• Tidak ada hasil yang ditemukan

CERITA ASAL USUL PENAMAAN JORONG DI NAGARI BAWAN KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CERITA ASAL USUL PENAMAAN JORONG DI NAGARI BAWAN KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT ARTIKEL ILMIAH"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

CERITA ASAL USUL PENAMAAN JORONG DI NAGARI BAWAN

KECAMATAN AMPEK NAGARI KABUPATEN AGAM

PROVINSI SUMATERA BARAT

ARTIKEL ILMIAH

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan

(Strata I)

ROZA JULIANI

NIM 12080273

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

(2)
(3)
(4)

1 PENDAHULUAN

Sastra lisan merupakan seni bahasa yang disampaikan melalui bahasa lisan dari mulut ke telinga. Sastra lisan diwariskan secara turun-temurun bersifat anomim atau tidak diketahui siapa pengarangnya karena sastra lisan sudah ada jauh sebelum masyarakat mengenal tulisan. Sastra lisan tercipta dengan membawa sekumpulan fungsi-fungsi yang terdapat di dalamnya. Sastra lisan juga dapat diartikan sebagai tradisi lisan yang disebarkan dari mulut ke telinga dan diwariskan secara turun-temurun. Salah satu fungsi sastra lisan menurut Amir (2013:40) adalah sebagai sarana pendidikan yang penting bagi masyarakat. Sebagai sarana pendidikan, sastra menyimpan banyak ilmu pengetahuan. Dengan demikian, sebagai sastra lisan, legenda pun memiliki fungsi pendidikan yang penting bagi masyarakat

Salah satu daerah yang menurut peneliti sangat menarik untuk diteliti adalah Nagari Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Ada lima jorong yang terdapat di Nagari Bawan ini di antaranya Jorong Malabua, Jorong Pasar Bawan, Jorong Lubuak Aluang, Jorong Puduang, Jorong Anak Aia Kasiang. Berikut salah satu contoh cerita mengenai asal-usul penamaan jorong di Nagari Bawan yaitu Jorong Anak Aia Kasiang (aliran air yang kering). Dahulu kala daerah ini merupakan daerah hutan lebat yang tidak berpenghuni. Namun, seiring berjalannya masa datanglah sekelompok orang mencari tanah untuk berkebun. Tanah hutan lebat ini merupakan tanah yang tidak ada pemiliknya. Jadi siapa saja yang ingin mengelola tanah ini dibolehkan. Dengan begitu diolahnya hutan lebat menjadi kebun. Setelah sekian luasnya mengelola tanah tersebut, ditemukanlah sebuah Sungai yaitu Sungai alam namanya. Namun orang dahulu menyebut namanya Batang Masang (sungai). Air sungainya sangat bersih, semakin bersihnya, kita dapat melihat mata air dari dasar tanah Sungai tersebut. Lalu seiring berjalannya waktu orang semakin banyak mengetahui daerah dan membuat kebun di sini. Ternyata sungai tersebut bercabang dua yaitu kiri dan kanan. Batang Masang (sungai) yang daerah kanan dinamakan Batang Masang Kanan. Semakin banyak penduduk yang tinggal di sini semakin banyak pula orang berkebun di daerah Anak Aia Kasiang tersebut. Air Masang Kanan pindah aliran airnya ke Masang Kiri. Tetapi ketika hujan turun air Masang Kanan ini akan naik, sedangkan apabila cuacanya panas air Masang ini akan kering (kasiang). Dahulu nama desa ini adalah desa Masang Kanan, namun karena banyaknya peristiwa atau kejadian yang terjdi digantilah nama desa ini menjadi daerah Jorong Anak Aia Kasiang hingga saat sekarang ini.

Penelitian ini bertujuan untuk Mentranskripsikan dan menterjemahan cerita asal-usul penamaan jorong di Nagari Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat. Mendeskripsikan fungsi cerita asal-usul penamaan jorong di Nagari Bawan Kecamatan Ampek Nagari Kabupaten Agam Provinsi Sumatera.

Untuk mencapai tujuan peneliti digunakan teori Menurut Mihardja (2012:2), kesusastraan secara umum mempunyai fungsi-fungsi dalam kehidupan bermasyarakat. Fungsi-fungsi tersebut adalah sebagai berikut: (1) Fungsi rekreatif, sastra dapat memberikan hiburan yang menyenangkan bagi penikmat atau pembacanya; (2) Fungsi didaktif, sastra mampu mengarahkan atau mendidik pembacanya dengan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan yang terdapat di dalamnya; (3) Fungsi estetis, sastra mampu memberikan keindahan bagi penikmat atau pembacanya karena sifat keindahannya; (4) Fungsi moral, sastra mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca atau peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk karena sastra yang baik selalu berisi moral yang tinggi; dan (5) Fungsi religius, sastra pun menghasilkan karya-karya yang memiliki ajaran agam yang dapat diladani para penikmat atau pembaca sastra.

METODOLOGIPENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Menurut Moleong (2010:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, minsalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain. Secara holistik, dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata, bahasa, dan dengan memanfaatkan metode ilmiah.

(5)

2

Bogdan dan Taylor (dalam Moleong 2010:4) menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara utuh sehingga tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai sebagian dari sesuatu keutuhan.

Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri dan dibantu dengan lembaran pedoman wawancara, alat perekam, dan dilengkapi dengan alat tulis. Wawancara dengan informan dilakukan secara terarah dan tidak terarah. Wawancara tidak terarah dilakukan untuk memeroleh informasi yang seluas-luasnya mengenai objek penelitian dan diikuti dengan wawancara terarah dalam bentuk daftar pertannyaan yang sudah disusun sebelumnya. Proses pertama dilakukan dengan mengajukan pertanyaan penelitian kepada informan. Wawancara itu dilakukan dengan merekamnya, dan mencatat beberapa kata atau kalimat yang tidak dipahami. Kata atau kalimat yang tidak dipahami langsung ditanyakan kembali kepada informan.

