• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Usaha Ternak Sapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proposal Usaha Ternak Sapi"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Pengembangan Peternakan Budidaya Sapi di Gapoktan Eka Jaya

1. Nama Usaha : Budidaya Sapi Potong Gapoktan Eka Jaya 2. Jenis Usaha : a. Pengembangan sapi bakalan dan pembibitan

b. Instalasi pengolahan kotoran menjadi pupuk

3. Lokasi Usaha : RT 16 Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan

4. Jumlah Ternak

:

Sapi Betina : 7 ekor Sapi Jantan : 10 Ekor

5. Pengelola (Mitra)Usaha : Rony Hamdy, S.Pt bersama Gapoktan Eka Jaya 6. Modal / Biaya usaha :

Biaya Investasi : Rp.,- 40.500.000,-Biaya Operasional : Rp. 178,800.000,-7. Proyeksi Keuntungan : Rp.

107.000.000;-RESUME

(2)

DAFTAR ISI

HAL

Resume Proposal ... 1

Daftar Isi ... 2

Bab I Latar Belakang... 4

1 Deskripsi Dan Pengembangan Usaha ... 4

2. Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi tentang Usaha Agribisnis Budidaya Sapi... ... 5 Bab II Analisa Aspek Pasar... 7

1. Potensi Budidaya Sapi... 8

2. Analisa SWOT... 9

Bab III Aspek Produksi... 10

1. Pakan Ternak... 10

2 .Pengemukan Sapi Potong ... 10

3. Sapi Bakalan... 12

4. Pembibitan Sapi... 12

5. Pembuatan Kandang... ... 13 6. Sistim Pemelihraan dan Jangka Waktu... ... 14 7. Teknologi Mikroba Ramah Lingkungan... ... 14 8. Usaha Pengolahan limBah Peternakan... ... 14 Bab IV Program Pelaksanaan Usaha... 15

(3)

2. Kegiatan Operasional... 15

Bab V Aspek Finansial... 16

1. Biaya Investasi. ... 16

2. Biaya Produksi... 16

3. Proyeksi Pendapatan... 16

4. Proyeksi Keuntungan... 17

Bab VI Stake Holder... 18

Bab VII Lay Out... 19

Bab VIII Struktur Organisasi... 20

Bab IX Penutup... 21 Tabel 1. Konsumsi daging dan telur penduduk Provinsi Jambi tahun

2003... ... 8

Tabel.2. Populasi ternak, kepadatan ternak per km2, jumlah

pemotongan ternak, pasokan dari dalam Provinsi Jambi dan kekurangannya dipasok dari luar Provinsi Jambi. Tahun 2003... ... 8

Diagram 1Dana Pembangunan Peternakan di Dinas Peternakan Provinsi Jambi Tahun 206- 2009... ... 6

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1. DESKRIPSI DAN PENGEMBANGAN USAHA

a. Gambaran Umum Usaha

Usaha yang akan didirikan bersama Gabungan Kelompok Tani Eka Jaya yang merupakan budidaya sapi potong berbasis kemitraan dengan pengelolaanya dilakukan bersama dengan anggota kelompok tani Gapoktan tersebut. Sapi yang akan dibudidayakan adalah berjenis sapi Bali terdiri dari sapi betina, sapi jantan (sapi bakalan) dan sapi pembibitan. Budidaya sapi yang akan dilakukan adalah pengemukkan sapi potong dan pembibitan serta pengolahan kotoran sapi menjadi pupuk kandang dan untuk jangka panjang akan dikembangkan pembuatan biogas dari kotoran sapi tersebut.

b. Lokasi Usaha

Lokasi usaha berada di RT 16 Kelurahan Eka Jaya Kecamatan Jambi Selatan. Alas an lokasi ini dipilih adalah :

(5)

1. Lokasi ini berada dipinggiran kota jambi yang telah dikenal sebagai kelutahan yang memiliki lahan yang besar dan mempuinyai sumber daya alam yang besar untuk mendukung usaha peternakan.

