• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Dasar"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

KONSEP DASAR PENYAKIT

A. DEFINISI

Hernia Inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus atau lateralis menyelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga perut melalui anulus inguinalis externa atau medialisis (Kapita Selekta Kedokteraan Edisi 3, Marilynn E. Donges).

Hernia adalah protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan ( R. Syamsuhidayat, 1997 ).

Dari kedua pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hernia adalah penonjolan isi rongga perut yang keluar melalui bagian yang lemah dari dinding rongga yang bersangkutan dan dapat terjadi melalui aspek congenital maupun karena adanya factor yang didapat.

B. KLASIFIKASI

1. Hernia menurut Letaknya: a. Hernia hiatal

Adalah kondisi dimana kerongkongan (pipa tenggorok turun, melewati diafragma melalui celah yang disebut hiatus sehingga sebagian perut menonjol ke dada/ thoraks).

b. Hernia Epigastrik

Hernia epigastrik terjadi diantara pusar dan bagian tulang rusuk di garisan tengah perut. Hernia epigastrik biasanya terdiri dari jaringan lemak dan jarang yang berisi usus. Terbentuk dibagian dinding perut yang relatif lemah, hernia ini sering

(2)

menimbulkan rasa sakit dan tidak dapat di dorong kembali ke dalam perut ketika pertama kali ditemukan.

c. Hernia umbilikal berkembang didalam dan sekitar umbilikus (pusar) yang disebabkan bukaan pada dinding perut, yang biasanya menutup sebelum kelahiran, tidak menutup sepenuhnya. Jika kecil (kurang dari satu centimeter) hernia jenis ini biasanya menutup secara bertahap sebelum usia 2 tahun.

d. Hernia inguinalis adalah hernia yang paling umum terjadi dan muncul sebagai tonjolan diselangkangan atau skrotum. Orang awam biasanya menyebutnya “turun bero” atau hernia. Hernia inguinalis terjadi ketika dinding abdomen berkembang sehingga usus menerobos ke bawah melalui celah. Hernia tipe ini lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan.

e. Hernia femoralis muncul sebagai tonjolan dipangkal paha. Tipe ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pada pria.

f. Hernia insisional dapat terjadi melalui luka pasca operasi perut. Hernia ini muncul sebagai tonjolan disekitar pusar yang terjadi ketika otot sekitar pusar tidak menutup sepenuhnya.

g. Hernia nukleus pulposi (HNP) adalah hernia yang melibatkan cakram tulang belakang. Diantara setiap tulang belakang ada diskus invertebralis yang menyerang goncangan cakram dan meningkatkan elastisitas dan mobilitas tulang belakang. Karena aktivitas dan usia, terjadi herniasi diskus invertebralis yang menyebabkan saraf terjepit (sciatica). HNP umumnya terjadi di punggung bawah pada tiga vertebra lumbar bawah.

2. Hernia Berdasarkan Terjadinya: a. Hernia bawaan atau kongenital

Petogenesa pada jenis hernia inguinalis lateralis (indirek): kanalis inguinalis adalah kanal yang normal pada fetus. Pada bulan ke-8 kehamilan, terjadi desensus testis melalui kanal tersebut. Penurunan testis tersebut akan menarik peritonium ke daerah skrotum sehingga terjadi penonjolan peritoneum yang disebut dengan vaginalisperitonei. Pada bayi yang sudah lahir, umumnya prosesusini telah mengalami obliterasi sehingga isis rongga perut tidak dapat melalui kanalis tersebut. Namun dalam beberapa hal, kanalis ini tidak menutup. Karena testis kiri turun terlebih dahulu, maka kanalis inguinalis kanan lebih sering terbuka. Bila kanalis kiri terbuka maka biasanya yang kanan juga terbuka. Dalam keadaan normal, kanalis yang terbuka ini akan menutup pada usia 2 bulan. Bila prosesus terbuka terus (karena tidak mengalami obliterasi) akan timbul hernia inguinalis lateralis kongenital. Pada orang tua kanalis tersebut telah

(3)

menutup. Namun karena merupakan lokus minoris resistensi, maka pada keadaan yang menyebabkan tekanan intra-abdominal meningkat, kanal tersebut dapat terbuka kembali dan timbul hernia inguinalis lateralis akuisita.

b. Hernia dapatan atau akuisita, adalah hernia yang timbul karena berbagai faktor pemicu.

