• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis

Analisis

Analisis

Analisis

Rangkaian Listrik

Rangkaian Listrik

Rangkaian Listrik

Rangkaian Listrik

Jilid 2

(2)

Hak cipta pada penulis, 2010

SUDIRHAM, SUDARYATNO Analisis Rangkaian Listrik (2) Darpublic, Bandung

are-0710 edisi Juli 2011

http://ee-cafe.org

Alamat pos: Kanayakan D-30, Bandung, 40135. Fax: (62) (22) 2534117

(3)

BAB 10

Transformasi Fourier

Kita telah mempelajari tanggapan frekuensi dari suatu rangkaian. Analisis dengan menggunakan transformasi Fourier yang akan kita pelajari berikut ini akan memperluas pemahaman kita mengenai tanggapan frekuensi, baik mengenai perilaku sinyal itu sendiri maupuan rangkaiannya. Selain dari pada itu, pada rangkaian-rangkaian tertentu dijumpai keadaan dimana model sinyal dan piranti tidak dapat dinyatakan melalui transformasi Laplace akan tetapi dapat dilakukan melalui transformasi Fourier. Topik-topik yang akan kita bahas meliputi: deret Fourier, transformasi Fourier, sifat-sifat transformasi Fourier, dan analisis rangkaian menggunakan transformasi Fourier. Dalam bab ini kita mempelajari tiga hal yang pertama, sedangkan hal yang terakhir akan kita pelajari di bab berikutnya.

Dengan mempelajari deret dan transformasi Fourier kita akan • memahami deret Fourier.

• mampu menguraikan bentuk gelombang periodik menjadi deret Fourier.

• mampu menentukan spektrum bentuk gelombang periodik.

• memahami transformasi Fourier.

• mampu mencari transformasi Fourier dari suatu fungsi t.

• mampu mencari transformasi balik dari suatu transformasi Fourier.

10.1. Deret Fourier 10.1.1. Koefisien Fourier

Kita telah melihat bahwa sinyal periodik dapat diuraikan menjadi spektrum sinyal. Penguraian suatu sinyal periodik menjadi suatu spektrum sinyal tidak lain adalah pernyataan fungsi periodik kedalam deret Fourier. Jika f(t) adalah fungsi periodik yang memenuhi persyaratan Dirichlet, maka f(t) dapat dinyatakan sebagai deret Fourier :

(4)

[

]

∞ =

ω

+

ω

+

=

1 0 0 0

cos(

)

sin(

)

)

(

n n n

n

t

b

n

t

a

a

t

f

(10.1)

yang dapat kita tuliskan sebagai (lihat sub-bab 3.2)

(

)

∞ =





+

ω

θ

+

=

1 0 2 2 0

cos(

)

)

(

n n n n

b

n

t

a

a

t

f

(10.2)

Koefisien Fourier a0, an, dan bn ditentukan dengan hubungan berikut.

− − − > ω = > ω = = 2 / 2 / 0 0 2 / 2 / 0 0 2 / 2 / 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ; ) sin( ) ( 2 0 ; ) cos( ) ( 2 ) ( 1 T T n T T n T T n dt t n t f T b n dt t n t f T a dt t f T a (10.3)

Hubungan (10.3) dapat diperoleh dari (10.1). Misalkan kita mencari

an: kita kalikan (10.1) dengan cos(kωot) kemudian kita integrasikan

antara −To/2 sampai To/2 dan kita akan memperoleh

∞ = − − − −             ω ω + ω ω + ω = ω 1 /2 2 / 0 o 2 / 2 / 0 o 2 / 2 / 0 o 2 / 2 / o o o o o o o o o ) cos( ) sin( ) cos( ) cos( ) cos( ) cos( ) ( n T T n T T n T T T T dt t k t n b dt t k t n a dt t k a dt t k t f

Dengan menggunakan kesamaan tigonometri

) sin( 2 1 ) sin( 2 1 sin cos ) cos( 2 1 ) cos( 2 1 cos cos β + α + β − α = β α β + α + β − α = β α

(5)

(

)

(

)

∞ = − − − −             ω + + ω − + ω + + ω − + ω = ω 1 /2 2 / 0 o 2 / 2 / 0 o 2 / 2 / 0 o 2 / 2 / o o o o o o o o o ) ) sin(( ) ) sin(( 2 ) ) cos(( ) ) cos(( 2 ) cos( ) cos( ) ( n T T n T T n T T T T dtdt t k n t k n b dt t k n t k n a dt t k a dt t k t f

Karena integral untuk satu perioda dari fungsi sinus adalah nol, maka semua integral di ruas kanan persamaan ini bernilai nol kecuali satu yaitu

(

n k t

)

dt a n k

a T n

T

n ω = =

− cos(( ) ) 2 yang terjadijika 2 2 / 2 / 0 o o

oleh karena itu

− ω = /2 2 / 0 o o o ) cos( ) ( 2 T T n f t n t dt T a

Pada bentuk-bentuk gelombang yang sering kita temui, banyak diantara koefisien-koefisien Fourier yang bernilai nol. Keadaan ini ditentukan oleh kesimetrisan fungsi f(t) yang pernah kita pelajari di Bab-3; kita akan melihatnya sekali lagi dalam urain berikut ini.

10.1.2. Kesimetrisan Fungsi

Simetri Genap. Suatu fungsi dikatakan mempunyai simetri genap jika f(t) = f(−t). Salah satu contoh fungsi yang memiliki simetri genap adalah fungsi cosinus, cos(ωt) = cos(−ωt). Untuk fungsi semacam ini, dari (10.1) kita dapatkan

[

]

[

]

∞ = ∞ = ω − ω + = − ω + ω + = 1 0 0 0 1 0 0 0 ) sin( ) cos( ) ( dan ) sin( ) cos( ) ( n n n n n n t n b t n a a t f t n b t n a a t f

Kalau kedua fungsi ini harus sama, maka haruslah bn = 0, dan f(t)

menjadi

[

]

∞ = ω + = 1 0 o cos( ) ) ( n n n t a a t f (10.4)

(6)

CO#TOH-10.1: Tentukan deret Fourier dari bentuk gelombang deretan pulsa berikut ini.

Penyelesaian :

Bentuk gelombang ini memiliki simetri genap, amplitudo A, perioda To , lebar pulsa T.

              π π =               π π = ω ω = ω = = = = = − − − −

o o 2 / 2 / o o o 2 / 2 / o o o 2 / 2 o 2 / 2 / o o sin 2 sin 2 sin 2 ) cos( 2 ; 0 ; 1 T T n n A T T n n A t n n T A dt t n A T a b T AT T At Adt T a T T T T n n T T/ T T

Untuk n = 2, 4, 6, …. (genap), an = 0; an hanya mempunyai

nilai untuk n = 1, 3, 5, …. (ganjil).

( )

1 cos( ) 2 ) cos( sin 2 ) ( o , 1 2 / ) 1 ( o o , 1 o o t n n A T AT t n T T n n A T AT t f ganjil n n ganjil n ω − π + = ω               π π + =

∞ = − ∞ = Pemahaman :

Pada bentuk gelombang yang memiliki simetri genap, bn = 0.

Oleh karena itu sudut fasa harmonisa tanθn = bn/an = 0 yang

berarti θn = 0o.