2. Ketersediaan sarana pendukung seperti akses jalan, listrik akses telekomunikasi, sumber air bersih, akses keuangan dan lahan pertanian 3. warga didaerah ini memiliki kemampuan beternak yang tidak perlu

diragukan lagi, karena salah satu profesi yang digeluti oleh warga kelurahan Eka Jaya adalah bertani dan beternak, oleh sebab itu daerah ini memiliki sumber daya manusia yang memiliki pengalaman beternak yang lebih dari cukup dan juga telah memiliki bukan hanya kelompok tani juga memilik Gapoktan sendiri.

4. Adanya dukungan pemerintah terhadap pengembangan pertanian dan peternakan untuk daerah ini juga menjadi factor pendukung yang sangat besar. Dengan banyak program bantuan dibidang peternakan dan pertanian yang diberikan oleh pemerintah kota kepada daerah ini turut membuktikan bahwa lokasi in layak untuk dijadikan sentra usaha peternakan.

c. Latar Belakang

Peluang usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi cukup cerah. Hal ini dapat dilihat dari kebutuhan daging sapi Provinsi Jambi pada tahun 2005 diperkirakan mencapai 26.588,46 ton berdasarkan standar gizi konsumsi daging. Kebutuhan daging sapi setiap tahunnya terus meningkat pesat, sementara produksi daging sapi jauh lebih kecil, sehingga pemenuhan kebutuhan selalu negatif, kekurangan produksi daging tersebut sebagian besar didatangkan dari luar Provinsi Jambi. Konsumsi daging sapi/kerbau masyarakat Jambi pada tahun 1997 sebesar 9,1 kg/kapita/tahun, tahun 2004 konsumsi sudah mencapai 10,15 kg/kapita/tahun (BPS Provinsi Jambi, 2005), artinya konsumsi daging mengalami peningkatan sebesar 1,05 kg/kapita, dan diperkirakan konsumsi daging sapi/kerbau akan terus meningkat pada tahun-tahun mendatang. Dengan demikian usaha peternakan sapi potong di Provinsi Jambi sangat potensi dan sangat layak (feasible) untuk diusahakan.

(6)

Dengan adanya program Sarjana Membangun Desa untuk tahun 2010 ini dan didukung oleh peluang usaha yang sangat besar ini, kami sangat berminat untuk mendirikan usaha Budidaya Sapin Potong ini.

d. Tujuan dan Manfaat Usaha

Tujuan Usaha : membantu pemerintah dalam usaha memenuhi kebutuhan daging dan bibit tenak untuk Provinsi Jambi.

Manfaat dari usaha ini adalah memberikan keuntungan secara finasial kepada gapoktan dan semua yang telibat dalam usha petenakan inil

e. Masalah yang mungkin dihadapi dan pemecahannya

Adapun masalah yang mungkin dihadapi adalah hasil buangan sapi yang berupa kotoran akan menjadi hal yang menganggu karena memberikan aroma yang bau sehingga akan mengganggu masyarakat sekitarnya. Masalah ini dapat diatasi dengan perlakuan khusus dan menjadikan kotoran tersebut sebagai pupuk organik.

2. Kebijakan Pemerintah Daerah Provinsi Jambi tentang Usaha Agribisnis

Budidaya Sapi (sumber: disnak online dinas peternakan provinsi jambi)

Tekad Provinsi Jambi untuk mencapai swasembada daging tahun 2012 semakin menunjukkan arah yang jelas. Hal ini ditandai dengan akan disebarkannya ternak sapi bibit dalam jumlah yang cukup besar, bahkan yang terbesar di Provinsi Jambi sejak 10 tahun terakhir, selain itu, beberapa kegiatan lain yang ditujukan untuk

(7)

meningkatkan produktivitas ternak juga dilaksanakan, seperti kegiatan Intensifikasi Kawin Suntik dan Penyelamatan Sapi Betina Bunting di RPH/TPH.

Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memulai proses pengadaan ternak Sapi Bali di awal tahun sehingga kemungkinan memperoleh bibit Sapi Bali langsung dari sumber bibitnya (yaitu NTB dan Sulawesi Selatan) menjadi lebih besar dengan harga yang terjangkau sesuai pagu anggaran yang tersedia. Jumlah sapi yang diadakan pada tahun 2009 ini sebanyak 2.487 ekor yang terdiri dari sapi Bali bibit 2.101 ekor, sapi penggemukan 175 ekor, sapi Brahman Cross eks impor 211 ekor dan sapi Bali pejantan unggul sebanyak 35 ekor. Ternak tersebut disebarkan di 10 Kabupaten /Kota di Provinsi Jambi. Di bidang kesehatan hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jambi juga telah menyediakan obat-obatan serta tim dokter hewan agar ternak yang sampai ke peternak berada dalam status sehat dan berkembang dengan baik.

