• Tidak ada hasil yang ditemukan

New Load Balance

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "New Load Balance"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

IMPLEMENTASI LOAD BALANCING

3.1 Implementasi Load Balancing di Mikrotik Router

Load balancing pada Mikrotik adalah teknik untuk mendistribusikan beban trafik pada

dua atau lebih jalur koneksi secara seimbang, agar trafik dapat berjalan optimal, memaksimalkan throughput, memperkecil waktu tanggap dan menghindari overload pada salah satu jalur koneksi.

Selama ini banyak yang beranggapan bahwa dengan menggunakan load

balancing dua jalur koneksi , maka besar bandwidth yang akan didapatkan menjadi

dua kali lipat dari bandwidth sebelum menggunakan load balancing (akumulasi dari kedua bandwidth tersebut). Hal ini perlu diperjelas dahulu, bahwa load balancing tidak akan menambah besar bandwidth yang diperoleh, tetapi hanya bertugas untuk membagi trafik dari kedua bandwidth tersebut agar dapat terpakai secara seimbang.

Dalam tugas akhir ini load balancing akan diimplementasikan dalam dua cara, yaitu Nth load balancing dan PCC (Per Connection Classifier) load balancing. Dua metode load balancing ini sama-sama menggunakan static routing dan topologi yang sama, namun berbeda dalam hal rule dan hasil akhir yang didapat, terutama dari teknik pembagian beban terhadap koneksi yang di-load balancing.

Percobaan dilakukan pada sebuah warnet yang bernama AYA-Net yang beralamat di Jl. Kapten Muslim Medan. Pada praktik digunakan fasilitas warnet yang sudah tersedia sebagai berikut:

(2)

1. 2 jalur ISP Speedy dengan kecepatan masing-masing :

Modem1 (ADSL) = download up to 2048 kbps dan upload up to 512 kbps Modem2 (ADSL) = download up to 1024 kbps dan upload up to 256 kbps

2 Router Board RB750 yang dijadikan sebagai router berikut MikrotikOS versi 3.29 didalamnya.

3. 2 unit Switch 16-port.

4. 18 PC client.

Berikut ini merupakan addressing dan subnetting pada jaringan load balancing yang dibangun:

Modem1 IP address 10.10.10.2 Netmask 255.255.255.248

Modem2 IP address 10.10.20.2 Netmask 255.255.255.248

LOKAL IP address 192.168.1.254 (gateway pada jaringan LOKAL) Netmask 255.255.255.0

Client IP address 192.168.1.0/24 Netmask 255.255.255.0 Gateway 192.168.1.254 DNS 192.168.1.254

(3)

Interface pada Mikrotik:

1. LOKAL : IP address 192.168.1.254 mengarah ke client.

2. WAN1 : IP address 10.10.10.1 mengarah ke modem1 dengan ip public yang didapat pada modem adalah 110.137.44.73.

3. WAN2 : IP address 10.10.20.1 mengarah ke modem2 dengan ip public yang didapat pada modem adalah 110.137.28.81.

Berikut gambaran topologinya :

Gambar 3.1 Topologi jaringan load balancing untuk 2 jalur

Topologi jaringan pada gambar 3.1 di atas merupakan salah satu model load

balancing yang pada umumnya sering digunakan. Pada router akan dilakukan

(4)

3.1.1 Konfigurasi Mikrotik Router

Dalam praktik digunakan RB750 yang berfungsi sebagai router. Oleh karena itu, instalasi Mikrotik RouterOS tidak diperlukan lagi dikarenakan didalamnya memang sudah terdapat Mikrotik RouterOS versi 3.29. Sebelum melakukan konfigurasi untuk

load balancing, terlebih dahulu harus dilakukan beberapa konfigurasi dasar sebagai

pendukung agar dapat dilakukan konfigurasi untuk load balancing.

Gambar 3.2 RB750

Berikut spesifikasi untuk router board RB750 :

1. CPU: AR7240 300MHz (overclock up to 400MHz) CPU 2. Memory: 32MB DDR SDRAM onboard memory

3. Boot loader: RouterBOOT

4. Data storage: 64MB onboard NAND memory chip 5. Ethernet: Five 10/100 ethernet ports (with switch chip) 6. miniPCI: none

7. Extras: Reset switch, Beeper 8. Serial port: no serial port

9. LEDs: Power, NAND activity, 5 Ethernet LEDs

10. Power options: Power over Ethernet: 9-28V DC (except power over

datalines). Power jack: 9.28V DC

11. Dimensions: 113x89x28mm. Weight without packaging and cables: 130g 12. Power consumption: Up to 3W

(5)

Berikut merupakan langkah awal dalam mengkonfigurasi Mikrotik pada RB750:

1. Deault IP addresss pada RB750 adalah 192.168.88.1. Untuk dapat mengaksesnya yaitu dengan mengisikan alamat IP 192.168.88.1 pada

browser yg tersedia hingga tampil halaman seperti di bawah ini:

Gambar 3.3 Tampilan Mikrotik pada browser

2. Kemudian untuk masuk ke Mikrotik dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu dengan menggunakan Winbox, Web-box ataupun SSH/Telnet.

