• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Komik untuk Mengedukasi Anak Usia 12-15 Tahun tentang Kecerdasan Emosi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Komik untuk Mengedukasi Anak Usia 12-15 Tahun tentang Kecerdasan Emosi."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PERANCANGAN KOMIK UNTUK MENGEDUKASI REMAJA USIA 12 – 15 TAHUN TENTANG KERDASAN EMOSI

Oleh:

Raffael Sebastian Wandana NRP 1264019

Masyarakat seringkali menilai kecerdasan seseorang hanya berdasarkan IQ atau kecerdasan intelektual serta mengesampingkan. Padahal IQ hanya berpersan sebesar 20% saja dalam menentukan kesuksesan seseorang, sedangkan sisanya ditentukan oleh hal lainnya seperti EQ, yang menentukan seseorang dalam pengambilan sikap pada setiap hal yang terjadi baik negatif maupun positif. EQ atau kecerdasan emosi seringkali dikesampingkan karena ketidak tahuan masyarakat akan hal tersebut.

Maka dari itu, perancangan ini dibuat dengan tujuan untuk mengedukasi anak, khususnya remaja asia 12 – 15 tahun tentang bagaimana mereka dapat mengelola EQ yang mereka miliki agar mereka menjadi pribadi yang baik. Sedangkan manfaat dari perancangan ini sendiri adalah untuk mengubah paradigma masyarakat tentang kecerdasan seseorang dari segi emosi sekaligus mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi hidup.

Media yang digunakan dalam perancangan ini berupa perancangan buku komik strip dengan humor – humor yang menarik didalamnya. Dari segi efektifitas, buku dapat membuat seseorang lebih mengerti suatu hal dibandingkan media lain, sedangkan komik diambil untuk membuat buku tersebut menjadi menarik bagi anak usioa 12 – 15 tahun.

(2)

ABSTRACT

COMIC DESIGN TO EDUCATE 12-15-YEAR-OLD TEENAGERS ABOUT EMOTIONAL INTELLIGENCE

Submitted by:

Raffael Sebastian Wandana NRP 1264019

People often judge someone by his or her intelligence or IQ, while actually IQ only

contributes to only 20% in determining someone’s success, and the rest depends on

other factors like EQ, which leads someone to behave in any negative or positive

things. EQ or emotional intelligence is usually put aside because of people’s

ignorance.

The design is intended to educate teenagers aged 12 – 15 years old about how they can manage their EQ and so that they become good characters. The benefit of the

design is to change people’s paradigm about someone’s intelligence as well as

preparing the young generation to face their lives.

The media used in the design is a comic strip book with interesting humor in it. A book can more effectively make someone understand a point compared to other forms of media. A comic is chosen because this will be interesting for teenagers aged 12 – 15 years old.

(3)

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup ...3

1.3 Tujuan Perancangan ...3

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Dara ...3

1.5 Skema Perancangan ...4

BAB II : LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perancangan ...5

2.2 Pengertian Edukasi ...5

2.3 Pengertian Kecerdasan Emosi ...6

2.4 Pengertian Remaja ...7

2.5 Psikologis Remaja ...7

2.6 Perkembangan Emosi Remaja ...8

BAB III : DATA DAN ANALISIS MASALAH 3.1 Data dan Fakta ...11

3.1.1 Lembaga Terkait atau Fenomena ...11

(4)

Penerbit KPG ...13

3.1.2 Data tentang Fenomena ...15

3.1.3 Tinjauan Proyek Sejenis ...21

3.2 Analisis terhadap Permasalahan Berdasarkan Data dan Fakta ...23

Segmentasi, Targeting, Positioning ...24

Analisis SWOT ...25

BAB IV : PEMECAHAN MASALAH 4.1 Konsep Komunikasi...27

4.2 Konsep Kreatif ...27

4.2.1 Ilustrasi ...27

4.2.2 Tipografi ...28

4.2.3 Warna ...29

4.2.4 Bahasa ...29

4.3 Konsep Media ...29

4.3.1 Media Utama ...29

4.3.2 Media Promosi ...28

4.4 Hasil Karya ...29

4.5 Budgeting ...37

BAB V : KESIMPULAN 5.1 Simpulan...39

5.2 Saran...39

DAFTAR PUSTAKA ...26

(5)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Presentase Hal Paling Penting ...14

