• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESILIENSI PADA PENDERITA KERUSAKAN TULANG BELAKANG AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RESILIENSI PADA PENDERITA KERUSAKAN TULANG BELAKANG AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI

RESILIENSI PADA PENDERITA KERUSAKAN

TULANG BELAKANG AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI

Disusun oleh : Shafa Alistiana Irbathy Rina Mulyati, S. Psi., M. Si

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2008

(2)

NASKAH PUBLIKASI

RESILIENSI PADA PENDERITA KERUSAKAN

TULANG BELAKANG AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI

Telah Disetujui Pada Tanggal :

Dosen Pembimbing,

(3)

RESILIENSI PADA PENDERITA KERUSAKAN

TULANG BELAKANG AKIBAT BENCANA GEMPA BUMI

Shafa Alistiana Irbathy Rina Mulyati, S. Psi., M. Si

INTISARI

Penelitian ini menggunakan desaign kualitatif dengan metode studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana korban gempa bumi yang tulang belakangnya tidak berfungsi mampu bertahan dan melanjutkan kehidupannya. Selain itu juga untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dimiliki responden sehingga dapat bertahan atau dapat menjalani proses melanjutkan kehidupannya.

Responden penelitian ini adalah penderita kerusakan tulang belakang yang masuk dalam kategori dewasa, mendapatkan perawatan intensif secara medis dan mempunyai aktifitas rutin yang menghasilkan materi serta memiliki keluarga. Data dikumpulkan dengan observasi dan wawancara mendalam yang kemudian didokumentasikan dalam bentuk naskah.

Data ini kemudian dianalisa dengan menggunakan teknik kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan kerusakan tulang belakang yang berakibat pada fungsi badan yang tidak dapat optimal, adaptasi dengan lingkungan sekitar dan ketergantungan dengan alat bantu jalan seperti kursi roda atau wokker yang akhirnya mengalami tekanan batin, cemas dan stress. Para penderita kerusakan tulang belakang merupakan individu yang resilien. Hal ini digambarkan ketika responden melakukan usaha dalam menghadapi masalah antara lain dalam mengendalikan emosi, optimis, mempunyai pikiran yang positif, semangat, kesabaran dan ketenangan.

(4)

PENGANTAR

Peristiwa gempa tektonik berskala 5,9 Richter yang terjadi pada hari Sabtu tanggal 27 Mei 2006 ternyata memunculkan banyak korban. Akibatnya korban mengalami berbagai macam dampak yang signifikan seperti kerusakan tulang belakang. Amir (2008), kerusakan tulang belakang dapat menyebabkan kelainan dan gangguan fungsi sebagai penyangga tubuh dan dapat mengganggu fungsi saraf sumsum tulang belakang dalam menghubungkan semua fungsi organ dan jaringan tubuh dengan otak.

Gejala-gejala kerusakan tulang belakang menurut Alfred (Omiyan, 2008) antara lain dari gejala yang ringan yaitu kesemutan dan pegal-pegal hingga gejala yang berat seperti merasakan nyeri dan kelumpuhan. Sedangkan Mulyawarman (Thoha, 2006) mengungkapkan gejala kerusakan tulang belakang antara lain seperti merasakan nyeri di bagian tulang belakang bagian bawah dan anggota gerak yang sering merasa kesemutan hingga merasakan demam dan linu.

Kerusakan tulang belakang dapat menyebabkan kelumpuhan (paraplegi). Bromley (1985) menyatakan bahwa paraplegi merupakan suatu keadaan dimana anggota badan atau semua bagian tubuh mengalami kelumpuhan sebagian atau kelumpuhan total sebagai akibat dari hasil kerusakan pada bagian dada atau korda spinalis. Sedangkan paraplegi menurut Rosyadi (2008), paraplegi sering disebabkan karena trauma pada vertebra, medula spinalis (tulang belakang, sumsum tulang belakang), trauma soft tissue maupun terjepitnya saraf disekitar tulang belakang yang disebabkan

