• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

4 II. TINJAUAN PUSTAKA

A. GAMBIR

1. Tanaman Gambir

Gambir (Uncaria gambir (Hunt) Roxb) merupakan spesies tanaman berbunga genus Uncaria dalam famili Rubiaceae. Gambir merupakan tanaman perdu dengan tinggi 1 - 3 m. Batangnya tegak, bulat, percabangan simpodial, dan warna cokelat pucat. Pada tanaman yang sudah tua, lingkar batang pohon dapat berukuran hingga 36 cm (Gumbira-Sa’id et al, 2009). Daunnya tunggal, berhadapan, berbentuk lonjong, tepi bergerigi, panjang bulat, ujung meruncing, panjang 8 - 13 cm, lebar 4 - 7 cm, dan berwarna hijau. Bunga gambir adalah bunga majemuk, berbentuk lonceng, terletak di ketiak daun, panjang lebih kurang 5 cm, memiliki mahkota sebanyak 5 helai yang berbentuk lonjong, dan berwarna ungu. Buahnya berbentuk bulat telur, panjang lebih kurang 1,5 cm, dan berwarna hitam (Sudibyo, 1988). Secara botanis, tanaman gambir diklasifikasikan sebagai berikut: Divisi Spermatophyta Kelas Angiospermae Sub-Kelas Monocotyledonae Ordo Rubiales Famili Rubiceae Genus Uncaria

Spesies Uncaria gambir Roxb.

Terdapat sekitar 34 spesies gambir dari jenis Uncaria, dimana satu macam terdapat di Afrika, dua macam di Amerika dan selebihnya terdapat di Asia, terutama di Kepulauan Indonesia (Nazir, 2000). Pada Gambar 1 diperlihatkan salah satu contoh penampakan spesies tanaman gambir di Indonesia.

(2)

5

Gambar 1. Penampakan Tanaman Gambir

Tanaman gambir terdapat pada ketinggian 200 - 800 m di atas permukaan laut dan menghendaki cahaya matahari yang banyak dan merata sepanjang tahun. Suhu udara yang dibutuhkan berkisar antara 26°C sampai 28°C, dengan kelembaban nisbi udara 70% - 85%. Rata-rata curah hujan 3.353 cm3/h dengan jumlah hari hujan 143 hari (Daswir dan Kusumah, 1993). Tanaman gambir dapat hidup baik dan menghasilkan sampai umur 30 tahun asal perawatannya baik. Lahan seluas satu hektar dapat ditumbuhi lebih dari 1.600 rumpun tanaman gambir serta dapat menghasilkan getah gambir antara 750 – 1.500 kg (Yeni, 2007).

Tanaman gambir varietas unggul yang terdapat di Sumatera Barat terdiri dari tanaman gambir tipe Udang, Cubadak, dan Riau. Karakter morfologis masing-masing genotipe tanaman gambir memperlihatkan perbedaan yang cukup signifikan. Keragaman atau variasi lebih ditonjolkan dengan perbedaan warna terutama pucuk daun (baik permukaan atas daun maupun permukaan bawah daun), warna ranting, warna bunga dan warna buah, seperti yang diperlihatkan pada Tabel 1.

(3)

6 Tabel 1. Perbedaan Warna Daun, Ranting, Bunga, dan Buah Pada Masing-Masing

Genotipe Gambir

No Bagian Genotipe gambir

Udang Cubadak Riau

1 Pucuk Daun Merah sampai

merah kecoklatan Hijau kekuningan Hijau muda 2 Ranting Coklat kemerahan Coklat sampai coklat tua Hijau muda sampai hijau tua

3 Permukaan atas daun Coklat kemerahan Hijau kekuningan Hijau muda 4 Permukaan bawah daun Coklat kemerahan Hijau kekuningan Hijau muda 5 Bunga Hijau kemerahan Hijau sampai

hijau muda

Hijau sampai hijau muda

6 Buah Hijau kemerahan Hijau sampai

hijau muda

Hijau muda sampai hijau kemerahan Sumber: Koperasi Serba Usaha “Subur” (2009)

Disamping perbedaan warna pada masing-masing genotipe juga terdapat perbedaan pada ukuran ranting, ukuran daun, ukuran bunga dan ukuran buah. Perbedaan ukuran ranting, ukuran daun, ukuran bunga dan ukuran buah dari tiga genotipe gambir dapat dilihat pada Tabel 2.

(4)

7 Tabel 2. Penampilan Karakter Morfologis Masing-Masing Genotipe Gambir

No Karakteristik morfologis Udang Cubadak Riau 1 Ukuran ranting

Panjang ranting (cm) Jumlah ruas (buah) Panjang ruas (cm) Diameter pangkal (mm) Diameter ujung (mm) 35 - 54 3 - 8 5,4 - 10 5 - 9 3,1 – 3,7 32 - 59 3 - 8 6 - 8 3 – 4,65 0,9- 1,5 40 - 72 5 - 12 4,5 - 10 3,4 - 5 0,7 – 1,4 2 Ukuran Daun Panjang tangkai (cm) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Tebal daun (mm) 0,6 – 1,3 10,2 – 14,2 6,1 - 8 0,25 – 0,50 0,7 – 0,8 9,6 – 19,1 6,3 – 9,2 0,20 – 0,25 0,5 – 1,1 10,7 – 17,7 6,2 – 8,6 0,20 – 0,35 3 Ukuran Bunga Panjang tangkai (cm) Panjang tangkai sari (mm) Jumlah benang sari (lembar)

3,3 – 3,8 0,6 – 0,8 112 - 154 3,4 – 4,1 0,7 – 0,9 108 - 142 2,1 – 5,5 1,2 – 1,65 91 - 145 4 Ukuran Buah Panjang tangkai (cm) Panjang polong (cm) Jumlah polong (buah)

