TREND DAN ISSUE TENTANG LANJUT USIA DAN
TREND DAN ISSUE TENTANG LANJUT USIA DAN
DASAR HUKUM PELAYANAN LANJUT USIA
DASAR HUKUM PELAYANAN LANJUT USIA
OLEH
OLEH
KELOMPOK I :
KELOMPOK I :
NI
NI PUTU PUTU PUTRI PUTRI CHANDRA CHANDRA PARAMITA PARAMITA P07120015P07120015081081 KADEK
KADEK GITHA GITHA MAYASWARI MAYASWARI P07120015108P07120015108
TINGKAT 3.3
TINGKAT 3.3
POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
POLTEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI DIII
TAHUN 2017/2018
TAHUN 2017/2018
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
“Om Swastyastu” “Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas berkat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami Hyang Widhi Wasa atas berkat dan karunia-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Trend dan Issue tentang lanjut usia,Trend dan Issue tentang lanjut usia, dan Dasar Hukum Pelayanan Lansia”
dan Dasar Hukum Pelayanan Lansia” pada mata pada mata kuliah Keperawatan kuliah Keperawatan Gerontik Gerontik didi Politeknik Kesehatan Denpasar ini tepat pada waktunya.
Politeknik Kesehatan Denpasar ini tepat pada waktunya.
Makalah ini telah kami susun berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai Makalah ini telah kami susun berkat bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak
pihak sehingga sehingga dapat dapat terselesaikan. terselesaikan. Untuk Untuk itu itu dalam dalam kesempatan kesempatan ini ini kamikami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama penyusunan makalah ini.
selama penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan kemampuan p
keterbatasan kemampuan penulis, enulis, sehingga masih jauh sehingga masih jauh dari kata sempurna. dari kata sempurna. OlehOleh karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, karena itu, kami membutuhkan kritik dan saran dari semua pihak yang membaca, sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini untuk memperbaiki sehingga kami dapat menyempurnakan makalah ini untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan agar bisa lebih baik lagi.
kekurangan-kekurangan agar bisa lebih baik lagi. “Om Santih, Santih, Santih, Om”
“Om Santih, Santih, Santih, Om”
Denpasar, 4 September 2017 Denpasar, 4 September 2017
Penulis Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I ... 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan Tulisan ... 2 1.4 Manfaat Tulisan ... 2 BAB II ... 3 PEMBAHASAN ... 3 2.1. Pengertian Lansia ... 3
2.2. Batasan Usia Lanjut ... 4
2.3. Pengertian Gerontologi ... 5
2.4. Keperawatan Gerontik ... 6
2.5. Trend dan Issue tentang Lanjut Usia ... 9
2.6. Dasar Hukum Pelayanan Lansia ... 15
BAB III ... 17
PENUTUP ... 17
3.1 Simpulan ... 17
3.2 Saran ... 18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut World Health Organization (2014), proporsi penduduk di atas 60 tahun di dunia tahun 2000 sampai 2050 akan berlipat ganda dari sekitar 11% menjadi 22%, atau secara absolut meningkat dari 605 juta menjadi 2 milyar lanjut usia. Peningkatan jumlah lanjut usia juga terjadi di negara Indonesia. Persentase penduduk lanjut usia tahun 2008, 2009 dan 2012 telah mencapai di atas 7% dari keseluruhan penduduk, dengan spesifikasi 13,04% berada di Yogyakarta, 10,4% berada di Jawa Timur, 10,34% berada di Jawa Tengah, dan 9,78% berada di Bali (Susenas, 2012). Penduduk lanjut usia terbesar di Yogyakarta berasal dari Kabupaten Sleman, yaitu berkisar 135.644 orang atau 12,95% dari jumlah penduduk Sleman (Pemkab Sleman, 2015).