3. Jika menggunakan Winbox maka kita tinggal men-download Winbox loader melalui halaman Mikrotik dan mengisikan IP address dari Mikrotik pada

(6)

Gambar 3.4 Winbox loader

4. Jika menggunakan Web-box dapat dilakukan dengan mengisikan alamat IP pada browser dan kemudian memilih menu Web-box. Sehingga tampil halaman seperti pada gambar berikut:

Gambar 3.5 Tampilan Web-box

5. Jika menggunakan Telnet maka hanya tinggal memilih connect with telnet. Sehingga tampil halaman seperti gambar berikut:

(7)

Gambar 3.6 Tampilan Telnet ke Mikrotik

6. Kemudian dilakukan konfigurasi dasar yang meliputi pemberian nama masing-masing interface berserta pengalamatannya, yang dalam praktiknya menggunakan Telnet. Berikut ini merupakan konfigurasi dasar pada mikrotik sebelum mengimplementasikan load balancing :

Penamaan Interface:

/interface set 0 name=”LOKAL” /interface set 1 name=”WAN1” /interface set 2 name=”WAN2”

Pengalamatan :

/ip address add interface=LOKAL address=192.168.1.254\ netmask=255.255.255.0

/ip address add interface=WAN1 address=10.10.10.1\ netmask=255.255.255.248

/ip address add interface=WAN2 address=10.10.20.1\ netmask=255.255.255.248

(8)

DNS Server:

Untuk parameter DNS digunakan DNS dari Speedy.

/ip dns set primary-dns=203.130.206.250\ secondary-dns=203.130.193.74

/ip dns set allow-remote-requests=yes

Dikarenakan client menggunakan alamat IP LOKAL, maka perlu digunakan

src-nat. Proses ini akan menerjemahkan alamat IP client menjadi alamat IP router,

sehingga bisa dikenali network diatasnya. Proses tersebut dapat diimplementasikan dengan cara sebagai berikut:

/ip firewall

add chain=srcnat action=masquerade src-address=192.168.1.0/24

3.1.1.1 Mangle

Mangle merupakan penanda yang menandai paket untuk proses berikutnya dengan

tanda-tanda khusus. Selain itu, fasilitas mangle digunakan untuk memodifikasi beberapa field dalam IP header, seperti TOS (DSCP) dan TTL field. Banyak fasilitas lainnya di Mikrotik yang menggunakan mangle, misalnya queue tree dan NAT. Perlu diingat bahwa penanda mangle hanya ada di dalam router, tidak menyebar hingga ke dalam jaringan.

3.1.2 Implementasi Nth Load Balancing

Nth akan diimplementasikan dalam suatu deret yang terdiri dari every dan packet yang akan direalisasikan dalam suatu deret interger. Pada metode load balancing seperti ini, paket data yang masuk akan ditandai sebagai suatu variabel n dalam tipe data integer.

(9)

jalur data internet (koneksi), yang berarti n akan bernilai 2. Maka, nilai integer membentuk antrian 2,1 dan 2,2.

Pada Mikrotik, dua jalur yang telah ditandai sebagai Nth ini diimplementasikan dalam bentuk koneksi baru atau disebut new-connection-mark. Dalam praktiknya, penanda untuk koneksi-1 dinamai dengan MC01 dan penanda untuk koneksi-2 dinamai dengan MC02. Berikut syntax untuk konfigurasinya :

/ip firewall mangle

add chain=prerouting in-interface=LOKAL connection-state=new nth=2,1\ action=mark-connection new-connection-mark=MC01 passthrough=yes

comment=”koneksi-1”

add chain=prerouting in-interface=LOKAL connection-state=new nth=2,2\ action=mark-connection new-connection-mark=MC02 passthrough=yes

comment=”koneksi-2”

Kemudian dibuat penanda untuk me-routing-kan kedua koneksi yang telah ditandai dengan MC01 dan MC02 tersebut. Berikut syntax untuk konfigurasinya:

/ip firewall mangle

add chain=prerouting in-interface=LOKAL connection-mark=MC01\ action=mark-routing new-routing-mark=MR01 passthrough=no comment=”route-1”

add chain=prerouting in-interface=LOKAL connection-mark=MC02\ action=mark-routing new-routing-mark=MR02 passthrough=no comment=”route-2”

Routing untuk koneksi MC01 ditandai dengan mark-routing MR01 dan untuk

koneksi MC02 ditandai dengan mark-routing MR02.

Kemudian dilakukan penentuan gateway untuk masing-masing mangle yang telah dibentuk. Untuk MR01 akan diarahkan ke alamat IP 10.10.10.2 yang merupakan

(10)

alamat IP dari modem1. Dan untuk MR02 diarahkan ke alamat IP 10.10.20.2 yang merupakan alamat IP dari modem2. Berikut syntax untuk konfigurasinya:

/ip route

add disabled=no distance=1 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.10.10.2\ routing-mark=MR01

add disabled=no distance=1 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.10.20.2\ routing-mark=MR02

3.1.3 Implementasi PCC Load Balancing

Pada PCC load balancing akan ada PCC matcher yang memungkinkan sebuah

router untuk mengingat alamat sumber dan tujuan pada saat melakukan suatu koneksi

ke internet.

