• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis

Pemupukan Organik

Di dalam pengolahan TBS (tandan buah segar) di PKS, selain CPO dan PKO juga dihasilkan bahan sampingan (by-products) dalam bentuk limbah padatan yaitu janjang kosong (JJK) dan solid basah/ wet decanter solid (WDS) serta limbah cair (POME atau palm oil mill effluent). Ketiga jenis by-products ini diproduksi setiap hari di PKS dalam jumlah yang cukup besar (JJK + 23% TBS, WDS + 4% dan POME + 50% TBS). Penanganan dan pengelolaan ketiga jenis limbah ini secara ekonomis dan efektif sangat penting untuk menjaga kebersihan dan kelancaran pengolahan di PKS serta untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan profit margin perusahaan melalui peningkatan produksi kelapa sawit (Manual Referensi Agronomi , 2004). Di bawah ini akan penulis uraikan aplikasi by products sebagai pupuk organik untuk kelapa sawit oleh Angsana

Estate (ASE).

Aplikasi janjang kosong. Angsana Estate melakukan pemupukan organik yaitu dengan menggunakan janjang kosong kelapa sawit. Janjang kosong (JJK) merupakan sisa proses pengolahan tandan buah kelapa sawit oleh pabrik kelapa sawit (PKS). Produksi JJK PKS adalah sekitar 23% dari tandan buah segar (TBS). JJK yang diaplikasi adalah JJK segar yang diangkut langsung dari PKS dan segera diaplikasikan. JJK yang sudah lama menumpuk di lapangan lebih dari 1 minggu tetapi belum diaplikasikan akan kehilangan banyak hara terutama kalium (hilang tercuci), sehingga manfaatnya sebagai pupuk akan jauh berkurang. Aplikasi janjang kosong dapat dilihat pada Gambar 1.

(2)

Gambar 1. Aplikasi JJK (a) Pemuatan JJK Menuju Titik Aplikasi, (b) Titik Aplikasi JJK

Metode pengaplikasian JJK dilakukan secara manual. JJK diangkut dari PKS ke blok aplikasi dengan truk berkapasitas ± 4-5 ton dan ± 6-7 ton, kemudian ditumpuk di gawangan mati yang telah diberi pancang bambu berukuran 2 m. Masing-masing pancang digunakan untuk satu tumpuk JJK yang dibawa oleh truk. Aplikasi dilakukan satu kali per tahun. Untuk TBM diaplikasikan di piringan dan untuk TM di titik-titik pada gawangan mati (antara pohon). Dosis aplikasi JJK adalah 27 ton/ha/tahun atau 200 kg/titik aplikasi yang setara dengan 4 kali angkong. Penyusunan aplikasi JJK dilakukan satu lapis untuk mencegah perkembangbiakan hama Oryctes rhinoceros dan mempercepat pelapukan.

Tiap mandor JJK yang ada di masing-masing divisi ASE membawahi sekitar 5 hingga 7 karyawan. Standar prestasi kerja perusahaan untuk aplikasi JJK adalah 15 titik/HK untuk karyawan SKU. Namun pada saat magang, karyawan yang digunakan adalah karyawan borongan dengan prestasi kerja karyawan ± 38 titik/HK. Pada saat magang penulis hanya dapat mengaplikasikan satu titik JJK dan menata 15 titik JJK karena keterbatasan alat angkut yaitu angkong dan gancu. Harga borong untuk aplikasi JJK adalah Rp 1 250/ titik untuk TM dan Rp 1 500/titik untuk TBM.

Aplikasi palm oil mill effluent (POME). Selain janjang kosong, Angsana

Estate juga memanfaatkan POME sebagai salah satu pupuk organik untuk

membantu memberi tambahan hara bagi tanaman, menyediakan tambahan air dan memperbaiki sifat-sifat tanah. POME yang diaplikasikan di Angsana Estate mempunyai BOD ≤ 1 000 ppm, kadar ini sesuai dengan peraturan yang telah

(3)

ditetapkan oleh komisi penilai AMDAL (analisis mengenai dampak lingkungan) daerah setempat. BOD (Biological Oxygen Demand) adalah kebutuhan oksigen hayati yang diperlukan untuk merombak bahan organik. Semakin tinggi nilai BOD air limbah, maka daya saingnya dengan mikroorganisme atau biota yang terdapat pada kolam penampung limbah akan semakin tinggi. POME memiliki kadar BOD yang sangat tinggi, rata – rata berkisar 25 000 – 30 000 ppm. Hal ini telah merubah keadaan normal air dan untuk pengembalian ke kolam penampung limbah harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Pengujian terhadap kadar BOD di Angsana Estate dilakukan setiap enam bulan sekali.

Pembuatan flatbed untuk aplikasi POME di kebun yaitu pada gawangan mati/gawangan yang berselingan dengan jalan panen, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m dan kedalaman efektif 0.3 m, sehingga volume per flatbed adalah 3.072 m3, setara dengan 3.072 ton. Jumlah

flatbed sesuai rekomendasi departemen riset adalah ± 150-160 flatbed/ha.

Dosis aplikasi POME berdasarkan departemen riset adalah 750 ton/ha/tahun dengan rotasi 3 kali setahun. Namun, rata-rata jumlah flatbed di

Angsana Estate adalah 109 flatbed/ha dengan volume aktual flatbed ± 2.3 ton/flatbed. Perbedaan jumlah flatbed per ha dan volume per flatbed tersebut

disebabkan oleh topografi Angsana Estate yang umumnya bergelombang yaitu antara 3-20% dan jenis tanah oxisol, yang bertekstur pasir sehingga memiliki daya jerap air yang tinggi serta dipengaruhi oleh pendangkalan flatbed karena endapan lumpur POME.

POME yang dihasilkan oleh PKS dengan pH sudah mencapai + 7 kemudian dialirkan ke lapangan dengan menggunakan pompa dan dialirkan melalui pipa primer berukuran 6 inci ke blok-blok aplikasi. Dari blok aplikasi kemudian dialirkan ke dalam flatbed-flatbed dalam blok melalui pipa berukuran 4 inci. Aplikasi POME dan flatbed dapat dilihat pada Gambar 2.

(4)

Gambar 2. Aplikasi POME (a) Aplikasi POME, (b) Flatbed

Pengaplikasian POME dari kolam limbah ke flatbed dalam blok dilakukan selama 24 jam. Pada saat magang, aplikasi POME dilakukan oleh enam orang karyawan yang dibagi dalam dua shift, dua orang pada pagi hingga siang hari, dua orang dari siang hingga pagi hari berikutnya dan dua orang yang melakukan perawatan flatbed. Aplikasi POME tersebut harus diawasi secara ketat untuk mencegah terjadinya limpasan POME dari blok aplikasi ke parit/sungai. Untuk menghindari pendangkalan dan kerusakan flatbed maka secara periodik selama tiga bulan sekali dilakukan rehabilitasi atau pengurasan lumpur endapan POME kemudian dibuang ke kanan kiri flatbed di luar piringan untuk menghindari kebocoran flatbed, sedangkan usaha antisipasi untuk mencegah luapan POME antara lain pembuatan parit isolasi dan tanggul pengaman di akhir jalur flatbed. Selain itu, untuk menjaga konsistensi kualitas limbah cair dan air tanah dilakukan analisis laboratorium secara rutin dan menghentikan atau mengurangi aplikasi POME di saat hujan.

Karyawan yang bekerja pada aplikasi POME bertugas untuk mengatur dan menjaga aliran POME yang diaplikasikan serta membersihkan flatbed dari sampah dan pelepah sawit yang menghambat aliran POME. Standar prestasi kerja karyawan POME adalah 7 jam/HK, sedangkan subervisi yang dilakukan di luar jam kerja dihitung sebagai lebih borong dengan upah Rp 5 600/jam. Pada saat magang, prestasi penulis adalah 7 jam/HK.

(5)

Leaf Sampling Unit (LSU)

Leaf Sampling Unit (LSU) atau pengambilan contoh daun merupakan

salah satu komponen penting dalam menentukan rekomendasi pemupukan selain faktor produksi, curah hujan, kesuburan tanah, konservasi lahan, serangan hama dan penyakit. Pengambilan contoh daun tahun 2010 ini bertujuan untuk menentukan rekomendasi pemupukan tahun 2010-2011. Pengambilan contoh daun pada kelapa sawit dimulai pertama kali pada tanaman berumur tiga tahun. Jadi, pengambilan contoh daun di Angsana Estate dilakukan pada kelapa sawit tahun tanam 2007 hingga tanaman tertua. Adapun alat dan bahan dalam pelaksanaan LSU adalah plastik kantong hitam, putih, plastik ukuran satu kilogram, gunting, cat, pensil, pisau, egrek, form LSU, map coklat, kuas pelepah, foto defisiensi unsur hara. Pengambilan contoh daun di Angsana Estate tahun 2010 dilakukan pada tanggal 30 Maret 2010 hingga tanggal 24 April 2010. Tiap divisi memiliki dua tim LSU yang terdiri 3 orang di masing-masing tim. Output tim LSU adalah 90 ha per tim. Pengambilan daun dilakukan pada pagi hari hingga selesai, pada kondisi cuaca cerah, bila terjadi hujan pengambilan daun harus ditunda.