Simetri Ganjil. Suatu fungsi dikatakan mempunyai simetri ganjil jika f(t) = −f(−t). Contoh fungsi yang memiliki simetri ganjil adalah fungsi sinus, sin(ωt) = −sin(−ωt). Untuk fungsi semacam ini, dari (10.1) kita dapatkan

[

]

∞ = ω + ω − + − = − − 1 0 0 0 cos( ) sin( ) ) ( n n n n t b n t a a t fT/2 0 T/2 v(t) A T To

(7)

Kalau fungsi ini harus sama dengan

[

]

∞ = ω + ω + = 1 0 0 0 cos( ) sin( ) ) ( n n n n t b n t a a t f maka haruslah

[

sin( )

]

) ( 0 dan 0 1 0 0

∞ = ω = ⇒ = = n n n f t b n t a a (10.5)

CO#TOH-10.2: Carilah deret

Fourier dari bentuk gelombang persegi di samping ini. Penyelesaian:

Bentuk gelombang ini memiliki simetri ganjil, amplitudo A, perioda To = T. ; 0 ; 0 o= an= a

(

1 cos ( ) 2cos( )

)

) cos( ) cos( 2 ) sin( ) sin( 2 2 2 / o 2 / 0 o o 2 / o 2 / 0 o π − π + π =       ω + ω ω =       ω − + ω =

n n n A t n t n Tn A dt t n A dt t n A T b T T T T T T n

Untuk n ganjil cos(nπ) = −1 sedangkan untuk n genap cos(nπ) = 1. Dengan demikian maka

(

)

(

1 1 2

)

0 untuk genap ganjil untuk 4 2 1 1 n n A b n n A n A b n n = − + π = π = + + π =

∞ = ω π = ⇒ ganjil n t n n A t v , 1 o) sin( 4 ) ( Pemahaman:

Pada bentuk gelombang dengan semetri ganjil, an = 0. Oleh

karena itu sudut fasa harmonisa tanθn = bn/an = ∞ atau θn = 90

o . v(t) t T AA

(8)

Simetri Setengah Gelombang. Suatu fungsi dikatakan mempunyai simetri setengah gelombang jika f(t) = −f(tTo/2). Fungsi dengan

sifat ini tidak berubah bentuk dan nilainya jika diinversi kemudian digeser setengah perioda. Fungsi sinus(ωt) misalnya, jika kita kita inversikan kemudian kita geser sebesar π akan kembali menjadi sinus(ωt). Demikain pula halnya dengan fungsi-fungsi cosinus, gelombang persegi, dan gelombang segitiga.

[

]

[

]

∞ = ∞ = ω − − ω − − + − = π − ω − π − ω − + − = − − 1 0 0 0 1 0 0 0 o ) sin( ) 1 ( ) cos( ) 1 ( )) ( sin( )) ( cos( ) 2 / ( n n n n n n n n t n b t n a a t n b t n a a T t f

Kalau fungsi ini harus sama dengan

[

]

∞ = ω + ω + = 1 0 0 0 cos( ) sin( ) ) ( n n n n t b n t a a t f

maka haruslah ao = 0 dan n harus ganjil. Hal ini berarti bahwa

fungsi ini hanya mempunyai harmonisa ganjil saja.

10.1.3. Deret Fourier Bentuk Eksponensial

Deret Fourier dalam bentuk seperti (10.1) sering disebut sebagai bentuk sinus-cosinus. Bentuk ini dapat kita ubah kedalam cosinus (bentuk sinyal standar) seperti (10.2). Sekarang bentuk (10.2) akan kita ubah ke dalam bentuk eksponensial dengan menggunakan hubungan 2 cos α − α+ = α ej e j .

(9)

(

)

∞ = θ − ω − ∞ = θ − ω ∞ = θ − ω − θ − ω ∞ =           + +           + + =         + + + =     + ω θ + = 1 ) ( 2 2 1 ) ( 2 2 0 1 ) ( ) ( 2 2 0 1 0 2 2 0 0 0 0 0 2 2 2 ) cos( ) ( n t n j n n n t n j n n n t n j t n j n n n n n n n n n n e b a e b a a e e b a a t n b a a t f (10.6)

Suku ketiga (10.6) adalah penjumlahan dari n = 1 sampai n =∞. Jika penjumlahan ini kita ubah mulai dari n = −1 sampai n = −∞, dengan penyesuaian an menjadi an , bn menjadi bn , dan θn menjadi θ−n,

maka menurut (10.3) perubahan ini berakibat

tan ) sin( ) ( 2 ) sin( ) ( 2 ) cos( ) ( 2 ) cos( ) ( 2 2 / 2 / 0 0 2 / 2 / 0 0 2 / 2 / 0 0 2 / 2 / 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 n n n n n n n T T T T n n T T T T n a b a b b dt t n t f T dt t n t f T b a dt t n t f T dt t n t f T a θ − = θ ⇒ − = = θ − = ω − = ω − = = ω = ω − = − − − − − − − − − −

(10.7) Dengan (10.7) ini maka (10.6) menjadi

−∞ − = θ − ω ∞ = θ − ω         + +         + = 1 ) ( 2 2 0 ) ( 2 2 0 0 2 2 ) ( n t n j n n n t n j n n n n e b a e b a t f (10.8) Suku pertama dari (10.8) merupakan penjumlahan yang kita mulai dari n = 0 untuk memasukkan a0 sebagai salah satu suku

penjumlahan ini. Dengan cara ini maka (10.8) dapat ditulis menjadi

+∞ −∞ = ω ∞ + −∞ = ω θ − =           + = n t n j n t n j j n n e c e e b a t f n ( ) n ) ( 2 2 0 0 2 ) ( (10.9)

Inilah bentuk eksponensial deret Fourier, dengan cn adalah koefisien

(10)

2 2 2 2 n n j n n n jb a e b a c = + − θ= − (10.10) 0 jika tan ; 0 jika tan dengan dan 2 1 n 1 n 2 2 >       = θ <       − = θ θ = ∠ + = − − n n n n n n n n n n n a a b a a b c b a c (10.11)

Jika an dan bn pada (10.3) kita masukkan ke (10.10) akan kita

dapatkan

− ω − = − = /2 2 / 0 0 0 ) ( 1 2 T T t jn n n n f t e dt T jb a c n (10.12)

dan dengan (10.12) ini maka (10.9) menjadi

+∞ −∞ = ω − ω − +∞ −∞ = ω       = = n t n j T T t jn n t n j e dt e t f T e c t f /2 ( ) 2 / 0 ) ( n 0 0 0 o 0 1 () ) ( (10.13)

Persamaan (10.11) menunjukkan bahwa 2|cn| adalah amplitudo dari

harmonisa ke-n dan sudut fasa harmonisa ke-n ini adalah ∠cn.

Persamaan (10.10) ataupun (10.12) dapat kita pandang sebagai pengubahan sinyal periodik f(t) menjadi suatu spektrum yang terdiri dari spektrum amplitudo dan spektrum sudut fasa seperti telah kita kenal di Bab-1. Persamaan (10.9) ataupun (10.13) memberikan f(t) apabila komposisi harmonisanya cn diketahui. Persamaan (10.12)

menjadi cikal bakal transformasi Fourier, sedangkan persamaan (10.13) adalah transformasi baliknya.

CO#TOH-10.3: Carilah koefisien Fourier cn dari fungsi pada

contoh-10.1. Penyelesaian :

(

/2

)

sin 2 1 o o o 2 / 2 / o o 2 / 2 / o o 2 / 2 / o o o o o T n T n A j e e T n A jn e T A dt e A T c T jn T jn T T t jn T T t jn n ω ω =         ω =         ω − = = ω − ω − ω − − ω −

(11)

10.2. Transformasi Fourier 10.2.1. Spektrum Kontinyu

Deret Fourier, yang koefisiennya diberikan oleh (10.12) hanya berlaku untuk sinyal periodik. Sinyal-sinyal aperiodik seperti sinyal eksponensial dan sinyal anak tangga tidak dapat direpresentasikan dengan deret Fourier. Untuk menangani sinyal-sinyal demikian ini kita memerlukan transformasi Fourier dan konsep spektrum kontinyu. Sinyal aperiodik dipandang sebagai sinyal periodik dengan perioda tak-hingga.