4,9 – 5,1 2,5 – 3,5 34 - 60 3,8 – 5,0 2,0 – 4,9 45 - 67 3,4 – 4,8 2,5 – 3,5 21 - 105 Sumber: Koperasi Serba Usaha “Subur” (2009)

Apabila dikaji dari segi komponen hasil tanaman gambir yang meliputi jumlah daun per ranting, jumlah ranting per cabang, jumlah cabang per batang, bobot daun dan ranting per tanaman dan rendemen hasil merupakan faktor penentu untuk tinggi rendahnya produktivitas tanaman gambir. Perbedaan karakteristik pada tiga genotipe gambir dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Komponen Hasil dan Produktivitas Masing-Masing Genotipe Gambir

No Parameter Udang Cubadak Riau

1 Jumlah daun/ ranting (lembar) 10-18 6 - 16 10 - 24 2 Jumlah ranting/ cabang (buah) 5 - 9 4 - 8 6 - 11 3 Jumlah cabang/ batang (buah) 7 - 13 6 - 13 8 - 14 4 Bobot daun dan ranting per

tanaman (kg)

4,5 – 7,0 4,2 – 7,3 4,0 – 7,0 5 Rendemen (%) 6,5 – 7,0 6,0 - 6,5 5,5 - 6,0 6 Bobot getah kering per Ha (kg) 750 – 1.200 630 – 1.050 550 - 950 Sumber: Koperasi Serba Usaha “Subur” (2009)

(5)

8 2. Penyebaran Tanaman Gambir

Tanaman gambir diketahui tumbuh di Malaysia, Singapura, dan Indonesia. Tanaman gambir saat ini tumbuh secara alami dapat ditemukan di Kepulauan Riau, pantai timur Sumatera, Indragiri, Bangka, Belitung, Sumatra Barat, Kalimantan Barat (Sambas, Mempawah, Landak dan Malaysia). Tanaman gambir dapat pula ditemukan di Kabupaten Merauke Papua (Dinas Pertanian Kabupaten Merauke, 2008). Sentra perkebunan gambir di Indonesia adalah Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, Bangka Belitung, Sumatera Selatan, dan Papua (Amos et al., 2005).

Sumatera Barat, Sumatera Utara, Riau, dan Sumatera Selatan merupakan propinsi sentra produksi gambir Sumatera. Diantara keempat sentra produksi gambir tersebut, Propinsi Sumatera Barat merupakan sentra produksi gambir terbesar yang memasok sekitar 90% dari total produksi gambir nasional (Gumbira-Sa’id et al, 2009). Luas areal perkebunan pada sentra produksi gambir di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Luas Area Tanaman Perkebunan di Propinsi Riau, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Sumatera Selatan pada Tahun 2007

No Propinsi Luas Perkebunan Rakyat (Ha)

1 Sumatera Barat 13.115,0

2 Sumatera Utara 1.481,5

3 Riau 4.901,0

4 Sumatera Selatan 512.0

Sumber: BPS masing-masing propinsi (2008)

Sentra perkebunan gambir Sumatera Barat terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota dan Kabupaten Pesisir Selatan. Perkebunan gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota tersebar di beberapa kecamatan seperti diperlihatkan pada Tabel 5.

(6)

9 Tabel 5. Persebaran Perkebunan Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota

No Kecamatan Luas

Kecamatan (Km2) Lahan Gambir (Ha)

1 Kapur IX 723,36 6,234

2 Pangkalan Koto Baru 712,06 2,709

3 Suliki 136,94 354

4 Guguak 106,2 693

5 Lareh Sago Halaban 394,85 53

6 Mungka 83,76 811

7 Harau 416,8 797

8 Payakumbuh 99,47 130

9 Bukit Barisan 294,2 2,636

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Lima Puluh Kota (2008)

3. Kandungan Kimia

Thorpe dan Whiteley (l921) mengemukankan bahwa kandungan utama gambir adalah asam catechutannat (20-50%), katekin (7-33%), dan pyrocatechol (20-30%), sedangkan yang lainnya dalan jumlah terbatas. Di lain pihak Bakhtiar (1991) menyatakan bahwa kandungan kimia gambir yang paling banyak dimanfaatkan adalah katekin dan tanin. Komponen-komponen yang terdapat dalam gambir dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Komponen-Komponen yang Terdapat dalam Gambir

No Nama komponen Jumlah (%)

1 Katekin 7-33 2 Asam catechutannat 20-55 3 Pyrocathecol 20-30 4 Gambir flouresensi 1-3 5 Red Catechu 3-5 6 Quersetin 2-4 7 Fixed Oil 1-2 8 Lilin 1-2 9 Alkaloid sedikit

Sumber: Thorpe dan Whiteley (1921)

Menurut Thorpe dan Whiteley (1921), katekin biasa disebut asam catechoat yang termasuk dalam struktur flavanoid, tidak berwarna, dan dalam keadaan murni tidak larut dalam air dingin tetapi sangat larut dalam air panas,

(7)

10 larut dalam alkohol dan etil asetat. Katekin hampir tidak larut dalam kloroform, benzene, dan eter. Pada Gambar 2 diperlihatkan struktur kimia senyawa katekin.

Gambar 2. Struktur Kimia Senyawa Katekin

Asam catechutannat disebut anhydride dan dapat dihasilkan apabila larutan dipanaskan pada suhu 110°C dengan larutan alkali karbonat.Asam catechutannat larut dalam alkohol dan air dingin, tidak larut dalam eter. Asam catechutannat adalah campuran terbesar yang terkandung dalam gambir. Bila airnya diuapkan maka bubuk yang dihasilkan berwarna merah kecoklatan (Nazir, 2000).

