Kelompok 3 Page 1
1. Skenario
Didi, laki-laki, usia 9 bulan, dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan batuk dan sukar bernafas disertai demam, sejak dua hari yang lalu dan hari ini keluhannya bertambah berat.
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: Tampak sakit berat, kesadaran: kompos mentis,
RR: 68x/menit, nadi: 132x/menit, regular, suhu: 38,6°C Panjang badan: 72 cm, berat badan: 8,5 kg.
Keadaan spesifik:
Kepala: nafas cuping hidung (+) Thoraks: Paru:
Inspeksi : simetris, retraksi intercostals, supraclavicula
Palpasi: stemfremitus kiri=kanan
Perkusi: redup pada basal kedua lapangan paru Auskultasi: peningkatan suara vesikuler, ronki basah
halus nyaring, tidak dijumpai wheezing. Pemeriksaan lain dalam batas normal
Informasi tambahan : tidak ada riwayat atopi keluarga
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb: 11,9 gr/dl, Ht: 34 vol%, Leukosit: 15.000/mm³, LED: 18 mm/jam, trombosit: 220.000/mm³, hitung jenis : 0/2/1/75/20/2, CRP (-)
Pemeriksaan Radiologi:
Kelompok 3 Page 2
2. Klarifikasi Istilah
1. Batuk: ekspulsi udara yang tiba-tiba sambil mengeluarkan suara dari paru-paru untuk mengeluarkan benda asing yang masuk kesaluran nafas bawah
2. Sukar bernafas: kesulitan bernafas karena ganggguan ventilasi, ditandai dengan adanya nafas cuping hidung, peningkatan frekuensi nafas dan penggunaan otot2 pernafasan tambahan
3. Sakit berat: keadaan dimana seseorang tidak mampu melakukan aktifitas sehari-hari
4. Retraksi Intercostal : tertariknya otot-otot intercostal, subcostal, surasternal akibat meningkatnya pemakaian otot-otot leher dan dada sebagai usaha untuk bernafas
5. Napas cuping hidung : mengembang dan mengempisnya hidung akibat adanya kesulitan bernafas; pembesaran dari lubang hidung ketika bernapas, yang menunjukkan bahwa dibutuhkan tenaga ektra untuk bernapas
6. Ronkhi basah halus nyaring : suara pernafasan abnormal yang terdengar pada auskultasi menunjukan berbagai keadaan patologis duktus alveolus, bronkiolus dan bronkus halus
7. Bunyi vesikuler : bunyi napas disaat suara inspirasi lebih panjang dan lebih kuat daripada ekspirasi
Kelompok 3 Page 3
3. Identifikasi Masalah
1. Didi, anak laki-laki berusia 9 bulan dibawa ibunya ke dokter dengan keluhan batuk dan sukar bernapas sejak 2 hari yang lalu dan hari ini bertambah berat.
2. Hasil pemeriksaan Fisik
i. Keadaan umum : Tampak sakit berat, Kesadaran kompos mentis, RR : 68x/menit, HR : 132 x/menit, reguler, suhu : 38,60C, panjang badan : 72 cm, berat badan 8,5 kg.
ii. Keadaan spesifik :
1. Kepala: Napas cuping hidung (+) 2. Toraks: Paru:
Inspeksi : simetris, retraksi intercostal, supraclavikula
Palpasi : stemfremitus kiri=kanan
Perkusi : redup pada basal kedua lapgn paru Auskultasi : peningkatan suara napas vesikuler,
ronkhi basah halus nyaring, tidak di jumpai wheezing
Pemeriksaan lain dalam batas normal
Informasi tambahan: riwayat atopi (-) dalam keluarga 3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Hb 11,9 gr/dl, Ht 34%, Leukosit : 15.000/mm3, LED : 18 mm/jam, Trombosit : 220.000 mm3, Hitung jenis : 0/2/1/75/20/2
4. Hasil Pemeriksaan Radiologi
Kelompok 3 Page 4
4. Analisis Masalah
1. Apa penyebab umum batuk, sukar bernafas dan demam pada anak? ► Jawab:
- Batuk
Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas yang merupakan gejala flu
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) Alergi
Asma atau tuberculosis
Benda asing yang masuk kedalam saluran napas Tersedak akibat minum susu
Menghirup asap rokok dari orang sekitar
- Sukar bernafas
Penumpukan cairan dalam rongga paru Penyakit obstruksi jalan nafas
Imobilisasi diagfragma Retriksi volume dada
Kelainan sistem kardiovaskuler
Gangguan fungsi pengangkutan oksigen Allergen (jamur, serbuk, zat kimia, dll) Iinhalasi debu, asap
