• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESUME URGENSI METODOLOGI ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESUME URGENSI METODOLOGI ISLAM"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME URGENSI METODOLOGI ISLAM

Oleh : Suci Salsabilla

Kiki Rustanti Astri N

Muhammad Ade Fauzi

PROGRAM STUDI ASURANSI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BANTEN

2017

(2)

URGENSI METODOLOGI ISLAM

A. Pengertian Study Islam

Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah

Islamiyah.Sedangkan Studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies.Maka studi Islam secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam.Makna ini sangat umum sehingga perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang studi Islam dalam kajian yang sistematis dan terpadu.

Study Islam secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan agama islam. Dengan kata lain studi islama adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama islam, baik ajaran, sejarah maupun praktik-praktik

pelaksanaanya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya.[1] B. Urgensi Study Islam

Dari segi tingkatan kebudayaan , agama merupakan universal cultural. Salah satu prinsip fungsional menyatakan bahwa segala sesuatu yang tidak berfungsi pasti akan lenyap dengan sendirinya. Karenanya agama islam dari dulu hingga sekarang dengan tangguh menyatakan eksistensinya. Hal ini berarti bahwa agama mempunyai dan memerankan sejumlah peran dan fungsinya di masyarakat. Oleh karena itu , study islam dituntut untuk membuka dirinya agar studi islam mampu berkembang dan beradaptasi dengan dunia modern serta menjawab tantangan kehidupan dunia dan mudaya modern.

C. Tujuan Study Islam

Muhaimin dalam bukunyab mengemukakan bahwa arah dan tujuan studi islam dapat dirumuskan sebagai berikut:[3]

1. untuk mempelajari secara mendalam apa sebenarnya (hakikat) agam islam Allah menurunkun agam sebagai alat untuk membimbing dan mengarahkan seta

menyempurnakan pertumbuhan dan perkembangan agama-agama dan budaya umat manusia dimuka bumi. Allah juga menurunkan ajaran islam sebgai fase awal dari pertumbuhan dan perkembangan akal dan budi daya manusia. Denngan demikian dapat dikatakan bahwa ajaran agam islam telah tumbuh dan berkembang sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangan akal fikiran dan budi daya serat agama.

(3)

2. untuk mempelajari secara mendalam pokok-pokok isi ajaran agama islam yang asli dan operasionalisasinya dalam pertumbuhan dan perkembangan budaya dan peradaban islam sepanjang sejarahnya

Agama islam adalah agama fitrah sehingga pokok-pokok isi ajaran agama islam tentunya sesuai dengan fitrah manusia. Fitrah adalah potensi manusia.Potensi fitrah inilah yang membuat manusia hidup, tumbuh dan berkembang. Sebagi agam fitrah , pokok-pokok ajaran agama islam tersebut akan tumbuh dan berkembang secara operasional dan serasi bersam dengan

pertumbuhan dan perkembangan fitrah manusia tersebut.

3. untuk mempelajari secara mendalam sumber dasar ajaran agam islam yang tetap abadi dan dinamis

agam islam sebagai agama samawi terkhir membawa ajaran-ajaran yang berifat final dan mampu memecahkan masalah-maslah kehidupan manusia, menjawab tantangan dan tuntutannya

sepanjang zaman. Permasalahan dan tantangan dan tuntutan hidup manusiapun bertumbuh-kembang menjadi kompleks dan menimbulkan pertumbuhan dan perbertumbuh-kembangan system kehidupan budaya dan peradaban manusia yang semakin maju dan modern.

4. untuk mempelajari secara mendalam prinsip-prinsip dan nilai –nilai dasar ajaran agam islam , dan bagaiman membimbing dan mengarahkan serta mengontrol perklembangan budaya dan peradaban manusia pada zaman modern.

Nilai dan prinsip dasar ajaran agama islam diharapkan menjadi alternative yang mampu mengarahkan, mengontrol, dan mengendalikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern serta factor dinamika lainnya dari system budaya dan peradaban manusia menuju terwujudnya kondisi kehidupan yang adil dan makmur.

