• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PROSES PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA PADANG KELAS IA ARTIKEL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PROSES PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA PADANG KELAS IA ARTIKEL"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PROSES PERCERAIAN

DI PENGADILAN AGAMA PADANG KELAS IA

ARTIKEL

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat

Mencapai Gelar Sarjana Hukum

Oleh:

Nadilla Oktari Diningtias

1210012111097

Program Kekhususan Hukum Perdata

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS BUNG HATTA

PADANG

2016

(2)
(3)
(4)

4 THE IMPLEMENTATION OF MEDIATION IN DIVORCE

PROCEEDINGS IN COURT OF RELIGION CLASS IA PADANG NadillaOktariDiningtias,1Adri,1DesmalFajri1

Program Studi Ilmu Hukum1,Fakultas Hukum, Universitas Bung Hatta Progam Studi Ilmu Hukum2, Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta2

Email : nadillaoktari1210@gmail.com

ABSTRACT

Supreme Court rule number 1 2016 on procedures of mediation the Mediation in the courts is a way of resolving disputes through negotiations to gain the agreement of the parties assisted by mediators. As for the issues examined in this study are: 1) how did the efforts of mediators in the mediation process in the field of Court Of Religion Class IA Padang?. 2) What constraints faced by mediators in the mediation process in Court Of Religion Class IA? This type of research is a sociological legal research. The data source is the primary data by conducting interviews, secondary data sources are from literature and books. Data collection is carried out by means of interviews and documents. After the data collected do qualitative analysis. The results showed: 1) the efforts made the mediator in the mediation process is motivating the parties to make peace. 2) obstacles faced in the implementation of mediator mediation in Court Of Religion Padang Class IA two parties who do not want peace, the arrogant attitude of the parties, less kooperatifnya the parties.

Keywords: Execution,Mediation, Divorce

Pendahuluan

Pada Pasal 1 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah

tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha

Esa. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi

agar masing-masing dapat

mengembangkan kepribadian

membentuk dan mencapai

kesejahteraan spiritual dan material. Bahwa perkawinan itu tidak hanya cukup ikatan lahir atau ikatan bathin saja tetapi perkawinan juga

bertujuan untuk membentuk

(5)

5 dapat diartikan bahwa perkawinan

itu haruslah berlangsung seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja.

Menurut Pasal 38 Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, perkawinan dapat putus karena kematian, perceraian dan atas keputusan Pengadilan. Dalam masyarakat perkawinan yang putus karena kematian biasa disebut dengan istilah cerai mati, perkawinan yang putus karena perceraian biasa disebut cerai talak dan cerai gugat, perkawinan yang putus atas putusan Pengadilan disebut pembatalan perkawinan.

Salah satu cara dalam

menyelesaikan perkara perceraian yaitu dengan menggunakan mediasi yang merupakan instrument efektif dalam penyelesaian sengketa.Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di

Pengadilan adalah Peraturan

Mahkamah Agung RI Nomor 1 Tahun 2016tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yang menyatakan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 tidak berlaku lagi.

Berdasarkan Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Pasal 1 ayat (1) Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui

proses perundingan untuk

memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Ciri

utama proses mediasi adalah

perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus.

Mediasi merupakan salah satu sarana penyelesaian perkara diluar peradilan yang mendapat payung hukum dari Mahkamah Agung, hal ini terbukti dengan keluarnya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Alternatif

Penyelesaian Sengketa, dan

diperkuat dengan Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Mediasi yang dilakukan mediator berperan menjalankan peran untuk menengahi para pihak yang bersengketa yang secara aktif membantu memberikan pemahaman yang benar tentang sengketa yang mereka hadapi dan memberikan solusi alternatife yang terbaik bagi penyelesaian sengketa tersebut. Para pihak berhak memilih seorang

(6)

6 mediator atau lebih mediator yang

tercatat dalam daftar mediator di Pengadilan Agama.

Mediasi merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan perkara cepat dan murah. Namun masyarakat banyak yang tidak mengetahui mengenai mediasi yang ada di Pengadilan Agama dalam proses perceraian.

Mediasi sangat bermanfaat bagi para pihak yang bersengketa dan juga bermanfaat bagi Pengadilan karena

dengan adanya mediasi dapat

mengurangi jumlah perkara yang diajukan ke Pengadilan. Dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 dalam perkara perdata mediasi diharuskan untuk dilakukan karena apabila tidak dilakukan maka dianggap tidak beriktikad baik diwajibkan membayar biaya mediasi sebagaimana dijelaskan pada Pasal 22 ayat (2) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016.