Teknik penggumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yatu; (1) observasi ke lapangan untuk mencari informan yang memenuhi syarat sebagai informan dalam penelitian ini; (2) wawancara, metode wawancara menurut Aminudin (1990:102) yaitu metode pengumpulan data dengan cara menanyakan sesuatu secara responden. Dalam penelitian ini ada beberapa persiapan untuk melakukan wawancara, yaitu mempersiapkan alat perekam dan alat tulis, mempelajari dan menguasai permasalahan yang akan diwawancarai, menyiapkan pertanyaan-pertanyaan secara baik, dan menyiapkan kondisi mental, kecakapan, serta kemampuan untuk melakukan wawancara; (3) merekam, perekaman dilakukan agar data dan keterangan yang didapat lebih jelas; (4) dokumentasi-dokumentasi digunakan untuk pengambilan data yang berkaitan dengan dokumen-dokumen seperti foto informan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang dibahas dalam penelitian ini adalah transkipsi dan terjemahan cerita asal-usul penamaan jorong di Nagari Bawan serta fungsi yang terdapat dalam cerita asal-usul penamaan jorong di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat.

Nagari Bawan (versi Maruncun Dt. Basa dan Linur Dt. Kudun)

Cerita asal-usul penamaan Nagari Bawan memiliki dua versi yang berbeda. Versi pertama dalam penelitian ini didapatkan dari informan Maruncun (Dt. Basa). Sedangkan versi kedua dalam penelitian ini didapatkan dari informan Linur (Dt. Kudun). Cerita asal-usul Nagari Bawan pada versi pertama yaitu berawal dari kata baawan (berawan). Lama-kelamaan semakin cepatnya masyarakat mengucapkan kata baawan tersebut, berubahlah kata baawan menjadi bawan. Sedangkan cerita pada versi kedua adalah pada awalnya Nagari Bawan berasal dari kata babaok-an (dibawakan). Penyampaian kata “babaok-an” yang diucapkan dengan cepat oleh masyarakat menyebabkan perubahan bunyi menjadi “bawan”. hal ini dapat dilihat pada transkripsi data penamaan Nagari Bawan berikut.

Versi I

Transkripsi Data:

Nagari Bawan asal mulonyo banamo Lambah Bawan, dulu ado sakalompok urang pandatang dari daerah lua dulunyo, urang tu nyo nio mancari tampaik untuak bakabun. Deklah lamo bana bajalan baralah ka jauah e. Tibolah sakalompok urang tadi tu di Lambah Bawan ko. Sakalompok urang tu manginaplah di Lambah Bawan ko. Batanyolah ninik moyang disiko atau basajarahlah istilahnyo ko eh. Kironyo pendatang yang sakalompok tadi ko urang dari Pariaman, Lubuak Aluang, bahkan ado urang Padang yang kasiko. Disuruah lah urang ko baladang dek ninik moyang Lambah Bawan ko di daerah ko. Diagiah perjanjian, tabehlah rimbo gadang ko, barapun lawehnyo ambiaklah untuak baladang, ndak dipajua balian doh kecek ninik moyang Lambah Bawan ko.

Pai lah sakalompok urang pandatang tadi ko bajalan-jalan ka dalam rimbo ko. Urang ko mancaliak baa permukaan tanah yang ado tampek tingganyo ko. Kironyo sampailah urang ko ka

(6)

3

daerah yang dinamoan Matua kini ko a. Matua ko daerah tertinggi disiko. Mamandanglah urang dari Matua ko ka arah Lambah Bawan ko. Nampak deknyo Lambah Berawan kalau bahaso urang kini dataran rendah yang berawan. Daerah ko dulu banyak kayu-kayu. Kalau wak mancaliak dari ateh tu banyak kabuik lambek nampak mato hari disiko. Lah jam lapan alun gai nampak matohari disiko lai doh. Lah jam sapuluah baru ka kalua mato hari tu. Daerah ko kalam dulunyo ko. Lah tasabuik bana dek urang kini ko pagi urang Bawan keceknyo.

Lah siang hari alun jo nampak matohari ko leh. Tu makonyo dinamoan Lambah Bawan. Kironyo bara banyak kampuang yang ado di Kecamatan Ampek Nagari yang dinamoan kini ko. Yo Lambah Bawan ko nagari yang tarandah dari Nagari lainnyo. Lah tanamo bana kini ko dek urang lambah tu, makonyo banamo Lambah Bawan. Samakin banyak urang datang kasikolah banyak lo lahan tabukak untuak baladang di duduakanlah ninik mamak di siko. Dek daerah lah samakin maju, di untuakan lah tanah yang di barasihan dek urang yang banyak ko. Mako dibueklah Nagari di siko, banamolah nagari ko Nagari Bawan. Bailangan me Lambah e leh. Dek daerah lah mulai maju ndak mungkinlah Lambah Bawan jo namonyo lai doh. Makonyo sampai kini banamolah Nagari Bawan me kini leh.

