MENENTUKAN GARIS FREATIK (PHREATIC LINE)
A. TEORI
Didalam merencanakan sebuah bendungan, perlu diperhitungkan stabilitasnya terhadap bahaya longsoran, erosi lereng dan kehlangan air akibat rembesan yang melalui tubuhh bendungan. Beberapa cara diberikan untuk menentukan besarnya rembesan yang melewati bendungan yang dibangun dari tanah homogen. Salah satunya dalam tugas ini adalah metode Scaffernack – Itterson untuk bendungan yang memiliki kemiringan sudut β adalah ≤ 30⁰. Cara yang dipakai adalah analitis dan grafis.
Asumsi Scaffernack – Itterson bahwa i = tanβ = dxdy adalah sama dengan kemiringan garis freatik dan merupakan gradien konstan sepanjang garis freatik.
β β β 2 2 2 2 sin cos cos H d d Se= − − H d Se sin β Se cos β Se
A. PERHITUNGAN PANJANG PERMUKAAN BASAH DAN GARIS FREATIK SECARA ANALITIS
Garis freatik merupakan garis yang menentukan arah aliran ait tanah.
Langkah-langkah perhitungan freatik line (cara analitis)
A. Embung 1
1. Hitung panjang permukaan basah (Se) dengan menggunakan persamaan : β 2 2 2 2 2 d d H cot H Se= + − − 49 . 12 ) 687 . 0 ( 847 . 1 6 333 . 5 60 tan 3 . 3 5 7 , 0 60 tan 3 . 3 5 . 6 6 31 tan 3 . 3 5 . 6 tan 1 2 7 , 0 tan 1 1 tan 1 = − + + = ⋅ − − − + + − = ⋅ − − − + + − = d d d h h h H L h H d α α β Dimana : H = 1.7m m Se Se o 439 . 0 31 cot 7 . 1 49 . 12 49 . 12 7 . 1 2 2 2 2 2 = − − + =
2. Hitung jarak parameter (y0)
m y y 115 . 0 0 49 . 12 49 . 12 7 . 1 0 2 2 = − + =
3. Titik pada kaki bendungan bagian hilir adalah titik asal 4. Hitung Y dengan persamaan :
H= 6,5m h1=3,3m h2=5m L1 = 6m 31° 60° 60° 29° L= 6m d d H y0= 2+ 2 −
Maka diperoleh hasil : X(m ) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Y(m ) 0.11 5 0.4 9 0.6 8 0.83 8 0.96 6 1.07 8 1.18 0 1.27 4 1.36 1 1.44 3 1.52 0 1.59 4 1.66 5 1.73 2
Pada titik keluar parabola dasar akan memotong suatu titik maka diperlukan koreksi ∆Se sehingga parabola dasar akan berubah arah ke bawah. Koreksi ∆Se menurut Cassagrande diperoleh melalui nilai :
Se Se Se ∆ + ∆
Secara analitis dapat di hitung :
β cos 1 0 − = ∆ + =Se Se y FH m FH Se Se FH 805 . 0 31 cos 1 115 . 0 = − = ∆ + = m Se Se FH Se 366 . 0 439 . 0 805 . 0 = ∆ − = − = ∆ ⇒ 0,454 805 . 0 366 . 0 = = ∆ + ∆ Se Se Se B. Embung 2 , ß=27º L2=6m
1. Hitung panjang permukaan basah (Se) dengan menggunakan persamaan: β β β 2 2 2 2 sin cos cos H d d Se= − − Dimana : m m H B m m H A 15 . 1 60 tan 2 tan 1 88 . 2 60 tan 5 tan 1 = = = = = = α α L = A1 – B1 = 2.88m – 1.15m = 1.73m 0.3L = 0.3*1.73m d = B1 + L2 + A2 = 1.15m + 8m + 8.66m = 17.81 60° 29° h=5m A H untuk B1 H untuk A1 H untuk A2 L B1 L2 A2 d m m H A 8.66 30 tan 5 tan 2= = = β
Dimana, H = 2.5m m Se m m Se 1 . 1 123 . 14 151 . 15 27 sin 5 . 2 27 cos 5 . 13 27 cos 5 . 13 2 2 2 2 = − = − − = B2 = Se cos β = 1.1 cos 27 = 0.980108 m GC = Se sin β = 1.1 sin 27 = 0.499389 m
2. Hitung jarak parameter (y0)
