat dari dua tolok ukur sebagai berikut : (1) Respons positif dari peserta pelatihan. Respons peserta pelatihan akan diukur melalui observasi selama pelatihan berlangsung dan dengan memberikan kuesioner yang menyangkut kesan, saran, kritik dan usulan peserta pelatihan terhadap program pengabdian masyarakat ini, dan (2) Meningkatnya keterampilan peserta setelah mendapat pelatihan. Keterampilan peserta pelatihan akan diobservasi saat pelatihan melalui lembar observasi kinerja persiapan, proses pengolahan dan produk akhir yang telah dikemas. Selain aspek penilaian diatas,keberhasilanpelatihan ini dilihat dari antusias peserta mengikuti pelatihan yang dilihat dari kehadiran,dan hasil pelatihan bias dilanjutkan pada usaha secara kelompok maupun mandiri.
PENDAHULUAN
Pembangunan yang berorientasi kerakyatan dan berbagai kebijaksanaan yang berpihak pada kepentingan rakyat.Dari pernyataan tersebut jelas sekali bahwa konsep ekonomi kerakyatan dikembangkan sebagai upaya untuk lebih mengedepankan masyarakat. Dengan kata lain konsep ekonomi kerakyatan dilakukan sebagai sebuah strategi untuk membangun kesejahteraan dengan lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat. Dalam praktiknya, ekonomi kerakyatan dapat dijelaskan juga sebagai ekonomi jejaring (network) yang menghubung – hubungkan sentra – sentra inovasi, produksi dan kemandirian usaha masyarakat ke dalam suatu jaringan berbasis teknologi informasi, untuk terbentuknya jejaring pasar domestic diantara sentara dan pelaku usaha masyarakat. Salah satu agenda di atas yang mungkin terealisasikan di daerah pedesaan yang memiliki potensi pertanian dan perkebunan khususnya di Desa Wanagiri Kecamatan Sukasada Bulelelng Bali adalah pendirian kelompok usaha – usaha kecil yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk mengolah hasil – hasil pertanian khususnya buah – buahan seperti tamarillo/terung belanda yang merupakan hasil pertanian sela /penyela masyarakat desa Wanagiri.
Kepala Desa: I Wayan Gumiarsa. SE. Desa Wanagiri adalah Desa yang termasuk masih muda karena baruter bentukpada tahun 1973 yang merupakan penggabungan dari tiga dusun/banjar yang sebelumnya merupakan desa lain yaitu: Banjar Dinas Asah Panji termasuk wilayah desa Panji, Banjar Alas Ambengan termasuk wilayah Desa Ambengan yang sekarang namanya Banjar Dinas Bhuanasari sesuai SKp Bupati Nomor.10 tahun 1989 dan Banjar Yeh Ketipat termasuk wilayah Desa Gitgit
Salah satu visi Desa Wanagiri adalah Mengupayakan untuk peningakatan mutu masyarakat melalui peningkatan pendidikan, kesehatan pendapatandan sosial masyarakat
guna mencapai masyarakat yang adil dan sejahtera. Serta Menggali dan memperdayakan potensi Desa guna menunjang segala pembangunan di Desa. Untukmewujudkan visi tersebut berbagai upaya dilakukan terutama oleh Kepala Desa, Ibu Ketua Penggerak PKK, agar mampu memberdayakan masyarakatnya Pertanian: pada bidang pertanian di desa Wanagiri dihasilkan berbagai komoditi pangan seperti: kopi, kentang, ubi kayu, dan juga buah – buahan seperti terong belanda (tamarilo), strawbery, jagung, markisa, pisang, dan sayur-sayuran. Pada tahun 2016, kami tim P2M Undiksha telah berhasil melatih anggota KWT desa Wanagiri dalam bidang Boga yaitu mengolah kue rumahan berbahan terigu dan kanji, dan juga pelatihan tata rias wajah dan rambut yaitu menata rambut sederhana namun elegan.