Proses pengambilan contoh daun dimulai dengan menentukan daun yang akan digunakan sebagai contoh. Daun yang digunakan sebagai contoh adalah pelepah daun ke-17 karena pelepah daun ke-17 merupakan pelepah daun yang paling peka terhadap unsur hara. Pelepah daun ke-17 di egrek dan diturunkan, kemudian tiga helai anak daun sebelah kanan dan tiga helai anak daun sebelah kiri pada peralihan anak daun muda dan tua dalam satu pelepah dipotong daunnya sepanjang 20 cm. Anak daun sebelah kanan diletakkan pada plastik putih sedangkan anak daun sebelah kiri diletakkan pada plastik hitam, kemudian daun dipotong dengan ukuran 2-3 cm. Setelah itu, daun diserahkan ke pihak riset untuk dioven selama 24 jam dengan suhu 80º-110º C. Daun yang telah dioven kemudian dikirim ke MRC untuk dianalisis sebagai bahan penentuan rekomendasi pemupukan.

(6)

Ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan oleh tim sensus dalam pengambilan contoh adalah tanaman yang dijadikan contoh tidak boleh tanaman yang ada di pinggir jalan, dekat perumahan, dekat sungai, rawa, parit dan tanaman sakit. Jika tanaman contoh termasuk dalam salah satu kriteria tersebut maka yang menjadi tanaman contoh bergeser dua tanaman ke depan atau ke belakang.

Pengambilan contoh daun diikuti dengan pengamatan vegetatif mengenai tinggi tanaman, panjang pelepah, lebar pelepah dan tebal pelepah. Selain itu juga dilakukan pengamatan visual terhadap defisiensi hara. Tiap tim diberi foto tentang defisiensi hara untuk mempermudah pengamatan. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pengambilan contoh daun adalah belum terampilnya tim sensus dalam menentukan pelepah ke-17, faktor ketelitian dalam pengukuran dan pengamatan dan tanaman yang tinggi sesuai dengan umur tanaman sehingga menyulitkan pengambilan pelepah.

Pengendalian Gulma

Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi yang tidak diinginkan oleh manusia. Gulma biasa tumbuh di sekitar tanaman yang sedang dibudidayakan dan berasosiasi dengan tanaman budidaya tersebut secara khas. Gulma dapat tumbuh pada tempat yang miskin hara hingga tempat yang kaya akan hara. Dalam pertumbuhannya, gulma akan berkompetisi dengan tanaman budidaya dalam memperebutkan sarana tumbuh yaitu ruang, air, cahaya dan unsur hara.

Keberadaan gulma yang berlebihan dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi perkebunan kelapa sawit. Kerugian yang disebabkan oleh keberadaan gulma yang berlebihan yaitu: (a) menurunkan produksi karena kompetisi sarana tumbuh, (b) menurunkan mutu produksi karena terkontaminasi oleh bagian-bagian gulma, (c) mengeluarkan senyawa alelopati yang dapat

mengganggu pertumbuhan tanaman, (d) menjadi inang bagi hama, (e) mengganggu tata guna air, (f) meningkatkan biaya usaha perkebunan karena

(7)

ada kegiatan pengendalian gulma (Pahan, 2008). Oleh karena itu, keberadaan gulma yang berlebihan harus dikendalikan.

Namun, tidak semua gulma di gawangan harus diberantas, misalnya pakis

Nephrolepis bisserata, Cassia cobanensis, Euphorbia sp., Turnera subulata.

Gulma-gulma tersebut dapat berfungsi sebagai inang musuh alami hama-hama kelapa sawit (beneficial plant). Selain itu, tanah yang gundul (bebas dari vegetasi) tidak diinginkan karena dapat mendorong terjadinya kelembaban tanah yang rendah dan dapat meningkatkan erosi tanah yang sangat merugikan pertumbuhan tanaman kelapa sawit (Manual Referensi Agronomi, 2004). Oleh karena itu, keberadaan gulma-gulma tersebut harus dijaga. Jenis gulma dominan yang ditemukan di Angsana Estate adalah Imperata cylindrica, Scleria sumatrensis, Mikania micrantha, Borreria alata, Ottochloa nodosa, Melastoma malabatricum

dan Ageratum conyzoides.

Kegiatan pengendalian gulma merupakan kegiatan rutin dilakukan sehingga membutuhkan sistem rotasi dalam pelaksanaannya. Penetapan rotasi diarahkan pada pendekatan konsep ambang ekonomis, artinya selama kerugian yang ditimbulkan oleh kehadiran gulma tersebut masih lebih kecil dari biaya yang harus dikeluarkan untuk pengendaliannya, maka pengendalian tidak perlu dilakukan. Rotasi yang teratur bertujuan untuk menjaga pertumbuhan atau penyebaran gulma agar tetap pada ambang ekonomis. Oleh karena itu, jumlah rotasi per tahun untuk satuan luas sangat berpengaruh terhadap biaya pengendalian gulma yang dibutuhkan. Menurut Manual Referensi Agronomi (2004), jumlah rotasi semprot per tahun dipengaruhi oleh umur tanaman, jenis gulma yang dominan, jenis dan herbisida yang digunakan, jenis tanah dan kerapatan gulma serta keadaan iklim.

Pengendalian gulma di Angsana Estate meliputi pengendalian gulma secara manual maupun kimia. Teknik pengendalian gulma yang dilaksanakan bergantung pada jenis dan kerapatan gulma, cuaca, topografi lahan, ketersediaan tenaga kerja serta alat dan bahan. Pengendalian gulma di Angsana Estate mempunyai rotasi 4 kali dalam setahun yaitu 1 kali pengendalian gulma secara manual dan 3 kali pengendalian gulma secara kimia.

(8)

Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia adalah pengendalian gulma dengan cara menyemprotkan bahan kimia (herbisida) yang telah dilarutkan dengan air pada gulma sasaran. Jenis herbisida yang digunakan oleh Angsana Estate adalah herbisida sistemik dengan merk dagang Kenlon dengan bahan aktif Triklopir butoksi etil eter 480 g/l yang berbentuk cair berwarna kuning bening, Prima Up dengan bahan aktif Isopropilamina glifosat 480 g/l yang berbentuk cair berwarna kuning keemasandan Starane dengan bahan aktif Fluroksipir 200 g/l yang berbentuk cair berwarna ungu.

Keuntungan menggunakan pengendalian gulma kimia adalah dapat mengurangi penggunaan tenaga kerja (prestasi kerja per HK tinggi) dan dapat mengurangi pelukaan tanaman akibat penggunaan alat. Kelemahan pengendalian gulma dengan kimia adalah kekurangtelitian penyemprot dapat menimbulkan keracunan pada tanaman, adanya pengaruh samping terhadap penyemprotdan kegiatan penyemprotan hanya dapat dilakukan jika cuaca mendukung.

Pengendalian gulma secara kimia di Angsana Estate dilakukan oleh tim semprot kebun dengan sistem BSS (Block Spraying System), yaitu sistem penyemprotan yang dikerjakan blok per blok dengan mutu penyemprotan yang lebih baik, subervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Peralatan dan perlengkapan yang digunakan oleh tim semprot kebun adalah a) satu unit kendaraan roda empat (truk atau wheel tractor), satu unit tangki untuk membawa larutan (jika menggunakan wheel tractor), b) satu unit trailer tambahan untuk membawa alat semprot dan tukang semprot (khusus whell tractor), c) 15 - 20 unit alat semprot (RB-15), diesel dan selang air untuk mengisi tangki air. Penggunaan unit semprot mempunyai beberapa keuntungan yaitu: penghematan penggunaan tenaga subervisi, subervisi lebih baik, mobilitas unit semprot yang tinggi, kualitas pencampuran racun lebih baik karena pengisian air dilakukan di traksi/sumur (pada sore hari) dan dapat dikontrol oleh asisten serta pengorganisasian kerja lebih mudah.

Pada saat magang, Angsana Estate sedang memulai penerapan RSPO

(Rountable and Sustainable of Palm Oil) yaitu suatu pengelolaan perkebunan

(9)

lingkungan. Oleh karena itu, dalam setiap kegiatan operasionalnya, Angsana

Estate sangat memperhatikan kelestarian dan keramahan lingkungan serta

kesehatan dan keselamatan kerja (K3) karyawannya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya peraturan bahwa aplikasi pupuk anorganik dan kegiatan pengendalian gulma secara kimia tidak boleh melewati area buffer zone, yaitu meliputi area rawa, sungai dan parit yang terdapat di dalam atau pinggir blok. Batas area buffer zone ini adalah 30 m dari samping kiri dan kanan rawa, sungai dan parit. Hal ini bertujuan untuk menghindari tercemarnya sumber air akibat larutan kimia herbisida dan larutnya pupuk anorganik. Area buffer zone dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Buffer Zone

Dalam penerapan RSPO, keselamatan dan keamanan kerja (K3) karyawan di Angsana Estate juga sangat diperhatikan. Setiap karyawan dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) sesuai dengan kegiatan operasional yang dilakukan. Karyawan semprot juga mendapatkan APD berupa seragam, apron, pelindung kepala, kacamata, masker, sarung tangan dan boots seperti yang terlihat pada Gambar 4.

(10)

Gambar 4. Alat Pelindung Diri Tim Semprot Angsana Estate

Berdasarkan cara kerjanya, tim semprot kebun dengan sistem BSS dibagi menjadi 2 yaitu: tim semprot untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis dan tempat pengumpulan hasil (TPH) serta tim semprot untuk mengendalikan gulma di gawangan.

