• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DI INDONESIA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Dharyanto: Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) di Indonesia

TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY

LAUNDERING) DI INDONESIA

Ikang Dharyanto

ABSTRACT

Money laundering is the use of money derived from illegal activity by concealing the identity of the individuals who obtained the money and con-verting it to assets that appear to have come from a legitimate source.

It can simplify things by saying that money laundering is a process to make dirty money appear to be clean. The appearance part is very impor-tant, because under American Law, dirty money is never "clean", no matter how many times it goes through the rinse and spin cycle."

Keywords: the use of money, illegal activity, assets, legitimate source, process, concealing, Money Laundering.

Pendahuluan

Istilah money laundering atau di In-donesia diterjemahkan sebagai pen-cucian uang mulai dikenal di Amerika Serikat sekitar tahun 1930-an. Waktu itu, sebuah organisasi kejahatan membeli perusahaan pencucian pakaian (laundry) sebagai tempat memutihkan uang yang didapat dari bisnis illegal seperti pelacuran, perjudian dan penjualan minuman keras.

Beberapa puluh tahun kemudian, sekitar tahun 1984, mencuat kasus

pizza connection, yaitu terjadi aliran dana sekitar US$ 600 juta dari berbagai restoran pizza di AS ke bank-bank di Swiss dan Italia yang berasal dari kegiatan illegal. Sejak saat itu juga dikenal istilah narco dollar, untuk uang hasil perdagangan heroin, kokain dan ganja di Amerika Serikat.

Peristiwa-peristiwa itu kemudian memunculkan istilah money launder-ing yang didefinisikan sebagai proses perubahan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan melawan hukum menjadi asset keuangan yang sah.

"John Madinger, Sydney A. Zaiopany, Money Laundry: a Guide for General Investigators, Florida, 1999, hal. 13.

(2)

Dharyanto: Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) di Indonesia

Money laundering yang tergolong kejahatan kerah putih (white colar crime) 2) ini memang sulit dibuktikan, tapi tidak bisa dipungkiri menjadi bagian yang integral dari dunia kejahatan.

Mantan Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Michael Camdessus pernah me-nyatakan, kegiatan money laundering di dunia telah mencapai 2-5% pendapatan bruto atau sekitar $45 = 600 miliar.3'

Data terakhir yang dilansir Price Water House Coopers (PWC) menge-mukakan pencucian uang yang terjadi saat ini berkisar antara US$ 500 miliar- 1,5 triluan pertahun di seluruh dunia.

Proses pencucian uang bisa terjadi melalui 3 tahap, yaitu:

a. Penempatan (placement) dengan menempatkan uang haram dalam sistem keuangan bank melalui simpanan maupun deposito. b. Pelapisan (layering), pada tahap

ini sudah terjadi pemindahan dana 21 White Collar Crime adalah kejahatan yang dilakukan oleh "businessman" yang berkaitan dengan kegiatan bisnisnya sehari-hari (A. Hamzah, Hukum Pidana Ekonomi).

y' Koran Tempo, 20 Agustus 2003, hal. 5.

Law Review. Fakullas Hukum Universilas Peli

dari rekening yang satu ke rekening yang lain melalui transaksi yang kompleks atau membuka rekening fiktif.

c. Penggabungan (integration), uang haram sudah masuk dalam sistem keuangan dan berbagai institusi bisnis formal dan terlihat legal.

Pencucian uang tidak hanya melibatkan lembaga penyedia keuangan seperti bank dan asuransi, tapi juga bisa melalui agen real es-tate, kasino dan permainan judi lainnya, pedagang logam mulia, serta dealer barang antik, dealer mobil, dan penjual barang mewah dan berharga.

Beberapa titik lemah dalam kegiatan pencucian uang sehingga aktivitasnya bisa dideteksi adalah masuknya dana tunai dalam sistem keuangan, membawa uang tunai melewati batas negara, transfer antar sistem keuangan, transfer dari sistem keuangan luar sistem keuangan, pengambilalihan saham dan asset lainnya, dan penggabungan perusahaan serta pembentukan kelompok usaha baru.

(3)

Dharyanto: Tindak Pidana Pencucian (Jang (Money Laundering) di Indonesia Currency Smuggling Checks, monet Instruments.^fSsets, Loans Placement Mechanism

Elicit activity criminal organization

Cash

Wire transfi :rs, checks Checks/monetary

instruments>Joans, assets

Checks, Monc tary Instrument

Layering Mechanism

Integration Mechanism

Wire transfe rs, checks

Wire transfer, checks, other monetary instruments

Bagan: Model money laundering cycle 4) Money Laundering di Indonesia

Pada saat ini tingkat money laundering di Indonesia sudah sangat tinggi.