(8)

BAB II

ANALISIS ASPEK PASAR

5. Potensi Budidaya Sapi

Daging khususnya daging sapi merupakan sumber protein hewani yang banyak dibutuhkan oleh konsumsi. Indonesia dan Provinsi Jambi khususnya sampai saat ini belum mampu memenuhi kebutuhan daging tersebut, sehingga untuk memenuhi kebuthan tersebut, provinsi ini masih mendatangkan daging sapi dan bibitnya dari luar. Kondisi tersebut mengisyaratkan peluang untuk pengembangan usaha tersebut. Kondisi alam provinsi jambi sama dengan daerah lain Indonesia yaitu bersuhu tropis dengan geografis yang mendukung membuat usaha budidaya sapi sangat cocok dikembangkan didaerah ini.

Tabel 1. Konsumsi daging dan telur penduduk Provinsi Jambi tahun 2003

NO KABUPATEN/ KOTA KONSUMSI DAGING KONSUMSI TELUR

(kg) (%) (kg) (%) 1 KOTA JAMB 8.580.606 46 4.103.902,79 41 2 MUARO JAMBI 279.496 1 254.138,55 3 3 BATANG HARI 952.341 5 911.648,36 9 4 TEBO 1.730.817 9 607.211,90 6 5 BUNGO 2.950.856 16 698.969,18 7 6 MERANGIN 927.657 5 200.530,24 2 7 SAROLANGUN 447.425 2 245.913,04 2 8 KERINCI 1.627.537 9 835.196,17 8 9 TANJAB BARAT 974.869 5 1.709.902,11 17 10 TANJAB TIMUR 179.027 1 536.551,41 5 PROVINSI JAMBI 18.650.631 100 10.103.963,75 100

(9)

Tabel.2 Populasi ternak, kepadatan ternak per km2, jumlah pemotongan ternak, pasokan dari

dalam Provinsi Jambi dan kekurangannya dipasok dari luar Provinsi Jambi. Tahun 2003

No Jenis Ternak

Populasi Kepadatan Ternak Jumlah Pemotongan Pasokan dari dalam Provinsi Jambi Dipasok dari Luar Prov. Jambi

(Ekor) Per Km Setahun (ekor) (ekor)

(ekor) (ekor) 1 Sapi 147.917 2,70 18.088 6.805 11.283 2 Kerbau 68.159 1,20 12.963 5.462 7.501 3 Kuda 633 0,01 111 62 49 4 Babi 12.724 0,23 8.89 2.12 6,770 5 Kambing 132.369 2,40 25.658 16.399 9.259 6 Domba 45.916 0,80 5.844 5.768 76 7 Ayam Buras 3.985.120 74,00 4.617.275 4.268.551 348.724 8 Ayam Petelur 611.91 11,40 212.449 74.049 138.400 9 Ayam Pedaging 6.831.292 127,80 12.158.536 4.774.042 7.384.494 10 Itik 940.842 17,60 258.664 239.036 19.628

(sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jambi, 2003)

Berdasarkan data-data diatas dimana jumlah konsumsi penduduk provinsi ini sangatlah besar yaitu 18.650.631 setahunnya untuk memenuhi kebutuhan tersebut Provinsi Jambi masih mendatangkan pasokan sapi dari luar yaitu sebanyak 19.628 ekor sapi, yang berarti peluang pasar yang masih sangat besar dan layak untuk dimanfaatkan.

6. Analisi SWOT

Untuk mendirikan suatu usaha penting untuk mengetahui aspek –aspek yang mempengaruhi usaha tersebut. Aspek-aspek tersebut adalah aspek strength (kekuatan), aspek weakness (kelemahan), aspek opportunities (peluang pasar), dan aspek threath (ancaman).