Terjemahan:

Nagari Bawan asal mulanya bernama Lambah Bawan (lembah yang berawan), dahulunya ada sekelompok orang pendatang dari daerah luar dahulunya, orang itu dia mau mencari tempat untuk berkebun. Karena sudah terlalu lama berjalan begitu jauh. Sampailah sekelompok orang tersebut di Lambah Bawan (lembah yang berawan) ini. Sekelompok orang itu menginaplah di Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan) ini. Nenek moyang orang bawan ini bertanya atau bersejarahlah istilahnya. Rupanya pendatang yang sekelompok ini adalah orang dari Pariaman, Lubuk Alung, bahkan ada orang dari Padang yang kesini. Diperintahkanlah orang tersebut untuk berkebun oleh nenek moyang Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan) ini di daerah ini. Diberikanlah perjanjian, bersihkanlah hutan besar ini berapapun banyaknya ambillah untuk berkebun, tidak diperjual belikan kata nenek moyang Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan) ini.

Pergilah sekelompok orang pendatang tadi ini berjalan-jalan ke dalam hutan ini. Orang ini melihat bagaimana permukaan tanah yang ada di tempat tinggalnya ini. Rupanya sampailah orang ini ke daerah yang dinamakan dengan Matua hingga saat sekarang ini. Matua merupakan daerah tertinggi di Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan) tersebut. Lalu sekelompok orang tersebut memandang dari daerah Matua ke arah Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan) maka terlihatlah Lembah Berawan atau dataran rendah yang berawan. Daerah ini dahulunya banyak ditumbuhi dengan kayu-kayu. Apabila kita memandang dari atas, maka banyak asap/awan yang kita lihat. Sudah pukul 8 matahari belum juga tampak hingga pukul 10 barulah matahari mulai tampak.

Udah siang hari belum juga kelihatan matahari ini lagi. Itu makanya dinamakan Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan). Dengan demikian orang-orang yang ada disini khususnya orang Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan) memberi nama daerah ini Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan). Ternyata diantara banyak kampung yang ada di Kecamatan Ampek Nagari ini, Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan) inilah kampung yang paling terendah. Semakin banyak pendatang baru yang datang ke daerah ini, maka semakin luas pula lahan yang dikelola untuk berkebun dengan melakukan musyawarah dengan ninik mamak yang ada disini. Dengan semakin berkembangnya zaman daerah ini pun semakin maju, sehingga tanah yang telah dikelola oleh orang banyak tersebut, didirikanlah sebuah Nagari yang bernama Nagari Bawan, dahulunya bernama Lambah Bawan (dataran rendah yang berawan). Karena daerah sudah semakin maju dan di hilangkanlah nama Lambah (lembah/dataran rendah) tersebut. Maka jadilah nama Nagari ini Nagari Bawan sampai saat sekarang ini.

Informan II Transkripsi Data:

Sejarah Nagari ko baa kok banamo Nagari Bawan, pado zaman dahulu iduik bara lah ka payahnyo. Urang dulu pado umumnyo banyak anak. Iduik sabana payah bagi kaum laki-laki banyak

(7)

4

pai marantau. Ado sakalompok urang pendatang dari daerah lain datang lah kasiko mancari lahan untuak bakabun. Sakalompok urang pendatang ko tibo lah di Nagari yang di namoan Nagari Bawan kini ko. Tanah bara lah kasuburnyo di siko apo me di tanam subur me taruih, ndak harus pakai pupuak doh. Lagian pado zaman dulu ndak lo adoh pupuak doh. Tapi sayangnyo di siko jauah bana perhubungan. Indak adoh urang basuo di siko salain urang sakalompok awak tu doh. Barundianglah sakalompok niniak mamak tadi ko. Kalau tanah ko untuak baladang rancak bana, tapi jauah dari perhubungan kalau awak butuh makan apopun yang kadicari yo indak kabasuo di sekitar daerah ko doh.

Pulanglah sakalompok ninik mamak ko ka kampuang masiang-masiangnyo liak. Tibo di kampuangnyo niniak mamak ko basapakaik untuak pai ka kampuang ko liak, tapi sakalompok niniak mamak ko lah basapakaik mambaok bekal untuak bara minggu di siko. Dibueknyolah pondok di kampuang ko untuak tingga di siko. Baladang lah niniak mamak ko di siko. Bara minggu kamudian pulang lah niniak mamak ko dari siko, tapi indak sadoalahannyo pulang kampuang doh. Ado bara urang yang tingga disiko untuk mahunian tampek tingga. Mungkin kalau ndak adoh urang tingga di siko pondok yang dibuek tu bisanyo tanggaan dek binatang yang ado di siko. Tibo niniak mamak tu di kampuang batanyalah kamanakan-kamanakannyo yang banyak ko. Baa keadaannyo di situ mak, lai bisa untuk dipaladangan kecek kamanakannyo tadi ko. Lai kecek mamaknyo, tapi yo babaokan amueh enyo. Kecek mamak e ko. Babaokan baa lo ko mak, yo mambaok bekal wak kasitu, jauah bana perhubungan untuak mancari makanan apolagi mintak tolong.

Tapi kok lai rancak tanahnyo ndak baa doh mak, kecek kamanakannyo tadi. Tanahnyo rancak bana, apo me yang di tanam di situ rancak menyo. Tapi yo harus wak hunian malam-malam dari binatang yang ado di situ kecek mamak tadi tu. Ndak baa doh mak. Bilo mamak pai kasitu lai? Pai lo lah wak ciek mak kecek kamanakannyo ko. Ndak baa doh, tapi yo banyak baok baka yo. Pai lah mamak ko samo kamanakannyo. Baladang lahnyo di siko baliak. Bara bulan kamudian pulang lah urang ko liak. Batanyo lah urang yang di kampuang ko lai. Bilo ka pai ka kampuang yang Babaokan tu liak kecek urang kampuang. Dek acok urang manyabuik Babaokan. Di namoan kampuang ko Bawan lai.

