• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Tanaman Jagung (Zea mays) pada Berbagai Regim air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Respon Tanaman Jagung (Zea mays) pada Berbagai Regim air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pendahuluan

Salah satu faktor penting yang menun-jang pertumbuhan tanaman adalah air yang merupakan faktor pembatas yang sangat pen-ting untuk mendapatkan hasil panen jagung yang tinggi. Lahan yang kekurangan air akan menyebabkan aerasi udara dalam tanah ter-ganggu dan pasokan oksigen dalam tanah tidak lancar, sehingga perkembangan tanaman menjadi tertunda atau mengalami kekerdilan. Air diperlukan oleh tanaman untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, antara lain untuk memenuhi transpirasi dalam proses asimilasi untuk pembentukan karbohidrat serta

peng-angkutan hasil-hasil fotosintesis ke seluruh jaringan tanaman. Sebagian besar air yang diperlukan oleh tanaman berasal dari tanah yang disebut dengan air tanah.

Jagung merupakan tanaman dengan tingkat penggunaan air sedang, berkisar anta-ra 400-500 mm. Budidaya jagung tidak jaanta-rang terkendala oleh tidak tersedianya air dalam jumlah dan waktu yang tepat. Pada lahan sa-wah tadah hujan dataran rendah, lengas tanah yang berlebihan akan mengganggu pertum-buhan tanaman. Sementara itu, penundaaan waktu tanam akan menyebabkan terjadinya cekaman kekurangan air pada fase pertum-buhan sampai pembentukan biji.

Respon Tanaman Jagung (

Zea mays

) pada Berbagai

Regim air Tanah dan Pemberian Pupuk Nitrogen

Burhanuddin Rasyid, Solo S.R. Samosir, Firman Sutomo

Jurusan Ilmu Tanah, Fak. Pertanian, Universitas Hasanuddin

Jl. Perintis Kemerdekaan, Kampus Unhas Tamalanrea, Tlp./Fax.: (0411)587076, e-mail: burrasyid@unhas.ac.id; Makassar, 90245

Abstrak

Tanaman jagung membutuhkan air dan nitrogen dalam jumlah yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh regim air tanah dan pemberian pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman jagung, yang hasilnya diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam merencanakan pola pengelolaan air maupun pemupukan nitrogen untuk mencapai efisiensi penggunaan air maupun pupuk. Penelitian dilaksanakan dalam bentuk percobaan pot menggunakan rancangan faktorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu regim air tanah yang terdiri 3 taraf yaitu K1 = 14.55 kg (kontrol, KAKP), K2 = 13.85 kg (-25% KP, fase vegetatif), dan K3 = 13,48 kg

(-37,5% KP, fase generatif) ) dan faktor kedua adalah pemberian pupuk nitrogen (N) terdiri 4 taraf yaitu N0 = Tanpa perlakuan (kontrol), N1 = Pemberian 1 g N/pot pada umur 42 hst, 1 g N/pot 49

hst dan 1 g N/pot 56 hst (fase generatif), N2 = Pemberian 1 g N/pot pada umur 29 hst, 1 g N/pot

35 hst dan 1 g N/pot 56 hst (fase vegetatif). N3 = masing-masing taraf faktor yang diteliti dari setiap

perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Regim air tanah tidak memberikan pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, tetapi pemupukan nitrogen maupun interaksinya berpengaruh sangat nyata. Hasil tertinggi sebesar 175,30 cm pada interaksi pemupukan nitrogen N3 dengan regim air tanah K1. Bobot kering tanaman tertinggi yakni 185,93 g ditunjukkan pada kedua perlakuan tersebut. Bobot biji tertinggi ditunjukkan pula pada interaksi perlakuan ini sebesar 109,27 g. Efisiensi penggunaan air hingga 37,5% dapat mendukung proses produksi tanaman jagung.

Kata kunci : Regim air tanah, defisiensi air, pemupukan nitrogen, respon tanaman jagung

(2)

Pemupukan merupakan usaha untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman. Dengan memperbaiki pertumbuhan, akar tanaman akan lebih berkembang masuk ke dalam tanah dan dapat lebih baik menggunakan persediaan air di lapisan bawah tanah. Tanaman yang mendapat cukup hara dapat menyelesaikan siklus hidupnya lebih cepat, sedangkan tana-man yang kekurangan hara dapat lebih lambat dipanen, tetapi jika tanaman kelebihan hara juga tidak baik karena dapat meracuni tana-man, sehingga pada proses pertumbuhan dan perkembangannya akan terganggu. Untuk me-ngurangi hara yang berlebih, pemberian pu-puk tidak sekaligus dilakukan, tetapi secara bertahap sesuai dengan kebutuhan tanaman.

Defisiensi nitrogen menyebabkan pro-ses pembelahan sel terhambat dan meng-akibatkan terhambatnya pertumbuhan tana-man. Selain itu, defisiensi senyawa protein menyebabkan kenaikan nisbah C/N, dan kele-bihan karbohidrat ini akan meningkatkan kandungan selulosa dan lignin. Hal tersebut menyebabkan tanaman jagung yang keku-rangan nitrogen tampak kecil, kering, tidak sekulen, dan sudut daun terhadap batang sangat runcing (Poerwowidodo, 1992).

Berdasarkan uraian di atas maka perlu dilakukan penelitian mengenai “respon tana-man jagung pada berbagai regim air tanah dan pemberian pupuk nitrogen”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ber-bagai regim air tanah dan pemberian pupuk nitrogen terhadap pertumbuhan tanaman jagung.

Bahan dan Metode

Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian dalam bentuk

percobaan pot. Analisis kimia tanah dilak-sanakan di Laboratorium Kimia Tanah Juru-san Ilmu Tanah Universitas HaJuru-sanuddin, Makassar, yang dilaksanakan dari bulan Juni sampai September 2009.

Bahan-bahan yang digunakan adalah sampel tanah sawah dari Desa Banggae Keca-matan Manggarabombang Kabupaten Takalar, benih tanaman jagung hibrida varietas Nu-santara 1, pupuk Urea, KCl, dan SP36,, air, ker-tas label, pot, dan bahan-bahan kimia, mete-ran, timbangan analitik, ayakan, dan sepe-rangkat alat laboratorium.

Percobaan disusun dalam bentuk per-cobaan faktorial (factorial design) dalam rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri atas dua faktor. Faktor pertama (main plot) adalah perlakuan pemberian air (K) dan faktor kedua adalah perlakuan pemberian pupuk nitrogen (N).

Regim air (K) yang terdiri atas tiga taraf, yaitu:

K1 = 14.55 kg (air tersedia di bawah kapasitas pot)

K2 = 13,85 kg (-25% dibawah kapasitas pot mulai masa vegetatif)

K3 = 13,65 kg (-37,5% di bawah kapasitas pot mulai masa generatif)

Faktor kedua adalah pemberian pupuk nitrogen (N) yang terdiri atas empat taraf;

Tabel 1. Pemberian pupuk nitrogen (g/pot) pada hari sesudah tanam

Umur Tanaman (hst) P u p u k nitrogen (g/pot) 29 35 42 49 56 N0 0 0 0 0 0 N1 0 0 1 1 1 N2 1 1 0 0 1

(3)

Kombinasi faktor yang diteliti meng-hasilkan 12 kombinasi perlakuan yang diulang 3 kali sehingga diperoleh 36 pot percobaan.

Untuk menentukan kadar air kapasitas lapang dari media tanam digunakan metode grafimetrik. Sampel media tanam yang telah dikering anginkan diambil secara komposit sebanyak 20 gram, dikeringkan dalam oven dengan suhu 105oC selama 3 jam. kemudian cawan tersebut ditimbang bersama tanah. Kadar air dapat diketahui dengan rumus: % KA = BTKU – BTKO x 100 %

BTKO

Bobot basah (BB) pot yang harus diper-tahankan pada tiap perlakuan kadar air tanah tersedia di hitung dengan rumus:

% KAKL = BB – BK x 100 % BK

Sampel tanah diambil secara komposit di Desa Banggae Kecamatan Manggarabom-bang Kabupaten Takalar pada kedalaman 0-20 cm, kemudian dikering udarakan dan di-ayak dengan menggunakan di-ayakan tanah yang berdiameter lubang 0,5 cm. Sampel tanah di-campur secara merata kemudian dimasukkan ke dalam pot sebanyak 11,55 kg/pot.

Penanaman dilakukan dengan cara menyamaikan benih jagung terlebih dahulu selama 3 hari, kemudian dipilih tanaman terbaik lalu dipindahkan pada wadah yang telah disiapkan dan tiap pot ditanam satu tanaman.

Pupuk-pupuk dasar Urea, KCl dan SP36 diberikan setelah penanaman dengan pemberian 1 g Urea/pot, 0,6 g KCl/pot yaitu dengan melarutkannya dalam air, dan 1 g SP36/ pot dengan membenamkannya dalam tanah.

Untuk perlakuan pemberian pupuk nitrogen N1 (Urea) diberikan 3 kali memasuki

masa pertumbuhan generatif yaitu pada umur 42 hari, 49 hari dan 56 hari masing-masing diberikan 1 gr N/pot, perlakuan N2 diberikan 3 kali pada masa pertumbuhan vegetatif yaitu pada umur 29 hari, 35 hari dan 56 hari masing -masing 1 gr N/pot, dan untuk perlakuan N3 diberikan 5 kali yaitu mulai berumur 29 hari, 35 hari, 42 hari, 49 hari dan 56 hari masing-masing diberikan 1 gr N/pot dengan melarut-kannya dalam air.

Pemeliharaan tanaman meliputi penyi-raman, penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit. Khusus untuk penyiraman di-lakukan setiap pagi dan sore. Untuk memper-tahankan kadar air pada tingkat tertentu sesuai perlakuan, jumlah air yang diberikan tergantung besarnya air yang hilang melalui proses evapotranspirasi yang ditetapkan dengan menimbang pot. Penambahan air dise-suaikan dengan pengurangan bobot karena evapotranspirasi. Penyiangan dilakukan seca-ra manual terhadap gulma yang tumbuh di pot, dilakukan mulai tanaman berumur 2 minggu setelah tanam.

Panen tanaman jagung pada saat ber-umur 101 hari setelah tanam, yaitu setelah tongkol jagung sudah kering.

Parameter yang diamati yaitu:

Tinggi tanaman (cm) diukur pada akhir penelitian

Bobot tongkol (g) dihitung pada akhir penelitian

Bobot berangkasan (g) tanaman jagung dihitung pada akhir penelitian

Bobot kering tanaman jagung (Bobot tongkol+berat berangkasan)

Persentase bobot tongkol terhadap bobot kering tanaman

Kadar N tanaman jagung dan Serapan N tanaman jagung.

(4)

Hasil dan Pembahasan

Tinggi tanaman jagung disajikan pada Tabel 2 menunjukkan bahwa berbagai per-lakuan regim air tidak berpengaruh nyata, tetapi pemberian pupuk nitrogen dan inter-aksinya berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman.

Tabel 2. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap tinggi (cm) tanaman jagung,

Makassar 2009

Angka-angka yang di dahului (untuk tiap kolom) atau diikuti (untuk tiap baris) huruf yang sama secara statistic tidak berbeda nyata

Data pada Tabel 2 terlihat bahwa pengaruh pemberian nitrogen nyata pada ketiga regim air. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan pemberian nitrogen N3. Pengaruh regim air nyata pada pemberian pupuk nitrogen N0, N1, dan N3. Pada ketiga pemberian pupuk nitrogen ini nilai pada K3 lebih kecil dari pada K2, dan K1.

Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai perlakuan regim air dan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh sangat nyata terhadap bobot tongkol (Tabel 3).

Tabel 3. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap bobot tongkol (g) tanaman jagung, Makassar, 2009

Angka-angka yang di dahului (untuk tiap kolom) atau diikuti (untuk tiap baris) huruf yang sama secara statis-tic tidak berbeda nyata

Terlihat pada Tabel 3 bahwa pengaruh pemberian nitrogen nyata pada ketiga regim air, nilai bobot tongkol pada N3 lebih besar daripada perlakuan lainnya, walaupun perbe-daan antara dua perlakuan tidak selalu nyata.

Pengaruh regim air nyata pada pem-berian nitrogen N1, N2, dan N3. Pengurangan air tersedia K2 ke K3 meningkatkan bobot tongkol jagung pada pemberian nitrogen N1, dan N3 tetapi tidak berpengaruh nyata pada pemberian nitrogen N2.

Bobot berangkasan tanaman jagung disajikan pada Tabel 4. Hasil sidik ragam me-nunjukkan bahwa berbagai perlakuan regim air dan pemberian pupuk nitrogen serta inte-raksinya berpengaruh sangat nyata terhadap bobot berangkasan.

Tabel 4. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap bobot berangkasan (g) tanaman jagung, Makassar, 2009

Angka-angka yang di dahului (untuk tiap kolom) atau diikuti (untuk tiap baris) huruf yang sama secara statis-tic tidak berbeda nyata

Data pada Tabel 4 terlihat bahwa pe-ngaruh pemberian nitrogen tidak berpen-garuh nyata pada ketiga regim air.

Pengaruh regim air nyata pada keem-pat perlakuan pemberian nitrogen. Pada ke-empat perlakuan pemberian nitrogen ini nilai regim air K3 lebih kecil dibandingkan K2, dan K1.

R e g i m

air Pemberian pupuk nitrogen N0 N1 N2 N3

K1 y137,63c x150,00b x156,83b x175,30a

K2 x142,07c y145,30c x154,50b y165,13a

K3 z127,43c x156,43b x149,47b x175,03a

Regim

air Pemberian Pupuk nitrogen N0 N1 N2 N3 K1 x17,70c x64,47b x89,07b x109,27 a K2 x23,27c y25,40c y54,20b y99,67a K3 x19,73d x87,33b y52,13c x107,20 a

Pemberian Pupuk nitrogen R e g i m Air N0 N1 N2 N3 K1 x98,67a x97,00a x81,80b x76,67b K2 y74,53a y71,80a x69,93a x67,00a K3 z65,47a z62,67a y59,13a y54,87a

(5)

Pengaruh regim air nyata pada keem-pat perlakuan pemberian nitrogen. Pada ke-empat pemberian nitrogen ini nilai regim air K3 lebih kecil dari K2 dan K1.

Bobot kering tanaman jagung disaji-kan pada Tabel 5. Sidik ragam menunjukdisaji-kan bahwa berbagai perlakuan regim air dan pemberian pupuk nitrogen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap berat kering tanaman.

Tabel 5. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap bobot kering (g) tanaman jagung, Makassar, 2009

Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada

perlakuan nitrogen N0

Data pada Tabel 5, terlihat bahwa pen-garuh pemberian nitrogen tidak berpenpen-garuh nyata pada perlakuan regim air K1 yaitu N1, N2, dan N3. Tetapi berpengaruh nyata pada perla-kuan regim air K2, dan K3. Bobot kering tana-man tertinggi terdapat pada perlakuan pem-berian nitrogen N3.

Pengaruh regim air nyata pada keem-pat perlakuan pemberian nitrogen. Pada keempat pemberian nitrogen ini nilai regim air K3 lebih kecil dari K2 dan K1.

Persentase berat tongkol terhadap bobot kering tanaman jagung disajikan pada Tabel 6. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa berbagai perlakuan regim air dan pemberian pupuk nitrogen serta interaksinya berpengaruh sangat nyata terhadap per-sentase bobot tongkol terhadap bobot kering tanaman.

Tabel 6. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap persentase bobot tongkol terhadap berat kering (%) tanaman jagung, Makassar, 2009

Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada

perlakuan nitrogen N0

Data pada Tabel 6, terlihat bahwa pengaruh pemberian nitrogen nyata pada ketiga perlakuan regim air. Nilai persentase berat tongkol terhadap berat kering tanaman jagung tertinggi pada perlakuan pemberian nitrogen N3.

Pengaruh regim air nyata pada ke-empat perlakuan pemberian nitrogen. Pengu-rangan air tersedia K2 ke K3 meningkatkan perssentase berat tongkol terhadap berat kering tanaman pada pemberian nitrogen N1, tetapi tidak berpengaruh nyata pada pem-berian nitrogen N2

R e g i m Air

Pemberian Pupuk nitrogen N0 N1 N2 N3 K1 x116,37b x161,47a x170,87 a x185,93a K2 x97,80bc y97,20c y124,13 b y166,67a K3 y85,20d x150,00b y111,27c z162,07a R e g i m Air

Pemberian Pupuk nitrogen N0 N1 N2 N3

K1 y15,40d y39,26c x51,84b y58,84a

K2 x23,67c z25,74c y43,27b y59,80a

(6)

Serapan N total tanaman jagung pada Tabel 7. Hasil sidik ragam menunjukkan bah-wa berbagai perlakuan regim air dan pemberi-an pupuk nitrogen serta interaksinya berpe-ngaruh sangat nyata terhadap kadar N.

Tabel 7. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap kadar N (%) tanaman jagung,

Makassar, 2009

Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada perlakuan

nitrogen N0

Pada Tabel 7, terlihat bahwa penga-ruh pemberian nitrogen nyata pada ketiga perlakuan regim air. Nilai kadar N tertinggi pada perlakuan pemberian nitrogen N3.

Pengaruh perlakuan regim air nyata pada keempat perlakuan pemberian nitrogen. Pada keempat perlakuan pemberian nitrogen ini nilai pada K3 lebih kecil dari K2, dan K1.

Serapan N total tanaman jagung disaji-kan pada Tabel 8. Hasil sidik ragam menun-jukkan bahwa berbagai regim pemberian air dan pemberian pupuk nitrogen serta interak-sinya berpengaruh sangat nyata terhadap serapan N.

Data pada Tabel 8 terlihat bahwa pengaruh pemberian nitrogen nyata pada ketiga perlakuan regim air. Nilai serapan N tanaman jagung tertinggi pada perlakuan pemberian nitrogen N3.

Pengaruh perlakuan regim air nyata pada keempat perlakuan pemberian pupuk nitrogen. Pada keempat perlakuan pemberian nitrogen ini nilai pada K3 lebih kecil dari K2, dan K1.

Tabel 8. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap serapan N (%) tanaman jagung,

Makassar, 2009

Nilai bobot kering brangkasan terbesar pada perlakuan

nitrogen N0

Korelasi antara kadar N (%) dengan bobot tongkol (g/pot) dapat digambarkan dengan persamaan regresi (Gambar 1, 2, dan 3).

Regim Pemberian Pupuk nitrogen N0 N1 N2 N3 K1 x0,17bc x0,19bc x0,24b x0,44a K2 y0,13bc x0,16bc x0,20b y0,30a K3 z0,07c y0,08c y0,12b z0,17a R e g i m Air

Pemberian Pupuk nitrogen

N0 N1 N2 N3 K1 x166,32c x189,47b x198,26b x338,42a K2 y94,96bc y117,35b c y138,22b y200,64a K3 z45,09c z47,93c z68,93b z93,91a

Gambar 1. Hubungan kadar N (%) dengan bobot tongkol (g/pot) pada perla- kuan regim air K1, Makassar, 2009

Gambar 2. Hubungan kadar N (%) dengan bobot tongkol (g/pot) pada perla

(7)

Diagram di atas menunjukkan korelasi nyata terlihat pada perlakuan regim air K1 dan K2, bobot tongkol meningkat dengan mening-katnya kadar N tanaman. Pada perlakuan regim air K3 peningkatan bobot tongkol yang besar dari kadar N senilai rata-rata perlakuan pemberian nitrogen N0 ke N1. Tetapi kadar N yang lebih tinggi pada perlakuan regim air K3N2 tidak meningkatkan berat tongkol tanaman jagung.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan yang memberikan pengaruh yang paling besar terhadap pertumbuhan tinggi tanaman adalah perlakuan regim air K1 dengan pemberian pupuk nitrogen N3. Hal ini akibat pengaruh langsung dari unsur nitrogen, dimana dosis pemupukan pada perlakuan ini adalah yang paling maksimal dibanding dengan perlakuan lainnya. Meningkatnya per-tumbuhan tanaman jagung akibat pemberian nitrogen berkaitan dengan peranan nitrogen yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman.

Engelstad (1997) menyatakan bahwa pemberian nitrogen yang optimal dapat me-ningkatkan pertumbuhan tanaman, mening-katkan sintesis protein, pembentukan klorofil yang menyebabkan warna daun menjadi lebih hijau dan meningkatkan ratio tajuk akar. Oleh karena itu pemberian nitrogen yang optimal dapat meningkatkan laju pertumbuhan tana-man. Faktor ini ditambah dengan optimalnya penyerapan unsur hara. Optimalnya penyera-pan unsur hara adalah akibat dari tingginya perlakuan regim air K1. Hal ini karena air sangat berperan dalam proses penyerapan hara pada tanaman, dimana air merupakan agen yang dapat berperan dalam melarutkan unsur hara dan mentransportasikannya ke dalam jaringan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Lakitan (2002) bahwa dengan mobilitas air memungkinkan air dapat mem-bawa hara dari tanah ke jaringan tanaman, perjalanan air dalam tumbuhan dimulai dengan absorpsi air pada permukaan akar. Air masuk ke dalam akar melalui sel-sel dermis dan rambut akar (modifikasi sel epi-dermis). Air dari sel-sel endodermis selan-jutnya masuk ke dalam pembuluh xilem mela-lui proses osmosis. Air dari pembuluh xylem akar, bergerak melalui xilem batang hingga ke xilem daun.

Hasil perhitungan berbagai perlakuan terhadap bobot tongkol tanaman mem-per-lihatkan bahwa berbagai perlakuan pembe-rian air, pembepembe-rian pupuk nitrogen dan interaksi antara pemberian air dan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot tongkol. Kombinasi perlakuan yang paling memberikan pengaruh signifikan ada-lah perlakuan pemberian air K1 dengan pem-berian pupuk nitrogen N3. Hal ini disebabkan oleh dua faktor tersebut, yaitu kombinasi Gambar 3. Hubungan kadar N (%) dengan bobot

tongkol (g/pot) pada perlakuan regim air K3, Makassar, 2009

(8)

antara tingginya dosis nitrogen dan kadar air tanah. Hal ini sejalan dengan pendapat Buckman dan Brady (1982) bahwa pupuk N mempunyai efek yang paling menonjol pada tanaman karena N cenderung meningkatkan pertumbuhan di atas tanah dan memberikan warna hijau pada daun, dan pada jagung akan memperbesar tongkol (buah) serta mening-katkan kandungan protein. Lebih lanjut di-kemukakan oleh Foth (1994) bahwa kelim-pahan nitrogen mendorong pertumbuhan yang cepat dengan perkembangan daun, ba-tang yang berwarna hijau tua yang lebih besar serta mendorong pertumbuhan vegetatif di atas tanah.

Demikian pula dengan rendahnya be-rat tongkol pada perlakuan regim air K3 dengan tanpa pemberian pupuk nitrogen N0 juga terindikasi disebabkan oleh rendahnya kadar air tanah dan unsur N dibanding perlakuan lainnya. Rendahnya kadar air akan menyebabkan terhambatnya penyerapan un-sur hara, sedang rendahnya kadar N akan menyebabkan rendahnya bobot tongkol tanaman, hal ini sesuai pendapat Hakim et al.

(1986), bahwa kekurangan unsur nitrogen pada tanaman akan menampakkan gejala warna kuning pada daun, biji mengerut dan bobot buah rendah.

Pengaruh perlakuan pemberian air dengan pupuk nitrogen berpengaruh nyata terhadap bobot kering berangkasan total bo-bot kering tanaman, dan persentase bobo-bot tongkol. Hal ini menunjukkan bahwa pertum-buhan tersebut membutuhkan air yang ter-sedia untuk penampilan optimal, dimana ke-tersedian air diperlukan untuk menyesuaikan diri dan digunakan untuk pertumbuhan ta-naman. Defisit air dalam jangka waktu yang pendek hanya berpengaruh pada kapasitas

pertukaran gas dan efisiensi fotosintesis, se-dangkan untuk jangka panjang mengakibatkan menurunnya efisiensi pembentukan bahan kering. Air yang cukup akan mendukung pe-ningkatan produksi tanaman, sebaliknya ren-dahnya jumlah air akan menyebabkan terba-tasnya perkembangan akar, sehingga meng-ganggu penyerapan unsur hara oleh akar tanaman (Garner et al.,1991). Cekaman air pada masa generatif, akan menurunkan pro-duksi. Tanaman jagung yang mengalami defi-sit air, translokasi fotosintat ke biji akan terhambat.

Hasil perhitungan menunjukkan bah-wa berbagai perlakuan regim air dan pem-berian pupuk nitrogen sangat berpengaruh nyata terhadap kadar N tanaman. Hal ini karena kadar N dipengaruhi oleh faktor kadar air tanah dan pemberian nitrogen. Semakin banyak pemberian nitrogen maka kadar N dalam tanaman juga meningkat. Walaupun terjadi peningkatan pemberian nitrogen na-mun tidak menyebabkan bobot kering tana-man bertambah. Hal ini karena pemberian ni-trogen di atas titik optimalnya akan mengaki-batkan sebagian nitrogen yang diasimilasi akan memisahkan diri sebagai amida, sehing-ga pemberian nitrogen yang berlebih hanya menaikkan kadar N pada tanaman tetapi me-ngurangi sintesis karbohidrat (Affandi, 2002). Hasil perhitungan menunjukkan bah-wa berbagai perlakuan regim air dan pembe-rian pupuk nitrogen sangat berpengaruh nyata terhadap serapan N. Serapan N oleh tanaman jagung akan semakin meningkat dengan semakin besar kadar air tanah. Jika dihubungkan dengan pertumbuhan tanaman keadaan ini sesuai, karena semakin besar kadar air tanah, mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan semakin baik. Soepardi (1983)

(9)

menyatakan bahwa peningkatan dosis N pada batas tertentu dapat merangsang pertum-buhan dan produksi tanaman. Lanjut Thamrin dan Hanafi, (1992) mengatakan bahwa per-tumbuhan dan perkembangan tanaman sangat dipengaruhi oleh keadaan air dalam jaringan tanaman. Jika kandungan air dalam jaringan tanaman cukup, maka semua proses yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan per-kembangan tanaman akan berjalan sebagai mana mestinya. Jika kandungan air dalam jaringan tanaman kurang, maka semua proses yang berperan dalam pertumbuhan dan per-kembangan tanaman akan terganggu, akibat-nya tanaman akan layu dan mati.

Kriteria kadar N dalam jaringan ta-naman tergolong rendah (Cope dan Rouse, 1973). Hal ini diduga karena sifat N yang labil, nitrogen dapat hilang melalui volatilisasi am-monia terutama dalam keadaan kering. Me-nurut Jones et.al. (1998) bahwa kisaran kecu-kupan nitrogen untuk tanaman jagung adalah 2.70 – 4.00 %.

Pada grafik korelasi antara kadar N dengan berat tongkol tanaman jagung menun-jukkan bobot tongkol meningkat dengan meningkatnya kadar N. Menurut Hairiah et.al

(2000) bahwa efisiensi serapan hara oleh tanaman baik secara monokultur maupun tumpang sari. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat singkronisasi antara zat hara tersedia didalam tanah dengan saat tanaman membu-tuhkannya masih rendah. Selain itu nilai efisiensi penggunaan N dapat ditingkatkan dengan menyeleksi genotif yang cocok dan mengurangi kehilangan nitrat. Kehilangan nitrat dapat dikurangi dengan menyediakan N sesuai dengan jumlah dan waktu yang dibutuhkan tanaman.