Y0 = H – GC X0 = (d+0.3L)-B2
= 2.5 m - 0.499389 m = (13.5m + 1.3 m) - 0.980108 m
= 2.000611 m = 13.89 m
3. Titik pada kaki bendungan bagian hilir adalah titik asal 4. Hitung Y dengan persamaan :
Y = - kx ² *Nilai Negatif karena garis freatik berbentuk lengkung ke bawah
Maka diperoleh hasil :
011 . 0 89 . 13 0 . 2 0 0 2 2 = = = x y k
KESTABILAN LERENG (SLOPE STABILIITY) Dinyatakan dengan Fs = FAKTOR KEAMANAN ;
Fs = τf / τd = peruntuhpenahan
Untuk prosedur kestabilan lereng analisanya terbagi atas 2 jenis, yaitu :
1. MASS PROCEDURE, asumsi yang digunakan adalah slope yang bersifat homogen. Metode – metode yang digunakan adalah:
• Chart Taylor
• Chart Coussins
• Chart Yang
2. METHOD OF SLICES, asumsi yang digunakan: tanah di atas bidang gelincir dibagi atas slice vertikal dan dihitung. Metode ini memperhitungkan ketidakhomogen tanah dan tekanan air pori (μ), juga variasi tegangan normal sepanjang bidang keruntuhan dapat dihitung. Metode – metode yang digunakan adalah :
• Asumsi Culmann finith slope
• Sweddish sollution (Fellenius Method)
• Bishop’s simplified Method
X ( m ) 0 2 4 6 8 10 12 13 13.7
A. METODE FELLENIUS
Analisa stabilitas lereng dengan cara fellenius menganggap gaya-gaya yang bekerja pada sisi kanan-kiri dan sembarangan irisan mempunyai resultan = 0 pada tegak lurus bidang longsornya.
1. Rumus – rumus Yang Digunakan
Hitungan menggunakan tabel dengan langkah-langkah rumus sebagai berikut :
a. Wn=γ⋅Ln⋅Hn
untuk irisan yang terdapat satu jenis tanah(γ d atau γ sat)
(
H z)
(
Ln d)
(
z Ln sat)
Wn= − * ⋅γ + ⋅ ⋅γ R Phreatic Line γ sat R α n n α α n γ d Phreatic Line H z Ln bn OUntuk irisan yang terdapat dua jenis tanah(γ d dan γsat) b. n bn α cos ln= ∆ c. u=γw⋅Hw
Untuk irisan yang hanya terdapat kondisi tanah dibawah garis freatik (kondisi basah)
z w u =γ ⋅
Untuk irisan yang yang terdapat dua kondisi tanah (kondisi kering dan basah)
d. U =u⋅∆Ln e. N'=Wn⋅cosαn−U
(
)
[
]
[
]
∑
∑
= = ⋅ ∆ ⋅ − ⋅ + ∆ ⋅ = P n P n n Wn U n Wn c Fs 1 1 sin tan ln cos ln α ϕ α 2. Penurunan RumusSyarat kesetimbangan blok ABC (dalam buku B. M. Das, Jilid 2) ∑m gaya dorong terhadap titik o =
∑
= ⋅ + ⋅ ⋅ P n o H n Un 1 sinα γ Dimana :
(
)
(
)
Fs d d Tr ln 1 ln = ⋅ ∆ ∆ ⋅ =τ τ(
'tan) (
ln)
1 ⋅ + ⋅ ∆ = c σ ϕ Fs Tr ……… (B. M. Das, Jilid 2) Penyelesaian :γ ϕ σ α γ ⋅ = + ⋅∆ ⋅ ⋅
∑
∑
= = ln tan ' sin 1 1 P n P n Fs c n Wn(
)
[
]
(
)
[
]
∑
∑
= = ⋅ + + ⋅ ∆ + = P n P n a H n Wn c Fs 1 1 sin ln tan ' α γ ϕ σ n bn U n bn P Wn c Fs α ϕ α cos tan cos2 ⋅ − + + =∑
(
)
[
]
[
]
∑
∑
= = ⋅ ⋅ ∆ ⋅ = P n P n n Wn n Wn c Fs 1 1 sin tan cos ln α ϕ α[
]
∑
∑
= = ⋅ ⋅ + ⋅ ⋅ = P n P n n Wn n bn U n Wn n bn c Fs 1 1 sin tan cos cos cos α β α α α(
)
[
]
[
]
∑
∑
= = ⋅ ∆ ⋅ − ⋅ ∆ ⋅ = P n P n n Wn U n Wn c Fs 1 1 sin tan ln cos ln α ϕ α[
]
∑
∑
= = ⋅ ⋅ − ⋅ = P n P n n Wn n bn U n Wn n bn Fs 1 1 sin tan cos cos cos α ϕ α α α ,maka :[
]
∑
∑