Diagram 3.2 Presentase Kesukaan akan Pelajaran sekolah ...15

Diagram 3.3 Presentase Kegiatan di Luar Sekolah ...16

Diagram 3.4 Presentase Jenis Kursus ...16

Diagram 3.5 Presentase Pengungkapan Emosi Anak ...18

Diagram 3.6 Presentase Kesukaan Anak akan Komik ...19

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Logo Kemendikbud...10

Gambar 3.2 Logo Penerbit KPG ...12

Gambar 3.3 Tampilan Beni Mice: Lagak Jakarta ...21

Gambar 3.4 Tampilan Cerita Panji Koming ...22

Gambar 4.1 Tampilan Judul Komik Si Kab ...29

Gambar 4.2 Tampilan Beberapa Cover Si Kab ...29

Gambar 4.3 Tampilan Cover Si Kab #peduli ...30

Gambar 4.5 Tampilan Half Cover Si Kab ...30

Gambar 4.6 Tampilan Copyright Komik Si Kab ...31

Gambar 4.7 Tampilan Opening Komik Si Kab ...32

Gambar 4.8 Tampilan Pembatas Bab Komik Si Kab ...32

Gambar 4.9 Tampilan Cerita Komik Si Kab Warna ...33

Gambar 4.10 Tampilan Cerita Komik Si Kab Hitam Putih ...33

Gambar 4.11 Tampilan Anak Olahraga Komik Si Kab ...34

Gambar 4.12 Tampilan Anak Band Bengeud Komik Si Kab ...34

Gambar 4.12 Tampilan Penutup Buku Komik Si Kab ...35

Gambar 4.13 Tampilan Cover Belakang Komik Si Kab ...35

Gambar 4.14 Tampilan Ciri Fisik Si Kab ...36

Gambar 4.15 Tampilan Karakter Si Kab ...37

Gambar 4.16 Tampilan X-Banner Komik Si Kab ...37

Gambar 4.17 Tampilan Pembatas Buku Komik Si Kab ...38

Gambar 4.18 Tampilan Line Sticker Komik Si Kab...38

(7)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya, manusia dikatakan sebagai makhluk sosial yang tidak dapat

melepaskan diri dari pengaruh sesama (zoon politicon). Ada dorongan dari

dalam diri manusia untik berhubungan dengan manusia lain entah apapun

kepentingannya yang membuat mereka saling terkait satu sama lain. Kondisi

psikososial seseorang akan sangat menentukan kehidupannya kelak.

Seseorang dengan kondidsi psikososial yang baik akan mudah beradaptasi

terhadap lingkungan baru yang ia temui, sebaliknya saat seseorang sulit untuk

beradaptasi maka ia akan mudah tersapu arus, ia akan menjadi seseorang

yang mudah jatuh saat menghadapi masalah.

Kematangan emosi (EQ) seseorang akan sangat membatu kita, namun yang

menjadi permasalahan adalah pendidikan yang diperoleh tidak selalu

menawarkan kesiapan dalam menghadapi problematika tersebut, sekolah

kurang mampu membekali kita tentang bagaimana beradaptasi dengan hal -

hal baru. Anak – anak lebih difokuskan dengan materi intelektual yang

berlimpah dengan harapan untuk menjadikan mereka cerdas tanpa dibarengi

dengan kecerdasan lainnya, seperti kecerdasan emosi.

Permasalahan dimulai ketika anak memasuki usia remaja, pada masa ini anak

akan berusaha untuk menemukan jati diri mereka, menentukan ingin jadi

manusia yang seperti apa mereka nantinya. Seorang anak akan mengalami

perubahan akan kesadaran diri mereka (self awareness). Biasanya mereka

menjadi rentan terhadap pendapat orang lain. Pikiran mereka menjadi lebih

emosional dan bergerak jauh lebih cepat dibandingkan pikiran rasional

(8)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 2 dahulu. Ketika mereka tersadar, seringkali mereka berpikir, “Untuk apa saya berbuat hal tersebut?” -- isyarat bahwa pikiran rasional mereka bangkit setelahnya.

Banyak kasus tentang ketidakmampuan seseorang dalam mengatur EQ yang

mereka miliki, mulai dari lulusan S-2 yang menganggur puluhan tahun,

sampai yang paling parah kasus seseorang yang bunuh diri karena depresi

yang berkelanjutan akibat tidak mampu menyesuaikan diri terhadap

sekitarnya.

Kesadaran anak akan pentingnya kecerdasan emosi (EQ) akan membuat

mereka menjadi lebih memperhatikan kondisi psikososial mereka masing –

masing. Mereka akan lebih selektif dalam bergaul, maupun saat masuk ke

dalam suatu kelompok. Melihat permasalahan di atas, maka diperlukan suatu

cara yang efektif untuk mengajarkan anak bagaimana mengelola kecerdasan

emosi (EQ) yang mereka miliki, di mana kondisi psikososial seseorang

menjadi salah satu faktor terpenting.

Dengan memperhatikan keseimbangan antara kecerdasan intelektual serta

kecerdasan emosi, maka seseorang akan menjadi siap untuk menghadapi

permasalahan di kehidupannya kelak. Topik kecerdasan emosi ini diangkat

guna mengedukasi anak pada tahap remaja awal tentang bagaimana

mengelola EQ yang mereka miliki tanpa mengabaikan hal lainnya.