Terjemahan:

Sejarah mengapa Nagari ini bisa dinamakan Nagari Bawan, pada zaman dahulu kehidupan orang-orang yang ada di sini sangat susah, orang dahulu pada umumnya banyak anak, hidup sangat susah bagi kaum laki-laki banyak yang pergi merantau ke daerah lain. Lalu ada sekelompok orang yang datang dari daerah lain yang mencari lahan untuk berkebun di sini. Tanah yang ada di daerah Nagari Bawan ini memiliki kondisi tanah yang sangat subur, apapun yang di tanam selalu subur dan tidak memerlukan pupuk, lagi pula pada zaman dahulu orang belum mengenal yang namanya pupuk. Tapi sayangnya daerah ini sangat jauh dari pemukiman sehingga orang-orang yang ada di sana tidak pernah berhubungan dengan orang di luar daerah tersebut kecuali dengan orang-orang yang ada di sana. Sehingga bermusyawarahlah para ninik mamak yang ada di sini, untuk menjadikan tanah yang ada di sini sebagai lahan untuk berkebun. Namun mereka sangat khwatir dengan keadaan daerahnya yang jauh dari permukiman, tidak memungkinkan kita untuk melangsungkan kehidupan di sini, sebab bahan pangan untuk makanan sangat sulit.

Lalu pulanglah sekelompok ninik mamak ini ke daerah masing-masing. Setelah tiba di kampung masing-masing mereka (ninik mamak) ini pun bermufakat untuk kembali lagi ke daerah tersebut (Nagari Bawan), dengan membawa pembekalan untuk mereka tinggal beberapa minggu di sana. Setiba di sana mereka membuat sebuah gubuk sebagai tempat tinggal dan mengelola lahan tersebut untuk berkebun. Beberapa minggu kemudian mereka kembali lagi ke kampungnya, namun ada sebagian dari mereka yang tidak pulang kampung. Mereka yang tidak pulang kampung di tugaskan untuk menghuni daerah tersebut, supaya pondok yang didirikan tidak dihancurkan oleh binatang. Para ninik mamak yang pulang kampung tersebut, setiba dikampungnya ditanyalah oleh keponakannya mengenai keadaan tanah yang ada di sana, apakah bisa di olah menjadi lahan untuk perkebunan. Lalu mereka (ninik mamak) menjelaskan kepada kemenakannya, bisa dengan syarat kita membawa sesuatu,

(8)

5

lalu keponakannya bertanya lagi mambawa maksudnya apa mak? Membawa maksudnya membawa bekal untuk di sana, sebab daerahnya jauh dari pemukiman sehingga susah untuk mencari makanan dan meminta bantuan, tidak masalah mak jawab kemenakanya yang penting tanah yang ada di sana dapat dijadikan sebagai lahan untuk berkebun.

Tapi kalau tanahnya bagus tidak apa-apa mak. Kalau masalah tanah tidak ada yang perlu di takutkan ujar ninik mamaknya tersebut, akan tetapi kita harus menjaga tanaman yang ada di sana supaya tidak di hancurkan oleh binatang. Tidak maslah mak, kapan mamak pergi ke sana lagi ungkap kamanakannya, sambil mengatakan ingin pergi ke sana. Lalu pergilah mereka ke sini dan membuat lahan untuk berkebun. Beberapa bulan kemudian lalu mereka kembali lagi ke kampung mereka, setelah tiba dikampungnya banyak orang kampung bertanya kapan kembali lagi ke kampung babaokan tersebut. Karena banyak orang-orang mengatakan daerah babaokan, makanya daerah tersebut dinamakan kampung Bawan dan sekarang sudah menjadi Nagari Bawan.

Anak Aia Kasiang (versi Maruncun Dt. Basa dan Linur Dt. Kudun)

Ceria asal-usul penamaan jorong Anak Aia Kasiang (aliran air yang kering) memiki dua versi yang berbeda. Versi pertama cerita ini didapatkan dari informan Maruncun (Dt. Basa). Sedangkan versi kedua didapatkan dari informan Linur (Dt. Kudun). Versi pertama cerita asal-usul penamaan jorong Anak Aia Kasiang yaitu berawal dari kejadian suatu sungai yang kering atau dalam bahasa daerah Agam disebut “aia kasiang”. Ketika hari panas sungai itu kering tapi ketika hari hujan sungai itu berair. Maka dinamakanlah ini jorong Anak Aia Kasiang (aliran sungai yang kering). Sedangkan cerita pada versi kedua yaitu berawal dari penemuan suara air yang berputar di dalam hutan itu (anak aia mangasiang). Tetapi tidak ditemukan asal suara air tersebut. Hanya sebuah sungai yang ditemukan di tempat itu. sungai itu kering suara air berputar itu berasal dari sungai yang kering tersebut. Maka dinamakanlah jorong ini dengan jorong Anak Aia Kasiang (anak aia manggasiang).

Versi I

Transkripsi Data:

Dahulunyo daerah ko rimbo gadang ndak ado urang yang menghuninyo doh. Adolah urang datang kasiko mancari tanah untuak bakabun. Tanah rimbo gadang ko kan tanah lapeh me nyo ndak adoh gai urang yang punyo e doh sia yang nio me nyo ro. Kok nio wak ambiak lah, tabehlah itu me caro enyo. Jadi nyo tabeh lah dek urang ko rimbo gadang tadi untuak ka di ladangan, kironyo basuo lah dek urang ko banda gadang dalam rimbo tadi, banda alam namonyo. Urang dulu manamoan ndak banda doh tapi batang masang namonyo deknyo. Aia banda tu ndak dapek aka barasiahnyo doh, samakin barasiahnyo Nampak mato aianyo kalua dari dasar tanah tu, mode tu bana barasiahnyo.