Meningkatnya populasi usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut membutuhkan pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka usaha mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif (UU No. 23 Tahun 1992 Pasal 19 tentang Kesehatan. Menurut Susenas (2012), usia harapan hidup lanjut usia pada tahun 2000 adalah 64,5 tahun. Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun. Menurut Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Sleman tahun 2014, usia harapan hidup lanjut usia di Yogyakarta mencapai 74 tahun dan untuk Kabupaten Sleman mencapai 2 76,08 tahun (laki-laki 73,46 tahun dan perempuan 77,12 tahun), yang menjadi angka harapan hidup tertinggi nasional.
Meningkatnya jumlah lanjut usia dan umur harapan hidup berdampak besar terhadap kesehatan masyarakat, terlebih dengan perubahan- perubahan yang dialami lanjut usia dari berbagai sistem tubuh, baik dari segi fisik, psikologis, sosial dan spiritual (Wirahardja dan Satya, 2014).
trend dan issue tentang lanjut usia, serta dasar hukum pelayanan untuk lanjut usia sehingga dapat memahami masalah-masalah yang dialami lanjut usia dewasa ini.
1.2 Rumusan Masalah
1.1.1 Apakah definisi dari lansia? 1.1.2 Berapakah batasan usia lanjut? 1.1.3 Apakah definisi dari gerontologi? 1.1.4 Apakah definisi keperawatan gerontik? 1.1.5 Bagaimanakah trend dan issue lanjut usia? 1.1.6 Apa sajakah dasar hukum pelayanan lansia?
1.3 Tujuan Tulisan
1.1.7 Mengetahui tujuan tulisan 1.1.8 Mengetahui batasan usia lanjut 1.1.9 Mengetahui definisi gerontology
1.1.10 Mengetahui definisi keperawatan gerontik 1.1.11 Memahai trend dan issue lanjut usia
1.1.12 Memahami dasar hukum pelayanan lansia
1.4 Manfaat Tulisan
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penulisan makalah ini dapat menambah kajian pustaka mengenai trend dan issue tentang lansia serta dasar hukum pelayanan lansia 1.4.2 Manfaat Praktis
Makalah ini dapat dijadikan sebagai pedoman awal bagi mahasiswa keperawatan atau tenaga kesehatan (perawat) yang nantinya dapat dipraktikan di lingkungan masyarakat
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Lansia
Berdasarkan pengertian lanjut usia secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009). Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO seseorang disebut lanjut usia (elderly) jika berumur 60-74 tahun. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad, Guru Besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran usia 65 tahun keatas disebut masa lanjut usia atau senium.
Lansia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia dan ditandai oleh gagalnya seorang untuk mempertahankan kesetimbangan kesehatan dan kondisi stres fisiologis nya. Lansia juga berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup dan kepekaan secara individual. Selain pengertian lansia secara umum diatas, terdapat juga beberapa pengertian lansia menurut para ahli.
Usia lanjut juga dapat dikatakan sebagai usia emas karena tidak semua orang dapat mencapai usia lanjut tersebut, maka jika seseorang telah berusia lanjut akan memerlukan tindakan keperawatan yang lebih, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati
masa usia emas serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia.
Selain pengertian tadi, ada juga beberapa pengertian lansia menurut para ahli. Berikut ini beberapa pengertian lansia menurut beberapa ahli:
1. Pengertian Lansia Menurut Smith (1999): Lansia terbagi menjadi tiga, yaitu:young old (65-74 tahun); middle old (75-84 tahun); dan old old (lebih dari 85 tahun).
2. Pengertian Lansia Menurut Setyonegoro: Lansia adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi ke dalam 70-75 tahun
3. Pengertian Lansia Menurut UU No. 13 Tahun 1998: Lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.
4. Pengertian Lansia Menurut WHO: Lansia adalah pria dan wanita yang telah mencapai usia 60-74 tahun.
5. Pengertian Lansia Menurut Sumiati AM: Seseorang dikatakan masuk usia lansia jika usianya telah mencapai 65 tahun ke atas.