Menurut daftar Hitam FATF {Finan-cial Action Task Force) Indonesia ada di peringkat 9, FATF itu sendiri merupakan satuan tugas yang dibentuk khusus untuk melawan kegiatan pencucian uang internasional negara yang tidak kooperatif dalam pembe-rantasan pencucian uang, ini dapat diketahui dari gelar yang diberikan oleh FATF kepada Indonesia yaitu Non

Co-operative Countries and Territories, akibat dari ini semua adalah adanya ancaman akan diberlakukannya Pa-triot Act 311 oleh negara superpower AS, yaitu UU yang mewajibkan semua perusahaan di negeri AS untuk mengambil tindakan terhadap negara yang dianggap merugikan ekonomi Amerika Serikat. Selain itu, masih ada lagi yang lain, yaitu Counter Measures yang merupakan tindakan balas berupa sanksi internasional terhadap transaksi keuangan suatu negara, yang diberikan oleh FATF.

•"John Madinger, Sydney A. Zaiopany, Money Laundering: a Guide for Criminal Investigators, Florida, 1999.

(4)

Dharyanto: Tindak Pidana Pencucian (Jung (Money Laundering) di Indonesia

Untuk menghindari ini semua kemudian pemerintah Indonesia mengesahkan UU No. 15/2002 tentang tindak pidana pencucian uang.

Berdasarkan UU No. 15/2002, kemudian pemerintah membentuk suatu lembaga baru untuk memberes-kan semua urusan yang berkaitan dengan pencucian uang, yaitu PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan). Wewenang dari lembaga ini adalah untuk meminta dan menerima laporan dari penyedia jasa keuangan, meminta informasi mengenai perkembangan penyidikan atau penuntutan terhadap tindak pidana pencucian uang yang telah dilaporakan kepada penyidik atau penuntut umum, melakukan audit terhadap penyedia jasa keuangan mengenai kepatuhan kewajiban sesuai yang diatur dalam UU No. 15/2002 dan memberikan pengecualian kewajiban pelaporan mengenai transaksi keuangan yang dilakukan secara tunai.

Meskipun pemerintah telah mengesahkan UU No. 15/2002 dan membentuk PPATK, ini bukan merupakan jaminan Indonesia akan dapat lepas dari sanksi-sanksi yang ditetapkan oleh FATF.

Alasannya adalah belum sem-purnanya UU No. 15/2002 ini dapat dilihat dari nilai nominal Rp. 500 juta dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pencucian uang, adanya jenis kejahatan yang belum dimasukkan dalam kategori pencucian uang, yaitu perjudian dan jangka waktu pelaporan jika ada transaksi yang dicurigai selama 14 hari dianggap terlalu lama. Selain itu, dalam UU ini belum ada ketentuan yang mengatur larangan pemberian informasi laporan transaksi yang mencurigakan serta belum adanya ketentuan mengenai ketentuan imbal balik dalam penanganan tindak pidana pencucian uang. Dengan adanya kelemahan-kelemahan dalam UU ini, Indonesia tetap dikategorikan sebagai negara yang tidak kooperatif, berdasarkan pertemuan tahunan FATF tanggal 12-14Februari 2003.

Dengan kenyataan seperti ini maka pemerintah kemudian membuat UU No. 25 Tahun 2003 tentang perubah-an-perubahan terhadap UU No. 15/ 2002, yang antara lain memuat: a. Cakupan pengertian Penyedia

Jasa Keuangan diperluas tidak hanya bagi setiap orang yang menyediakan jasa di bidang

(5)

Dharyanto: Tindak Pidana Pencucian Vang (Money Laundering) di Indonesia

keuangan tetapi juga meliputi jasa lainnya yang terkait dengan keuangan. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi pelaku tindak pidana pencucian uang yang memanfaatkan bentuk Penyedia Jasa Keuangan yang ada di masyarakat namun belum diwajib-kan menyampaidiwajib-kan laporan transaksi keuangan dan sekaligus mengantisipasi munculnya bentuk Penyedia Jasa Keuangan baru yang belum diatur dalam UU No.

15Tahun2002.

b. Pengertian Transaksi Keuangan Mencurigakan diperluas dengan mencantumkan transaksi keuang-an ykeuang-ang dilakukkeuang-an atau batal dilakukan dengan menggunakan Harta Kekayaan yang diduga berasal dari hasil tindak pidana. c. Pembatasan jumlah hasil tindak

pidana sebesarRp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) atau lebih, atau nilai yang setara yang diperoleh dari tindak pidana dihapus, karena tidak sesuai dengan prinsip yang berlaku umum bahwa untuk menentukan suatu perbuatan dapat dipidana tidak tergantung pada besar atau

44 Law Review, Fakultas Hukum Universii

kecilnya hasil tindak pidana yang diperoleh.

d. Cakupan tindak pidana asal (predicate crime) diperluas untuk mencegah berkembangnya tindak pidana yang menghasilkan Harta Kekayaan dimana pelaku tindak pidana berupaya menyembunyi-kan atau menyamarmenyembunyi-kan asal-usul hasil tindak pidana namun perbuatan tersebut tidak dipidana. Berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait yang mempidana tindak pidana asal antaralain:

- UU No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika;

- UU No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika;

- UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi;

- UU No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantas-an Tindak PidPemberantas-ana Korupsi.