Lah banyak jo urang baladang di daerah ko nyo tabeh jo rimbo ko taruih, kironyo basuo lah dek urang ko batang masang ko bacabang duo, yang ciek ka kiri yang ciek ka kanan. Tampek daerah awak kini ko kanan arahnyo di namoan lah daerahko masang kanan dulunyo. Batambah banyak juo penduduknyo Nagari batambah maju urang banyak nan baladang di siko kiro e kasiang lah aia ko. Kasiang Masang kanan ko baraliah aia ko ka Masang kiri. Tapi katiko hari hujan Masang ko ado aianyo kalau hari panehnyo kasiang, kasiang ko samo jo kariang. Dulu namonyo desa masang kanan dek lah banyak peristiwa dan kajadian di siko bajadian lah daerah ko jorong Anak Aia Kasiang leh. Bahaso awaknyo kalau kini ko anak aia yang kariang lah istilahnyo. Sampai kini banamo lah daerah ko jorong Anak Aia Kasiang.

Terjemahan:

Dahulunya daerah ini hutan besar tidak ada orang yang menghuninya. Namun, seiring berjalannya masa datanglah sekelompok orang mencari tanah untuk berkebun. Tanah hutan besar ini merupakan tanah yang tidak ada pemiliknya. Jadi siapa saja yang mau mengelola tanah ini dibolehkan. Dengan begitu diolahnya hutan lebat menjadi kebun. Setelah sekian luasnya mengelola tanah tersebut, ditemukanlah sebuah sungai yaitu Sungai Alam namanya. Namun orang dahulu menyebut namanya Batang Masang. Air sungainya sangat bersih, semakin bersihnya, kita dapat melihat mata air dari dasar tanah sungai tersebut.

(9)

6

Sudah banyak juga orang berkebun di daerah ini. Dia bersihkan juga hutan ini terus rupanya bertemu sama orang ini batang masang (sungai) tersebut bercabang dua yaitu kiri dan kanan. Batang Masang (sungai) yang di bagian kanan dinamakan Batang Masang (sungai) Kanan. Semakin banyak penduduk yang tinggal di sini semakin banyak pula orang berkebun di daerah Anak Aia Kasiang (aliran air yang kering) tersebut. Air Masang (sungai) Kanan pindah aliran airnya ke Masang Kiri. Tetapi ketika hujan turun air Masang (sungai) ini akan naik, sedangkan apabila cuacanya panas air Masang (sungai) ini akan kering. Dahulu nama Desa ini adalah Desa Masang Kanan, namun karena banyaknya peristiwa atau kejadian yang terjadi digantilah nama Desa ini menjadi daerah Jorong Anak Aia Kasiang hingga saat sekarang ini.

Versi II

Transkripsi Data:

Asal usul baa kok namo tampek ko Anak Aia Kasiang. Dulu katiko kampuang ko diolah dek urang yang partamo datang ka tampek ko nyo adoh tadanga deknyo buni aia baputa yo sabana kancang buninyo, dicaliaknyo lah dima buni aia baputa tadi, tambah lamo buni aia ko tambah jauah jo, basuolah dek urang ko bantuak banda tapi banda tu gadang kayak batang masang, tapi ndak adoh aianyo doh, katiko urang ko sampai di tampek tu ilang me buni aia tu leh.

Terjemahan:

Asal-usul bagaimana bisa nama tempat ini Anak Aia Kasiang (aliran air yang kering), dahulu ketika kampung ini dikelola sama orang-orang yang pertama kali datang ke daerah tersebut. Lalu orang-orang tersebut mendengar bunyi air berputar yang sangat keras sekali dan bunyinya semakin lama semakin jauh, kemudian mereka mencari sumber bunyi air tersebut. Akhirnya setelah sekian lama mencari sumber bunyi tersebut mereka menemukan sebuah sungai yang besar seperti Batang Masang (sungai), akan tetapi tidak berair, dan ketika mereka sampai disana bunyinya langsung hilang, dengan begitulah mereka memberi nama daerah ini Anak Aia Kasiang (aliran air yang kering).

Malabua (versi Maruncun Dt. Basa dan Linur Dt. Kudun)

Ceria asal-usul penamaan jorong Malabua memiliki dua versi yang berbeda. Versi yang pertama yaitu dari informan Maruncun (Dt. Basa) mengatakan bahwa jorong Malabua ini pada awalnya berasal dari kata Melebur. Masyarakat dari daerah Padang Galanggang berpindah tempat ke jorong Malabua. Sedangkan cerita pada versi kedua yang didapatkan dari informan Linur (Dt. Kudun). Bahwa jorong Malabua ini pada dahulunya ada seorang warga yang menangkap ikan dengan jaringan ikan, dan orang tersebut memekul-mukul (malabua-labua) air di tempat itu. Maka sekarang jadilah nama jorong ini jorong Malabua (memukul-mukul air.

Versi I

Transkripsi Data:

Asal mulo namo kampuang ko Malabua, pado zaman dahulu sabalun nagari ko merdeka kampuang ko kan rimbo dulunyo ko. Di siko ado batang masang Lambah dareh, atau Padang Galanggang, di siko kan adoh batang aia dulu. Ciri-ciri daerah yang tertua dimukimi oleh penduduk tu pasti aia, namonyo batang dareh kalau ka ilie nyo masih tamasuak daerah bawan atau daerah lambah, lambah dareh tu dulu yang terkenalnyo istilae kampuang ketek yang tertua e kemudian dakek lambah dareh tu ado namonyo Padang Galanggang, Padang Galanggang ko dulu pado zaman perkembangan masyarakat Bawan tu samo jo medan papaneh dek awak kini nyo kan satu Nagari ko a, yang di pasa ko lah pusat pemerintahan, dulu Bawan ko kan rajo ko, samo jo Tiku yang dikuasai oleh raja sebelum adonyo niniak mamak kan raja dulu ko nyo daerah rantau dari luhak agam jadi rajo ko ado lo samacam bentengnyo atau istananyo lah di siko pusat pemerintahannyo.