4. Produk Olahan Gambir dan Penggunaannya

Gambier, cutch, catechu atau pale catechu merupakan nama dagang gambir yang dikenal dalam perdagangan dunia. Gambir merupakan produk yang berasal dari ekstrak atau getah daun dan ranting tanaman gambir (Uncaria gambir (Hunt.) Roxb) yang telah dikeringkan. Gambir diolah melalui beberapa tahapan yaitu perebusan, pengempaan, pengendapan, penirisan, pencetakan dan pengeringan hingga diperoleh gambir asalan. Pada tahap pengolahan secara tradisional tersebut terjadi penurunan kadar catechu-tannat nya karena ikut terlarut dalam air sisa pengepresan (Risfaheri dan Yanti, 1993).

Berdasarkan perbedaan bentuknya, gambir asalan yang diproduksi di Indonesia terdiri dari enam jenis yaitu gambir stick , coin, bootch, lumpang, dan wafer block. Gambar beberapa jenis gambar dapat dilihat pada Gambar 3.

(8)

11 Gambar 3. Berbagai Jenis Gambir Indonesia

a. Gambir stick; b. Gambir coin; c. Gambir bootch; d. Gambir dairi; e. Gambir lumpang; f. Gambir wafer block

(Gumbira-Sa’id, et al. 2009)

Senyawa-senyawa yang terkandung pada ekstrak atau getah daun dan ranting tanaman gambir memiliki potensi pemanfaatan yang beragam. Gambir asalan dapat digunakan untuk berbagai keperluan misalnya pengikat partikel pelet kayu, campuran dalam pakan ternak sapi potong, serta untuk menginang. Selain digunakan langsung, gambir asalan diolah kembali menjadi berbagai produk turunan misalnya diolah menjadi beberapa produk yaitu gambir murni, gambir terstandarisasi, katekin, tanin, serta alkaloid. Gambir dapat pula digunakan untuk membuat produk farmasi, senyawa kimia, antioksidan, serta berbagai produk dari nano gambir (Gumbira-Sa’id et al, 2009). Penggunaan gambir secara rinci dapat dilihat pada bagan pohon industri gambir (Lampiran 1).

Katekin dan tanin merupakan hasil pemurnian komponen yang terkandung dalam gambir asalan yang kini paling banyak dicari pasar. Katekin diperdagangkan dalam bentuk bubuk katekin, sedangkan tanin diperdagangkan dalam bentuk balok kecil dan serbuk. Produk-produk gambir olahan tersebut digunakan oleh industri hilir gambir seperti tanin untuk industri penyamakan kulit, pewarna, adhesive dan sebagainya, sedangkan katekin diperlukan oleh industri farmasi, kosmetik, minuman, dan lainnya.

a. Tanin

Tanin merupakan senyawa polifenol yang dapat membentuk senyawa kompleks dengan logam-logam berat seperti Pb, Cu, Fe, dan Sn. Komponen

a b c

(9)

12 dasar tanin adalah asam galat dan flavonoid dan akan membentuk glikosida bila polifenol berikatan dengan karbohidrat (Yeni, 2007). Tanin di alam umumnya banyak terdapat pada tanaman tertentu seperti pada teh, anggur, kacang-kacangan yang sebagian besar dapat memberikan rasa dan aroma yang khas, tersebar luas pada seluruh bagian tumbuhan terutama pada daun, buah, dan kulit kayu seperti akasia (Acacia sp), ekaliptus (Eucalyptus sp), pinus (Pinus sp) dan sebagainya. Kandungan tanin pada tanaman tergantung pada jenis dan umur tanaman.

Tanin dapat diambil dari tumbuhan pada bagian babakannya (kulit kayu), kayu, buah, dan daun. Tumbuhan yang mengandung tanin pada bagian-bagian tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Akasia dan mangrove pada bagian babakan (kulit kayu) b. Quebracho, eik, dan kastanie pada bagian kayu

c. Mirobalan dan pinang pada bagian buah d. Sumach, gambir, dan teh pada bagian daun.

Selama ini tanin banyak digunakan sebagai bahan perekat, yang terutama terdapat pada bagian kulit kayu. Tanin memiliki sifat antara lain dapat larut dalam air atau alkohol karena tanin banyak mengandung fenol yang memiliki gugus OH, dapat mengikat logam berat, serta adanya zat yang bersifat anti rayap dan jamur (Carter et al., 1978).

Menurut Sjostrom (1981), tanin adalah suatu senyawa polifenol dan dari struktur kimianya dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu tanin terhidrolisis (hidrolized tannin) dan tanin terkondensasi (condensed tannin). Tanin yang terhidrolisis bobot molekulnya akan terpolimerisasi bila dipanaskan. Dengan adanya asam kuat akan terbentuk suatu zat warna merah yang disebut flobafen atau tanin merah. Tanin yang terdapat dalam gambir merupakan tanin yang tidak dapat dihidrolisa. Struktur molekul tanin terhidrolisis dapat dilihat pada Gambar 4.

(10)

13 Gambar 4. Struktur Molekul Tanin Terhidrolisis

Tanin yang tidak dapat terhidrolisis dapat mengalami polimerisasi bila dipanaskan. Apabila bereaksi dengan asam kuat akan terbentuk suatu zat warna merah yang disebut flobafen atau tanin merah. Tanin yang terdapat dalam gambir merupakan tanin yang tidak dapat dihidrolisis (tanin terkondensasi) (Yeni, 2007). Struktur molekul tanin terkondensasi dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Struktur Molekul Tanin Terkondensasi Menurut Yeni (2007), tanin memiliki beberapa sifat sebagai berikut: a. Berwarna coklat kemerah-merahan dan mempunyai rasa yang sepat. b. Tidak larut dalam eter, petroleum eter, kloroform, dan benzene. c. Larut dalam air, alkohol, gliserol, dan profil alkohol.

d. Berupa koloid dalam air dan alkohol.

e. Merupakan serbuk yang berbentuk amorf yang tidak dapat dikristalkan. f. Dapat memberikan rasa sepat (zat yang menciutkan).

g. Mengendap dengan gelatin, alkaloid, albumin, dan protein-protein lainnya. h. Dengan menambahkan larutan FeCl3 akan memberikan warna hijau atau

biru tua dan bila ditambah H2SO4 warna akan hilang.

i. Membentuk kompleks berwarna spesifik jika direaksikan dengan ion-ion logam seperti Pb, Cu, Fe, dan Sn.