= = ⋅ ⋅ + ⋅ + = P n P n n Wn n bn U n Wn n bn c Fs 1 1 sin tan cos cos cos α ϕ α α α ⇒ B. M. Das, Jilid 23. Perhitungan
Pada Embung 1 (1st trial)
Untuk irisan 1 (n=1) Dik: bn = 2 m γsat1 = 1.51 t/m³ αn = -24° γw = 1 t/m³ Ln = 1.7 m Hw = 0.75 m Hn = 0.3 m Dit : Fs= …? Peny : ∗ Langkah 1: u=γw⋅Hw = 1 t/m³ * 0.75 m = 0.75 t/m² ∗ Langkah 2:Wn=γ⋅Ln⋅Hn = γsat⋅Ln⋅Hn = 1.25 t/m³ * 2.1m * 0.75m = 1.9688 t/m
∗ Langkah 3: m n bn 1893 , 2 ) 24 cos( 2 cos ln = − = = ∆ α ∗ Langkah 4:U =u⋅∆Ln = 0.75 t/m² * 2.1893 m = 1.642 m ∗ Langkah 5: N'=Wn⋅cosαn−U = 1.9688 t/m cos (-24) ͦ - 1.642 m = 0.1566
Hasil perhitungan selanjutnya lihat di tabel
C. COUSSINS METHOD A. TEORI
Coussins (1978) menggunakan suatu variasi lingkaran geser menurut Taylor, untuk membuat stabilitas (stability chart), untuk talud sederhana yang homogen dengan memperhatikan pengaruh – pengaruh tekanan air pori yang disebabkan oleh rembesan. Grafik – grafik tersebut dipakai
berdasarkan parameter tanah. Parameter tanah yang digunakan bermacam – macam, antara lain :
1. Tinggi talud, H 2. Fungsi kedalaman, D
4. Parameter –parameter kekuatan geser efektif tanah dari tanah tersebut, C dan φ
5. Rasio tegangan air pori, Ru; didefinisikan sebagai :
Ru = ( w*hw)/(( d*H)+(δ'*hw));
yang mana δ' = (H1*γd)+(H2*γsat1),
6. λcφ = ( *H*tanφ)/c); yang mana nilai yang digunakan adalah
ave = (1/H)*(( d*H1)+( δ'*H2))
7. Faktor stabilitas Ns, yang dapat didefinisikan sebagai :
Ns = γ*H*Fs/C
Langkah – langkah perhitungan:
1. Tentukan parameter λcφ
2. Cek kemungkinan keruntuhan dasar (Gunakan Chart 11.6 (d) – 11.6(f))
3. Cek terhadap kemungkinan keruntuhan kaki lereng (Gunakan Chart 11.6(a) – 11.6(c))
4. Hitung Fs dengan memasukkan nilai Ns terkecil yang diperoleh dari Step 2&3, dengan rumus :
H c Ns Fs . . γ =
5. Menentukan koordinat titik pusat lingkaran kritis
Jika D > 1 Gunakan Chart 11.6 (g) – 11.6 (i)
Kesimpulan Antara 2 Metode Kestabilan Lereng
Metode Faktor Keamanan (Fs)
FELLENIUS (embung 1) 2.42 COUSSINS (embung 1) 1.079 FELLENIUS (embung 2) 4.37 COUSSINS (embung 2) 1.035
Jika Fs < 1 = lereng dalam keadaan tidak stabil
Fs = 1 = lereng dalam keadaan seimbang (kritis)
Fs > 1 = lereng dalam keadaan stabil
Dari hasil analisis embung untuk data-data yang ada, maka embung berada dalam keadaan stabil dimana Fs > 1.
Suatu permukaan tanah yang miring dengan sudut tertentu terhadap bidang horisontal dan tidak dilindungi kita namakan sebagai talud
tak tertahan( unresrained slope ). Talud ini dapat terjadi secara alamiah atau buatan, bila permukaan tanah tidak datar, maka komponen berat tanah yang sejajar dengan kemiringan talud akan menyebabkan tanah bergerak ke arah bawah. Bila komponen berat tanah cukup besar , kelongsoran talud dapat terjadi, yaitu tanah dapat bergelincir ke bawah. Dengan kata lain, gaya dorong(driving farce) melampaui gaya perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor.