3. Hernia Menurut Sifatnya:

a. Hernia reponibel / reducible, yaitu bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

b. Hernia ireponibel, yaitu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantung pada peritonium kantong hernia. Hernia ini juga disebut hernia akreta (accretus = perlekatan karena fibrosis). Tidak ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus. c. Hernia strangulata atau inkarserata (incarceratio = terperangkap, carcer =

penjara), yaitu bila isi hernia terjepit oleh cincin hernia. Hernia inkarserata berarti isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam rongga perut disertai akibatnya yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis “hernia inkarserata” lebih di maksudkan untuk hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan vaskularisasidisebut sebagai “hernia strangulata”. Hernia strangulata mengakibatkan nekrosis dari isi abdomen didalamnya karena tidak mendapat darah akibat pembuluh pemasoknya terjepit. Hernia jenis ini merupakan keadaan gawat darurat karena perlunya mendapat pertolongan segera. C. ETIOLOGI

Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Congenital

Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui, resiko lebih besar jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.

2. Umur

Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan tekanan dalam rongga perut.

3. Jenis Kelamin

Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal. Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini

(4)

disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh angkat atau buruh pabrik. Profesi buruh yang sebagian besar pekerjaannya mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut 4. Penyakit penyerta

Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain. Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.

5. Obesitas

Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

6. Kehamilan

Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.

7. Pekerjaan

Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.

8. Kelahiran prematur

Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia akan mengalaminya lagi.

D. MANIFESTASI KLINIS

1. Berupa benjolan keluar masuk/ keras dan yang tersering tampak benjolan di lipat paha.

2. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual. 3. Terdapat gejala mual dan muntah atau distensi bila telah ada komplikasi.

4. Bila terjadi hernia inguinalis strangulata perasaan sakit akan bertambah hebat disertai kulit diatasnya menjadi merah dan panas.

(5)

5. Hernia femoralis kecil mungkin berisi dinding kandung kencing sehingga menimbulkan gejala sakit kencing (disuria) disertai hematuria (kencing darah) disamping benjolan dibawah sela paha.

6. Hernia diafragmatika menimbulkan perasaan sakit didaerah perut disertai sesak napas.

7. Bila pasien mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar. E. PATOFISOLOGIS

Hernia berkembang ketika intra abdominal mengalami pertumbuhan tekanan seperti tekanan pada saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus ke daerah otot abdominal, tekanan yang berlebihan pada daerah abdominal itu tentu saja akan menyebabkan suatu kelemahan mungkin disebabkan dinding abdominal yang tipis atau tidak cukup kuatnya pada daerah tersebut dimana kondisi itu ada sejak atau terjadi dari proses perkembangan yang cukup lama, pembedahan abdominal, kemudian terjadi hernia. Karena organ - organ selalu saja melakukan pekerjaan yang berat dan berlangsung dalam waktu yang cukup lama, sehingga terjadilah penonjolan yang mengakibatkan kerusakan yang sangat parah. Sehingga akhirnya menyebabkan kantung yang terdapat dalam perut menjadi atau mengalami kelemahan.

F. PATHWAYS

Kehamilan, batuk kronis, kelemahan dinding abdomen, obesitas.

Karena usia atau secara congenital

Tekanan intra abdomen

Peregangan rongga dinding Cincin hernia Pre Operasi Hernia Inguinalis Operasi Post Operasi Intra Operasi Kurangnya informasi Kurangnya pengetahuan Herniasi Ansietas / Cemas Resiko Perdarahan

Resiko gangguan jalan nafas

ETT Tertekuk Luka Operasi

(6)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Sinar X abdomen menunjukkan abnormalnya kadar gas dalam usus/obstruksi usus (ileus)

2. Hitung darah lengkap dan serum elektrolit dapat menunjukkan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit), peningkatan sel darah putih dan ketidakseimbangan elektrolit.

3. Kultur jaringan untuk mendeteksi adanya adenitis tuberkulis 4. CT Scan untuk mendeteksi adanya hernia ekstrakolon. 5. USG untuk menilai massa hernia inguinal.

H. PENATALAKSANAAN

Penanganan hernia ada dua macam: 1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Bukan merupakan tindakan definitive sehingga dapat kambuh kembali. Terdiri atas:

a. Reposisi

Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan pada pasien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak.

b. Suntikan

Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alkohol atau kinin di daerah sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia keluar dari cavum peritonii. c. Sabuk hernia

Diberikan pada pasien yang hernia masih kecil dan menolak dilakukan operasi.