Penyemprotan gulma piringan, pasar rintis dan TPH

Piringan adalah daerah di sekitar tanaman kelapa sawit yang berguna untuk tempat penyebaran pupuk, tempat jatuhnya brondolan dan tandan buah segar. Pasar rintis adalah jalan di antara dua jalur kelapa sawit yang berfungsi sebagai jalan untuk mengangkut buah ke TPH dan menjalankan kegiatan operasional lainnya. Tempat pengumpulan hasil atau TPH adalah tempat pengumpulan hasil panen sebelum hasil panen dikirim ke PKS. Ketiga sarana tersebut merupakan sarana-sarana yang paling penting dalam kegiatan perawatan dan produksi. Oleh karena itu, sarana-sarana tersebut memerlukan pemeliharaan yang berkesinambungan subaya dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Tim semprot piringan, pasar rintisdan TPH menggunakan alat semprot CDA (Controlled droplet application). Di pasaran, alat ini dikenal dengan nama

PELINDUNG KEPALA PELINDUNG MATA MASKER SERAGAM SARUNG TANGAN APPRON BOOTS

(11)

Micron Herbi atau merk lainnya dan umum dipergunakan di perkebunan. Alat semprot ini digunakan untuk sistem aplikasi cairan dengan volume rendah (Ultra

low volume). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna biru. Alat ini

digerakkan dengan tenaga aki dan dinamo untuk memutar stiknya. Alat ini mempunyai kapasitas 10 l / knapsack. Bahan kimia (herbisida) yang digunakan adalah campuran Prima Up dan Starane dengan perbandingan 7.5 : 1.5. Konsentrasi campuran yang digunakan setelah dilakukan kalibrasi adalah 2.7%, artinya ada 27 ml herbisida dalam 1 l air.

Tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH terdiri dari enam orang karyawan tetap perempuan. Dalam pelaksanaannya, penyemprotan herbisida menggunakan air hujan yang tertampung di parit-parit blok (road site pit) sebagai pelarutnya. Setelah disemprot, piringan harus bebas dari segala jenis gulma dan rumput-rumputan. Untuk mempermudah penyemprotan dan agar dihasilkan semprotan yang merata, penyemprotan piringan dilakukan searah jarum jam (ke kanan).

Penyemprotan piringan dilakukan secara selektif, artinya bila saat penyemprotan dijumpai piringan yang masih bersih sesuai standar, maka piringan tersebut dapat ditinggalkan. Standar prestasi karyawan adalah 5 ha/ HK. Namun biasanya prestasi kerja karyawan mencapai 7.5 ha /HK, sehingga selisih hektar antara prestasi dan standar dihitung sebagai premi dengan upah Rp 5 500/ ha. Prestasi penulis adalah 1 ha/HK karena keterbatasan alat.

Kendala-kendala yang sering dihadapi oleh tim semprot piringan, pasar rintis dan TPH adalah kerusakan pada alat semprot, kesulitan dalam penyediaan air pada musim kemarau, kualitas larutan herbisida yang kurang bagus karena penggunaan air-air keruh yang ada pada parit blok dan kondisi cuaca yang tidak menentu yang dapat mengurangi efektivitas penyemprotan. Penyemprotan piringan dapat dilihat pada Gambar 5.

(12)

Gambar 5. Penyemprotan Piringan Penyemprotan gulma gawangan

Gawangan adalah areal yang berada di luar piringan tanaman dan pasar rintis. Areal tersebut harus dikendalikan dari gulma yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman, tanaman inang hama serta menciptakan kondisi yang tidak terlalu lembab agar penyerbukan dapat berlangsung lancar dan mencegah berkembangnya penyakit tanaman. Selain itu, pengendalian gulma pada gawangan dapat memberi peluang cahaya matahari sampai ke permukaan tanah.

Pengendalian gulma gawangan adalah membersihkan gulma anak kayu yang merugikan tanaman maupun menyulitkan kegiatan lain yang ada di gawangan maupun piringan, pasar rintis dan TPH. Gawangan harus bebas dari anak kayu, pakis-pakisan (yang merugikan), keladi liar, pisang liar, bambu liar, kerisan dan kentosan. Jenis gulma dominan yang ada di gawangan antara lain:

Melastoma sp., Chromolaena odorata,goloran dan gulma berkayu lainnya.

Penyemprotan gulma di gawangan menggunakan alat semprot punggung semi-otomatis RB 15 dengan kapasitas 15 l, dengan sistem aplikasi cairan volume rendah ( ultra low volume ). Tipe nozel yang digunakan adalah nozel warna hitam. Herbisida yang digunakan untuk penyemprotan gulma di gawangan adalah herbisida purna tumbuh yang sistemik dengan nama dagang Kenlon. Konsentrasi yang digunakan adalah 0.3%, sebanyak 3 ml herbisida dilarutkan dengan 1 l air. Rotasi penyemprotan gawangan tiga kali dalam setahun.

(13)

Penyemprotan gulma di gawangan dilakukan oleh tim semprot yang terdiri dari 15 orang karyawan tetap wanita dan satu orang mandor dilengkapi dengan satu unit kendaraan roda empat (truk) untuk membawa tangki air. Penyemprotan dilakukan block by block dengan standar prestasi kerja sebesar 3 ha/HK untuk areal tanaman TM dan 2 ha/HK untuk areal TBM. Prestasi kerja penulis pada saat magang adalah 5 ha/HK. Bila prestasi kerja karyawan melebihi standar prestasi kebun, diberikan premi sebesar Rp 11 000/ha. Kendala - kendala yang sering dihadapi tim semprot gawangan adalah terjadinya kerusakan pada alat kerja seperti pada nozel dan pompa knapsack. Selain itu, cuaca yang tidak menentu dengan intensitas hujan yang tinggi juga mengurangi efektivitas penyemprotan gulma. Tim semprot gawangan memasuki blok dan penyemprotan anak kayu dapat dilihat pada Gambar 6.

(a) (b)

Gambar 6. Aplikasi Pengendalian Gulma Secara Kimia (a) Tim Semprot Memasuki Blok, (b) Penyemprotan Anak Kayu

Pengendalian gulma secara manual. Pengendalian gulma secara manual adalah pengendalian gulma yang dilakukan dengan menggunakan alat seperti

cados (cangkul dodos), arit, parang dan garukan. Pengendalian gulma secara

manual ini untuk mengendalikan gulma yang ada di piringan, pasar rintis dan gawangan. Pengendalian manual ini mempunyai kelebihan yaitu dapat dilakukan kapan saja, tidak terpengaruh waktu dan cuaca serta hasil dapat langsung diketahui sehingga lebih mudah dalam melakukan pengawasan, sedangkan kelemahannya adalah terjadi kerusakan akar tanaman atau pelukaan yang disebabkan oleh penggunaan alat, tanah menjadi cekung sehingga pada waktu

(14)

hujan dapat menyebabkan genangan air dan memperbesar peluang erosi pada tanah miring.

Kegiatan pengendalian gulma di Angsana Estate umumnya dilakukan oleh tenaga kerja harian, borongan dan karyawan tetap. Kegiatan pengendalian gulma manual ini meliputi pekerjaan rawat piringan dan pasar rintis (pada TBM) dan babat tanaman pengganggu (BTP) pada TBM dan TM.

Rawat piringan dan pasar rintis

Pekerjaan ini biasa dilakukan oleh tenaga harian dan borongan. Piringan pada tanaman belum menghasilkan (TBM) mempunyai jari-jari 20 cm dari ujung daun terluar. Rawat piringan pada TBM tersebut menggunakan arit, parang dan garukan. Gulma yang biasanya terdapat di piringan TBM adalah kacangan, kentosan (berasal dari brondolan sawit yang tidak terkutip), Mikania micrantha, anak kayu dan rumput-rumputan. Rawat piringan manual dilakukan dengan membabat gulma dan rumput hingga pangkal, kemudian sisanya dapat dicados hingga akarnya. Goloran kacangan dan Mikania micrantha yang ada pada tanaman ditarik kemudian dibabat hingga akar, sedangkan kentosan dibersihkan dengan digaruk dan rumput-rumputan dibabat. Standar kerja karyawan adalah 0.25 ha/HK, namun umumnya prestasi BHL adalah 0.3 ha/HK, dengan upah Rp 40 000/HK. Prestasi penulis pada saat magang adalah 0.1 ha/HK.

Pengendalian gulma pasar rintis pada TBM dilakukan secara manual. Kegiatan ini dilakukan oleh tenaga kerja borongan dengan prestasi kerja 2 HK/ ha. Besar upah borongan sesuai dengan kontrak yang telah disetujui oleh kedua pihak, yaitu manajemen kebun dan tenaga kerja. Upah borongan untuk rawat pasar rintis pada saat penulis magang adalah Rp 64 000/pasar rintis.

Babat tanaman pengganggu (BTP)

Babat tanaman pengganggu (BTP) adalah kegiatan pengendalian gulma, khususnya anak kayu yang dilakukan secara manual. Kegiatan BTP ini lebih

(15)

ditujukan untuk pengendalian gulma di areal rendahan. Kegiatan ini biasanya dilakukan oleh tenaga kerja perempuan dengan menggunakan alat cados, parang, sabit dan garukan. Pekerjaan yang dilakukan adalah mendongkel anak kayu yang terdapat di areal datar dengan cados, sedangkan anak kayu yang berada di areal rendahan dibabat sampai pangkal batang dengan parang. Gulma dan kotoran yang ada pada piringan tanaman di area rendahan juga dibersihkan menggunakan garukan kemudian dirumpuk kembali dan pelepah di sekitar tanaman juga dirapikan. Pada TBM karyawan juga harus mendongkel kerisan (Scleria

sumatrensis) maupun alang-alang yang ada di gawangan. Jika kerisan dan

alang-alang ada di areal berair maka tindakan yang dilakukan yaitu membabat hingga pangkal tanaman.