penyakit saluran nafas (asma bronkial, bronkitis, dll) Penyakit parenkimal
Emboli paru
- Demam
Kelompok 3 Page 5 Non infeksi : autoimun, neoplasma, obat-obatan, kanker,
tumor
Demam fisiologis
2. Mengapa keluhan yang dialami Didi bertambah berat?
► Jawab:
Keluhan bertambah berat menandakan bahwa respon imun pasien belum terlalu kompeten dalam menghadapi proses yang menyebabkan timbulnya keluhan. Selain itu, pengobatan yang tidak adekuat juga akan mengakibatkan keluhan bertambah berat. Keluhan bertambah berat dalam waktu dua hari menggambarkan bahwa penyakit yang dialami termasuk keadaan akut.
3. Apa perbedaan batuk pada orang dewasa dan pada anak? ► Jawab:
Mekanisme batuk pada orang dewasa dan anak sama saja. Namun, pada anak refleks batuk belum terlalu matur. Pada saat baru lahir, diduga refleks batuk dimediasi oleh refleks primitif (laringeal chemoreflex). Selain itu, pada anak biasanya respon imunolginya terhadap lipopolisakarida berbeda dengan respon yang ada pada orag dewasa. Pada anak juga maturasi saluran pernapasan, otot-otot pernapasan, struktur dinding dada, releks respirasi, dan kontrol respirasi belum tercapai dengan sempurna. Pada orang dewasa juga terlihat bahwa kegelisahan dapat memicu batuk, hal yang tidak ditemukan pada anak-anak.
4. Bagaimana derajat sukar bernafas pada anak? ► Jawab:
● Grade I : tidak ada dyspnea atau karena aktivitas biasa ● Grade II : dypnea dengan aktivitas sedang (menangis,
Kelompok 3 Page 6 ● Grade III : dyspnea dengan aktivitas minimal seperti saat
menyusui
● Grade IV : dypsnea saat istirahat
5. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas pemeriksaan fisik?
Tabel 1. Interpretasi Pemeriksaan Fisik Manifestasi
klinis
Kasus Normal Interpretasi
KU Tampak sakit berat, kompos
mentis
Tidak sakit, sadar sepenuhnya Abnormal BB 8,5 kg 7,0-9,2 kg Normal Pjg Badan 72 cm 66-72,3 cm Normal PR 132 x/menit regular (6-12 bulan) 80-120 x/menit Takikardia, akibat kompensasi RR 68 x/menit (6-12 bulan) 25-40x/menit Tachypnea Suhu 38,6˚C 36-37,5˚C < 35 = hipotermia 37,9-38,2 = subfebris 38,3-41,5 = febris > 41,6 = Demam febris
Kelompok 3 Page 7 6. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas pemeriksaan
laboratorium?
hiperpireksia
Nafas cuping hidung
+ - Kompensasi dari tubuh
untuk membantu proses pernafasan; peningkatan usaha respirasi keras (khas
pada bronkopneumonia anak)
Retraksi intercostal, subclavikula
√ - Kompensasi dari tubuh
untuk membantu proses pernafasan; terjadinya tarikan abnormal pada saat
inspirasi Perkusi redup pada basal kedua lapangan paru √ - Ada infeksi yg menyebabkan konsolidasi paru sehingga berkurangnya hantaran gelombang suara Suara napas Vesikuler ↑ Normal Adanya kerusakan bronkus,
bronkiolus, alveolus yang cukup luas
Ronki basah halus nyaring
√ - Merupakan suara napas
tambahan beupa vibrasi terputus putus akibat getaran yg terjadi krn
Kelompok 3 Page 8 Normal Anak Pasien Keterangan
Hb 10.5-13 gr/dl 11,9 gr/dl Normal
Ht 33-38 vol% 34 vol% Normal
Leukosit 6000-17000/ mm3 15.000/mm3 Terjadi peningkatan leukositosis LED Westergreen: 0-20 mm/jam Wintrobe: 0-13 mm/jam 18 mm/jam Normal Trombosit 150.000 - 400.000 mm3 220.000 mm3 Normal
Hitung Jenis Basofil: 0-1 Eusinofil: 1-3 Batang: 3-5 Segmen: 54-62 Limfosit: 25-33 Monosit: 3 - 7 0/2/1/75/20/2 Normal Normal Rendah Tinggi Rendah Turun CRP (-)
7. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormalitas pemeriksaan radiologi?