2. Operatif

Operasi merupakan tindakan paling baik yang dapat dilakukan pada: a. Hernia reponibilis

b. Hernia irreponibilis c. Hernia strangulata d. Hernia incarserata

Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap: a. Herniotomi

Membuka dan memotong kantong hernia serta engembalikan isi hernia ke cavum abdominalis.

(7)

Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint lenton (penebalan antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan m.transversus abdominalis yang berinsersio di tuberculum pubicum).

c. Hernioplasty

Menjahitkan conjoint lenton pada ligamentum inguinale agar LMR hilang / tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot. Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam manurut kebutuhannya (ferguson, bassini, halstedt, hernioplasty, pada hernia inguinalis media dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara MC. Vay).

Operasi hernia pada anak dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2 yaitu: a. Anak berumur kurang dari 1 tahun: menggunakan teknik Michele Benc. b. Anak berumur lebih dari 1 tahun: menggunakan teknik POTT.

(8)

BAB II

KONSEP DASAR ANESTESI

A. KONSEP GENERAL ANESTESI

Anestesi umum atau pembiusan artinya hilang rasa sakit di sertai hilang kesadaran. Ada juga mengatakan anestesi umum adalah keadaan tidak terdapatnya sensasi yang berhubungan dengan hilangnya kesdaran yang reversible.

Anestesi Umum adalah obat yang dapat menimbulkan anestesi yaitu suatu keadaan depresi umum dari berbagai pusat di sistem saraf pusat yang bersifat reversibel, dimana seluruh perasaan dan kesadaran ditiadakan sehingga lebih mirip dengan keadaan pinsan. Anestesi digunakan pada pembedahan dengan maksud mencapai keadaan pingsan, merintangi rangsangan nyeri (analgesia), memblokir reaksi refleks terhadap manipulasi pembedahan serta menimbulkan pelemasan otot (relaksasi). Anestesi umum yang kini tersedia tidak dapat memenuhi tujuan ini secara keseluruhan, maka pada anestesi untuk pembedahan umumnya digunakan kombinasi hipnotika, analgetika, dan relaksasi otot.

B. TEKNIK MEMBERIKAN ANESTESI UMUM

Dari segi aliran gas/udara,maka anastesi umum inhalasi ada beberapa sistem aliran udara/gas antara lain :

1. Sistem terbuka / semi terbuka

Dimana pada sistem ini aliran udara ekpirasi dialirkan / dibuang ke atmosfir terbuka.Pada sistem ini tidak terjadi aliran balik udara ekspirasi (rebreathing).

2. Sistem tertutup / semi tertutup

Dimana aliran udara ekspirasi sebagian besar mengalir keluar atau tertutup sama sekali,sehingga aliran udara ekspirasi akan masuk kembali bercampur dengan udara segar,namun sebelu itu udara ekspirasi sudah melalui absorber untuk menetralisisr CO2.Pada sistem ini terjadi aliran balik udara ekspirasi ( rebreathing ).

C. PERSIAPAN PRE ANESTESI 1. Anamnesis

(9)

b. Riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi, kardiovaskuler, TB, asma)

c. Pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik, antikoagulan, kortikosteroid, antihipertensi secara teratur. Dua obat terakhir harus diteruskan selama operasi dan anestesi, sedangkan obat yang lain harus dimodifikasi.

d. Riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan perlunya puasa sebelum operasi)

e. Kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai alkohol atau obat-obatan)

2. Pemeriksaan Fisik Berpatokan pada B6 : 1. Breath

Keadaan jalan nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Apakah jalan nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit? Apakah pasien ompong atau menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil yang akan mempersulit laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka mulut atau kekakuan leher? Apakah ada pembengkakan abnormal pada leher yang mendorong saluran nafas bagian atas?

Tentukan pula frekuensi nafas, tipe napas apakah cuping hidung, abdominal atau torakal, apakah terdapat nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Nilai pula keberadaan ronki, wheezing, dan suara nafas tambahan (stridor).

2. Blood

Tekanan nadi, pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau perdarahan. Lakukan pemeriksaan jantung

3. Brain

GCS. adakah kelumpuhan saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda TIK 4. Bladder

Produksi urin. pemeriksaan faal ginjal 5. Bowel

Pembesaran hepar. Bising usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau massa abdominal.

(10)

6. Bone

Kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. kelainan tulang belakang.