Standar kerja karyawan adalah 2 HK / ha, sedangkan prestasi penulis adalah 0.5 ha/HK. Namun, umumnya karyawan belum dapat memenuhi standar tersebut karena kurangnya kedisiplinan karyawan terhadap jam kerja, peralatan karyawan kurang mendukung dan tebalnya gulma sehingga pekerjaan tidak bisa diselesaikan pada hari tersebut.

Pemupukan

Pemupukan merupakan suatu upaya untuk menyediakan unsur hara yang cukup secara berkala dan berimbang baik secara langsung pada tanaman maupun tidak langsung ke dalam tanah. Pemupukan pada kelapa sawit bertujuan untuk mendorong pertumbuhan vegetatif tanaman, produksi tandan buah segar (TBS) secara maksimum dan ekonomis dan meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit. Pemupukan pada Angsana Estate (ASE) dimulai dengan kegiatan perencanaan pemupukan. Perencanaan pemupukan harus dilakukan dengan sebaik mungkin karena berhubungan dengan penyediaan biaya, material pupuk dan tenaga kerja yang digunakan.

Perencanaan pemupukan di Angsana Estate dibagi menjadi tiga tahap perencanaan yaitu: rencana kerja tahunan (RKT), rencana kerja bulanan (RKB) dan rencana kerja harian (RKH). Rencana kerja tahunan (RKT) digunakan untuk

(16)

mengetahui besarnya biaya operasional, yaitu: jenis dan dosis pupuk yang digunakan, jumlah tenaga kerja, peralatan dan perlengkapan serta ekstra fooding dalam satu tahun. Rencana kerja bulanan (RKB) digunakan untuk menentukan jenis dan jumlah pupuk yang akan diaplikasikan, persiapan lapangan dan persiapan peralatan dan perlengkapan pemupukan, ekstra fooding pada bulan tersebut. Rencana kerja harian (RKH) digunakan untuk menentukan jumlah tenaga kerja yang digunakan, kesiapan unit transpor untuk karyawan dan pengeceran pupuk dan pembuatan bon permintaan pupuk untuk blok yang akan dipupuk.

Perencanaan pupuk tersebut meliputi jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan, waktu pelaksanaan pemupukan, peralatan dan perlengkapan kerja yang digunakan, tenaga kerja yang dibutuhkan, kesiapan blok-blok yang akan dipupuk dan hal-hal administrasi dalam pemupukan. Seksi pemupukan dibuat terlebih dahulu oleh mandor pupuk sebagai rencana pergiliran waktu pelaksanaan pemupukan pada tiap blok untuk setiap jenis pupuk, berdasarkan interval waktu aplikasi masing-masing jenis pupuk.

Jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan pada TBM dan TM ditetapkan berdasarkan rekomendasi pemupukan dari Departemen Riset Minamas, yaitu Minamas Research Centre (MRC). Rekomendasi pemupukan pada TM tersebut disusun atas dasar hasil analisa kimia daun, status hara tanah, jenis tanah dan LCC, curah hujan serta proyeksi produksi (balance sheet) yang dilakukan setiap tahun. Jenis pupuk yang digunakan Angsana Estate periode 2009-2010 adalah NK Blend, Kieserit, Rock Phosphat, HGFB, CCM 25 dan CCM 44.

Sistem aplikasi pemupukan yang digunakan oleh Angsana Estate adalah

Block Manuring System (BMS) yaitu sistem pemupukan yang terkonsentrasi

dalam hancak pemupukan per kebun, dikerjakan blok per blok dengan sasaran mutu pemupukan yang lebih baik, subervisi lebih fokus dan produktivitas yang lebih tinggi. Mekanisme pelaksanaan BMS ini adalah hancak pemupuk tetap tiap blok dan setiap tanaman diketahui pemupuknya dan pergeseran ancak diatur sedemikian rupa sehingga berlangsung cepat dan efisien. Organisasi pemupukan

(17)

tim BMS meliputi pengecer pupuk, penabur pupuk dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas pemupukan.

Kegiatan pemupukan dimulai dengan persiapan blok yang akan dipupuk. Persiapan tersebut meliputi persiapan piringan yang harus dalam keadaan bersih dan persiapan sarana lain seperti jalan dan jembatan pada main road dan

collection road, pasar rintis dan titi pasar rintis untuk menunjang kelancaran

transportasi dan pelaksanaan aplikasi pupuk di lapangan. Blok–blok yang akan dipupuk diusahakan berada dalam satu hamparan sehingga mempermudah pengawasan pelaksanaan pemupukan, mobilisasi pengecer dan penabur serta mempermudah pengeceran pupuk.

Pengeceran pupuk. Kendaraan pengangkut pupuk dari Gudang Sentral ke lapangan, sehari sebelum pemupukan harus sudah dipastikan kesiapannya (tiap sore asisten divisi membuat surat permintaan kendaraan ke bagian Traksi). Pada pukul 06.00 WITA, mandor pupuk melakukan antrian pagi dengan para pengecer pupuk untuk memberikan informasi mengenai jenis pupuk, kebutuhan jumlah pupuk (tonase) dan blok-blok yang akan diaplikasi. Setelah antrian pagi dengan mandor pupuk, pengecer pupuk mulai memuat pupuk dari gudang sentral ke dalam kendaraan.

Pada jam 06.30 WITA, pengecer selesai memuat pupuk ke kendaraan, sehingga jam 07.00 WITA pupuk sudah berada di lapangan. Pengeceran pupuk dari atas kendaraan harus dilakukan oleh pengecer yang terlatihdan diletakkan pada tempat pengeceran yang sudah ditentukan. Tumpukan pupuk yang diecer harus diletakkan di Tempat Pengumpulan Pupuk (TPP) yang terdapat pada

collection road yaitu pada sisi timur dan barat blok. Tiap TPP mewakili enam

jalur tanaman atau tiga pasar rintis. Jumlah pupuk tiap TPP ditentukan berdasarkan dosis pupuk/pokok. Pengecer pupuk juga bertugas untuk mengambil karung eks pupuk yang telah diaplikasi. Tenaga yang digunakan sebagai pengecer pupuk adalah empat orang karyawan tetap laki-laki dengan standar kerja 2 ton/HK dan sisa tonase pupuk dianggap sebagai lebih borong dengan upah Rp 6195/ton. Jika kondisi infrastruktur blok yang akan dipupuk kurang memadai seperti jalan kurang baik, jembatan rusak atau blok berbatasan dengan sungai maka pengeceran

(18)

dapat dilakukan hanya pada satu sisi blok saja. Kegiatan pemuatan dan pengeceran pupuk dapat dilihat pada Gambar 7.

(a) (b)

Gambar 7. Pengeceran Pupuk (a) Pemuatan Pupuk, (b) Pengeceran dari Kendaraan

Pupuk yang telah diecer di lapangan harus terjamin dari pencurian, pembuangan atau disembunyikan di gawangan/parit. Oleh karena itu, ada seorang centeng pupuk yang bertanggungjawab terhadap keamanan pupuk ini, sekaligus merangkap sebagai tenaga pengumpul eks goni pupuk dari pengecer pupuk. Pupuk yang telah diecer di lapangan harus diusahakan selesai ditabur seluruhnya pada hari tersebut. Apabila pupuk tidak selesai ditabur karena hujan atau keadaan lainnya, maka sisa pupuk tersebut harus dibawa kembali ke Gudang Divisi.

Untuk mengatasi masalah-masalah yang muncul dalam hancak pemupukan pada suatu blok, maka dibentuk satuan tugas pemupukan yang disebut Kelompok Kecil Pemupukan (KKP). Masalah-masalah yang sering muncul dalam hancak pemupukan adalah areal kebun yang berbukit, kondisi barisan tanaman yang tidak lurus, barisan dalam satu rintis tidak tembus karena berbatasan dengan sungai, jurang dan palung. Selain itu juga karena jumlah tanaman dalam satu baris tanaman bervariatif.

Sebelum melakukan kegiatan pemupukan, tim pemupuk harus berkumpul di rumah pupuk untuk menggunakan alat pelindung diri (APD) yaitu baju lengan panjang, apron, sarung tangan, sepatu boot, topi dan masker untuk kesehatan dan keselamatan tim pemupuk. Selain itu, tim pupuk juga mendapatkan ekstra fooding dan mengambil peralatan pemupukan di rumah pupuk. Alat-alat yang digunakan

(19)

dalam pemupukan adalah bin pupuk dan takaran pupuk. Bin pupuk digunakan sebagai tempat pupuk yang akan ditabur, sedangkan takaran adalah alat untuk menabur pupuk. Takaran terbuat dari pipa paralon dengan kayu sebagai alas penutupnya. Takaran pupuk di kalibrasi terlebih dahulu disesuaikan dengan jenis dan dosis pupuk. Rumah pupuk, alat pelindung diridan takaran pupuk yang digunakan tim pupuk dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Sarana dan Prasarana Tim BMS (a) Rumah Pupuk, (b) Alat Pelindung Diri, (c) Pembagian Ekstra Fooding

Kegiatan pemupukan di Angsana Estate dimulai pada pagi hari dengan kondisi cuaca yang cerah. Menurut PPKS (2005), waktu pemupukan perlu disesuaikan dengan kondisi curah hujan. Bila curah hujan < 60 mm/bulan atau > 300 mm/bulan maka pemupukan harus ditunda. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan kegiatan pemupukan adalah jenis dan dosis pupuk, persiapan blok yang akan dipupuk, sarana dan prasarana (jalan, jembatan, titi pasar rintis), alat-alat yang digunakan (APD, takaran, bin) serta alat transportasi untuk karyawan dan pengeceran pupuk ke lapangan.