Kelompok 3 Page 9
Bronkopneumonia kanan (RML) PA
Bronkopneumonia bilateral PA
Gambaran radiologis bronkopneumonia: mempunyai bentuk difus bilateral dengan peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah.Tampak infiltrate peribronkial yang semi opak dan inhomogen di daerah hilus yang menyebabkan batas jantung menghilang (silhoute sign). Tampak juga air bronkogram, dapat terjadi nekrosis dan kavitas pada parenkim paru. Pada keadaan yang lebih lanjut dimana semakin banyak alveolus yang telibat maka gambaran opak menjadi terlihat homogeny.
Kelompok 3 Page 10 Infiltrat interstitial, ditandai dengan peningkatan corakan bronkovaskuler,
peribronchial cuffing, dan hiperaerasi
Infiltrat alveolar, merupakan konsolidasi paru-paru dengan air bronchogram
Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.
8. Apa DD penyakit pada kasus ini?
► Bronkopneumonia, bronkiolisis akut, bronkitis akut Diagnosis Banding Dyspnea berat Dema m tinggi Batuk produkti f Rales sianosi s Nasa l flare retraks i Redup pada perkus i WB C ↑ Bronkopneum onia ++ + + + (ronki basah halus + + + + +
Kelompok 3 Page 11 nyaring)
Bronkitis akut + Dema m ringan + - (wheezing ) - + jarang - + Bronkiolilis akut ++ Dema m ringan + - (wheezing ) + + + -(hipers onor) +
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang diperlukan?
► Jawab:
● Analisis gas darah ● Uji serologis
● Pemeriksaan mikrobiologis ● Uji tuberkulin
10. Bagaimana cara mendiagnosis dan WD? ► Jawab:
● Anamnesis
Pada anamnesis didapatkan bahwa pasien mengalami demam, batuk dan sukar bernapas
● Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik (gejala klinis): RR: 68x/menit Pneumonia
Retraksi intercostal dan suprasternal Sukar bernafas Suhu 38,6oC
Kelompok 3 Page 12 Rongki basah halus Infiltrat di bronkiolus, duktus alveolaris
● Pemeriksaan radiologi
Infiltrat pada parahilar Bronkopneumonia
Diagnosis kerja : Bronkopneumonia
11. Apa etiologi dan faktor resiko? ► Jawab:
Mikroorganisme penyebab pneumonia menurut umur:
Umur Penyebab yang sering Penyebab yang jarang
Lahir-20 hari Bakteria
Escherichia colli Listeria monocytogenes Bakteria Haemophillus influenzae Streptococcus pneumoniae Ureaplasma urealyticum Virus 3 minggu- 3 bulan Bakteria Clamydia trachomatis Streptococcus pneumoniae Virus Bakteria Bordetella pertusis Haemophillus influenza
type B and non typeable
Moxarella catarrhalis Staphylococcus aureus
Kelompok 3 Page 13 virus and 3 Ureaplasma urealyticum Virus 4 bulan-5 tahun Bakteria Streptococcus pneumoniae Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae Virus virus Bacteria Haemophillus influenza type B Moxarella catarrhalis Neisseria meningitis Staphylococcus aureus Virus 5 tahun- remaja Bakteria Clamydia pneumoniae Mycoplasma pneumoniae Streptococcus pneumoniae Bakteria Haemophillus influenza type B Legionella species Staphylococcus aureus Virus
Kelompok 3 Page 14 virus
Faktor resiko pneumonia anak 1. Faktor anak
Umur
Jenis kelamin
Riwayat bayi berat lahir rendah (BBLR) Pemberian ASI
Status gizi Status imunisasi Defisiensi vitamin A
Pemberian makanan terlalu dini 2. Faktor orang tua
Pendidikan ibu Pengetahuan ibu Sosial ekonomi 3. Faktor lingkungan
Polusi udara di dalam rumah Kepadatan hunian
Ventilasi rumah Kondisi fisik rumah
12. Bagaimana epidemiologi kasus ini?
Kelompok 3 Page 15 ● Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak berusia dibawah lima tahun.