Apabila mediasi dapat

dicapai dalam suatu sengketa perceraian maka bisa mengurangi jumlah perceraian yang ada dan

dapat mewujudkan tujuan

perkawinan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Tentang perkawinan yaitu

membentuk keluarga (rumah tangga) yang kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

Melakukan mediasi dalam

perkara perdata khususnya perkara

perceraian yang diajukan ke

Pengadilan merupakan ketentuan dari Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, ketentuan ini tidak boleh diabaikan oleh para pihak. Apabila tidak melakukan mediasi maka putusan

dapat dinyatakan NO (Niet

Ontvankelijke Verklaard) yaitu gugatan ditolak karena tidak memenuhi unsur formil.

Keberhasilan mediasi tidak cukup hanya didukung oleh aturan-aturan tentang mediasi dan pelaksana mediasi yang profesional, namun

juga membutuhkan kesadaran

masyarakat tentang makna

perdamaian dalam kehidupan. Damai

dan konflik adalah fitrah

manusia.Setiap manusia

menginginkan hidup damai dengan

siapapun. Meskipun demikian,

kadang muncul konflik ditengah masyarakat. Seperti kasus perceraian yang banyak terjadi dilingkungan

(7)

7 masyarakat khususnya kota Padang

yang mengalami peningkatan dari tahun ketahun.

Dalam empat tahun terakhir, tercatat perkara yang masuk ke

Pengadilan Agama Padang

mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Tahun 2012 sebanyak 1203 perkara, tahun 2013 sebanyak 1235 perkara, tahun 2014 sebanyak 1354 perkara, tahun 2015 sebanyak 1518 perkara yang masuk, tahun 2016 dari bulan Januari-April jumlah perkara yang masuk 466 kasus.

Dari beberapa perkara perceraian yang diajukan ke Pengadilan Agama Padang, pada tahun 2015 tercatat hanya 15 perkara perceraian yang berhasil diselesaikan secara damai melalui mediasi.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik dan ingin membahas dalam suatu penelitian dalam pembuatan suatu karya ilmiah yang berbentuk

skripsi dengan judul:

PELAKSANAAN MEDIASI DALAM PROSES PERCERAIAN

DI PENGADILAN AGAMA

PADANG KELAS IA” .

Berdasarkan hal-hal yang dikemukakan pada latar belakang

maka yang menjadi pokok

permasalahan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah upaya mediator dalam melakukan mediasi pada proses perceraian di Pengadilan Agama Padang Kelas IA ? 2. Apa kendala yang dihadapi oleh

mediator dalam melakukan

proses mediasi di Pengadilan Agama Padang KelasIA ?

Metode Penelitian

Penelitian yang penulis

lakukan menggunakan metode

penelitian yuridis sosiologis. Yuridis sosiologis adalah penelitian berupa studi empiris untuk menemukan

teori-teori mengenai proses

terjadinya dan mengenai proses

bekerjanya hukum di dalam

masyarakat. Sumber data dilakukan dua sumber data yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung dilapangan

berupa hasil wawancara yang

diperoleh secara langsung dari responden. Dalam hal ini dilakukan wawancara dengan Bapak Salwi

(8)

8 selaku hakim mediator di Pengadilan

Agama Kelas IA Padang, penelitian

terhadap buku dan literatur

perpustakaan. Data sekunder terdiri dari Bahan Hukum Primer, yaitu. Undang - Undang Nomor 1 Tahun 1974tentang Perkawinan

Undang – Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif PenyelesaianSengketa.

Undang – Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Bahan Hukum Sekunderyaitu

bahan-bahan hukum yang

berhubungan dengan bahan hukum

primer dan membantu proses

pemahaman dan menganalisa bahan hukum primer yang berhubungan dengan penelitian ini berupa

buku-buku dan literatur. Teknik

Pengumpulan Data penulis

menggunakan wawancara dan studi

dokumen. Wawancara yaitu

melakukan tanya jawab secara

langsung dengan responden.

Sebelum melakukan wawancara,

penulis menyiapkan daftar

pertanyaan yang diajukan. Penulis

menggunakan teknik wawancara

semi terstruktur, yang tidak tertutup kemungkinan pada saat wawancara berlangsung ada pertanyaan baru

yang timbul untuk mendukung

kesempurnaan data. Studi Dokumen adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari

peraturan perundang-undangan,

bahan kepustakaan, hasil-hasil penelitian dan literatur yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti, serta bahan lain yaitu berupa data dari Kantor Pengadilan Agama Padang Kelas IA . Setelah data

terkumpul dilakukan analisis

kualitatif yaitu suatu cara pengolahan data dengan menguraikan data dalam bentuk kalimat dilakukan di dalam penelitian terhadap data yang

terkumpul dengan tidak

menggunakan angka dan rumus, tetapi berdasarkan pada peraturan perundang-undangan lalu diambil suatu kesimpulan.

Hasil Pembahasan

1. Upaya yang dilakukan

mediator dalam

melaksanakan mediasi pada

proses perceraian di

Pengadilan Agama Padang

(9)

9

Berdasarkan hasil

wawancara dengan BapakSalwi di Pengadilan Agama Padang Kelas IA, untuk memaksimalkan mediasi yang dilakukan agar berhasil maka mediator melakukan upaya sebagai berikut :

a. Memberikan motivasi kepada kedua belah pihak agar mereka saling menyadari tidak selalu suami benar atau tidak selalu istri benar.

b. Memberikan motivasi kepada para pihak untuk melakukan perdamaian.

c. Menemukan solusi dar imasalah yang dihadapi oleh kedua belah pihak.

d. Memberikan penjelaskan akibat dari perceraian apabila terjadi. e. Mediator meminta kepada para

pihak untuk menjelaskan

masalah yang dihadapi para pihak.

f. Mengadakan pembicaraan

sepihak antara mediator dengan

penggugatatau mediator

dengantergugat.

g. Mencaritahu persoalan apa yang dirasakan oleh penggugatatau yang di rasakan oleh tergugat

agar mediator dapat menemukan solusi dari masalahtersebut.

Dengan adanya upaya yang dilakukan mediator, diharapkan mediasi yang dilakukan dapat berjalan sebagaimana mestinya dan tercapai nya suatu perdamaian.

2. Kendala yang dihadapi mediator dalam pelaksaan mediasi di Pengadilan Agama Padang Kelas IA

Proses mediasi merupakan suatu proses yang harus diikuti oleh para pihak yang berperkara karena perkara perceraian merupakanhal

yang menyangkut perasaan

(emosional). Banyak faktor yang membuat perkara perceraian di Pengadilan Agama sedikit sekali yang berhasil diselesaikan melalui

jalur damai atau mediasi,

berdasarkan hasil wawancara

dengan mediator kendala yang dihadapi mediator sebagai berikut : a. Keinginan para pihak yang

untuk bercerai

Salah satu pihak ataupun kedua belah pihak yang ingin bercerai datang ke Pengadilan setelah tidak berhasilnya perdamaian yang dilakukan oleh pihak keluarga. Hal ini yang membuat

(10)

10

upaya mediator untuk

mendamaikan sulit.

b. Sikap dan perilaku dari para pihak

Para pihak yang berperkara sering sekali merasa bahwa dirinya benar dan menganggap dirinya lebih dari segalanya, dan

selalu mengutamakan ego

sehingga tidak menerima

nasehat-nasehat atau solusi yang diberikan oleh mediator dan susah diajak berkompromi. c. Adanya keterlibatan pihak

ketiga

Pihak ketiga sering sekali menjadi kendala dalam proses mediasi, dalam hal ini pihak ketiga memberikan pengertian lain tentang mediasi kepada

kedua belah pihak yang

berpakara.

d. Kurang koperatifnya dari kedua belah pihak

Kedua belah pihak yang berkara sering sekali tidak koperatif

dalam memberikan resume

terhadap masalah yang dihadapi oleh para pihak, sehingga menyulitkan mediator untuk mencari solusi terhadap masalah yang dihadapi para pihak.

e. Sudah terjadi konflik yang terus menerus

Konflik yang terjadi diantara para pihak sudah terjadi berlarut-larut, saat mediasi para pihak tidak dapat diredam

emosinya, sehingga para

pihaktidak dapat menerima lagi masukan-masukan dari mediator dan merasa benar sendiri. Bahkan, sering terjadi pihak Pemohon/Penggugatsudah tidak

bisa memaafkan pihak

Termohon/Tergugat sehingga sulit untuk rukun lagi.

f. Faktor Psikologi atau Kejiwaan. Kekecewaan yang sangat dalam dan rasa sakit hati terhadap

pasangan seringkali

memunculkan rasa putus

harapan seseorang akan ikatan perkawinannya. Sehingga salah satu dari para pihak ingin mengakhiri perkawinanya.

Berdasarkan hasil wawancara dengan mediator yaitu bapak Salwi,

mengatakan bahwa

masalah-masalah yang sering terjadi dalam rumah tangga yang membuat para pihak mengajukan gugatan cerai adalah

(11)

11 a. Rasa tanggung jawab yang

kurang darimasing-masing

pihak.

b. Nafkah yang diberikan kurang. c. Perbedaan kebiasaan seperti

adat dan budaya. d. Masalah ekonomi. e. Adanya pihak ketiga. f. Terjadinya perselingkuhan. g. Terjadinya Kekerasan dalam

rumah tangga.

Kendala yang dihadapi mediator umumnya berasal dari kedua belah pihak yang memang tidak ingin melakukan mediasi dan tetap pada keinginan mereka untuk bercerai. Oleh karena itu mediasi yang dilakukan oleh mediator tidak berhasil pada akhirnya tidak ada kesepakatan damai yang didapat oleh para

pihak. Hal inilah yang

menyebabkan semakin

sedikitnya tingkat keberhasilan mediasi yang ada di Pengadilan Agama Padang.

Simpulan

Berdasarkan kesimpulan

diatas maka penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Kepada Pengadilan Agama, agar menambahkan jumlah mediator

yang ada, karena jumlah

mediator hanya 5 orang.

2. Kepada para mediato agar

mengupayakan terjadinya

perdamaian para pihak.

3. Kepada para pihak yang

bersengketa harus

menghilangkan sifat arogan dalam proses mediasi yang

sedang berlangsung dan

mendahulukan keinginan

berdamai.

Ucapan Terima kasih

Penulis mengucapkan Terima kasih kepada Bapak Adri S.H selaku pembimbing I dan Ibu Desmal Fajri S.Ag.,M.H, selaku pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan, motivasi dan petunjuk. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

(12)

12 1. Ibu Dwi Astuti Palupi, SH.,MH.

Selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

2. Ibu Nurbetti, SH.,MH. selaku Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta

3. Bapak/Ibu Dosen Fakultas

Hukum Universitas Bunghatta, yang selama 4 tahun ini telah sangat berjasa memberikan

ilmunya kepada penulis

sehingga penulis mampu

menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

Daftar Pustaka

1. Buku-Buku:

Abdulkadir Muhammad, 2012, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

BambangSunggono, 2013,

MetodologiPenelitianHukum, Raja GrafindoPersada, Jakarta. Direktorat Jendral Bimbingan

Masyarakat Islam dalam

Penyelenggraan Haji Departemen

Agama R.I, 2004, Pedoman

Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, Jakarta.

K. Wantjik, 1976,

HukumPerkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Mardani, 2013, HukumPeradilan Agama dan Mahkamah Syariah, SinarGrafika, Jakarta.

Muhammad Amin Summa, 2004, Hukum Keluarga Islam di Dunia Islam, RajawaliPers, Jakarta.

Muhammad Saifullah, 2009,

MediasidalamPerspektifHukum Islam dan HukumPositif, Walisongo Press, Semarang.

Muhammad Syaifuddindkk,

2013, HukumPerceraian,

SinarGrafika, Jakarta Timur. Nurnaningsih Amriani, 2011, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata di Pengadilan, Jakarta.

Rahmadi Usman, 2003, Pilihan Penyelesaian Sengketa di LuarPengadilan, PT Citra AdityaBakti, Bandung.

Syarizal Abbas, 2009, Mediasi, Kencana, Jakarta.

SoejonoSoekanto, Sri Mahmuji,

2013, Penelitian Hukum

Normatif, RajawaliPers, Jakarta. Subekti, 1980, Pokok-pokok

Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta

2. Peraturan

Perundang-Undangan:

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

(13)

13

Undang-undang Nomor 30

Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaa Unadang-undang Nomor 1974 3. Sumber Lain-lain:

Pengadilan Agama Padang,

http://www.pa- Padang.go.id/mediasi-perkara.html16 April 2012. Pengeritian Pakar, http://www.pengertianpakar.com/ 2015/03/pengertian-dan-tujuan-pernikahan-perkawinan.html, diunduh pada tanggal 10 Juni 2016

HasilWawancaradenganBapakSa lwi SH Mediator di Pengadilan Agama Padang, harisenintanggal

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur mediasi ini sangat cocok untuk diterapkan dalam setiap perkara perdata yang masuk di Pengadilan Agama Bantul karena prosedur mediasi mengatur hal-hal yang menyangkut

Penelitian ini bertitik tolak dari adanya ketentuan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Agung RI (PERMA) Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi yang menyatakan bahwa

Penelitian ini bertitik tolak dari adanya ketentuan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Agung RI (PERMA) Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi yang menyatakan bahwa

Prosedur mediasi di pengadilan didasarkan pada Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan untuk

"Studi Komparatif Mediasi Antara Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor I Tahun 2008 Dan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor I Tahun 2016", Jurnal Sains Sosio

Mahkamah Agung perlu mengeluarkan PERMA baru tentang prosedur mediasi yang mewajibkan para pihak agar hadir atau ikut dalam prosedur mediasi khususnya perkara perceraian,

Peraturan Mahkamah Agung RI Nomor 1 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan.. 3 tidak boleh diabaikan serta perlu di perhatikan oleh berbagai pihak, karena

Hal ini sesuai dengan bunyi pasal 4 ayat 1 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan berbunyi "Semua sengketa perdata yang diajukan ke