Jika diingat bahwa ω0 = 2π/T0 , maka (10.13) menjadi

∑ ∫

∞ −∞ = ω − ω − ∞ −∞ = ω − ω − ω       π =       = n t jn T T t jn n t jn T T t jn e dt e t f e dt e t f T t f 0 0 0 0 0 0 0 0 ) ( 2 1 ) ( 1 ) ( 0 2 / 2 / 2 / 2 / 0 (10.14)

Kita lihat sekarang apa yang terjadi jika perioda T0 diperbesar.

Karena ω0 = 2π/T0 maka jika T0 makin besar, ω0 akan makin kecil.

Beda frekuensi antara dua harmonisa yang berturutan, yaitu

0 0 0 0 2 ) 1 ( T n n+ ω − ω =ω = π = ω ∆

juga akan makin kecil yang berarti untuk suatu selang frekuensi tertentu jumlah harmonisa semakin banyak. Oleh karena itu jika perioda sinyal T0 diperbesar menuju ∞ maka spektrum sinyal

menjadi spektrum kontinyu, ∆ω menjadi dω (pertambahan frekuensi

infinitisimal), dan nω0 menjadi peubah kontinyu ω. Penjumlahan

pada (10.14) menjadi integral. Jadi dengan membuat T0 →∞ maka

(10.14) menjadi

∫ ∫

−∞∞ ω ∞ ∞ − ω ∞ ∞ − ω − ω ω π = ω       π = f t e dt e d F e d t f j t j t ( ) j t 2 1 ) ( 2 1 ) ( (10.15) dengan F(ω) merupakan sebuah fungsi frekuensi yang baru, sedemikian rupa sehingga

(12)

−∞∞ ω − = ω) f(t)e j tdt ( F (10.16)

dan F(ω) inilah transformasi Fourier dari f(t), yang ditulis dengan notasi

[

f(t)

]

=F(ω)

F

Proses transformasi balik dapat kita lakukan melalui persamaan (10.15). ) ( ) (t =

F

−1 ω f

CO#TOH-10.4: Carilah transformasi

Fourier dari bentuk gelombang pulsa di samping ini.

Penyelesaian :

Bentuk gelombang ini adalah

aperiodik yang hanya mempunyai nilai antara −T/2 dan +T/2, sedangkan untuk t yang lain nilainya nol. Oleh karena itu integrasi yang diminta oleh (10.16) cukup dilakukan antara −T/2 dan +T/2 saja. 2 / ) 2 / sin( 2 2 / ) ( 2 / 2 / 2 / 2 / 2 / 2 / T T AT j e e A e j A dt e A T j T j T T t j T T t j ω ω =         ω = ω − = = ω ω − ω − ω − − ω −

F

Kita bandingkan transformasi Fourier (10.16)

−∞∞ ω − = ω) f(t)e j tdt ( F

dengan koefisien Fourier

− ω − = − = /2 2 / 0 0 0 ) ( 1 2 T T t jn n n n f t e dt T jb a c n (10.17)

Koefisien Fourier cn merupakan spektrum sinyal periodik dengan

perioda T0 yang terdiri dari spektrum amplitudo |cn| dan spektrum

T/2 0 T/2 v(t) A

(13)

sudut fasa ∠cn, dan keduanya merupakan spektrum garis (tidak

kontinyu, memiliki nilai pada frekuensi-frekuensi tertentu yang diskrit). Sementara itu transformasi Fourier F(ω) diperoleh dengan mengembangkan perioda sinyal menjadi tak-hingga guna mencakup sinyal aperiodik yang kita anggap sebagai sinyal periodik yang periodenya tak-hingga. Faktor 1/T0 pada cn dikeluarkan untuk

memperoleh F(ω) yang merupakan spektrum kontinyu, baik spektrum amplitudo |F(jω)| maupun spektrum sudut fasa ∠ F(ω).

CO#TOH-10.5: Gambarkan spektrum amplitudo dari sinyal pada

contoh 10.4. Penyelesaian : Spektrum amplitudo sinyal aperiodik ini merupakan spektrum kontinyu |F(jω)|. 2 / ) 2 / sin( ) ( T T AT ω ω = ω F Pemahaman:

Sinyal ini mempunyai simetri genap. Sudut fasa harmonisa adalah nol sehingga spektrum sudut fasa tidak digambarkan. Perhatikan pula bahwa |F(ω)| mempunyai spektrum di dua sisi, ω positif maupun negatif; nilai nol terjadi jika sin(ωT/2)=0 yaitu pada ω = ±2kπ/T (k = 1,2,3,…); nilai maksimum terjadi pada ω = 0, yaitu pada waktu nilai sin(ωT/2)/(ωT/2) = 1.

CO#TOH-10.6: Carilah transformasi Fourier dari f(t) = [A e−αt ] u(t) dan gambarkan spektrum amplitudo dan fasanya.

Penyelesaian : -5 0 |F(ω)| T π −2 T π −4 T π −6 T π 2 T π 4 T π 6 0 ω

(14)

0 untuk ) ( ) ( 0 ) ( 0 ) ( > α ω + α = ω + α − = = = ω ∞ ω + α − ∞ α+ω ∞ ∞ − ω − α −

j A j e A dt Ae dt e t u Ae t j t j t j t F α ω − = ω ∠ = ω θ ⇒ ω + α = ω ⇒ −1 2 2 tan ) ( ) ( | | ) ( j F A F Pemahaman:

Untuk α < 0, tidak ada transformasi Fourier-nya karena integrasi menjadi tidak konvergen.

10.3. Transformasi Balik

Pada transformasi Fourier transformasi balik sering dilakukan dengan mengaplikasikan relasi formalnya yaitu persamaan (10.15). Hal ini dapat dimengerti karena aplikasi formula tersebut relatif mudah dilakukan

CO#TOH-10.7: Carilah f(t) dari

) ( 2 ) (ω = πδω F Penyelesaian : 1 ) 1 )( ( ) ( 2 2 1 ) ( 2 2 1 ) ( 0 0 = ω ω δ = ω ω πδ π = ω ω πδ π =

+ − + − α α ω ∞ ∞ − ω d d e d e t f j t j t +90o −90o θ(ω) 90 |F(ω) | ω A/α 25

(15)

Pemahaman :

Fungsi 2πδ(ω) adalah fungsi di kawasan frekuensi yang hanya mempunyai nilai di ω=0 sebesar 2π. Oleh karena itu e jωtjuga hanya mempunyai nilai di ω=0 sebesar e j0t =1. Karena fungsi hanya mempunyai nilai di ω=0 maka integral dari −∞ sampai +∞ cukup dilakukan dari 0− sampai 0+, yaitu sedikit di bawah dan di atas ω=0. Contoh ini menunjukkan bahwa transformasi Fourier dari sinyal searah beramplitudo 1 adalah 2πδ(ω). CO#TOH-10.8: Carilah f(t) dari

) ( 2 ) (jω = πδω−α F Penyelesaian : t j t j t j t j e d e d e d e t f α α α α α α ω ∞ ∞ − ω = ω α − ω δ = ω α − ω πδ π = ω α − ω πδ π =

+ − + − ) ( ) ( 2 2 1 ) ( 2 2 1 ) ( Pemahaman :

Fungsi 2πδ(ω−α) adalah fungsi di kawasan frekuensi yang hanya mempunyai nilai di ω=α sebesar 2π. Oleh karena itu e jωt

juga hanya mempunyai nilai di ω=α sebesar ejαt. Karena fungsi hanya mempunyai nilai di ω=α maka integral dari −∞ sampai +∞ cukup dilakukan dari α− sampai α+, yaitu sedikit di bawah dan di atas ω=α.

CO#TOH-10.9: Carilah f(t) dari

[

( ) ( )

]

) ( ω+α − ω−α α π = ω A u u F Penyelesaian :

(16)

[

]

[ ]

t t A j e e t A jt e e A jt e A d e A d e u u A t f t j t j t j t j t j t j t j α α = − α = − α = α = ω α π π = ω α − ω − α + ω α π π = α − α α − α α α − ω ∞ ∞ − ω ∞ ∞ − ω

) sin( 2 2 2 1 2 1 ) ( ) ( 2 1 ) ( Pemahaman:

Dalam soal ini F(ω) mempunyai nilai pada selang −α<ω<+α oleh karena itu e jωt juga mempunyai nilai pada selang frekuensi ini juga; dengan demikian integrasi cukup dilakukan antara −α dan +α.

Hasil transformasi balik f(t) dinyatakan dalam bentuk sin(x)/x yang bernilai 1 jika x→0 dan bernilai 0 jika x→∞. Jadi f(t) mencapai nilai maksimum pada t = 0 dan menuju nol jika t

menuju ∞ baik ke arah positif maupun negatif. Kurva F(ω) dan

f(t) digambarkan di bawah ini.

10.2.3. Dari Transformasi Laplace ke Transformasi Fourier Untuk beberapa sinyal, terdapat hubungan sederhana antara transformasi Fourier dan transformasi Laplace. Sebagaimana kita ketahui, transformasi Laplace didefinisikan melalui (8.1) sebagai

∞ − = 0 () ) (s f t e stdt F (10.18) F(ω) ω +β −β 0 f(t) A t

(17)

dengan s = σ + jω adalah peubah frekuensi kompleks. Batas bawah integrasi adalah nol, artinya fungsi f(t) haruslah kausal. Jika f(t) memenuhi persyaratan Dirichlet maka integrasi tersebut di atas akan tetap konvergen jika σ = 0, dan formulasi transformasi Laplace ini menjadi

∞ − ω

=

0

(

)

)

(

s

f

t

e

j t

dt

F

(10.19)

Sementara itu untuk sinyal kausal integrasi transformasi Fourier cukup dilakukan dari nol, sehingga transformasi Fourier untuk sinyal kausal menjadi

∞ − ω

=

ω

0

(

)

)

(

f

t

e

j t

dt

F

(10.20)

Bentuk (10.20) sama benar dengan (10.19), sehingga kita dapat simpulkan bahwa 0 ) ( ) ( berlaku integrasi -di dapat dan kausal ) ( sinyal untuk = σ = ω s t f F F (10.21)

Persyaratan “dapat di-integrasi” pada hubungan (10.21) dapat dipenuhi jika f(t) mempunyai durasi yang terbatas atau cepat menurun menuju nol sehingga integrasi |f(t)| dari t=0 ke t=∞ konvergen. Ini berarti bahwa pole-pole dari F(s) harus berada di sebelah kiri sumbu imajiner. Jika persyaratan-persyaratan tersebut di atas dipenuhi, pencarian transformasi balik dari F(ω) dapat pula dilakukan dengan metoda transformasi balik Laplace.

CO#TOH-10.10: Dengan menggunakan metoda transformasi

Laplace carilah transformasi Fourier dari fungsi-fungsi berikut (anggap α, β > 0).

[

sin

]

() ) ( c) ) ( ) ( b). ) ( ) ( a). 3 2 1 t u t e A t f t t f t u e A t f t t β = δ = = α − α − Penyelesaian:

(18)

α + ω = ω → α − = → α + = → → = −α j p s A s F t u Ae t f t 1 ) ( imag) sumbu kiri (di pole ) ( integrasi -di dapat dan kausal fungsi ) ( ) ( a). 1 1 F 1 ) ( 1 ) ( integrasi -di dapat dan kausal fungsi ) ( ) ( b). 2 = ω → = → → δ = F s F t t f

[

]

αω + ω − β + α = β + α + ω = ω → β ± α − = → β + α + = → → β = −α 2 ) ( ) ( im) sumbu kiri (di pole ) ( ) ( integrasi -di dapat kausal, fungsi ) ( sin ) ( c). 2 2 2 2 2 2 2 3 j a j A j p s A s t u t e A t f t F F

CO#TOH-10.11: Carilah f(t) dari

) 4 )( 3 ( 10 ) ( + ω + ω = ω j j F Penyelesaian :

Jika kita ganti jω dengan s kita dapatkan

) 4 )( 3 ( 10 ) ( + + = s s s F

Pole dari fungsi ini adalah p1 = −3 dan p2 = −4, keduanya di

sebelah kiri sumbu imajiner.

4 10 3 10 ) ( 10 3 10 ; 10 4 10 4 3 ) 4 )( 3 ( 10 ) ( 4 2 3 1 2 1 + − + = ⇒ − = + = = + = → + + + = + + = − = − = s s s s k s k s k s k s s s s s F F

Transformasi balik dari F(ω) adalah :

[

10 10

]

( )

)

(t e 3 e 4 ut

(19)

10.4. Sifat-Sifat Transformasi Fourier 10.4.1. Kelinieran

Seperti halnya transformasi Laplace, sifat utama transformasi Fourier adalah kelinieran.

[ ]

[

]

[

1() 2()

]

( ) ( ) : maka ) ( ) ( dan ) ( ) ( : Jika 2 1 2 1

+ = ω + ω ω = ω = F F F F B A t Bf t Af t f t f

F

F

F

2 1 (10.22)

CO#TOH-10.12: Carilah transformasi Fourier dari v(t) = cosβt. Penyelesaian:

Fungsi ini adalah non-kausal; oleh karena itu metoda transformasi Laplace tidak dapat di terapkan. Fungsi cosinus ini kita tuliskan dalam bentuk eksponensial.

[

]

j t j t

[ ]

j t

[ ]

j t e e e e β − β = β + − β         + = β

F

F

F

F

cos t 2 1 2 1 2

Dari contoh 10.8. kita ketahui bahwa

F

 ωej t=2πδ(ω−β)

Jadi

F

[

cosβt

]

=πδ(ω−β)+πδ(ω+β)

10.4.2. Diferensiasi

Sifat ini dinyatakan sebagai berikut

) ( ) ( = ω ω       F j dt t df

F

(10.23) Persamaan (10.15) menyatakan

(

)

) ( ) ( ) ( 2 1 ) ( 2 1 ) ( 2 1 ) ( ) ( 2 1 ) ( ω ω =       → ω ω ω π =       ω ω π =       ω ω π = → ω ω π =

∞ ∞ − ω ∞ ∞ − ω ∞ ∞ − ω ∞ ∞ − ω F j dt t df d e F j d e F dt d d e F dt d dt t df d e F t f t j t j t j t j

F

(20)

10.4.3. Integrasi

Sifat ini dinyatakan sebagai berikut.

) ( ) 0 ( ) ( ) ( +π δω ω ω =      

−∞ F F j dx x f t

F

(10.24)

Suku kedua ruas kanan (10.24) merupakan komponen searah jika sekiranya ada. Faktor F(0) terkait dengan f(t); jika ω diganti dengan nol akan kita dapatkan

−∞∞ = f(t)dt ) 0 ( F

CO#TOH-10.13: Carilah transformasi Fourier dari f(t) = Au(t). Penyelesaian:

Metoda transformasi Laplace tidak dapat diterapkan untuk fungsi anak tangga. Dari contoh (10.10.b) kita dapatkan bahwa

[ ]

δ(t) =1

F

. Karena fungsi anak tangga adalah integral dari

fungsi impuls, kita dapat menerapkan hbungan (10.24) tersebut di atas.

[ ]

() ( ) 1 +πδ(ω) ω = δ =

∞ − x dx j t u

F

t

F

10.4.4. Pembalikan

Pembalikan suatu fungsi f(t) adalah mengganti t dengan −t. Jika kita membalikkan suatu fungsi, maka urutan kejadian dalam fungsi yang baru berlawanan dengan urutan kejadian pada fungsi semula. Transformsi Fourier dari fungsi yang dibalikkan sama dengan kebalikan dari transformasi Fourier fungsi semula. Secara formal hal ini dapat dituliskan sebagai

[

( )

]

( ) maka

[

( )

]

( )

Jika

F

f t =F ω

F

ft =F −ω (10.25)

(21)

[

]

[

]

[

]

) ( ) ( ) ( ) ( ) ( Misalkan ; ) ( ) ( ω − = τ τ = τ τ − = τ = − → τ = − − = −

∞ ∞ − ωτ − ∞ − ∞ ωτ ∞ ∞ − ω − F d e f d e f f t f t dt e t f t f j j t j

F

F

F

Sifat pembalikan ini dapat kita manfaatkan untuk mencari transformasi Fourier dari fungsi signumdan fungsi eksponensial dua sisi.

CO#TOH-10.14: Carilah transformasi Fourier dari fungsi signum dan eksponensial dua sisi breikut ini.

Penyelesaian : Contoh 10.13. memberikan

[ ]

() 1 +πδ(ω) ω = j t u

F

maka

[

]

[

]

ω = − − = j t u t u t) () ( ) 2 sgn(

F

F

Contoh 10.10.a memberikan

[

]

ω + α = α − j t u e t () 1

F

maka

[ ] [

]

2 2 ) ( | | 2 ) ( 1 1 ) ( ) ( ω + α α = ω − + α + ω + α = − + = −α −α− α − j j t u e t u e e t

F

t t

F

10.4.5. Komponen #yata dan Imajiner dari F(ωωωω)

Pada umumnya transformasi Fourier dari f(t), F(ω), berupa fungsi kompleks yang dapat kita tuliskan sebagai

t 0 v(t) 1 −1 −u(−t) u(t) signum : sgn(t) = u(t) − u(−t) 0 t 0

eksponensial dua sisi :

e−α| t | = e−αt u(t) + e−α(−t) u(−t) e−αt u(t)

v(t) 1

(22)

ω θ ∞ ∞ − ∞ ∞ − ∞ ∞ − ω − ω = ω + ω = ω − ω = = ω

j t j e jB A dt t s t f j dt t c t f dt e t f ) ( ) ( ) ( in ) ( os ) ( ) ( ) ( F F dengan

−∞∞ ∞ ∞ − ω ω =− ω = ω f t tdt B f t tdt A( ) ()cos ; ( ) ()sin (10.26)       ω ω = ω θ ω + ω = ω − ) ( ) ( tan ) ( ; ) ( ) ( ) ( 2 2 1 A B B A F (10.27)

Jika f(t) fungsi nyata, maka dari (10.26) dan (10.27) dapat kita simpulkan bahwa

1. Komponen riil dari F(ω) merupakan fungsi genap, karena

A(−ω) = A(ω).

2. Komponen imajiner F(ω) merupakan fungsi ganjil, karena

B(−ω) =−B(ω).

3. |F(ω)| merupakan fungsi genap, karena |F(−ω)| = |F(ω)|. 4. Sudut fasa θ(ω) merupakan fungsi ganjil, karena θ(−ω) =−

θ(ω).

5. Kesimpulan (1) dan (2) mengakibatkan : kebalikan F(ω) adalah konjugat-nya, F(−ω) = A(ω) −jB(ω) = F*(ω) . 6. Kesimpulan (5) mengakibatkan : F(ω) × F(−ω) = F(ω) ×

F*(ω) = |F(ω)|2.

7. Jika f(t) fungsi genap, maka B(ω) = 0, yang berarti F(ω) riil. 8. Jika f(t) fungsi ganjil, maka A(ω) = 0, yang berarti F(ω)

imajiner.

10.4.6. Kesimetrisan

Sifat ini dinyatakan secara umum sebagai berikut.

[

( )

]

( ) maka

[

()

]

2 ( )

Jika

F

f t =F ω

F

F t = π f −ω (10.28) Sifat ini dapat diturunkan dari formulasi transformasi balik.

(23)

∞ ∞ − ω − ∞ ∞ − ω − ∞ ∞ − ω ω = ω − π ω ω ω = − π → ω ω = π d e t f t d e t f d e t f t j t j t j ) ( ) ( 2 : maka kan dipertukar dan Jika ) ( ) ( 2 ) ( ) ( 2 F F F 10.4.7. Pergeseran Waktu

Sifat ini dinyatakan sebagai berikut.

[

()

]

( ) maka

[

( )

]

( )

Jika

F

f t =F ω

F

f tT =ejωTF ω (10.29)

Sifat ini mudah diturunkan dari definisinya.

10.4.8. Pergeseran Frekuensi Sifat ini dinyatakan sebagai berikut.

[

( )

]

( ) maka 1

[

( )

]

() 1

Jika

F

F ω = f t

F

F ω−β =ejβtf t (10.30)

Sifat ini juga mudah diturunkan dari definisinya.

10.4.9. Penskalaan

Sifat ini dinyatakan sebagai berikut.

[

]

[

]

      ω = ω = a a at f t f F F | | 1 ) ( maka ) ( ) ( Jika

F

F

(10.31) 10.5. Ringkasan

Tabel-10.1 berikut ini memuat pasangan transformasi Fourier sedangkan sifat-sifat transformasi Fourier termuat dalam Tabel-10.2.

(24)

Tabel 10.1. Pasangan transformasi Fourier.

Sinyal f(t) F(ω)

Impuls δ(t) 1

Sinyal searah (konstan) 1 2πδ(ω)

Fungsi anak tangga u(t) 1 +πδ(ω)

ω j Signum sgn(t) ω j 2 Exponensial (kausal)

( )

e−αt u(t) ω + α j 1

Eksponensial (dua sisi) e−α| t|

2 2 2 ω + α α Eksponensial kompleks ejβt 2πδ(ω−β) Kosinus cosβt π

[

δ(ω−β)+δ(ω+β)

]

Sinus sinβt jπ

[

δ(ω−β)−δ(ω+β)

]

Tabel 10.2. Sifat-sifat transformasi Fourier.

Sifat Kawasan Waktu Kawasan Frekuensi

Sinyal f(t) F(ω) Kelinieran A f1(t) + B f2(t) AF1(ω) + BF2(ω) Diferensiasi dt t df() jωF(ω) Integrasi

∞ − t dx x f( ) ( )+π (0)δ(ω) ω ω F F j Kebalikan f (−t) F(−ω) Simetri F (t) 2πf (−ω) Pergeseran waktu f (tT) ejωTF(ω) Pergeseran frekuensi e j β t f (t) F(ω−β) Penskalaan |a| f (at)      ω a F

(25)

Soal-Soal

Deret Fourier Bentuk Sinus-Cosinus.

1. Tentukan deret Fourier dari gelombang segitiga berikut ini.

a).

b).

c).

d).

e).

2. Siklus pertama dari deretan pulsa dinyatakan sebagai

)

3

(

)

2

(

)

1

(

2

)

(

2

)

(

t

=

u

t

u

t

+

u

t

u

t

v

Gambarkan siklus pertama tersebut dan carilah koefisien Fourier-nya serta gambarkan spektrum amplitudo dan sudut fasaFourier-nya.

v 1ms t 10V −5V v t 20ms 150V v t 20ms 150V t v 10V 1ms t v 5V −5V 1ms

(26)

3. Suatu gelombang komposit dibentuk dengan menjumlahkan tegangan searah 10V dengan gelombang persegi yang amplitudo puncak ke puncak-nya 10 V. Carilah deret Fouriernya dan gambarkan spektrum amplitudonya.

Deret Fourier Bentuk Eksponensial.

4. Carilah koefisien kompleks deret Fourier bentuk gelombang berikut. a). b). c). d). e). v 1ms t 10V −5V v 20ms t 150V v 10V −5V 1ms 2ms t t v 10V 1ms t v 5V −5V 1ms

(27)

Transformasi Fourier

5. Carilah transformasi Fourier dari bentuk-bentuk gelombang berikut: a). ()

[

u(t) u(t T)

]

T At t v = − − ; b).            −       +       π = 4 4 2 cos ) ( u t T u t T T t A t v c).            −       +             π + = 2 2 2 cos 1 2 ) ( u t T u t T T t A t v d).

v

(

t

)

=

2

+

2

u

(

t

)

; e). v(t)=2sgn(−t)+6u(t) f). v(t)=

[

2e−2tu(t)+2sgn(t)

]

δ(t+2) g). v(t)=2e−2(t−2)u(t−2)+2e−2(t+2)u(t+2)

6. Tentukan transformasi balik dari fungsi-fungsi berikut:

a).

(

)

−α|ω|

α

π

=

ω

e

F

; b).

(

)

[

(

ω

+

β

)

(

ω

β

)

]

β

π

=

ω

A

u

u

F

c).

)

50

(

)

20

(

1000

)

(

+

ω

+

ω

=

ω

j

j

F

; d).

)

50

(

)

20

(

)

(

+

ω

+

ω

ω

=

ω

j

j

j

F

e).

)

50

(

)

20

(

)

(

2

+

ω

+

ω

ω

=

ω

j

j

F

; f).

)

50

(

)

20

(

1000

)

(

+

ω

+

ω

ω

=

ω

j

j

j

F

(28)

g).

)

50

(

)

50

(

500

)

(

+

ω

+

ω

ω

=

ω

j

j

j

F

; h).

)

50

(

)

50

(

5

)

(

+

ω

+

ω

ω

=

ω

j

j

j

F

i).

)

50

(

)

50

(

5000

)

(

+

ω

+

ω

ω

=

ω

j

j

j

F

; j).

2500

200

)

(

5000

)

(

2

+

ω

+

ω

ω

δ

=

ω

j

F

k).

F

(

ω

)

=

4

π

δ

(

ω

)

+

e

−2ω; l).

ω

ω

δ

π

=

ω

ω −

j

e

j2

)

4

(

4

)

(

F

m).

)

2

(

)

1

(

4

)

(

4

)

(

ω

+

ω

+

ω

+

ω

δ

π

=

ω

j

j

j

F

; n).

F

(

ω

)

=

4

π

δ

(

ω

)

+

e

−2ω o).

F

(

ω

)

=

4

π

δ

(

ω

)

+

4

π

δ

(

ω

2

)

+

4

π

δ

(

ω

+

2

)

(29)

BAB 11

Analisis Rangkaian Menggunakan

Transformasi Fourier

Dengan pembahasan analisis rangkaian dengan menggunakan transformasi Fourier, kita akan

• mampu melakukan analisis rangkaian menggunakan transformasi Fourier.

• mampu mencari tanggapan frekuensi. 11.1. Transformasi Fourier dan Hukum Rangkaian

Kelinieran dari transformasi Fourier menjamin berlakunya relasi hukum Kirchhoff di kawasan frekuensi. Relasi HTK misalnya, jika ditransformasikan akan langsung memberikan hubungan di kawasan frekuensi yang sama bentuknya dengan relasinya di kawasan waktu.

0 ) ( ) ( ) ( : masikan ditransfor jika 0 ) ( ) ( ) ( : HTK relasi Misalkan 3 3 1 3 2 1 = ω − ω + ω = − + V V V t v t v t v

Hal inipun berlaku untuk KCL. Dengan demikian maka transformasi Fourier dari suatu sinyal akan mengubah pernyataan sinyal di kawasan waktu menjadi spektrum sinyal di kawasan frekuensi tanpa mengubah bentuk relasi hukum Kirchhoff, yang merupakan salah satu persyaratan rangkaian yang harus dipenuhi dalam analisis rangkaian listrik.

Persyaratan rangkaian yang lain adalah persyaratan elemen, yang dapat kita peroleh melalui transformasi hubungan tegangan-arus (karakteristik

i-v elemen). Dengan memanfaatkan sifat diferensiasi dari transformasi Fourier, kita akan memperoleh relasi di kawasan frekuensi untuk resistor, induktor, dan kapasitor sebagai berikut.

) ( ) ( : Kapasitor ) ( ) ( : Induktor ) ( ) ( : Resistor ω ω = ω ω ω = ω ω = ω C C L L R R C j L j R V I I V I V

Relasi diatas mirip dengan relasi hukum Ohm. Dari relasi di atas kita dapatkan impedansi elemen, yaitu perbandingan antara tegangan dan arus di kawasan frekuensi

(30)

C j Z L j Z R ZR = L = ω C = ω 1 ; ; (11.1)

Bentuk-bentuk (11.1) telah kita kenal sebagai impedansi arus bolak-balik.

Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa transformasi Fourier suatu sinyal akan tetap memberikan relasi hukum Kirchhoff di kawasan frekuensi dan hubungan tegangan-arus elemen menjadi mirip dengan relasi hukum Ohm jika elemen dinyatakan dalam impedansinya. Dengan dasar ini maka kita dapat melakukan transformasi rangkaian, yaitu menyatakan elemen-elemen rangkaian dalam impedansinya dan menyatakan sinyal dalam transformasi Fouriernya. Pada rangkaian yang ditransformasikan ini kita dapat menerapkan kaidah-kaidah rangkaian dan metoda-metoda analisis rangkaian. Tanggapan rangkaian di kawasan waktu dapat diperoleh dengan melakukan transformasi balik.

Uraian di atas paralel dengan uraian mengenai transformasi Laplace, kecuali satu hal yaitu bahwa kita tidak menyebut-nyebut tentang kondisi-awal. Hal ini dapat difahami karena batas integrasi dalam mencari transformasi Fourier adalah dari −∞ sampai +∞. Hal ini berbeda dengan transformasi Laplace yang batas integrasinya dari 0 ke +∞. Jadi analisis rangkaian dengan menggunakan transformasi Fourier mengikut sertakan seluruh kejadian termasuk kejadian untuk t < 0. Oleh karena itu cara analisis dengan transformasi Fourier tidak dapat digunakan jika kejadian pada t < 0 dinyatakan dalam bentuk kondisi awal. Pada dasarnya transformasi Fourier diaplikasikan untuk sinyal-sinyal non-kausal sehingga metoda Fourier memberikan tanggapan rangkaian yang berlaku untuk t = −∞ sampai t = +∞.

CO#TOH-11.1: Pada rangkaian seri antara

resistor R dan kapasitor C diterapkan tegangan v1. Tentukan tanggapan

rangkaian vC.

Penyelesaian:

Persoalan rangkaian orde pertama ini telah pernah kita tangani pada analisis transien di kawasan waktu maupun kawasan s

(menggunakan transformasi Laplace). Di sini kita akan menggunakan transformasi Fourier.

R + v1 − C + vC

(31)

Transformasi Fourier dari rangkaian ini adalah : tegangan masukan V1(ω),

impedansi resistor R terhubung seri dengan impedansi kapasitor

C jω

1

.

Dengan kaidah pembagi tegangan kita dapatkan tegangan pada kapasitor adalah ) ( ) / 1 ( / 1 ) ( ) / 1 ( / 1 ) ( ) ( 1 + ω 1 ω = ω+ 1 ω ω = ω + = ω V V V V RC j RC C j R C j Z R Z C C C

Tegangan kapasitor tergantung dari V1(ω). Misalkan tegangan

masukan v1(t) berupa sinyal anak tangga dengan amplitudo 1. Dari

tabel 11.1. tegangan ini di kawasan frekuensi adalah

) ( 1 ) ( 1 ω = ω+πδω j

V . Dengan demikian maka

(

) (

j RC

)

RC RC j j RC j RC j RC C / 1 / ) ( / 1 / 1 ) ( 1 ) / 1 ( / 1 ) ( + ω ω δ π + + ω ω =       ω δ π + ω + ω = ω V

Fungsi impuls δ(ω) hanya mempunyai nilai untuk ω = 0, sehingga pada umumnya F(ω)δ(ω) = F(0)δ(ω). Dengan demikian suku kedua

ruas kanan persamaan di atas

(

)

( )

/ 1 / ) ( =πδω + ω ω δ π RC j RC . Suku pertama dapat diuraikan, dan persamaan menjadi

) ( / 1 1 1 ) ( +πδω + ω − ω = ω RC j j C V

Dengan menggunakan Tabel 11.1. kita dapat mencari transformasi balik

[

]

[

1

]

() 2 1 ) ( ) sgn( 2 1 ) (t t e (1/ ) ut e (1/ ) u t vC = − − RC t + = − − RC t Pemahaman :

Hasil yang kita peroleh menunjukkan keadaan transien tegangan kapasitor, sama dengan hasil yang kita peroleh dalam analisis transien di kawasan waktu di Bab-4 contoh 4.5. Dalam menyelesaikan persoalan ini kita tidak menyinggung sama sekali mengenai kondisi awal pada kapasitor karena transformasi Fourier telah mencakup keadaan untuk t < 0.

R + V1 − 1/jωC + VC

(32)

CO#TOH-11.2: Bagaimanakah vC pada contoh 11.1. jika tegangan

yang diterapkan adalah v1(t) = sgn(t) ?

Penyelesaian:

Dari Tabel 11.1. kita peroleh

[

]

ω = j t) 2 sgn(

F

. Dengan demikian

maka VC(ω) dan uraiannya adalah

RC j j j RC j RC C / 1 2 2 2 / 1 / 1 ) ( + ω − ω = ω       + ω = ω V

Transformasi baliknya memberikan

) ( 2 ) sgn( ) (t t e (1/ ) u t vC = − − RC t Pemahaman:

Persoalan ini melibatkan sinyal non-kausal yang memerlukan penyelesaian dengan transformasi Fourier. Suku pertama dari vC(t)

memberikan informasi tentang keadaan pada t < 0, yaitu bahwa tegangan kapasitor bernilai −1 karena suku kedua bernilai nol untuk

t < 0. Untuk t > 0, vC(t) bernilai 1 − 2e−(1/RC) tu(t) yang merupakan

tegangan transien yang nilai akhirnya adalah +1. Di sini terlihat jelas bahwa analisis dengan menggunakan transformasi Fourier memberikan tanggapan rangkaian yang mencakup seluruh sejarah rangkaian mulai dari −∞ sampai +∞. Gambar vC(t) adalah seperti di

bawah ini. -2 -1 0 1 2 -40 -20 0 20 40 −2e−(1/RC) tu(t) −1 −2 +1 sgn(t) sgn(t)−2e−(1/RC) tu(t) vC t

(33)

11.2. Konvolusi dan Fungsi Alih

Jika h(t) adalah tanggapan rangkaian terhadap sinyal impuls dan x(t) adalah sinyal masukan, maka sinyal keluaran y(t) dapat diperoleh melalui integral konvolusi yaitu

) ( ) ( ) ( 0

τ −τ τ = th xt d t y (11.2)

Dalam integral konvolusi ini batas integrasi adalah τ = 0 sampai τ = t

karena dalam penurunan formulasi ini h(t) dan x(t) merupakan bentuk gelombang kausal. Jika batas integrasi tersebut diperlebar mulai dari τ = −∞ sampai τ = +∞, (11.2) menjadi

+∞ −∞ = τ τ −τ τ = h xt d t y() ( ) ( ) (11.3)

Persamaan (11.3) ini merupakan bentuk umum dari integral konvolusi yang berlaku untuk bentuk gelombang kausal maupun non-kausal. Transformasi Fourier untuk kedua ruas (11.3) adalah

[ ]

∞ −∞ = ω − ∞ + −∞ = τ +∞ −∞ = τ       τ τ − τ =       τ τ τ = ω = t t j dt e d t x h d t x h t y ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) (

F

F

Y (11.4)

Pertukaran urutan integrasi pada (11.4) memberikan

∞ −∞ = τ ∞ + −∞ = ω − ∞ −∞ = τ +∞ −∞ = ω − τ       τ − τ = τ       τ − τ = ω ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( d dt e t x h d dt e t x h t t j t t j Y (11.5)

Mengingat sifat pergeseran waktu pada transformasi Fourier, maka (11.5) dapat ditulis ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ω ω = ω       τ τ = τ ω τ = ω

∞ −∞ = τ ωτ − ∞ −∞ = τ ωτ − X H X X Y d e h d e h j j (11.6)

(34)

Persamaan (11.6) menunjukkan hubungan antara transformasi Fourier sinyal keluaran dan masukan. Hubungan ini mirip bentuknya dengan persamaan yang memberikan hubungan masukan-keluaran melalui fungsi alih T(s) di kawasan s yaitu Y(s) = T(s) X(s). Oleh karena itu H(ω) disebut fungsi alih bentuk Fourier.

CO#TOH-11.3: Tanggapan impuls suatau sistem adalah

| | 2 )

(t e t

h =α −α . Jika sistem ini diberi masukan sinyal signum,

sgn(t), tentukanlah tanggapan transiennya. Penyelesaian:

Dengan Tabel 11.1. didapatkan H(ω) untuk sistem ini 2 2 2 2 2 | | 2 2 2 ) ( ω + α α = ω + α α α =    α = ω −αt e

F

H

Sinyal masukan, menurut Tabel 11.1. adalah

[

]

ω = = ω j F X( ) sgn(t) 2

Sinyal keluaran adalah

) )( ( 2 2 ) ( ) ( ) ( 2 2 2 2 ω − α ω + α ω α = ω ω + α α = ω ω = ω j j j j X H Y

yang dapat diuraikan menjadi

ω − α + ω + α + ω = ω j k j k j k1 2 3 ) ( Y 1 ) ( 2 ) ( 2 ) ( ) ( 1 ) ( 2 ) ( 2 ) ( ) ( 2 ) )( ( 2 ) ( 2 2 3 2 2 2 0 2 0 1 + = α + α α α = ω + α ω α = ω ω − α = − = α + α α − α = ω − α ω α = ω ω + α = = ω − α ω + α α = ω ω = α = ω α = ω α − = ω α − = ω = ω = ω j j j j j j j j j k j j j k j j j k Y Y Y

(35)

Jadi ) ( 1 1 2 ) ( ω − + α + ω + α − + ω = ω j j j Y sehingga )] ( ] 1 [ ) ( ] 1 [ ) ( ) ( ) sgn( ) ( ( ) t u e t u e t u e t u e t t y t t t t − + − + − = − + − = α α − − α − α −

Gambar dari hasil yang kita peroleh adalah seperti di bawah ini.

CO#TOH-11.4: Tentukan tanggapan frekuensi dari sistem pada

contoh-11.3.

Penyelesaian :

Fungsi alih sistem tersebut adalah

2 2 2 ) ( ω + α α = ω H .

Kurva |H(ω)| kita gambarkan dengan ω sebagai absis dan hasilnya adalah seperti gambar di bawah ini.

0 1 -20 -10 0 10 20 |H(ω)| ω 0 1 -1 0 1 -40 0 40 y(t) +1 −1 [−1+eαt ] u(t) [1−e−αt ]u(t) t

(36)

Pada ω =0, yaitu frekuensi sinyal searah, |H(ω)| bernilai 1 sedangkan untuk ω tinggi |H(ω)| menuju nol. Sistem ini bekerja seperti low-pass filter. Frekuensi cutoff terjadi jika

2 | ) 0 ( | | ) ( |H ω = H α = α − α = ω ⇒ = ω + α α 644 . 0 2 2 1 2 2 2 2 2 c c 11.3. Energi Sinyal

Energi total yang dibawa oleh suatu bentuk gelombang sinyal didefinisikan sebagai

−+∞∞

= pt dt

Wtotal ()

dengan p(t) adalah daya yang diberikan oleh sinyal kepada suatu beban. Jika beban berupa resistor maka

R t v R t i t p() () () 2 2 = = ; dan jika

bebannya adalah resistor 1 Ω maka

egangan ataupun t arus berupa ) ( dengan ) ( 2 1 t f dt t f W

+∞ ∞ − Ω = (11.7)

Persamaan (11.7) digunakan sebagai definisi untuk menyatakan energi yang dibawa oleh suatu bentuk gelombang sinyal. Dengan kata lain, energi yang diberikan oleh suatu gelombang sinyal pada resistor 1 Ω menjadi pernyataan kandungan energi gelombang tersebut.

Teorema Parseval menyatakan bahwa energi total yang dibawa oleh suatu bentuk gelombang dapat dihitung baik di kawasan waktu maupun kawasan frekuensi. Pernyataan ini dituliskan sebagai

−+∞∞ +∞ ∞ − Ω = f t dt= π ω dω W1 2 | ( ) |2 2 1 ) ( F (11.8)

Karena |F(ω)|2 merupakan fungsi genap, maka (11.8) dapat dituliskan

+∞ Ω = π ω ω 0 2 1 | ( ) | 1 d W F (11.9)

(37)

Jadi di kawasan waktu energi gelombang adalah integral untuk seluruh waktu dari kuadrat bentuk gelombang, dan di kawasan frekuensi energinya adalah (1/2π) kali integrasi untuk seluruh frekuensi dari kuadrat besarnya (nilai mutlak) transformasi Fourier dari sinyal.

Penurunan teorema ini dimulai dari (11.7).

−+∞∞ ∞ ∞ − ω +∞ ∞ − Ω       ω ω π = = f t dt f t e d dt W ( ) j t 2 1 ) ( ) ( 2 1 F

Integrasi yang berada di dalam tanda kurung adalah integrasi terhadap ω dan bukan terhadap t. Oleh karena itu f(t) dapat dimasukkan ke dalam integrasi tersebut menjadi

∫ ∫

−+∞∞ ∞ ∞ − ω Ω       ω ω π = f t e d dt W () ( ) j t 2 1 1 F

Dengan mempertukarkan urutan integrasi, akan diperoleh

∫ ∫

∞ + ∞ − ∞ + ∞ − ∞ + ∞ − ∞ ∞ − ω − − +∞ ∞ − ∞ ∞ − ω Ω ω ω π = ω ω − ω π = ω       ω π = ω       ω π = d d d dt e t f d dt e t f W t j t j 2 ) ( 1 | ) ( | 2 1 ) ( ) ( 2 1 ) ( ) ( 2 1 ) ( ) ( 2 1 F F F F F

Teorema Parseval menganggap bahwa integrasi pada persamaan (11.8) ataupun (11.9) adalah konvergen, mempunyai nilai berhingga. Sinyal yang bersifat demikian disebut sinyal energi; sebagai contoh: sinyal kausal eksponensial, eksponensial dua sisi, pulsa persegi, sinus teredam. Jadi tidak semua sinyal merupakan sinyal energi. Contoh sinyal yang mempunyai transformasi Fourier tetapi bukan sinyal energi adalah sinyal impuls, sinyal anak tangga, signum, dan sinus (tanpa henti). Hal ini bukan berarti bahwa sinyal ini, anak tangga dan sinyal sinus misalnya, tidak dapat digunakan untuk menyalurkan energi bahkan penyaluran energi akan berlangsung sampai tak hingga; justru karena itu ia tidak disebut sinyal energi melainkan disebut sinyal daya.

(38)

CO#TOH-11.5: Hitunglah energi yang dibawa oleh gelombang

[

]

() 10 ) (t e 1000 ut v = − t V Penyelesaian:

Kita dapat menghitung di kawasan waktu

[

]

[

]

J 20 1 2000 100 100 10 0 2000 0 2000 0 2 1000 1 = − = = = ∞ − ∞

t t t e dt e dt e W

Untuk menghitung di kawasan frekuensi, kita cari lebih dulu

V(ω)=10/(jω+1000). J 20 1 2 2 20 1 1000 tan ) 1000 ( 2 100 10 100 2 1 1 2 6 2 1 =             π − π π = ω π = ω       + ω π = ∞ ∞ − − ∞ ∞ − Ω

d W

Pemahaman: Kedua cara perhitungan memberikan hasil yang sama.

Fungsi |F(ω)|2 menunjukkan kerapatan energi dalam spektrum sinyal. Persamaan (11.40) adalah energi total yang dikandung oleh seluruh spektrum sinyal. Jika batas integrasi adalah ω1 dan ω2 maka kita

memperoleh persamaan

ωω ω ω π = 2 1 2 12 | ( )| 1 d W F (11.10)

yang menunjukkan energi yang dikandung oleh gelombang dalam selang frekuensi ω1dan ω2.

Jika hubungan antara sinyal keluaran dan masukan suatu pemroses sinyal adalah Y(ω)=H(ω)X(ω)maka energi sinyal keluaran adalah

∞ Ω =π ω ω ω 0 2 2 1 | ( )| | ( )| 1 d W H X (11.11)

Dengan hubungan-hubungan yang kita peroleh ini, kita dapat menghitung energi sinyal langsung menggunakan transformasi Fouriernya tanpa harus mengetahui bentuk gelombang sinyalnya.

Gambar

Tabel 10.1. Pasangan transformasi Fourier.
Gambar dari hasil yang kita peroleh adalah seperti di bawah ini.

Referensi

Dokumen terkait

Ketimpangan ekonomi Provinsi Sumatera Utara yang dilihat dari Gini Ratio selama tahun pengamatan berada di angka 0,35 yang artinya pembangunan ekonomi dan distribusi

Penyelesaian sengketa konsumen di daerah yang belum ada BPSK menurut UUPK dapat dilakukan melalui cara di luar pengadilan, yaitu dengan bantuan LPKSM (Lembaga

Dalam terapi tertawa tidak menggunakan humor sebagai sebab untuk membuat seseorang tertawa tetapi dalam terapi tertawa hanya sebagai sebab untuk membuat seseorang tertawa

Epidemiologi deskriptif lebih mengarah pada hal pokok antara lain tempat, orang dan waktu. Keadaan ini merupakan hal informasi yang penting dalam

KOMPETISI AMATIR DIVISI SATU DIVISI DUA DIVISI TIGA SEPAKBOLA WANITA SEPAKBOLA PANTAI LIGA REMAJA POST KOMPETISI AMATIR. LAPORAN HASIL KOMPETISI

Selain kegiatan praktik mengajar tersebut, praktikan juga diwajibkan untuk selalu siap sedia menggantikan guru yang tidak hadir dengan meninggalkan tugas ataupun

Improvisasi, suatu tahapan proses kreatif dimana pencipta mencoba mengolah hasil dari eksplorasi tersebut dan menerjemahkannya ke dalam sketsa pada suatu media

Jika Helaian Data Keselamatan kami telah diberikan kepada anda bersama bekalan Asal bukan HP yang diisi semula, dihasilkan semula, serasi atau lain, sila berhati-hati bahawa