Setelah melakukan antrian pagi dengan pengecer pupuk, mandor pupuk segera melakukan antrian pagi dengan karyawan pupuk. Karyawan pupuk berbaris memanjang sesuai dengan KKP-nya. Mandor pupuk memberi penjelasan mengenai blok yang akan dipupuk, jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan, penggunaan takaran, cara penaburan pupuk serta jika ada informasi baru dari asisten divisi. Mandor pupuk juga mengabsen karyawan pupuk untuk pembagian hancak pemupukan. Setelah antrian pagi, karyawan pupuk segera berangkat ke

(20)

lapangan. Antrian pagi asisten divisi dengan para mandor dan antrian pagi mandor pupuk dengan karyawan pupuk dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Antrian Pagi (a) Antrian Pagi Asisten Divisi dengan Para Mandor (b) Antrian Pagi Mandor Pupuk dengan Karyawan Pupuk

Penaburan pupuk. Setelah menempati hancak pemupukan, masing-masing penabur di tiap KKP mulai membuka karung pupuk kemudian memasukkan pupuk ke dalam bin pupuk. Tiap penabur biasanya memupuk dua jalur tanaman (1 pasar rintis). Penaburan pupuk pada tanaman menghasilkan ditempatkan pada bibir piringan atau di atas rumpukan pelepah, berbentuk “U”. Penaburan harus dilakukan secara merata dan tipis. Apabila ditemukan pupuk yang menggumpal maka pupuk harus dihancurkan.

Pada saat magang, penaburan pupuk di Angsana Estate juga sempat menggunakan pelangsir pupuk untuk meringankan kerja penabur pupuk. Pelangsir pupuk menggunakan angkong untuk melangsir pupuk dalam blok. Dengan adanya pelangsir pupuk tersebut, penabur tidak perlu keluar masuk blok untuk mengisi bin pupuk karena pelangsir telah meletakkan pupuk di tanaman-tanaman dimana penabur telah menaburkan semua pupuk yang ada dalam binnya. Selama menggunakan pelangsir maka tim KKP yang sebelumnya berjumlah 5 KKP diubah menjadi 3 KKP dengan 2 orang sebagai pelangsir dan 3 orang sebagai penabur dalam satu KKP-nya.

Penaburan pupuk tanpa pelangsir dimulai dari tanaman ke-8 atau ke-10 menuju tanaman ke-17 (pasar tengah). Kemudian dilanjutkan dengan menabur tanaman ke-1 menuju tanaman ke-7 atau ke-9. Penentuan tanaman pertama dimulainya penaburan ditentukan oleh jumlah tanaman yang terdapat dalam satu

(21)

jalur tanaman, umumnya dalam satu jalur tanaman terdapat 32-34 tanaman. Semakin banyak tanaman dalam satu jalur maka semakin jauh pula tanaman pertama yang dipupuk.

Penaburan pupuk dengan menggunakan pelangsir dimulai dari tanaman pertama yang ada di dekat collection road. Penabur menaburkan pupuk dari tanaman pertama hingga tanaman ke-8, selanjutnya penabur menaburkan pupuk, yang telah dilangsir oleh pelangsir di tanaman ke-8, hingga tanaman ke-17 (pasar tengah). Kemudian penabur tidak kembali lagi ke collection road melainkan langsung mengambil jalur tanaman pada TPP berikutnya. Pemasukan pupuk ke dalam bin pupuk dan penaburan pupuk dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 10. Penaburan Pupuk (a) Penabur Mengisi Bin Pupuk (b) Penaburan Pupuk di Bibir Piringan

Berdasarkan hasil pengamatan penulis, jenis pupuk yang digunakan di Angsana Estate pada periode 2009-2010 adalah seperti yang terlihat pada Tabel 5. Dosis pupuk untuk TBM yang digunakan Angsana Estate untuk jenis tanah oxisol dapat dilihat pada Tabel 6, sedangkan dosis pupuk yang diaplikasikan untuk TM sesuai dengan rekomendasi pupuk yang diberikan oleh MRC untuk tiap blok.

(22)

Tabel 5. Jenis Pupuk yang Digunakan di Angsana Estate Tahun 2009-2010

Unsur Hara Jenis Pupuk Kandungan

Unsur %

Nitrogen (N) CCM 25 N-P2O5-K2O-MgO 14-13-9-2.5 CCM 44 N-P2O5-K2O-MgO 12-6-22-3

NK Blend N-K2O 13-36

Kalium (K) NK Blend N-K2O 13-36

Fosfor (P) Rock Phosphate P2O5 28

Magnesium Kieserit MgO 27

Boron HgFB B2O5 48

Sumber: Hasil Pengamatan Penulis (Maret, 2010)

Tabel 6. Dosis Pupuk untuk TBM Pada Tanah Oxisol Umur tanaman

(bulan)

Dosis Pupuk (kg/pokok)

HGFB (g/pokok) CIRP Compound CCM 25 Compound CCM 44 Kieserit Lubang tanam 0.50 - - - - 2 - 0.50 - - - 5 - 0.80 - - - 8 - 1.00 - - - 12 - 1.40 - - - 16 - 1.70 - - - 20 - - 2.30 0.80 100 24 - - 2.40 - - 30 - - 3.10 - 100 36 - - 3.80 - -

Sumber: Manual Referensi Agronomi (2008)

Tenaga kerja yang digunakan sebagai tim pupuk (penabur) adalah KHL wanita yang tinggal di perumahan warga di sekitar kebun atau yang tinggal di perumahan karyawan yang telah disediakan oleh Angsana Estate. Upah karyawan pupuk tersebut ditentukan oleh tonase pupuk yang diaplikasi dengan upah Rp 70/kg. Penggunaaan tenaga kerja BHL tersebut harus direncanakan jauh hari karena tidak selalu tersedia dan tidak banyak yang terlatih sebagai tenaga kerja pemupuk.

Umumnya jumlah blok yang akan dipupuk disesuaikan dengan jumlah karyawan pupuk yang ada pada saat pemupukan hari tersebut. Oleh karena itu, tiap antrian pagi, mandor pupuk akan mengabsen kehadiran karyawannya untuk

(23)

menentukan jumlah blok dan tonase pupuk yang akan diaplikasikan pada hari tersebut. Menurut penulis, seharusnya kebun menggunakan karyawan tetap sebagai tenaga kerja pemupuk untuk lebih mempermudah penentuan jumlah blok dan jumlah tonase pupuk yang akan diaplikasikan, selain itu juga untuk meningkatkan kualitas pemupukan. Standar prestasi kerja penabur pupuk disesuaikan dengan jenis dan dosis pupuk yang akan diaplikasikan. Standar

pemupukan untuk berbagai jenis pupuk di Angsana Estate yaitu: NK Blend (600 kg/HK), Rock Phosphate (400 kg/HK), Kieserit (400 kg/HK),

HgFB (7 ha/HK), CCM 44 (600 kg/HK ) dan CCM 25 (600 kg/HK).

Pada saat magang, penulis ikut melakukan kegiatan pemupukan yaitu bekerja sebagai penabur. Penulis sajikan prestasi penulis pada saat menjadi penabur pupuk dibandingkan dengan standar dan prestasi karyawan pada Tabel 7.

Tabel 7. Prestasi Kerja Penulis Sebagai Penabur Pupuk Tanggal Blok Jenis pupuk Dosis/ pkk (kg) Prestasi Kerja (kg/HK) Standar Karyawan Penulis

18-02-2010 B32 Kieserit 0.75 400 306 210 19-02-2010 B30-B31 Kieserit 0.75 400 334.95 280 24-02-2010 C14-C15 NK Blend 2 600 785.7 350 01-03-2010 C17 NK Blend 2 600 776 700 04-03-2010 D26-D27 NK Blend 2 600 836 700 05-03-2010 D28-D30 NK Blend 2 600 665 525 06-03-2010 D30-D32 NK Blend 1.75 600 625 525 Sumber: Hasil Pengamatan Penulis (Februari-Maret, 2010)

Pengumpulan karung bekas pupuk. Karung bekas pupuk dikumpulkan oleh penabur pupuk kemudian digulung setiap 10 lembar karung. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pengawasan kembali jumlah pupuk yang dibawa ke lapangan, selain itu juga untuk pemeriksaan apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada pupuk yang hilang. Gulungan karung eks pupuk tersebut dibawa oleh centeng pupuk ke sudut blok untuk memudahkan pengambilan karung eks pupuk oleh pengecer pupuk. Kemudian karung bekas pupuk tersebut diletakkan di gudang dan ditata rapi. Karung bekas pupuk tersebut biasa digunakan untuk membuat tapak kuda pada areal-areal miring (meminimalisir erosi dan pencucian

(24)

pupuk), sebagai tempat batu (pada perbaikan jalan), maupun sebagai tempat brondolan buah sawit. Oleh karena itu, pada saat pembukaan karung pupuk diusahakan tidak merusak karungnya. Penggulungan karung bekas pupuk dan penempatan karung di sudut blok dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Pengumpulan Karung Bekas (a) Penggulungan Karung, (b) Gulungan Karung Eks di Sudut Blok

Pengendalian Hama Dan Penyakit

Hama adalah pengganggu pada tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh serangga dan atau mamalia yang dapat menurunkan hasil dan secara ekonomis merugikan manusia. Penyakit adalah faktor pengganggu tanaman kelapa sawit yang disebabkan oleh jamur, bakteri, atau virus yang secara ekonomis dapat menurunkan hasil. Hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit dapat menimbulkan kerusakan berat hingga kematian pada tanaman sehingga perlu dilakukan pemberantasan dan pengendalian hama dan penyakit tersebut. Pemberantasan adalah pemusnahan semua populasi hama dan penyakit yang ada di areal tanaman, sedangkan pengendalian adalah mengurangi, menekan hama dan penyakit sampai ambang batas ekonomi yang tidak merugikan.