Analisa stabilitas talud bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang ringan. Bahkan untuk mengevaluasi variabel-variabel seperti lapisan-lapisan tanah dan parameter-parameter kekuatan geser tanah merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Rembesan dalam talud dan kemungkinan bidang longsor atau gelincir menambah kerumitan masalah yang akan ditangani. Faktor yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan tersebut adalah menghitung dan membandingkan tegangan geser yang terbentuk sepanjang permukaan retak yang paling mungkin dengan kekuatan geser tanah yang bersangkutan. Perhitungan analitis stabilitas talud ditentukan dengan faktor keamanan. Pada umumnya angka keamanan terhadap kekuatan geser tanah yang diterima pada umumnya adalah > 1.
KONSOLIDASI
Konsolidasi adalah perpindahan tanah secara vertikal ke arah bawah akibat
beban yang bekerja yang menyebabkan terjadinya perubahan volume pada tanah.
Ada 2 settlement :
Pada tanah non-kohesif (C=0) Pada tanah kohesif (C>0)
1. Pada tanah non-kohesif
t
2. Padatanahkohesi
Secara umum settlement dibagi atas :
Immediate Settlement , Disebabkan oleh deformasi elastis pada tanah kering jenuh air tanpa terjadi perubahan kadar air.
Primary Consolidation
Secondary Consolidation Settlement
GRAFIK HUBUNGAN e DAN P
Grafik ini menjelaskan tentang perubahan angka pori e terhadap penambahan tegangan. Langkah-langkah membuat grafik e dan P; antara lain :
1. Hitung Hs yakni tinggi benda uji setelah pengujian. t
w G A W Hs s ⋅γ ⋅ =
W= Berat kering benda uji
A = Luas penampang benda uji
Gs = Berat spesifik
γw = Berat volume air
2. Hitung tinggi air pori Hv , Hv = H - Hs
3. Hitung angka pori awal benda uji e0
Hs Hv e0 =
4. Pada setiap penambahan beban sebesar P1 pada benda uji menyebabkan ∆ H1 , hitung ∆ e1 Hs H e 1 1 ∆ = ∆ ∆
5. Hitung angka pori e1 setelah konsolidasi akibat pembebanan P1 e1 = e0- ∆ e1
untuk pembebanan sebesar P2 ,
∆ − = Hs H e e 2 1 2
Lempung Terkonsolidasi Normal (Over Consolidated And Normally Consolidated)
Lempung NC ; Tegangan efektif overburden yang dialami saat ini adalah nilai tegangan over burden maksimum yang pernah dialami sebelumnya.
Lempung OC ; Tegangan efektif yang dialami saat ini lebih kecil dari nilai tegangan over burden yang pernah dialami sebelumnya.
Tegangan efektif overburden yang pernah dialami sebelumnya disebut tekanan prakonsolidasi. Casagrande (1936) menyarankan suatu cara untuk menentukan besarnya tekanan pra konsolidasi berdasarkan kurva e dan Log P.
Prosedur menentukan nilai tekanan pra konsolidasi berdasarkan kurva e dan Log P antara lain ;
1. Melalui pengamatan visual tentukan titik a pada kurva yang memiliki kelengkungan maksimum.
2. Tarik garis lurus horisontal ab yang melalui titik a. 3. Tarik garis singgung ac yang melalui titik a.
4. Tarik garis ad yang membagi sudut adc sama besar.
5. Perpanjang bagian bawah kurva menjadi garis lurus yang memotong titik f pada garis ad.
6. Plot titik f terhadap sumbu p,nilai tersebut adalah nilai ∆∆Pc( tekanan prakonsolidasi ).
OCR ( Over Consolidated Ratio)
OCR = P Pc
P = Tekanan overburden yang dialami saat ini
OCR = 1 , merupakan lempung NC
OCR > 1 , merupakan lempung OC
Simplified Void Ratio(Pressure Equation)
Dari hubungan hidro void ratio preassure dapat dihitung modulus pemampatan (Mv), coefisien pemampatan (a),dan settlement( H ).