2.2. Batasan Usia Lanjut
Seperti yang telah di sebutkan tadi di atas, ada beberapa standar atau batasan orang di katakana lansia. Di sini kami menyebutkan batasan usia
dari WHO, batasan lansia di indonesia dan menurut ahli
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan
Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi:
1. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) = antara 60 sampai 74 tahun. 3. Lanjut usia tua (old) = antara 75 sampai 90 tahun. 4. Sangat tua (very old) = diatas 90 tahun.
Batasan umur lansia menurut Menurut Setyonegoro
Menurut Setyonegoro, batasan lansia adalah sebagai berikut :
1. Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18/20-25 tahun
2. Usia dewasa penuh (medlle years) atau maturitas usia 25-60/65 tahun 3. Lanjut usia (geriatric age) usia > 65/70 tahun, terbagi atas :
o Young old (usia 70-75) o Old (usia 75-80)
o Very old (usia >80 tahun)
Menurut Bee (1996) bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut :
1. Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun) 2. Masa dewasa awal (usia 26-40 tahun) 3. Masa dewasa tengah (usia 41-65 tahun) 4. Masa dewasa lanjut (usia 66-75 tahun)
5. Masa dewasa sangat lanjut (usia > 75 tahun)
Batasan umur lansia di Indonesia
Di Indonesia, batasan mengenai lanjut usia yaitu 60 tahun ke atas, dimana ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia pada Bab1 Pasal 1 Ayat 2. Menurut Undang-Undang tersebut di atas lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas, baik pria maupun wanita.
2.3.Pengertian Gerontologi
Gerontologi berasal dari kata geros yang berarti lanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari tentang lanjut usia dengan masalah-masalah yang terjadi pada lansia yang meliputi aspek biologis, sosiologis, psikologis, dan ekonomi. Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah ( scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). Menurut Miller (2004), gerontologi merupakan cabang ilmu yg mempelajari proses manuan dan masalah yg mungkin terjadi pada lansia. Geriatrik adalah salah satu cabang dari gerontologi dan medis yang mempelajari khusus aspek kesehatan dari usia lanjut, baik yang ditinjau dari segi promotof, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang mencakup kesehatan badan, jiwa, dan sosial, serta penyakit cacat (Tamher&Noorkasiani, 2009).
Gerontologi adalah suatau pendekatan ilmiah dari berbagai aspek proses penuaan, yaitu biologis, psikologis, social, ekonomi, kesehatan,
lingkungan dan lain-lain. Menurut kozier (1987), gerontologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek penuaan. Menurut Miller (1990), gerontologi adalah Ilmu yang memperlajari proses menua dan masalah yang mungkin terjadi pada lansia.
Gerontologi adalah suatu ilmu yang memperlajari proses penuaan dan maslaah yang akan terjadi pada lansia (kozier,1987). Dalam referensi lain dikatakan gerontology merupakan suatu pendekatan ilmiah dari berbagai proses penuaan yaitu kesehatan, social, ekonomi , prilaku,
lingkungan dan lain-lain (Depkes RI, 2000).
Pada tahun 1995 WHO menggariskan bahwa focus pembinaan bagi usia lanjut adalah upaya promotif dan meminimalkan ketergantungan pada usia lanjut.
2.4. Keperawatan Gerontik
Keperawatan gerontik adalah istilah yang diciptakan oleh Laurie Gunter dan Carmen Estes pada tahun 1979 untuk menggambarkan bidang ini. Namun istilah keperawatan gerontik sudah jarang ditemukan di literature (Ebersole et al, 2005). Gerontic nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan menghibur. Istilah ini belum diterima secara luas, tetapi beberapa orang memandang hal ini lebih spesifik. Menurut Nugroho (2006), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Menurut para ahli, istilah yang paling menggambarkan keperawatan pada lansai adalah gerontological nursing karena lebih menekankan kepeada kesehatan ketimbang penyakit. Menurut Kozier (1987), keperawatan gerontik adalah praktek perawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua. Menurut Lueckerotte (2000) keperawatan gerontik adalah ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lansia yang berfokus pada pengkajian kesehatan dan status
fungsional, perencanaan, implementasi serta evaluasi.