Serta di tahun 2017, tim P2M Undiksha juga telah berhasil menlatih anggota KWT desa wanagiri dalam bidang pelatihan dan pengemasan dodol tamarillo. Berdasarkan evaluasi akhir, kegiatan tersebut mendapat respon yang sangat antusias dari masyarakat/tim PKK, dan telah berhasil melatih masyarakat/tim penggerak PKK. Selanjutnya masukan dari masyarakat/KWT, menginginkan adanya pelatihan lanjutan untuk mengolah pisang dari hasil perkebunan. Selain itu masyarakat/KWT juga menginginkan adanya pelatihan keterampilan teknik pengemasan kripik yang menarik. Selama ini kemasan kripik dibuat dari mika/plastic yang sederhana sehingga penampilannya kurang menarik.Kondisi mengakibatkan daya tarik kripik rendah sehingga jumlah produksinya juga rendah. Disisi lainkripik sangat berpeluang sebagai produk khas oleh-oleh dari Desa Wanagiri yang sudah dikembangkan kea rah wisata agro.
Berdasarkan hasilobservasi dan wawancara dengan Ketua Kelompok Wanita Tani sekaligus kelompok usaha dodol dengan nama “KWT SARI AMERTA GIRI” ibu Ni Nyoman Budiani dan Ibu Ketua Tim penggerak PKK desa Wanagiri, Ibu Ni Kadek Yastini, bahwa
beliau sangat menginginkan adanya kerjasama dari Undiksha khususnya LPM untuk diberikan pelatihan pengolahan dan pengemasan kripik pisang yang mencirikan kekhasan dari wadah atau kemasan unik untuk meningkatkan daya tarik konsumen. Produk kripik yang bisa tahan lama dan menjadi ikon oleh-oleh khas Wanagiri. Beliau merasakan bahwa masyarakatnya mempunyai keinginanyang tinggi untuk bisa mengolah dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang pengemasan. Disamping itu di Desa Wanagiri sudah terbentuk kelompok – kelompok Wanita Tani (KWT), dari tiga banjar dinas, dimana setiap banjarnya mempunyai anggota 20 orang. Selama ini h a n ya kegiatan KWT “ KW T S a r i Am e r t a G i r i ” ya n g s u d a h b e r p r o d uk si n am u n m as ih t e r b a t a s p a d a s ys t em o r d e r a t a u p e s a n a n . Jika KWT ini sudah diberdayakan maka program – program desa akan sangat mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi kerakyatan, serta mengangkat nama desa di tingkat Kabupaten, dimana setiap tahun selalu diadakan ajang pameran hasil – hasil pertanian, perikanan juga dalam kegiatan Buleleng Festifal, para anggota KWT bisa berperan.
Selain itu, kelompok KWT dari ketiga banjar dinas yang secara keseluruhan berjumlah 60 orang, sudah mempunyai peralatan produksi makanan yang akan menunjang kegiatan pemberdayaan kelompok. Kondisi ini sangat mendukung untuk segera diberikan pelatihan keterampilan mengolah dan mengemas kripik , sebagai upaya meningkatkan keterampilan anggotaKWT.
Selanjutnya pelatihan keterampilan mengolah dan mengemas kripik pisang juga sangat urgen diperlukan, mengingat salah satu factor terhambatnya produksi secara berkelanjutan disebabkan kripik pisang belum banyak dikenal, system produksi berdasarkan order atau pesanan, pengemasan masih kurang memiliki daya tarik atau kurang unik/khas. Sejalan dengan hal tersebut, mahasiswa jurusan PKK (TataBoga) melalui hasil-hasil
penelitiannya telah menghasilkan berbagai macam produk seperti di atas, yang mana resep-resep tersebut bisa diaplikasikan melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat. Jadi terdapat sinergi antara perguruan tinggi
(Undiksha) dengan masyarakat
(DesaWanagiri) untuk memanfaatkan hasil – hasil penelitian mahasiswa.