Seperti yang telah jelaskan pada bab sebelumnya bahwa PCC matcher akan memungkinkan untuk membagi lalulintas ke aliran yang sama dengan kemampuan untuk menyimpan paket-paket dengan pilihan yang spesifik dalam satu aliran tertentu. PCC mengambil bidang yang dipilih dari Internet Protocol Header, dan dengan bantuan algoritma hashing mengubah bidang yang dipilih menjadi 32-bit. Nilai ini kemudian dibagi dengan penyebut tertentu dan sisanya kemudian dibandingkan dengan remainder tertentu, jika sama maka paket akan ditangkap. Kemudian dapat dipilih dari src-address, dst-address, src-port, dst-port dari header untuk digunakan dalam operasi ini. Dalam pengertian lain, pada PCC load balancing akan diingat alamat sumber dan tujuan sehingga terjadi hubungan client server secara utuh.

Karena jalur internet yang akan di-load balancing ada 2 jalur, maka koneksi yang akan dibentuk (ditandai) pada mangle juga ada 2. Berarti akan ada 2

mark-connection baru yang dibentuk. Untuk koneksi-1 akan ditandai sebagai MC01, dan

untuk koneksi-2 ditandai sebagai MC02. Begitu juga untuk paket routing yang akan ditandai dengan MR01 dan MR02. Untuk membentuk suatu jalur paket yang berbasis

(11)

PCC, terlebih dahulu harus ditandai untuk paket yang keluar dan masuk ke router. Setelah itu baru dibuat mangle untuk mengimplementasikan rule PCC nya. Berikut merupakan syntax untuk konfigurasinya:

/ip firewall mangle

add action=mark-connection chain=input connection-state=new \ disabled=no in-interface=WAN1 new-connection-mark=MC01\ passthrough=yes

add action=mark-connection chain=input connection-state=new \ disabled=no in-interface=WAN2 new-connection-mark=MC02 \ passthrough=yes

add action=mark-routing chain=output connection-mark=MC01 \ disabled=no new-routing-mark=MR01 passthrough=no

add action=mark-routing chain=output connection-mark=MC02 \ disabled=no new-routing-mark=MR02 passthrough=no

add action=mark-connection chain=prerouting comment="" disabled=no \ dst-address-type=!local in-interface=LOKAL new-connection-mark=\ MC01 passthrough=yes per-connection-classifier=\

both-addresses:2/0 comment=”koneksi-1”

add action=mark-connection chain=prerouting comment="" disabled=no \ dst-address-type=!local in-interface=LOKAL new-connection-mark=\ MC02 passthrough=yes per-connection-classifier=\

both-addresses:2/1 comment=”koneksi-2”

Setelah rule PCC diimplementasikan, kemudian baru dibentuk penanda untuk masing-masing paket yang me-routing-kan mark-connection PCC yang telah dibuat sebelumnya. Berikut syntax untuk konfigurasinya:

add action=mark-routing chain=prerouting connection-mark=MC01 \

disabled=no in-interface=LOKAL new-routing-mark=MR01\ passthrough=yes comment=”route-1”

(12)

add action=mark-routing chain=prerouting connection-mark=MC02 \

disabled=no in-interface=LOKAL new-routing-mark=MR02\ passthrough=yes comment=”route-2”

Kemudian dilakukan penentuan gateway untuk masing-masing mangle yang telah dibentuk. Untuk MR01 akan diarahkan ke alamat IP 10.10.10.2 yang merupakan alamat IP dari modem1. Dan untuk MR02 diarahkan ke alamat IP 10.10.20.2 yang merupakan alamat IP dari modem2. Berikut syntax untuk konfigurasinya:

/ip route

add disabled=no distance=1 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.10.10.2\ routing-mark=MR01

add disabled=no distance=1 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=10.10.20.2\ routing-mark=MR02

(13)

BAB 4

PENGUJIAN DAN ANALISIS

Setelah melakukan konfigurasi sebagaimana telah dijelaskan pada bab III, maka akan dilakukan pengujian berdasarkan arah pembebanan trafik, kecepatan dan koneksi seperti apa yg dihasilkan pada masing-masing metode. Pengujian yang dilakukan tidaklah menggunakan suatu program ataupun software khusus, akan tetapi dengan cara mengamati bandwidth traffic pada router serta aktifitas yang dilakukan oleh

client yang dapat dijadikan sebagai acuan, sehingga dapat dilihat perbandingan

diantara metode Nth dan PCC load balancing yang telah diimplementasikan.

(14)

Dari gambar 4.1 dapat dilihat bandwidth yang keluar masuk pada interface mikrotik LOKAL, WAN1, dan WAN2 pada suatu waktu dan kondisi tertentu. Paket data dibagi menjadi dua bagian yaitu Tx dan Rx. Tx berarti paket data yang masuk ke

router dan Rx berarti paket data yang keluar dari router. Dikarenakan trafik ini dilihat

dari pihak router, maka nilai Tx dan Rx pada interface yang menuju ke modem (WAN1 dan WAN2) akan berbanding terbalik dengan interface yang menuju ke LOKAL.