3. Pemeriksaan Laboratorium Dan Radiologi

a. Pemeriksaan standar yaitu darah rutin (kadar hemoglobin, leukosit, bleeding time, clothing time atau APTT & PPT)

b. Pemeriksaan kadar gula darah puasa c. Liver function test

d. Renal function test e. Pemeriksaan foto toraks

f. Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula darah 2 jam post prandial, pemeriksaan EKG untuk pasien > 40 tahun

g. Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa pula kadar albumin, globulin, elektrolit darah, CT scan, faal paru, dan faal hemostasis

D. PEMBAGIAN ASA a. ASA 1

Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang akan dioperasi.

b. ASA 2

Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain penyakit yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau hipertensi ringan.

c. ASA 3

Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi, tetapi belum mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol, asma bronkial, hipertensi tak terkontrol.

d. ASA 4

Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum.

(11)

e. ASA 5

Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya operasi pada pasien koma berat.

f. ASA 6

Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.

Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency) atau D (darurat), mis: operasi apendiks diberi kode ASA 1.E

E. PRE MEDIKASI 1) Tujuan

- Pasien tenang, rasa takutnya berkurang

- Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan pembedahan - Mengurangi dosis dan efek samping anestetika

- Menambah khasiat anestetika

2) Penggolongan Obat-Obat Premedikasi 1. Golongan Narkotika

- Analgetika sangat kuat. - Jenisnya : petidin dan morfin.

- Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.

- Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh darah  hipotensi

- Diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah, misalnya: halotan, tiopental, propofol.

- Pethidin diinjeksikan pelan untuk:

 Mengurangi kecemasan dan ketegangan  Menekan TD dan nafas

 Merangsang otot polos

- Morfin adalah obat pilihan jika rasa nyeri telah ada sebelum pembedahan  Mengurangi kecemasan dan ketegangan

 Menekan TD dan nafas  Merangsang otot polos  Depresan SSP

(12)

 Pulih pasca bedah lebih lama  Penyempitan bronkus

 Mual muntah (+)

2. Golongan Sedativa & Transquilizer

- Golongan ini berfungsi sebagai obat penenang dan membuat pasien menjadi mengantuk.

- Contoh : luminal dan nembufal untuk golongan sedative; diazepam dan DHBF (Dihidrobensferidol) untuk golongan transquilizer.

- Efek samping: depresi nafas, depresi sirkulasi.

- Diberikan apabila pasien memiliki rasa sakit/nyeri sebelum dianestesi, pasien tampak lebih gelisah

Barbiturat

- Menimbulkan sedasi dan menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi - Depresan lemah nafas dan silkulasi

- Mual muntah jarang Diazepam

- Induksi, premedikasi, sedasi

- Menghilangkan halusinasi karena ketamin - Mengendalikan kejang

- Menguntungkan untuk usia tua

- Jarang terjadi depresi nafas, batuk, disritmia - Premedikasi 1m 10 mg, oral 5-10 mg

3. Golongan Obat Pengering

Bertujuan menurunkan sekresi kelenjar saliva, keringat, dan lendir di mulut serta menurunkan efek parasimpatolitik / paravasopagolitik sehingga menurunkan risiko timbulnya refleks vagal.

F. OBAT-OBATAN ANESTESI Obat Dalam sediaa n Jumlah di sediaan Pengencera n Dalam spuit Dosis (mg/kgBB) 1 cc spuit = Pethidin ampul 100mg/2c c 2cc + aquadest 8cc 10 cc 0,5-1 10 mg

(13)

Fentanyl 0,05 mg/cc 0,05mg Recofol (Propofol) ampul 200mg/ 20cc 10cc + lidocain 1 ampul 10 cc 2-2,5 10 mg Ketamin Vial 100mg/cc 1cc + aquadest 9cc 10 cc 1-2 10 mg Succinilcholin Vial 200mg/ 10cc Tanpa pengenceran 5 cc 1-2 20 mg Atrakurium Besilat (Tramus/ Tracrium) ampul 10mg/cc Tanpa pengenceran 5 cc Intubasi: 0,5-0,6, relaksasi: 0,08, maintenance : 0,1-0,2 10 mg Efedrin HCl ampul 50mg/cc 1cc + aquadest 9cc 10 cc 0,2 5 mg

Sulfas Atropin ampul 0,25mg/cc Tanpa pengenceran 3 cc 0,005 0,25 mg Ondansentron HCl (Narfoz) ampul 4mg/2cc Tanpa pengenceran 3 cc 8 mg (dewasa) 5 mg (anak) 2 mg