Berdasarkan analisis situasi dimemberdayakan warga masyarakat desa Wanagiri khususnya yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) melalui Pemberdayaan Kelompok Wanita (KWT) melalui Pelatihan Pengemasan Pisang Sasih dan Kopi menjadi Aneka kemasan Oleh-oleh untuk menunjang Wisata desa wanagiri kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng Bali
Universitas Pendidikan Ganesha, membawahi Fakultas Teknik dan Kejuruan (FTK) yang memiliki Jurusan yang saling terkait yaitu Jurusan Teknologi Industri program studi Pendidikan vokasional seni Kuliner (PVSK). Di Prodi PVSK, 65% kurikulumnya mengajarkan praktikum, aneka jenis keterampilan, salah satu mata kuliahnya yaitu Preservasi pangan. Oleh karena itu kegiatan dalam bentuk Pengabdian pada Masyarakat ini
sangat relevan untuk memecahkan
permasalahan yang ada di desa Wanagiri khususnya anggota Kelompok Wanita Tani. Berdasarkan uraian analisis situasi, dapat dikemukakan bahwa kurangnya pengetahuan dan keterampilan untuk mengolah dan mengemas kripik pisang sasih sehingga kemasan lebih menarik, unik, dan menjadi daya tarik konsumen. Menjadi produk makanan awetan, yang berorientasi pasar (siap jual), sedangkan peralatan yang tersedia cukup memadai untuk bidang tersebut. Selain itu para ibu anggota Kelompok Wanita Tani sangat membutuhkan keterampilan tersebut, karena diharapkan setelah mereka mampu memproduksi kripik dalam jumlah besar, sehingga mampu menunjang wisata agro yang sedang dikembangkan sebagai produk awetan sejalan dengan program pemerintah untuk memberdayakan kelompok wanita tani
sehingga berpeluang untuk membuka usaha. Oleh karena itu untuk dapat memiliki sejumlah keterampilan maka diperlukan sejumlah pelatihan keterampilan yaitu : (a) Mengolah kripik pisang sesuai dengan standar resep yang ditetapkan; (b) Mengemas kripik pisang dengan keunikan tersendiri, (c) menganalisis nilai ekonomi produk.
Permasalahan ini harus segera ditangani secara komprehensif melalui strategi dan program yang terpadu agar dapat memberdayakan sumberdaya manusia dan sumber daya selebihnya (peralatan/fasilitas) dan juga sumber daya alam yang ada desa Wanagiri, kecamatan Sukasada,Kabupaten Buleleng, dimana rumusan permasalahannya sebagai berikut : (1).Teknologi tepat guna melalui Pemberdayaan Kelompok Wanita (KWT) melalui Pelatihan Pengemasan Pisang Sasih dan Kopi menjadi Aneka kemasan Oleh-oleh untuk menunjang Wisata desa wanagiri kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng Bali ; (2) Melatihkan Teknik pengemasan kripik yang unik namun menarik konsumen sehingga layak dijual pada pasar modern selain sebagai ikon Desa Wanagiri; (3). menggali respon masyarakat khususnya para anggota KWT terhadap kegiatan pelatihan ini.
Semakin maraknya perkembangan
pengetahuan dan ketrampilan pengolahan produk makanan, semakin ketat pula persaingan dibidang pengolahan produk makanan. Disamping pengolahan, pengemasan makanan yang bagus dan bisa menanrik minta pembeli , hal ini yang perlu untuk ditingkatnya. Setiap pembuat produk makanan baik itu toko kue, catering akan berusaha menbampilkan makanan yang dibuat sebaik mungkin salah satunya dengan menampilkan pengemasan makanan yang menarik.
Khalayak sasaran yang strategis untuk masalah ini adalah kelompok KWT berjumlah 60 orang. Dipilihnya KWT sebagai khalayak sasaran, sperti yang telah diungkpakan sebelumnya, bahwa KWT perlu diberikan pengetahuan dan keterampilan yang nantinya berguna baginya meningkatkan niali jual
kripik, tidak terbatas pada pesenan saja, tetapi bisa sebagai produk oleh-oleh dalam skala besar.
Pengabdian masyarakat dalam bidang pelatihan Pemberdayaan Kelompok Wanita (KWT) melalui Pelatihan Pengemasan Pisang Sasih dan Kopi menjadi Aneka kemasan Oleh-oleh untuk menunjang Wisata desa wanagiri kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng Bali Berdasarkan analisis situasi di atas, dipandang perlu untuk melatih pelatihan pengemasan kripik pisang Oleh karena itu kegiatan dalam bentuk Pengabdian Masyarakat ini sangat relevan untuk memecahkan permasalahan yang ada, bagaimana meningkatkan pengetahuan dan keterampilan KWT untuk bisa terjun kemasyarakat khususnya wirausaha dibidang produk makanan.