4.1 Pengujian Terhadap Metode Nth load balancing

Pengujian dilakukan dengan cara mengamati trafik bandwidth pada router dan aktifitas-aktifitas dari beberapa client yang dapat dijadikan acuan dalam pengamatan sehingga dapat dilihat kriteria-kriteria untuk metode ini. Yang dijadikan sebagai parameter dalam pengamatan ini adalah trafik bandwidth untuk download dan upload, serta pembebanan seperti apa yang terjadi pada metode Nth load balancing ini.

4.1.1 Download

Pada saat awal masing-masing komputer client dinyalakan, maka router akan memberikan alamat IP public dari modem yang akan digunakan untuk dapat terkoneksi dengan jaringan luar ataupun internet. Alamat IP tersebut dapat berupa alamat IP dari modem1 maupun dari modem2. Kemudian router akan bertugas untuk menyebarkan bandwidth dari masing-masing modem tersebut ke jaringan LOKAL.

Pengujian awal yang dilakukan adalah dengan mengamati seberapa besar

bandwidth untuk download yang dapat diterima oleh client jika trafik pada client

tersebut benar-benar penuh ataupun maksimal. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar berikut:

(15)

Gambar 4.2 Maksimum download pada client (Nth)

Perlu diketahui sebelumnya bahwa bandwidth untuk download pada modem1 adalah up to 2 Mbps dan pada modem2 adalah up to 1 Mbps. Jadi, pada saat jaringan dalam kondisi yang baik maka akan diperoleh bandwidth total sekitar 3 Mbps yang akan disebar ke dalam jaringan LOKAL.

Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa kecepatan download yang didapat sekitar 3.2 Mbps. Ini bukan berarti bandwidth tersebut terakumulasi seperti pengertian 2 Mbps + 1 Mbps = 3 Mbps, akan tetapi pada metode Nth ini bandwidth yang tersedia dipakai secara bersamaan dalam waktu yang sama pula oleh client. Dalam pengertian lain 2 Mbps + 1 Mbps = 1 Mbps + 2 Mbps, sehingga jika diamati dari kecepatan

download, bandwidth yang diperoleh seolah-olah merupakan hasil dari akumulasi dari bandwidth yang tersedia.

(16)

4.1.2 Upload

Dalam hal ini, pengujian dilakukan dengan cara melakukan upload dari salah satu

client. Dan bandwidth untuk upload benar-benar dipakai hingga mencapai batas

maksimum. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah upload juga akan terakumulasi seperti halnya download. Apakah pada saat melakukan upload,

bandwidth juga dapat dipakai secara bersamaan dalam waktu yang sama. Hasil yang

diperoleh dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.3 Maksimum upload pada client (Nth)

Perlu diingat sebelumnya bahwa bandwidth untuk upload pada modem1 adalah

up to 512 kbps dan pada modem2 adalah up to 256 kbps.

Pada gambar 4.4 dapat dilihat bahwa kecepatan upload mencapai 753,4 kbps. Ini berarti kecepatan yang diperoleh juga terakumulasi seperti halnya pada kecepatan

(17)

menggunakan bandwidth untuk upload secara bersamaan dalam waktu yang sama pula.

Kemudian dapat dilihat bagaimana penyebaran bandwidth ke jaringan LOKAL secara keseluruhan. Secara keseluruhan maksudnya adalah pengamatan dilakukan berdasarkan data yang lebih reliable, yaitu pada saat warnet beroperasi mulai dari pukul 8.00 WIB hingga pukul 24.00 WIB. Pada saat pengamatan, yang dilakukan dalam beberapa hari, client yang aktif rata-rata hanya 8 client saja. Jadi, besar kemungkinan bandwidth pada kedua modem tidak terpakai secara maksimal.

Paket data yang keluar masuk router akan dicatat pada mangle yang telah dibuat untuk metode Nth ini. Dan paket data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.4 Bandwidth traffic pada mangle (Nth)

Pada gambar 4.4 terdapat 4 mangle yang telah dibentuk untuk menerapkan Nth

(18)

merutekan paket dari dan menuju WAN1 yang akan diteruskan ke alamat IP modem1. Serta koneksi-2 dan route-2 dibentuk untuk merutekan paket dari dan menuju ke WAN2 yang akan diteruskan ke alamat IP modem2. Pada gambar, besar paket yang melewati router pada masing-masing koneksi berada pada angka yang sangat berimbang pada 151 MB hingga 152 MB. Ini berarti, pembebanan terhadap 2 jalur internet juga sangat berimbang.

4.1.3 Membuka Situs

Pada pengujian ini penulis membuka beberapa situs yang sudah familiar meliputi situs-situs berita, situs jejaring sosial, layanan surat elektronik, dan situs forum komunitas maya. Tidak ada masalah dalam membuka beberapa situs tersebut diatas. Hanya saja saat membuka salah satu situs komunitas yang dalam pengujiannya membuka situs http://forummikrotik.com terlihat sedikit permasalahan. Dan ini menjadi suatu perhatian khusus.