Pada Angsana Estate hanya dilakukan pengendalian hama saja karena hama dan penyakit yang menyerang kelapa sawit berada jauh dibawah ambang batas. Pengendalian hama tanaman dilakukan setelah diketahui besarnya tingkat serangan hama tersebut. Pengendalian hama tanaman di Angsana Estate dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsep pengendalian hama terpadu yaitu penggunaan beneficial plants dan burng hantu Tyto alba.

(25)

Beneficial plants. Menurut ARM Minamas (2008), tanaman berguna

(beneficial plants) adalah tanaman yang mempunyai unsur perangsang alamiah

untuk menarik populasi musuh-musuh alami dari ulat api dan ulat kantong pada tanaman kelapa sawit. Tanaman ini dapat menyediakan madu/makanan bagi beberapa parasitoid dan predator dari hama, yang merupakan makanan tambahan penting untuk bertahan hidup dan berkembang biak. Tanaman ini juga menyediakan tempat berteduh yang mampu meningkatkan masa hidup predator ini lebih lama selama kondisi lingkungan yang buruk, yang memastikan kehadirannya sepanjang waktu pada areal tanaman kelapa sawit.

Berdasarkan percobaan yang dilakukan oleh bagian proteksi tanaman MRC, menunjukkan bahwa penanaman beneficial plants secara benar dan berkelanjutan dapat mengatasi serangan hama yang serius (kronis). Penggunaan

beneficial plants ini diharapkan dapat mengurangi penggunaan bahan kimia

sebagai pengendali hama. Terdapat empat spesies tanaman yang efektif dalam menekan serangan hama perusak daun pada tanaman kelapa sawit secara alami. Tanaman tersebut adalah Euphorbia heterophylla, Cassia cobanensis, Antigonon

leptopus dan Turnera subulata (Gambar 12).

E. heterophylla adalah jenis tanaman yang paling efektif dalam

mengendalikan serangan hama dibandingkan dengan ketiga jenis tanaman lainnya. Namun, jenis tanaman ini sulit dikembangbiakkan karena sulit untuk mendapatkan bibit yang cukup. Secara alamiah, jenis tanaman ini memiliki masa hidup yang pendek dan peka terhadap tanah yang kurus serta pH tanah yang masam. Oleh karena itu, jenis tanaman yang banyak dikembangbiakkan di perkebunan kelapa sawit, khususnya Angsana Estate adalah C. cobanensis, A.

(26)

(a) (b)

Gambar 12. Beneficial Plants. (a) Euphorbia heterophylla, (b) Cassia

cobanensis, (c) Antigonon leptopus, (d) Turnera subulata

Pengendalian hama tikus dengan burung hantu (Tyto alba). Tikus adalah hama yang paling utama di perkebunan kelapa sawit dan dapat menyebabkan kerusakan yang berat, baik pada tanaman menghasilkan maupun tanaman belum menghasilkan. Pada TBM, tikus menyerang umbut/titik tumbuh.

Gejala serangannya berupa bekas gerekan, lubang-lubang pada pangkal pelepah bahkan sering ditemui pelepah yang putus/terkulai. Kadang-kadang dijumpai serangan hama ini sampai ke titik tumbuh, terutama pada tanaman umur sekitar 1 tahun sehingga menyebabkan kematian tanaman. Pada TM, tikus selain menyerang bunga betina dan bunga jantan, juga memakan mesokarp buah (daging buah) baik pada tandan muda maupun yang sudah matang. Pada areal yang terserang tikus dengan kategori serangan berat, populasi tikus dapat mencapai + 300 ekor/hektar. Dari hasil penelitian diketahui bahwa satu ekor tikus dapat mengkonsumsi mesokarp + 4 gram/hari, sehingga kehilangan produksi mencapai + 5 % dari produksi normal (ARM, 2004 dan Pahan,2008).

Ada tiga jenis tikus yang biasa menyerang perkebunan kelapa sawit, yaitu

(27)

Salah satu tindakan pengendalian hama tikus secara biologis adalah dengan penggunaan burung hantu (Tyto alba). Burung hantu (Tyto alba) termasuk golongan burung buas / karnivora yang memakan mangsanya dalam kondisi hidup. Jenis makanannya sangat spesifik yakni berbagai jenis tikus dengan daya konsumsi terhadap tikus mencapai 99.4%. Aktivitas berburunya dimulai dari lepas senja hingga fajar pagi hari. Tingkat predasi burung hantu terhadap R. tiomaticus

di perkebunan kelapa sawit mencapai 88% sedangkan sisanya 6% adalah

R. argentiventer dan 6% R. ratus diardii. Hasil pengamatan Departemen riset

menunjukkan bahwa sepasang burung hantu mampu mengkonsumsi tikus

R. tiomaticus rata-rata 3 000 – 3 650 ekor tikus per-tahun.

Upaya pemeliharaan burung hantu sebagai predator alami tikus di Angsana

Estate dimulai dengan pembuatan kandang di dalam blok. Kandang ini berfungsi

sebagai pemikat atau tempat karantina burung hantu agar beradaptasi dengan daerah yang baru. Lokasi penempatan kandang ini harus strategis yaitu diusahakan berdekatan dengan pohon-pohon besar atau pada areal di sekitar emplasemen dan diusahakan jauh atau membelakangi lampu penerangan serta aman dari gangguan manusia. Hal ini dimaksudkan agar burung hantu tidak mudah mengalami stres. Kemudian dilakukan pemasangan nest box di sekitar kandang. Dalam radius 500 - 2 000 m dilakukan pemasangan nest box kembali, dimana tiap nest box yang dipasang mewakili luasan ± 20 hektar. Burung hantu

(28)

Gambar 13.Burung Hantu (Tyto alba)

Bibit burung hantu yang ada di Angsana Estate berasal dari PT Gunung Aru. Setelah mengalami masa karantina selama 6 bulan, burung hantu diletakkan pada nest box. Tiap nest box berisi sepasang burung hantu. Saat ini di Angsana

Estate terdapat 22 nest box. Burung hantu dapat berkembangbiak setelah berumur

8 bulan dengan menghasilkan telur sebanyak 6-10 butir/tahun yang menetas setelah ± 28 hari. Berdasarkan hasil pengamatan depertemen riset, diketahui bahwa T. alba dapat bertelur 2 hingga 3 kali dalam setahun dengan tingkat penetasan telur hingga 90 %. Anak burung hantu akan menjadi dewasa dan bisa terbang saat berusia 2 – 2.5 bulan. Masa hidup burung hantu Tyto alba di lapangan dapat mencapai ± 4.5 tahun. Dengan penggunaan burung hantu (Tyto alba) ini diharapkan dapat menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan dan dapat mengendalikan serangan hama tikus.

Panen

Panen pada kelapa sawit adalah kegiatan potong buah dimana buah yang dipotong telah memenuhi kriteria matang panen, kemudian mengantarkannya ke pabrik dengan cara dan waktu yang tepat (berdasarkan pusingan potong buah dan transport) tanpa menimbulkan kerusakan pada tanaman. Cara yang tepat akan mempengaruhi kuantitas produksi (ekstraksi) dan waktu yang tepat akan mempengaruhi kualitas produksi (asam lemak bebas atau FFA) (Pahan, 2008).

(29)

Produksi minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit, yang berasal dari TBS, per hektar dapat menunjukkan tingkat produksi yang dicapai kebun sudah maksimal atau belum. Produksi maksimal dapat dicapai apabila kerugian (losses) produksi dapat diminimalkan. Hal-hal yang dapat menyebabkan kerugian (losses) pada perkebunan kelapa sawit adalah memanen buah mentah, adanya buah masak tapi tidak dipanen (buah tinggal), brondolan yang tidak dikutip, buah atau brondolan dicuri, serta buah atau brondolan di TPH yang tidak terangkut ke PKS (buah restan).

Menurut Manual Referensi Agronomi (2008), sasaran utama kegiatan panen adalah mencapai produksi/ton TBS per hektar yang tinggi, biaya per kilogram yang rendahdan mutu produksi yang baik yaitu asam lemak bebas / FFA yang rendah. Namun, ada beberapa kendala utama yang sering dihadapi oleh perkebunan kelapa sawit yaitu lemahnya pengelolaan kegiatan panen khususnya dalam hal perencanaan, organisasi pelaksanaan dan subervisi sehingga mengakibatkan rendahnya konsistensi mutu buah, mutu hancak, looses (janjang masak tinggal dan brondolan tidak terkutip), proses subervisi yang tidak fokus dan tingginya biaya eksploitasi produksi.