(11)

14 k. Dapat diekstrak dengan air panas dan pengendapan dengan Pb-asetat atau

Cu-asetat.

b. Kegunaan Tanin

Tanin banyak digunakan dalam berbagai aktivitas industri hilir, baik sebagai bahan baku maupun bahan pembantu. Industri yang menggunakan tanin dijelaskan di bawah ini:

(1). Industri kulit

Getah gambir dapat digunakan sebagai zat penyamak kulit. Pada proses penyamakan, katekin dan tanin mengendapkan sisa-sisa protein yang tertinggal di kulit. Dengan bebasnya kulit dari protein, maka kulit tidak dapat ditumbuhi oleh mikroorganisme, sehingga kulit menjadi lemas dan tidak cepat busuk (Amos et al., 1993).

Senyawa yang secara langsung bekerja sebagai zat samak pada gambir adalah tanin sedangkan secara tidak langsung adalah katekin. Gambir digunakan oleh penyamak kulit di Eropa untuk memperoleh kulit jenis “calf” dan “kips”. Bila hanya gambir yang digunakan pada penyamakan, tanpa adanya campuran lain, maka penyamakan akan menghasilkan kulit yang lebih berongga dan kurang bermutu. Akan tetapi bila gambir dicampur dengan wattle dan myobalans penyamakan akan menghasilkan kulit dengan mutu yang tinggi (Bakhtiar, 1991).

(2). Industri Tekstil

Penggunaan gambir yang mengandung tanin tinggi dalam industri tekstil adalah sebagai pewarna. Gambir yang mengandung tanin digunakan sebagai bahan pembantu untuk mendapatkan warna coklat kemerah-merahan pada kain batik yang tahan terhadap terik matahari. Tanin gambir dapat pula digunakan untuk mewarnai sutera dan wool. Di Eropa, gambir digunakan dalam bentuk campuran dengan logwood dan fustic (Nazir, 2000).

(3). Industri Farmasi

Gambir yang mengandung tanin dalam industri farmasi digunakan sebagai obat anti diare, obat kumur-kumur, dan obat sakit kulit. Tanin

(12)

15 dalam jumlah kecil dapat menghalangi pertumbuhan mikroorganisme dan dalam jumlah besar dapat berfungsi sebagai anti bakteri. Hal ini terjadi dengan cara menggumpalkan protoplasma yang terdapat pada bakteri. Namun demikian dengan terbentuknya mukosa, maka tanin akan mengakibatkan terjadinya penggumpalan lapisan yang lebih dalam yang dapat menyebabkan iritasi dan muntah-muntah pada manusia. Di samping itu tanin dalam gambir juga dapat digunakan sebagai penawar racun alkaloid atau logam, dimana racun tersebut diendapkan dan membentuk senyawa tidak larut (Bakhtiar, 1991).

(4). Industri Logam

Tanin mengandung senyawa yang dapat digunakan sebagai peluruh karat pada besi. Tanin telah dikenal sebagai senyawa peluruh karat (rust converter) dan senyawa anti karat (rust inhibitor) (Gumbira-Sa’id et al., 2009).

(5). Laboratorium

Tanin digunakan sebagai reaksi pengental alkaloid, protein, dan garam logam berat dan membentuk senyawa yang tidak larut. Oleh karena itu tanin digunakan di laboratorium untuk reaksi uji alkaloid, protein, dan garam-garam logam berat. Jika bereaksi dengan kapur, tanin akan menjadi kalsium tannat (Bakhtiar, 1991).

(6). Industri bahan perekat

Tanin yang terdapat pada gambir dapat digunakan sebagai bahan perekat kayu lapis atau papan partikel (Gumbira-Sa’id et al., 2009). Tanin yang terdapat pada gambir merupakan tanin terkondensasi. Tanin kondensasi merupakan jenis tanin yang diduga menyebabkan tanin dapat digunakan sebagai bahan perekat. Penggunaannya dipengaruhi oleh pH perekat terutama waktu gelatinisasi, umur pakai, waktu penyimpanan, dan umur perekat Komponen kimia tanin sangat potensial digunakan sebagai perekat, dan keadaan perekat tanin ini tergantung pada keadaan struktur kimia poliflavanoid (Pizzi, 1983).

(13)

16 c. Katekin

Katekin biasanya disebut juga dengan asam catechoat dengan rumus kimia C15H14O6. Katekin termasuk struktur flavonoid, tidak berwarna, dan dalam keadaan murni tidak larut dalam air dingin tetapi sangat larut dalam air panas, larut dalam alkohol dan etil asetat. Katekin hampir tidak larut dalam kloroform, benzene, dan eter. Jika katekin diberi timah hitam asetat yang dikristalkan dari air dengan udara kering, maka produk yang dihasilkan akan mencair pada suhu 96°C. Jika diberi ferri chloride katekin akan menghasilkan cairan yang berwarna hijau pekat (Thorpe and Whiteley, 1921).

d. Kegunaan Katekin

Katekin digunakan dalam berbagai industri hilir sebagai bahan untuk pembuatan berbagai produk turunan lainnya, diantaranya sebagai berikut:

(1). Industri Farmasi

Katekin dimanfaatkan oleh industri farmasi dalam pembuatan berbagai macam obat seperti obat penyakit hati, permen pelega tenggorokan, obat sakit perut, obat sakit gigi, obat untuk penyakit Alzheimer, obat anti kanker, pasta gigi, dan sebagainya (Nazir, 2000). (2). Industri kosmetika

Dalam industri kosmetika, katekin digunakan untuk membuat aneka ragam produk kosmetika diantarnya krim anti penuaan, krim anti jerawat, anti ketombe, kosmetik perawatan rambut rusak, sabun mandi, dan sebagainya (Gumbira-Sa’id et al, 2009).

(3). Industri minuman

Katekin dapat digunakan dalam pembuatan minuman. Selain itu katekin dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan minuman kesehatan gambir selain teh gambir (Gumbira Sa’id et al., 2009).

(4). Industri pewarna alami

Senyawa katekin yang terdapat pada gambir dapat dijadikan bahan pewarna alami untuk mewarnai kain wool dan sutra. Selain digunakan

(14)

17 untuk mewarnai kain, katekin dapat digunakan untuk pewarna kulit samak, pewarna rambut, dan pewarna makanan (Gumbira-Sa’id et al., 2009).

B.ANALISIS TEKNO EKONOMI

Analisis teknoekonomi erat kaitannya dengan pemecahan masalah teknik dimana indikator efisiensi ekonomi dijadikan sebagai kriteria pemilihan alternatif. Hasil analisis tersebut akan menentukan kelayakan suatu investasi (Newman, 1990). Menurut Sutojo (1996), untuk melakukan evaluasi tekno ekonomi perlu ada kriteria-kriteria tertentu yang mencakup aspek pemasaran, aspek teknis dan teknologis, aspek manajemen operasional, dan aspek finansial.

1. Aspek Pasar dan Pemasaran

Aspek pasar dan pemasaran dikaji untuk mengungkapkan permintaan, penawaran, harga, program pemasaran, dan perkiraan penjualan yang dapat dicapai oleh perusahaan, atau pangsa pasar yang dapat dikuasai oleh perusahaan. Selain itu, analisis terhadap pasar dan pemasaran pada suatu usulan proyek ditujukan untuk mendapatkan gambaran tentang potensi pasar bagi produk yang tersedia untuk masa yang akan datang, pangsa pasar yang dapat diserap oleh proyek tersebut dari keseluruhan pasar potensial serta perkembangan pangsa pasar tersebut di masa yang akan datang, dan menentukan jenis strategi pemasaran yang digunakan guna mencapai pangsa pasar yang telah ditetapkan (Husnan dan Suwarsono, 2000).

Studi pasar dan pemasaran merupakan hal yang sangat penting pada setiap studi kelayakan. Bagi suatu proyek baru, pengetahuan dan analisis pasar bersifat menentukan karena banyak keputusan tentang investasi tergantung dari hasil analisis pasar (Simarmata, 1992).

Kegunaan dari analisis pasar adalah menentukan besar, sifat, dan pertumbuhan permintaan total akan produk yang bersangkutan, deskripsi tentang produk dan harga jual, situasi pasar dan adanya persaingan, berbagai faktor yang ada pengaruhnya terhadap pemasaran produk, dan program pemasaran yang sesuai untuk produk (Edris, 1993). Adapun dalam mengkaji aspek pasar dan pemasaran perlu diperhatikan beberapa hal yaitu bagaimana produk tersebut

(15)

18 dalam masa kehidupannya di pasar dewasa ini, berapa permintaan produk di masa lampau dan sekarang, bagaimana komposisi permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan perkembangan permintaan tiap segmen pasar serta bagaimana kecenderungan perkembangan permintaan, bagaimana proyeksi permintaan produk pada masa mendatang serta berapa persen dari permintaan dapat diambil, dan bagaimana kemungkinan adanya persaingan (Sutojo, 1996).

2. Aspek Teknis dan Teknologis

Aspek teknis dan teknologis merupakan salah satu aspek penting dalam proyek dan berkenaan dengan proses pembangunan industri secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Berdasarkan analisis aspek teknis dan teknologis dapat diketahui rancangan awal penaksiran biaya investasi. Analisis teknis berhubungan dengan input proyek berupa barang dan jasa dan menguji hubungan-hubungan teknis yang memungkinkan dalam suatu proyek yang diusulkan serta mengidentifikasi perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam informasi selama perencanaan dan tahap pelaksanaan. Analisis teknis secara spesifik mencakup analisis terhadap ketersediaan bahan baku, proses produksi, mesin dan peralatan, perancangan aliran bahan, analisis keterkaitan antar aktivitas, jumlah mesin dan peralatan, keperluan tenaga kerja, penentuan luas pabrik, dan perancangan tata letak pabrik (Husnan dan Muhammad, 2000).

Sutojo (1996) menyebutkan bahwa evaluasi aspek teknis dan teknologis mencakup beberapa hal di bawah ini:

1. Penentuan lokasi proyek, yaitu lokasi dimana suatu proyek akan didirikan, baik untuk pertimbangan lokasi maupun lahan proyek. Peubah-peubah yang perlu diperhatikan antara lain iklim dan keadaan tanah, fasilitas transportasi, ketersediaan tenaga kerja, tenaga listrik dan air, keadaan dan sikap masyarakat, dan rencana masa depan perusahaan untuk perluasan. Penentuan lokasi proyek harus memperhatikan faktor-faktor antara lain iklim dan keadaan tanah, fasilitas transportasi, ketersediaan tenaga kerja, tenaga listrik, air, sikap masyarakat, serta rencana pengembangan industri ke depan. Hal lain yang perlu diperhatikan yaitu letak konsumen potensial atau pasar sasaran, letak bahan baku, dan peraturan pemerintah.

(16)

19 2. Penentuan kapasitas produksi ekonomis yang merupakan volume atau jumlah satuan produk yang dihasilkan selama waktu tertentu. Kapasitas produksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efisiensi operasi prouek yang akan didirikan. Kapasitas produksi ditentukan berdasarkan perpaduan hasil penelitian berbagai macam komponen evaluasi, yaitu perkiraan jumlah penjualan produk di masa yang akan datang atau kemungkinan pasar yang akan diraih, kemungkinan pengaduan bahan baku, bahan pembantu dan tenaga kerja, serta tersedianya mesin dan peralatan di pasar sesuai dengan teknologi yang diterapkan.

3. Pemilihan teknologi yang tepat yang dipengaruhi oleh kemungkinan pengadaan tenaga ahli, bahan baku dan bahan pembantu, kondisi alam dan lainnya tergantung proyek yang didirikan.

4. Penentuan proses produksi yang akan dilakukan dan tata letak pabrik yang dipilih, termasuk tata letak bangunan dan fasilitas lain. Tata letak pabrik merupakan alat efektif untuk menekan biaya produksi dengan cara menghilangkan atau mengurangi sebesar mungkin semua aktivitas yang tidak produktif (Machfud dan Agung, 1990).

Penjelasan mengenai evaluasi aspek teknis dan teknologis dapat dijelaskan secara rinci berikut ini.

a. Penentuan lokasi proyek

Lokasi merupakan hal yang penting bagi pendirian suatu perusahaan karena akan mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Perusahaan yang didirikan tanpa pertimbangan lokasi yang ekonomis, mengalami kesulitan dalam menjamin kelangsungan hidupnya. Penentuan lokasi yang kurang tepat merupakan salah satu penyebab perusahaan beroperasi secara tidak efisien dan efektif, sehingga biaya produksi menjadi tinggi. Oleh karena itu dalam penentuan lokasi suatu industri diperlukan suatu pengkajian terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas dari industri tersebut. Lokasi suatu industri sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah, letak sumber bahan baku, daerah pemasaran, serta faktor lingkungan.

Menurut Assauri (1999), faktor-faktor yang mempengaruhi analisis lokasi suatu industri dapat digolongkan menjadi faktor-faktor utama dan faktor-faktor

(17)

20 sekunder. Faktor-faktor utama akan berpengaruh secara langsung terhadap kegiatan-kegiatan produksi dan distribusi dari industri yang akan didirikan. Faktor-faktor utama tersebut meliputi letak dari pasar, letak dari sumber bahan baku, tingkat biaya dan ketersediaan fasilitas pengangkutan, biaya ketersediaan tenaga kerja, dan adanya pembangkit listrik.

Menurut Apple (1990), ciri-ciri tata letak yang baik diantaranya adalah keterkaitan kegiatan yang terencana, pola lairan yang terencana, aliran bahan yang lurus, pemindahan bahan antar operasi minimum, metode pemindahan yang terencana, jarak pemindahan yang minimum, tata letak yang dapat disesuaikan dengan perubahan, penempatan yang tepat untuk fasilitas pelayanan produksi dan pemindahan ulang bahan yang minimum.

Pola aliran bahan merupakan salah satu langkah yang penting dalam perencanaan fasilitas. Pola aliran dapat dikelompokkan menjadi pola aliran di dalam tempat kerja, pola aliran dalam fasiltas dan aliran antar fasilitas. Menurut Birchfield (1988), terdapat tiga bentuk umum tata letak ruang kerja, yaitu garis lurus, bentuk U, dan bentuk L, dimana setiap bentuk memiliki peruntukkannya sendiri. Bentuk garis lurus sering digunakan untuk mengefisienkan waktu dan pergerakan. Bentuk U akan memberikan area yang cukup, namun jumlah waktu terbuang lebih banyak karena pergerakan pekerja untuk masuk dan keluar ruangan. Analisa aliran bahan sangat diperlukan dalam merancang suatu tata letak industri atau pabrik. Penentuan aliran bagi manajemen, material, aliran bahan, distribusi fisik dan logistik merupakan salah satu langkah dalam perencanaan fasilitas yang sangat penting terutama penentuan pola aliran bahan.

Menurut Heizer dan Render (1993), peta keterkaitan kegiatan atau disebut juga relationship chart, merupakan suatu cara untuk menunjukkan aliran departemen. Peta keterkaitan kegiatan serupa dengan peta dari-ke, tapi tidak seperti peta dari-ke yang berisis data perpindahan material, peta ini berisikan tanda kualitatif yang menggambarkan hubungan antar departemen. Analisis terhadap peta ini memperlihatkan departemen-departemen yang harus berdekatan dan departemen-departemen yang tidak boleh berdekatan. Untuk membantu menentukan kegiatan yang haru diletakkan pada suatu tempat, telah ditetapkan

(18)

21 satu pengelompokkan derajat kedekatan, yang diikuti dengan tanda bagi toap derajat kedekatan tadi (Heizer dan Render, 1993).

Keterkaitan antar aktivitas dan hasil dari proses perancangan kegiatan tersebut adalah dalam bentuk bagan dan diagram keterkaitan antar kegiatan, yang secara sistematis telah menunjukkan bagaimana kedudukan (letak atau lokasi) suatu kegiatan (ruang) tertentu dikaitkan dengan kegiatan (ruang) yang lain (Apple, 1990).

3. Aspek Manajemen

Manajemen adalah suatu cara penggunaan sumber daya yang ada dengan pengaturan yang baik sehingga tujuan yang dimaksud dapat tercapai (Ariyoto,1990). Menurut Husnan dan Muhammad (2000), hal yang perlu dipelajari dalam aspek manajemen adalah manajemen selama masa pembangunan proyek yang meliputi pelaksanaan proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, aktor yang melakukan studi setiap aspek dan manajemen dalam operasi. Manajemen dalam operasi meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, struktur organisasi, deskripsi jabatan, jumlah tenaga kerja yang akan dipergunakan dan anggota direksi serta tenaga-tenaga terinci.

Aspek manajemen dan organisasi dapat digolongkan menjadi dua, seperti dijelaskan di bawah ini:

a. Manajemen proyek, yaitu pengelolaan kegiatan yang terkait dengan mewujudkan gagasan sampai menjadi hasil proyek berbentuk fisik.

b. Manajemen operasi, yaitu menangani kegiatan operasi dan produksi fasilitas hasil proyek (Soeharto, 2000).

Aspek manajemen dan organisasi dapat dikelompokkan menjadi manajemen proyek, yaitu pengelolaan kegiatan yang berkaitan dengan mewujudkan gagasan sampai menjadi hasil proyek berbentuk fisik, manajemen operasi atau produksi fasilitas hasil proyek. Lingkup manajemen organisasi meliputi pengelolaan kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan memproduksi barang atau memberikan pelayanan. Mulai dari usaha mendapatkan sumber daya, mengkonversikan masukan menjadi produk atau pelayanan yang

(19)

22 diinginkan. Masukan tersebut dapat terdiri dari bahan mentah, tenaga kerja, material, energi, dan waktu.

Melalui proses pemurnian katekin dan tanin terjadi nilai tambah dari bahan mentah gambir asalan menjadi produk katekin dan tanin. Untuk menjaga agar kualitas produk sesuai dengan standar mutu maka di berbagai titik proses produksi dilakukan pemeriksaan. Secara garis besar lingkup kegiatan operasi adalah sebagai berikut: (1) identifikasi jenis dan lingkup kegiatan operasi fasilitas proyek, (2) menyusun organisasi pengelola, (3) membuat deskripsi pekerjaan (job description) posisi kunci, (4) Merekrut dan melatih personil, (5) menjalankan operasi (Soeharto, 2000).

Aspek manajemen operasional adalah suatu fungsi atau kegiatan manajemen yang meliputi perencanaan organisasi, staffing, koordinasi, pengarahan dan pengawasan terhadap operasi perusahaan (Umar, 2005). Manajemen operasi meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih, stuktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, jumlah tenaga kerja yang digunakan, anggota direksi, dan tenaga-tenaga lainnya (Husnan dan Muhammad, 2000).

4. Aspek Legalitas

Aspek legalitas merupakan salah satu aspek penting dalam pendirian sebuah industri karena menyangkut hukum yang mengatur tingkah laku kegiatan usaha yang bersangkutan. Untuk menampung aspirasi dalam mencapai tujuan usaha diperlukan suatu wadah untuk melegalkan kegiatan. Dalam evaluasi yuridis, salah satu pokok pengamatan yang merupakan kekuatan yang menunjang gagasan usaha adalah izin-izin yang harus dimiliki karena izin usaha merupakan syarat legalisasi usaha (Ariyoto, 1990).

Aspek legalitas atau yuridis berguna untuk kelangsungan hidup proyek dalam rangka meyakinkan kreditur dan investor bahwa proyek yang akan dibuat sesuai dengan peraturan yang berlaku (Umar, 2005). Menurut Husnan dan Muhammad (2000), dalam pengkajian aspek yuridis atau hukum, hal yang perlu diperhatikan meliputi bentuk badan usaha yang akan digunakan dan berbagai akte, sertifikat, serta izin yang diperlukan.

(20)

23 5. Aspek Lingkungan

Pembangunan suatu industri hendaknya tetap memperhatikan kepentingan manusia dan lingkungannya. Pembangunan industri yang baik adalah pembangunan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan tersebut dapat terwujud apabila semua komponen dalam perusahaan mengerti pentingnya menjaga keseimbangan lingkungan dalam setiap tahapan proses produksinya. Menurut Umar (2005), kajian aspek lingkungan hidup bertujuan untuk menentukan dapat dilaksanakannya industri secara layak atau tidak dilihat dari segi lingkungan hidup. Hal-hal yang berkaitan dengan aspek lingkungan antara lain peraturan dan perundang-undangan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal) dan kegunaannya dalam kajian pendirian industri dan pelaksanaan proses pengelolaan dampak lingkungan.

6. Aspek Finansial

Evaluasi aspek finansial dilakukan untuk memperkirakan jumlah dana yang diperlukan. Selain itu dipelajari struktur pembiayaan serta sumber dana yang menguntungkan (Djamin, 1984).

Aspek finansial dilakukan setelah selesai evaluasi aspek lain dalam rencana investasi proyek selesai dilaksanakan. Analisis finansial adalah perbandingan antara pengeluaran dengan pemasukan suatu proyek dengan melihat dari sudut badan atau orang yangmenanamkan modalnya dalam proyek tersebut memberikan sumbangan atau rencana yang positif dalam pembangunan ekonomi nasional (Kadariah et al., 1978).

Dari aspek finansial dapat diperoleh gambaran tentang struktur permodalan bagi perusahaan yang mencakup seluruh kebutuhan modal untuk dapat melaksanakan aktivitas mulai dari perencanaan sampai pabrik beroperasi. Secara umum, biaya dikelompokkan menjadi biaya investasi dan biaya modal kerja. Biaya investasi meliputi pembiayaan kegiatan prainvestasi, pengadaan tanah, bangunan, mesin dan peralatan, berbagai aset tetap, serta biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pembangunan proyek. Biaya kerja meliputi biaya produksi (bahan baku,tenaga kerja, overhead pabrik, dan lain-lain), biaya

(21)

24 administrasi, biaya pemasaran, dan penyusutan. Kemudian dilakukan penilaian aliran dana yang diperlukan dan kapan dana tersebut dapat dikembalikan sesuai dengan jumlah waktu yang ditetapkan, serta apakah proyek tersebut menguntungkan atau tidak (Edris, 1993).

Modal investasi dalam analisis finansial dibagi menjadi dua, yaitu modal tetap dan modal kerja. Modal tetap dipergunakan antara lain untuk pembiayaan kegiatan pra investasi, pengadaan tanah, bangunan, mesin dan peralatan, serta biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pembangunan proyek serta pengadaan dana modal tetap itu sendiri (Sutojo, 1996).

Untuk menghindari salah perhitungan karena timbulnya hal-hal yang tidak dapat diduga sebelumnya, maka ditambahkan biaya lain-lain atau biaya yang biasa disebut dengan biaya kontingensi. Nilai yang lazim digunakan dalam menghitung biaya kontingensi adalah sebesar 10 persen (Sutojo, 1996).

Penyusutan merupakan pengalokasian biaya investasi suatu proyek pada setiap tahun sepanjang umur proyek tersebut. De Garmo et al. (1984) menyatakan bahwa metode yang sering digunakan yaitu metode garis lurus dimana perhitungan penyusutan didasarkan pada asumsi bahwa penurunan nilai peralatan atau bangunan berlangsung secara konstan selama umur pemakaian. Rumus untuk menghitung penyusutan berdasarkan metode garis lurus adalah sebagai berikut:

D =

(

)

Dimana:

D = Biaya penyusutan tiap tahun P = Harga awal (Rp)

S = Harga akhir (Rp)

L = Perkiraan umur ekonomis (tahun)

Menurut Gray et al. (1993) untuk mencari ukuran yang menyeluruh sebagai dasar penerimaan atau penolakan suatu proyek telah dikembangkan berbagai cara yang dinamakan kriteria investasi. Beberapa kriteria investasi yang sering digunakan adalah Net Present Value, Internal Rate of Return, Net Benefit Cost Ratio, Pay Back Period, dan Analisis Sensitivitas.

(22)

25 1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) adalah metode untuk menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dan nilai sekarang penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal cash flow) di masa yang akan datang pada tingkat bunga tertentu (Husnan dan Muhammad, 2000 dan Hernanto, 1991). Menurut Gray et al. (1993), formula yang digunakan untuk menghitung NPV adalah sebagai berikut.

dengan Bt = keuntungan pada tahun ke-t Ct = biaya pada tahun ke-t i = tingkat suku bunga (%)

t = periode investasi (t = 0,1,2,3,…,n) n = umur ekonomis proyek

Proyek dianggap layak dan dapat dilaksanakan apabila NPV > 0. Jika NPV < 0, maka proyek tidak layak dan tidak perlu dijalankan. Jika NPV sama dengan nol, berarti proyek tersebut mengembalikan persis sebesar opportunity cost faktor produksi modal.

2. Internal Rate of Return (IRR)

Internal rate of return (IRR) adalah discount factor pada saat NPV sama dengan nol dan dinyatakan dalam persen (Gray et al., 1993). Menurut Sutojo (1996), IRR merupakan tingkat bunga yang bilamana dipergunakan untuk mendiskonto seluruh kas masuk pada tahun-tahun operasi proyek akan menghasilkan jumlah kas yang sama dengan investasi proyek. Tujuan perhitungan IRR adalah mengetahui persentase keuntungan dari suatu proyek tiap tahunnya. Menurut Kadariah et al. (1999), rumus IRR adalah sebagai berikut.

dengan NPV (+) = NPV bernilai positif

IRR = ( )+

( )

( ) ( )[( ) - ( )]

NPV = −

(23)

26 NPV (-) = NPV bernilai negatif

i(+) = discount factor yang membuat NPV positif i(-) = discount factor yang membuat NPV nrgatif Proyek layak dijalankan bila nilai IRR besar atau sama dengan dari nilai discount factor.

3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Perhitungan net B/C dilakukan untuk melihat berapa kali lipat manfaat yang diperoleh dari biaya yang dikeluarkan (Gray et al.,1993). Formulasi perhitungan net B/C adalah sebagai berikut.

Jika net B/C bernilai lebih dari satu, berarti NPV > 0 dan proyek layak dijalankan, sedangkan jika net B/C kurang dari satu, maka proyek sebaiknya tidak dijalankan (Kadariah et al., 1999).

4. Break Even Point (BEP)

Break Even Point atau titik impas merupakan titik dimana total biaya produksi sama dengan pendapatan. Titik impas menunjukkan bahwa tingkat produksi sama besarnya dengan biaya produksi yang dikeluarkan.

5. Pay Back Period (PBP)

Payback period merupakan kriteria tambahan dalam analisis kelayakan meliputi periode waktu yang diperlukan dalam melunasi seluruh pengeluaran investasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai PBP adalah sebagai berikut.

Net B/C =

∑ −

(1 + )

(24)

27 Dengan n = periode investasi pada saat nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (tahun)

m = nilai kumulatif Bt-Ct negatif yang terakhir (Rp) Bn = manfaat bruto pada tahun ke-n (Rp)

Cn = biaya bruto pada tahun ke-n (Rp) PBP = n +

Gambar

Tabel 3. Komponen Hasil dan Produktivitas Masing-Masing Genotipe Gambir
Tabel 6. Komponen-Komponen yang Terdapat dalam Gambir

Referensi

Dokumen terkait

Varietas Bangkok menunjukkan hasil jumlah daun tertinggi yaitu 61,25 helai dan terendah pada varietas Hapsari dengan jumlah 47,57 helai, semua varietas kangkung darat

Sedangkan jika diberikan dalam bentuk HLS (diekstrak), tidak ada perbedaan pengaruh terhadap hasil biomassa di antara keempat bahan yang digunakan, meskipun demikian

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari tingkat pengungkapan informasi CSR, size, dan pro fi tabilitas terhadap informativeness of earnings yang dalam hal ini

Perkembanga titik panas atas hotspot pada hari ini pukul 17.00 WIB berdasarkan pantauan citra satelit NOAA-18 total Sumatera 1 titik dan Riau Nihil, Confidance 70% Riau

Stok pengetahuan ditempatkan sebagai salah satu faktor produksi yang semakin meningkat, sehingga tingkat pertumbuhan ekonomi setiap negara dapat terus

Packet Loss terjadi ketika satu paket data atau lebih yang melintasi sebuah jaringan computer gagal mencapai tujuannya. Packet loss dibedakan sebagai salah satu

✓ V : Vital, obat-obatan yang harus ada dan penting untuk kelangsungan hidup, yang masuk golongan obat-obat ini adalah obat penyelamat (life saving drug), obat-obatan untuk

Point 2 persyaratan peserta memiliki Surat ijin tempat usaha (SITU)…mohon di tambahi menjadi memiliki Surat ijin tempat usaha (SITU) atau surat keterangan