D. RASA INGIN TAHU MANUSIA

Salah satu kodrat manusia adalah untuk mencari tahu apa yang belum diketahui. Anak kecil adalah penanya sejati, dia tanyakan semua apa yang di sekitarnya, dia menganggap segala sesuatu itu luar biasa, dia selalu ingin tahu, makanya banyak orang beranggapan bahwa anak kecil adala filosof sejati. Namun pada umumya setelah dewasa, orang menganggap hal-hal yang ada disekitarnya biasa- biasa saja.Jadi tidak perlu dipertanyakan. Memahami orang dan kodrat manusia hanyalah soal mangenali dan mengakui seseorang sebagaimana mareka adanya, bukan apa yang orang pikirkan tentang mereka, dan bukan orang menginginkan mereka menjadi apa. Tindakan manusia diatur oleh pikirannya sendiri, sifat ini sangat kuat dalam diri manusia sehingga pikiran yang menonjol dalam kasih sayang adalah kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh si pemberi dengan memberi, bukan dengan menerima.kodrat manusia sejak awal memang demikian dan akan tetap demikian sampai akhir zaman karena manusia ditempatkan di

(4)

bumi dengan kodrat itu. manusia sebagai animal rational dibekali hasrat ingin tahu. Manusia selalu ingin tahu dalam hal apa sesungguhnya yang ada (know what), bagaimana sesuatu terjadi (know how), dan mengapa demikian (know why) terhadap segala hal. Orang tidak puas apabila yang ingin diketahui tidak terjawab.

Keingintahuan manusia tidak terbatas pada keadaan diri manusia sendiri atau keadaan

sekelilingnya, tetapi terhadap semua hal yang ada di alam fana ini bahkan terhadap hal-hal yang ghaib.Manusia berusaha mencari jawaban atas berbagai pertanyaan itu; dari dorongan ingin tahu manusia berusaha mendapatkan pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. Ilmu

Pengetahuan berawal pada kekaguman manusia akan alam yang dihadapinya, baik alam besar (macro cosmos), maupun alam kecil (micro-cosmos). Di dalam sejarah perkembangan pikir manusia ternyata yang dikejar itu esensinya adalah pengetahuan yang benar, atau secara singkat disebut kebenaran.

Hasrat ingin tahu manusia terpuaskan kalau dia memperoleh pengetahuan mengenai hal yang dipertanyakannya. . Rasa keingintahuan manusia dimulai dari rasa ingin mengenal dirinya sendiri yang kemudian berkembang kepada rasa keingintahuan manusia pada alam sekitarnya. Rasa ingin tahu hanya akan mendorong seseorang untuk mengkaji fenomena alam semesta disaat hati nuraninya menyakini bahwa alam semesta ini telah diciptakan berdasarkan hukum kausalitas dan aturan yang selaras, keyakinan seperti ini tidak akan muncul kecuali dari keimanan terhadap Tuhan, dan ia tidak akan dimiliki oleh seorang materialis sejati. Oleh karenanya seorang

materialis yang menghabisi usianya di dalam lab-lab dan pusat-pusat kajian guna mengkaji dan meneliti rahasia dan fenomena alam semesta, pada dasarnya hati nuraninya menyakini akan keberadaan Tuhan, walaupun secara zahir ia menampakkan dirinya sebagai seorang materialis. Rasa keingintahuan tersebut terpuaskan dengan kemampuan bahasa manusia untuk

berkomunikasi dan bertukar pengalaman tentang segala hal yang ada di alam serta kegunaannya bagi manusia. Meskipun demikian manusia masih mempunyai keterbatasan misalnya

keterbatasan manusia dalam melihat, mendengar, berpikir dan merasakan tentang apa yang terjadi disekitarnya secara benar dan utuh.

Manusia adalah mahluk transenden yang tak pernah puas dengan pengetahuan yang telah dimilikinya. Bahkan leluhur manusia, Adam yang telah diberi pengetahuan langsung oleh Allah dan berpengetahuan lebih ketimbang mahluk lain masih saja ingin tahu rahasia buah kuldi. Rasa ingin tahu manusia tak pernah terpuaskan, ia terus bertanya dan bertanya.

Dalam manusia curiosity (rasa ingin tahu) pikiran manusia berkembang dari waktu kewaktu rasa ingin tahunya atau pengetahuannya selalu bertambah sehingga terjadi timbunan pengetahuan .Maka terjadilah perkembangan akal manusia sehingga justru daya pikirnya lebih berperan dari pada fisiknya.Dengan akal tersebut manusia memenuhi tujuan hidupnya disamping untuk melestarikan hidup untuk memenuhi kepuasan hidup serta juga untuk mencapai cita-cita.