Jadi pusat keramaianyo yo di Padang Galanggang ko dakek lambah dareh ko, jadi kalau kawasan lambah dareh ko tamasuak malabua jadi baa kok tenar Malabua pado Lambah Dareh ndak. Lambah dareh ko daeranyo di dalam sabalun jalan masuak Lambah Dareh ko ndak tersentuh dek jalan doh jadinyo daerah kadalamnyo, yang tersentunyo daerah ketenyo namonyo malabua pado hal asa dulunyo yang rami tu ndak Malabua doh, Lambah Dareh ko yang rami dulu sebab kalau padang

(10)

7

galanggang tu samo jo medan bapaneh minsalnyo apo pun perhelapan anak nagari yang di adoan dek rajo tu di Padang Galanggang, paliang urang dulunyo ro adu ayam sagalo macam di adoan di Padang Galanggang, Padang Galanggang ko masuak ka daerah Lambah Dareh, kemudian dek lambah dareh ko tertinggal. Akses urang ka malabua, dek Malabua di lalui transportasi jadi sahinggonyo lipue lambah dareh jo Padang Galanggang tu, bakisak lah urang. Soalnyo kehidupan lah banyak ka Malabua. Jadi, di buek lah pemerintahan e dulu atau desanyo. Sebab di siko lah penduduknyo rami padahal daerah ko saketeknyo. Baa kok dinamoan Malabua? meleburnyo masyarakat dari Lambah Dareh. Atau berkembangnyo masyarakat dari lambah dareh ka Malabua. Itu makonyo sampai kini di namoan Malabua.

Terjemahan:

Asal mula nama kampung ini Malabua. Pada zaman dahulu sebelum nagari ini merdeka kampung ini dikelilingi oleh hutan lebat dahulunya. Di daerah ini ada Batang Masang, Lambah Dareh, atau Padang Galanggang. Dahulu di daerah ini ada sungai yang mana ciri-ciri daerah tertua itu ditandai dengan adanya sungai. Sungai yang ada di daerah sana bernama Batang Dareh. Jika kita datang dari daerah Bawan maka Batang Dareh masih termasuk daerah Bawan atau daerah lambah. Lambah ini memiliki istilah kampung kecil. Di dekat Lambah Dareh ada daerah yang bernama Padang Galanggang, Padang Galanggang pada zaman dahulu perkembangan masyarakat Bawan itu sama dengan medan papaneh. Dahulu daerah Bawan ini dipimpin oleh seorang raja hingga sampai ke daerah Tiku. Sebelum ada ninik mamak, daerah Bawan ini merupakan daerah perantauan dari Luhak Agam. Jadi raja yang ada di daerah tersebut ada memiliki benteng atau istana sebagai pusat pemerintahan.

Jadi pusat keramaian yang ada di Padang Galanggang dekat Lambah Dareh ini termasuk Malabua. Lalu kenapa nama Malabua ini terkenal hingga saat sekarang ini, karena daerah Malabua ini dekat di pusat keramaian, sedangkan Lambah Dareh daerahnya terletak di bagian dalam, dan jauh dari keramaian. Begitu juga dengan daerah Padang Galanggang. Daerah padang galanggang ini terkenal karena di sana dijadikan sebagai tempat pelaksanaan perhelatan anak nagari dan lomba mengadu ayam yang diadakan oleh sang raja. Daerah Padang Galanggang ini termasuk daerah Lembah Dareh, kemudian karena daerah Lambah Dareh ini daerah tertinggal, sedangkan daerah Malabua menjadi daerah yang maju hal ini disebabkan karena daerah ini dilewati oleh alat transfortasi sehingga penduduk di sana banyak yang pindah ke daerah Malabua. Sehingga dibuat suatu pemerintahan atau dasar dari daerah tersebut. Sebab disinilah penduduknya ramai, padahal daerah ini tidak begitu luas. Asal-usul daerah ini bernama Malabua? karena meleburnya masyarakat dari Lambah Dareh, atau berkembangnya masyarakat dari Lambah Dareh ke daerah Malabua, oleh sebab itulah namanya daerah Malabua hingga saat sekarang ini.

Versi II

Transkripsi Data:

Asal usul baa kok Malabua namo daerah ko, sabalum daerah ko banamo malabua, namonyo dulu Bancah Tungka. Kini baru batuka namonyo Malabua, asal usul namo Malabua ko dulu di siko kan ado bancah di bancah ko lauaknyo ndak dapek aka banyak e doh, di tahan lah jariang dek urang di labua-labu e aia tu, lah siapnyo labua-labua e di angkek lah jariang ko kateh tabiang kiro e ndak tanguang banyak dapek lauak dek e doh. Nyo sabuik lah ka kawan-kawannyo sajak tu banyak lah urang mancari lauak di siko. Kalau ado urang batanyo, kama pai mancari lauak ro? Tampek wak malabua patang tu. Sajak tu lakek me namo kampuang ko malabua leh, sampai kini daerah ko banamo jorong malabua. Itulah sejarahnyo Malabua.