(6)

Dharyanto: Tindak Pidana Pencucian Uang (Money Laundering) di Indonesia

e. Jangka waktu penyampaian laporan Transaksi Keuangan Mencurigakan dipersingkat, yang semula 14 (empat belas) hari kerja menjadi tidak lebih dari 3 (tiga) hari kerja setelah Penyedia Jasa Keuangan Mencurigakan. Hal ini dimaksudkan agar Harta Kekaya-an yKekaya-ang diduga berasal dari hasil tindak pidana dan pelaku tindak pidana pencucian uang dapat segera dilacak.

f. Penambahan ketentuan baru yang menjamin kerahasiaan penyusun-an dpenyusun-an penyampaipenyusun-an laporpenyusun-an Transaksi Keuangan Mencuriga-kan yang disampaiMencuriga-kan kepada PPATK atau penyidik (anti- tip-ping off). Hal ini dimaksudkan antara lain untuk mencegah berpindahnya hasil tindak pidana dan lolosnya pelaku tindak pidana pencucian uang sehingga me-ngurangi efektifitas pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.

g. Ketentuan kerja sama bantuan timbal balik di bidang hukum (mu-tual legal assistance) dipertegas agar menjadi dasar bagi penegak hukum Indonesia menerima dan

memberikan bantuan dalam rangka penegakan hukum pidana pencucian uang. Dengan adanya ketentuan kerja sama bantuan timbal balik merupakan bukti bahwa Pemerintah Indonesia memberikan komitmennya bagi komunitas internasional untuk bersama-sama mencegah dan memberantas tindak pidana pencucian uang. Kerja sama internasional telah di lakukan dalam forum yang tidak hanya bilateral namun juga regional dan multilat-eral sebagai strategi untuk memberantas kekuatan ekonomi para pelaku kejahatan yang tergabung dalam kejahatan yang terorganisir.

Namun demikian pelaksanaan kerja sama bantuan timbal balik harus tetap memperhatikan hukum nasional masing-masing negara serta kepentingan nasional dan terutama tidak bertentangan dengan UUD Negara RI Tahun 1945.

Dengan adanya amandemen UU pencucian uang ini yang disahkan pada tanggal 13 Oktober 2003. maka Indo-nesia akhirnya dapat lolos dari sanksi isolasi lembaga keuangan internasional.

(7)

Kesimpulan

Dalam usaha pemberantasan pencucian uang ini, dibutuhkan kerjasama dan partisipasi semuapihak terkait.

Oleh karena itu, PPATK dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya haruslah didukung oleh DPR dan instansi-instansi terkait lainnya, seperti Bapepam, Bank Indonesia, Depar-temen Keuangan dan yang lainnya. Pemberantasan pencucian uang ini sangat sulit, karena pada umumnya melibatkan para pihak yang mem-punyai kekuatan dan kekuasaan. Oleh sebab itu pemberantasan ini perlu dilakukan sampai "akar-akarnya" agar tidak membuat negara kita ini jatuh ke dalam "lubang neraka", seperti krisis ekonomi ke dua, pemutusan investasi di Indonesia, dikucilkan oleh negara di dunia.

Marilah kita bekerja sama mencegah hal tersebut terjadi karena negara Indonesia akan semakin terpuruk tanpa adanya kerjasama antara pemerintah dengan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Hamzah, A. 1996, Hukum Pidana Ekonomi, Erlangga, Jakarta. Madinger, Joh. 1999. Money

Laun-dering: a Guide for Criminal In-vestigators, Florida.

Koran Tempo, 20 Agustus 2003. Koran Tempo, 17 September 2003. www.hukum online.com

Referensi

Dokumen terkait

Ukuran dalam, lebar dan tempat galian untuk pemasangan pipa dan peralatannya, serta bangunan yang termasuk di dalam pekerjaan ini harus dibuat sesuai gambar rencana.. Patokan

Peminat kesenian Reog di Kabupaten Ponorogo saat ini sudah mulai berkurang yang ditunjukkan dengan adanya beberapa sanggar Reog yang masih bertahan sampai sekarang, seperti

• Melindungi orang tersebut dari kemungkinan mengalami kondisi sulit/ tertekan yang lebih buruk lagi apalagi ketika dirasakan situasi yang dihadapi cenderung mengancam/ tidak

Kegiatan pembelajaran secara daring ini pada dasarnya sangat beragam, antara lain dapat dilaksanakan melalui google classroom, zoom, tv edukasi, belajar

Kualitas air pada lokasi penelitian pada Tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hanya pada settling pond 1 pH hampir normal, hal ini karena pengaruh treatment yang dilakukan namun

Media selektif adalah media biakan yang mengandung paling sedikit satu bahan yang dapat menghambat perkembang biakan mikroorganisme yang tidak diinginkan dan membolehkan

2011).. terletak pada obyek yang diteliti sama-sama meneliti tentang keputusan nasabah. Sedangkan yang membedakan adalah penelitian yang di atas subjek yang diteliti hanya

Memenuhi  Seluruh  penerimaan  bahan  baku  meubel  unfinish  di  masing‐masing  anggota  KUB  Sukses  Abadi  dilengkapi  dengan  bukti  serah  terima  dan