(5)

Manusia ingin mengetahui segala sesuatu. Segala sesuatu yang terjadi (situasi, kondisi, keadaan, sifat, karakter, ciri-ciri, peristiwa, kejadian) maupun apa saja yang ada (benda, hewan, tumbuhan, dll.) baik yang ada/terjadi di lingkungannya (environment) maupun yang ada/terjadi di dalam dirinya sendiri (peredaran darah, degup jantung, rasa senang, sedih, dll.)

Semua hal yang ingin diketahui manusia disebut realitas.

Hasilnya adalah Pengetahuan (Knowledge), dan setelah melalui 3 tahap tadi akan berubah menjadi ilmu (Science).

Realitas tunggal (single reality) disebut Fakta (fact) yang kebenarannya tidak perlu diperdebatkan lagi, misalnya "Tahun 1963 John F. Kennedy ditembak mati."

Realitas yang satu dirangkaikan dengan realitas lain menghasilkan Phenomenon (Fenomena- fenomena)

Beberapa sifat realitas:

1. bersifat statik sekaligus dinamik

Realitas bersifat statik sekaligus dinamik berarti dalam setiap realitas diasumsikan terdapat hal-hal yang tetap (regular) dan hal-hal-hal-hal yang berubah-ubah. Ketegangan dalam memahami apa yang berubah dan apa yang tetap itu menjadikan manusia selalu ingin tahu tentang realitas

2. bersifat denotatif dan konotatif

Relitas bersifat denotatif, artinya realitas "harfiah" menyangkut simbol-simbol terhadap benda-benda konkrit atau peristiwa konkrit, sedangkan makna konotatif menyangkut simbolisasi terhadap peristiwa yang imagined (terbayang) atau "abstrak."

3. bersifat realitas yang disepakati (agreement reality) dan realitas yang dialami (experiential reality).

Realitas bersifat disepakati, misalnya seorang anak diberitahu oleh orang tuanya bahwa cacing adalah binatang menjijikkan, maka persepsi sang anak terhadap hewan itu adalah hewan

menjijikkan, sehingga dihindarinya, namun kalau sang anak mengalami sendiri makan masakan yang bahan utamanya daging cacing yang ternyata bergizi, lezat, dan bahkan menjadi makanan favoritnya, maka pengalamannya (experience) itu bertentangan dengan kesepakatannya semula dengan orang tuanya (agreement).

(6)

E. DOKTRIN KEPERCAYAAN DALAM ISLAM Pengertian Doktrin

Doktrin;ajaran tentang asas – asas suatu aliran politik, kepercayaan, keagamaan dsb. sedangkan yang di maksud doktrin disini adalah doktrin sentral dalam agama islam, yang meliputi

ketuhanan (Allah), Nubuwahatau rosul, wahyu, manusia, alam semesta, dan eskatologi. Doktrin-Doktrin Sentral Dalam Islam

Tidak mungkin kita bisa menghitung seluruh doktrin yang ada dalam islam dan memang tidak ada tuntutan untuk mengetahui semua dokttrin dalam islam,tapi ada beberaap doktrin sentral yang seharusnya diketahui oleh seorang mislim, doktrinsentral tersebut meliputi;Allah,Wahyu ,Rosul, Manusia, Alam Semesta, serta Eskatologi (hari kiamat).

Referensi

Dokumen terkait

cenderung mengalami preeklampsia hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa faktor primigravida akan lebih cenderung mengalami preeklampsia hal ini terbukti dari

Borang soal selidik ke atas lapan orang responden yang terlibat dalam Penilaian Formatif Kelompok Kecil (PFKK) semasa kajian rintis dan kajian sebenar. Soal selidik ini mengandungi

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, diperlukan adanya penelitian terkait dengan efektivitas dari integrasi SIMKEU dan HRIS yang berupa sistem

Berdasarkan hasil penelitian terbukti bahwa xilosa bekerja secara sinergis dengan krioprotektan lain dalam melindungi spermatozoa selama proses pembekuan, terlihat dari

Puji syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayahnya, sehingga penulis diberi kemudahan dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan judul

Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ariyanti (2011) yang berjudul Analisis Dana Pihak Ketiga, Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah audit medis kasus asma bronkial anak, yaitu kegiatan evaluasi profesi secara sistemik yang melibatkan mitra bestari

Aria teringat akan pesan ayahnya kepada adiknya Rani untuk tidak selalu menerima pemberian dari Pak Dodi karena Pak Dodi sudah sering membantu mereka.. “Maaf, Pak Dodi, saya