(5)

karena kecelakaan, trauma, jatuh dan sebagainya. Akibat yang kedua yaitu ngompol (nokturnal enuresis). Alfa, dkk (2005) mengungkapkan, ngompol atau enuresis adalah mengeluarkan urine tanpa sengaja pada saat setengah tidur setelah berumur 5 tahun. Wenar dan Kerig (2000) menggambarkan enuresis sebagai pengeluaran air seni baik sengaja ataupun tidak disengaja secara berulang kali yang biasanya terjadi di atas kasur atau pakaian dan tidak ada umur tertentu yang dapat secara jelas menjelaskan tahap untuk mengendalikan urinasi. Akibat yang ketiga yaitu disfungsi ereksi (impotensi). Menurut Rifka (2005), disfungsi ereksi atau impotensi adalah ketidakmampuan seorang pria untuk ereksi atau mempertahankan ereksi. Pendapat yang hampir sama juga dinyatakan oleh Irawan (2007) yang menyatakan bahwa impotensi adalah ketidak mampuan untuk meraih ataupun mempertahankan ereksi dalam waktu relatif lama untuk mendapat kenikmatan saat berhubungan seks.

Perasaan trauma hingga gejala stres dan depresi dialami oleh para penderita kerusakan tulang belakang ini. Menurut Dharmayati (Hadi, 2004), menyatakan bahwa para penderita gangguan traumatis akan mengalami gejala sering mimpi buruk, sulit tidur, pikiran dan ingatan kacau, terisolasi, dan sering merasa ketakutan. Apabila tidak ditangani maka para penderita ini dapat mengalami depresi.

Gangguan depresi yang berkepanjangan dapat menyebabkan perilaku bunuh diri. Menurut penelitian Bostwick & Pankratz, 2000 (Nevid, Rathus & Greene, 2005), depresi merupakan gangguan mood yang paling parah yang dapat menyebabkan resiko bunuh diri. Penelitian dari Heikkinen dkk., 1997; Hufford, 2001; Kotler dkk, 2000; Roy, 2000 (Nevid, Rathus & Greene, 2005) juga menyatakan bahwa percobaan

(6)

maupun tindakan bunuh diri ini dapat dihubungkan dengan gangguan psikologis antara lain gejala stres yang berkepanjangan yang mengakibatkan depresi.

Survey awal penelitian didapatkan bahwa para penderita kerusakan tulang belakang mempunyai daya tahan untuk tetap meneruskan hidup. Hal ini dipengaruhi oleh dukungan dari keluarga yang terus memberikan dorongan dan semangat agar tidak putus asa dan tetap tegar serta tetap bertahan untuk hidup dengan kondisi dan keadaan apa pun. Selain dukungan dari keluarga, para penderita kerusakan tulang belakang ini mendapat dukungan dari lingkungan sosialnya. Walaupun dengan kondisi fisik yang berbeda namun masyarakat sekitar tidak membeda-bedakan. Mereka tetap diperlakukan sama dengan yang lain. Salah satu dukungan tersebut dibuktikan dengan tetap memberikan pekerjaan yang disesuaikan dengan kemampuan para penderita kerusakan tulang belakang.

Selain itu secara umum para responden penderita kerusakan tulang belakang mempunyai cara dalam mengatasi keadaan psikologisnya. Cara yang dipakai para responden untuk tetap bertahan dan keluar dari keadaan psikologis antara lain adanya kesadaran diri, motivasi diri dan cara yang digunakan para responden untuk berfikir. Adanya kesadaran diri mereka muncul ketika mereka menyadari bahwa dengan keadaannya sebagai penderita kerusakan tulang belakang, mereka masih dapat bertahan untuk tetap beraktivitas atau bekerja kembali. Motivasi diri yang ada dalam responden salah satunya disebabkan karena adanya keluarga dan terutama anak untuk dapat bertahan meneruskan hidupnya. Cara berfikir responden yang selalu positif akan dapat mendukung kehidupan para responden agar berjalan dengan lebih baik.