Untuk dapat melihat topik-topik yang ada di dalamnya, situs ini menuntut pengunjung untuk melakukan login (akses individu untuk masuk ke dalam suatu sistem komputer berdasarkan identifikasi tertentu) terlebih dahulu. Setelah berhasil

login, kemudian dicoba membuka salah satu thread atau topik yang ada pada forum

tersebut. Untuk pertama kalinya tidak ada masalah, akan tetapi ketika dicoba berpindah ke thread yang lain, situs ini meminta untuk melakukan login kembali. Dan ini terjadi berulang-ulang ketika ingin berpindah ataupun membuka thread yang lainnya.

Perlu diketahui bahwa situs forummikrotik.com merupakan salah satu situs yang memakai teknologi IP Based Authentication, dimana situs ini melakukan otentikasi berdasarkan alamat IP (Internet Protocol) dari pengunjung. Dalam hal ini IP address yang diotentikasi merupakan IP public yang diberikan oleh router Mikrotik kepada

client. Alamat IP tersebut adalah 110.137.44.73 untuk yang terhubung ke modem1

dan 110.137.28.81 untuk client yang terhubung ke modem2. Dan ternyata IP public yang didapat dari Mikrotik ini berubah-ubah dalam selang waktu yang tak tentu. Ini

(19)

disebabkan oleh rule Nth load balancing yang ada pada Mikrotik itu sendiri. Untuk menjaga agar trafik bandwidth pada jalur WAN1 dan WAN2 tetap seimbang, router ternyata melakukan penyeimbangan pada jaringan LAN yang ada dibawahnya. Mikrotik menghitung bandwidth yang digunakan oleh tiap-tiap client yang terhubung yang kemudian diakumulasikan sebagai total bandwidth pada jalur WAN1 dan WAN2.

Ketika suatu waktu tertentu WAN1 dan WAN2 dalam keadaan seimbang, dan pada waktu itu pula salah satu client di salah satu jalur memakai bandwidth yang lebih besar hingga menyebabkan akumulasi bandwidth tidak berimbang, maka Mikrotik akan melakukan penataan ulang terhadap jalur yang akan dilewati oleh tiap-tiap client. Mikrotik akan mengacak kembali alamat IP public yang mana yang akan diberikan ke tiap-tiap client hingga akumulasi bandwidth kembali seimbang. Hal inilah yang menyebabkan IP public yang diperoleh dapat berubah-ubah dalam kurun waktu yang tak tentu sesuai dengan kondisi trafik pada jaringan.

Oleh karena itulah pada metode ini terjadi sedikit permasalahan ketika membuka situs yang menggunakan IP based authentication. Setiap terjadi perubahan IP pada client maka situs ini menganggap pengunjung merupakan pengunjung baru yang belum melakukan identifikasi yang biasanya berupa username dan password. Namun, bukan berarti masalah tersebut tidak dapat teratasi, hanya saja ini tidak dapat ditanggulangi dari dalam router, melainkan dari pengguna jasa warnet itu sendiri, yaitu dengan cara menandai (men-check list) pada bagian remember me di halaman muka situs sebelum melakukan login atau otentikasi.

(20)

Berikut ini merupakan koneksi ke internet yang dibentuk oleh beberapa client dalam jaringan:

Gambar 4.5 Koneksi client ke jaringan luar (Nth)

Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar 4.5, dimana client dengan alamat IP 192.168.1.4 dan alamat tujuan 74.125.235.19 pada pukul 23:57:59 menggunakan koneksi-1 (MC01), kemudian dalam selang waktu beberapa detik telah berpindah menggunakan koneksi-2 (MC02) pada pukul 23:58:02. Dan selang waktu beberapa detik lagi kembali menggunakan koneksi-1 (MC01) yaitu pada pukul 00:00:13. Otomatis dengan berpindahnya koneksi, maka alamat IP public yang digunakan oleh

client tersebut juga akan berganti. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya

(21)

Contoh lain juga dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 4.6 Koneksi client ke jaringan luar (Nth) (2)

Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa terjadi kasus serupa yang dialami oleh

client dengan alamat IP 192.168.1.1 dan alamat tujuan 204.1.136.41 dan

125.160.18.26.

4.1.4 Terputusnya Koneksi pada Salah Satu Jalur Internet

Pengujian ini dilakukan dengan cara memutuskan salah satu koneksi internet baik itu pada modem1 maupun pada modem2. Dalam pratik, dilakukan pemutusan hubungan dari modem2. Ketika koneksi dari modem2 terputus, semua client ternyata masih tetap bisa terhubung ke jaringan internet. Untuk client yang tadinya mendapatkan alamat IP

public dari modem2, ternyata sekarang memiliki alamat IP public dari modem1.

Berarti pada Nth load balancing, jika terjadi miss-connection pada salah satu jalur ke

public, maka Mikrotik akan memeriksa jalur mana yang masih terhubung ke internet,

dan kemudian Mikrotik akan mengarahkan semua client yang terhubung ke jalur tersebut.

(22)

Perpindahan koneksi dalam selang waktu hanya beberapa detik saja yang dapat dilihat pada gambar 4.5 dan 4.6 juga dapat menjadi suatu acuan untuk kasus ini.