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimakah pelaksanaan pelatihan pengemasaan kripik pisang sasih dan pengemasan kopi.
b. Bagaimana tanggapan KWT terhadap kegiatan pelatihan pengemasaan makanan Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di depan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah:
a. Untuk mengetahui teknik
pelatihanpenegmasan kripik pisang sasih dan kopi saebagai produk oleh-oleh
b. Untuk mengetahui tanggapan KWT terhadap pelatihan pengemasan kripik dan pengemasan kopi sebagai produk oleh-oleh untuk menunjang
Pengembangan ilmu pengetahuan telah meningkatkan kesadaran manusia untuk hidup sehat. Hal itu sudah mengembangkan fungsi teknologi pengemasan pangan menjadi lebih luas, sehingga penggunaan pengemasan untuk menjaga produk pangan agar tetap bersih, terlindung dari kotoran dan kontaminasi, menjaga produk pangan dari kerusakan fisik,
perubahan kadar air dan perubahan sinar.dan untuk memudahkan dalam membuka/menutup,
memudahkan dalam penanganan,
pengangkutan dan distribusi, penyeragamkan produk pangan dalam ukuran, bentuk dan bobot yang sesuai dengan standar yang ada, menampakan indentifikasi, informasi, daya tarik dan tampilan yang jelas dari bahan pangan yang dikemas sehingga dapat
membantu promosi/penjualan, dan
memberikan informasi melalui sistem labeling, bagaimana cara menggunakan produk, tanggal kadaluarsa, dan informasi lainnya yang perlu diketahui konsumen.
Kemasan makanan sebagaian dari pembungkus makanan yang bagi kebanyakan orang pembungakus makanan hanya sekedar pembungkus saja. Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadah atau pengepakan, dan merupakan salah satu cara prevarasi bahan hasil pertanian. Kemasan adalah wadah atau pembungkus yang mencegah terjadinya kerusakan bahan makanan.Alam telah menyediakan kemasan untuk bahan pangan, seperti jagung dengan kelobotnya, buah-buahan dengan kulitnya buah kelapa dengan sabut dan tempurungnya, polong-polongan dengan kulit polong, dan lain-lain.pakaian juga kemasan untuk manusia sebagai pelindung tubuh dari gangguan cuaca, serta agar tapak anggun dan menarik. Menurut Kotler & Keller (2009:27), pengemasan adalah kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus sebagai sebuah produk. Pengemasan adalah aktivitas merancang dan memproduksi kemasan atau pembungkus untuk produk. Biasanya fungsi utama dari kemasan adalah untuk menjaga produk. Namun, sekarang kemasan menjadi faktor yang cukup penting sebagai alat pemasaran (Rangkuti, 2010:132). Kemasan yang dirancang dengan baik dapat membangun ekuitas merek dan mendorong penjualan. Kemasan adalah bagian pertama produk yang dihadapi pembeli dan mampu menarik atau menyingkirkan pembeli. Pengemasan suatu produk biasanya dilakukan oleh produsen untuk dapat merebut minat
konsumen terhadap pembelian barang. Produsen berusaha memberikan kesan yang baik pada kemasan produknya dan menciptakan model kemasan baru yang berbeda dengan produsen lain yang memproduksi produk-produk sejenis dalam pasar yang sama. Pengemasan merupakan suatu cara atau perlakuan pengamanan terhadap makanan agar bahan pangan tersebut, baik yang belum maupun yang sudah mengalami perubahan sampai ketangan konsumen dalam keadaan selamat. Pada umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan pangan atau hasil pengolahan atau hasil industry, dalam bentuk
bentuk yang memudahkan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi kemasyarakat pembeli. Masalah pengemasan menjadi salah satu dari kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama dalam hubungannya dengan produk makanan yang semakin luas, mulai bahan kemasan yang bervariasi hingga model atau bentuk dan teknologi pengemasan yang semakin canggih.Bahan kemasan yang digunakan bervariasi dari bahan kertas, plastic, gelas, logam, fiber hingga bahan-bahan yang alami. Bentuk dan teknologi kemasan juga bervariasi dari kemasan botol, kaleng, tetrapak,
corrugated box, kemasan vakum, kemasan
aseptic, kaleng bertekanan, kemasan tabung hingga kemasan aktif dan pintar (active and
intelligent packaging) yang dapat
menyesuaikan kondisi lingkungan didalam kemasan dengan kebutuhan produk yang dikemas.
Susunan kontruksi pengemasan juga semakin kompleks dari tingkat primer, skunder, tersier sampai kontruksi yang tidak dapat lagi dipisahkan antara fungsinya sebagai pengemas atau sebagai unit penyimpanan, misalnya pada peti kemas yang dilengkapi dengan pendingin (refrigerated container) berisi udang beku untuk ekspor.