Adapun tujuan dari gerontologi adalah (Maryam, 2008):
1. Membantu individu lanjut usia memahami adanya perubahan pada dirinya berkaitan dengan proses penuaan
2. Mempertahankan, memelihara, dan meningkatkan derajat kesehatan lanjut usia baik jasmani, rohani, maupun social secara optimal
3. Memotivasi dan menggerakkan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan lanjut usia
4. Memenuhi kebutuhan lanjut usia sehari-hari
5. Mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari 6. Mempercepat pemulihan atau penyembuhan penyakit
7. Meningkatkan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat, sesuai dengan keberadaannya dalam masyarakat
Tujuan dari geriatrik menurut Maryam (2008) adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan derajat kesehatan pada lanjut usia pada taraf yang setinggi-tingginya sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan 2. Memelihara kondisi kesehatan dengan akticitas fisik dan mental
3. Merangsang para petugas kesehatan untuk dapat mengenal dan menegakkan diagnosis yang tepat dan dini bila mereka menemukan kelainan tertentu
4. Mencari upaya semaksimal mungkin agar para lanjut usia yang menderita suatu penyakit atau gangguan, masih dapat mempertahankan kebebasan yang maksimal tanpa perlu suatu pertolongan (memelihara kemandirian secara maksimal)
5. Bila para lanjut usia sudah tidak dapat disembuhkan dan bila mereka sudah sampai pada stadium terminal, ilmu ini mengajarkan untuk tetap memberi bantuan yang simpatik dan perawatan dengan penuh pengertian (dalam akhir hidupnya, memberi bantuan moral dan perhatian yang maksimal sehingga kematiannya berlangsung dengan
Tujuan keperawatan gerontik adalah memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, serta membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai melalui ilmu dan teknik keperawatan gerontik (Maryam, 2008).
Fungsi Perawat Gerontik
Perawat memiliki banyak fungsi dalam memberikan pelayanan prima dalam bidang gerontik. Menurut Eliopoulus (2005), fungsi dari perawat gerontologi adalah :
1. Guide persons of all ages toward a healthy aging process (membimbing orang pada segala usia untuk mencapai masa tua yang sehat)
2. Eliminate ageism (menghilangkan perasaan takut tua)
3. Respect the tight of older adults and ensure other do the same (menghormati hak orang yang lebih tua dan memastikan yang lain melakukan hal yang sama)
4. Overse and promote the quality of service delivery (memantau dan mendorong kualitas pelayanan)
5. Notice and reduce risks to health and well being (memerhatikan serta menguragi resiko terhadap kesehatan dan kesejahteraan)
6. Teach and support caregives (mendidik dan mendorong pemberi pelayanan kesehatan)
7. Open channels for continued growth (membuka kesempatan untuk pertumbuhan selanjutnya)
8. Listen and support (mendengarkan dan member dukungan)
9. Offer optimism, encouragement and hope (memberikan semangat, dukungan, dan harapan)
10. Generate, support, use, and participate in research (menghasilkan, mendukung, menggunakan, dan berpartisipasi dalam penelitian)
11. Implement restorative and rehabilitative measures (melakukan perawatan restorative dan rehabilitative)
12. Coordinate and managed care (mengoordinasi dan mengatur perawatan)
13. Asses, plan, implement, and evaluate care in an individualized, holistic maner (mengkaji, merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi perawatan individu dan perawatan secara menyeluruh)
14. Link service with needs (memberikan pelayanan sesuai kebutuhan) 15. Nurtuere futue gerontological nurses for advancement of the speciality
(membangun masa depan perawat gerontik untuk menjadi ahli dibidangnya)
16. Understand the unique physical, emotical, social, spiritual aspect of each other (saling memahami keunikan pada aspek fisik, emosi, social, dan spiritual)
17. Recognize and encourage the appropriate management of ethical concern (mengenal dan mendukung manajemen etika yang sesuai dengan tempatnya bekerja)
18. Support and comfort through the dying process (memberikan dukungan dan kenyamanan dalam menghadapi proses kematian)
19. Educate to promote self care and optimal independence (mengajarkan untuk meningkatkan perawatan mandiri dan kebebasan yang optimal)
2.5. Trend dan Issue tentang Lanjut Usia
Pada tahun 2000 jumlah lansia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2002 menjadi sebesar 11,34% (BPS,1992). Data Biro Sensus Amerika Serikat memperkirakan Indonesia akan mengalami pertambahan warga lanjut usia terbesar di seluruh dunia pada tahun 1990-2025, yaitu sebesar 414% (Kinsella dan Taeuber,1993).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat (1999), jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau lebih diperkirakan hamper mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050, saat
penduduk oleh Biro Pusat Statistik menggambarkan bahwa antara tahun 2050-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita yaitu sekitar 19 juta jiwa atau 8,5% dari seluruh jumlah penduduk.