(10)

a. Aspek strength (kekuatan)

- usaha budidaya sapi secara garis besar tidak lah sulit

- Kelurahan Eka Jaya memeiliki sarana yang mendukung untuk mendirikan usaha tersebut, sarana akses transportasi, listrik, telekomunikasi sumber daya manusia (dengan mengikutsertakan santri sebagai tenaga pengelolanya), akses keuangan perbankan karena berada daerah perkotaan kota jambi.

- Dukungan kebijakan Pemerintah Daerah Jambi yang besar terhadap pengembangan budidaya sapi didaerahnya.

- Harga jualnya yang stabil daripada ternak lain dan cendrung terus meningkat. b. Aspek weaknes (kelemahan)

- Terbatasnya ketersediaan bibit ternak dan atau bakalan ternak - Belum adanya pabrik makanan ternak.

c. Aspek opportunities (peluang)

- Cultur atau budaya masyarakat Jambi yang terus berkembang mengolah daging menjadi beraneka makanan seperti rendang dalam pola makan kesehariannya. - Untuk mencukupi permintaan pasar daging konsumsi masyarakat Jambi sebagian

besar masih didatangkan dari luar Provinsi Jambi khususnya daging ternak besar (60%)

- Konsumsi perkapita perhari baru mencapai 8,74 Kg (84,85%) untuk daging (sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jambi)

d. Aspek threath (ancaman)

Ancaman yang akan selalu ada pada usaha peternakan adalah serangan wabah penyakit dan harga pakan kosentrat yang kurang stabil.

(11)

BAB III

ASPEK PRODUKSI

1. Pakan Ternak.

Pakan ternak yang akan diberikan adalah hijauan ternak berupa rumput gajah dan rumput liar disekitar komplek Pondok pesantren. Selain itu sapi juga diberi kosentrat, limbah sayur (kol), daun dan batang tebu, ampas tebu, kulit ubi kayu dan jerami padi, dan pelepah sawit.

2. Penggemukan Sapi Potong

Sapi-sapi lokal yang terdapat di Indonesia, kesemuanya dapat digunakan untuk penggemukan, akan tetapi tidaklah semua jenis sapi itu mempunyai prospek yang sama untuk digemukkan. Pada bagian berikut akan di deskripsikan hal-hal yang berkenaan dengan usaha penggemukkan sapi dalam usaha peternakan sapi potong. Ada beberapa sistem penggemukan yang digunakan untuk sapi, diantaranya adalah : - Pasture Fettening

Merupakan suatu sistem penggemukan sapi yang dilakukan dengan cara menggembalakan sapi di padang pengembalaan. Teknik pemberian pakan dalam sistem ini adalah dengan pengembalan.

- Dry Lot Fattening

Merupakan suatu sistem penggemukkan sapi dengan pemberian ransum atau pakan yang mengutamakan biji-bijian, seperti jagung, sorgum atau kacang-kacangan. Namun belakangan ini penggemukan sapi dengan sistem ini bukan

(12)

hanya memberikan satujenis biji-bijian saja, tetapi sudah merupakan suatu bentuk yang diformulasi dari berbagai jenis bahan pakan konsentrat.

- Kombinasi Pasture dan Dry Lot Fattening

Di daerah tropis, pada musim banyak produksi hijauan ataupun rumput, penggemukan sapi dilakukan dengan pasture, pada musim tertentu sepeti pada musim kemarau, sewaktu produksi hjauan sudah sangat menurun, penggemukan sapi diteruskan dengan sistem Dry Lot. Usaha budidaya sapi yang akan dilaksanakan di pada PKP Al-Hidayah memakai sistim pengemukan sapi cara ini, dikarenakan suhu kota jambi adalah suhu tropis

Usaha penggemukan sapi potong membutuhkan pemeliharaan yang relatif tidak sulit. Berbeda dengan usaha sapi perah, yang pemeliharaannya harus sangat intensif. Modalnya pun tidak terlalu besar, karena besarnya modal tergantung banyaknya sapi bakalan yang akan digemukkan. Disamping itu singkatnya pemeliharaan yaitu 3 – 4 bulan juga menjadi faktor penunjang keberhasilan usaha ini. Dengan sistem penggemukan yang dipadukan dengan usaha pertanian, misalnya penanaman jagung dan sayur-sayuran. Maka usaha ini menjadi usaha tani terpadu tanpa limbah.