Fungsi kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan
dipasarkan.Secara umum fungsi pengemasan makanan adalah.
1. Mewadahi produk makanan selama distribusi dari produsen hingga konsumen, agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran;
2. Melindungi dan mengawetkan produk, melindungi dari sinar ultraviolet, panas, kelembapan udara, oksigen benturan, kontaminasi dari kotoran/mikroba yang dapat menurunkan mutu produk;
3. Sebagai identitas produk dan media promosi, digunakan untuk komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, seperti memudahkan penghitungnya banyaknya produk, memudahkan pengiriman dan penyimpanan, sehingga mencapai efisiensi harga, tenaga dan waktu;
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar maupun dalamnya, jika produk berbau tajam, atau produk berbahaya, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain disekitarnya;
6. Memperluas pemakaian dan pengemasan produk, sebagai akibat dari kemasan memudahkan distribusi makanan;
7. Menambah daya tarik calon pembeli dengan adanya sarana informasi dan iklan; 8. Memberi kenyamanan bagi pemakai,
dengan memudahkan dibuka dan ditutup kembali.
Fungsi ke-6, 7, dan 8 merupakan fungsi tambahan dari kemasan, tetapi dengan semakin meningkatnya persaingan dalam industry makanan, fungsi tambahan ini justru lebih ditonjolkan, sehingga penampilan kemasan harus betul-betul menarik bagi calon pembeli, dengan cara membuat :
1. Cetakan yang multi warna dan mengkilat sehingga menarik dan berkesan mewah; 2. Dapat mengesankan berisi produk yang
bermutu dan mahal;
3. Desain teknik dari wadahnya memudahkan pemakaian;
4. Desain teknik wadahnya selalu mengikuti teknik terbaru sehingga produk yan dikemasnya tidak terkesan ketinggalan zaman.
Disamping fungsi-fungsi diatas, kemasan juga menjadi peran penting dalam industry makanan, sebagai usaha yang digunakan untuk perlindungan konsumen, sumber informasi tentang isi/produk, dan ini diperlukan dalam mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak.
Kelemahan dalam mengguanakan kemasan, karena sering disalahguanakan oleh produsen untuk menutupi kekurangan mutu atau kerusakan produk, mempropagandakan produk, mempropagandakan produk secara tidak propesional atau menyesatkan sehingga menjurus kepada penipuan atau pemalsuan, pengemasan makanan yang utama dapat menambah biaya produksi sekitar 10-15%, dan biaya kemasan tambahan sekitar 5-15% dari biaya produk.
Berdasarkan bahan dasar pembuatannya maka jenis kemasan makanan yang tersedia saat ini adalah kemasan kertas, gelas, kaleng atau logam, plastic, dan kemasan komposit atau kemasan yang merupakan gabungan dari beberapa jenis bahan kemasan, misalnya gabungan antara kertas dan plastic, atau plastic, kertas, dan logam. Masing- masing jenisa bahan kemasan ini mempunyai karakteristik tersendiri, dan ini menjadi dasar untuk pemilihan jenis kemasan yang sesuai untuk produk makanan.
Selain jenis-jenis kemasan tersebut juga
dikenal kemasan edible dan
biodegradable.Kemasan edible adalah
kemasan yang dapat diamakan karena terbuat dari bahan-bahan yang dapat dimakan seperti tahu, protein atau lemak, sedangkan kemasan
biodegradable, adalah kemasan yang jika
dibuang dapat digradasi melalui proses fotikimia atau dengan menggunakan mikroba penghancur, kemasan dapat dikelasifikasikan berdasarkan beberapa cara.