(7)

Cara-cara yang dipakai responden dalam menghadapi keadaan psikologisnya membuat para responden ini dapat bertahan meneruskan kehidupannya sebagai penderita kerusakan tulang belakang.

Pasca terjadinya bencana gempa bumi yang telah terjadi, para penderita kerusakan tulang belakang ini sedikit demi sedikit mempunyai keinginan dapat bangkit dan mempunyai kemampuan untuk bertahan. Salah satunya dengan berusaha untuk terus mempunyai pikiran yang positif dan sikap percaya diri untuk berhubungan dengan orang lain. Hal ini ditunjukkan dengan kemampuan daya tahannya dalam menghadapi cobaan hidup yang tidak menyenangkan, dalam istilah psikologi disebut dengan resiliensi. Adanya resiliensi dapat menyebabkan sikap positif untuk menjadi seorang yang percaya diri berinteraksi dengan orang lain. Resiliensi dapat merubah penderitaan menjadi tantangan, kegagalan menjadi keberhasilan dan keputusasaan menjadi kekuatan. Dengan resiliensi dapat merubah seorang korban menjadi lebih kuat dan mendorong orang berkembang dan menjadi lebih baik (Reivich dan Shatte, 2002).

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dinamika kehidupan para penderita kerusakan tulang belakang korban gempa 27 Mei 2006. Penelitian tentang resiliensi yang peneliti temukan adalah penelitian dari Astuti (2005) mengenai resiliensi pada remaja ditinjau dari pola asuh demokratis orangtua dan status sosial ekonomi orangtua. Respondennya antara lain remaja dengan umur 14-20 tahun yang tinggal di desa Brosot, Kecamatan Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, dari tingkat sosial ekonomi menengah dan rendah. Ristinawati (2006)

(8)

meneliti tentang pengaruh pelatihan resiliensi terhadap perilaku asertif pada remaja. Respondennya adalah siswa / siswi SMP Negeri 2 Ngaglik dari usia 12-15 tahun yang berjumlah 24 orang. Peneliti lainnya yaitu Farihayati (2007) yang meneliti tentang resilience pada individu yang telah mengalami duka cita kematian ibu. Responden yang dipakai adalah individu yang ditinggal meninggal ibu kandung dengan usia masa remaja awal antara 13-16 tahun.

Fokus penelitian pada penelitian ini antara lain :

? Bagaimanakah resiliensi para penderita kerusakan tulang belakang korban gempa 27 Mei 2006 ?

? Melihat seberapa jauh aspek resiliensi yang muncul pada korban ?

? Faktor-faktor apa yang dimiliki individu sehingga dapat meningkatkan resiliensi ?

METODE PENELITIAN

A. Responden Penelitian

Responden penelitian ini adalah penderita kerusakan tulang belakang yang masuk dalam kategori dewasa, mendapatkan perawatan intensif secara medis dan mempunyai aktifitas rutin yang menghasilkan materi serta memiliki keluarga.

B. Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Menurut Banister, dkk. 1994 (Alsa, 2003) penelitian kualitatif dapat didefinisikan sebagai satu cara sederhana,

(9)

sangat longgar yaitu suatu penelitian interpretatif terhadap suatu masalah di mana peneliti merupakan sentral dari pengertian atau pemaknaan yang dibuat mengenai masalah itu. Merriam, 1998 (Alsa, 2003), merumuskan penelitian kualitatif sebagai satu konsep payung yang mencakup beberapa bentuk penelitian untuk membantu peneliti memahami dan menerangkan makna fenomena sosial yang terjadi dengan sekecil mungkin gangguan terhadap setting alamiahnya.

Metode pengumpulan data dari penelitian kualitatif ini menggunakan teknik wawancara. Wawancara ini menggunakan pedoman yang umum, yang artinya dalam proses wawancara, peneliti mengacu pada pedoman wawancara yang sangat umum yang mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan wawancara atau pertanyaan.