Maka dari itu, diperlukanlah sebuah media yang efektif untuk dapat

mengedukasi anak usia 12 – 15 tahun terkait hal di atas. Salah satu media

yang paling efektif adalah buku. Dari segi efektifitas, buku dapat dikatakan

berada di peringkat atas dikarenakan ketika orang membaca buku, pikiran

mereka akan berimajinasi membayangkan apa yang terjadi di buku tersebut,

lain halnya jika mereka menonton televisi. Imajinasi mereka akan terhenti,

(9)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 3 Namun buku yang bagaimana yang tepat untuk anak usia 12 – 15 tahun ?

komik adalah jawabannya. Dengan paduan kata dan gambar yang

berkesinambungan, dan ditambah dengan pasar komik yang masih luas, hal

ini tentu akan sangat efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

1.2 Permasalahan dan Ruang Lingkup

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mengemukakan beberapa

permasalahn dari kecerdasan emosi (EQ) pada anak, yaitu :

1. Bagaimana cara menyadarkan anak usia 12 – 15 tahun tentang pentingnya

kecerdasan emosi (EQ) yang mereka miliki ?

2. Bagaimana cara mengedukasi anak usia 12 – 15 tahun dalam mengelola

kecerdasan emosi (EQ) yang mereka miliki ?

1.3 Tujuan Perancangan

1. Menyadarkan anak usia 12 – 15 tahun tentang pentingnya kecerdasan

emosi (EQ) yang mereka miliki;

2. Mengedukasi anak usia 12 – 15 tahun dalam mengelola kecerdasan

emosi (EQ) yang mereka miliki.

1.4 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang penulis dapatkan terkait topik ini bersumber pada :

1. Observasi ke salah satu sekolah menengah pertama terkait keseharian

anak di sekolah.

2. Wawancara terhadap beberapa psikolog, serta beberapa pihak yang terkait

dengan topik penulisan.

3. Menyebarkan kuisioner kepada anak usia remaja awal.

4. Studi pustaka yang diambil dari beberapa buku psikologi serta media

(10)
(11)

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 41

BAB V

KESIMPULAN

5.1Simpulan

Kesimpulan yang didapat dalam perancangan komik ini adalah sebagai berikut:

1. Mengedukasi para anak usia 12 – 15 tahun tentang kecerdasan emosi;

2. Membuka pola pikir masyarakat terkait kecerdasan yang seutuhnya;

3. Membantu anak mempersiapkan pribadinya untuk masa depan.

5.2Saran

Ada beberapa saran yang dapat penulis berikan:

1. Untuk yang membaca komik ini khususnya anak usia 12 – 15 tahun untuk

kembali membuka pikirannya terkait pribadi dari segi emosional;

2. Bagi pihak pendidikan untuk melihat pendidikan itu sendiri secara menyeluruh,

baik hard skill maupun soft skill;

3. Bagi yang akan membuat karya sejenis, diharapkan untuk lebih terperinci

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Herdi. 2014. Bimbingan Konseling Kesehatan Mental di Sekolah. Bandung:

PT Remaja Indonesia

Goleman, Daniel. 2001. Emotional Intelligence. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Santoso, Hari. 2008. Membangun Minat Baca Pada Anak Melalui Pengadaan Buku

Bergambar. Malang

W. J. S. Poerwadarminta. 2003. Buku. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 13

http://www.indonesia.go.id/in. Febuari 2016. Undang - Undang Republik Indonesia

Nomor 23 tahun 2002

Whitten, Jeffery. 2004. Metode Desain dan Analisis Sistem. Jakarta

http://www.belajarpsikologi.com. Febuari 2016. Perkembangan Kognitif Psikologis

Remaja

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan antar baris tulisan (naik, turun, atau sejajar) menentukan bentuk marjin yang terdapat pada Lampiran 13.. Citra tulisan ditunjukkan gambar di

Demikian laporan tahun 2014 ini kami buat dengan harapan dapat memberikan gambaran kegiatan LADBAIQ dengan lebih jelas dan dapat berfungsi sebagai bentuk pertanggungjawaban amanah

Nilai korelasi yang dihasilkan adalah positif sebesar 0,708 yang mengindikasikan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara kedua peubah artinya semakin besar

Berita Acara Ujian Proposal Tesis PENGARUH PERATAAN LABA TERHADAP RESPON PASAR DENGAN KUALITAS AUDITOR SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BEJ..

Virallisissa lajikekokeissa se on menestynyt erityisesti vuonna 1982, jolloin ainoastaan Virma on ollut yhtä satoisa ja muut lajikkeet ovat olleet heikkosatoisempia kuin Yty

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhitungan PPh Pasal 21 yang digunakan perusahaan adalah metode Gross Up melalui pemberian tunjangan PPh Pasal 21 sebagai

Dari hasil table 3.1, tanpak bahwa posttest kemampuan Kemampuan Representasi Matematis siswa secara rata-rata lebih tinggi dari rata-rata pretest, berarti bahwa

2 Sufianti, dkk (2007) Analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Pelayanan Puskesmas di Kota Bandung Penelitian dilakukan pada masyarakat yang memakai jasa