● Diperkirakan hamper seperlima kematian anak diseluruh dunia, lebih kurang dua juta anak balita, meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. ● Di negara 4 musim, banyak terdapat pada musim dingin sampai awal musim semi, di negara tropis pada musim hujan
13. Bagaimana anatomi, fisiologi dan histologi sistem respirasi pada anak?
► Jawab:
Perbedaan anatomi, fisiologi dan histologi sistem pernapasan anak dengan sistem pernapasan dewasa:
- Ukuran organ pernapasan. Pada anak-anak, ukuran organ pernapasan lebih kecil, ukuran ini akan bertambah seiring dengan perjalanan usia
- Jumlah alveolus. Jumlah alveolus pada anak-anak lebih sedikit karena setelah lahir, alveolus akan terus mengalami
pertambahan jumlah.
- Respon iritasi mukosa sistem respirasi masih kurang bila dibandingkan dengan orang dewasa hingga mekanisme pembersihan jalan napas berkurang.
- Respon batuk pada dinding saluran pernapasan masih belum sempurna sehingga juga mempengaruhi mekanisme
pembersihan jalan napas
- Perkembangan beberapa bagian di alveolus, yaitu pores of
kohn, yang merupakan media koneksi intraalveolar belum
berkembang dengan sempurna sehingga mekanisme ventilasi kolateral belum dapat berfungsi sebagaimana pada orang dewasa. Selain itu, channel of Lambert dan Pathway of Martin yang masing-masing merupakan media koneksi
bronkiolus-Kelompok 3 Page 16 alveolar dan interbronkiolar juga belum berkembang dengan sempurna.
14. Bagaimana patogenesis kasus ini? ► Jawab :
Mikroorganisme terhisap ke paru bagian perifer melalui saluran rerpiratori edema akibat reaksi jaringan) yang mempermudah proliferasi dan penyebaran kuman ke jaringan sekitarnya
konsolidasi pada bagian paru yang terkena (yaitu terjadi serbukan
sel PMN,fibri,eritosit,cairan edema,dan ditemukannya kuman di alveoli) disebut stadium hepatisa merah deposisi fibrin semakin bertambah,terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang cepat (stadium hepatisa kelabu) peningkatan jumlah makrofag di alveoli, sel mengalami degenerasi, fibrin menipis, kuman dan debris menghilang (stadium
resolusi); sistem bronkopulmoner jaringan paru yang tidak terkena akan tetap normal
Kelompok 3 Page 17 Stimulasi refleks batuk BATUK - Rongki basah halus nyaring - Suara vesikuler ↑ - Infiltrat parahilar - Perkusi redup Ventilasi ↓
↑ Aktivitas pusat pernapasan ↑ Kontraksi otot-otot pernapasan m.Intercostales eksternus m.sternocleido -mastoideus m.scalenus Retraksi supraclavicular Retraksi intercostal Sesak napas RR ↑ ↑ Sekresi mediator Inflamasi: IL1, TNF α, TGF β, IL 12, IL 4, IL5,IFN γ, dll
↑ Kemotaksis ↑ lisis sel yang terinfeksi ↑ Efektivitas kerja makrofag ↑ Aktivasi neutrofil, basofil ↑↑ sekresi mediator inflamasi ↑ Eksudat Edema Inhalasi patogen Patogen masuk hingga alveolus ↑ Mek. Pertahanan alveolus Mek. Pertahanan sal. Napas bayi
<<
Aktivasi makrofag alveolus
Aktivasi sist.komplemen
↑ Prod. Prot. SP-A epitel alveoulus tipe I
↑ Opsonisasi Sist. Kolateral ventilasi belum sempurna
Infeksi menyebar ke bronkiolus ↑ Mekanisme pertahanan bronkiolus ↑ Eksudat di bronkiolus Leukositosis, neutofil ↑
Kelompok 3 Page 18 16. Apa manifestasi klinik kasus ini?