3. Sapi Bakalan

Sapi yang akan digemukkan biasanya disebut sebagai sapi bakalan. Sapi ini biasanya berusia 15 – 20 bulan dan memiliki bobot hidup sekitar 200 – 300 kg. Kondisi nya agak kurus tetapi sehat bertulang rangka agak besar.

Biasanya yang digunakan sebagai sapi bakalan adalah ternak yang berkelamin jantan. Jenisnya bermacam-macam, ada jenis bakalan import dan lokal. Sapi bakalan yang berasal dari galur impor ini biasanya pertumbuhannya lebih baik di banding sapi local. Pertumbuhan bobot badan perharinya berkisar 1 – 1,5 kg/ekor/hari. Karena kemampuan mengkonsumsi konsentratnya lebih baik, demikian pula dengan metabolisme tubuhnya. Sehingga dalam waktu singkat mampu mencapai bobot badan yang ideal 400 – 500 kg.

(13)

Pembibitan sapi adalah kegiatan budidaya menghasilkan bibit sapi. Persyaratan sapi untuk dijadikan sapi bibit adalah sapi bibit harus sehat dan bebas dari cacat fisik seperti cacat mata (kebutaan), tanduk patah, pincang, lumpuh, kaki dan kuku abnormal serta tidak terdapat kelainan tulang punggung atau cacat tubuh lainnya. Semua sapi betina harus bebas dari cacat alat reproduksi, abnormal ambing serta tidak menunjukan gejala mandul. Sapi jantan harus siap sebagai pejatan serta tidak memiliki cacat pada alat kelaminnya. Dalam upaya memeproleh bibit yang berkualitas melalui teknik perkawinan dapat dilakukan dengan cara kawin dan inseminasi buatan (IB). Pada kawin alam rasio jantan banding betina diusahakan 1:8-10, sedangkan inseminasi buatan memakai semen buatan SNI 01.4869.1-205 atau semen dari pejantan yang sudah teruji kualitasnya dan dinyatakan bebas dari penyakit hewan menular. Pelaksanaan kawin alam dan IB harus dilakukan pengaturan penggunaan pejantan atau semen untuk menghindari perkawinan sedarah (inbreeding)

5. Pembuatan Kandang

Beberapa syarat pembuatan kandang sapi untuk penggemukan :

- Memberi kenyamanan bagi sapi-sapi yang digemukkan dan bagi si pemelihara ataupun pekerja kandang.

- Memenuhi persyaratan bagi kesehatan sapi - Ventilasi atau pertukaran udara yang sempurna - Mudah dibersihkan

- Bahan-bahan yang digunakan dapat bertahan lama, tidak mudah lapuk, dan biayanya relatif murah dan terjangkau oleh peternak pada umumnya.

- Tidak ada genangan air di dalam maupun luar kandang Kontruksi Kandang

Sebaiknya dipilih bahan-bahan yang bersifat tahan lama, tidak menimbulkan refleksi panas terhadap sapi yang ada dalam kandang. Lantai kandang dapat dibuat dari semen, papan/kayu, atau tanah yang dipadatkan. Untuk dinding kandang disarankan dibuat hanya pada daerah-daerah yang banyak angin dan angin tertiup keras. Atap kandang, dapat berupa genting, daun tebu, daun kelapa, daun umbia, alang-alang

(14)

atau ijuk. Tempat ransum dan air minum, dapat dibuat dari tembok beton dengan lubang permukaan air pada bagian bawah dan sebaiknya dibuat cekung.

Ukuran Kandang

Ukuran kandang untuk satu ekor sapi dewasa adalah sebagai berikut :

Panjang dan lebar lantai 2,10x1,45 m untuk sapi-sapi eks impor. Untuk sapi perah jantan panjang tempat ransum beserta aiir minum adalah selebar tempat sapi yaitu sekitar 1,45-1,50 m, tempat ransum panjangnya 25-100 cm, lebar 50 cm dan kedalamannya 40 cm. Panjang tempat air minum adalah 45-55 cm, lebar 50 cm dan kedalamannya 40 cm. Pada bagian belakang sapi dibuat selokan dengan lebar sekitar 25-30 cm dan kedalaman 15-20 cm. Jalan samping antara jalan kedua baris sapi pada kandang tipe ganda harus dibuat dengan lebar 1 m.