a ei Mv=1+ P e a ∆ ∆ = Mv P H
S = ⋅∆ , dimana H adalah tinggi awal benda uji
Perhitungan Index Pemampatan (Cc),Index Pemuaian (Cs),Dan Settlement Konsolidasi Primer
Index pemampatan (Cc) 1. menurut TERZAGHI
• lempung tak terganggu, Cc = 0,009(LL-10)
• lempung terganggu, Cc = 0,007(LL-10) 2. menurut RENDON HERRERO
• 3 , 2 0 2 , 1 1 141 , 0 + ⋅ ⋅ = Gs e Gs Cc
3. menurut NASARAJ S. MURTY
• Cc LL a ⋅Gs ⋅ ⋅ = 100 2343 , 0 Index pemuaian (Cs)
1. menurut NASARAJ S.MURTY • Cs LL a ⋅Gs ⋅ ⋅ = 100 0463 , 0 Settlement Primer(S)
• Lempung terkonsolidasi normal
+∆ ⋅ + ⋅ = Po P Po e H Cc S log 1 0 , untuk lempung NC
• Lempung terkonsolidasi lebih jika 1. P0 + ∆P ≤ Pc , maka +∆ ⋅ + ⋅ = Po P Po e H Cs S log 1 0 , untuk lempung OC 2. P0 + ∆P ≤ Pc , maka ∆ ∆ + ⋅ + ⋅ + ⋅ + ⋅ = P P Po eo H Cc Po Pc eo H Cs S log 1 log 1
P0 = Tegangan efektif overbuerden awal pada lapisan setebal H
∆P = Penambahan tegangan vertikal
Settlement Sekunder (S) ∆ = 1 2 log t t e Cα
, dinamakan index pemampatan sekunder
p e C C + = 1 'α α Maka ; 1 2 cos ' t t H C Ss= α⋅
Perhitungan Koefisien Konsolidasi (Cv)
Cv dapat ditentukan melalui hasil dilaboratorium,dengan menggunakan metode :
• Metode logaritma waktu
• Metode akar waktu
Hubungan Cv,t,dan Tv dinyatakan dengan persamaan ;
t Hdr Tv Cv 2 ⋅ = atau Hdr2 t Cv Tv= ⋅
Hubungan Cv, k, dan Mv dinyatakan dengan persamaan ;
w Mv k Cv γ ⋅ = atau
( )
ave P e e Mv + = ∆ ∆ 1Untuk 1 way drainage,
2 H Hdr= → Cv Tv Cv Hdr Tv t H 2 2 2 ⋅ = ⋅ =
Untuk 2 way drainage, Hdr=H →
Cv H Tv Cv Hdr Tv t 2 2 ⋅ = ⋅ =
WAKTU PENURUAN
Variasi nilai faktor waktu (Tv) dan derajat konsolodai (U)
• 2 Way Drainase U (%) TV 0 0 10 0,008 20 0,031 30 0,071 40 0,126 50 0,197 60 0,287 70 0,403 80 0,567 90 0,848 100 ∞ • 1 Way Drainase
0 0 0 10 0,003 0,047 20 0,009 0,100 30 0,024 0,158 40 0,048 0,221 50 0,092 0,294 60 0,160 0,383 70 0,271 0,500 80 0,440 0,665 90 0,720 0,940 100 ∞ ∞
Atau menggunakan rumus
Untuk U = 0-60%
Untuk U>60%
Rumus waktu penurunan (t)
t = T . Hdr2
Cv
Perhitungan lihat table. 2 100 4 = U TV
π
) 100 log( 933 , 0 781 , 1 U TV = − −CARA MENGURANGI PENURUNAN
Penurunan boleh direduksi(dikurangi) dengan menambahkan kecepatan dengan pengurangan yang dihasilkan didalam nilai banding rongga dari pemadatan partikel.
Pemadatan partikel juga menambah regangan tegangan didalam kebnyakan kasus sehingga penurunan segera direduksi. Metode/modifikasi perbaikan tanah dalam mengurangi penurunan diantaranya sebagai berikut :
1. PEMAMPATAN
Ini merupakan metode yang paling murah untuk memperbaiki tanah lokasi. Pemampatan tersebut dapat dirampungkan dengan menggali suatu
kedalaman , kemudian mengurangnya kembali secara hati-hati didalam ketebalan jenjang yang dikontrol dan memampatkan tanah dengan peralatan pemampatan yang sesuai. Pemampatan tanah-tanah kohesif dapat dirampungkan dengan menggunakan mesin gilas tumbuk atau penggilas yang mempunyai ban karet. Pemampatan tanah tak berkohesi dapat dirampungkan dengan menggunakan mesin penggilas yang mempunyai roda licin,biasanya sebuah alat bergetar didalamnya. Jadi, pemampatan adalah suatu kombinasi batasan,tekanan,dan getaran. Kedalaman jenjang sampai kira-kira 1,5 M-2 M dapat dimampatkan dengan peralatan tersebut.