Persiapan panen. Persiapan panen yang baik merupakan salah satu upaya untuk mencapai sasaran utama dalam kegiatan panen. Persiapan meliputi persiapan kondisi areal, penyediaan tenaga kerja, pembagian seksi panen dan penyediaan alat-alat panen.

Persiapan areal meliputi penyiapan sarana dan prasarana panen yaitu:

(a) Tempat pengumpulan hasil (TPH). TPH resmi harus ada dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Di Angsana Estate, satu TPH resmi dibuat untuk mewakili 6 jalur pokok / 3 pasar rintis. Umumnya ukuran TPH di Angsana Estate adalah (4 x 6) m atau (4 x 7) m, permukaannya harus rata dan harus bersih dari gulma / rerumputan / kotoran serta diberi label (no TPH dan blok).

(b) Pasar rintis dan piringan. Setiap dua jalur tanaman terdapat 1 pasar rintis dengan ukuran (1.2 – 1.5) m, sedangkan ukuran piringan untuk TM adalah

(30)

(2 – 3) m. Pasar rintis dan piringan harus bebas dari gulma anak kayu, kacangan dan gulma lainnya yang dapat mengganggu kegiatan panen maupun kegiatan perawatan lainnya.

(c) Memperbaiki main road, collection road, tertiary road, jembatan dan titi panen. Jalan Utama (Main Road) yaitu jalan penghubung antar collection road dan jalan akses, biasanya arah Timur - Barat. Jalan Pengumpul (Collection Road) yaitu jalan pengumpul hasil, pengangkutan dan pengawasan, biasanya arah Utara – Selatan. Jalan bantu (Tertiary Road) yaitu jalan tambahan yang dibuat pada areal-areal yang sulit (berbukit, palung, dll.) untuk mendukung pengumpulan produksi. Titi panen adalah jembatan kecil di dalam blok untuk menghubungkan areal satu dengan areal lain dalam satu blok karena terpisah oleh sungai atau parit.

Penyediaan tenaga panen

Penentuan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dalam kegiatan panen baik tenaga potong buah maupun tenaga kutib brondolan.

Penyediaan alat-alat panen dan alat pelindung diri (APD)

Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan panen di Angsana Estate adalah egrek, dodos, kapak, gancu, angkong, ember, karung dan kait bambu. Dalam pelaksanaannya, pemanen harus menggunakan harus menggunakan alat pelindung diri (APD) demi keamanan dan keselamatannya seperti sepatu boot, helm dan alat-alat yang bersifat tajam (dodos, egrek dan kapak) diberi bungkus.

Rotasi panen atau pusingan buah. Aspek yang paling dominan di lapangan untuk mencapai sasaran utama tersebut adalah rotasi panen / pusingan buah. Rotasi panen atau pusingan buah adalah interval waktu antara satu perlakuan panen dengan perlakuan panen berikutnya. Pusingan buah yang digunakan di Angsana Estate adalah pusingan 6/7, artinya areal di tiap-tiap divisi dibagi menjadi 6 seksi dan dipanen selama 6 hari dalam 7 hari. Pusingan buah yang digunakan ini adalah pusingan buah yang normal karena proses pematangan

(31)

buah adalah ± 7 hari. Namun, dalam aplikasinya, pusingan buah sering mengalami perubahan karena tergantung dari kerapatan buah, cuaca dan adanya hari libur nasional.

Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan karena pusingan buah yang kurang tepat, maka pusingan potong buah harus dijaga agar tetap normal, yaitu dengan memantau terus melalui daftar pusingan buah yang ada di divisi. Pemantauan pusingan potong buah juga dapat dipermudah dengan adanya informasi mengenai kerapatan buah masak atau persentase panen di blok, jumlah tenaga potong buah, umur tanaman, basis borong dan % TK siap borong, curah hujan dan lain-lain.

Untuk menjaga pusingan buah agar tetap normal maka sebelum kegiatan panen harus dilakukan taksasi produksi harian yang dilakukan sehari sebelum panen. Taksasi produksi dilakukan oleh mandor panen untuk mengetahui kerapatan buah, jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dan penentuan jumlah unit untuk pengangkutan buah ke PKS. Taksasi produksi harian tiap mandoran dapat dilakukan dengan menghitung jumlah janjang masak yang akan dipanen besok kemudian dibagi dengan jumlah tanaman contoh dikali 100 %. Jumlah tanaman contoh adalah 10 % dari total populasi tanaman yang ada di tiap mandoran.

Sistem hanca panen. Sistem hanca panen yang digunakan oleh Angsana

Estate adalah sistem hanca giring tetap. Sistem hanca giring tetap yaitu pemanen

mendapatkan hanca panen yang tetap, jika hancanya dalam satu blok telah selesai maka pemanen pindah ke hanca panen pada blok berikutnya sesuai dengan nomor hanca yang telah ditentukan.

Kelebihan hanca giring tetap yaitu: (a) manajemen pelaksanaan panen berdasarkan sasaran/persentase kerapatan panen dapat dilaksanakan secara sempurna, (b) jumlah tenaga dapat diatur sesuai dengan kebutuhan/kerapatan panen, (c) distribusi buah masih mengumpul karena biasanya panen dimulai dari CR yang sama, (d) mandor lebih mudah melakukan pengawasan, (e) output mandoran dan karyawan bisa dipacu dengan pengancakan karyawan yang memperhatikan kekuatan masing-masing karyawan, (f) dapat menghindari

(32)

kecemburuan di antara karyawan karena hanca dapat ditukar/digilir dari pusingan yang satu ke selanjutnya. Sementara, kekurangan pengancakan sistem ini adalah tanggung jawab karyawan terhadap hanca masih relatif kecil, adanya pelanggaran dalam kegiatan panen masih sulit dideteksi dan kegiatan subervisi harus ketat (Pahan, 2008).

Organisasi panen. Pengorganisasian panen harus dilakukan dengan baik subaya kegiatan panen dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai target produksi. Organisasi panen diarahkan untuk mendapatkan kuantitas dan kualitas buah yang tinggi. Organisasi panen di Angsana Estate terdiri dari pemanen, mandor panen, kerani buah, kerani transpor dan mandor 1. Umumnya masing-masing divisi di Angsana Estate memiliki 2-3 mandor panen dengan jumlah kerani buah menyesuaikan atau sama dengan jumlah mandor panen. Tiap mandor panen membawahi 10 hingga 15 tenaga pemanen. Tiap divisi memiliki satu orang kerani transpor. Kerani buah bertugas untuk mencatat jumlah tandan dan kutiban brondolan yang telah dipanen oleh pemanen di buku penerimaan buah (BPB) dan pengisian checkroll. Tiap kerani buah dan mandor panen bertanggungjawab kepada mandor 1, selanjutnya mandor 1 bertanggungjawab kepada asisten divisi.

Sistem organisasi panen yang digunakan oleh Angsana Estate adalah

Block Harvesting System by Division of Labour-2 (BHS by DOL-2). Sistem BHS

by DOL-2 adalah sistem panen dimana penyelesaian kegiatan panennya setiap hari kerja dan terkonsentrasi pada satu seksi tetap per kebun atau per divisi berdasarkan interval yang telah ditentukan. Tujuan utama BHS by DOL-2 ini adalah meningkatkan spesialisasi pekerjaan panen, menunjukkan tanggung jawab serta wewenang dengan jelas, meningkatkan / memperbaiki sistem pembayaran untuk kegiatan panen, memungkinkan terbukanya introduksi mekanisasi pengangkutan TBS dari tanaman ke TPH. Sistem panen by DOL-2 ini menjelaskan bahwa proses potong buah dikerjakan oleh seorang pemanen (cutter) sedangkan pengutipan brondolan dilakukan oleh seorang pembrondol (picker). Penggunaan cutter dan picker dengan perbandingan 1:1 tersebut dimaksudkan agar pasangan antara cutter dan picker dapat lebih sinkron dan fokus dalam penyelesaian hanca panennya, namun hal ini tidak berlaku mutlak.

(33)

Pelaksanaan panen. Setelah melakukan antrian pagi dengan mandor panen, pemanen segera memasuki hancak masing-masing. Kegiatan panen pada masing-masing mandoran harus dimulai dari arah yang sama untuk memudahkan pengawasan dan pengangkutan buah. Panen dimulai dengan memotong pelepah yang menjadi penyangga buah masak kemudian menyusunnya pada gawangan mati. Pemotongan pelepah ini harus tetap memperhatikan penetapan pelepah songgo dua dan tidak boleh over prunning.

Buah yang masak dipotong dan gagang panjang dipotong minimal 3 cm dari permukaan buah, potongan gagang panjang dibuang pada gawangan mati. Setelah pemotongan buah hingga pada rintis terakhir dalam blok, maka buah diangkut dan disusun di TPH secara teratur dan diberi nomor pemanen untuk memudahkan pencatatan hasil panen oleh kerani buah. Demikian seterusnya hingga hanca pada hari tersebut selesai. Pembrondol mulai mengutip brondolan jika pemanen berada pada posisi hampir mendekati pasar tengah. Hal ini agar pengutiban brondolan tidak mengganggu kegiatan potong buah dan semua brondolan setelah potong buah dapat terkutip. Setelah itu, brondolan dimasukkan ke dalam ember, karung atau angkong dan meletakkannya di TPH, di samping buah yang dipanen. Sebelumnya brondolan tersebut ditakar dengan ember yang telah dikalibrasi. Satu ember setara dengan 8 kg brondolan. Setelah itu, pembrondol menulis nomor pembrondolnya untuk memudahkan pencatatan oleh kerani buah.