C. Metode Analisis Data

Mempertimbangkan bahwa penelitian ini tidak terbatas pada upaya menerima atau menolak dugaan-dugaan (hipotesis), melainkan mencoba memahami situasi sesuai dengan bagaimana situasi tersebut menampilkan diri, maka analisis data yang digunakan adalah analisis induksi. Analisis induksi dimulai dengan wawancara khusus yang akan memunculkan tema-tema, kategori-kategori dan pola hubungan diantara kategori-kategori tersebut (Poerwandari, 1998).

(10)

Gambar 1. Bagan Dinamika Psikologis Resiliensi pada Penderita

Kerusakan Tulang Belakang

(11)

PEMBAHASAN

Dari bagan gambar yang menjelaskan tentang dinamika psikologis resiliensi pada penderita kerusakan tulang belakang terdapat 9 macam kategori yang terlibat dalam proses terbentuknya resiliensi yaitu respon terhadap kerusakan tulang belakang, dukungan sosial, dampak kerusakan tulang belakang, pengaruh lingkungan, kemampuan menghadapi masalah, cara menghadapi masalah, tujuan, hubungan dengan Allah dan usaha menghadapi masalah yang dapat dilakukan seorang individu setelah menjadi penderita kerusakan tulang belakang. 9 macam kategori ini sangat mendukung seorang individu yang menjadi penderita kerusakan tulang belakang untuk menjadi seorang yang resilien.

Respon para penderita kerusakan tulang belakang saat mengetahui keadaannya antara lain adanya tekanan batin, cemas hingga terkena stress. Adanya respon yang diperlihatkan oleh para penderita sangat dipengaruhi adanya dukungan dari keluarga dan masyarakat. Respon ini juga diperlihatkan ketika kerusakan tulang belakang memberikan dampak terhadap individunya yaitu menjadikan fungsi badan yang tidak optimal, adanya penyesuaian diri atau adaptasi dengan lingkungan sekitar dan menjadikan individu bergantung pada alat bantu jalan seperti kursi roda dan wokker. Dampak dari kerusakan tulang belakang ini juga dipengaruhi oleh adanya dukungan dari keluarga dan masyarakat agar para penderita kerusakan tulang belakang ini mampu menghadapi dan menerima keadaannya dengan baik.

(12)

Dampak yang dirasakan oleh para penderita kerusakan tulang belakang ini akan mempengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi permasalahannya antara lain adalah dengan adanya kesadaran dalam diri masing-masing individu, motivasi yang ada dalam diri individu dan cara berpikir yang digunakan individu dalam menghadapi permasalahan. Kemampuan menghadapi masalah ini sangat berhubungan dan berkaitan dengan pengaruh dari lingkungan seperti pekerjaan sehari-hari individu dan kegiatan-kegiatan dalam masyarakat yang pernah individu jalani.

Kemampuan yang dimiliki oleh individu dalam menghadapi masalah akan berpengaruh pada cara individu dalam menghadapi masalah. Cara yang dipakai individu dalam menghadapi masalahnya antara lain seperti bertahan dan bangkit dari situasi yang tidak menguntungkan dan mengubah kekurangan diri menjadi sesuatu yang yang positif. Cara menghadapi masalah yang digunakan oleh individu tentunya mempunyai tujuan. Tujuannya adalah para penderita kerusakan tulang belakang ini mempunyai keinginan untuk menghidupi keluarganya dan tentunya keluarga merupakan hal yang paling utama dalam kehidupan mereka.

Hubungan para penderita tulang belakang ini dengan Allah merasa lebih dekat. Mereka mempunyai keyakinan bahwa apapun yang terjadi dengan diri mereka adalah kehendak dari Allah dan mereka juga percaya kalau mereka mampu mengontrol kehidupannya ke arah yang lebih baik meskipun dengan keadaan mereka yang terbatas. Adanya hubungan dengan Allah ini sangat dipengaruhi oleh dampak dari kerusakan tulang belakang dan juga mempengaruhi kemampuan dan cara

(13)

individu dalam menghadapi masalah-masalahnya. Keyakinannya kepada Allah membuat para penderita tulang belakang ini mempunyai kemampuan dalam mengatasi setiap masalah yang datang pada mereka.