Kemasan makanan sebagaian dari pembungkus makanan yang bagi kebanyakan orang pembungakus makanan hanya sekedar pembungkus saja. Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadah atau pengepakan, dan merupakan salah satu cara prevarasi bahan hasil pertanian. Kemasan atau pembungkus adalah wadah atau pembungkus yang mencegah terjadinya kerusakan bahan makanan.Alam telah menyediakan kemasan untuk bahan pangan, seperti jagung dengan kelobotnya, buah-buahan dengan kulitnya buah kelapa dengan sabut dan tempurungnya, polong-polongan dengan kulit polong, dan lain-lain.pakaian juga kemasan untuk manusia sebagai pelindung tubuh dari gangguan cuaca, serta agar tapak anggun dan menarik. Perkembangan industry makanan sekarang ini
sangatlah pesat. Penampilan makanan,
termasuk penampilan, sangat berpengaruh
untuk menggugah selera Pengemasan
merupakan suatu cara atau perlakuan
pengamanan terhadap makanan agar bahan pangan tersebut, baik yang belum maupun yang sudah mengalami perubahan sampai ketangan konsumen dalam keadaan selamat. Pada umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan pangan atau hasil pengolahan atau hasil industry, dalam bentuk
bentuk yang memudahkan dalam
penyimpanan, pengangkutan dan distribusi kemasyarakat pembeli.
Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan selama 8 bulan yang terbagi dalam tiga tahap yaitu: (1) tahap perencanaan, (2) tahap pelaksanaan, (3) tahap evaluasi. Tahap perencanaan telah ditetapkan hal-hal sebagai berikut: tempat/lokasi kegiatan dipilih di KWT Wanagiri. Tahap pelaksanaan berupa penyajian materi secara teori selama 1 kali pertemuan dan dilanjutkan dengan 1 kali pelatihan pengemasan , serta tahap terakhir adalah evaluasi akhir dan pelaporan.
METODE
Kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) menggunakan metode dalam bentuk pelatihan penyusunan tes kinerja melalui ceramah, diskusi, praktek penyusunan asesmen otentik dan tanya jawab. Kegiatan ini direncanakan selama 8 bulan. Adapun tahapan-tahapan dalam pelaksanaan kegiatannya :
1. Ceramah digunakan untuk menyampaikan pengetahuan secara umum pengemasan makanan
2. Diskusi digunakan untuk memberikan kesempatan kepada peserta untuk saling bertukar pendapat, guna menambah pengetahuannya tentang pengemasan makanan
3. Tanya jawab digunakan untuk melengkapi hal-hal yang belum terakomodasi oleh kedua metode di atas.
4. Implementasi pembuatan pengemasan makanan
5. Evaluasi hasil akhir.
Kegiatan evaluasi program pengabdian ini dilakukan melalui pengamatan langsung melalui penilaian kinerja dalam proses persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Keberhasilan pelaksanaan program pengabdian masyarakat ini dilihat dari dua tolok ukur sebagai berikut : (1) Respons positif dari peserta pelatihan. Respons peserta pelatihan akan diukur melalui observasi selama pelatihan berlangsung dan dengan memberikan kuesioner yang menyangkut kesan, saran, kritik dan usulan peserta pelatihan terhadap program pengabdian masyarakat ini, dan (2) Meningkatnya keterampilan peserta setelah mendapat pelatihan. Keterampilan peserta pelatihan akan diobservasi saat pelatihan melalui lembar observasi kinerja persiapan, proses pengolahan dan produk akhir yang telah
dikemas. Selain aspek penilaian
diatas,keberhasilanpelatihan ini dilihat dari antusias peserta mengikuti pelatihan yang dilihat dari kehadiran,dan hasil pelatihan bias dilanjutkan pada usaha secara kelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebelum kegiatan P2M dilaksankan terlebih dahulu tim P2M melakukan koordinasi dengan Kepala Desa, Ibu Ketua penggerak PKK, Desa Wanagiri terkait dengan rangkaian kegiatan serta jadwal atau kesepakatan tempat dan waktu. Koordinasi melalui telepon dan whatsap, mengingat kondisi yang terjadi sekarang, dilakukan pada tanggal 3 agustus 2020, tim berkoordinasi dengan ketua Tim Penggerak PKK , membicarakan rencana kegiatan yang akan dilaksanakan. Selanjutnya disepakati waktu yang tepat yaitu hari Sabtu, 14 Agustus 2020 bertempat di Kantor pertemuan perbekel Desa