4.2 Pengujian terhadap PCC Load balancing

Pengujian dilakukan dengan cara mengamati trafik bandwidth pada router dan aktifitas-aktifitas dari beberapa client yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam pengamatan sehingga dapat dilihat kriteria-kriteria untuk metode ini. Yang dijadikan sebagai parameter dalam pengamatan ini adalah trafik bandwidth untuk download dan

upload, serta pembebanan seperti apa yang terjadi pada metode PCC load balancing

ini.

4.2.1 Download

Sama halnya dengan Nth load balancing, pada saat awal masing-masing komputer

client dinyalakan, maka router akan memberikan IP public dari modem yang akan

digunakan untuk dapat terkoneksi dengan jaringan luar ataupun internet. Alamat IP tersebut dapat berupa alamat IP dari modem1 maupun dari modem2.

Pada tahap awal, pengujian dilakukan dengan mengamati seberapa besar

bandwidth untuk download yang dapat diterima oleh salah satu client jika trafik pada client tersebut dalam keadaan padat ataupun mencapai titik maksimum. Hasil

(23)

Gambar 4.7 Maksimum download pada client (PCC)

Pada gambar 4.7 dapat dilihat bahwa download mencapai 1970,3 kbps atau setara dengan 1,97 Mbps. Bandwidth untuk download pada metode ini berbeda jauh dengan bandwidth yang diperoleh ketika menggunakan metode Nth yang dapat mencapai 3,2 Mbps. Jika diperhatikan, bandwidth yang diperoleh pada pengujian ini mendekati pada bandwidth modem1 yaitu up to 2 Mbps.

Setelah dilakukan pengecekan, ternyata client ini memiliki alamat IP 110.137.44.73, yang merupakan alamat IP public yang berasal dari modem1. Berarti dapat diasumsikan bahwa client ini diprioritaskan untuk diarahkan ke modem1.

Untuk memperkuat asumsi yang ada, dilakukan pengujian pada client yang memiliki alamat IP public yang berbeda, yaitu client dengan IP public 110.137.28.81 (berasal dari modem2 dengan bandwidth up to 1 Mbps). Dan diperoleh hasil sebagai berikut:

(24)

Gambar 4.8 Maksimum download pada client (PCC) (2)

Dari gambar 4.8 terlihat bahwa bandwidth yang diperoleh hanya 943,5 kbps atau setara dengan 0,94 Mbps. Hal ini menunjukkan bahwa client diprioritaskan mengarah ke modem2.

Dari pengujian yang dilakukan, dapat diambil suatu kesimpulan bahwa pada metode ini, client diprioritaskan untuk diarahkan hanya pada salah satu jalur saja.

4.2.2 Upload

Pengujian dilakukan dengan cara melakukan upload dari salah satu client. Dan

bandwidth untuk upload benar-benar dipakai hingga mencapai batas maksimum.

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah bandwidth untuk upload juga akan sama kasusnya seperti yang terjadi pada download. Apakah pada saat melakukan

upload, client hanya akan diarahkan pada salah satu modem saja. Hasil yang diperoleh

(25)

Gambar 4.9 Maksimum upload pada client (PCC)

Perlu diingat sebelumnya bahwa upload pada modem1 adalah up to 512 kbps dan pada modem2 adalah up to 256 kbps.

Pada gambar 4.9 dapat dilihat bahwa diperoleh bandwidth untuk upload sebesar 511,7 kbps. Client yang diuji memiliki IP public 110.137.44.73 yang merupakan IP

public yang berasal dari modem1. Berarti, client ini diprioritaskan untuk diarahkan ke

modem1.

Kemudian dilakukan upload pada client yang memiliki IP public yang berbeda yaitu 110.137.28.81 yang berasal dari modem2. Dan diperoleh hasil seperti pada gambar berikut ini:

(26)

Gambar 4.10 Maksimum upload pada client (PCC) (2)

Gambar 4.10 menunjukkan bandwidth untuk upload yang diperoleh oleh client dengan IP public 110.137.28.81 adalah sebesar 264,9 kbps. Maka, jelas bahwa client ini diprioritaskan untuk diarahkan ke modem2. Berarti, rule yang terjadi pada

download juga berlaku untuk upload.

Kemudian dapat dilihat bagaimana penyebaran bandwidth ke jaringan LOKAL secara keseluruhan. Seperti halnya yang dilakukan pada metode Nth, pengamatan dilakukan pada saat warnet beroperasi.

Paket data yang keluar masuk router akan dicatat pada mangle yang telah dibuat untuk metode PCC ini. Dan paket data tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

(27)

Gambar 4.11 Bandwidth traffic pada mangle (PCC)

(28)

Pada PCC, ada 8 mangle yang dibentuk untuk load balancing pada 2 jalur. Dua

mangle dengan atribut chain=input merupakan penanda untuk paket yang masuk ke

dalam router. Dan dua mangle beratribut chain=output yang merupakan penanda untuk paket yang keluar dari router.