2. PRA KOMPETI (PRA PEMBEBANAN)
Metode ini memperbaiki tanah yang jelek sebelum konstruksi fasilitas permanen adalah pra pembebanan. Pra beban tersebut dapat terdiri dari tanah atau kadang-kadang batuan.
Tujuan utama pra pembebanan adalah :
a. beban-beban tambahan digunakan untuk menghilangkan penurunan yang jika tidak akan terjadi setelah konstruksi diselesaikan.
b. Memperbaiki kekuatan geser tanah dan tanah lapisan bawah dengan merubah kerapatanmereduksi nilai banding rongga dan mengurangi kandungan air.
Pra pembebanan paling efektif yaitu pada saat lumpur normal sampai lumpur yang sedikit melebihi melebihi konsolidasi, lempung, dan deposit organik. Jika deposit tebal dan tidak mempunyai sambungan lipat pasir yang berganti-ganti, maka pra pembebanan mungkim membuat penggunaan saluran buangan pasir.
3. DRAINASE (SELIMUT PASIR DAN SALURAN BUANG)
Metode ini bertujuan mempercepat penurunan dibawah pra pembebana tetapi dapat juga menamba kekutan geser tanah. Bila sebuah urugan maupun sebuah pra beban tambahan ditempatkan diatas deposit kohesif jenuh, maka panjang lintasan drainase boleh ditambah dampai ke puncak urugan. Karena panjang drainase menentukan waktu untuk konsolidasi, maka lintasan drainase ini harus dibuat sependek mungkin. Bila dinding atas air jenjuh sangat dekat ke permukaan tanah, maka lapisan pasir(selimut pasir dapat ditempatkan pada puncak dari tempat sebelum menempatkan urugan. Kita dapat memperluas konsep ini lebih jauh dan memasang kolom pasir vertikal pad interval-interval yang dipilih cidalam tanah yang ada.
4. METODE GETAR
Metode ini bertujuan memperbesar kepadatan tanah. Daya dukung yang dibolehkan dari pasir sangat bergantung dari kondisi tanah. Hal ini digambarkan dalam bilangan penembusan atau nilai tahanan kerucut seperti halnya dalam sudut gesekan dalam. Metode tersebut paling lazim digunakan untuk pemadatan deposit pasir dan kerikil yang tak berkohesi dengan tidak melebihi 20% lumpur atau 10% lempung adalah pemampatan getar apung atua sisipan dengan menggunakan penembus silinder yang berdiameter ± 432 mm, panjang 183 mm, berat ± 17,8 KN dan daya dukung 250-400 Mpa.
5. PENGADUKAN ENCER PONDASI
Pengadukan encer adalah suatu cara untuk menyisipkan sejenis bahan menstabil kedalam massa tanah dibawah tekanan. Tekanan memaksakan bahan masuk kedalam ruangan yang terbatas disekitar tabung suntukan. Bahan tereaksi dengan tanah atau dirniya sendiri untuk membentuk sebuah massa stabil. Metode ini mempunyai sejumlah besar pemakaian seperti :
2. pencegahan pemadatan pasir dibawah konstruksi yang berdekatan karena pendorongan tiang pancang.
3. penguatan dukung pondasi dengan menggunakan pengadukan enter mampat.
4. pengurangan getaran dengan menggeserkan tanah.
5. pengurangan dengan mengurung rongga, yang dilakukan dengan menyemen konstruksi tanah yang lebih kuat.
6. MENGUBAH KONDISI AIR TANAH
Dari konsep satuan yang terbenam jelaslah bahwa tekanan antar butiran dapat ditambahkandengan menghilangkan efek apung dari air. Hal ini dapat ditambah dengan merendahkan bidang batas air jenuh. Didalam banyak kasus mungkin hal ini dapat ditambahkandan tidak terlihat karena mungkin hanya sebagai keadaan sementara. Dengan penambahan tekanan tekanan efektif, makam penurunan tak diizinkan mungkin dihasilkan dan tidak mungkin merendahkan bidang batas air jenuh tepat didalam batas.
7. PENGGUNAAN GEOTEKSIL
Tujuannya untuk memperbaiki sebuah tanah geoteksil(geotulang). Didefenisikan sebagai anyaman simetris yang cukup tahan untuk waktu yang lama didalam lingkungan tanah yang banyak rintangan. Sejumlah anyaman dari bahan sintetis, biasanya poliester,nilon,polifrofilen digunakan sebagai geoteksil untuk memperbaiki tanah dengan berbagai cara.