6. Sistem Pemeliharaan dan Jangka Waktu

Sapi-sapi bakalan dipelihara selama 4 - 5 bulan. Sistem pemeliharaan yang intensif, dengan pemberian pakan konsentrat 5 – 7 kg/ekor/sapi dikombinasikan dengan hijauan 20 – 25 kg/ekor/hari.

7. Teknologi Mikroba Ramah Lingkungan

Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor mengembangkan sejenis mikroba yang harus diberikan kepada sapi sebelum dilakukan program penggemukan. Tujuan dari pemberian mikroba tambahan ini adalah untuk memperbaiki kondisi pencernaan sapi, khususnya pada perut rumennya. Agar daya cerna sapi terhadap hijauan/ serat kasar menjadi lebih baik.

8. Usaha Pengolahan Limbah Peternakan

Kotoran ternak sapi pedaging jika tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan pencemaran lingkungan. Bahkan kegiatan penanganannya bisa dijadikan sebagai sebuah bentuk usaha pengolahan limbah peternakan seperti biogas dan produksi pupuk organik.

(15)

BAB IV

PROGRAM PELAKSANAAN USAHA

Kegiatan Pra Operasional

No Jenis Kegiatan Jadwal Pelaksanaan Maret 2010 (hari) Biaya (Rp.)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1. Suvei Pasar

-2. Pembuatan Proposal

-3. Pengajuan dan presentasi

proposal

-1.Kegiatan Operasional

No Rincian kegiatan

Waktu Pelaksanaan (bulan)

I II III III IV

seterusnya 1 Pembuatan kandang

2 Penanaman Rumput 4 Pengadaan Sapi 5 Obat2an ternak dan

peralatan 6 Pelayaanan IB

BAB V

ASPEK FINANSIAL

(16)

1. Biaya Investasi (Rp. 000)

Investasi Awal Jumlah Satuan Harga satuan Biaya (Rp)

1. Kandang 1 Paket 30.000

2. peralatan 4.000

2. Instalasi sumber air dan listrik, meliputi:

- pembuatan sumur bor - pemyediaan pompa

air dan tanki air - pemasangan jaringan

dan pengadaan alat-alat listrik 1 1 1 Paket 1.500 750 250 3. Instalasi bagunan

pegolahan pupuk 1 Paket 4.000

Total Investasi Awal 40.500

2. Biaya Produksi (Rp. 000) / perioede (4-5 bulan)

No Uraian Jml Satuan Harga Satuan (Rp.) Total Rp

1 Bakalan Sapi- sapi betina - sapi jantan 7 15 Ekor 8.000 7.000 56.000 105.000 2 Pembuatan Ransum dan mikroba probiotik bio plus 1 Paket 5.000

3 Penghijauan 1 Paket 5.000

4 Obat-obatan & IB 1 Paket 2.000

5

Pengolahan pupuk kandang : - Kantong Pupuk

- Bakteri pengaya 50001 KantongKg 1000500 5.000500

6 Biaya litrik & telepon 5 Bulan 300 300

10 Pekerja Kandang 2 Orang/bln 750 1.500

Total Biaya Produksi 178.800

3. Proyeksi Pendapatan (per periode)

Penjualan sapi hasil pengemukan (@ Rp. 18.000.000) = 15 x Rp. 18.000.000,-= Rp. 270.000.000,-Penjualan pupuk kandang (@ Rp. 3000) = 5000 x Rp.

3.000,-= Rp. 15.000.000,- Pendapatan = Rp. 270.000.000,- + Rp.

(17)

285.000.000,-4. Proyeksi Keuntungan

a. Keuntungan = Pendapatan – Biaya Produksi

= Rp. 285.000.000,- - Rp.

178.000.000,-= Rp. 107.000.000

b. anak sapi (pedet) hasil pembibitan dijadikan sapi bakalan dan sapi pembibitan..