Cara individu dalam menghadapi masalah antara lain dapat bertahan dan bangkit dari situasi yang tidak menguntungkan dan mengubah kekurangan diri menjadi sesuatu yang yang positif akan dapat memperlihatkan usaha penderita kerusakan tulang belakang ini dalam menghadapi masalah-masalahnya. Pada saat individu memperlihatkan caranya menghadapi masalah maka akan nampak usahanya dalam meghadapi masalah tersebut. Usaha yang diperlihatkan penderita kerusakan tulang belakang ini saat menghadapi masalahnya meliputi pengendalian emosi, bersikap optimis, mempunyai pikiran yang positif, bersemangat, ketenangan dan kesabaran. Usaha-usaha inilah yang akan membawa para penderita kerusakan tulang belakang ini menjadi individu yang resilien.

Sebagai penderita kerusakan tulang belakang telah membawa individu mempunyai kehidupan yang mengalami perubahan besar. Dengan berjalannya waktu maka akan dapat membuat responden mengalami perubahan dan membuat para penderita ini menjadi individu yang resilien sehingga mereka dapat berhasil menghadapi dan melewati masalah-masalah yang ada.

(14)

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian dan uraian pembahasan, maka didapatkan respon dari para penderita kerusakan tulang belakang korban gempa 27 Mei 2006 yang berakibat pada fungsi badan yang tidak dapat optimal, adaptasi dengan lingkungan sekitar dan ketergantungan dengan alat bantu jalan seperti kursi roda atau wokker yang akhirnya mengalami tekanan batin, cemas dan stress.

Para penderita kerusakan tulang belakang merupakan individu yang resilien. Hal ini digambarkan ketika responden melakukan usaha dalam menghadapi masalah antara lain dalam mengendalikan emosi, optimis, mempunyai pikiran yang positif, semangat, kesabaran dan ketenangan.

Faktor-faktor penderita kerusakan tulang belakang sehingga mereka menjadi individu yang resilien adalah

? Dukungan sosial yang berasal dari keluarga dan masyarakat. ? Pengaruh lingkungan antara lain pekerjaan dan masyarakat.

? Cara menghadapi masalah yaitu dengan bertahan dan bangkit dari situasi yang tidak menguntungkan dan mengubah kekurangan menjadi sesuatu yang positif. ? Kemampuan menghadapi masalah dengan kesadaran diri sendiri, motivasi dalam

diri dan cara berpikir individu.

? Tujuannya untuk menghidupi keluarga dan keluarga adalah hal yang paling utama.

(15)

? Hubungan dengan Allah akan lebih dekat, yakin dan percaya kepada Allah serta tetap berikhtiar dan bertawakal.

SARAN

Beberapa saran yang bisa diberikan oleh peneliti yang dapat diambil dari hasil penelitian dan uraian pembahasan yang dapat dijadikan bahan pertimbangan oleh peneliti selanjutnya. Hal ini dilakukan agar hasil penelitian selanjutnya dapat bermanfaat untuk bahan penelitian lain dan wacana ilmu pengetahuan. Saran yang dapat diberikan antara lain :

o Untuk Keluarga

Dapat selalu memberikan supportnya karena dengan adanya support dari keluarga para responden mampu mengendalikan emosi, mengendalikan impuls, mempunyai sikap yang optimis untuk melihat masa depan, mampu berempati, dapat menganalisa masalah dengan baik, mampu menghadapi dan memecahkan masalah secara efektif serta mampu meningkatkan aspek positif dalam kehidupannya sehingga para responden ini dapat bertahan untuk tetap hidup. o Untuk Penelitian Selanjutnya

Dapat mengeksplor lebih jauh lagi tentang penelitiannya dan jangan hanya menggunakan teori resiliensi saja.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie. 2008. Becoming Resilient Learner through Journaling and Coaching, Mempertahankan Resiliensi Diri, diambil dari http://resiliency.wordpress.com/205/

Alfa, A. Y., dkk. 2005. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Alsa, A. 2003. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset

Amir, A. 2008. Akupunktur Medik Dan Hernia Nukleus Pulposus, diambil dari http://www.waspada.co.id/Ragam/Kesehatan

Bromley, I. 1985. Tetraplegia and Paraplegia. Edinburgh London Melbourne and New York : Churchill Livingstone

Gautama, B. 2007. Selalu Ada Harapan Pasca Bencana, diambil dari http://www.mailarchive.com/idakrisnashow@yahoogroups.com/msg17339.ht ml

Hadi, P. 2004. Depresi dan Solusinya. Yogyakarta : Tugu Publisher

Herlina, M. 2007. Manusia dan Bencana : Bukan Korban, tetapi orang yang berhasil selamat (Survivor), diambil dari http://mariaherlina.multiply.com/journal/item/13

Irawan, B. 2007. Penyebab Impotensi / Lemah Syahwat, diambil dari http://nursyifa. Hypermart.net/info_baru/impotensi.html

Luthar, S. S., Cicchetti, D., & Becker, B. 2000. Psychological Resilience, diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/Psychological_resilience

Mulyati, R. 2005. Resiliensi Remaja "High Risk" Ditinjau dari Faktor Protektif (Studi di Keluarga Tanah Tinggi Kecamatan Johar Baru Jakarta Pusat), Tesis (Tidak Diterbitkan), Jakarta : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

(17)

Nevid, J. S., Rathus, S. A. & Greene, B. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta : Erlangga

Omiyan. 2008. Atasi Gangguan Tulang Belakang Tanpa Operasi, diambil dari http://sicentol.wordpress.com/2008/04/21

Paraquad. 2005. Paraplegia, diambil dari

http://www.jobaccess.gov.au/JOAC/Advice/DisabilityTwo/Paraplegia.htm Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Jakarta

: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia

Reivich, K & Shatte, A. 2002. The Resilience Factor ; 7 Essential Skill For Overcoming Life’s Inevitable Obstacle. New York, Broadway Books

Rifka. 2005. Apakah Saya Impoten, diambil dari

http://www.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Konsultasi&id=80455 Rosyadi, O. 2008. Menggagas Sebuah "Paraplegi Rehab Nursing Care", diambil

dari http://banyumasperawat.wordpress.com

Thoha, D. 2006. Mengatasi Cedera Tulang Belakang, diambil dari http://64.203.71.11/kompas-cetak/0603/17/sorotan/2515569.htm

Thohar. 2005. Type Paralysis / Kelumpuhan, diambil dari http://thohar.blogspot.com

Wenar, C. & Kerig, P. 2000. Developmental Psychopathology ; From Infancy Trough Adolescence. Fourth Edition. Singapore : The Mc Graw – Hill Companies, Inc

Referensi

Dokumen terkait

1. Melakukan analisis data terhadap pengelolaan alokasi dana desa dengan menggunakan beberapa indikator akuntabilitas pengelolaan keuangan desa yang disesuaikan dengan

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Grafik menunjukkan hubungan lendutan terhadap penambahan beban dari balok.beton.bertulang..HVFA- SCC..50%.dan.beton normal cenderung tidak berbeda jauh dimana nilai

 Sel mikroba secara kontinyu berpropagasi menggunakan media segar yang masuk, dan pada saat yang bersamaan produk, produk samping metabolisme dan sel dikeluarkan dari

Penggunaan metode inkuiri sebagai upaya untuk menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan dengan mengacu kepada minat peserta didik dengan mengangkat

Dengan melihat uraian di atas dapatlah kiranya kita ketahui bahwa menghakimi sendiri para pelaku tindak pidana bukanlah merupakan cara yang tepat melainkan

Pembuatan membran polimer elektrolit – magnetik diperlukan larutan awal sebagai matriks pembentukan Larutan yang digunakan adalah larutan polimer elektrolit dengan

Sebaliknya jika seseorang mempunyai nilai body image yang rendah, yakni mempunyai sebuah persepsi yang kurang baik akan bentuk dan ukuran tubuh mereka, cemas tentang