Koneksi-1 dan route-1 merupakan mangle yang dibentuk untuk merutekan paket dari dan menuju WAN1 yang akan diteruskan ke alamat IP modem1. Serta koneksi-2 dan route-2 dibentuk untuk merutekan paket dari dan menuju ke WAN2 yang akan diteruskan ke alamat IP modem2

Pada gambar 4.11, pembebanan yang terjadi tidaklah begitu merata pada masing-masing koneksi. Ini disebabkan, pada PCC load balancing yang menjadi prioritas utama adalah mengingat alamat sumber dan tujuan pada saat melakukan hubungan terhadap jaringan luar. Dan kemudian baru melakukan penyeimbangan beban pada masing-masing jalur internet yang menjadi prioritas kedua. Sehingga semakin lama beban pada dua jalur akan semakin merata seperti yang terlihat pada gambar 4.12.

4.2.3 Membuka Situs

Sama halnya dengan pengujian yang dilakukan pada metode Nth load balancing, pengujian ini dilakukan dengan membuka beberapa situs meliputi situs-situs berita, situs jejaring sosial, layanan surat elektronik, dan situs forum komunitas maya.

Dalam pengujian kali ini tidak ada kendala yang ditemui dalam praktiknya, termasuk dalam membuka thread-thread yang ada pada situs forum maya http://forummikrotik.com. Hal ini dikarenakan pada rule metode PCC ini terdapat suatu bilangan yang berfungsi sebagai reminder yang mencocokkan antara alamat IP lokal masing-masing client dengan alamat IP public yang akan diberikan oleh Mikrotik. Selama client masih melakukan aktifitas pada jaringan, Mikrotik tidak akan memberikan IP public baru ataupun merubah IP public awal yang didapat oleh masing-masing client. Atau dengan kata lain hubungan client server pada metode ini

(29)

terjalin dengan utuh. Hubungan client server yang utuh tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 4.13 Koneksi client ke jaringan luar (PCC)

Pada gambar 4.13 dapat dilihat bahwa hubungan client server terjalin secara utuh. Sebagai contoh, untuk client dengan alamat IP 192.168.1.1 dan alamat tujuan 216.156.211.64 akan selalu menggunakan koneksi MC01 setiap kali melakukan hubungan. Begitu juga dengan client-client lainnya yang telah melakukan hubungan dengan alamat IP luar. Router akan mengingat hubungan tersebut hingga adanya permintaan untuk membuat reminder baru untuk koneksi tersebut.

4.2.3 Terputusnya Koneksi pada Salah Satu Jalur Internet

Pengujian juga dilakukan dengan cara memutuskan koneksi pada salah satu modem. Dalam praktiknya diputuskan koneksi dari modem2. Ketika koneksi dari modem2 terputus, ternyata ada beberapa client yang mengalami masalah dalam membuka

(30)

situs-situs tertentu. Client dengan alamat IP public 110.137.44.73 yang merupakan IP yang berasal dari modem1 akan tetap terhubung ke jaringan internet, sedangkan client dengan alamat IP public 110.137.28.81 yang berasal dari modem2 mengalami

connectionless untuk beberapa situs. Hal ini terjadi dikarenakan client telah

diprioritaskan untuk terhubung ke modem2. Client yang sebelumnya menggunakan koneksi MC02 sebagai jalurnya untuk terhubung ke situs tertentu, akan tetap diingat oleh router untuk selalu menggunakan koneksi MC02. Mikrotik menganggap belum adanya permintaan dari client untuk membuat suatu koneksi baru pada mangle. Sehingga Mikrotik akan tetap melihat ke reminder yang ada pada mangle yang menyatakan bahwa client tersebut memiliki IP 110.137.28.81 yang merupakan IP dari modem2 yang dalam kondisi terputus. Kejadian seperti ini juga dapat terjadi pada

client yang terhubung ke modem1 jika modem1 yang mengalami disconnect (koneksi

terputus).

Untuk mendapatkan IP baru dari modem yang masih terhubung ke intenet, harus dilakukan restart pada komputer client yang mengalami disconnect, sehingga akan terbentuk mark-connection baru pada Mikrotik yang nantinya akan memberikan IP

public dari modem yang masih dalam keadaan baik.

Untuk menangani masalah seperti ini, teknik fail over merupakan solusi yang tepat. Fail over adalah kemampuan untuk beralih secara otomatis ke gateway lainnya yang tersedia atas kegagalan atau pengakhiran abnormal dari gateway yang aktif sebelumnya. Fail over terjadi tanpa campur tangan manusia dan umumnya tanpa peringatan, tidak seperti peralihan. Gateway kedua akan segera mengambil alih pekerjaan gateway pertama setelah mendeteksi adanya perubahan beat pada gateway pertama.