Seiring dengan berkembangnya Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang cukup baik, maka makin tinggi pula harapan hidup penduduknya. Diperkirakan harapan hidup orang Indonesia dapat mencapai 70 tahun pada tahun 2000. Kesejahteraan penduduk usia lanjut karena kondisi fisik dan/atau mentalnya tidak memungkinkan lagi untuk berperan dalam pembangunan, maka lansia perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah dan masyarakat
(GBHN, 1993).
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh instansi pemerintah diantaranya pelayanan kesehatan, sosial, ketenagakerjaan dan lainnya telah dikerjakan pada berbagai tingkatan, yaitu tingkat individu lansia, kelompok lansia, keluarga, Panti Sosial Tresna Wreda (PSTW), Sarana pelayanan kesehatan tingkat dasar (primer), tingkat pertama (sekunder), tingkat lanjutan, (tersier) untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada lansia.
Masalah Kesehatan Gerontik
Masalah kehidupan sexual
Adanya anggapan bahwa semua ketertarikan seks pada lansia telah hilang adalah mitos atau kesalahpahaman. (parke, 1990). Pada kenyataannya hubungan seksual pada suami isri yang sudah menikah dapat berlanjut sampai bertahun-tahun. Bahkan aktivitas ini dapat dilakukan pada saat klien sakit aau mengalami ketidakmampuan dengan cara berimajinasi atau menyesuaikan diri dengan pasangan masing-masing. Hal ini dapat menjadi tanda bahwa maturitas dan kemesraan antara kedua pasangan sepenuhnya normal. Ketertarikan terhadap hubungan intim dapat terulang antara pasangan dalam membentuk ikatan fisik dan emosional secara mendalam selama masih mampu melaksanakan.
Perubahan prilaku
Pada lansia sering dijumpai terjadinya perubahan perilaku diantaranya: daya ingat menurun, pelupa, sering menarik diri, ada kecendrungan penurunan merawat diri, timbulnya kecemasan karena diri nya sudah tidak
menarik lagi, lansia sering menyebabkan sensitivitas emosional seseorang yang akhinya menjadi sumber banyak masalah.
Pembatasan fisik
Semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama dibidang kemampuan fisik yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan – peranan sosialnya. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya ganggun di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunan yang memerlukan bantuan orang lain.
Palliative care
Pemberian obat pada lansia bersifat palliative care adalah obat tersebut ditunjukan untuk mengurangi rasa sakit yang dirasakan oleh lansia. Fenomena poli fermasi dapat menimbulkan masalah, yaitu adanya interaksi obat dan efek samping obat. Sebagai contoh klien dengan gagal jantung dan edema mungkin diobatai dengan dioksin dan diuretika. Diuretik berfungsi untu mengurangi volume darah dan salah satu efek sampingnya yaitu keracunan digosin. Klien yang sama mungkin mengalami depresi sehingga diobati dengan antidepresan. Dan efek samping inilah yang menyebaban ketidaknyaman lansia.
Pengunaan obat
Medikasi pada lansia memerlukan perhatian yang khusus dan merupakan persoalan yang sering kali muncul dimasyarakat atau rumah sakit.