Sesuai dengan kesepakatan dengan Ketua penggerak PKK Desa Wanagiri, kami tim pelaksana P2M tiba di lokasi pada pukul 10.00. wita . Para anggota kelompok KWT (Kelompok Wanita Tani) sudah siap menunggu, dan menyiapkan tempat. Demikian juga tim kami menyiapkan semua keperluan pengabdian, menata bahan, alat. Selanjutnya diawali dengan pembukaan, sambutan ibu ketua penggerak PKK, arahan teknis dari instruktur. Peserta yang hadir berjumlah 15
orang. Kemudian arahan oleh instruktur untuk menyiapkan alat dan bahan dodol, yang selanjutya mengolah kripik pisang dilanjukan dengan pengemasan kripik tersebut sehingga menjadi kemasan oleh-oleh. Masing-masing instruktur memberikan atau memaparkan langkah-langkah teknis dalam mengolah kripik dan pengemasannya, selama proses pengolahan juga disertai Tanya jawab oleh peserta, sampai kripik matang, didinginkan. Setelah kripik selesai, dilanjukan dengan pemaparan tentang pengemasan untuk menjadi kemasan oleh-oleh yang cantik, dibimbing oleh instruktur karena desa wana giri sekarang banyak dikunjungi wisatawan lokal. Peserta terlihat sangat antusias, walaupun menurut mereka sudah melakukan pencatatan, tetapi sebatas catatan-catatan bahan yang penting saja, tidak mencatat secara keseluruhan, dimana secara akuntansi belum bisa dikatakan benar. Maka dari itu diberikan pemahaman bahwa dalam menjalankan suatu usaha sekecil apapun harus mencatat semua pengeluaran, maupun pembelanjaan. Peserta sangat antusias mengikuti kegiatan seperti pada saat tampilan beberapa dokumentasi saat kegiatan seperti berikut:
Gambar 4.3,4.4 dan 4.5 : pengemasan kripik pisang rasa greentea, vanilla dan coklat
Gambar 4.6,4.7 dan 4.8 : kegiatan setelah selesai penutupan SIMPULAN
Berdasarkan uraian pada hasil pelaksanaan kegiatan pelatihan bidang Tata Boga dapat disimpulkan sebagai berikut (1).penerapan Teknologi tepat guna melalui Pemberdayaan Kelompok Wanita (KWT) melalui Pelatihan Pengemasan Pisang Sasih dan Kopi menjadi Aneka kemasan Oleh-oleh untuk menunjang Wisata desa wanagiri kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng Balidengan hasil sangat baik, masyarakat sangat antuasia dalam pelaksanaan kegiatan, dan bahkan akan menjual kripik dengan kemasan tersebut pada saat hari raya; (2) Melatihkan Teknik pengemasan kripik yang unik namun menarik konsumen sehingga layak dijual pada pasar modern selain sebagai ikon Desa Wanagiri sangat memuaskan ; (3). Tanggapan masyarakat khususnya anggota KWT terhadap kegiatan tersebut sangat bagus
DAFTAR RUJUKAN
Citra Komang. 2007. Studi Eksperimen Pemanfaatan Buah Tomat Menjadi Manisan Tomat Kering Pada Saat Pasca Panen di Desa Batunya . Kec Batruriti, Kabupaten Tabanan. Laporan penelitian: tidak dipublikasikan.
Direktorat Gizi Departemen kesehatan Ri. 1996. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta: bharata.
Hari Purnomo. 1995. Aktivitas Air dan
Peranannya dalam Pengawetan
Pangan. Jakarta: Univertitas Indonesia. Hari Purnomo. 1987. Ilmu Pangan. Jakarta: Universitas Indonesia
Hindah Muharis. 2003. Manisan Buah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Hermawati Dewi. 2009. Studi Eksperimen
Pembuatan Manisan Tamarillo.
Laporan skripsi. Tidak dipublikasikan. Hudaya saripah. 1993. Dasar-dasar
Pengawetan. Yogyakarta: CV Nur cahaya.
Lies Suprapti. 2004. Keripik. Manisan Kering,
dan Sirup Nangka. Yogyakarta:
Kanisius.
Marsiti Cokorda Istri Raka. 2009.
Pengembangan Produk Olahan
manisan berbahan Baku Tomat.
Laporan Penelitian. Tidak
dipblikasikan.
Musadad, Darkam dan Hartuti, Nur 2003.
Produk Olahan Tomat. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Suharto. 1991. Teknologi Pengawetan Pangan. Rineka Cipta.
Tamarillo.
Hotspot.com/2007/II/tamarillo.htm/dia kses tanggal 5 maret 2009
https://kemasanbagus.com/label/
Risa pantiariani. 2018. Preservasi Makanan Lokal PT RjaGrafindo. Depok