Terjemahan:

Asal-usul dinama daerah ini Malabua? Pada zaman dahulu nama daerah ini adalah daerah Bancah Tungka. Namun saat sekarang ini diganti menjadi daerah Malabua. Asal-usul nama daerah ini Malabua yaitu di daerah ini terdapat bancah/air yang tergenang yang di dalamnya terdapat banyak ikan. Di bancah tersebut orang menjaring ikan karena ikannya sangat banyak. Di saat orang sedang

(11)

8

memasang jaring lalu orang tersebut memukul-mukul (malabua-labua) air tersebut. Setelah airnya dipukul (malabua), lalu jaring tersebut di angkat ke pinggir, sambil mengambil ikan yang tertangkap di jaring tersebut. Lalu diceritakanlah kepada orang-orang yang ada di sana, dan orang-orang tersebut pun ikut mencari ikan di sana. sehingga jika ada orang yang bertanya kemana mencari ikan? Mereka selalu menjawab ke tempat kita Malabua kemaren ungkapnya”. Sejak itulah melekat namanya menjadi daerah Malabua hingga sampai saat sekarang ini.

Puduang

Cerita asal-usul jorong Puduang berawal dari kata Mampuduang (terik matahari yang sangat panas). Pada dahulunya di tempat ini sangatlah panas sehingga orang takut untuk lewat di tempat ini. Karena tidak sanggup menahan panasnya terik matahari. Mampuduang itu adalah bahasa orang di daerah ini, yang artinya terik matahari yang sangat panas. Kata Mampuduang berubah menjadi Puduang karna, kesepakatan dan kebersamaan orang yang tinggal disini menyebutnya jorong Puduang. Maka sampai sekarang nama Jorong ini jorong Puduang.

Informan IV Transkripsi Data:

Asal-usul namo jorong Puduang. Puduang (mampuduang) adalah ndak tanguang dek anggek e paneh doh. Pado zaman dahulu daerah ko banyak tumbuah padang ilalang di siko. Yo ilalang me yang tumbuah di sikonyo. Ndak adoh gai tumbuhan lain salain ilalang doh. Ilalang ko tinggi lo. Mungkin dek tanahnyo subur. Bahkan urang yang jalan kaki lalu di dalam ilalang tu mambana deknyo. Yo sabana mampuduang angeknyo. Dek samakin anggeknyo urang yang lalu di dalam tu raso ka muntah dek Manahan anggek. Satiok urang yang lalu kadalam tu sadoalah e mangicek raso ka muntah dek manahan angek e paneh. Dek itu di agiah namo daerah ko Puduang. Kalau urang dulu maagiah namo ko kan mudah me nyo. Sampai kini namo daerah ko Puduang jo leh.

Terjemahan:

Asal-usul nama jorong Puduang. Puduang (mampuduang) adalah begitu panasnya terik matahari. Pada zaman dahulu daerah ini hanya ditumbuhi padang ilalang. Hanya ilalang yang tumbuh di daerah ini. Ilalang itu sangatlah tinggi. Bahkan orang yang berjalan kaki lewat disana tidaklah sanggup menahan panasnya terik matahari dan orang tersebut ingin muntah karena menahan panas. Setiap orang yang lewat di sana akan merasakan dan berkata hal yang sama dengan orang yang sebelumnya pernah lewat di tempat tersebut. Karena itulah tempat ini di beri nama jorong Puduang sampai saat ini. Puduang itu adalah terik matahari yang sangat panas (mampuduang).

Lubuak Aluang

Cerita asal-usul jorong Lubuak Aluang itu karena dahulu banyak orang Lubuk Alung yang merantau dan tinggal di tempat ini untuk berkebun. Sampai saat ini jorong Lubuak Aluang ini hanya di tempatkan oleh orang pendatang dari Lubuk Alung sampai saai ini.

Informan V Transkripsi Data:

Pado zaman dahulu daerah ko daerah yang ndak maju dan jauh dari permukiman punduduk. Daerah ko Cuma di tumbuhi dek hutan me nyo. Ndak ado urang yang tingga disiko mambarasihan rimbo ko doh. Urang hanyo bakumpua dikota atau di tampek rami me nyo. Akhirnyo ado pendatang yang tibo di tampek tu ingin baladang. Urang ko urang yang akan manjadi pribumi di tampek tu. Lamo-kalamoan nagari batambah maju juo dan penduduk pun samakin batambah banyak. Urang di zaman dulu suko marantau dan mancari kehidupan baru. Datanglah urang dari Lubuak Aluang ka tampek tu, untuk mancari lahan baladang.

Dek tanah disitu subur apo me yang di tanam ndak tangguang subur e doh. Tapi, yo sabana banyak musuah e atau binatang yang ado di hutan tu. Dek tu urang Lubuak Aluang ko sapakat untuak tingga di tampek tu untuk baladang. Supayo tanamannyo ndaknyo gaduah dek binatang doh. Katiko urang tu pulang ka kampuang halamannyo dan babaliak ka tampek tu liak. Dek urang ko bacarito di

(12)

9

kampuangnyo, kironyo banyak urang dari Lubuak Aluang tu pai ka tampek tu. Akhirnyo urang pendatang dari Lubuak Aluang me tingga disiko leh. Sampai saat ko jorongko di huni samo urang pendatang dari Lubuak Aluang. Makonyo dinamoan daerah ko lubuak aluang sampai saat ko.