BAB VI STAKE HOLDER

(18)

Manfaat akan diterima adalah dalam bentuk keuntungan materi dan moril. Keuntungan materi didapat pengelola usaha berupa uang keuntungan hasil usaha dan kemudahan penyediaan daging bagi konsumsi masyarakat serta hasil sampingan produksi ternak seperti kototan bisa dijadikan pupuk kandang bagi usaha pertanian dan makanan bagi usaha perikanan.

2. Stake Holder

Stake holdernya adalah

a). Pemerintahan Daerah (Pemda) provinsi Jambi b). Pemerintah Kota Jambi

c). Dinas Peternakan Provinsi Jambi dan Kota Jambi

3. Kepemilikan

Usaha Budidaya Sapi ini kepemilikannya berupa kemitraan antara sarjana pendamping dan Gapoktan Eka Jaya.

4. Pengelola dan Pengontrol Usaha

Pengelola usaha peternakan adalah sarjana pendaping dan anggota Gapoktan Eka Jaya.

5. Pertanggung Jawaban

Semua kegiatan dan hasil usaha peternakan akan dipertanggung jawabkan pada:

a. Departemen Pertanian RI

b. Pemerintah Daerah Provinsi

Jambi

c. Dinas Peternakan Provinsi

Jambi

d. Pemeintah Kota Jambi

e. Dinas Peternakan Kota

(19)

BAB VII Lay Out Kandang

10 9 7 1 8 9 6 2 3 4 4 5 11 Keterangan 1. Kandang pengemukan 2. Kandang pembibitan

3. Gudang Persiapan pakan dan ransum 4. gudang penyimpanan obat-obatan 5. Gudang Peralatan Kandang

6. Tempat Tinggal Teknisi & Karyawan 7. Tempat pengolahan kotoran menjadi pupuk 8. Sumur Bor sebagai sumber air bersih 9. Tanki penampung air

10. Akses Jalan 11. Pagar Kandang

(20)

BAB IX PENUTUP

Pengembangan budidaya sapi di Provinsi Jambi memiliki peluang usaha yang sangat besar dan secara teknis, ekonomi dan finansial layak untuk dikembangkan. Dengan sumber daya yang kami miliki dan sarana prasarana yang telah tersedia serta kebijakan pemerintah pusat dan daerah yang turut mendukung, diharapkan usaha budidaya sapi potong ini dapat mendatangkan manfaat bagi pengelola usaha dan membantu mewujudkan tercapainya swasembada daging di Indonesia dan Provinsi Jambi.

Jambi, Maret 2010 Kelompok Tani

Ketua Sekretaris Bendahara

(Sumani) (Miskan) (Rony Hamdy, S.Pt)

Mengetahui

Lurah Eka Jaya Camat Kecamatan Jambi Selatan Penyuluh Peternakan

Gambar

Tabel 1. Konsumsi daging dan telur penduduk Provinsi Jambi tahun 2003

Referensi

Dokumen terkait

Perlakuan pupuk kandang ayam memberikan hasil yang lebih baik terhadap produksi tanaman cabai merah dibandingkan jenis pupuk kandang kotoran kambing dan sapi?.

Hasil penelitian menunjukan bahwa risiko-risiko yang ada dalam usaha ternak sapi potong pada kelompok I dan II diantaranya adalah risiko kemarau panjang, risiko penyakit,

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dengan judul : Usaha Ternak Sapi Potong di Kecamatan Ampel”. Tujuanpenelitianini adalah:1) Untuk

1) Pengembangan sentra-sentra pro- duksi sapi potong dan penggalian sumber daya dukung pakan murah, khususnya pada usaha pembibitan (padang penggembalaan). Berdasar- kan aspek

Prosedur tetap adalah tata cara pembibitan sapi yang baik sesuai dengan Pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian tentang Pedoman Pembibitan Sapi Potong yang

1) Pengembangan sentra-sentra pro- duksi sapi potong dan penggalian sumber daya dukung pakan murah, khususnya pada usaha pembibitan (padang penggembalaan). Berdasar- kan

Adapun fenomena yang terjadi di lokasi penelitian yang mempengaruhi usaha penggemukan ternak sapi potong yaitu kualitas bakalan sapi, pakan ternak, kandang sapi,

Hasil analisis keragaman pengaruh dosis pupuk kandang kotoran sapi terhadap berat kering tanaman di tanah gambut menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang