PERBAIKAN SIFAT FISIK DAN KIMIA TANAH ULTISOL SIMALINGKAR B KECAMATAN PANCUR BATU DENGAN PEMBERIAN PUPUK ORGANIK SUPERNASA DAN ROCKPHOSPIT SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI TANAMAN JAGUNG
(Zea mays,L)
SKRIPSI
Oleh
EVAN SANJAYA SIPAYUNG 070303006
ILMU TANAH
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Judul Skripsi : Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan Pemberian Pupuk Organik SUPERNASA dan Rockphospit Serta Pengaruhnya Terhadap Produksi Tanaman Jagung (Zea mays,L)
Nama : Evan Sanjaya Sipayung
NIM : 070303006
Program Studi : Agroekoteknologi Minat Studi : Ilmu Tanah
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ir. Gantar Sitanggang Ir. M. M. B. Damanik, MSc
Ketua Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan Pemberian Pupuk Organik SUPERNASA dan Rockphospit Serta Pengaruhnya Terhadap Produksi Tanaman Jagung ( Zea mays, L.) Dibimbing Oleh Ir. Gantar Sitanggang dan Ir. M. M. B, Damanik, MSc.
Ultisol merupakan tanah yang cukup luas yang memiliki banyak kendala untuk digunakan sebagai lahan pertanian,yakni kandungan bahan organik yang sangat rendah,kemasaman tanah,kejenuhan Al yang tinggi serta KTK yang rendah. Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol dapat dilakukan dengan meningkatkan ketersediaan unsur hara melalui pemberian kompos bahan organik yakni pupuk organik padat SUPERNASA dan Rockphospit.
Penelitian perbaikan sifat fisik dan kimia tanah Ultisol Simalingkar B Kabupaten Deli Serdang akibat pemberian pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam serta efeknya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays,L) dilaksanakan di lahan Ultisol asal Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2012. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah ultisol Simalingkar B Kabupaten Deli Serdang serta pengaruhnya terhadap produksi tanaman jagung (Zea mays,L) dengan aplikasi pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam. Data ini dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu (S) SUPERNASA dan (P) adalah Fosfat Alam, masing-masing dengan 4 taraf dosis. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah Bulk Density, Total Ruang Pori, Permeabilitas, pH, C-Organik, N-Total, P-Tersedia, Rasio C/N, Tinggi Tanaman dan Produksi Biji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik SUPERNASA dapat meningkatkan produksi pipilan kering tanaman jagung dan rockphospit (fosfat alam) berpengaruh nyata meningkatkan ketersediaan hara P tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan total ruang pori, permeabilitas serta pH, C-Organik, N-Total dan rasio C/N.
ABSTRACT
Repair Soil Physical and Chemical Properties Ultisol Simalingkar B District of Pancur Batu With Organic Fertilizer Provision SUPERNASA and Rockphospit And Its Effect on Production of Maize (Zea mays, L.) Guided By Gantar Sitanggang and M. M. B, Damanik.
Ultisol is a quite large of soil which have many constraints to be used as agricultural soil. Some of the constraints are: Low level of the organic content, soil acidity, high level of Al saturation and low CEC. To increase the productivity of Ultisol can be done by increase the availability of nutrient by adding solid organic fertilizer and Rockphospit SUPERNASA.
Study the physical properties and chemical repair Ultisol Simalingkar B Deli Serdang due SUPERNASA organic fertilizer and natural phosphate and its effect on the growth and yield of maize (Zea mays, L) implemented in native land Ultisol Simalingkar Pancur Batu Subdistrict B Deli Serdang regency. This study was conducted in February-August 2012. This study aims to improve the physical and chemical properties of soil ultisolSimalingkar B Deli Serdang regency and its influence on the production of maize (Zea mays, L) with the application of organic fertilizer and phosphate SUPERNASA. These data were analyzed by using a randomized block design (RBD) Factorial consisting of 2 factors, namely (S) SUPERNASA and (P) is a Natural Phosphate, each with 4 dose levels. Parameters observed in this study is Bulk Density, Total Pore Space, permeability, pH, C-organic, N-total, P-Available, C / N ratio, Plant Height and Seed Production.
The results showed that the organic fertilizer SUPERNASA can increase the production of dry shelled corn and rock phosphate significantly increase the availability of P, but does not significantly affect the increase in total pore space, permeability, and pH, C-organic, N-total and ratio C / N.
RIWAYAT HIDUP
Evan Sanjaya Sipayung lahir di Parongil pada tanggal 5 Januari 1990. Anak kelima dari lima bersaudara dari Ayahanda E. M Sipayung dan Ibunda S. Br. Sihombing.
Riwayat Pendidikan:
- Tahun 1995 Sekolah Dasar Negeri 1 Parongil dan lulus tahun 2001.
- Tahun 2001 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Swasta Masy. Sempung Kecamatan Lae Parira Kabupaten Dairi dan Lulus tahun 2004. - Tahun 2004 Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1 Silima Pungga-Pungga Kecamatan Silima Pungga-Pungga-Pungga-Pungga Kabupaten Dairi dan lulus tahun 2007.
- Tahun 2007 memasuki Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur PMDK memilih jurusan Ilmu Tanah dan minat studi Konservasi Tanah dan Air.
Aktivitas Selama Pendidikan:
- Mengikuti Organisasi IMILTA Departemen Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara sejak tahun 2007-2013.
- Aktif dalam keanggotaan dan kepengurusan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GmnI) Komisariat Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan sejak tahun 2008-2013.
- Mengikuti Praktek Kerja Lapangan di PTP Nusantara II Unit Kebun Bandar Klippa, Batang Kuis
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan anugerah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik
dan tepat pada waktunya.
Adapun judul dari skripsi ini adalah “ Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan Pemberian Pupuk Organik SUPERNASA dan Rockphospit Serta Pengaruhnya Terhadap Produksi Tanaman Jagung ( Zea mays, L.)” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pertanian di Program Studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Gantar Sitanggang selaku Ketua Komisi Pembimbing
dan kepada Bapak Ir. M. M. B. Damanik selaku Anggota Komisi Pembimbing
yang telah membimbing dan banyak memberikan banyak masukan selama
penulisan skripsi ini.
Terkhusus buat orang tuaku, Ayahanda E. M Sipayung dan Ibunda S. Br
Sihombing, terima kasih buat semua pengorbanan kepada penulis baik moril
maupun materil, juga kepada abang dan kakakku, Martua Sipayung dan istri,
Eddy Sipayung dan istri, Kak Emilya Sipayung dan Lae, Kak Erna Sipayung dan
Lae, keponakan-keponakanku, semua keluarga yang selalu mendukung dan
mendoakan penulis agar selalu bersemangat, Tidak lupa juga penulis
mengucapkan terima kasih banyak buat semua teman-teman Ilmu Tanah 2007,
adik-adik 2008, 2009 dan 2010 yang juga sangat banyak membantu penulis mulai
penelitian sampai skripsi ini selesai, terkhusus buat teman seperjuangan; Grup
Tading-tadingan semoga kesuksesan yang selalu menaungi kita kemana pun kita
melangkah. Amin.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan maka
penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk perbaikan
skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Tujuan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Sifat dan Ciri Tanah Ultisol ... 6
Bulk Density ... 6
Total Ruang Pori ... 7
Permeabilitas Tanah ... 8
Kemantapan Agregat ... 9
pH Tanah ... 10
C-Organik ... 11
Nitrogen ... 12
Unsur Hara P ... 13
Rasio C/N ... 14
Pupuk Organik SUPERNASA ... 16
Fosfat Alam ... 18
Tanaman Jagung (Zea mays, L.) ... 19
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
Bahan dan Alat ... 21
Metode Penelitian ... 21
Pelaksanaan Penelitian ... 23
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dan Pembahasan ... 26
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 55
Saran ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
1. Hasil Analisis Bulk Density
2. Hasil Analisis TRP
3. Hasil Analisis Permeabilitas
4. Hasil Analisis pH
5. Hasil Analisis C-Organik
6. Hasil Analisis N-Total
7. Hasil Analisis P-Tersedia
8. Rasio C/N
9. Tinggi Tanaman
ABSTRAK
Perbaikan Sifat Fisik dan Kimia Tanah Ultisol Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Dengan Pemberian Pupuk Organik SUPERNASA dan Rockphospit Serta Pengaruhnya Terhadap Produksi Tanaman Jagung ( Zea mays, L.) Dibimbing Oleh Ir. Gantar Sitanggang dan Ir. M. M. B, Damanik, MSc.
Ultisol merupakan tanah yang cukup luas yang memiliki banyak kendala untuk digunakan sebagai lahan pertanian,yakni kandungan bahan organik yang sangat rendah,kemasaman tanah,kejenuhan Al yang tinggi serta KTK yang rendah. Untuk meningkatkan produktivitas Ultisol dapat dilakukan dengan meningkatkan ketersediaan unsur hara melalui pemberian kompos bahan organik yakni pupuk organik padat SUPERNASA dan Rockphospit.
Penelitian perbaikan sifat fisik dan kimia tanah Ultisol Simalingkar B Kabupaten Deli Serdang akibat pemberian pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam serta efeknya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays,L) dilaksanakan di lahan Ultisol asal Simalingkar B Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2012. Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah ultisol Simalingkar B Kabupaten Deli Serdang serta pengaruhnya terhadap produksi tanaman jagung (Zea mays,L) dengan aplikasi pupuk organik SUPERNASA dan fosfat alam. Data ini dianalisis dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu (S) SUPERNASA dan (P) adalah Fosfat Alam, masing-masing dengan 4 taraf dosis. Parameter yang diamati pada penelitian ini adalah Bulk Density, Total Ruang Pori, Permeabilitas, pH, C-Organik, N-Total, P-Tersedia, Rasio C/N, Tinggi Tanaman dan Produksi Biji.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik SUPERNASA dapat meningkatkan produksi pipilan kering tanaman jagung dan rockphospit (fosfat alam) berpengaruh nyata meningkatkan ketersediaan hara P tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap peningkatan total ruang pori, permeabilitas serta pH, C-Organik, N-Total dan rasio C/N.
ABSTRACT
Repair Soil Physical and Chemical Properties Ultisol Simalingkar B District of Pancur Batu With Organic Fertilizer Provision SUPERNASA and Rockphospit And Its Effect on Production of Maize (Zea mays, L.) Guided By Gantar Sitanggang and M. M. B, Damanik.
Ultisol is a quite large of soil which have many constraints to be used as agricultural soil. Some of the constraints are: Low level of the organic content, soil acidity, high level of Al saturation and low CEC. To increase the productivity of Ultisol can be done by increase the availability of nutrient by adding solid organic fertilizer and Rockphospit SUPERNASA.
Study the physical properties and chemical repair Ultisol Simalingkar B Deli Serdang due SUPERNASA organic fertilizer and natural phosphate and its effect on the growth and yield of maize (Zea mays, L) implemented in native land Ultisol Simalingkar Pancur Batu Subdistrict B Deli Serdang regency. This study was conducted in February-August 2012. This study aims to improve the physical and chemical properties of soil ultisolSimalingkar B Deli Serdang regency and its influence on the production of maize (Zea mays, L) with the application of organic fertilizer and phosphate SUPERNASA. These data were analyzed by using a randomized block design (RBD) Factorial consisting of 2 factors, namely (S) SUPERNASA and (P) is a Natural Phosphate, each with 4 dose levels. Parameters observed in this study is Bulk Density, Total Pore Space, permeability, pH, C-organic, N-total, P-Available, C / N ratio, Plant Height and Seed Production.
The results showed that the organic fertilizer SUPERNASA can increase the production of dry shelled corn and rock phosphate significantly increase the availability of P, but does not significantly affect the increase in total pore space, permeability, and pH, C-organic, N-total and ratio C / N.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanah Ultisol termasuk bagian terluas dari lahan kering yang ada di
Indonesia yaitu 45.794.000 ha atau sekitar 25 % dari total luas daratan Indonesia
(Subagyo, dkk, 2000). Namun demikian, tanah Ultisol ini memiliki kandungan
bahan organik yang sangat rendah sehingga memperlihatkan warna tanahnya
berwarna merah kekuningan, reaksi tanah yang masam, kejenuhan basa yang
rendah, kadar Al yang tinggi, dan tingkat produktivitas yang rendah. Tekstur
tanah ini adalah liat hingga liat berpasir, bulk density yang tinggi antara 1.3-1.5
g/cm3 (Hardjowigeno, 1993). Tanah ini memiliki unsur hara makro seperti fosfor
dan kalium yang sering kahat dan merupakan sifat-sifat tanah Ultisol yang sering
menghambat pertumbuhan tanaman (Anonimous, 2011a).
Walaupun tanah ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur,
dimana mengandung bahan organik yang rendah, nutrisi rendah dan pH rendah
(kurang dari 5,5)tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian
potensial jika dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada
(Munir, 1996). Oleh karena itu untuk meningkatkan produktivitas tanah Ultisol
maka perlu dilakukan penambahan bahan organik. Pemberian bahan organik dapat
menurunkan bulk density tanah karena membentuk agregat tanah yang lebih baik
dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan
infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi
Tanah Ultisol umumnya peka terhadap erosi serta mempunyai pori aerasi
dan indeks stabilitas rendah sehingga tanah mudah menjadi padat. Akibatnya
pertumbuhan akar tanaman terhambat karena daya tembus akar ke dalam tanah
menjadi berkurang. Bahan organik selain dapat meningkatkan kesuburan tanah
juga mempunyai peran penting dalam memperbaiki sifat fisik tanah. Bahan
organik dapat meningkatkan agregasi tanah, memperbaiki aerasi dan perkolasi,
serta membuat struktur tanah menjadi lebih remah dan mudah diolah
(Subowo et al. 1990).
Menurut Hakim, dkk (1986), tanah ultisol memiliki kemasaman kurang
dari 5,5. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli
menunjukkan bahwa pemberian bahan organik dapat menambah unsur hara dan
menghambat penguapan lengas tanah serta mampu menekan kemasaman tanah.
Pupuk organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah pupuk organik
padat SUPERNASA. Kandungan unsur hara dari pupuk organik padat
SUPERNASA adalah: N 8,60%; P205 8,60%; K20 8,60%; C Organic 30,27%;
Ca 1.46%; S 1,43%; CI 1,27%; Mg 0,40%; Mn 80,12 ppm; Fe 0,45 ppm; Cu
8,43 ppm; Zn 41,04 ppm; Na 0,11%; Si 0,3%; Al 0.11 %; NaCI 2,09%; SO4
4,31%, rasio C/N 12.36%; pH 7,84; Lemak 0,07%; Protein 16,69%;
Carbohidrat 1,01%; Asam Humat 1,29%, Kandungan Air 28,23% (Anonimus,
2010c).
Dikarenakan tanah Ultisol memiliki hara yang sangat rendah dan pH yang
rendah maka digunakanlah Rock phosfat yang memiliki kandungan P2O5 28% dan
kandungan P2O5 yang tinggi juga bermanfaat untuk meningkatkan proses
granulasi sehingga tanahnya lebih mudah diolah dan tidak lengket, kelarutan dan
ketersediaan hara P untuk tanaman meningkat, meningkatkan pH tanah sehingga
memperbaiki lingkungan perakaran tanaman, dan yang terpenting memiliki efek
pengapuran (Moersidi, 1999). Kelarutan fosfat alam pada tanah netral sangat
rendah atau lambat melarut (slow release), tetapi akan meningkat bila
diaplikasikan pada tanah masam seperti Ultisol (Chien et al., 1995).
Pemupukan fosfat merupakan salah satu cara mengelola tanah Ultisol,
karena di samping kadar P rendah, juga terdapat unsur-unsur yang dapat meretensi
fosfat yang ditambahkan. Kekurangan P pada tanah Ultisol dapat disebabkan oleh
kandungan P dari bahan induk tanah yang memang sudah rendah, atau kandungan
P sebetulnya tinggi tetapi tidak tersedia untuk tanaman karena diikat oleh unsur
lain seperti Al dan Fe. Ultisol pada umumnya memberikan respons yang baik
terhadap pemupukan fosfat (Anonimous, 2010).
Penelitian Hartatik dan Adiningsih (1989) menunjukkan bahwa posfat
alam memiliki efek residu yang lebih baik dibanding TSP pada tanah kering
masam untuk tanaman kedelai dan jagung.
Dalam penelitian ini tanaman indikator yang digunakan adalah jagung.
Dipilih tanaman jagung karena jagung adalah komoditas yang bernilai ekonomis
tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan
tetapi juga sebagai bahan baku industri dan kebutuhan nasional untuk jagung
tinggi sehingga Indonesia masih harus mengimpor jagung.
Oleh karena itu untuk tanah Ultisol asal Simalingkar B ini maka
diharapkan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan mendukung pertumbuhan dan
produksi tanaman indikator yaitu jagung (Zea mays L).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk meneliti perubahan
sifat fisik dan kimia tanah Ultisol melalui aplikasi pupuk organik padat
SUPERNASA dan fosfat alam pada pertumbuhan dan produksi tanaman jagung
(Zea mays L).
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh
penggunaan pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam terhadap
perubahan sifat fisika dan kimia tanah Ultisol serta efeknya pada pertumbuhan
dan produksi tanaman jagung (Zea mays, L).
Hipotesis Penelitian
1. Pemberian pupuk organik padat SUPERNASA dan Fosfat Alam dapat
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah Ultisol serta meningkatkan
pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays, L).
2. Ultisol memiliki kandungan bahan organik yang sangat rendah yang
Kegunaan Penelitian
1. Untuk mendapatkan dosis dari kombinasi pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah Ultisol serta
meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman jagung (Zea mays, L).
2. Agar dapat berguna bagi kepentingan ilmu pengetahuan dan sebagai informasi bagi para petani khususnya petani jagung.
TINJAUAN PUSTAKA
Sifat dan Ciri Tanah Ultisol
Ultisol merupakan tanah yang mengalami pelapukan yang lanjut dan
berasal dari bahan induk yang sangat masam. Tanah ini mengandung bahan
organik rendah dan strukturnya tidak begitu mantap sehingga peka terhadap erosi
(Hardjowigeno, 1987).
Menurut Hardjowigeno( 1993) ultisol adalah tanah dengan horizon argilik
bersifat masam dengan kejenuhan basa rendah. Kejenuhan basa pada kedalaman
kurang dari 1.8 m dari permukaan tanah adalah < 35%. Tekstur tanah ini adalah
liat hingga liat berpasir, bulk density antara 1.3-1.5, dan permeabilitas lambat
hingga sedang. Sedangkan menurut Prasetyo et al. (2005) yaitu bahwa reaksi
tanah Ultisol pada umumnya masam hingga sangat masam (pH 3.1−5.0).
Pelapukan yang lanjut pada tanah Ultisol dapat membentuk liat oksida
hidrous Fe dan Al dalam jumlah yang tinggi dan dapat bereaksi dengan P
membentuk sederetan hidroksid yang sukar larut sehingga kurang tersedia bagi
tanaman (Tan, 1992).
Bulk Density
Bulk density merupakan kerapatan tanah yang dikeringkan persatuan
volume. Nilai kerapatan massa tanah berbanding terbalik dengan tingkat
kekasaran partikel–partikel tanah, makin kasar partikel tanah maka akan semakin
kerapatan antara 1.0–1.3 g/cm3, sedangkan yang bertekstur kasar antara 1.3-1.8
g/cm3 (Hanafiah, 2005).
Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi
tanaman. Jika terjadi pemadatan tanah maka air dan udara akan sulit disimpan dan
ketersediaanya akan terbatas dalam tanah dan menyebabkan terhambatnya
pernafasan akar dan penyerapan air rendah, selain itu memiliki unsur hara yang
rendah dan aktivitas mikroorganisme nya juga rendah (Hakim, dkk, 1986).
Pemberian bahan organik dapat menurunkan bulk density tanah karena
membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
Total Ruang Pori
Pori-pori tanah adalah bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah
(terisi oleh udara dan air). Tanah–tanah pasir memiliki pori-pori kasar lebih
banyak daripada tanah liat. Tanah dengan pori kasar sulit menahan air sehinggga
tanaman mudah kekeringan, tanah-tanah berliat mempunyai pori total lebih tinggi
daripada tanah berpasir (Hardjowigeno, 1993).
Total ruang pori dapat dihitung dengan menggunakan data bobot jenis
partikel-partikel dan bobot isi tanah sebagai berikut:
TRP = 1- BD/PD x 100%
dimana:
TRP = Total Ruang Pori
PD = Partikel Density
(Sutanto, 2005).
Tanah yang poreus berarti tanah yang cukup mempunyai ruang pori untuk
pergerakan air dan udara masuk keluar tanah secara leluasa. Porositas tanah
dipengaruhi oleh kandungan bahan organik, struktur tanah dan tekstur tanah.
Porositas akan tinggi jika bahan organik tinggi. Tanah-tanah dengan struktur
granuler atau remah memiliki porositas yang lebih tinggi dibandingkan pada
tanah-tanah dengan struktur massive. Tanah dengan tekstur pasir banyak
mempunyai pori-pori makro sehingga sulit menahan air (Anonimous,2011d).
Permeabilitas Tanah
Permeabilitas yaitu kemampuan tanah untuk meneruskan air atau udara.
Permeabilitas umumnya diukur sehubungan laju aliran air melalui tanah dalam
suatu massa waktu dan dinyatakan sebagai cm per jam. Ini mengakibatkan
pergerakan udara yang berhubungan dengan volume tanah yang kosong, bukan
ukuran pori dan kesinambungan ruang pori (Foth, 1994).
Permeabilitas merupakan sifat bahan berpori yang dapat mengalir/
merembes dalam tanah. Tinggi rendahnya permeabilitas ditentukan oleh ukuran
pori. Cepat atau lambatnya tanah meneruskan air atau udara dalam tanah dapat
Tabel 1 : Kelas permeabilitas
Kelas Permeabilitas Permeabilitas (cm/jam)
Sangat Lambat <0,1
Lambat 0,1 – 0,5
Agak Lambat 0,5 – 2,0
Sedang 2,0 – 6,5
Agak Sedang 6,5 – 12,5
Cepat 12,5 – 25
Sangat Cepat >25
Sumber : Sutanto, 2005.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara lain
porositas, tekstur, distribusi ruang pori, dan stabilitas agregat tanah (Hillel, 1986).
Sedangkan menurut Sarief (1989) bahwa permeabilitas meningkat apabila adanya
bahan organik, agregasi butir tanah menjadi remah, dan porositas tanah tinggi.
Kemantapan Agregat
Kemantapan agregat adalah ketahanan rata-rata agregat tanah melawan
pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan
tergantung pada ketahanan tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan
sementasi atau pengikatan. Faktor-faktor yang berpengaruh yaitu bahan-bahan
penyemen agregat tanah, bentuk dan ukuran agregat, serta tingkat agregasi.
Stabilitas agregat yang terbentuk tergantung pada keutuhan tanah permukaan
agregat pada saat rehidrasi dan kekuatan ikatan antarkoloid-partikel di dalam
Pengukuran kemantapan agregat dapat dilakukan dengan metode
pengayakan basah dan pengayakan kering atau dengan metode pembenaman
dalam air dan alkohol. Adapun tabel kemantapan agregat adalah:
Table 2. Harkat kemantapan agregat
Kemantapan agregat Harkat
Sangat mantap sekali > 200
Sangat mantap 80 – 200
Mantap 61 – 80
Agak mantap 50 – 60
Kurang mantap 40 – 50
Tidak mantap < 4
(Anonimus, 2010d).
Kemantapan agregat tanah yang tinggi dapat meningkatkan porositas
tanah. Tanah yang mempunyai porositas yang tinggi memiliki kapasitas infiltrasi
yang tinggi pula. Karena banyaknya pori menyebabkan air yang berada diatas
permukaan tanah menjadi lebih cepat merembas ke bawah permukaan tanah. Dan
tingginya kapasitas infiltrasi inilah yang nantinya akan menurunkan volume
limpasan permukaan, yang merupakan penyebab utama erosi tanah.
pH Tanah
Reaksi tanah menyatakan tingkat kemasaman suatu tanah. Reaksi tanah
dapat dinayatakan dengan pH tanah. Sifat reaksi dalam tanah asam-netral-basa
digunakan sebagai indikator kesuburan tanah karena dapat mencerminkan
ketersediaan hara dalam tanah tersebut (Hanafiah, 2005).
Menurut Tan (1992) menyatakan bahwa sejumlah senyawa menyumbang
pada pengembangan reaksi tanah yang asam atau basa. Asam-asam organik dan
anorganik yang dihasilkan oleh penguraian bahan organik tanah merupakan hal
yang dapat mempengaruhi kemasaman tanah.
Pada tanah masam, pH tanah dapat ditingkatkan melalui penambahan
pupuk organik. Pupuk organik dapat juga memantapkan agregat tanah yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas, dan infiltrasi menjadi baik,
meningkatkan kapasitas sanggah tanah, menyediakan unsur hara, mengandung
asam humat (humus) yang mampu meningkatkan kapasitas tukar kation tanah
serta meningkatkan aktifitas mikroba tanah.
C-Organik
Kondisi kandungan C organik pada lahan pertanian (sawah dan kering)
sangat rendah (rata-rata < 2 %). Hal ini disebabkan lahan–lahan yang dikelola
secara intensif tanpa memperhatikan kelestarian kesehatan tanah (tanpa usaha
pengembalian bahan organik ke tanah). Hal ini menjadi salah satu sebab
terjadinya pelandaian produktifitas meskipun jenis dan dosis pupuk kimia
ditingkatkan karena tanah telah menjadi sakit. Karena tanah sudah sakit maka
perlu dilakuka perbaikan kesuburan tanah dengan menambah C organik melalui
penggunaan pupuk organik hingga tanah kembali normal. Dengan menggunakan
pupuk organik maka diperoleh manfaat jangka panjang untuk menjaga kelestarian
Karbon merupakan bahan organik yang utama yang diserap tanaman dan
berasal dari CO2 udara, kemudian bahan organik didekomposisikan kembali dan
membebaskan sejumlah karbon. Sejumlah CO2 bereaksi dalam bentuk asam
Carbonat Ca, Mg, K atau Bikarbonat. Pengaruh pemberian bahan organik
terhadap sifat biologi tanah adalah meningkatkan aktivitas mikroorganisme,
sehingga kegiatan mikroorganisme dalam menguraikan bahan organik juga
meningkat, dengan demikian unsur hara yang terdapat di dalam tanah menjadi
tersedia bagi tanaman. Tersedianya bahan organik dalam tanah mempengaruhi
populasi dan jenis mikroflora (bakteri, jamur dan aktinomycetes) di dalam tanah
(Hakim dkk, 1986).
Penambahan bahan organik dalam tanah dapat memperbaiki sifat fisik,
kimia dan biologi tanah meningkatkan total ruang pori tanah, menurunkan
kepadatan tanah yang dapat menyebabkan kemampuan mengikat air dalam tanah
tinggi. Bahan organik juga dapat menyumbangkan unsur hara N, P, K, Ca, Mg
serta mengurangi fiksasi fosfat oleh Al dan Fe dalam tanah (Sutanto, 2005).
Nitrogen
Nitrogen dapat dikatakan sebagai salah satu unsur hara yang selain sangat
mutlak di butuhkan namun dengan mudah dapat hilang atau menjadi tidak tersedia
bagi tanaman. Ketidaktersediaan N dari dalam tanah dapat melalui proses
pencucian/terlindi (leaching) NO3-, denitrifikasi NO3- menjadi N2, volatilisasi
NH4+ menjadi NH3-, terfiksasi oleh mineral liat atau dikonsumsi oleh
karena adanya proses transformasi yang tidak dapat dikendalikan, seperti
amonifikasi dan nitrifikasi (Anonimus, 2010a).
Nitrogen merupakan unsur hara makro utama yang sangat penting untuk
pertumbuhan tanaman. Nitrogen diserap oleh tanaman dalam bentuk ion NO3- atau
NH4+ dari tanah. Dalam tanah, kadar Nitrogen sangat bervariasi, tergantung pada
pengelolaan dan penggunaan tanah tersebut. Tanaman dilahan kering umumnya
menyerap ion nitrat NO3- relatif lebih besar jika dibandingkan dengan ion NH4+.
Ketersediaan Nitrogen dalam tanah akan meningkatkan produksi tanaman, kadar
protein, dan kadar selulosa, tetapi sering menurunkan kadar sukrosa, polifruktosa
dan pati. Hasil asimilasi CO2 diubah menjadi karbohidrat dan karbohidrat ini akan
disimpan dalam jaringan tanaman apabila tanaman kekurangan unsur Nitrogen.
Untuk pertumbuhan yang optimum selama fase vegetatif. Pembentukan
senyawa organik tergantung pada keseimbangan ion-ion lain, termasuk Mg untuk
pembentukan klorofil dan ion fosfat untuk sintesis asam nukleat
(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Menurut Nyakpa, dkk, (1988) bahwa lapisan olah tanah pertanian hanya
mengandung 0.02-0.4 % N. Banyaknya kandungan N tersebut tergantung dari
keadaan lingkungan seperti iklim dan macam vegetasi. Kesemuanya ini
dipengaruhi oleh keadaan setempat yaitu topografi, bahan induk, kegiatan
manusia, dan waktu.
Unsur Hara P
Fosfor merupakan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumlah
yang besar (hara makro). Jumlah fosfor dalam tanaman lebih kecil dibandingkan
(H2PO4) dan (HPO4-2). Fosfor yang diserap tanaman dalam bentuk anorganik
cepat berubah menjadi senyawa fosfat organik. Fosfor ini mudah bergerak antar
jaringan tanaman dan kadar optimal Fosfor dalam tumbuhan vegetatif dalam
0,3% - 0,5% dari berat kering tanaman. Fosfor sangat penting dalam pembentukan
bunga, buah maupun biji, pembagian sel, pembentukan lemak serta albumin,
kematangan tanaman, perkembangan akar, memperkuat batang sehingga tidak
mudah rebah, meningkatkan kualitas tanaman serta meningkatkan ketahanan
terhadap hama dan penyakit (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Adapun sumber P tanah yaitu berasal dari pelapukan batuan dan
mineral-mineral yang mengandung P yang terdapat pada kerak bumi. Mineral utama yang
mempunyai kadar P tinggi adalah mineral apatit yang mempunyai kadar P2O5
berkisar antara 15-30 % dan tidak larut dalam air (Nyakpa, dkk, 1988).
Penggunaan fosfat alam sebagai sumber P akan jauh mengurangi biaya
pembelian pupuk dibandingkan menggunakan SP-36, dengan hasil yang sama.
Hasil penelitian Anggriani (2009) menunjukkan bahwa penggunaan fosfat alam
mampu mencukupi 80% P untuk kebutuhan tanaman melon bila diberikan pada
takaran yang sama dibandingkan SP-36.
Rasio C/N
Nisbah C/N merupakan indikator yang menunjukkan tingkat dekomposisi
dari bahan organik tanah. Apabila makin tinggi dekomposisinya maka makin kecil
nisbah C/N-nya. Jika nisbah dari bahan organik segar yang dibenamkan kedalam
bahan organik itu sendiri (Indrianada, 1986). Apabila nisbah C/N lebih kecil dari
20 menunjukkan terjadinya mineralisasi N, apabila lebih besar dari 30 maka
terjadi immobilisasi N, jika diantara 20–30 berarti mineralisasi seimbang dengan
immobilisasi (Hanafiah, 2005).
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961).
Menurut Stevenson (1991), bahan organik tanah adalah semua jenis
senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan
organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air,
dan bahan organik yang stabil atau humus.
Bahan organik berperan penting untuk menciptakan kesuburan tanah.
Peranan bahan organik bagi tanah adalah dalam kaitannya dengan perubahan
sifat-sifat tanah, yaitu sifat fisik, biologis, dan sifat kimia tanah. Bahan organik
merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam
pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap
agregat tanah. Melalui penambahan bahan organik, tanah yang tadinya berat
menjadi berstruktur remah yang relatif lebih ringan. Pergerakan air secara vertikal
atau infiltrasi dapat diperbaiki dan tanah dapat menyerap air lebih cepat sehingga
aliran permukaan dan erosi diperkecil. Demikian pula dengan aerasi tanah yang
menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat
Pupuk Organik Padat SUPERNASA
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem
kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan binatang yang
terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena
dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika dan kimia (Kononova, 1961). Stevenson
(1991) menyatakan bahwa bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa
organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik
ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organisme terlarut dalam air, dan bahan
organik yang stabil atau humus. Bahan organik memainkan peranan penting
dalam kesuburan tanah dan merupakan sumber hara terutama nitrogen untuk
tanaman jagung. Bahan organik tanah juga membantu memberikan kapasitas
penyangga dari tanah yaitu mencegah kekurangan hara atau mencegah
pertumbuhan yang berlebihan akibat pemupukan berat pada tanaman.
Pemberian bahan organik dapat menurunkan bulk density tanah karena
membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah
terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik.
Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.
Bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan
tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologis tanah. Bahan organik
adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Sekitar setengah dari
kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Ia merupakan sumber
serta hasil dari dokomposisi itu sendiri (Hakim, dkk., 1986).
Pupuk organik mempunyai pengaruh yang baik terhadap sifat fisik, kimia
dan biologi tanah. Rekomendasi penggunaan pupuk organic untuk setiap hektar
lahan yang akan ditanami adalah antara 20-30 ton per hektar (Sutanto, 2002).
Pupuk dan bahan organik memiliki fungsi kimia yang penting, antara lain
dapat meningkatkan hara makro (N, P, K, Ca, Mg dan S) dan mikro seperti Zn,
Cu, Mo, B, Mn dan Fe. Penggunaan bahan organik juga dapat mencegah kahat
unsur mikro pada tanah marginal atau tanah yang telah diusahakan secara intensif
dengan pemupukan yang kurang seimbang serta meningkatkan Kapasitas Tukar
Kation (KTK) tanah (Simanungkalit et al., 2006).
Pupuk organik padat Supernasa adalah pupuk organik dengan formula
khusus yang dibuat murni dari bahan-bahan organik dengan fungsi utama
memperbaiki lahan-lahan yang rusak serta meningkatkan kesuburan alami lahan
sehingga menjadi lebih produktif berkelanjutan.
Manfaat dari penggunaan pupuk organik SUPERNASA adalah:
1. Meningkatkan kesuburan fisik yaitu tananh berangsur-angsur menjadi gembur
2. Meningkatkan kesuburan kimia yaitu meningkatnya pertukaran kation dalam
tanah sehingga unsur hara dapat diserap efektif dan efisien
3. Meningkatkan kesuburan biologi yaitu meningkatnya aktivitas mikroorganisme
dalam tanah yang bermanfaat bagi tanaman
4. Mengurangi jumlah penggunaan pupuk NPK kimia antara 25%-50%
Kebutuhan Pupuk Organik SuperNASA tiap hektarnya hanya 15-20 kg.
(Bandingkan dengan kebutuhan ideal pupuk kandang untuk tiap hektarnya, yaitu
Adapun kandungan Pupuk Organik Padat SUPERNASA adalah
N 8,60%; P205 8,60%; K20 8,60%;C Organic 30,27%; Ca 1.46%; S 1,43%; CI
1,27%; Mg 0,40%; Mn 80,12 ppm; Fe 0,45 ppm; Cu 8,43 ppm; Zn 41,04 ppm; Na
0,11%; Si 0,3%; Al 0.11 %; NaCI 2,09%; SO4 4,31%, C/N ratio 12.36%; pH
7,84; Lemak 0,07%; Protein 16,69%;Carbohidrat 1,01%; Asam Humat 1,29%,
Kandungan Air 28,23%.
Fosfat Alam
Dalam kaitannya dengan pemanfaatan fosfat alam, tanah Ultisol memiliki
nilai tambah karena dengan tingkat kemasaman yang tinggi maka kelarutan fosfat
alam akan lebih cepat. Karena sebagian kandungan fosfat alam adalah CaCO3,
maka pemanfaatan fosfat alam akan mampu mengurangi tingkat kemasaman tanah
sehingga membantu memperbaiki pertumbuhan tanaman (Anonimus,
2011d).
Pupuk fosfat yang biasa digunakan berasal dari Rock Phosphat dengan
kandungan utama mineral apatite (Ca10(PO4)6F2). Rock phosphat merupakan
salah satu bentuk pupuk P anorganik. Rock Phosphat merupakan salah satu
sumber daya lokal yang dinilai potensial dapat meningkatkan produktivitas tanah
Ultisol (Moersidi, 1999).
Fosfat alam merupakan salah satu pupuk fosfat alami karena berasal dari
kehalusan butir. Fosfat alam yang bagus mengandung fosfat (P2O5)>25%
(Hasibuan, 2008).
Hasil penelitian Anggriani (2009) menunjukkan bahwa penggunaan fosfat
alam mampu mencukupi 80% kebutuhan P tanaman bila diberikan pada takaran
yang sama dibandingkan SP-36. Hasil yang lebih baik akan dicapai bila fosfat
alam dikombinasikan dengan kompos jerami atau rumpun purun.
Adapun keuntungan yang bisa diperoleh dari pemanfaatan fosfat alam
pada lahan masam adalah: (1) harga per satuan hara pupuk lebih murah; (2)
kelarutan dan ketersediaan hara P untuk tanaman meningkat; (3) meningkatkan
pH tanah sehingga memperbaiki lingkungan perakaran tanaman; (4) pelepasan
hara P secara bertahap sehingga mengurangi jerapan oleh Al dan Fe; (5) fosfat
alam mengandung hara sekunder seperti Ca dan Mg yang dibutuhkan tanaman;
dan (6) fosfat alam meningkatkan proses granulasi sehingga tanahnya lebih
mudah di olah dan tidak lengket (Moersidi, 1999).
Balai Penelitian Tanah Bogor merekomendasikan penggunaan rockphosfat
lebih menguntungkan sebagai sumber P. Dosis fosfat alam yang
direkomendasikan adalah 150-200 kg/ha.
Tanaman Jagung (Zea mays L.)
Jagung (Zea mays L.) merupakan kebutuhan yang cukup penting bagi
kehidupan manusia dan hewan. Jagung mempunyai kandungan gizi dan serat
kasar yang cukup memadai sebagai bahan makanan pokok pengganti beras dan
kebutuhan industri. Selain sebagai makanan pokok, jagung juga merupakan bahan
goreng, tepung maizena, ethanol, asam organik, makanan kecil dan industri pakan
ternak. Saat ini produksi jagung nasional sebanyak 15,86 juta ton sementara
kebutuhan dalam negeri hanya 13 juta ton yang mana untuk produksi naik dari
2007 yang hanya 13, 29 juta ton. Dengan hasil panen rata-rata adalah 5-9 ton/ha
(Anonimous, 2011).
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung tropis
basah. Jagung dapat tumbuh didaerah yang terletak antara 50o LU - 40o LS. Pada
lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman memerlukan curah hujan
sekitar >100 mm/bulan selama masa pertumbuhan. Pertumbuhan tanaman jagung
membutuhkan sinar matahari. Intensitas sinar matahari sangat penting bagi
tanaman, terutama dalam masa pertumbuhan (Hartono dan Purwono , 2005).
Secara umum, tanaman jagung dapat tumbuh di dataran rendah sampai
dataran tinggi 1300 m dpl, kisaran suhu antara 240C-380C dan mendapat sinar
matahari penuh dengan keasaman tanah (pH) yang diperlukan untuk pertumbuhan
optimal tanaman jagung yang paling baik adalah 6,8 (Guslim,2007 ).
Tanaman jagung mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap tanah, baik
jenis tanah lempung berpasir maupun tanah lempung dengan pH tanah 6 -8.
Temperatur untuk pertumbuhan optimal jagung antara 24-30 °C. Adapun
kebutuhan pupuk untuk tanaman jagung adalah urea 300 kg/ha, SP36 150 kg/ha,
KCl 75 kg/ha. Sedangkan jarak tanam jagung bervariasi yaitu 30 x 30 cm, 30 x 35
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di lahan Ultisol asal Simalingkar B Kecamatan
Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian ± 50 mdpl. Parameter
yang diamati adalah bulk density, porositas tanah, permeabilitas tanah, pH tanah,
C-organik, N-total, P-tersedia dan rasio C/N. Pelaksanaan penelitian dimulai pada
bulan Februari 2012 sampai dengan selesai.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan antara lain pupuk organik padat SUPERNASA
sebagai perlakuan, fosfat alam, benih tanaman jagung pioneer sebagai tanaman
indikator, pupuk Urea, KCl (sebagai pupuk dasar), air, bahan kimia untuk analisis
sifat kimia tanah dilaboratorium, serta lahan Ultisol asal Simalingkar B
Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang sebagai media tumbuh tanaman
jagung.
Alat yang digunakan meliputi cangkul, meteran untuk mengukur lahan,
gembor untuk menyiram tanaman, timbangan analitik, ring sample, plastik putih,
erlenmeyer, oven, pH meter, karet, penggaris dan alat-alat tulis yang diperlukan.
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
faktorial (RAK faktorial) yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu (S) pupuk
organik padat Supernasa dengan 4 taraf dosis dan (P) adalah Fosfat Alam dengan
sehingga diperoleh 32 unit percobaan. Adapun kombinasi kedua faktor tersebut
adalah.
Faktor I : Pupuk organik Padat Supernasa
- S0 : 0 kg/ha
- S1 : 10 kg/ha (4,5 gr/4,5 m2)
- S2 : 20 kg/ha (9 gr/4,5 m2)
- S3 : 30 kg/ha (13,5 gr/4,5 m2)
Faktor Perlakuan Fosfat Alam
- P0 : 0 kg/ha
- P1 : 100 kg/ha (45 g/4,5 m2)
- P2 : 200 kg/ha (90 g/4,5 m2)
- P3 : 300 kg/ha (135 g/4,5 m2)
Kombinasi perlakuannya adalah:
S0P0 S1P0 S2P0 S3P0
S0P1 S1P1 S2P1 S3P1
S0P2 S1P2 S2P2 S3P2
S0P3 S1P3 S2P3 S3P3
Model Linear Percobaan Rancangan Acak Kelompok
Yij = µ + βi + Kj + Pk + (KP)jk + ∑ijk
Dimana:
Yij : Nilai hasil pengamatan pada ulangan ke-i, pemberian pupuk organik
Supernasa pada taraf ke-j, dan pemberian fosfat alam pada taraf ke-f.
Kj : Pengaruh pemberian pupuk organik Supernasa pada taraf ke-j
Pk : Pengaruh pemberian fosfat alam pada taraf ke-k
(KP)jk: pengaruh interaksi antara pemberian pupuk organik Supernasa dan fosfat
alam
∑ij : Galat perlakuan
Untuk pengujian lebih lanjut terhadap masing-masing perlakuan diuji dengan
uji DMRT.
Prosedur Pelaksanaan
Persiapan lahan
Persiapan lahan penanaman jagung yaitu lahan dibersihkan dari
rumput-rumput. Setelah itu lahan dibagi menjadi 2 blok, setiap blok berisi 16 unit plot
percobaan sehingga diperoleh 32 unit plot percobaan kemudian dibentuk
bedengan dengan ukuran 1,5 m x 3 m, jarak antar plot yaitu 30 cm sedangkan
jarak antar blok yaitu 40 cm .
Analisis Awal
Analisis awal pada tanah Ultisol yaitu % KL dan % KA tanah tersebut
untuk mendapatkan kebutuhan air. Setelah itu analisis Bulk Density,
permeabilitas, partikel density, TRP, pH, C-Org, N, dan P tersedia dilaboratorium
Aplikasi Pupuk Organik Supernasa dan Fosfat Alam
Pupuk Organik SUPERNASA dan Fosfat Alam diaplikasikan sesuai
dengan dosis menurut perlakuan kemudian dicampur secara merata dengan tanah,
lalu diinkubasi selama 2 minggu.
Aplikasi pupuk dasar , Penanaman, dan Pemeliharaan
Setelah tanah diinkubasi selama 2 minggu kemudian dilakukan
pemupukan dasar menggunakan Urea dengan dosis 300 kg/ha (60 gr/2 m2), KCl
dengan dosis 75 kg/ha (15 gr/2 m2), dengan cara menaburnya.
Setelah itu dilakukan penanaman benih jagung sebanyak 3 buah per
lubang dengan jarak tanam 30 x 40 cm. Setelah 1 minggu setelah tanam dilakukan
penjarangan yaitu dengan cara meninggalkan 1 tanaman yang baik.
Pemeliharaan dilakukan dengan cara pemberian air sesuai dengan
kebutuhan tanaman serta dilakukan penyiangan gulma agar tidak terjadi
persaingan hara.
Pemanenan
Jagung dapat dipanen pada umur ± 90 hari. Pemanenan dilakukan setelah
biji pada tongkol telah masak kemudian ditimbang bobot kering biji pipilan.
Analisis tanah akhir
Diambil tanah dekat perakaran dari setiap plot secukupnya untuk
dilakukan analisis dan dibawa ke Laboratorium Kimia/Kesuburan Tanah Fakultas
Parameter yang diukur
Parameter Sifat Fisik Tanah
• Bulk Density dengan ring sample dengan rumus:
Berat Tanah Kering Udara (gr)
BD = Volume Tanah (cm3)
• Porositas dengan menggunakan ring sample
• Permeabilitas dengan menggunakan ring sample.
Parameter Sifat Kimia Tanah
• pH dengan menggunakan metode Elektrometri
• C-organik dengan menggunakan metode Walkey and Black.
• N-Total tanah dengan menggunakan metode Kjedhal
• P-Tersedia dengan menggunakan metode Bray II
• Rasio C/N
Parameter Tanaman • Tingggi tanaman
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil 1. Analisis Sifat Fisika Tanah
Bulk Density Tanah
Dari hasil analisis sidik ragam pada lampiran 1 menunjukkan bahwa
pemberian Fosfat Alam tidak berpengaruh nyata menurunkan Bulk Density dan
pupuk padat organik SUPERNASA tidak berpengaruh nyata menurunkan Bulk
Density serta interaksinya tidak berpengaruh nyata menurunkan Bulk Density
tanah Ultisol. Untuk mengetahui perbedaan Bulk Density dari setiap taraf
perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan BD (g/cm3) Ultisol pada Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA
berpengaruh tidak nyata menurunkan Bulk Density tanah Ultisol dengan
pemberian 10 kg/Ha dibanding tanpa pemberian pupuk padat SUPERNASA
dengan Bulk Density tanah terendah terdapat pada perlakuan 10 kg/Ha yaitu 1,21
g/cm3, yang kemudian diikuti perlakuan 0 kg/Ha (sebagai kontrol) dan 30 kg/Ha
Pemberian Fosfat Alam memberikan Bulk Density terendah pada
perlakuan 0 ton/Ha (sebagai kontrol) yaitu 1,16 g/cm3 , yang kemudian diikuti 200
kg/Ha yaitu 1,23 g/cm3 dan kemudian perlakuan 100 kg/Ha dan 300 kg/Ha
sebesar 1,24 g/cm3 . Hubungan antara fosfat alam dan BD dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Rataan BD (g/cm) Ultisol pada Pemberian Pupuk Fosfat Alam.
Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa pemberian fosfat alam meningkatkan
nilai BD tanah dimana dengan semakin besar taraf pemberian pupuk
mengakibatkan semakin tinggi nilai BD tanah tersebut.
Pemberian fosfat alam dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
menurunkan bulk density tanah ultisol dikarenakan fosfat alam berpengaruh
dalam kesuburan kimia terutama dalam penyediaan unsure hara, yaitu unsure hara
P, sedangkan interaksi antara fosfat alam dan pupuk organic SUPERNASA
berpengaruh tidak nyata dikarenakan pupuk organic SUPERNASA dan fosfat
alam memiliki peranan yang tiadk dsaling mendukung dalam penurunan bulk
density tana ultisol.
Bulk density merupakan kerapatan tanah yang dikeringkan persatuan
volume. Kepadatan tanah erat hubungannya dengan penetrasi akar dan produksi
ketersediaanya akan terbatas dalam tanah dan menyebabkan terhambatnya
pernafasan akar dan penyerapan air rendah, selain itu memiliki unsur hara yang
rendah dan aktivitas mikroorganisme nya juga rendah. Dari hasil penelitian
diperoleh bahwa BD tertinggi terdapat pada 100 kg/ha dan terendah pada taraf 0
kg/ha. Hal ini sesuai dengan literatur Mangoensoekarjo (2007) yang menyatakan
bahwa manfaat bahan organik secara umum adalah untuk meningkatkan aktivitas
mikroba didalam tanah dan untuk menambah populasi mikroba dalam tanah,
karena setiap bahan organik yang standar biasanya juga mengandung berbagai
jenis mikroba. Aktifitas mikroorganisme ini akan dapat menurunkan kepadatan
tanah atau bulk density tanah.
Yang dapat menurunkan Bulk Density yaitu hanya pada pelakuan 100
kg/ha, sedangkan perlakuan 200 kg/ha dan 300 kg/ha Bulk Density nya bertambah
dibandingkan dengan control. Artinya dengan penambahan fosfat alam tidak dapat
menggemburkan tanah, jadi dosis fosfat alam masih kurang.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk organic
SUPERNASA tidak berpengaruh nyata menurunkan bulk density. Hal ini
diakibatkan komposisi sifat kimia pada pupuk organic SUPERNASA relatif
tinggi, yaitu: N 8,60%; P2O5 8,60%; K2O 8,60%; C Organic 30,27%; Ca
1.46%; S 1,43%; CI 1,27%; Mg 0,40%; Mn 80,12 ppm; Fe 0,45 ppm; Cu 8,43
ppm; Zn 41,04 ppm; Na 0,11%; Si 0,3%; Al 0.11 %; NaCI 2,09%; SO4 4,31%,
rasio C/N 12.36%; pH 7,84; Lemak 0,07%; Protein 16,69%; Carbohidrat
1,01%; Asam Humat 1,29%, Kandungan Air 28,23%. Sehingga pupuk organic
perlakuan 30 kg/Ha yaitu 4,34 kg, atau setara dengan
Total Ruang Pori
Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 2 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk padat SUPERNASA, fosfat alam dan interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata meningkatkan total ruang pori tanah. Untuk mengetahui
perbedaan Total Ruang Pori dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rataan TRP (%) Ultisol pada Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA
tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan total ruang pori tanah Ultisol
dengan 20 kg/ha dibandingkan tanpa pupuk padat SUPERNASA. Total ruang pori
tanah tertinggi terdapat pada perlakuan 20 kg/Ha yaitu 49,00%, yang kemudian
diikuti 30 kg/Ha yaitu 48,91%, 10 kg/Ha yaitu 48,63% dan tanpa pupuk padat
SUPERNASA yaitu 48,54% (sebagai kontrol).
Perlakuan Fosfat Alam berpengaruh tidak nyata meningkatkan total ruang
pori tanah Ultisol dengan 300 kg/Ha dibandingkan tanpa fosfat alam, dengan TRP
tertinggi terdapat pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 49,58%, yang kemudian diikuti
200 kg/Ha yaitu 49,19%, 100 kg/Ha yaitu 48,05 % dan tanpa Fosfat Alam yaitu
48,26% (sebagai kontrol).
SUPERNASA terhadap total ruang pori tanah ultisol tidak berpengaruh nyata, hal
ini dimungkinkan karena dosisnya kurang tidak cukup untuk meningkatkan total
ruang pori tanah. Dan diduga bahwa pupuk organic padat SUPERNASA itu lebih
banyak berperan menyumbangkan unsur hara yang dibutuhkan oleh pertumbuhan
dan produksi tanaman.
Pemberian fosfat alam dan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
meningkatkan total ruang pori tanah ultisol dikarenakan fosfat alam memiliki
peranan dalam sifat kimia tanah terutama dalam penyediaan unsur hara yaitu hara
P, sedangkan interaksi antara pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam
berpengaruh tidak nyata dikarenakan organik padat SUPERNASA dan fosfat alam
memiliki peranan yang tidak saling mendukung dalam meningkatkan total ruang
pori tanah ultisol.
Permeabilitas Tanah
Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 3 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk padat SUPERNASA, fosfat alam dan interaksi keduanya tidak
berpengaruh nyata terhadap permeabilitas tanah Ultisol. Untuk mengetahui
perbedaan Permeabilitas dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan Permeabilitas (cm/jam) Ultisol pada Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA
memberikan permeabilitas tertinggi pada perlakuan 10 kg/Ha yaitu 2,98 cm/jam,
yang kemudian diikuti oleh 30 kg/Ha yaitu 2,86 cm/jam, 20 kg/Ha yaitu 2,70
cm/jam dan tanpa pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 2,59 cm/jam.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa pemberian Fosfat Alam memberikan
permeabilitas tertinggi pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 2,95 cm/jam, kemudian
diikuti 200 kg/Ha yaitu 2,83 cm/jam, 100 kg/ha yaitu 2,72 cm/jam dan tanpa
Fosfat Alam (kontrol) yaitu 2,63 cm/jam.
Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 3 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk padat SUPERNASA, fosfat alam dan interaksi keduanya tidak
berpengaruh nyata terhadap peningkatan laju permeabilitas tanah Ultisol.
Dikarenakan dosis pupuk organik padat SUPERNASA sangat rendah.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa aplikasi pupuk organik SUPERNASA dan
fosfat alam, serta interaksinya tidak berpengaruh nyata meningkatkan
permeabilitas tanah ultisol, diduga ada perekat pada bahan pupuk organik
SUPERNASA yang berpengaruh pada struktur, dan seperti kita ketahui pada
komposisi SUPERNASA menunjukkan fungsinya seolah-olah seperti pupuk
buatan. Bahan organik dan mikoorganisme didalam tanah tidak cukup untuk
melaksanakan sejumlah proses agregasi didalam pembentukan penambahan
pori-pori tanah sehingga permeabilitas tanah tidak bertambah.
Sedangkan fosfat alam hal ini kemungkin terjadi karena pemberian bahan
organik tidak mampu membentuk pori-pori tanah akibat kurangnya aktifitas
mikroba sehingga pergerakan air dan udara tidak mengalami perbaikan. Adapun
pori, dan kemantapan agregat. Hal ini sesuai dengan literature Hillel (1986) yang
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi permeabilitas tanah antara
lain porositas, tekstur, distribusi ruang pori, dan stabilitas agregat tanah.
2. Analisis Sifat Kimia Tanah Kemasaman Tanah (pH)
Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 4 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk padat SUPERNASA dan Fosfat alam serta interaksinya tidak
berpengaruh nyata terhadap peningkatan pH tanah Ultisol. Untuk mengetahui
perbedaan pH dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rataan Kemasaman Tanah (pH) Ultisol dengan pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.
Perlakuan
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA
menghasilkan pH tertinggi pada perlakuan 30 kg/Ha yaitu 4,69, yang kemudian
diikuti 20 kg/Ha yaitu 4,55, 10 kg/Ha yaitu 4,49 dan tanpa pupuk padat
SUPERNASA (kontrol) yaitu 4,47.
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa pemberian Fosfat alam menghasilkan pH
tertinggi pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 4,75, yang kemudian diikuti 200 kg/Ha
yaitu 4,53, 100 kg/Ha yaitu 4,47 dan tanpa Fosfat Alam (kontrol) yaitu 4,45.
meningkatkan pH tanah. Hal ini kemungkinan disebabkan karena dosis perlakuan
pupuk organik padat SUPERNASA dan fosfat alam yang tidak mencukupi
sehingga mengakibatkan pH tanah tidak meningkat. Disamping dosis yang rendah
tidak banyak memberikan karboksil maupun phenol.
Dari data diatas juga dapat dilihat bahwa pemberian fosfat alam tidak
berpengaruh nyata meningkatkan pH tanah. Hal ini kemungkinan disebabkan
karena fosfat alam kebanyakan berperan hanya menyumbangkan P2O5 yang
berperan untuk pertumbuhan dan produksi tanaman.
C-organik Tanah
Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 5 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk padat SUPERNASA dan Fosfat Alam serta interaksinya tidak
berpengaruh nyata meningkatkan C-Organik tanah Ultisol. Pemberian pupuk
organik padat SUPERNASA tidak nyata dalam meningkatkan C-organik tanah.
Perlakuan fosfat alam nyata meningkatakan C-organik tanah. Interaksi pupuk
padat SUPERNASA dan fosfat alam tidak berpengaruh nyata meningkatkan
C-Organik tanah. Untuk mengetahui perbedaan C-organik dari setiap taraf perlakuan
dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Rataan C-Organik (%) Tanah Ultisol dengan Pemberian Pupuk
Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.
Perlakuan Fosfat Alam Rataan
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan pupuk organik padat
SUPERNASA pada taraf 30 kg/ha menghasilkan nilai C-Organik tertinggi sebesar
2,15% yang kemudian diikuti oleh taraf 10 kg/ha sebesar 1.99%, taraf 20 kg/ha
sebesar 1,91% dan yang terendah yaitu pada taraf 0 kg/ha sebesat 1,81%.
Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan fosfat alam menghasilkan nilai
C-organik tertinggi pada taraf 300 kg/ha yaitu 2,23% kemudian diikuti oleh taraf
100 kg/ha yaitu 2.08%, tafar 200 kg/ha yaitu 2,02% dan terendah pada taraf 0
kg/ha yaitu 1,53%. Hubungan fosfat alam terhadap C-organik dapat dilihat pada
Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan Antara Fosfat Alam dengan C-Organik Tanah Ultisol Simalingkar
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa pengaruh pemberian fosfat alam
berpengaruh nyata terhadap peningkatan nilai C-Organik tanah Ultisol
Simalingkar B. Hal ini terjadi karena pupuk organik padat SUPERNASA yang
ditambahkan adalah sumber energi utama atau bahan makanan bagi mikroba
tanah. Penambahan pupuk organik SUPERNASA yang memiliki rasio C/N yang
terdekomposisi sempurna.
Selain itu faktor lingkungan juga mempengaruhi kandungan C-Organik
tanah seperti curah hujan. Apabila curah hujan tinggi maka dapat mengakibatkan
bahan organik yang ditambahkan menjadi tercuci (leaching) dan hilang sehingga
tidak dapat dimanfaatkan oleh tanah. Sedangkan pemberian fosfat alam dalam
meningkatkan C-Organik tanah berpengaruh nyata karena fosfat alam
memberikan peranan dalam penyediaan unsur hara P sehingga pemanfaatannya
dalam meningkatkan C-Organik tanah menjadi nyata. Interaksi keduanya
berpengaruh tidak nyata karena perlakuan ini saling mendukung dalam
meningkatkan kandungan C-Organik tanah sehingga pemberian pupuk organik
SUPERNASA dan fosfat alam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
dalam meningkatkan C-Organik.
N- Total Tanah
Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 6 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk padat SUPERNASA dan Fosfat Alam serta interaksinya tidak
berpengaruh nyata meningkatkan N-total tanah Ultisol. Untuk mengetahui
perbedaan N-Total dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Rataan N-Total (%) Ultisol dengan pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.
Perlakuan
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA
menghasilkan nilai N-Total tertinggi pada perlakuan 10 kg/Ha dan 30 kg/Ha yaitu
0,18 % dan perlakuan 20 kg/Ha dan tanpa pupuk padat SUPERNASA (kontrol)
yaitu 0,17%.
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pemberian fosfat alam menghasilkan
nillai N-Total tertinggi pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 0,18 % dan perlakuan 200
kg/Ha, 100 kg/Ha serta tanpa Fosfat Alam (kontrol) yaitu yaitu 0,17%.
Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian bahan organik
SUPERNASA dan fosfat alam serta interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata
meningkatkan N-Total tanah. Hal ini terjadi karena unsur hara N dari sumber yang
diberikan memiliki kandungan N yang kecil sehingga tidak nampak pengaruh
pemberiannya. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan oleh Rosmarkam
dan Yuwonono (2002) yaitu bahwa Nitrogen berperan untuk pertumbuhan yang
optimum selama fase vegetatif. Selain itu kandungan nitrogen didalam tanah juga
dipengaruhi oleh iklim maupun jenis tanaman. Unsur hara N merupakan unsur
hara yang mudah menguap dan hilang. Hal ini sesuai dengan literatur yang
dinyatakan oleh Nyakpa, dkk, (1988) yaitu bahwa banyaknya kandungan N
tersebut tergantung dari keadaan lingkungan seperti iklim dan macam vegetasi.
Hal ini disebabkan dosis pupuk organik padat SUPERNASA yang rendah,
disamping kandungan pupuk organik SUPERNASA yang sudah digunakan oleh
tanaman, tercuci dan kemungkinan sudah dimakan oleh mikroorganisme.
Selain itu Anonimous (2010a) menyatakan bahwa ketidaktersediaan N dari dalam
-dikonsumsi oleh mikroorganisme tanah. Pergerakan N didalam tanah cukup sulit
untuk diamati karena adanya proses transformasi yang tidak dapat dikendalikan,
seperti amonifikasi dan nitrifikasi. Walaupun pemberian pupuk organik
SUPERNASA dan fosfat alam serta interaksinya berpengaruh tidak nyata
meningkatkan kandungan N-Total tanah tetapi ada peningkatan kandungan N
yang terdapat pada setiap perlakuan.
C/N Tanah
Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 7 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk padat SUPERNASA dan pemberian Fosfat Alam serta interaksi
keduanya berpengaruh tidak nyata terhadap C/N tanah Ultisol. Untuk mengetahui
perbedaan rasio C/N dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Rataan C/N Tanah Ultisol dengan Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.
Perlakuan Fosfat Alam Rataan
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA
menghasilkan C/N tanah tertinggi pada perlakuan 0 kg/Ha yaitu (kontrol) 11,62,
yang kemudian diikuti 20 kg/Ha dan 30 kg/Ha yaitu 11,55 , 10 kg/Ha yaitu 10,90
dan tanpa pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 1,81.
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa pemberian Fosfat Alam menghasilkan
C/N tanah tertinggi pada perlakuan 100 kg/Ha yaitu 12,32, yang kemudian diikuti
(kontrol) yaitu 8,88.
Peningkatan bahan organik tanah berpengaruh nyata dalam pemberian
pupuk padat SUPERNASA . Hal ini sesuai dengan literatur yang dikemukakan
Sutanto (2002) yang menyatakan bahwa pupuk padat SUPERNASA mempunyai
bahan organik mencapai 30,27%. Bahan organik merupakan bahan penting dalam
menciptakan kesuburan tanah baik secara fisika, kimia maupun dari segi biologis
tanah. Semakin tinggi dosis bahan organik maka C-organik dari bahan organik
tersebut juga meningkat. Sutanto (2005) juga menyatakan bahwa nisbah C/N
digunakan sebagai indeks mudah tidaknya bahan organik mengalami peruraian
dan juga indikator kegiatan biologi tanah.
P-Tersedia
Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 8 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk Fosfat Alam berpengaruh nyata terhadap kandungan P-tersedia
tanah Ultisol. Pemberian pupuk padat SUPERNASA berpengaruh tidak nyata
terhadap kandungan P-tersedia tanah Ultisol. Interaksi pupuk padat SUPERNASA
dan pupuk Fosfat Alam tidak berpengaruh nyata terhadap P-tersedia tanah Ultisol.
Untuk mengetahui perbedaan P-Tersedia dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat
pada tabel 8.
Tabel 8. Rataan P-Tersedia (ppm) dengan Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk pada SUPERNASA
menghasilkan P-tersedia tertinggi pada perlakuan 30 kg/Ha yaitu 12,29 ppm,
kemudian diikuti 10 kg/Ha yaitu 12,05 ppm, 20 kg/ Ha yaitu 11,83 ppm dan tanpa
pemberian pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 11,55 ppm.
Dari Tabel 8 juga dapat dilihat bahwa perlakuan Fosfat Alam pada taraf 0
kg/ha berbeda nyata dengan taraf 300 kg/ha dan tidak berbeda dengan taraf 100
kg/ha dan 200kg/ha. Hubungan antara Fosfat Alam dengan P-Tersedia dapat
dilihat pada gambar 2.
Gambar 3. Hubungan Antara Fosfat Alam dengan P-Tersedia Tanah Ultisol Simalingkar
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa pemberian Fosfat Alam menghasilkan
P-tersedia tertinggi pada perlakuan 300 kg/Ha yaitu 12,70 ppm, kemudiaan diikuti
200 kg/Ha yaitu 11,99 ppm, 100 kg/Ha yaitu 11,89 ppm dan tanpa pemberian
fosfat alam (kontrol) yaitu 11,14 ppm. Pemberian Fosfat Alam berpengaruh nyata
meningkatkan P-tersedia tanah. Hal ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan
Moersidi (1999) bahwa keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan fosfat
alam pada tanah masam yaitu bahwa terjadinya pelepasan hara P dari fosfat alam
secara bertahap sehingga mengurangi jerapan Al dan Fe. Oleh karena itu
Selain itu hal ini juga terjadi karena unsur hara P yang tersedia dimanfaatkan
tanaman untuk pembentukan biji, serta berperan dalam memperkuat batang
tanaman agar tidak mudah rebah dan tanaman tidak mudah diserang penyakit. Hal
ini sesuai dengan literatur yang dinyatakan Rosmarkam dan Yuwono (2002) yaitu
bahwa Fosfor sangat penting dalam pembentukan bunga, buah maupun biji,
pembagian sel, pembentukan lemak serta albumin, kematangan tanaman,
perkembangan akar, memperkuat batang sehingga tidak mudah rebah,
meningkatkan kualitas tanaman serta meningkatkan ketahanan terhadap hama dan
penyakit.
Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pemberian pupuk organi
padat SUPERNASA berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan P-tersedia
tanah Ultisol dikarenakan karena sangat sedikit hara yang dilepaskannya
dikarenakan dosis SUPERNASA juga sangat rendah mengakibatkan pengaruh
pupuk organic padat SUPERNASA tidak nyata meningkatkan ketersediaan hara P
tanah.
3. Parameter Tanaman
Tinggi Tanaman
Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 9 menunjukkan bahwa
pemberian pupuk pada SUPERNASA dan Fosfat Alam dan interaksi keduanya
tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan tinggi tanaman jagung. Untuk
mengetahui perbedaan Tinggi Tanaman dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat
Perlakuan
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%.
Dari tabel 9 dapat dilihat pemberian pupuk padat SUPERNASA
menghasilkan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan 30 kg/Ha yaitu 229,13 cm,
yang kemudiaan diikuti 20 kg/Ha yaitu 224,50 cm, 10 kg/ Ha yaitu 217,75 cm dan
tanpa pupuk padat SUPERNASA ( kontrol) yaitu 217, 63 cm. Dari tabel 8 dapat
dilihat pemberian Fosfat Alam mengasilkan tinggi tanaman tertinggi pada
perlakuan 300 kg/Ha yaitu 228,38 cm, yang kemudian diikuti tanpa pemberian
Fosfat Alam (kontrol) yaitu 224,13 cm, 200 kg/Ha yaitu 220,75 cm dan terendah
pada perlakuan 100 kg/Ha yaitu 215,75 cm.
Dari hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa pengaruh pemberian
pupuk organik padat SUPERNASA tidak berpengaruh nyata dalam meningkatkan
tinggi tanaman jagung dikarenakan karena dosis pupuk organic padat
SUPERNASA yang rendah disamping kandungan pupuknya yang sudah
digunakan dalam pertumbuhan tanaman dan tercuci, disamping kebutuhan nya
belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan oleh tanaman
jagung.
Produksi Tanaman
Dari hasil analisis daftar sidik ragam pada lampiran 10 menunjukkan
bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA berpengaruh nyata terhdap produksi
tanaman (Zea mays L.). Pemberian Fosfat Alam berpengaruh nyata terhadap
produksi tanaman jagung (Zea mays L.) Interaksi antara pupuk pada
SUPERNASA dan Fosfat Alam berpengaruh sangat nyata meningkatkan produksi
tanaman jagung (Zea mays L.). Untuk mengetahui perbedaan Tinggi Tanaman
dari setiap taraf perlakuan dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Rataan Produksi Tanaman (Ton/Ha) dengan Pemberian Pupuk Padat SUPERNASA dan Fosfat Alam.
Perlakuan Fosfat Alam Rataan
Keterangan: Nilai yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata dengan uji Duncan pada taraf 5 % dan 1%,
Dari tabel 10 dapat dilhat bahwa perlakuan Fosfat Alam dengan taraf 0
kg/ha tidak berbeda dengan taraf 100 kg/ha namun berbeda nyata dengan taraf
200 kg/ha dan 300 kg/ha,
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pemberian pupuk padat SUPERNASA
menghasilkan biji tertinggi pada perlakuan 30 kg/Ha yaitu 9,63 ton/ha, yang
kemudian diikuti oleh 20 kg/Ha yaitu 8,90 ton/ha, 10 kg/Ha yaitu 8,03 ton/ha dan
tanpa pemberian pupuk padat SUPERNASA (kontrol) yaitu 6,26 ton/ha.
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa pemberian Fosfat Alam menghasilkan