► Jawab:
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut:
Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan, keluhan gastrointestinal sperti mual muntah atau diare; kadang-kadang ditemukan gejala infeksi ekstrapulmoner
Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak nafas, retraksi dada, takipneu, napas cuping hidung, air hunger, merintih dan sianosis
Pada pemeriksaan fisis dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi, suara sapas melemah dan ronki
17. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?
► Jawab:
Rawat inap rumah sakit untuk kasus bronkopneumonia (berat) 1. Tatalaksana suportif
- Terapi oksigen
- Pembersihan jalan nafas - Terapi cairan (infus)
- Demam antipiretik 100 mg, 3-4 kali sehari; intravena 2. Tatalaksana pneumonia (Usia=9 bulan, BB=8,5kg)
Pemberian antibiotic 7-10 hari, injeksi IV tidak bisa dikasih obat oral karena sesak (stop oral sementara) :
● Antibiotic spectrum luas,
(ampicilin dan klorampenikol / ampicilin dan gentamisin) - Ampicilin 100mg / kgBB / hari
- Klorampenikol > 6 bulan : 50-75 mg/kgBB/hari = 3x200 mg per hari
Kelompok 3 Page 19 18. Bagaimana prognosis kasus ini?
► Jawab:
- Quo et vitam : bonam - Quo et fungsionam : bonam
Dengan pemberian antibiotika yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat diturunkan sampai kurang dari 1 %. Anak yang berada dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat menunjukan mortalitas yang lebih tinggi.
19. Apa komplikasi dari kasus ini?
► Jawab:
- empiema torasis (tersering pada pneumonia bakteri) - perikarditis purulenta
- pneumotoraks
- atau infeksi ekstrapulmoner seperti meningitis purulenta
20. Bagaimana preventif yang dapat dilakukan?
► Jawab:
Pencegahan pneumonia pada anak merupakan hal yang esensial dalam strategi penurunan kematian anak. Upaya pencegahan pneumonia meliputi beberapa hal, sesuai dengan faktor penyebab pneumonia:
- Gizi cukup dan seimbang sesuai usia anak
Kecukupan gizi merupakan kunci dalam meningkatkan sistem pertahan tubuh anak, dimulai dari ASI eksklusif pada 6
bulan pertama kehidupan. Gizi yang baik terbukti dapat
mencegah pneumonia dan juga mempercepat penyembuhan. - Imunisasi
Imunisasi yang penting berkaitan dengan pneumonia antara lain imunisasi DPT, campak, pneumokokus, dan Hib.
Kelompok 3 Page 20 Imunisasi DPT dan campak meupakan imunisasi wajib yang harus diberikan pada anak, sedangkan imunisasi pneumokokus dan Hib merupakan imunisasi anjuran yang dapat diberikan pada anak karena memberikan kekebalan terhadap kuman penyebab pneumonia.
- Lingkungan bebas asap
Anak-anak harus dijauhkan dari pajanan asap rokok, asap dapur terutama dari pembakaran kayu dan sejenisnya, serta polusi udara.Memperbaiki hygiene lingkungan dapat dilakukan misalnya dengan menyediakan ventilasi yang baik di dalam rumah, menjaga kebersihan, dan menggunakan masker pelindung untuk mengurangi pajanan terhadap polusi. - Etiket batuk
Penularan pneumonia banyak berasal dari percikan batuk atau bersin pasien pneumonia. Untuk menghindari penularan tersebut, sebaiknya menutup mulut saat batuk atau bersin. Selain itu, penting untuk mencuci tangan setelahnya untuk menghindari tersebarnya kuman
21. Apa KDU untuk kasus ini?
► Jawab: 3B
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya : pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan (kasus gawat darurat).
5. Hipotesis
Didi, anak laki-laki berusia 9 bulan, menderita batuk dan sukar bernafas karena bronkopneumonia.