Terjemahan:

Pada zaman dahulu daerah disini adalah daerah yang tertinggal dan jauh dari permukiman penduduk. Daerah ini hanyalah di tumbuhi oleh hutan lebat dan tidak ada satu orang pun yang menggarap hutan tersebut. Orang hanya berkumpul di kota dan di tempat keramaian. Pada saat itu ada pendatang yang ingin menempati lahan itu untuk berladang. Orang pendatang itu adalah orang yang akan menjadi pribumi di tempat itu. Seiring berjalanya waktu daerah semakin maju dan penduduk pun semakin banyak. Orang pada zaman dahulu suka merantau dan mencari penghidupan yang baru. Datanglah sekelompok ninik mamak dari Lubuak Aluang ke tempat itu guna mencari lahan untuk berladang.

Karena tanah di daerah itu sangatlah subur, apapun yang ditanam sangatlah bagus. Tapi, harus berhadapan dengan musuh atau binatang-binatang liar yang ada di hutan tersebut. Maka dari itu pendatang dari lubuak aluang ini memutuskan tinggal di daerah tersebut untuk berladang, supaya tanamannya tidak di ganggu oleh binatang liar. Tidak lama kemudian orang ini pulang ke kampung halamannya dan menceritakan kondisi yang ada di daerah yang dia tempatkan itu. akhirnya ketika ia balik ke daerah itu orang lubuak aluang ini juga banyak berminat untuk ikut kedaerah tersebut dan tinggal di sana. akhirnya daerah ini dipenuhi oleh orang pendatang dari lubuak aluang. Sehingga bisa dikatakan tidak ada orang pribumi yang tinggal disana sampai saat ini.

KESIMPULAN

Beberapa simpulan yang merupakan temuan pada penelitian tentang sastra lisan cerita asal-usul penamaan jorong di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut.

1. Asal-usul penamaan jorong di Nagari Bawan termasuk jenis sastra lisan dalam bentuk cerita prosa rakyat, yaitu legenda setempat. Legenda setempat adalah cerita yang berhubungan dengan suatu tempat, nama tempat, dan bentuk tipografi. Bentuk tiposgrafi yakni berbentuk permukaan suatu tempat, apakah berbukit-bukit, berjurang, dan sebagainya.

2. Asal-usul penamaan jorong di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat berdasarkan bentuk daerah dan peristiwa yang bersejarah. Pemberian nama-nama jorong tersebut berdasarkan keputusan bersaman dan di ambil dari alam. Bentuk legenda ini berupa cerita lepas.

3. Setiap cerita tentu mempunyai fungsi. Fungsi tersebut yaitu mengarahkan dan mendidik pendengar dengan nilai-nilai kebaikan yang terdapat di dalamnya, memberikan keindahan bagi pendengar dan pembaca karena sifat keindahanya, juga mampu memberikan pengetahuan kepada pembaca atau peminatnya sehingga tahu moral yang baik dan buruk. Serta memiliki ajaran agama yang dapat diteladani oleh pendengar atau pembacanya.

SARAN

Berkaitan dengan penelitian mengenai asal-usul penamaan jorong di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, peneliti ingin menyampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan simpulan penelitian tentang asal-usul nama jorong di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut. 1. Kepada guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang mengajar di SMA agar memperkenalkan sastra lebih luas lagi, baik dari media penyampaiannya yang terdiri atas sastra lisan maupun sastra tulis, serta jenis-jenis sastra lisan beserta contonya. Memperkenalkan sastra sejak dini kepada siswa dapat menanamkan fungsi-fungsi pengajaran yang terdapat di dalamnya. 2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan penelitian selanjutnya pada wilayah

(13)

10

3. Perlunya didokumentasikan cerita penamaan jorong ini sebagai informasi bagi masyarakat dan untuk generasi berikutnya di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat.

4. Diharapkan kepada masyarakat setempat agar mengetahui asal-usul dan fungsi nama jorong di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat. Menurut hasil penelitian umumnya masyarakat Nagari Bawan tidak mengetahui asal-usul dan fungsi kampungnya sendiri.

5. Bagi pemerintah daerah setempat agar ikut berpatisipasi untuk menjaga dan melestarikan sastra lisan yang merupakan khasanah budaya bangsa.

6. Di samping asal-usul nama jorong, beberapa bentuk sastra lisan lainya di Nagari Bawan atau daerah lainnya di Pasaman Barat sangat membutuhkan adanya penelitian khasanah sastra lisan lainya, seperti ungkapan larangan, petatah-petitih, pantun, mantra dan lain-lain.

KEPUSTAKAAN

Amir, Adriyetti.2013. Sastra Lisan Indonesia. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Mihardja, Ratih. 2012. Sastra Indonesia: Majas, Saja , Puisi Syair, Pantun, dan Peribahasa. Jakarta: Laskar Aksara.

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah spora mikoriza yang terdeteksi pada rizosfer bawang merah yang terbanyak berasal dari aplikasi pupuk NPK 15-15-15 dosis 2,5 g/ tanaman dikombinasikan dengan aplikasi pupuk

Pada masa ini muncul pemikiran bahwa Common School tidak hanya membekali siswanya dengan pendidikan dasar di bidang 3 R (reading, writing, aritmathic) dan pendidikan moral

diperoleh di lapangan diketahui bahwa pemanfaatan hasil hutan yang terdapat di Dusun Lemang dan Siamang diantaranya pemanfaatan petai, pemanfaatan ikan, pemanfaatan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, maka kesimpulannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kecemasan sebelum bertanding dengan

besar pengaruh brand equity pasta gigi Pepsodent terhadap loyalitas pelanggan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa brand equity yang terdiri dari brand. awareness,

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester V Pendidikan Bahasa Jepang UNNES Angkatan

Penelitian ini dilakukan pada Yayasan Pendidikan Islam Nurul Burhan yang berloksi di kampung Soreang, Desa Munjul, Kecamatan Cilaku, Kabupaten Cianjur,