Persoalan utama dan terapi obat pada lansia adalah terjadinya perubahan fisiologi pada lansia akibat efek obat yang luas, termasuk efek samping obat tersebut. (Watson, 1992). Dampak praktis dengan adanya perubahan
usia ini adalah bahwa obat dengan dosis yang lebih kecil cenderung diberikan untuk lansia. Namun hal ini tetap bermasalah karena lansia sering kali menderita bermacam-macam penyakit untuk diobati sehingga mereka membutuhkan beberapa jenis obat. Persoalan yang dialami lansia dalam pengobatan adalah :
Bingung
Lemah ingatan
Penglihatan berkurang Tidak bias memegang
Kurang memahami pentingnya program tersebut unuk dipatuhi dan
dijalankan
Kesehatan mental
Selain mengalami kemunduran fisik lansia juga mengalami kemunduran mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan soialnya akan semakin berkurang dan dapat mengakibatkan berkurangnya intregrasi dengan
lingkungannya.
Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
1. Azas
Menurut WHO (1991) adalah to Add life to the Years that Have Been Added to life, dengan prinsip kemerdekaan (independence), partisipasi (participation), perawatan (care), pemenuhan diri (self
fulfillment), dan kehormatan (dignity).
Azas yang dianut oleh Departemen Kesehatan RI adalah Add life to the Years, Add Health to Life, and Add Years to Life, yaitu meningkatkan mutu kehidupan lanjut usia, meningkatkan kesehatan, dan memperpanjang usia.
2. Pendekatan
Menurut World Health Organization (1982), pendekatan yang digunakan adalag sebagai berikut :
Menikmati hasil pembangunan (sharing the benefits of social
development)
Masing-masing lansia mempunyai keunikan (individuality of
aging persons)
Lansia diusahakan mandiri dalam berbagai hal (nondependence) Lansia turut memilih kebijakan (choice)
Memberikan perawatan di rumah (home care)
Pelayanan harus dicapai dengan mudah (accessibility)
Mendorong ikatan akrab antar kelompok/ antar generasi (engaging
the aging)
Transportasi dan utilitas bangunan yang sesuai dengan lansia
(mobility)
Para lansia dapat terus berguna dalam menghasilkan karya
(productivity)
Lansia beserta keluarga aktif memelihara kesehatan lansia (self
help care and family care)
3. Jenis pelayanan
Jenis pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi lim upaya kesehatan, yaitu Promotif, prevention, diagnosa dini dan pengobatan, pembatasan kecacatan, serta pemulihan.
Promotif
Upaya promotif juga merupakan proses advokasi kesehatan untuk meningkatkan dukungan klien, tenaga profesional dan masyarakat terhadap praktek kesehatan yang positif menjadi norma-norma sosial. Upaya perlindungan kesehatan bagi lansia sebagai berikut :
a Mengurangi cedera
b Meningkatkan keamanan di tempat kerja
Meningkatkan perlindungan dari kualitas udara yang buruk
Preventif
1. Mencakup pencegahan primer, sekunder dan tersier. Contoh pencegahan primer : program imunisasi, konseling, dukungan nutrisi, exercise, keamanan di dalam dan sekitar rumah, menejemen stres, menggunakan medikasi yang tepat.
2. Melakukakn pencegahan sekuder meliputi pemeriksaan terhadap penderita tanpa gejala. Jenis pelayanan pencegahan sekunder: kontrol hipertensi, deteksi dan pengobatan kanker, skrining : pemeriksaan rektal, mamogram, papsmear, gigi, mulut.