Kelompok 3 Page 21 6. Kerangka Konsep ISPA PATOGEN MASUK KE ALVEOLUS BRONKOPNEUMONIA Imunitas anak, terapi tidak adekuat Penyebaran ke bronkiolus Retraksi interkosta, supraclavicula Sesak
Nafas cuping hidung Takipneu
Pilek Batuk
Vesikuler ↑ Infiltrat di kedua paru
Ronki basah halus nyaring
Kelompok 3 Page 22
7. SINTESIS
Kelompok 3 Page 27
Jalur Fisiologi Respirasi:
1. Breathing: Perpindahan udara masuk dan keluar paru, disebut ―Ventilasi‖ 2. External respiration: Pertukaran gas antara udara di paru-paru dan darah 3. Gas transport by blood: Transport oksigen ke sel tubuh dan membuang hasil
sisa karbondioksida
4. Internal respiration: Pertukaran gas antara darah dan sel tubuh
5. Cellular respiration: Pemakaian oksigen di sel dan hasil akhirnya ialah produksi karbondioksida.
Kelompok 3 Page 28 ► Beda saluran nafas pada anak-anak dan bayi dengan saluran nafas orang dewasa:
1. Dinding dada
Dinding dada pada bayi dan anak masih lunak disertai insersi tulang iga yang kurang kokoh, letak iga lebih horizontal dan pertumbuhan otot interkostalis yang belum sempurna menyebabkan pergerakan dinding dada terbatas.
2. Saluran nafas
Pada bayi dan anak relatif lebih besar dibandingkan dewasa. Besar trakea neonatus sekitar 1/3 dewasa dan diameter bronkiolus ½ dewasa. Akan tetapi bila terjadi sumbatan atau pembengkakan 1 mm saja, pada bayi akan menurunkan luas saluran pernafasan sekitar 75%.
3. Alveoli
Jaringan elastis pada septum alveoli merupakan ―elastic recoil‖ untuk
mempertahankan alveoli tetap terbuka. Pada anak, alveoli agak relatif lebih besar dan mudah kolaps. Dengan makin besarnya usia bayi dan anak, jumlah alveoli bertambah sehingga menambah ―elastic recoil‖
Kelompok 3 Page 29
PNEUMONIA ANAK
A. Pengertian pneumonia
Pneumonia adalah radang pada jaringan paru akibat infeksi kuman, yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pneumonia berbahaya karena dapat menyebabkan kematian akibat paru-paru tidak dapat menjalankan fungsinya untuk mendapatkan oksigen bagi tubuh
Besaran masalah pneumonia:
1) Angka kematian akibat pneumonia di Indonesia dan di dunia 2) Penyebab kematian tertinggi
Pneumonia merupakan penyebab kematian tunggal pada anak terbesar di seluruh dunia. Setiap tahun, pneumonia membunuh sekitar 1,8 juta anak di bawah 5 tahun, atau sekitar 20% dari seluruh kematian balita di seluruh dunia. Angka ini lebih tinggi dari kematian akibat AIDS, malaria dan campak digabungkan. Terdapat sekitar 155 juta kasus pneumonia di seluruh dunia setiap tahunnya.
Pneumonia dapat mengenai anak di seluruh dunia, namun angka kejadian terbesar terdapat di Asia Selatan dan Afrika. Setiap menit terdapat 1 anak balita yang meninggal akibat pneumonia di wilayah Asia Tenggara. Insidens pneumonia di negara berkembang adalah 10-20 kasus/100 anak/tahun (10-20% anak). Di negara berkembang, pneumonia tidak saja lebih sering terjadi, tetapi juga lebih berat dan merupakan penyebab kematian terbesar pada anak. Hanya sekitar 25 % anak yang menderita pneumonia di Asia Tenggara yang mendapatkan terapi antibiotik yang memadai untuk mengobati penyakitnya. Indonesia merupakan negara dengan tingkat kejadian pneumonia tertinggi ke-6 di seluruh dunia menurut laporan UNICEF dan WHO pada tahun 2006. Berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1992, 1995
Kelompok 3 Page 30 dan 2001 didapatkan pneumonia sebagai urutan terbesar penyebab kematian pada balita. Hasil ini juga sesuai dengan survey mortalitas terhadap 10 propinsi di Indonesia yang dilakukan oleh Subdit ISPA Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 mencatat pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian balita terbanyak yaitu sejumlah 15,5%.
Melihat tingginya angka kematian, maka memerangi pneumonia merupakan strategi penting bagi setiap negara dalam pencapaian tujuan ke empat dari Millenium Development Goals (MDGs) 2015 yakni mengurangi kematian balita hingga 2/3 dari angka kematian pada tahun 1990.
B. Faktor risiko pneumonia 1) BBLR / prematuritas 2) Tidak ASI eksklusif 3) Tidak (lengkap) imunisasi 4) Paparan asap rokok dan polusi 5) Defisiensi vitamin A
6) Gizi buruk
Sebagian besar kematian dan kesakitan akibat pneumonia berkaitan dengan kemiskinan, kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat seperti kurang gizi, higiene buruk, lingkungan padat dan kumuh, dan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan.
Anak yang sehat memiliki sistem pertahanan tubuh yang melindungi paru dari kuman. Anak dengan sistem pertahanan tubuh lemah seperti anak gizi buruk terutama karena tidak mendapat ASI eksklusif dan kekurangan vitamin A atau terkena campak memiliki risiko pneumonia tinggi.
Risiko pneumonia juga meningkat pada bayi berat lahir rendah atau prematur karena pada saat lahir sistem pertahanan tubuh maupun sistem pernapasannya belum berkembang sebaik bayi berat lahir cukup dan cukup umur. Apabila anak tidak mendapatkan imunisasi yang lengkap, maka anak tidak memiliki
Kelompok 3 Page 31 kekebalan terhadap kuman-kuman penyebab pneumonia yang banyak sekali jenisnya. Anak yang tinggal di lingkungan padat dan tinggi polusi serta pajanan asap rokok juga memiliki risiko pneumonia lebih tinggi karena terpajan zat-zat yang membuat iritasi saluran napas dan mengganggu sistem pertahanan pada saluran napas.
C. Pencegahan pneumonia
Pencegahan pneumonia pada anak merupakan hal yang esensial dalam strategi penurunan kematian anak. Upaya pencegahan pneumonia meliputi beberapa hal, sesuai dengan faktor penyebab pneumonia:
1) ASI eksklusif 6 bulan
2) Gizi cukup dan seimbang sesuai usia anak
Kecukupan gizi merupakan kunci dalam meningkatkan sistem pertahan tubuh anak, dimulai dari ASI eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan. Gizi yang baik terbukti dapat mencegah pneumonia dan juga mempercepat penyembuhan.
3) Imunisasi
Imunisasi yang penting berkaitan dengan pneumonia antara lain imunisasi DPT, campak, pneumokokus, dan Hib. Imunisasi DPT dan campak meupakan imunisasi wajib yang harus diberikan pada anak, sedangkan imunisasi pneumokokus dan Hib merupakan imunisasi anjuran yang dapat diberikan pada anak karena memberikan kekebalan terhadap kuman penyebab pneumonia.
4) Lingkungan bebas asap
Anak-anak harus dijauhkan dari pajanan asap rokok, asap dapur terutama dari pembakaran kayu dan sejenisnya, serta polusi udara.Memperbaiki hygiene lingkungan dapat dilakukan misalnya dengan menyediakan ventilasi yang baik di dalam rumah, menjaga kebersihan, dan menggunakan masker pelindung untuk mengurangi pajanan terhadap polusi.
Kelompok 3 Page 32 Penularan pneumonia banyak berasal dari percikan batuk atau bersin pasien pneumonia. Untuk menghindari penularan tersebut, sebaiknya menutup mulut saat batuk atau bersin. Selain itu, penting untuk mencuci tangan setelahnya untuk menghindari tersebarnya kuman.
D. Gejala pneumonia / pengenalan dini
1) Kriteria WHO
Gejala pneumonia pada anak tergantung usia dan penyebabnya. Biasanya didahului gejala selesma (common cold) berupa demam dan/atau batuk dan/atau pilek. Gejala ini dapat disertai nyeri kepala dan hilang nafsu makan. Pada perkembangan selanjutnya akan timbul 2 gejala penting pneumonia yaitu:
a. Napas cepat
Napas cepat bergantung pada usia anak: Kurang dari 2 bulan : ≥ 60 kali/menit 2-12 bulan : ≥ 50 kali/menit
12 bulan—5 tahun : ≥ 40 kali/menit
b. Kesulitan bernapas / sesak napas
Tanda kesulitan napas pada anak antara lain napas cepat, hidung kembang-kempis, dan pada kasus pneumonia yang berat dapat terlihat adanya tarikan dinding dada. Pada kasus berat dapat terjadi kejang, penurunan kesadaran, atau penurunan suhu tubuh.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi pneumonia sampai meninggal.
Jika anak tidak mengalami perbaikan setelah dua hari, atau kondisi anak memburuk, maka harus dipikirkan adanya komplikasi atau diagnosis lain. Beberapa adanya komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
1) Efusi pleura atau pneumotoraks; yaitu adanya cairan atau udara di ruang selaput paru. Hal ini biasanya terjadi bila kuman penyebabnya adalah
Kelompok 3 Page 33 Stafilokokus. Biasanya ditandai dengan adanya bintil-bintil isi nanah di kulit.
2) Empiema; yaitu adanya nanah di ruang selaput paru. Hal ini dicurigai bila anak mengalami demam berkepanjangan, dan pada foto rontgen tampak cairan pada rongga dada.
3) Gangguan bernapas hingga gagal napas. Hal ini terjadi karena pada pneumonia terjadi gangguan pertukaran oksigen akibat peradangan di paru. Akibatnya, jaringan tubuh akan kekurangan oksigen, anak akan sesak, dan apabila berlangsung lama dan berat akan timbul gangguan pada berbagai organ hingga menyebabkan kematian. Anak harus dirawat di perawatan intensif dan diberikan bantuan napas.
F. Tata laksana (penanganan pneumonia)
Tidak semua anak dengan pneumonia perlu dirawat di rumah sakit. Pada pneumonia ringan anak dapat dirawat di rumah namun membutuhkan perhatian khusus dari orang tua mengenai ada tidaknya perburukan gejala yaitu:
1) Napas cepat, napas sulit 2) Demam
3) Gangguan makan/minum.
Anak harus segera dibawa ke rumah sakit kembali jika ditemukan tanda tersebut. Indikasi perawatan ditentukan berdasarkan berat ringannya penyakit, yaitu ada gangguan pernapasan berat, kesulitan makan dan minum, dan ada penyakit lain. Anak di bawah usia 2 tahun dengan pneumonia harus dirujuk ke rumah sakit karena memiliki risiko tinggi untuk berkembang menjadi penyakit berat dan kematian.
Pneumonia membutuhkan pengobatan antibiotik dengan pilihan dan dosis yang tepat. Pilihan antibiotik disesuaikan dengan derajat penyakit.
Kelompok 3 Page 34 aturan dan diminum hingga tuntas. Selain itu, pemberian oksigen bagi anak pneumonia sangat penting karena pada pneumonia terjadi
kekurangan oksigen dalam tubuh anak. Selain itu, dibutuhkan asupan cairan dan gizi yang cukup untuk mempercepat penyembuhan. Obat lain hanya diperlukan jika terdapat keluhan lain seperti penurun demam dan sebagainya.
Kelompok 3 Page 35
DAFTAR PUSTAKA
1. Mardjanis Said I, Boediman, Nastiti N. Raharjoe, Nunung Rahajoe. : Acid – Base Balance and Blood – Gas Analysis in Bronchopneumonia in Infancy and Childhood. Paediatricia Indonesiana 20 : 68 – 76. March – April 1980. 2. M. Hardjono Abdoerachman. : Open Comparison Study between Augmentin
and Ampicillin – Chloramphenicol in the Treatment of Bronchopneumonia in Children. Original Article Paediatricia Indonesiana 35 : 222 – 226. 1995. 3. Soejono, Moeljono S. Trastotenojo, Harsoyo N. : Treatment of
Bronchopneumonia with Spiramycine ( Rovamycine ). Paediatricia Indonesiana 16 : 396 – 402. Sept – Oct 1976.
4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. : Pneumonia. Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak. Percetakan Infomedika. Jakarta. 1985. P. 1228 – 31.
5. Arif Mansjoer, Suprohaita, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan. : Pneumonia. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2 Edisi 3. Media Aesculapius FKUI. Jakarta. 2000. P. 465 – 7.
6. John D Synder, Larry K Pickering. : Diare akut. Nelson Ilmu Kesehatan Anak 15th eds. Vol 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 2000. P. 1484 – 5.
7. Aswitha Boediarso. : Tatalaksana Diare Akut Pada Anak dan Permasalahannya. Dipresentasikan pada acara PLASMID the First Indonesian Plenary Annual Scientific Meeting on Infectious Diseases. Jakarta. 1 – 2 Maret 2003.
8. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku Ajar Respirologi Anak. 2008; I : 350-365.