Aminofilin ampul 24mg/cc Tanpa pengenceran

10 cc 5 24 mg

Dexamethason ampul 5 mg/cc Tanpa pengenceran 1 5 mg Adrenalin ampul 1 mg/cc 0,25-0,3 Neostigmin (prostigmin) ampul 0,5mg/cc Tanpa pengenceran Masukkan 2 ampul prostigmin + 1 ampul SA 0,5 mg Midazolam (Sedacum) ampul 5mg/5cc Tanpa pengenceran 0,07-0,1 1 mg

Ketorolac ampul 60 mg/2cc Tanpa pengenceran

(14)

Difenhidramin HCl ampul 5mg/cc Tanpa pengenceran 5 mg G. PASCA ANESTESI

Perawatan dan monitoring biasanya dilakukan :

- Di ruang pulih sadar  pada keadaan tertentu dan khusus, dapat dilakukan di ruang perawatan

- Dapat dilakukan dengan peralatan sederhana selama pasien di ruang pulih sadar - Dapat dilakukan dengan cara manual maupun menggunakan peralatan elektronik

Untuk memudahkan perawatan, lakukan monitoring B6 : B1 : Breath (nafas) Sistem Respirasi

- Pasien belum sadar  evaluasi :  Pola nafas

 Tanda-tanda obstruksi  Pernafasan cuping hidung  Frekuensi nafas

 Pergerakan rongga dada  simetris/tidak

 Suara nafas tambahan  (-) pada obstruksi total  Udara nafas yang keluar dari hidung

 Sianosis pada ekstremitas  Auskultasi  wheezing, ronki

- Pasien sadar  tanyakan adakah keluhan pernafasan :  (-)  cukup berikan O2

 Tanda-tanda obstruksi (+)  terapi sesuai kondisi (aminofilin, kortikosteroid, tindakan triple manuver airway)

B2 : Blood (darah)  Sistem Kardiovaskuler  Tekanan darah

 Nadi

 Perfusi perifer

(15)

 Kadar Hb

B3 : Brain (otak)  sistem SSP - Menilai kesadaran pasien

- Dinilai dengan GCS (Glasgow Coma Scale) - Perhatikan gejala kenaikan TIK

B4 : Bladder (kandung kencing)  Sistem Urogenitalis

- Periksa kualitas, kuantitas, warna, kepekatan urin  mencerminkan kadar elektrolit.

- Untuk menilai :

 Apakah pasien masih dehidrasi

 Apakah ada kerusakan ginjal saat operasi  acute renal failure, transfusi hemolysis

B5 : Bowel (usus)  Sistem Gastrointestinalis - Periksa :

 Dilatasi lambung

 Tanda-tanda cairan bebas  Distensi abdomen

 Perdarahan lambung postoperasi

 Obstruksi  hipoperistaltik, gangguan organ lain, mis: hepar, lien, pankreas  Dilatasi usus halus

- Hati-hati!! Pasien operasi mayor sering mengalami kembung  mengganggu pernafasan karena ia bernafas diafragma

B6 : Bone (tulang)  Sistem Muskuloskeletal - Periksa :

 Tanda-tanda sianosis  Warna kuku

 Perdarahan postoperasi

Referensi

Dokumen terkait

Gejala akibat pertumbuhan Gejala akibat perubahan Kistektomi Perdarahan intra tumor Putaran tungkai Infeksi.. Rasa berat dan Gangguan Tekanan Hiperestrogen

Pada sebagian orang dengan keluhan LBP setelah memakai corset nyeri yang dirasakan berangsur-angsur berkurang bahkan hilang, ini dikarenakan adanya tekanan intra abdominal

Kecemasan paling berat yang ditandai dengan persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, tidak mampu memahami situasi, aktivitas motorik tidak

Kecemasan paling berat yang ditandai dengan persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi, tidak mampu memahami situasi, aktivitas motorik tidak menentu, penyimpangan persepsi,

Anak usia dini ini memiliki beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya. Secara fisik anak masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Beberapa karakteristik

Adalah kartu yang memuat kurva pertumbuhan normal anak berdasarkan indeks antropometri berat badan menurut umur. Dengan KMS gangguan pertumbuhan atau kelebihan gizi

Hernia pada pasien ini terjadi akibat tekanan intra abdomen yang meningkat secara terus menerus ketika pasien mengangkat benda berat sehingga otot dinding perut menjadi

pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengukuran tekanan darah, menilai status gizi dengan mengukur lingkar lengan atas atau menghitung IMT/Indeks Masa Tubuh, pemeriksaan tinggi