3. Melakukan pencegahan tersier dilakukan sesudah gejala penyakit dan cacat. Jenis pelayanan mencegah berkembangnya gejala dengan memfasilisasi rehabilitasi, medukung usaha untuk mempertahankan kemampuan anggota badan yang masih bnerfungsi
Rehabilitatif
Prinsip dari rehabilitatif :
1. Pertahankan lingkungan aman
2. Pertahankan kenyamanan, istirahat, aktifitas dan mobilitas 3. Pertahankan kecukupan gizi
4. Pertahankan fungsi pernafasan 5. Pertahankan aliran darah
6. Pertahankan kulit
7. Pertahankan fungsi pencernaan
8. Pertahankan fungsi saluran perkemihaan 9. Meningkatkan fungsi psikososial
10. Pertahankan komunikasi
2.6. Dasar Hukum Pelayanan Lansia
UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Upaya Peningkatan
Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Keppres No 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Komda Lansia dan Pemberdayaan Masyarakat dalam penanganan lansia di daerah
Peraturan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman
Pelayanan Sosial Lanjut Usia.
UU No. 4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo. UU No.14 tahun 1969 tentang Ketentuan Pokok Mengenai Tenaga Kerja UU No.6 tahun 1974 tentang Ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial UU No.3 tahun 1982 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja
UU No.2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional UU No. 2 tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
UU No.4 tahun 1992 tentang Perumahan dan Pemukiman
UU No.10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtera
UU No.11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan
PP No.21 tahun 1994 tentang Penyelenggaraan Pembangunan Keluarga
Sejahtera
PP No.27 tahun 1994 tentang Pengelolaan Perkembangan Kependudukan UU No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia (tambahan lembaran
negara Nomor 3796) sebagai pengganti UU No.4 tahun 1965 tentang Pemberian Bantuan bagi Orang Jompo.
UU No. 13 tahun 1998 ini berisikan antara lain :
o Hak, kewajiban, tugas, serta tanggung jawab pemerintah,
masyarakat, dan kelembagaan.
o Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lansia potensial dan tidak
potensial
o Pelayanan terhadap lansia o Perlindungan sosial
o Bantuan sosial o Koordinasi
o Ketentuan pidana dan sanksi administrasi o Ketentuan peralihan
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pengertian lanjut usia secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun keatas (Effendi dan Makhfudli, 2009). Batasan umur lansia menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) antara 75 sampai 90 tahun sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Gerontologi merupakan pendekatan ilmiah ( scientific approach) terhadap berbagai aspek dalam proses penuaan (Tamher&Noorkasiani, 2009). Gerontic nursing berorientasi pada lansia, meliputi seni, merawat, dan menghibur. Nugroho (2006), gerontik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan lanjut usia dengan segala permasalahannya, baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Masalah Kesehatan Gerontik meliputi masalah kehidupan sexual, perubahan prilaku, pembatasan fisik, palliative care, pengunaan obat, kesehatan mental. Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi azas, pendekatan, dan jenis pelayanan kesehatan yang diterima.
Dasar hukum pelayanan lansia meliputi UU Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2004 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia, Keppres No 52 Tahun 2004 tentang Komisi Nasional Lanjut Usia, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 60 Tahun 2008 tentang Pedoman Pembentukan Komda Lansia dan Pemberdayaan Masyarakat dalam penanganan lansia di daerah, Peraturan Menteri Sosial Nomor 19 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan UU No. 13 tahun 1998.
3.2 Saran
Diharapkan mahasiswa agar dapat meningkatkan pemahamannya terhadap materi mengenai trend dan issue tentang lanjut usia dan dasar hukum pelayanan lanjut usia. Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya dan menambah pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA
Effendi & Mukhfudli. 2009. Keperawatan Komunitas : Teori dan Praktek dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Elliopolous, C. 2005. Gerontologic Nursing. Jakarta : Erla ngga
Maryam, R siti.2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakatra: Salemba medika
Pengertian Lansia dan Batasan Usia . 2016. (http://www.referensibebas.com/2016/03/pengertian-lansia-dan-batasan-lanjut.html) diakses tanggal 4 september 2017.
Situart dan Sundart. 2001. Keperawatan Medikal Bedah 1. Jakarta: EGC
http://dinnyanggraini.mahasiswa.unimus.ac.id/2015/11/18/keperawatan-gerontik/ Tamher, S & Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dan Pendekatan Asuhan