Setelah kegiatan panen, ada kegiatan grading yaitu memeriksa kualitas buah yang dipanen, tandan buah segar (TBS) matang dan mentah. Grading di lapangan dilakukan oleh kerani buah, selain itu grading juga dilakukan oleh pabrik. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui persentase buah matang yang dipanen dan buah mentah. Hasil grading dilaporkan kepada asisten divisi, kemudian langsung diteruskan ke Estate manager. Kegiatan panen dapat dilihat pada Gambar 12.

(34)

Gambar 14. Kegiatan Panen. (a) Pemotongan Buah, (b) Penakaran Brondolan di TPH

Sistem upah dan premi. Berdasarkan statusnya, pemanen terbagi menjadi pemanen tetap (SKU) dan BHL. Jika pemanen tetap, tidak memenuhi basis yang telah ditetapkan oleh kebun, maka pemanen hanya akan mendapat gaji pokok. Namun, bila pemanen mampu memanen melebihi basis maka mereka akan mendapatkan premi. Upah yang didapat oleh BHL adalah jumlah TBS yang dipanen atau jumlah brondolan yang dikutip dikalikan harga tiap TBS atau harga brondolan per kg. Basis panen adalah batas minimum jumlah TBS atau jumlah brondolan yang harus dipenuhi oleh pemanen. Premi yang didapat pemanen adalah premi lebih basis. Premi lebih basis adalah premi yang diberikan jika pemanen dapat mencapai basis yang telah ditetapkan.

Besarnya basis panen baik cutter dan picker berbeda-beda tergantung pada umur tanaman kelapa sawit pada masing-masing blok. Prestasi kerja penulis saat menjadi picker adalah 208 kg/HK brondolan dengan basis brondolan 225 kg/HK.

Pengawasan panen. Subervisi atau pengawasan yang ditetapkan oleh kebun bertujuan untuk menjaga kegiatan panen agar dapat berlangsung dengan baik dan terarah sesuai dengan ketetapan kebun. Pengawasan yang dilakukan lebih mengutamakan kualitas hasil panen. Sanksi dikenakan jika pemanen tidak memenuhi aturan panen yang telah dibuat oleh kebun. Pengawasan atau pemeriksaan kegiatan panen biasanya dilakukan oleh mandor panen dan asisten

(35)

divisi. Beberapa hal penting yang menjadi fokus pemeriksaan adalah buah matang yang tidak dipanen (buah tinggal), buah mentah yang dipanen, pelepah sengkleh tidak dipotong, penyusunan pelepah tidak pada tempatnya, brondolan tidak terkutip dan gagang TBS yang tidak dipotong.

Aspek Manajerial

Manajemen Kebun Tingkat Non Staf

Kegiatan non staf meliputi kegiatan teknis di lapangan dan administrasi di kebun. Kegiatan teknis di lapangan di pimpin oleh mandor kebun, sedangkan kegiatan administrasi kebun dilakukan oleh kerani di masing-masing divisi. Untuk mempelajari aspek manajerial tingkat non staf, penulis bertugas menjadi pendamping mandor dan pendamping kerani divisi.

Pendamping mandor. Pada saat magang penulis mendapat tugas untuk menjadi pendamping mandor pupuk anorganik, mandor pupuk organik, mandor semprot, mandor perawatan TBMdan mandor panen. Selama menjadi pendamping mandor, penulis bekerja dan membantu tugas-tugas mandor.

Pendamping mandor pupuk anorganik

Selama menjadi pendamping mandor pupuk anorganik, penulis membantu mandor pupuk dalam membuat blok aplikasi pemupukan. Penulis juga membantu pembuatan bon permintaan pupuk yang telah disetujui oleh asisten divisi dan

Estate manager, menghitung jumlah karyawan yang hadir untuk menentukan

jumlah luasan lahan yang akan dipupuk, meminta dan mengawasi pengambilan pupuk di gudang, memimpin antrian pagi dengan karyawan, mengawasi jalannya pemupukan, memeriksa hancak pemupuk dan mengisi buku kerja mandor (BKM).

(36)

Pendamping mandor pupuk organik

Pupuk organik yang digunakan oleh Angsana Estate adalah janjang kosong (JJK) dan palm oil of mill effluent (POME). Penulis ikut menjadi pendamping mandor JJK dan pendamping mandor POME. Selama menjadi pendamping mandor JJK, penulis ikut memasang pancang bambu sebagai tanda tempat peletakan janjang kosong yang diangkut dari pabrik. Penulis juga ikut menulis kartu yang berisi tonase janjang kosong dan jumlah titik aplikasi tiap tumpukan janjang kosong. Selain itu, penulis juga mengawasi kerja, memeriksa jumlah titik JJK yang telah diaplikasikan dan mengabsen karyawan serta mengisi buku kerja mandor (BKM). Selama menjadi pendamping mandor POME, penulis ikut memeriksa kelayakan flatbed yang akan diaplikasi dan mengawasi kerja karyawan. Selain itu, penulis juga ikut memeriksa dan memperbaiki apabila terjadi kebocoran pipa POME. Penulis juga mengisi buku kerja mandor (BKM).

Pendamping mandor semprot

Selama menjadi pendamping mandor semprot, kegiatan yang dilakukan oleh penulis adalah melakukan pengawasan pengambilan herbisida di gudang dan pelaksanaan kegiatan penyemprotan di lapangan. Penulis ikut dalam menentukan blok aplikasi penyemprotan, pendamping mandor semprot saat melakukan antrian pagi dengan karyawan, mengawasi jalannya penyemprotan, mengisi absen karyawan serta mengisi buku kerja mandor (BKM).

Pendamping mandor perawatan TBM

Saat menjadi pendamping mandor perawatan, penulis ikut mengawasi pekerjaan karyawan pada saat buka piringan pada TBM dan kegiatan dongkel anak kayu. Setelah itu, penulis ikut memeriksa hasil kerja karyawan, mengisi buku prestasi kerja dan mengisi buku kerja mandor (BKM).

(37)

Pendamping mandor panen

Penulis ikut membantu mandor panen dalam menentukan seksi panen blok, kemudian memimpin antrian pagi, memberi pengarahan tentang standar pelaksanaan panen dan keselamatan kerja. Setelah itu, penulis membantu mandor panen melakukan pengabsenan karyawan untuk pembagian hancak panen kemudian melakukan pengawasan panen. Setelah pelaksanaan panen, penulis ikut melakukan pemeriksaan hancak panen, untuk memastikan bahwa semua TBS matang telah dipanen, semua brondolan dikutip dan penyusunan pelepah telah pada tempatnya. Dalam melaksanakan tugasnya, seorang mandor panen dibantu oleh seorang kerani panen. Selama menjadi pendamping kerani panen, penulis ikut memeriksa dan melakukan grading terhadap TBS hasil panen, menghitung jumlah TBS yang dipanen dan brondolan yang dikutip oleh masing-masing karyawan kemudian mengisi prestasi kerja dan buku kerja mandor (BKM).

Kerani divisi. Penulis membantu Kerani divisi untuk merekap semua absensi karyawan, buku kerja mandor (BKM), buku prestasi karyawan serta menghitung premi dan gaji karyawan. Penulis juga menyampaikan laporan pagi pada kantor besar, yaitu jumlah TBS yang dipanen, jumlah HK panen dan pembrondol, berat janjang rata-rata (BJR) pada hari tersebut dan kerapatan produksi keesokan hari.

Manajemen Kebun Tingkat Staf

Pada saat magang penulis mendapat kesempatan menjadi pendamping asisen divisi. Selama menjadi pendamping asisten divisi penulis ikut memastikan kehadiran karyawan tiap mandoran, ikut mengawasi pekerjaan kebun yang ada di divisinya. Penulis juga ikut memeriksa hasil kerja karyawan, pemberian premi dan pembagian gaji karyawan.

Gambar

Gambar 2. Aplikasi POME (a) Aplikasi POME, (b) Flatbed
Gambar 3. Buffer Zone
Gambar 4. Alat Pelindung Diri Tim Semprot Angsana Estate  Berdasarkan cara kerjanya, tim semprot kebun dengan sistem BSS dibagi  menjadi 2 yaitu: tim semprot untuk mengendalikan gulma di piringan, pasar rintis  dan  tempat  pengumpulan  hasil  (TPH)  serta
Gambar 5. Penyemprotan Piringan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian Tangney, Baumeister, dan Boone (2004), menemukan bahwa kontrol diri dengan skor yang tinggi dapat berhasil dalam peringkat kelas, mampu

[r]

Untuk mengetahui keuntungan pemakaian dan penambahan kinetin terhadap mutu cabai segar selama penyimpanan dengan menggunakan jenis kemasan yang berbeda pada

Adalah rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar utang dan biaya-biaya yang berkaitan

Kabel tanah yang dipasang berdekatan dengan kabel listrik pengairan dengan jarak lebih kecil dari 0.3 m harus diletakkan dalam jalur atau pipa dari bahan yang tidak dapat

kehidupan bermasyarakat. Kesenian-kesenian modern berhasil menggantikan posisi kesenian tradisional termasuk sastra lisan srandul. Perkembangan dan improvisasi adalah salah

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini terdapat saran yang dapat diberikan untuk memperkecil biaya tundaan lalu lintas pada ruas jalan Pangeran Suryanata ini

Deskripsi tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah bentuk soal cerita: (1)Kemampuan memahami masalah dimana siswa tingkat 1 belum mampu memahami masalah,