Pada Mikrotik, untuk mendeteksi terjadinya perubahan dapat dilakukan dengan mengaktifkan fitur chek-gateway pada gateway pertama (WAN1) dan gateway kedua (WAN2), serta mengatur distance yang lebih besar pada gateway kedua (WAN2).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat syntax untuk mengimplementasikan fail over pada Mikrotik berikut ini

(31)

/ip route

add disabled=no distance=1 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=WAN1 \ check-gateway=ping routing-mark=MR01

add disabled=no distance=1 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=WAN2 \ check-gateway=ping routing-mark=MR02

add disabled=no distance=2 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=WAN2 add disabled=no distance=2 dst-address=0.0.0.0/0 gateway=WAN1

Untuk distance yang bernilai 1 menandakan bahwa itu adalah gateway yang utama yang digunakan. WAN1 dan WAN2 sama-sama merupakan gateway utama dikarenakan pada load balancing beban diseimbangkan di dua gateway tersebut. Distance yang bernilai 2 merupakan gateway cadangan jika gateway utama terputus. Jika gateway pertama (WAN1) terputus, maka router akan mengalihkan semua beban ke gateway yang masih aktif yaitu gateway kedua (WAN2). Dan sebaliknya, jika

(32)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian pertama dari bab berisi kesimpulan dari seluruh pengujian yang dilakukan, berdasarkan pada analisa. Selanjutnya bagian kedua berisi saran-saran mengenai perbaikan untuk kinerja sistem dan kemungkinan penelitian lanjut.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan evaluasi dari bab-bab terdahulu dan teori yang ada, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

Nth load balancing :

1. Beban dapat merata pada dua jalur internet karena packet dibebankan secara seimbang.

2. Bandwidth yang didapat oleh tiap-tiap client atau pada jaringan lokal baik itu

download maupun upload seolah-olah terakumulasi dari bandwidth yang

tersedia pada jaringan internet sehingga kecepatan download dan upload dapat meningkat.

3. Dikarenakan pembebanan yang seimbang, alamat IP sumber dapat berubah-ubah sesuai dengan peningkatan dan penurunan beban yang terjadi pada jaringan, yang menyebabkan terjadinya permintaan otentikasi yang berulang-ulang ketika membuka situs yang menuntut pengguna melakukan otentikasi. Sehingga dapat dikatakan bahwa hubungan client server tidak terjalin dengan utuh.

(33)

5. Jika salah satu link jaringan internet terputus, maka seluruh beban akan dialihkan secara otomatis ke jaringan internet yang masih aktif.

6. Sangat tepat digunakan pada jaringan yang memprioritaskan kecepatan

download dan upload.

7. Ketika bandwidth yang terpakai telah mencapai titik maksimum, maka

bandwidth yang didapat oleh tiap-tiap client akan tergantung pada aktifitas client itu sendiri.

PCC load balancing :

1. Beban tidak langsung dapat merata pada dua jalur internet dikarenakan yang menjadi prioritas utama adalah mengingat alamat IP sumber dan tujuan.

2. Bandwidth yang didapat oleh masing-masing client baik itu download maupun

upload hanya bergantung pada salah satu jalur internet saja.

3. Hubungan client server terjalin utuh karena selalu pada jalur yang sama, ini dikarenakan pada rule PCC akan selau mengingat IP address sumber dan tujuan.

4. Memungkinkan terjadinya over load (kelebihan beban) pada salah satu jalur ketika banyak akses yang secara kebetulan memiliki jalur yang sama sehingga beban hanya tertumpu pada satu jalur saja.

5. Jika salah satu link internet terputus, maka beban tidak akan dialihkan secara otomatis. Untuk mengatasi hal ini, dapat diterapkan teknik fail over pada

(34)

6. Sangat tepat digunakan pada jaringan yang memprioritaskan user yang memainkan on-line games.

7. Ketika bandwidth yang terpakai telah mencapai titik maksimum, maka

bandwidth yang didapat oleh tiap-tiap client juga akan tergantung pada

aktifitas client itu sendiri.

5.2 Saran

Saran-saran yang dapat digunakan untuk pengembangan skripsi ini adalah:

1. Penggunaan Nth dan PCC load balancing sebaiknya disesuaikan dengan kondisi jaringan, kebutuhan dan hasil yang diharapakan pada end user-nya

2. Load balancing dapat dikembangkan untuk lebih dari 2 jalur dan dalam pelaksanaannya diperlukan penelitian lebih lanjut.

Gambar

Gambar 3.1 Topologi jaringan load balancing untuk 2 jalur
Gambar 3.2 RB750
Gambar 3.3 Tampilan Mikrotik pada browser
Gambar 3.4 Winbox loader
+7

Referensi

Dokumen terkait

berlangsungnya ekonomi-politik kawasan dan global; (2) fenomena deglobalisasi merupakan konsekuensi logis dari keterpurukan ekonomi global dan AS pasca- krisis finansial;

Tujuan Penelitian ini adalah 1) untuk Menganalisis proporsi sumber-sumber penerimaan pajak daerah terhadap total penerimaan pajak daerah dan Pendapatan Asli Daerah di

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara Kecerdasan Emosional dengan Komitmen Guru

Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan menggunakan

Ketiga jenis makanan tradisional tersebut memiliki bahan baku yang sebagian besar berupa tumbuhan, dengan jenis dan bagian tubuh tumbuhan cukup relevan dan potensial sebagai

Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil responden dengan tingkat dukungan keluarga rendah namun memiliki kesiapan terhadap menopause tinggi, hal ini dapat

Hal ini juga berarti funding fathers bangsa Indonesia mengamanatkan kepada generasi penerusnya untuk memperbaharui tata hukum kolonial menjadi tata hukum

• Perusahaan sudah memiliki prosedur penerima dan penyimpanan barang menggunakan work instruction serta mempunyai daftar uraian tugas (jobdesk) secara tertulis untuk