Anyaman tersebut dapat ditenun/dirajut dan dipakai dalam lajur untuk penulangan massa tanah atau mungkin didalam lembaran plastik yang tidak permeabel atau permeabel yang digunakan untuk membuat bagian tanah menjadi tahan terhadap air,mengontrol erosi,atau memisahkan
bahan-bahan yang berlainan, geoteksil dapat digunakan didalam janur penulangan sebuah massa tanah.
PENYEBAB TERJADINYA KELONGSORAN
Kelongsoran hanya bisa terjadi jika kekuatan geser dilampaui yaitu perkiraan geser pada bidang gelincir tak cukup besar untuk menahan gaya-gaya ynag bekerja pada bidang tersebut. Dengan kata lain kelongsoran terjadi jika gaya-gaya geser pada bidang tersebut ada.
Makin besar gaya yang bekerja pada bidang gelincir, maka makin besar gaya yang bekerja pada lereng. Berrtambahnya gaya-gaya yang bekerja tersebut disebabkan oleh:
1. pengaruh alam
2. a) adanya gempa bumi
b) runtuhnya gua-gua
c) erosi
d) naiknya muka air tanah / naiknya aliran
e) pelemahan lereng karena terjadinya retakan, sehingga air dapat merembes
3. perbuatan manusia
a) penambahan beban pada lereng / tepi lereng b) penggalian tanah di bawah kaki leren
Cara pencegahan longsor 1. lereng dibuat lebih datar / bertangga
a)
b)
2. Menimbun tanah di kaki lereng
Tanah timbunan
3. Perlindungan pada kaki lereng terhadap erosi
Daerah longsor Kritis
Daerah yang Kemungkinan tererosi
4. Mengurangi ketinggian muka air untuk mereduksi tekanan air pori pada lereng
selokan
Pipa drainase
Penurunan muka air tanah
5. pemakaian tiang pancang (paku bumi)
6. Dengan tembok penahan tanah turap
Dari hasil trial dari tiap embung dengan menggunakan beberapa metode, diperoleh hasil sebagai berikut :
Jika Fs <
1,5 =
lereng dalam keadaan tidak stabil
Fs = 1,5 = lereng dalam keadaan seimbang (kritis)
Fs > 1,5 = lereng dalam keadaan stabil
Dari hasil analisis embung untuk data-data yang ada, maka embung I berada dalam keadaan stabil dimana Fs > 1,5 untuk setiap metode yang ditinjau. Embung II berada dalam keadaan stabil dimana Fs > 1,5 untuk metode Fellenius dan Bishop, namun untuk metode Coussins, embung berada dalam keadaan tidak stabil dimana Fs < 1,5.
Embung
Metode
Kondisi
Faktor Keamanan (Fs)
1 Fellenius Toe Circle 2,597
Slope Circle 3,404
Base Failure 2,318
Bishop Toe Circle 2,714
Slope Circle 3,462
Base Failure 2,516
C oussins Toe Circle 1,848 Slope Circle 1,851
Base Failure 1,836
2 Fellenius Toe Circle 2,058
Slope Circle 1,709
Base Failure 2,563
Bishop Toe Circle 2,076
Slope Circle 1,738
Base Failure 2,694
C oussins Toe Circle 0,937 Slope Circle 0,927
Suatu permukaan tanah yang miring dengan sudut tertentu terhadap bidang horisontal dan tidak dilindungi kita namakan sebagai talud tak tertahan( unresrained slope ). Talud ini dapat terjadi secara alamiah atau buatan, bila permukaan tanah tidak datar, maka komponen berat tanah yang sejajar dengan kemiringan talud akan menyebabkan tanah bergerak ke arah bawah. Bila komponen berat tanah cukup besar , kelongsoran talud dapat terjadi, yaitu tanah dapat bergelincir ke bawah. Dengan kata lain, gaya dorong(driving farce) melampaui gaya perlawanan yang berasal dari kekuatan geser tanah sepanjang bidang longsor.
Analisa stabilitas talud bukanlah merupakan suatu pekerjaan yang ringan. Bahkan untuk mengevaluasi variabel-variabel seperti lapisan-lapisan tanah dan parameter-parameter kekuatan geser tanah merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Rembesan dalam talud dan kemungkinan bidang longsor atau gelincir menambah kerumitan masalah yang akan ditangani.