Kesimpulan

Perlakuan regim air K1 dengan pem-berian pupuk nitrogen N3 memberikan pe-ningkatan pertumbuhan tanaman jagung yang signifikan (tinggi tanaman, bobot tongkol, bo-bot berangkasan, total bobo-bot kering tanaman, kadar N, dan serapan N).

Daftar Pustaka

Buckman, H.O. dan Brady, N.C. 1982. lmu tanah. (Terjemahan: Soegiman). Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Cope, J.T. and R.D. Rouse. 1973.Interpretation of soil test results. pp.35-54. In L.M. Walsh and J.D. Beaton (ed.). Soil Testing and Plant Analysis. Revised Edition. SSSA, Madison, WI.

Engelstad. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk. UGM Press. Yogyakarta.

Foth, H.D. 1994. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. (Terjemahan: Soenartono Adisoemarto). Penerbit Erlangga, Jakarta.

Gardner, F. P. , R. Brent pearce dan Goger L. Mitchell, 1991, Fisiologi Tanamanan Budidaya, Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Hakim, N., Yusuf Nyakpa, A.M Lubis, sutopo, Sail, M.R., Diha, M.A., Go Ban Hong, dan Bailey, H.H., 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung. Lingga P. 2004. Petunjuk Penggunaan Pupuk.

Penebar Swadaya, Jakarta.

Lakitan, B. 2002. Dasar-Dasar Fisiologi Tum-buhan. Rajawali press, Jakarta.

Poerwowidodo, 1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa, Bandung.

Suprapto dan Marzuki. R, 2002. Bertanam Jagung. Penebar Swadaya, Jakarta. Soepardi, G. 1983. Bagian Ilmu-Ilmu Tanah.

Fakultas pertanian IPB, Bogor.

Thamrin, M dan H. Hanafi. 1992. Peranan mulsa sisa tanaman terhadap konservasi lengas tanah pada sistem budidaya tanaman semusim di lahan kering.

Gambar

Tabel 4. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap  bobot  berangkasan  (g)  tanaman  jagung,  Makassar, 2009
Tabel 5. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap  bobot  kering  (g)  tanaman  jagung,  Makassar, 2009
Tabel 7. Pengaruh regim air dan nitrogen terhadap   kadar N (%)  tanaman jagung,
Diagram di atas menunjukkan korelasi  nyata terlihat pada perlakuan regim air K 1  dan  K 2 ,  bobot  tongkol  meningkat  dengan   mening-katnya  kadar  N  tanaman

Referensi

Dokumen terkait

Angota tersebut diklasifikasikan menjadi 9 kelompok (Tabel 13). Tabel 13 menunjukkan bahwa anggota Koperasi Mina Jaya DKI Jakarta tahun 2008 didominasi oleh anggota

Hipotesis dampak merembes ke bawah (trickle down effect) menyebutkan bahwa pertumbuhan ekonomi yang cepat akan menetes ke pembangunan manusia. 3) Ketimpangan pendapatan

25 Mina Wuwu Demen, Sriharjo, Imogiri, Bantul induk lele 2 paket. 26 Mino Lestari Kediwung, Mangunan, Dlingo induk lele

Puji dan syukur kepada tuhan yang maha esa, tuhan yesus kristus dan roh kudus yang telah memberikan rahmat dan berkat-nya hingga selesainya tugas akhir ini dengan

Berdasarkan hasil pengujian dengan menggunakan nilai t hitung dan nilai probabilitas f hitung maka dapat disimpulkan bahwa variabel X1 (Inflasi), X2 (Suku bunga BI7DRR),

Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka'ab Radhiyallahu 'Anhu, "Demi Allah, sungguh

The aim of this research is to identify the most common speech acts used in disharmonic condition in “The Young Victoria” movie based on Searle’s Speech Acts

dan menyadarkan guru untuk memilih satu diantara banyak peran seperti sebagai fasilitator, instruktur, teman diskusi, penyemangat atau pendidik, memberi peluang guru untuk unjuk