Faktor yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan tersebut adalah menghitung dan membandingkan tegangan geser yang terbentuk sepanjang permukaan retak yang paling mungkin dengan kekuatan geser tanah yang bersangkutan. Perhitungan analitis stabilitas talud ditentukan dengan faktor keamanan. Pada umumnya angka keamanan terhadap kekuatan geser tanah yang diterima pada umumnya adalah > 1,5.
'
Langkah-langkah perhitungan freatik line (cara grafis)
Embung 1, 30°
• Perhitungan Panjang Permukaan basah Secara Grafis H h1 h2 ℜ1° Β 2° 1m 5m 7m 2m 9m 1/2L 1/2L
Langkah – langkah :
1. Gambarkan embung sesuai dengan skala dan ukuran yang ada.
2. Gambar garis vertikal melalui A yang akan berpotongan dengan garis yang sesuai dengan kemiringan bendungan bagian hilir pada A1.
3. Gambar garis horizontal melalui A yang akan berpotongan dengan garis yang sesuai dengan kemiringan bendungan bagian hilir pada A2.
4. Gambar setengah lingkaran pada FA1.
5. Tandai titik A3, pada setengah lingkaran sehingga FA2 = FA3.
6. Tandai titik G sehingga A1G = A1A3 dengan demikian FG = Se
• Menentukan Lintasan Garis freatik
Langkah – langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Gambar bendungan sesuai skala.
2. Hitung permukaan basah di bagian hilir secara analitis atau grafis.
3. Tentukan lokasi titik asal parabola, yaitu titik A sampai 0,3L.
4. Sesuai Teori Cassagrande bahwa garis freatik adalah parabola, maka digunakan persamaan parabola sederhana, yaitu :
y = k.x2 → pada x
o = yo sehingga, k = y0/x02
5. Gambar beberapa jarak xi dan hitung jarak yang berkaitan dengan yi kemudian gambar kurva melalui titik – titik yang di dapat.
6. Perhatikan bahwa parabola menyinggung muka bendungan bagian hilir pada bagian atas permukaan basah dan berangsur – angsur tegak lurus pada muka bendungan.
7. Muka bendungan bagian hulu adalah garis ekipotensial dan garis freatik adalah garis aliran.
Embung 2, 30°< < 90°
• Perhitungan Panjang Permukaan basah Secara Grafis Langkah – langkah :
1. Gambarkan embung sesuai dengan skala yang ada.
2. Gambar busur lingkaran dengan radius sepanjang garis AF yang akan berpotongan dengan garis yang sesuai dengan kemiringan bendungan bagian hilir pada A1.
3. Gambar garis horizontal melalui A yang akan berpotongan dengan garis yang sesuai dengan kemiringan bendungan bagian hilir A2.
4. Gambar setengah lingkaran dengan diameter FA1.
5. Tandai titik A3, pada setengah lingkaran sehingga FA2 = FA3.
6. Tandai titik G sehingga A1G = A1A3 dengan demikian FG = Se
• Menentukan Lintasan Garis freatik
Langkah – langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Gambar bendungan sesuai skala.
2. Hitung permukaan basah di bagian hilir secara analitis atau grafis.
3. Hitumg jarak parameter Yo, dengan persamaan sebagai berikut :
Yo = √d2 + H2 - d , dimana d termasuk 0,3L.
4. Titik F pada kaki bendungan bagian hilir adalah titik asal.
5. Hitung Y dengan persamaan :
y = √2.X0 + Yo²
nilai x dari titik F ke arah kanan adalah positif (+), sedangkan kiri negatif(-).
6. Dengan demikian diperoleh nilai y untuk lintasan parabola dasar.
WAKTU PENURUNAN
Variasi nilai faktor waktu (Tv) dan derajat konsolodai (U)
• 2 Way Drainase U (%) TV 0 0 10 0,008 20 0,031 30 0,071 40 0,126 50 0,197 60 0,287 70 0,403 80 0,567 90 0,848 100 ∞ • 1 Way Drainase
U (%) Case I( ) TV Case II( )
0 0 0
10 0,003 0,047
30 0,024 0,158 40 0,048 0,221 50 0,092 0,294 60 0,160 0,383 70 0,271 0,500 80 0,440 0,665 90 0,720 0,940 100 ∞ ∞
Atau menggunakan rumus
Untuk U = 0 - 60% Untuk U > 60% 2 100 4 = U TV
π
) 100 log( 933 , 0 781 , 1 U TV = − −Rumus waktu penurunan (t) Cv Hdr T t 2 . =